61
Lampiran 2. Bagan penanaman pada plot 100 cm
100 cm
X
X
X
X
X
X
20 cm
60 cm
20 cm
20 cm 20
63
Lampiran 5 : Deskripsi Varietas Buah naga Merah
Nama : Buah naga Berdaging Merah
Jenis Tanaman : Kaktus Pemanjat
Spesies : Hylocereus costaricencis Batang : Hijau kebiruan, berduri
Bunga : Corong memanjang, bewarna kuning Bentuk Buah : Bulat sampai dengan lonjong.
Kulit buah : Warna Merah Bersisik
Lampiran 6 : Data pengamatan persentase setek tumbuh dengan perlakuam komposisi media tanam dan panjang setek.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 7 : Sidik ragam persentase setek tumbuh
65
Lampiran 8 : Data umur muncul tunas (hari) dengan perlakuam komposisi media tanam dan panjang setek.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 9 : Sidik ragam waktu muncul tunas
Lampiran 10 : Data Panjang tunas 60 HST dengan perlakuam komposisi media tanam dan panjang setek.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 11 : Sidik ragam panjang tunas 60 HST
67
Lampiran 12 : Data panjang tunas 75 HST dengan perlakuam komposisi media tanam dan panjang setek.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 13 : Sidik ragam panjang tanaman 75 HST
Lampiran 14 : Data panjang tunas 90 HST dengan perlakuam komposisi media tanam dan panjang setek.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 15 : Sidik ragam panjang tunas 90 HST
69
Lampiran 16 : Data jumlah tunas 60 HST dengan perlakuam komposisi media tanam dan panjang setek.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 17 : Sidik ragam panjang tunas 60 HST
Lampiran 18 : Data pengamatan jumlah tunas 75 HST dengan perlakuam komposisi media tanam dan panjang setek.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 19 : Sidik ragam jumlah tunas 75 HST
71
Lampiran 20 : Data pengamatan jumlah tunas 90 HST dengan perlakuam komposisi media tanam dan panjang setek.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 21 : Sidik ragam jumlah tunas 90 HST
Lampiran 22 : Data pengamatan panjang akar (cm) dengan perlakuam komposisi media tanam dan panjang setek.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 23 : Sidik ragam panjang akar
73
Lampiran 24 : Data pengamatan volume akar (ml) dengan perlakuam komposisi media tanam dan panjang setek.
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 25 : Sidik ragam volume akar
Lampran 26 : Data pengamatan bobot basah akar (g) dengan perlakuam komposisi media tanam dan panjang setek
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 27 : Sidik ragam bobot basah akar
75
Lampiran 28 : Data pengamatan bobot kering akar (g) dengan perlakuam komposisi media tanam dan panjang setek
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 29 : Sidik ragam bobot kering akar
Lampiran 30 : Lampiran Foto
Persiapan Bahan Tanam Bahan Tanam Telah
Dipotong
Penanaman
Ulangan I II III Tanamandalam plot Pemanenan
Sampel setelah di panen
Pengukuran panjang
akar Pengukuran volume akar
Pengukuran Bobot Basah Akar
57
DAFTAR PUSTAKA
Andayani dan La sarido. 2013. Uji Empat Jenis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Cabai Keriting (Capsicum annum L.).
Jurnal AGRIFOR. Vol XII (1).Hal 23.
Anisa, S. 2011. Pengaruh Komposisi Media Tumbuh Terhadap Perkecambahan Benih dan Pertumbuhan Bibi Andalas (Morus macroura Miq).[Skripsi]. Universitas Andalas. Padang.
Berutu, S. 2009. Pengelolahan Hara N, K dan Kompos Sampah Kota untuk Meningkatkan Hasil dan Mutu Kailan (Brassica oleraceae Var. Achephala). Universitas Sumatera Utara. Medan.
Badan Litbang Pertanian. 2010. Pupuk Organik Dari Sampah Kota.Diakses dari http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/873/ Pupuk Organik Dari Sampah Kota.tanggal 29 Maret 2015.
Damanik, M.M.B., Hasibuan, B.E., Fauzi, Sarifuddin, Hanum, H., 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.
Evita.2009. Pengaruh Beberapa Dosis Kompos Sampah Kota TerhadapPertumbuhan Dan Hasil Kacang Hijau. Jurnal Agronomi. Vol 13 (2). ISSN 1410-1939.Hal 5-6.
Febriana, S. 2009. Pengaruh Konsentrasi ZPT dan Panjang Stek terhadap
Pembentukan Akar dan Tunas pada Stek Apokad (Persea americana Mill).
[Skripsi]; Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hakim, N,. Nyakpa, Y,. M, Lubis,.M. A, Nugroho Ghani., S, Diha Amin., M, Hong Ban Go., dan Bailey, H. H. 1986, Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Sumatera Selatan.
Kartikawati, L. D., Husni, T.S dan Thamrin, S. 2011.Pengaruh Aplikasi Pupuk Kandang Dan Tanaman Sela (Crotalaria juncea L.) Pada Gulma Dan Pertanaman Jagung (Zea maysL.).[Skripsi].Universitas Brawijaya Malang. Malang.
Lestari, A.P., Sarman, S., dan Indraswari, E. 2010.Subtitusi Pupuk Anorganik Dengan Kompos Sampah Kota Tanaman Jagung Manis ( Zea mays
saccharata Sturt). Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sain.Vol 12
(2).ISSN 0852-8349. Hal 1-6.
Marni, 2004.Pengaruh Teknik Penyambungan Dan Zat Pengatur Tumbuh Atonik
Terhadap Pertumbuhan Bibit Jati (Tectona grandis L.f). [Skripsi]; Fakultas
Nurfadilah., Armaini., dan Yetti, H. 2012. Pertumbuhan Bibit Buah Naga
(Hylocereus costaricensis) dengan Perbedaan Panjang Stek dan Konsentrasi
Zat Pengatur Tumbuh. [Skripsi];UNRI, Riau.
Nuryana, A., Armaini., dan Ardian. 2012.Kajian Komposisi Media Dan Panjang Stek Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Buah Naga (Hylocereus
costaricensis). [Skripsi]; UNRI.Riau.
Purwati, MS. 2013. Pertumbuhan bibit buah naga (Hylocereus costaricensis) Pada berbagai ukuran stek dan pemberian hormon tanaman unggul multiguna exclusive.[Skripsi]; Universitas Widaya Gama Mahakam.Kalimantan Timur. Hal 16 - 17.
Purwanto, E. 2008.Kajian Macam Media Tanam Dan Konsentrasi Iba Terhadap Pertumbuhan Stek Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). [Tesis]. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Putra, S.R. 2011.Buah Naga. Laksana. Jogjakarta.
Putri, K.P dan D.F. Djam’an.2004.Peranan Manajemen Persemian dalam Upaya
Penyiapan Bibit Berkualitas.Info Benih. 9(1):13-26. Rahayu, S., 2014. Budidaya Buah Naga Cepat Panen. Infra Hijau.
Renasari, N., 2010. Budidaya Tanaman Buah Naga Super Red Di Wana Bekti Handayani.[Skripsi]; Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Samadi, B., 2013. Untung Berlipat dari Buah Naga Secara Organik. Lily Publisher. Andi Offset.
Saragi, A. H. 2008. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Dosis Kalium Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Peleng (Spinacia oleracea L.A). Universitas Sumatera Utara, Medan
Setiabudi, D. H. 2010. Pengaruh Media Tanam Dan Bahan Stek Terhadap Pertumbuhan Stek Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.). [Skripsi].Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Simanungkalit, R. D. M., Didi, A. S., Rasti,S., Diah, S., dan Wiwik, H. 2006.
PupukOrganik dan Pupuk Hayati.Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian. Jawa Barat.
Sofyan, A dan Muslimin, I. 2007.Pengaruh Asal Bahan Dan Media Stek Terhadap Pertumbuhan Stek Batang Tembesu (Fragraea fragarans Roxb). Prosiding
59
Sparta, A., Andini, M., dan Rahman, T. 2012.Pengaruh Berbagai Panjang Stek Terhadap Pertumbuhan Bibit Buah Naga (Hylocereus polyryzus). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. Bengkulu.
Winarsih, Sri. 2007. Mengenal dan Membudidayakan Buah Naga. Aneka ilmu. Semarang.
Wilkins, M.B, 1989. Fisiologi Tanaman 1, Alih Bahasa : Sutedjo, M.M. dan Kartasapoetra, A.G., Bina Aksara, Jakarta.
Zulkarnain, M., Prasetya, B., dan Soemarno. 2013. Pengaruh Kompos, Pupuk Kandang, dan Custom-Bio terhadap Sifat tanah, Pertumbuhan dan Hasil Tebu (Saccharum officinarum L.) pada Entisol di Kebun Ngrangkah-Pawon, Kediri. Indonesian Green Technology Journal. E-ISSN.2338 – 1787.
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kebun percobaanFakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ±25 m di atas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan padabulan Juni-September 2015.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan antara lain setek batang buah naga berdaging merah dengan panjang 20 cm, 25 cm dan 30 cm, alkohol, fungisida berbahan aktif Mankozeb, tanah, pasir, kompos sampah kota, pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi,plastik transparan, bambu, polibeg ukuran 3 kg, dan bahan pendukung lainnya.
Alat-alat yang digunakan antara lain pisau tajam, ember plastik, sendok, gembor, mistar, cangkul, timbangan analitik, handsprayer, spidol, kertas label, kamera, dan bahan pendukung lainnya.
Metode Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu :
Faktor I :Komposisi Media Tanam (A) dengan 4Taraf, yaitu :
A1 : Top Soil : Pasir (1 : 1)
A2 :Top Soil : Pasir : Pupuk Kandang Sapi (1 : 1 : 1)
A3 : Top Soil : Pasir : Pupuk Kandang Ayam (1 : 1 : 1)
30
Faktor II :Panjang Setek (K) dengan 3 taraf, yaitu : K1 = 20 cm
K2 = 25 cm
K3 =30 cm
maka Diperoleh 12 Kombinasi, yaitu :
A1K1 A2K1 A3K1 A4K1
A1K2 A2K2 A3K2 A4K2
A1K3 A2K3 A3K3 A4K3
Jumlahulangan (Blok) : 3 ulangan
Jumlahplot : 36plot
Jumlah tanaman per plot : 6 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 216 tanaman Jumlah sampel per plot : 4 tanaman Jumlah sampel seluruhnya : 144 tanaman Jarak antar plot : 30 cm Jarak antar blok : 50 cm
Data hasilpenelitiandianalisisdenganmenggunakansidikragamdenganmodel linear aditifsebagaiberikut :
Yijk= µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk+ εijk
Dimana:
Yijk : Hasilpengamatan pada blokke-i akibatperlakuan komposisi media
tanam(A) jeniske-j dan pengaruh panjang setek (K) pada jeniske-k µ : Nilai tengah
ρi : Efek dari blok ke-i
αj : Efek pemberian komposisi media tanam (A) pada jenis ke-j
βk : Efek panjang setek (K) pada jenis ke-k
(αβ)jk : Interaksi antara pemberiankomposisi media tanam (A) taraf ke j
danpengaruh panjang setek (K) jenis ke-k
εijk : Galat dari blok ke-i, komposisi media tanam(A) ke-j dan Panjang
setek(K) taraf ke-k
32
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Bedengan
Bedengan dibuat dengan tujuan untuk menyeragamkan keadaan lingkungan penyetekan, bedengan tersebut dibuat dengan ukuran 1 x 1 meter dengan jarak anatar bedengan 50 cm.
Persiapan Media Tanam
Persiapan media tanam setek yang digunakan ada empat komposisi, dimana komposisi pertama yaitu campuran tanah bagian top soil dicampur pasir dengan perbandingan 1 : 1 =81 kg : 81 kg, komposisi kedua yaitu top soildicampur dengan pasir dan pupuk kandang sapi dengan perbandingan 1 : 1: 1 = 54 : 54 : 54 kg , komposisi ketiga yaitu top soil dicampur dengan pasir dan pupuk kandang ayam dengan perbandingan 1 : 1: 1 = 54 : 54 : 54 kg, komposisi keempat yaitu top soil dicampur dengan pasir dan kompos sampah kota dengan perbandingan 1 : 1: 1 = 54 : 54 : 54 kg,Setelah dicampur hingga homogen, media tanam tersebut dimasukkan ke dalam polibeg ukuran 3 kg.
Penyiapan dan Pemotongan Setek
Batang yang digunakan untuk setek cabang harus dalam keadaaan sehat,
keras, tua, sudah pernah berbuah 3-4 kali dan cabang berwarna hijau tua.Panjang
tersebut kemudian direndam dalam larutan fungisida berbahan aktif Mankozeb dengan konsentrasi 2 gram/liter air selama 10 menit.
Penanaman
Setek ditanam pada polibeg yang berisi media yang telah disiapkan terlebih dahulu, dibuat lubang agar setek tidak tergesek dengan tanah yang dapat merusak setek. Setek ditanam secara vertikal sedalam 1/3 bagian dari panjang stek.
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada sore hari.Penyiraman dilakukan dengan menggunakan handsprayer agar air tidak sampai menggenang.
Penyiangan
34
Peubah Amatan
Persentase Setek Hidup (%)
Persentase setek hidup dihitung dari perbandingan antara banyaknya setek yang hidup dibandingkan seluruh setek yang ditanam dalam bedengan. Setek tanaman yang hidup ditandai dengan batangnya masih berwarna hijau segar dan tidak layu.Pengamatan dilakukan diakhir pengamatan.
Persentase setek hidup : Jumlah setek hidup x 100% Jumlah setek yang ditanam
Umur Muncul Tunas (Hari)
Pengamatan umur muncul tunas dilakukan setiap hari dengan cara melihat bahan tanam yang telah tumbuh tunas dimana pengamatan dilakukan di sore hari waktu penyiraman tanaman.
Panjang Tunas (cm)
Pengukuran panjang tunas dilakukan dengan mengukur panjang tunas yang pertama sekali muncul menggunakan penggaris mulai dari pangkal tunas sampai ujung tunas, pada umur 60,75 dan 90 hari tanam.
Jumlah Tunas
Perhitungan jumlah tunas dilakukan dengan menghitung semua tunas yang ada pada batang setek pada umur 60, 75 dan 90 hari tanam.
Panjang Akar (cm)
Volume Akar (ml)
Pengukuran volume akar dilakukan pada akhir pengamatan, yaitu dengan cara memasukan akar kedalam gelas ukur yang berisi air kemudian dilihat penambahan volume akarnya.
Bobot Basah Akar (g)
Berat basah akar dilakukan setelah selesai pengamatan yaitu dengan cara memisahkan bagian akar dari batang utama kemudian dibersihkan dari kotoran dan ditimbang akar tersebut dengan menggunakan timbangan analitik
Bobot Kering Akar (g)
36
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Hasil penelitian menunjukan perlakuan komposisimedia tanam buah naga berpengaruh nyata terhadap persentase tumbuh, waktu muncul tunas, panjang tunas 60, 75, 90 HST, panjang akar, volume akar, bobot basah akar dan bobot kering akar. Perlakuan panjang setek berpengaruh nyata terhadap persentase tumbuh, panjang tunas 60, 75, 90 HST, panjang akar, volume akar, bobot basah akar dan bobot kering akar . Interaksi antara komposisimedia tanam dengan panjang setek berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas 60, 75 dan 90 HST dan bobot kering akar.
Persentase Setek Hidup
Data pengamatan persentase setek hiduptanaman buah naga dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 6 –7.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam dan panjang setek berpengaruhnyata terhadap persentase setek hidup, sedangkaninteraksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap persentase setek hidup tanaman buah naga.
Persentase setek hidup buah naga pada berbagai komposisimedia tanam dan panjang setekdapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Persentase setek hidup (%) bibit setek tanaman buah naga pada berbagai jenis media tanam dan panjang setek
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada perlakuan komposisi media tanam, persentase setek hidup tanaman buah naga tertinggi terdapat pada media top soil : pasir : pupuk sampah kota (1:1:1) yaitu 96,30% yang berbeda nyata pada perlakuan top soil : pasir yaitu (1:1)74,08% dan top soil : pasir : pupuk kandang sapi (1:1:1) 77,78%. Persentase setek hidup tanaman buah nagaterpanjang pada perlakuan panjang setek terdapat padapanjang setek 20 cm yakni 93,06% yang berbeda nyata dengan panjang setek 25 cmtetapi berbeda tidak nyata dengan panjang setek 30 cm.
Hubungan persentase bibit setek tanaman buah naga dengan panjang setek dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Hubungan persentase tumbuh bibit setek buah naga dengan panjang setek. Gambar 2 menunjukkan hubungan persentase setek hidup tanaman buah naga dengan panjang setek berbentuk kuadratik negatif dimana persentase setek hidup terendah 68,63%terdapat pada panjang setek 25,53 cm.
38
Umur Muncul Tunas (hari)
Data pengamatan umur muncul tunas setek tanaman buah naga dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran8 –9. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap umur muncul tunas tanaman buah naga.
Umur muncul tunas tanaman buah naga pada berbagai komposisimedia tanam dan panjang setekdapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Umur muncul tunas (hari) tanaman buah naga pada berbagai komposisimedia tanam dan panjang setek.
Komposisi Media Tanam Panjang Setek (cm) Rataan K1(20) K2(25) K3 (30)
Keterangan :Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Rataan Duncan pada taraf α=5%.
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada perlakuan komposisimedia tanam, umur muncul tunas tanaman buah nagayang lebih cepat diperoleh pada komposisimedia tanam top soil : pasir : pupuk kandang ayam (1:1:1)dan top soil : pasir : pupuk kandang sapi (1:1:1)yang berbeda nyata dengan top soil : pasir (1:1) dan top soil : pasir : pupuk sampah kota (1:1:1).
Panjang Tunas 60, 75 dan 90 HST (cm)
Data pengamatan panjang tunas 60, 75 dan 90 HST tanaman buah naga beserta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 10 – 15.Hasil penelitianmenunjukkan bahwa perlakuan komposisimedia tanam dan panjang setek berpengaruh nyata terhadap panjang tunas 60, 75 dan 90 HST, sedangkan interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tunas tanaman buah naga pada 60, 75 dan 90 HST.
Panjang tunas setek tanaman buah naga pada berbagai komposisimedia tanam dan panjang setek dapat dilihat di Tabel 3.
Tabel 3. Panjang tunas (cm) tanaman buah naga pada berbagai komposisimedia tanam dan panjang setek.
HST Media Tanam Panjang Setek (cm) Rataan K1(20) K2(25) K3 (30)
40
Tabel 3 menunjukkan bahwa komposisi media tanam top soil : pasir : pupuk kandang sapi (1:1:1) dan top soil : pasir : pupuk kandang ayam (1:1:1) menghasilkan tunas terpanjang pada 60, 75 dan 90 HST yang berbeda nyata dengantop soil : pasir (1:1) dan top soil : pasir : pupuk sampah kota (1:1:1). Pada perlakuan panjang setek, panjang tunas terpanjang diperoleh pada perlakuan panjang setek 30 cm dan panjang setek 20 cm yang berbeda nyata pada dengan panjang setek 25 cm.
Hubungan panjang tunas tanaman buah naga 90 HST dengan berbagai komposisi media tanam dapat dilhat pada Gambar 2.
Gambar 2. Hubungan panjang tunas bibit setek tanaman buah naga 90 HST dengan berbagai komposisi media tanam
dengan perlakuan top soil : pasir : pupuk kandang sapi (1:1:1) dan top soil : pasir : pupuk sampah kota (1:1:1)sedangkan terpendek pada perlakuan top soil : pasir (1:1).
Hubungan panjang tunas tanaman buah naga 90 HST dengan berbagai panjang setek dapat dilhat pada Gambar 3.
Gambar 3. Hubungan panjang tunas bibit setek tanaman buah naga 90 HST dengan berbagai panjang setek
Gambar 3 menunjukkan hubungan panjang tunas tanaman buah naga dengan panjang setek berbentuk kuadratik negatif dimana panjang tunas terpendek26,77 cm pada perlakuan panjang setek 24,39 cm.
Jumlah Tunas 60, 75 dan 90 HST
Data pengamatan jumlah tanaman buah naga dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran16– 21.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam, panjang setek dan interaksi antara keduanya berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas tanaman buah naga pada 60, 75 dan 90 HST.
42
Jumlah tunas tanaman buah naga pada berbagaikomposisimedia tanam dan panjang setek pada umur 60, 75 dan 90 HST dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah tunas (tunas) tanaman buah naga pada komposisimedia tanam dan panjang setek pada umur 60, 75 dan 90 HST
HST Media Tanam Panjang Setek (cm) Rataan K1(20) K2(25) K3(30)
Keterangan :Angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap kolom dan baris yang sama pada waktu pengamatan yang samamenunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Rataan Duncanpada taraf α=5%.
Panjang Akar
Data pengamatan panjang akar tanaman buah naga dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 22 –23.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan komposisimedia tanam dan panjang setek berpengaruh nyata terhadap panjang akar, sedangkan interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap panjang akar tanaman buah naga.
Panjang akar tanaman buah naga pada berbagai komposisimedia tanam dan panjang setekdapat dilihat pada Tabel5.
Tabel 5. Panjang akar (cm) tanaman buah naga pada berbagai komposisimedia tanam dan panjang setek.
Media Tanam Panjang Setek (cm)
K1 (20) K2(25) K3(30) Rataan .……….cm………….
Top soil : Pasir (1:1) 22,80 30,70 34,43 29,31a Top soil : Pasir : Pukan Sapi (1:1:1) 21,72 18,50 20,75 20,32b Top soil : Pasir : Pukan Ayam (1:1:1) 15,62 15,80 18,72 16,71b Top soil : Pasir : Pupuk Sampah Kota (1:1:1) 23,22 27,28 34,23 28,24a
Rataan 20,84b 23,07ab 27,03a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap baris atau kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Rataan Duncan pada tarafα=5%.
44
Hubungan panjang akar tanaman buah naga dengan berbagai panjang setek dapat dilhat pada Gambar 4.
Gambar 4. Hubungan panjang akar bibit setek tanaman buah naga dengan berbagai panjang setek
Gambar 4 menunjukkan hubungan panjang akar tanaman buah naga dengan panjang setek berbentuk linier positif dimana panjang akar tanaman buah naga terus meningkat dengan peningkatan panjang setek hingga panjang setek 30 cm.
Volume akar
Volume akar tanaman buah naga pada berbagaikomposisimedia tanam dan panjang setek dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Volume akar (ml) tanaman buah naga pada berbagaikomposisimedia tanam dan panjang setek
Media Tanam Panjang Setek Rataan
K1(20) K2(25) K3(30) menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Rataan Duncan pada tarafα=5%.
Tabel 6 menunjukkan bahwa volume akar tanaman buah naga terbesar terdapatpada perlakuan top soil : pasir (1:1) yaitu 9,94 ml yangberbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada perlakuan panjang setek volume akar terbesar diperoleh pada perlakuan panjang setek 30 cm (K3)yaitu 8,83 ml yang berbeda nyata dengan
perlakuan lain.
Hubungan volumeakar tanaman buah naga dengan berbagai komposisi media tanam dapat dilhat pada Gambar 5.
46
Gambar 5menunjukkan hubungan volume akar tanaman buah naga dengan komposisimedia tanam dimana volume akar terbesar pada media tanam top soil : pasir (1:1) yaitu 9,94 ml kemudian diikuti dengan perlakuan top soil : pasir : pupuk kandang sapi (1:1:1) dan top soil : pasir : pupuk sampah kota (1:1:1) dan yang terkecil pada perlakuan top soil : pasir : pupuk kandang ayam (1:1:1).
Hubungan volumeakartanaman buah naga dengan berbagai panjang setek dapat dilhat pada Gambar 6.
Gambar 6. Grafik hubungan volumeakartanaman buah naga dengan berbagai panjang setek.
Gambar 6 menunjukkan hubungan volume akar tanaman buah naga dengan panjang setek berbentuk linier positif yaituvolume akar tanaman buah naga meningkatseiring dengan peningkatan panjang setek hingga panjang setek 30 cm.
Bobot Basah Akar (g)
Data pengamatanbobot basah akar tanaman buah naga dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 26 –27.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan komposisimedia tanam dan panjang setek berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar, sedangkan interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basahakar tanaman buah naga.
Bobot basah akar tanaman buah naga pada berbagai komposisimedia tanam dan panjang setek dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Bobot basah akar tanaman buah naga pada berbagai komposisimedia tanam dan panjang setek.
Media Tanam Panjang Setek (cm) Rataan K1 (20) K2(25) K3(30)
.…………....g.…………...
Top soil : Pasir (1:1) 2,20 4,12 6,81 4,38a Top soil : Pasir : Pukan Sapi (1:1:1) 1,76 2,16 3,92 2,61b Top soil : Pasir : Pukan Ayam (1:1:1) 0,89 2,34 2,21 1,81b Top soil : Pasir : Pupuk Sampah Kota (1:1:1) 1,89 2,84 4,05 2,92b
Rataan 1,68c 2,86b 4,25a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap baris atau kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Rataan Duncan pada tarafα=5%.
48
Hubungan bobot basahakar tanaman buah naga dengan berbagai komposisi media tanam dapat dilhat pada Gambar 7.
Gambar 7. Hubungan bobot basahakar bibit setek buah naga dengan berbagai media tanam.
Gambar 7menunjukkan hubungan bobot basah akar tanaman buah naga dengan media tanam dimana bobot basah akar terberat pada media tanam top soil : pasir (1:1:1) yaitu 4,38 g kemudian diikuti dengan perlakuan top soil : pasir : pupuk sampah kota (1:1:1) dan top soil : pasir : pupuk kandang sapi (1:1:1) dan yang terkecil pada perlakuan top soil : pasir : pupuk kandang ayam (1:1:1).
Hubungan bobot basahakartanaman buah naga dengan berbagai panjang setek dapat dilhat pada Gambar 8.
Gambar 8. Hubungan bobot basahakar bibit setek tanaman buah naga dengan berbagai panjang setek.
Gambar 8 menunjukkan hubungan bobot basah akar tanaman buah naga dengan panjang setek berbentuk linier positif dimana bobot basah akar tanaman buah naga terus meningkat dengan peningkatan panjang setek hingga panjang setek 30 cm. Bobot Kering Akar (g)
Data pengamatanbobot kering tanaman buah naga dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 28 –29.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jenis media tanam, panjang setek dan interaksi antara keduanya berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar tanaman buah naga.
Bobot kering akar tanaman buah naga pada berbagai komposisimedia tanam dan panjang setek dapat dilihat pada Tabel 8.
50
Tabel 8. Bobot kering akar (g) tanaman buah naga pada berbagai komposisimedia tanam dan panjang setek.
Media Tanam Panjang Setek (cm) Rataan K1 (20) K2(25) K3 (30)
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Rataan Duncan pada tarafα=5%.
Tabel 7 menunjukkan bobot kering akar buah naga terberat pada perlakuan panjang setek 20 cm diperoleh pada komposisi media tanam top soil : pasir (1:1) (0,71 g) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan panjang setek 25 cmbobot kering akar terberat pada komposisi media tanam top soil : pasir (1:1) (1,17 g) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lain. Pada perlakuan panjang setek 30 cmbobot kering akar tanaman buah naga terberat diperoleh pada komposisi media tanam top soil : pasir (1:1)(2,42 g) yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Pembahasan
Pertumbuhan Bibit Buah Naga MerahTerhadap Berbagai Komposisi Media Tanam
unsurhara N dimana salah satu fungsi unsur hara N yaitu meningkatkan pertumbuhan tanaman. Pupuk sampah kota dan pupuk kandang ayam juga dapat memperbaikin keseburan tanah dari segi fisik, kimia dan biologi. Hal ini sesuai dengan penelitian Lestari, et al. (2010) yang menyatakan bahwa kompos sampah kota mempunyai peranan yang besar dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang selanjutnya akan memperbaiki kesuburan tanah. Tahan yang subur ditambahkan dengan sedikit pupuk anorganik akan memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan dan hasil didukung oleh pernyataan Hakim, et al. (1986) yang menyatakan bahwa pupuk kandang kotoran ayam mengandung unsur hara makro (N,P,K) yang cukup tinggi sehingga mampu meningkatkan kesuburan dengan memperbaiki sifat fisik, kimia danbiologi tanah serta pertumbuhan perakaran tanaman akan menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan absorbsi unsur hara oleh akar.
52
berporus, banyak mengandung bahan organik, banyak mengandung unsur hara, dan
pH tanah 6,5-7. Selain itu juga didukung dengan pernyataan Andayani dan La sarido
(2013) bahwa pupuk kandang tidak hanya mengandung unsur makro seperti nitrogen (N), fosfat (P) dan kalium (K), namun pupuk kandang juga mengandung unsur mikro seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan mangan (Mn) yang dibutuhkan tanaman serta berperan dalam memelihara keseimbangan hara dalam tanah, karena pupuk kandang berpengaruh untuk jangka waktu yang lama dan merupakan gudang makanan bagi tanaman.
Panjang akar terpanjang, volume akar terbesar dan bobot basah akar terberat diperoleh pada media tanam top soil : pasir (1:1).Komposisi media tanam top soil : pasir (1:1) tidak mampu menahan air karena tidak ada bahan organik sebagai penahan air yang masuk ke dalam tanah. Hal ini sesuai dengan data curah hujan pada bulan Juni – September 2015 waktu penelitian berlangsung terjadi peningkatan curah hujan (Lampiran 3).Hal ini sesuai dengan pernyataan Zulkarnaen, et al. (2013) yang menyatakan bahwa penambahan bahan organik ketanah dapat memperbaiki kualitas fisika tanah, meningkatkan ketersedian hara dalam tanah, meningkatkan kemampuan tanah menahan air tersedia dan mampu memperbaiki pertumbuhan tanaman.
Pertumbuhan Berbagai Panjang Setek Bibit Buah Naga Merah
organ yang dipisah menentukan kapasitas untuk pertumbuhan tunas regeneratif dari organ tersebut kemudian diperjelas oleh Sutedjo (1991) bahwa apa yang terdapat dalam tubuh tanaman sangat berhubungan dengan pertumbuhannya. Cadangan zat makanan yang terdapat di dalam organ setek tersebut merupakan penumpukan hasil fotosintesa yang terdapat didalam batang. Menuruthasil penelitian Sparta, et al (2012) yang menunjukan bahwa waktu muncul tunas, jumlah tunas, panjang tunas, dan panjang akar pada setek buah naga dipengaruhi secara nyata oleh panjang setek. Sedangkan persentase setek tumbuh dan persentase setek bertunas pada setek buah naga tidak dipengaruhi oleh panjang setek.Pertumbuhan setek yang terbaik dapat terlihat pada panjang setek di atas 20 cm.
54
Pertumbuhan Bibit Buah Naga MerahPada Berbagai Komposisi Media tanam danPanjang Setek
yaitu bibit yang mempunyai minimal empat mata tunas atau lebih supaya tanaman cepat menghasilkan cabang-cabang yang produktif.
56
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pemberian komposisi media tanammemberikan responsmeningkatkan pertumbuhan bibit setek buah naga terhadap persentase tumbuh, umur muncul tunas, panjang tunas 60, 75, dan 90 HST, panjang akar, volume akar dan bobot basah akar. Komposisi media tanam terbaik pada penelitian ini yaitu top soil :pasir : pupuk kandang ayam (1:1:1)dan top soil : pasir (1:1).
2. Panjang setekmemberikan respons dalam meningkatkan pertumbuhan bibit setek tanaman buah naga pada persentase tumbuh, panjang tunas 60, 75, dan 90 HST, panjang akar, volume akar, dan bobot basah akar.Panjang setek terbaik diperoleh pada panjang setek 30 cm.
3. Interaksi komposisi media tanam dan panjang setek memberikan respons dalam meningkatkan pertumbuhan bibit setek tanaman buah naga pada jumlah tunas 60, 75, dan 90 HST dan bobot kering akar.Kombinasi terbaik yaitu komposisi media top soil : pasir : pupuk kandang ayam (1:1:1) dengan panjang setek 30 cm.
Saran
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Klasifikasi tanaman buah naga menurut Samadi (2013) adalah sebagai berikut;Kingdom : Plantae; Divisi : Spermatophyta; Subdivisi : Angiospermae; Kelas : Dicotyledonae; Ordo : Cactales;Famili : Cactaceae;Genus : Hylocereus;Spesies:
Hylocereus costaricensis(Web.) Britton & Ross.
Tanaman buah naga mempunyai akar serabut yang menyebar di permukaan tanah (30 cm).Akar tersebut berfungsi untuk menyerap unsur hara dan air untuk kebutuhan hidupnya.Disamping itu, dibagian batangnya juga tumbuh akar yang berfungsi sebagai alat pelekat papapohon panjatan atau tiang penyangga (Samadi,2013).
Batang tanaman ini memiliki kandungan air berbentuk lendir seperti lidah buaya dan apabila dewasa memiliki lapisan lilin.Warna batangnya hijau kebiru-biruan sedikit ungu, dengan bentuk seperti siku dan segitiga yang memanjang. Batang dan cabang tersebut yang berfungsi sebagai daun dalam terjadinya asimilasi. Bentuknya serupa dengan kaktus, lengkap dengan duri dan sulur yang memanjang bak lidah naga. Pada tepi siku siku batang dan cabang, terdapat 4-5 buah duri setiap titik tumbuhnya (Rahayu,2014)
Bunga tanaman buah naga berbentuk seperti terompet, mahkota bunga bagian
luar berwarna krem dan mahkota bunga bagian dalam berwarna putih bersih sehingga
pada saat bunga mekar tampak mahkota bunga berwarna krem bercampur
putih.Bunga memiliki sejumlah benang sari (sel kelamin jantan) yang berwarna
18
terdapat benangsari (sel kelamin jantan) dan putik (sel kelamin betina).Bunga muncul
atau tumbuh di sepanjang batang di bagian punggung sirip yang berduri. Sehingga
dengan demikian, pada satu ruas batang tumbuh bunga yang berjumlah banyak dan
tangkai bunga yang sangat pendek (Renasari, 2010)
Buah naga tergolong buah batu yang berdaging dan berair.Bentuknya bulat memanjang atau bulat sedikit lonjong.Kulitnya ada yang berwarna merah menyala, merah gelap dan kuning.Semua tergantung pada jenisnya dengan ketebalan mencapai 3 mm – 4 mm dan jumbai-jumbai yang mirip seperti sisik naga. Itulah sebabnya buah ini disebut buah naga (Rahayu, 2014)
Daging buah berserat sangat halus dan di dalam daging buah bertebaran biji-biji hitam yang sangat banyak dan berukuran sangat kecil.Daging buah ada yang berwarna merah, putih, dan hitam, tergantung dari jenisnya. Daging buah bertekstur lunak dan rasanya manis sedikit asam (Renasari, 2010).
Biji buah naga ini dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman generatif.Kelemahan, pembiakan dengan menggunakan biji memakan waktu yang cukup lama, sehingga jarang sekali pembudidaya yang menerapkannya.Setiap satu buah naga mengandung biji hampir 1.000 biji (Rahayu, 2014).
Syarat Tumbuh Iklim
Buah naga dapat tumbuh subur pada daerah yang mendapatkan sinar matahari
tinggi.Tanamana ini tergolong tanaman gurun yang tahan terhadap kekeringan dan
sangat cocok untuk mengembangkan tanaman buah naga.Tanaman ini juga dapat
tumbuh di wilayah persisir maupun pedalaman (Rahayu,2014).
Tanaman buah naga merupakan tanaman tropis dan sangat mudah beradaptasi
terhadap lingkungan tumbuh dan perubahan cuaca seperti sinar matahari, angin, dan
curah hujan.Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan tanaman ini adalah sekitar
600 mm/bulan atau 720 mm/tahun. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini
akan lebih baik bila hidup didataran rendah antara 0 – 350 m dpl. Suhu udara yang
ideal bagi tanaman buah naga ini antara 26 – 360C dan kelembaban antara 70 – 90 %
(Renasari, 2010).
Tanaman buah naga mencapai pertumbuhan optimal di dataran rendah dengan
ketinggian 20-500 m diatas permukaan laut, sedangkan tanaman buah naga kuning
dapat tumbuh baik hingga ketinggian 800 mdpl. Tanaman ini membutuhkan
penyinaran cahaya matahari penuh untuk mempercepat proses pembungaan
(Rahayu,2014).
Tanah
Buah naga dapat ditanam dilahan sawah maupun dilahan kering.Yang penting
kondisi tanahnya subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organik. Apabila
lahan yang akan ditanam buah naga merupakan tanah yang kurang subur, masih dapat
diperbaiki dengan memberikan pupuk kandang maupun pupuk anorganik
(Samadi,2013).
Tanaman buah naga menyukai kondisi tanah yang gembur, porous, banyak
mengandung bahan organik, dan unsur hara, serta PH tanah 6,5-7. Media tanaman
20
kekeringan atau cukup rakus air, namun akan busuk apabila kelebihan air
(Rahayu,2014).
Struktur tanah yang gembur juga meningkatkan drainase tanah sehingga dapat mencegah genangan air.Jika drainase tanah baik, maka seluruh kehidupan yang berada di dalam tanah berjalan dengan baik dan tanaman dapat tumbuh dengan subur dan berproduksi baik.Tanaman buah naga tidak tahan terhadap air yang menggenang lama karena dapat menyebabkan perakaran dan batang membusuk.Di samping itu, bila tanaman sedang berbunga atau berbuah, maka keadaaan air yang menggenang dan berlebihan dapat menyebabkan rontoknya semua bunga dan buah (Renasari, 2010).
Setek Tanaman
Pembiakan vegetatif pada awalnya digunakan sebagai salah satu teknik untuk mengatasi jenis-jenis tanaman yang sulit diperoleh bijinya, tidak dapat berbuah setiap tahun atau berbuah dalam jumlah yang sangat terbatas serta jenis-jenis yang belum dikuasai teknik pembiakannya secara generatif (Marni, 2004).
Setek adalah salah satu cara pembiakan vegetatif yang paling umum digunakan. Penyetekan didefinisikan sebagai suatu perlakuan pemisahan atau pelepasan dengan cara memotong bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun, dan tunas dengan maksud agar bagian-bagian tersebut membentuk akar (Kusuma, 2003).
biji.Penyetekan merupakan cara pembiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian vegetatif yang dipisahkan dari induknya, yang apabila ditanam pada kondisi menguntungkan akan berkembang menjadi tanaman sempurna dengan sifat yang sama dengan pohon induk (Febriana, 2009).
Bibit asal cabang harus berasal dari tanaman sehat, tumbuh normal dan telah berbuah.Bibit yang baik berbatang lebih keras hingga lebih tahan penyakit.Standar bibit yang baik berukuran 20 – 30 cm agar berpotensi memiliki cabang yang lebih banyak, cepat besar dan produksi tinggi. Mengingat kebutuhan bibit yang begitu besar dan dalam batas waktu yang cukup singkat, sedangkan pohon induk yang terpilih tersebut jumlahnya terbatas, maka perlu diusahakan penggunaan bahan setek seefisien mungkin (Nurfadilah, et al. 2012)
Batang yang digunakan untuk setek batang atau cabang harus dalam keadaaan sehat, keras, tua, sudah pernah berbuah 3-4 kali dan batang atau cabang berwarna hijau tua. Ukuran setek pada tanaman buah naga yang ideal yaitu antara 20-30 cm, tetapi juga ada yang membuat bibit dengan panjang 40 cm. Digunakan setek dengan ukuran tersebut karena batang harus mempunyai banyak mata tunas sehingga dapat membentuk tunas baru dan tunas yang tumbuh akan cepat membesar. Bibit yang baik yaitu bibit yang mempunyai minimal empat mata tunas atau lebih supaya tanaman cepat menghasilkan cabang-cabang yang produktif (Renasari, 2010).
22
persentase setek bertunas pada setek buah naga tidak dipengaruhi oleh panjang setek.Pertumbuhan setek yang terbaik dapat terlihat pada panjang setek di atas 20 cm.
Dari hasil penelitian Nuryana, et al. (2012) menyatakan panjang setek bibit buah naga berpengaruh nyata terhadap panjang tunas, pertambahan bobot segar bibit dan bobot kering bibit. Panjang setek terbaik adalah stek dengan panjang 30 cm. Komposisi media memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter waktu muncul tunas, panjang tunas, jumlah tunas, dan pertambahan bobot segar bibit. Media Tanam
Media tanam berperan di dalam pembibitan tanaman sebagai tempat tumbuh dan berakar.Pemilihan media tanam harus disesuaikan dengan tujuannya sebagai media semai dan perbanyakan bahkan sampai tanaman tersebut berproduksi (Setiabudi, 2010).
Mutu bibit dipersemaian diantaranya dipengaruhi secara langsung oleh kondisi media tempat tumbuhnya. Media tumbuh mempunyai peranan penting dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup tanaman yaitu memberi dukungan mekanik menjadi tempat berjangkarnya akar, menyediakan ruang untuk partumbuhan dan perkembangan akar, serta menyediakan udara untuk respirasi, air dan hara yang
dibutuhkan oleh tanaman (Putri dan Djam’an, 2004).
Keberhasilan setek tanaman sebagai sumber bibit di lapang dapat dipengaruhi oleh media yang digunakan.Media tanam yang umum digunakan yaitu media tanah yang dicampur arang sekam yang berfungsi untuk mempermudah drainasedan media tanah yang dicampur pupuk kandang yang memiliki fungsi untuk memperbaiki struktur fisik dan biologi tanah, meningkatkan daya serap tanah terhadap air (Simanungkalit et al. 2006).
Tanah sebagai media pertumbuhan tanaman memberikan pengaruh bagi kelangsungan hidup tanaman.Media yang biasa digunakan pertumbuhan adalah pupuk kandang, arang sekam dan juga serbuk gergaji.Semua bahan media ini merupakan media organik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Purwowidodo, 1983).
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya tanaman secara terus- menerusmenyerap unsur hara sehingga ketersediaan unsur hara dalam tanah berkurang.Oleh karenanya tanah memerlukan tambahan unsur hara dari luar.Caranya dengan pemberian pupuk. Jenis pupuk yang diberikan antara lain pupuk kandang (Setiabudi, 2010).
Pupuk Kandang Sapi
24
diberikan kedalam tanah untuk menambah bahan organik, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya ikat air dan memacu aktivitas mikroorganisme (Kartikawat,et al. 2011).
Pupuk kandang adalah salah satu bahan organik yang merupakan campuran kotoran padat dan cair ternak yang tercampur dengan sisa makanannya, pupuk kandang dikatakan siap dipakai untuk memupuk tanah bila sudah tidak terjadi penguraian oleh mikroorganisme dan tidak tercium lagi bau tajam sepeti bau amoniak yang kurang enak. Bentuknya sudah berupa tanah gembur kalau diremas akan nampak kering dan berwarna coklat tua (Purwanto, 2008).
Pupuk kandang tidak hanya mengandung unsur makro seperti nitrogen (N), fosfat (P) dan kalium (K), namun pupuk kandang juga mengandung unsur mikro seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan mangan (Mn) yang dibutuhkan tanaman serta berperan dalam memelihara keseimbangan hara dalam tanah, karena pupuk kandang berpengaruh untuk jangka waktu yang lama dan merupakan gudang makanan bagi tanaman (Andayani dan La Sarido, 2013).
Pupuk Kandang Ayam
Kotoran ayam merupakan jenis pupuk organik yang berasal dari bahan-bahan organik.Pupuk ini biasanya digunkan sebagai pupuk dasar yaitu dicampurkan dengan tanah pada saat masa tanam, meskipun hanya menyediakan unsur-unsur dalam jumlah sedikit tetapi pupuk ini sangat baik untuk memperbaiki sifat tanah menjadi tanah dan dapat ditembus akar dengan mudah serta dapat menyimpan air dan udara dengan cukup (Anisa, 2011).
Pupuk kandang kotoran ayam mengandung unsur hara makro (N,P,K) yang cukup tinggi sehingga mampu meningkatkan kesuburan dengan memperbaiki sifat fisik, kimia danbiologi tanah serta pertumbuhan perakaran tanaman akan menjadi lebih baik sehingga dapat meningkatkan absorbsi unsur hara oleh akar (Hakim et al. 1986).
Kriteria pupuk kandang yang baik adalah jika perbandingan C dan N kurang dari 15 dengan kadar C organic lebih dari 10 % kandungan unsur hara berbagai jenis pupuk kandangan sangat bervariasi tergantung dari jenis ternak dan makanannya. Pupuk kandang ayam mempunyai kandungan unsur hara N, P, dan K lebih tinggi di banding dengan pupuk kendang lain (Purwanto, 2008)
26
Pupuk Sampah Kota
Pupuk kompos merupakan hasil akhir dari dekomposisi atau fermentasi dari tumpukan sampah-sampah organik yang berasal dari tumbuhan atau tanaman ataupun yang berasal dari hewan. Sumber bahan organik untuk dibuat kompos seperti sampah-sampah kota dan limbah pertanian berupa jerami terdapat dalam jumlah yang banyak dan mudah diperoleh. Bahan organik dari sampah-sampah kota dan limbah pertanian lainnya dalam jumlah yang banyak tidak dapat digunakan secara langsung sebagai pupuk tetapi harus terlebih dahulu didekomposisikan sehingga melapuk dengan tingkat C/N yang rendah (10-12) (Damanik,et al. 2010).
Bahan yang dapat digunakan sebagai pupuk organik adalah sampah kota, yang sebagian besar terdiri dari sampah organik yang secara keseluruhan atau sebagian mengalami.dekomposisi. Kompos sampah kota mudah didapat dalam jumlah yang bayak, karena bahan baku kompos sampah kota terdiri dari sampah buangan organik yang terdapat dikota yang meliputi sampah dari kegiatan rumah tangga (pemukiman), pertokoan, pasar, perkantoran, dan lain – lain,dimana sampah kota umumnya dikelola olehinstasi pengelola kebersihan (Evita, 2006)
Berdasarkan hasil penelitian Evita (2009) Pemberian kompos sampah kota berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang primer, berat kering pupus tanaman, berat kering akar tanaman, jumlah polong berisi pertanaman, jumlah biji pertanaman, dan hasil tanaman kacang hijau. Pemberian kompos sampah kota dosis 8 ton/ha secara keseluruhan telah mampu memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau terbaik.
Kompos sampah kota mempunyai peranan yang besar dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang selanjutnya akan memperbaiki kesuburan tanah. Tanah yang subur ditambahkan dengan sedikit pupuk anorganik akan memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan dan hasil (Lestari, et al. 2010).
Manfaat dan Kegunaan Buah Naga
Kandungan yang terdapat dalam buah naga merah salah satunya adalah senyawa anthocyaninyang memiliki fungsi sebagai pencegah penuaan diri. Sementara itu, biji buah naga memiliki kandungan albumen yang bertugas mengumpulkan sisa-sisa makanan serta mengeluarkan racun dari dalam tubuh (Rahayu, 2014)
Kandungan gizi buah naga berdaging merah per 100 gram : kadar air 82,5 – 83 g, protein 0,159 – 0,229 g, lemak 0,21 – 0,61 g, serat kasar 0,70-0,90 g, karotin 0,005 – 0,012 mg, kalsium 6,3 - 8,8 mg, fosfor 30,2 – 36,1 mg, besi 0,55 – 0,65 mg, vitamin B1 0,28 – 0,043 mg, vitamin B2 0,043 – 0,045 mg,vitamin B3 0,297 – 0,43
28
Fakta yang didapat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Departement of
Applied Chemistry Nation Chinan University, kulit buah naga secara klinis
mengandung sebuah senyawa pentacylic triyepene teraxast 20 ene aol dan teraxast 12,20 (30) dien 3 aol. Senyawa ini berfungsi untuk melindungi dan menjaga kelenturan pembuluh darah.Selain itu, kandungan yang terkandung dalam kulit buah naga dapat menghambat sel-sel tumor (Rahayu, 2014).
Menurut hasil riset Agricultural Reasearch Service (ARS) dan United States
Department of Agricultural (USDA), buah naga yang berdaging merah memiliki
aktivitas anti oksidan yang lebih tinggi dibanding buah naga berdaging putih (Samadi, 2013).
PENDAHULUAN Latar Belakang
Tanaman buah naga (Hylocereus costaricensis(Web) Britton & Ross)belum lama dikenal, dibudidayakan, dan diusahakan di Indonesia.Tanaman dengan buah berwarna merah dan bersisik hijau ini merupakan pendatang baru bagi dunia pertanian di Indonesia.Membudidayakan tanaman buah naga merupakan salah satu peluang usaha yang menjanjikan karena pengembangannya sangat bagus di daerah tropis seperti di Indonesia (Putra, 2011).Buah naga merupakan salah satu komoditi hortikultura yang mempunyai potensi pasar cukup cerah.Hal ini dapat dilihat dari segi tingginya peminat buah naga tersebut.Tercatat kebutuhan buah naga di Indonesia mencapai 200-400 ton per tahun, namun kebutuhan buah naga yang dapat dipenuhi masih kurang dari 50% (Winarsih, 2007).
Pengembangan agribisnis buah naga mulai muncul di Indonesia pada tahun 2003.Sejak itu, pengusaha agrobisnis di Indonesia sudah banyak yang berminat terhadap komoditas ini, karena membudidayakan buah naga relatif mudah dan prospeknya sangat cerah dibandingkan dengan buah lainnya (Purwati, 2013).
15
dapat berbuah setiap tahun atau berbuah dalam jumlah yang sangat terbatas serta jenis-jenis yang belum dikuasai teknik pembiakannya secara generatif.Perbanyakan vegetatif yang dilakukan pada buah naga yaitu dengan menggunakan setek batang.Salah satu keuntungan perbanyakan buah nagadengan setek ini adalah bibit yang dihasilkan seragam.Setek yang biasanya digunakan berukuran 30 cm yang berasal dari cabang yang produktif.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan setek berakar dan tumbuh baik adalah sumber bahan setek dan perlakuan terhadap bahan setek.Hal yang perlu diperhatikan dalam perlakuan terhadap bahan setek adalah penggunaan jenis media.Berdasarkan penelitian Sofyan dan Muslimin(2007), pasir merupakan jenis media yang cocok bagi pertumbuhan awal setek.Pasir memiliki tekstur dan aerasi yang cocok bagi pertumbuhan akar, namun pasir tidak memiliki kandungan unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan lanjutan sehingga harus dilakukan penyapihan sampai bibit siap tanam. Untuk itu perlu dicari media lain sebagai pengganti pasir yang memiliki aerasi yang baik juga mengandung unsur hara yang dibutuhkan bibit.
Media tanam merupakan media tumbuh yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.Media yang baik untuk pertumbuhan tanaman adalah tanah yang mempunyai sifat fisik, kimia dan biologi yang baik serta tidak beracun dan mengandung bahan organik yang tinggi (Purwanto, 2008).
dipengaruhi oleh kondisi bahan setek terutama persediaan karbohidrat dan nitrogen (Sparta,2012).
Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian mengenai pertumbuhan bibit buah naga merahpada berbagai komposisi media tanam dan panjang setek.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan bibit buah naga merahpada berbagai komposisi media tanam dan panjang setek.
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh nyata padapertumbuhan bibit buah naga merahpada berbagai komposisi media tanam dan panjang setek.
Kegunaan Penelitian
4
ABSTRAK
FIZRI ZULKARNAEN SIREGAR : Pertumbuhan bibit buah naga merah
(Hylocereus costaricensis (web) britton & rose) pada berbagai panjang setek dan
komposisi media tanam, dibimbing oleh : LISA MAWARNI dan YAYA HASANNAH
Salah satu cara untuk memperbanyakt anaman buah naga yaitu dengan cara setek.Pemilihan bahan tanam dan media tanam merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan setek. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian ±25 m dpl, yang dilaksanakan pada bulan Junisampai September 2015. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 2 faktor yaitu,komposisi media tanam yang terdiri dari, top soil : pasir (1:1), top soil : pasir : pupuk kandang sapi (1:1:1), top soil : pasir : pupuk kandang ayam (1:1:1), top soil : pasir : pupuk sampah kota (1:1:1) dan panjang setek yang terdiri dari 20, 25, 30 yang diulang tiga kali.Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada tarafα = 5%.
Hasil menunjukkan bahwa komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap persentase tumbuh,waktu muncul tunas, panjang tunas 60, 75, 90 HST, panjangakar, volume akar, danbobotbasahakar. Panjangsetek berpengaruh nyata terhadap persentase tumbuh,panjang tunas 60, 75, 90 HST, panjang akar, volume akar, danbobot basah akar.Interaksi antara jenis media tanam dengan panjang setek berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas 60, 75, 90 HST dan bobot kering akar.
ABSTRACT
FIZRI ZULKARNAEN SIREGAR : Growth seedling red dragon fruit (Hylocereus costaricensis (web) britton & rose) at various composition of planting
media and cutting length, guided by : LISA MAWARNI and YAYA HASANNAH.
One way to reproduce the dragon fruit that is by cuttings. Factors affecting the success of cuttings are the planting materials and planting media. Research was conducted in the experimental field of the Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara about ± 25 m sea level rise, which is held in June and September 2015. The study conducted by randomized block design (RAK) with 2 factors, namely, the composition of planting media consisting of, top soil : sand (1:1), top soil : sand : cow manure (1:1:1), top soil : sand : chiken manure (1:1:1), top soil : sand : municipal waste (1:1:1) and cutting length consisting of 20, 25, 30 cm, which is three
replication. Data were analyzed using analysis of variance followed by Duncan’s
multiple range test (DMRT) α = at 5%.
The result showed that the composition of planting media significantly affect the percentage of growth, the time of appears buds, shoots length 60, 75, 90 day after planting, root length, root volume and root wet weight. Long cutting significant effect on the percentage of growth, long shootss 60, 75, 90 day after planting, root length, root volume and root wet weight. Interaction between the composition of planting media and cutting length significantly affect the number of shoots 60, 75, 90 days after planting and root dry weight.
1
PERTUMBUHAN BIBIT BUAH NAGA MERAH(Hylocereuscostaricensis(Web) Britton & Rose) PADA BERBAGAI PANJANG SETEK DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM
SKRIPSI
OLEH:
FIZRI ZULKARNAEN SIREGAR 110301052
BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERTUMBUHAN BIBIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereuscostaricensis(Web) Britton & Rose) PADA BERBAGAI PANJANG SETEK DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM
SKRIPSI
OLEH:
FIZRI ZULKARNAEN SIREGAR 110301052
BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
Skripsi sebagai pedoman dalam penelitian yang merupakan salah satu syarat Untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
3
Judul Penelitian Pertumbuhan Bibit Buah Naga Merah
(Hylocereuscostaricensis (Web) Britton & Rose) Pada
Berbagai Komposisi Media Tanam dan Panjang Setek Nama Fizri Zulkarnaen Siregar
NIM 110301052
Program Studi Agroekoteknologi
Minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan
Disetujui Oleh :
(Ir. Lisa Mawarni, MP) (Dr. Ir. YayaHasanah, MSi)
ABSTRAK
FIZRI ZULKARNAEN SIREGAR : Pertumbuhan bibit buah naga merah
(Hylocereus costaricensis (web) britton & rose) pada berbagai panjang setek dan
komposisi media tanam, dibimbing oleh : LISA MAWARNI dan YAYA HASANNAH
Salah satu cara untuk memperbanyakt anaman buah naga yaitu dengan cara setek.Pemilihan bahan tanam dan media tanam merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan setek. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian ±25 m dpl, yang dilaksanakan pada bulan Junisampai September 2015. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 2 faktor yaitu,komposisi media tanam yang terdiri dari, top soil : pasir (1:1), top soil : pasir : pupuk kandang sapi (1:1:1), top soil : pasir : pupuk kandang ayam (1:1:1), top soil : pasir : pupuk sampah kota (1:1:1) dan panjang setek yang terdiri dari 20, 25, 30 yang diulang tiga kali.Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada tarafα = 5%.
Hasil menunjukkan bahwa komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap persentase tumbuh,waktu muncul tunas, panjang tunas 60, 75, 90 HST, panjangakar, volume akar, danbobotbasahakar. Panjangsetek berpengaruh nyata terhadap persentase tumbuh,panjang tunas 60, 75, 90 HST, panjang akar, volume akar, danbobot basah akar.Interaksi antara jenis media tanam dengan panjang setek berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas 60, 75, 90 HST dan bobot kering akar.
5
ABSTRACT
FIZRI ZULKARNAEN SIREGAR : Growth seedling red dragon fruit (Hylocereus costaricensis (web) britton & rose) at various composition of planting
media and cutting length, guided by : LISA MAWARNI and YAYA HASANNAH.
One way to reproduce the dragon fruit that is by cuttings. Factors affecting the success of cuttings are the planting materials and planting media. Research was conducted in the experimental field of the Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara about ± 25 m sea level rise, which is held in June and September 2015. The study conducted by randomized block design (RAK) with 2 factors, namely, the composition of planting media consisting of, top soil : sand (1:1), top soil : sand : cow manure (1:1:1), top soil : sand : chiken manure (1:1:1), top soil : sand : municipal waste (1:1:1) and cutting length consisting of 20, 25, 30 cm, which is three
replication. Data were analyzed using analysis of variance followed by Duncan’s
multiple range test (DMRT) α = at 5%.
The result showed that the composition of planting media significantly affect the percentage of growth, the time of appears buds, shoots length 60, 75, 90 day after planting, root length, root volume and root wet weight. Long cutting significant effect on the percentage of growth, long shootss 60, 75, 90 day after planting, root length, root volume and root wet weight. Interaction between the composition of planting media and cutting length significantly affect the number of shoots 60, 75, 90 days after planting and root dry weight.
RIWAYAT HIDUP
Fizri Zulkarnaen Siregar dilahirkan di Lubuk Pakam, 13 Januari 1993, Kab. Deli Serdang, anak ke tiga dari 4 bersaudara, dari ayahanda Muhammad Basir Siregar dan Ibunda Sri Bulan.Pendidikan yang ditempuh penulis adalah : sekolah dasar di SDN 060823 Medan tamat pada tahun 2005, sekolah menengah pertama di SMPN 8 Medan tamat pada tahun 2008, sekolah menengah atas di SMAN 5 Medan tamat pada tahun 2011. Penulis diterima di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara pada tahun 2011 melalui jalaur SNMPTN Memilih Program Studi Agroekoteknologi.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Surya Bratasena Plantation, Riau pada tahun 2014.
7
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Judul skripsi ini adalah “Pertumbuhan Bibit Buah Naga Merah (Hylocereus
Costaricensis (Web) Britton & Rose) pada Berbagai Komposisi Media Tanam dan
Panjang Setek” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar
sarjana Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ayahanda dan ibunda yang telah memberikan dukungan dan doanya. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada dosen pembimbing, Ibu Ir. Lisa Mawarni, MP., selaku ketua komisi pembimbing, Ibu Ir. Yaya Hasanah, M.Si., selaku anggota komisi pembimbing yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Medan, Desember 2015
DAFTAR ISI
Penyiapam dan Pemotongan Setek ... 19
9
Waktu Muncul Tunas ... 21
Panjang Tunas (cm) ... 21
Jumlah Tunas... 21
Panjang akar (cm)... 21
Volume Akar (ml) ... 22
Bobot Basah akar (g) ... 22
Bobot kering akar (g) ... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 23
Pembahasan ... 37
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 43
Saran ... 43
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1. Persentase setek hidup (%) bibit setek tanaman buah naga pada berbagai jenis media tanam dan panjangsetek...23 2 Umur muncul tunas (hari) bibit setek tanaman buah naga pada berbagai jenis
media tanam dan panjangsetek ...25 3 Panjang Tunas (cm) bibit setek tanaman buah naga pada berbagai jenismedia
tanam dan panjangsetekpada 60,75 dan 90 HST ...26 4 Jumlah tunas (tunas) bibit setek tanaman buah naga pada berbagai jenis media
tanam dan panjangsetek pada 60,75 dan 90 HST ... 29 5 Panjang akar (cm) bibit setek tanaman buah naga pada berbagai jenis media
tanam dan panjangsetek ...30 6 Volume akar (ml) bibit setek tanaman buah naga pada berbagai jenis
Media tanamdanpanjangsetek ...32 7 Bobotbasah akar (g)bibit setek tanaman buah naga pada berbagai jenis
auksin alami dan konsentrasinya ...34 8 Bobot kering akar (g)bibit setek tanaman buah naga pada berbagai jenis
11
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1. Hubungan persentase tumbuh bibit setek tanaman buah naga dengan panjang setek... 24 2. Hubungan panjang tunas bibit setek tanaman buah naga 90 HST dengan
berbagai komposisi media tanam ... 27 3. Hubungan panjang tunasbibit setek tanaman buah naga 90 HST dengan
panjang setek ... 28 4. Hubungan panjang akar bibit setek tanaman buah naga dengan panjang setek
...31 5. Hubungan volume akar bibit setek tanaman buah naga dengan berbagai
komposisi media tanam ... 32 6. Hubungan volume akar bibit setek tanaman buah naga dengan panjang setek
...33 7. Hubungan bobot basah akar bibit setek tanaman buah naga dengan berbagai
komposisi media tanam ... 35 8. Hubungan bobot basah akar bibit setek tanaman buah naga dengan panjang
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1. Bagan plot penelitian...50
2. Bagan penanam pada plot ...51
3. Jadwal kegiatan penelitian ...52
4. Deskripsi tanaman buah naga...52
5. Gambar kegiatan penelitian...53
6. Data pengamatan persentase setek tumbuh (%) ...54
7. Sidik ragam persentase setek tumbuh ...54
8. Data pengamatan waktu muncul tunas (hari) ...55
9. Sidik ragam waktu muncul tunas ...55
10. Data pengamatan panjang tunas 60 HST (tunas) ...56
11. Sidik ragam panjang tunas 60 HST ...56
12. Data pengamatan panjang tunas 75 HST (tunas) ...57
13. Sidik ragam panjang tunas 75 HST ...57
14. Data pengamatan panjang tunas 90 HST (tunas) ...58
15. Sidik ragam panjang tunas 90 HST ...58
16. Data pengamatan jumlah tunas 60 HST (tunas) ...59
17. Sidik ragam jumlah tuunas 60 HST ...59
18. Data pengamatan jumlah tunas 75 HST (tunas) ...60
19. Sidik ragam jumlah tunas 75 HST ...60
20. Data pengamatan jumlah tunas 90 HST (tunas) ...60
13
22. Data pengamatan panjangakar(cm) ...61
23. Sidik ragam panjang akar (cm) ...61
24. Data pengamatan volume akar (ml) ...62
25. Sidik ragam volume akar (ml)...62
26. Data pengamatan bobot basah akar (gr) ...63
27. Sidik ragam bobot basah akar (gr) ...63
28. Data pengamatan bobot kering akar (gr) ...64