• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Perbandingan Kadar Pb dan Fe Di Dalam AkarEnceng Gondok Tua dan Akar Enceng Gondok Muda (Eichhornia Crassipes) Yang Berasal Dari Pantai Putri Lopian Pangururan Kabupaten Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Perbandingan Kadar Pb dan Fe Di Dalam AkarEnceng Gondok Tua dan Akar Enceng Gondok Muda (Eichhornia Crassipes) Yang Berasal Dari Pantai Putri Lopian Pangururan Kabupaten Samosir"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1: Tabel Standar Kualitas Kompos SNI : 19-7030-2004

No Parameter Satuan Minimum Maksimum

1 Kadar Air % 0C 50

(2)
(3)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, L. 2004. Dasar Nutrisi Tanaman. Jakarta: Rineka Cipta

Armitage, E. R. 1974. The Run-Off of Fertilizers from Agricultural Land and Their Effects on the Natural Environment. London: Butterwoth & CO Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia. Connel, D.W. dan G.J. Miller., 1995.Kimia dan Ekotoksikologi

Pencemaran.Penerbit UI Press

Chadha. 1995. Timbal Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi kelima. Jakarta: Penerbit Widya

Dalimartha, D. S. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Pustaka Bunda Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: Penerbit UI

Day, R.A. Underwood. 1994. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga Djuarnani, N. 2005. Cara Tepat Membuat Kompos. Jakarta: Agromedia Pusaka Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan. Jakarta: Kasinus

Fardiaz, S.1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Penerbit kasinus

Foth, H. D. 1984. Fundamental of Soil Science. New York: John Willey & Sons Greenberg, A. E. 1985. Standar Methods For the Examination of Water and

Waste Water. Sixteenth Edition. Washington: American Public Health association.

Ingole, N. W. 2003. Removal Of Heavy Metals From Aqueous Solution By Water Hyacinth (eichhonia Crassipes). J. Water SRT-Aqua

Isnaini, M. 2006. Pertanian Organik Untuk Keuntungan Ekonomi dan Kelestarian Bumi. Yogyakarta: Kreasi Wacana

Khopkar, S. M. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press

Kirby., Mengel, K. 1987. Principle of Land Nutrition. Swizhzerland: International Potash Institute

(4)

Meyer, E. 1990. Chemistry of Hazardous Materials. Second Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc

Mukhlis. 2011. Kimia Tanah Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama Medan: Usu Press Nelson, L.B. 1972. Agricultural Chemicals in Relation to Environmental Quality,

Chemical Fertilizer, Present and Future. J. Environ Qual

Palar, H. 2004. Pencemaran dan Etoksiologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta Pinto, C. 1987.Utilization Of Water Hyacinth From Removal and Recovery Of

Silver. Indutrial Waste Water: Water Science and Technology

Roekmijati. 1997. Kesetimbangan Antar Pertumbuhan dan Panenan Dalam Rangka Pemanfaatan Eceng Gondok. Jakarta: Lingkungan Pembangunan Sigit, P. 2001. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. Jakarta: Swadaya

Sigalingging, D. 2008. Pengaruh Waktu Pengomposan Dengan Pseudomonas sp. Terhadap Kadar Posfor (P) Sebagai P2O5, Karbon (C) Organik Dan Nitrogen (N) Dari Kompos Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes). Medan: USU Press

Suciastuti, E., Sutrisno, C. 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Suprapti, L. 2000. Kerajinan dari Eceng Gondok. PT Trubus Agri Sarana: Surabaya

Supriharyono. 2007. Konservasi Ekosistem Sumberdaya hayati. Edisi Pertama Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Svehla, G.1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi kelima. Jakarta: PT Kalaman Media Pusaka

Upadhyay, A. R. 2006. Principle and Process of Biofiltration of Cd, Cr, Co, Ni & Pb from Tropical Opencast Coalmine Effluent

Widowati, W. 2008. Efek Toksik Logam Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta: Penerbit Andi

Yuwono, D. 2006. Kompos. Seri Agritekno. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya Zayed, A. G. T. 1998. Phytoaccumulation Of Trace Elements. Wetland Plants:

(5)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1.Alat-Alat

Alat-alat yang digunakan, sebagai berikut : − Spektrofotometer Serapan Atom

− Neraca analitik Mettler PM 400

− Oven Fisher

− Desikator

− Tanur Fisher

− Peralatan gelas Pyrex

− Hot plate Fisher

− Bola karet − Pipet tetes − Cawan crusibe

− Kertas saring Whatman No. 42 − Botol akuades

− Corong gelas

− Beaker gelas Pyrex

− Pipet volume Pyrex

− Gelas ukur Pyrex

(6)

3.2.Bahan-Bahan

− HNO3(p) p.a. (E. Merck) − NH4OH 10 % p.a. (E. Merck) − Pb(NO3)2 p.a. (E. Merck) − FeSO4.7H2O p.a. (E. Merck) − KMnO4 0,1 N p.a. (E. Merck) − Akuades

− Indikator universal

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1.Pengambilan Sampel Eceng Gondok

Sampel akar enceng gondok (Eichhornia Crassipes) diambil secara acak dari daerah Pantai Putri Lopian, yaitu dari sekitar keramba di dermaga pelabuhan Pangururan.

3.3.2. Penyediaan Sampel

Sampel akar enceng gondok dirajang menjadi potongan-potongan kecil, selanjutnya dikeringkan di bawah sinar matahari selama kurang lebih 3 hari.

3.3.3. Pembuatan Larutan Standar Pb

a. Larutan Blanko

(7)

b. Larutan Standar Pb 1000 mg/L

Sebanyak 1,6570 g Pb(NO3)2 dimasukkan ke dalam beaker glass yang telah berisi akuades dan diaduk hingga seluruh kristal larut sempurna, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 1000 ml, ditambahkan akuades hingga garis tanda dan kemudian dihomogenkan.

c. Larutan Standar Pb 100 mg/L

Dipipet sebanyak 10 ml larutan standar Pb 1000 mg/L dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, ditambahkan akuades hingga garis tanda dan kemudian dihomogenkan.

d. Larutan Standar Pb 10 mg/L

Dipipet sebanyak 10 ml larutan standar Pb 100 mg/L dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, ditambahkan akuades hingga garis tanda dan kemudian dihomogenkan.

e. Larutan Seri Standar Pb 0,2; 0,4; 0,6; 0,8, 1,0 mg/L

Dipipet masing-masing sebanyak 1; 2; 3; 4; 5 ml larutan standar Pb 10 mg/L dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, ditambahkan akuades hingga garis tanda dan kemudian dihomogenkan.

3.3.4. Pembuatan Larutan Standar Fe a. Larutan Blanko

(8)

b. Larutan Standar Fe 1000 mg/L

Sebanyak 4,9784 g FeSO4.7H2O dimasukkan ke dalam beaker glass yang telah berisi campuran akuades dan H2SO4, diaduk hingga seluruh kristal larut sempurna, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 1000 ml, ditambahkan KMnO4 0,1 N setetes demi setetes sampai diperoleh warna merah muda, ditambahkan akuades hingga garis tanda dan kemudian dihomogenkan.

c. Larutan Standar Fe 100 mg/L

Dipipet sebanyak 10 ml larutan induk Fe 1000 mg/L dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, ditambahkan akuades hingga garis tanda dan kemudian dihomogenkan.

d. Larutan Standar Fe 10 mg/L

Dipipet sebanyak 10 ml larutan induk Fe 100 mg/L dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, ditambahkan akuades hingga garis tanda dan kemudian dihomogenkan.

e. LarutanSeri Standar Fe 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 mg/L

Dipipet masing-masing sebanyak 1; 2; 3; 4; 5 ml larutan standar Fe 10 mg/L dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, ditambahkan akuades hingga garis tanda dan kemudian dihomogenkan.

3.3.5. Preparasi sampel

(9)

sampai kering dan asap yang dihasilkan habis. Kemudian diabukan pada suhu 550-6000C selama 3 jam dalam tanur listrik lalu didinginkan di dalam desikator. 3.3.6. Penentuan Pb dan Fe dalam sampel

Abu sampel yang diperoleh pada destruksi kering ditimbang sebanyak 5 gram dengan menggunakan neraca analitis. Kemudian sampel dimasukkan ke dalam beaker glass 250 ml ditambahkan 10 ml akuades lalu ditambahkan 25 ml HNO3 pekat. Kemudian ditambahkan 2 ml H2O2 25 %. Ditutup dengan kaca arloji lalu dipanaskan di atas hot plate hingga setengah volume awal. Kemudian didinginkan lalu disaring dengan kertas saring whatman No. 42, dicuci residu dengan akuades panas dan digabungkan dengan filtrat penyaringan lalu dikumpulkan dalam labu ukur 100 ml kemudian diatur pHnya 2-4 dan diencerkan dengan akuades sampai garis tanda.

3.3.7. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standar Pb

Larutan blanko Pb 0,00 mg/L ditentukan absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom pada λ = 283,3 nm dan dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar Pb 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1,0 mg/L.

3.3.8. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standar Fe

Larutan blanko Fe 0,00 mg/L ditentukan absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom pada λ = 248,3 nm dan dilakukan hal yang sama untuk arutan seri standar Fe 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1,0 mg/L.

3.3.9.Penentuan kadar Pb pada sampel dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom

Larutan sampel yang telah didestruksi ditentukan absorbansinya pada λ = 283,3

nm dengan menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom.

3.4. Penentuan kadar Fe pada sampel dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom

Larutan sampel yang telah didestruksi ditentukan absorbansinya pada λ = 248,3

(10)

3.5. Bagan Penelitian

3.5.1. Pembuatan Kurva Kalibrasi Timbal (Pb)

larutan blanko Timbal (Pb) 0,00 mg/L

ditentukan absorbansinya pada

panjang gelombang = 283,3 nm dengan

menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom

Hasil

NB: dilakukan prosedur yang sama untuk larutan seri standar timbal (Pb) 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1,0 mg/L.

3.5.2. Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi (Fe)

larutan blanko Besi (Fe) 0,00 mg/l

ditentukan absorbansinya pada

panjang gelombang = 248,3 nm dengan

menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom

Hasil

(11)

3.5.3. Penyediaan Sampel Eceng gondok basah

dipilih sampel secara acak dari pantai putri lopian pangururan

dipotong-potong kecil

dikeringkan di bawah sinar matahari selama 3 hari

dimasukkan ke dalam desikator

Sampel eceng gondok

3.5.4. Pengabuan Sampel

10 gram eceng gondok

dimasukkan ke dalam cawan krusibel

dipanaskan di atas hotplate sampai larutannya kering dan asap yang

dihasilkan habis

Hasil

dimasukkan ke dalam tanur listrik

diabukan dalam tanur pada suhu 550-6000C selama 3 jam

didinginkan di dalam desikator

(12)

3.5.5. Penyediaan Larutan Sampel Untuk Penentuan Pb

sampel eceng gondok

Dihaluskan dengan alu dan lumpang

Dikeringkan dalam oven

Ditanurkan pada suhu 550-6000C selam 3 jam

sampel eceng gondok

Ditimbang sebanyak 5 gram

Dimasukkan kedalam beaker glass 250 ml Ditambahkan 10 ml akuades

Ditambahkan 25 ml HNO3 Pekat

Ditutup dengan kaca arloji

Dipanaskan hingga setengah volume awal

Didiamkan hingga dingin

Disaring dengan kertas saring whatman No. 42

Filtrat Residu

Dibilas dengan akuades panas

Dikumpulkan dalam labu ukur 100 ml Diatur pH hingga mencapai pH 2-4

Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Larutan Pb

(13)

3.5.6. Penyediaan Larutan Sampel Untuk Fe

sampel eceng gondok

Dihaluskan dengan alu dan lumpang

Dikeringkan dalam oven

Ditanurkan pada suhu 550-6000C selam 3 jam

sampel eceng gondok

Ditimbang sebanyak 5 gram

Dimasukkan kedalam beaker glass 250 ml Ditambahkan 10 ml akuades

Ditambahkan 25 ml HNO3 Pekat

Ditutup dengan kaca arloji

Dipanaskan hingga setengah volume awal

Didiamkan hingga dingin

Disaring dengan kertas saring whatman No. 42

Filtrat Residu

Dibilas dengan akuades panas

Dikumpulkan dalam labu ukur 100 ml Diatur pH hingga mencapai pH 2-4

Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

Larutan Fe

Ditambahkan 2 ml H2O2 ml 25 %

(14)

3.5.7. Penentuan Kadar Pb dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom

Larutan Pb

Ditentukan absorbansinya pada panjang gelombang= 283,3 nm dengan menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom

Hasil

3.5.8. Penentuan Kadar Fe dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom Larutan Fe

Ditentukan absorbansinya pada panjang gelombang= 248,3 nm dengan menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom

Hasil

(15)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil dan Pengolahan Data 4.1.1. Logam Timbal

Tabel 4.1. Kondisi alat SSA Merek Hitachi Z-2000 pada pengukuran konsentrasi logam Timbal (Pb)

No Parameter Logam Timbal

1 Panjang gelombang (nm) 283,3

2 Tipe nyala Udara-C2H2

3 Kecepatan aliran gas pembakar (L/min) 2,0 4 Kecepatan aliran udara (L/min) 15,0

5 Lebar celah (nm) 1,3

6 Ketinggian tungku (mm) 7,5

Tabel 4.2. Data Absorbansi Larutan Standar Timbal (Pb)

No Konsentrasi Absorbansi

1 0,0 0,0009

2 0,2 0,0039

3 0,4 0,0087

4 0,6 0,0136

5 0,8 0,0171

(16)

Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Timbal (Pb)

4.1.2. Pengolahan Data Logam Timbal (Pb)

4.1.2.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar logam timbal (Pb) pada tabel 4.2. diplotkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh kurva kalibrasi berupa garis linier. Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi ini dapat diturunkan dengan metode least square dengan data pada tabel 4.2.

(17)

��= ∑ ��

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis:

y = ax+b Di mana :

a= slope b= intersept

selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode least square sebagai berikut;

�= ∑(�� − ��)(�� − ��)

∑(�� − ��)2

b = y-ax

Dengan mensubstitusikan harga-harga yang tercantum pada tabel 4.9. pada persamaan ini maka diperoleh:

� =0,0147

0,7 = 0,021

b = 0,0109 – (0,021)(0,5) = 0,0109 – 0,0105 = 0,0004

Maka persamaan garis yang diperoleh adalah:

(18)

4.1.2.2. Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

�= ∑(�� − ��)(�� − ��)

[∑(�� − ��)2∑(�� − ��)2]12

Koefisien korelasi untuk logam Timbal (Pb) adalah:

�= 0,0147

[(0,49)(12,96 � 10−4)]12

r = 0,9964

4.1.2.3.Penentuan Kadar Logam Timbal (Pb) dari Akar Enceng Gondok Tua Kadar Timbal (Pb) dapat ditentukan dengan menggunakan metode kurva kalibrasi dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap garis regresi dari kurva kalibrasi.

Dari data pengukuran absorbansi logam Timbal untuk sampel akar enceng gondok tua, diperoleh serapan (A) sebesar 0,0016.

Dengan mensubstitusikan nilai Y (Absorbansi) ke persamaan garis regresi

Hasil ini dikalikan dengan faktor pengencerannya yaitu 400 kali sehingga diperoleh konsentrasi logam timbal (Pb) yang sebenarnya 22,84 mg/L.

(19)

���������������� (��) = �

Maka diperoleh kadar logam timbal (Pb) pada sampel akar enceng gondok tua Pantai Putri Lopian Kabupaten Samosir adalah 4,56 mg/kg.

4.1.2.5. Penentuan Kadar Logam Timbal (Pb) dari Akar Enceng Gondok Muda

Kadar Timbal (Pb) dapat ditentukan dengan menggunakan metode kurva kalibrasi dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap garis regresi dari kurva kalibrasi.

Dari data pengukuran absorbansi logam Timbal untuk sampel akar enceng gondok muda, diperoleh serapan (A) sebesar 0,0010.

Dengan mensubstitusikan nilai Y (Absorbansi) ke persamaan garis regresi

Hasil ini dikalikan dengan faktor pengencerannya yaitu 400 kali sehingga diperoleh konsentrasi logam timbal (Pb) yang sebenarnya 22,84 mg/L.

(20)

���������������� (��) = �

Maka diperoleh kadar logam timbal (Pb) pada sampel akar enceng gondok muda Pantai Putri Lopian Kabupaten Samosir adalah 2,28 mg/kg.

4.1.5. Logam Besi

Tabel 4.4. Kondisi alat SSA Merek Hitachi Z-2000 pada pengukuran konsentrasi Logam Besi (Fe)

No Parameter Logam Besi

1 Panjang gelombang (nm) 248,3

2 Tipe nyala Udara-C2H2

3 Kecepatan Aliran gas pembakar (L/min) 1,8 4 Kecepatan aliran udara (L/min) 15,0

5 Lebar celah (nm) 1,2

6 Ketinggian tungku (mm) 7,5

Tabel 4.5. Data Absorbansi Larutan Standar Besi (Fe)

N0 Konsentrasi Absorbansi

(21)

Gambar 4.2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Besi (Fe) 4.1.6. Pengolahan Data Logam Besi (Fe)

4.1.6.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar logam besi (Fe) pada tabel 4.2. diplotkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh kurva kalibrasi berupa garis linier. Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi ini dapat diturunkan dengan metode least square dengan data pada tabel 4.5.

(22)

�� = ∑ ��

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis:

y = ax + b di mana:

a = slope b = intersept

selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan metode least square sebagai berikut:

�= ∑(�� − ��)(�� − ��)

∑(�� − ��)2

b = y – ax

Dengan mensubstitusikan harga-harga yang tercantum pada tabel 4.9. pada persamaan ini maka diperoleh:

� = 0,0480

0,7 = 0,0689

b = 0,0345 – (0,0689)(0,5) = 0,0345 – 0,0344 = 0,0001

(23)

4.1.6.2. Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

�= ∑(�� − ��)(�� − ��)

[∑(�� − ��)2∑(�� − ��)2]12

Koefisien korelasi untuk Logam Besi (Fe) adalah:

�= 0,0480

[(0,49)(0,1246)]12

r = 0,9991

4.1.6.3. Penentuan Kadar Logam Besi (Fe) dari Akar Enceng Gondok Tua Kadar Besi (Fe) dapat ditentukan dengan menggunakan metode kurva kalibrasi dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap garis regresi dari kurva kalibrasi.

Dari data pengukuran absorbansi logam Besi untuk sampel akar enceng gondok tua, diperoleh serapan (A) sebesar 0,0368.

Dengan mensubstitusikan nilai Y (Absorbansi) ke persamaan garis regresi

(24)

4.1.6.4. Perhitungan Kadar Logam Besi (Fe) dalam mg/Kg

Maka diperoleh kadar logam besi (Fe) pada sampel akar enceng gondok tua Pantai Putri Lopian Kabupaten Samosir adalah 42,60 mg/kg.

4.1.6.5. Penentuan Kadar Logam Besi (Fe) dari Akar Enceng Gondok muda Kadar Besi (Fe) dapat ditentukan dengan menggunakan metode kurva kalibrasi dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap garis regresi dari kurva kalibrasi.

Dari data pengukuran absorbansi logam Besi untuk sampel akar enceng gondok muda diperoleh serapan (A) sebesar 0,0224.

Dengan mensubstitusikan nilai Y (Absorbansi) ke persamaan garis regresi

(25)

4.1.6.6. Perhitungan Kadar Logam Besi (Fe) dalam mg/Kg

Maka diperoleh kadar logam besi (Fe) pada sampel akar enceng gondok muda Pantai Putri Lopian Kabupaten Samosir adalah 25,88 mg/kg.

4.2. Pembahasan

Tumbuhan Eichornia crassipes dan Cyperus papyrus merupakan tumbuhan air yang memiliki kemampuan dalam menstabilkan lingkungan perairan yang tercemar oleh berbagai zat pencemar perairan.

Penentuan kadar logam timbal (Pb) dan besi (Fe) di dalam akar eceng gondok tua dan akar eceng gondok muda yang terdapat di Pantai Putri Lopian Kabupaten Samosir dilakukan dengan mendestruksi sampel dengan metode destruksi basah. Penentuan logam timbal(Pb) dan besi (Fe) dengan menggunakan HNO3(p) dan dengan penambahan H2O2 25 %. Kemudian ditentukan nilai absorbansi dan konsentrasi dari sampel menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom pada panjang gelombang untuk logam timbal (Pb) = 283,3 nm dan untuk logam besi (Fe) = 248,3 nm.

Kurva standar larutan seri standar logam timbal (Pb) dan logam besi (Fe) dibuat dengan memvariasikan konsentrasi larutan seri standar dengan menggunakan Metode Least Square sehingga diperoleh persamaan garis linear untuk logam timbal (Pb) Y = 0,021x + 0,0004 dan untuk logam besi (Fe) Y = 0,0689x + 0,0001.

(26)

penelitian analitik, grafik kurva standar yang baik ditunjukkan dengan harga r ≥ 0,99.

Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kadar logam timbal (Pb) pada akar enceng gondok tua adalah 4,56 mg/Kg dan kadar logam timbal (Pb) pada akar enceng gondok muda adalah 2,28mg/Kg. Sedangkan untuk kadar logam besi (Fe) pada akar enceng gondok tua yang diperoleh adalah 42,60 mg/Kg dan kadar logam besi (Fe) pada akar enceng gondok muda adalah 25,88 mg/Kg.

Sesuai hasil penelitian yang telah dilakukan, kadar logam timbal dan logam besi yang ada pada akar enceng gondok tua dan muda masih memenuhi standar kualitas kompos SNI : 19-7030-2004.

Enceng gondok yang merupakan batang dan daun sudah digunakan masyarakat sebagai kompos di daerah Pangururan Kabupaten Samosir.

Kandungan logam Pb dan logam Fe tertinggi terdapat pada akar enceng gondok tua dibandingkan yang terdapat pada akar enceng gondok muda. tingginya kandungan logam Pb dan Logam Fe pada akar enceng gondok tua disebabkan oleh banyaknya limbah domestik yang masuk ke perairan Danau Toba, bahan bakar transportasi yang melewati perairan Danau Toba dan buangan sisa peralatan bengkel secara alamiah dan aktifitas manusia. Logam Pb dan logam Fe ini berasal dari limbah rumah tangga oleh sampah-sampah metabolik dan korosi pipa air.Rendahnya kandungan logam Pb dan logam Fe pada akar enceng gondok muda dikarenakan umur daripada akar enceng gondok muda tersebut berada di dalam perairan Danau Toba adalah sedikit dan akar enceng gondok muda tersebut sedikit menyerap logam sesuai ketersediaannya di dalam air.

(27)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Kadar logam timbal (Pb) pada akar enceng gondok tua adalah 4,56 mg/Kg dan pada akar enceng gondok muda adalah 2,28 mg/Kg sedangkan kadar logam besi (Fe) pada akar enceng gondok tua adalah 42,60 mg/Kg dan pada akar enceng gondok muda adalah 25,88 mg/Kg.

2. Bahwa kandungan logam Pb dan logam Fe pada akar enceng gondok tua lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan logam Pb dan Fe pada akar enceng gondok muda.

3. Bahwa kandungan logam Pb dan Fe yang terdapat pada akar enceng gondok tua maupun akar enceng gondok muda masih memenuhi Standar Kualitas KomposSNI : 19-7030-2004.

5.2. Saran

(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Enceng Gondok

Enceng gondok (Eichhornia Crassipes) termasuk dalam famili Pontederiaceae. Tanaman ini memiliki bunga yang indah berwarna ungu muda. Daunnya berbentuk bulat dan berwarna hijau segar. Eceng gondok tumbuh mengapung di atas di permukaan air, tumbuh dengan menyerap air dan menguapkannya kembali melalui bahan tanaman yang terkena sinar matahari melalui proses evaporasi.

Enceng gondok tumbuh mengapung dan menjalar pada tangkainya di kolam-kolam dan sekitar aliran air. Tanaman ini dapat tumbuh dari 1-1600 m dpl. Tumbuhan ini diimporoleh Kebun Raya dari Brasil pada tahun 1894 sebagai tanaman hias. Karena pembiakan vegetatif yang luar biasa cepat, tumbuhan ini malah menjadi gulma dari pada tanaman hias air.

Terna perenial yang tumbuh tegak di air, tinggi 20-60 cm, berakar pada dasar dan mengeluarkan tunas merayap dari ketiak daun yang akan menjadi tumbuhan baru.daun tunggal, tersusun dalam roset akar, tangkai daun dewasa panjang, tangkai daun yang muda pendek dan menggelembung. Helaian daun berbentuk bulat telur lebar, tepi rata, permukaan licin, panjang dan lebar 2,5-12,5 cm, berwarna hijau tua mengilap. Enceng gondok biasa digunakan untuk makanan ternak, dibuat pupuk dan barang kerajinan (Dalimartha, 2009).

(29)

Banyak manfaat lain dari tanaman enceng gondok yang belum banyak diketahui orang. Tumbuhan yang lebih sering dianggap sebagai tumbuhan pengganggu kawasan perairan ini ternyata mampu menetralkan limbah rumah tangga dan industri. Enceng gondok akan bekerja sendiri menyerap partikel-partikel polutan yang hadir bersama air limbah. Dari penelitian terdahulu memang telah diketahui, tanaman berakar rimpang ini mampu menyerap nitrogen, posfat dan zat organik (Upadhyay, 2006).

2.2. Kandungan Kimia

Seluruh tumbuhan mengandung SiO2, calcium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (Na), chloride (Cl), copper (Cu), mangan (Mn) dan zat besi (Fe). Akar mengandung sulfat dan fosfat. Daun mengandung saponin, karoten, polifenol dan pada bunga terdapat delphinidin-3-diglukosida (Dalimartha, 2009)

2.3. Logam Berat

Yang dimaksud dengan logam berat adalah unsur-unsur yang memiliki kerpatan lebih dari 6 mg/m3 dan berat atom lebih besar dari berat atom Fe. Ada juga yang mendefinisikan logam berat sebagai logam yang memiliki berat atom lebih besar dari 23 dan kerapatan lebih dari 5. Hingga saat ini logam berat hanya didefinisikan atas dasar kerapatannya. Logam berat tidak terdegradasi, tetapi stabil di alam dalam waktu yang cukup lama dan bersifat meracun untuk organisme hidup walaupun pada konsentrasi yang rendah.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak terpisah dari benda-benda yang bersifat logam Secara gamblang, dalam konotasi keseharian kita beranggapan bahwa logam diidentikkan dengan besi, padat, keras, berat dan sulit dibentuk (Palar, 2008).

(30)

Logam juga dapat menyebabkan timbulnya suatu bahaya pada makhluk hidup. Hal ini terjadi jika sejumlah logam mencemari lingkungan. Logam-logam tertentu sangat berbahaya jika ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam lingkungan, karena logam tersebut mempunyai sifat merusak tubuh makhluk hidup. Di samping hal tersebut, beberapa logam sangat diperlukan dalam proses kehidupan makhluk hidup. Dalam hal ini logam dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu logam esensial dan nonesensial. Logam esensial adalah logam yang sangat membantu kerja enzim atau pembentukan organ dari makhluk yang bersangkutan. Sedangkan logam non-esensial adalah logam yang peranannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui, kandungannya dalam jaringan hewan sangat kecil dan apabila kandungannya tinggi akan merusak organ-organ tubuh makhluk yang bersangkutan (Vogel,A.I. 1994).

2.4. Logam Pb

Timbal adalah logam yang berwarna abu-abu kebiruan, dengan rapatan yang tinggi (11,48 g ml-1 pada suhu kamar). Timbal mudah melarut dalam asam nitrat (Svehla, 1985). Timbal merupakan senyawa yang mengandung toksik yang tinggi dan lebih dikenal dalam masyarakat daripada arsenik saat ini.Polusi timbal dianggap oleh para ahli menjadi masalah lingkungan utama yang dihadapi dunia modern (Meyer, 1990).

(31)

2.4.1. Sumber-sumber pencemaran logam timbal:

1. Sumber dari Alam

Kadar Pb yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan sekitar 13 mg/Kg. Khusus Pb yang tercampur dengan batu fosfat dan terdapat di dalam batu pasir yang kadarnya lebih besar yaitu 100 mg/Kg. Pb yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5-25 mg/Kg dan di air bawah tanah berkisar antara 1-60 µg/liter.

Secara alami Pb juga ditemukan di air permukaan. Kadar Pb pada air telaga dan air sungai adalah sebesar 1-10 µg/liter. Dalam air laut kadar Pb lebih rendah dari air tawar. Laut bermuda yang dikatakan terbebas dari pencemaran mengandung Pb sekitar 0,07 µg/liter. Kandungan Pb dalam air danau dan sungai di USA berkisar antara 1-10 µg/liter.

2. Sumber dari Industri

(32)

3. Sumber dari Transportasi

Hasil pembakaran dari bahan tambahan Pb pada bahan bakar kendaraan bermotor menghasilkan emisi Pb. Logam berat Pb yang bercampur dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan oli dan melalui proses di dalam mesin maka logam berat Pb akan keluar dari knalpot bersama dengan gas buang lainnya (Sudarmaji, 2003).

2.4.2. Gejala-gejala yang ditimbulkan

Secara umum gejala keracunan timbal terlihat pada sistem pencernaan berupa muntah-muntah, nyeri kolik abdomen, rasa logam dan garis biru pada gusi, konstipasi kronis. Pada sistem saraf pusat berupa kelumpuhan. Sistem sensoris hanya sedikit mengalami gangguan, sedangkan ensefalopati sering ditemukan pada anak-anak. Gejala keracunan ini pada sistem jantung dan peredaran darah berupa anemia, basofilia pungtata, retikulosis, berkurangnya trombosit dan sel polimorfonuklear, hipertensi dan nefritis, artalgia (rasa nyeri pada sendi). Gejala pada bagian kandungan dan kebidanan berupa gangguan menstruasi, bahkan dapat terjadi abortus. Diagnosis dapat dilakukan melalui pemeriksaan urine. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang paling dianjurkan sebagai screening test pada keracunan timbal. Kadar timbal dalam urin juga bisa membantu menegakkan diagnosis, ketika kadarnya di atas 0,2 µg/liter, dianggap sudah cukup bermakna untuk diagnosis keracunan timbal. Pemeriksaan sinar-x pada anak-anak untuk melihat garis yang radio-opak pada metafisis tulang-tulang panjang bisa digunakan untuk menegakkan diagnosis keracunan timbal (Chadha, 1995).

2.5. Logam Fe

(33)

mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Ion besi (II) dapat mudah dioksidasikan menjadi besi (III), maka merupakan zat pereduksi yang kuat. Garam-garam besi (III) atau feri diturunkan dari oksida besi (III), Fe2O3. Mereka lebih stabil daripada garam besi (II). Jika larutan mengandung klorida, warna menjadi semakin kuat. Zat-zat pereduksi mengubah ion besi (III) menjadi besi (II) (Svehla, 1985).

Di udara besi mudah mengalami korosi, yaitu proses perusakan pada permukaan besi yang disebabkan reaksi dengan oksigen membentuk oksida besi. Korosi besi berlangsung dengan cepat pada kondisi lembab dan dengan adanya garam. Dalam air besi tersuspensi dan berwarna kecoklatan. Suspensi yang terbentuk akan segera menggumpal dan mengendap di dasar badan air (Suciastuti dan Sutrisno, 2002).

Besi merupakan mikroelemen esensial dalam sistem makhluk hidup.Logam ini banyak digunakan dalam pabrik dan merupakan logam multiguna.Besi banyak ditemukan dalam bahan makanan yang jumlahnya bervariasi dari yang rendah (dalam sayuran) dan yang tinggi (dalam daging). Kandungannya yang rendah dari Fe dalam makanan akan menyebabkan naiknya efisiensi absorpsi Fe, disamping itu absorpsi logam lain juga meningkat baik esenssial maupun toksik (Cd, Pb). Tetapi sebaliknya makanan yang banyak mengandung Fe dapat menurunkan absorbsi Zn pada manusia (Darmono,1995).

2.5.1. Manfaat Sebagai Mikroelemen Tubuh

Besi memiliki fungsi esensial di dalam tubuh, yaitu:

1. Sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. 2. Sebagai alat angkut elektron di dalam sel.

3. Sebagai bagian terpadu dari berbagai reaksi enzim.

(34)

2.5.2. Gejala-gejala yang ditimbulkan

Kelebihan Fe jarang terjadi akibat konsumsi yang berasal dari makanan, tetapi oleh konsumsi suplemen Fe. Kerusakan-kerusakan jaringan karena akumulasi Fe disebut hemokromatosis. Hal itu disebabkan karena hemosiderin sulit melepaskan Fe. Hemokromatosis adalah penyakit karena meningkatnya absorpsi Fe sehingga tidak mampu mengatur absorpsi Fe dari usus. Penderita hemokromatosis menunjukkan akumulasi Fe di hati, limpa, tulang sumsum, jantung dan jaringan-jaringan lainnya (Widowati,W. 2008).

Kadar Fe yang berlebihan selain dapat mengakibatkan timbulnya warna merah juga mengakibatkan karat pada peralatan yang terbuat dari logam serta dapat memudarkan bahan celupan dan tekstil (Effendi,H.2003).

2.6. Destruksi

Destruksi merupakan suatu cara perlakuan senyawa menjadi unsur-unsur sehingga dapat dianalisa. Metode destruksi materi organik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu metode destruksi basah dan metode destruksi kering.

Destruksi basah pada prinsipnya adalah penggunaan asam nitrat untuk mendestruksi zat organik pada suhu rendah dengan maksud menghindari kehilangan mineral akibat penguapan. Pada tahapan selanjutnya, proses ini seringkali berlangsung sangat cepat akibat pengaruh asam perklorat atau hidratperoksida. Destruksi basah pada umumnya digunakan untuk menganalisa arsen, timah, seng, dan tembaga.

Ada tiga macam cara kerja destruksi basah dapat dilakukan, yaitu : 1. Destruksi basah menggunakan HNO3dan H2SO4

2. Destruksi basah menggunakan HNO3, H2SO4, dan HClO4

(35)

2.7. Penentuan Pb dan Fe dengan Spektrofotometer Serapan Atom

Spektrofotometer Serapan Atom berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom di mana atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu tergantung pada sifat unsurnya.Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom.Transisi elektronik suatu unsur bersifat spesifik.Dengan absorpsi energi, berarti lebih banyak memperoleh energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi (Khopkar, 2007).

2.7.1. Spektrofotometri Serapan Atom dengan Atomisasi Nyala

Gambar berikut menunjukkan dalam bentuk skema komponen-komponen dasar dari suatu spektrofotometer serapan atom.

1 2 3 5

6

Gambar 2.1. Komponen-komponen dari suatu SSA Keterangan :

1. Lampu katoda berongga 2. Nyala

(36)

Sumber umum pada absorpsi atomik adalah tabung katoda berongga.Tabung ini mengandung katoda dan anoda yang cekung dan silindrik dalam suatu atmosfir gas inert (sering kali argon) pada tekanan rendah.Tabungnya dijalankan dengan sumber tenaga yang memberikan beberapa ratus volt.Atom-atom gas terionisasikan di dalam lucutan listrik dan benturan ion-ion berenergi dengan permukaan katoda.Mengusir atom-atom logam yang telah tereksitasikan.Hal ini mengakibatkan terjadinya spektrum garis dari logam yang menampakkan diri sebagai suatu basa di dalam ruangan pada katoda berongga (Underwood, 1994).

2.7.2. Spektrofotometri Serapan Atom dengan Atomisasi tanpa Nyala

Metode tanpa nyala lebih disukai dari metode nyala.Bila ditinjau dari sumber radiasi, haruslah bersifat sumber yang kontiniu.Di samping itu sistem dengan penguraian optis yang sempurna diperlukan untuk memperoleh sumber sinar dengan garis absorpsi yang semonokromatis mungkin.Seperangkat sumber yang dapat memberikan garis emisi yang tajam dari suatu unsur spesifik tertentu dikenal sebagai lampu pijar hollow cathode.Lampu ini memiliki dua elektroda, satu diantaranya berbentuk silinder dan terbuat dari unsur yang sama dengan unsur yang dianalisis. Lampu ini diisi dengan gas mulia bertekanan rendah. Dengan pemberian tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar, dan atom-atom logam katodanya akan teruapkan dengan pemercikan. Atom akan tereksitasikan kemudian mengemisikan radiasi pada panjang gelombang tertentu. Suatu garis yang diinginkan dapat diisolasi dengan suatu monokromator.

(37)

2.7.3. Keuntungan Spektrofotometer Serapan Atom

1. Karena absorpsi bergantung pada populasi keadaan dasar, maka kepekaan mungkin lebih tinggi khususnya untuk unsur-unsur yang sukar dieksitasikan (misalnya seng yang dapat ditentukan kurang dari 0,5 ppm, sedang batas terendah pada emisi mungkin sama dengan 500 ppm).

2. Populasi keadaan dasar jauh kurang peka terhadap suhu nyala daripada populasi yang tereksitasi.

(38)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Enceng gondok (Eichhornia Crassipes) merupakan salah satu jenis tanaman air yang memiliki kemampuan untuk menyerap dan mengakumulasi logam berat (Ingole, 2003). Tumbuhan ini berpotensi menyerap logam berat karena merupakan tanaman dengan toleransi tinggi yang dapat tumbuh baik dalam limbah, pertumbuhannya cepat serta menyerap dan mengakumulasi logam dengan baik dalam waktu yang singkat.Enceng gondok juga dapat menurunkan nilai Biochemical Oxygen Demand (BOD), Total Suspended Solid (TSS) dan Chemical Oxygen Demand (COD) limbah cair (Zayed, 1998).

Enceng gondok mempunyai kemampuan mengabsorpsi logam berat di perairan karena akarnya dapat menghasilkan zat alleopathy (semacam keringat) yang merupakan antibiotika dan dapat membunuh bakteri coli. Eceng gondok mempunyai akar yang bercabang-cabang halus yang berfungsiuntuk menyerap senyawa logam yang terlarut(Kirby.,Mengel, 1987).

Fungsi akar bagi tumbuhan adalah sebagai alat pertautan dengan substrat dan juga berfungsi sebagai penyerap unsur-unsurhara serta dialirkan ke batang dan daun (Agustina, 2004).

(39)

Tanpa pemberian humus atau kompos, efisiensi dan efektifitas penyerapan unsur hara oleh tanaman tidak akan optimal.Oleh karena itu pemberian kompos sangat membantu upaya pemulihan kesuburan tanah ( Dipo Yuwono, 2006 ).

Kompos dapat membantu upaya pemulihan kesuburan tanah karena kompos memiliki kelebihan antara lain: mengandung unsur hara makro dan unsur mikro lengkap, walaupun jumlahnya sedikit, dapat memperbaiki struktur tanah, beberapa tanaman yang menggunakan kompos lebih tahan terhadap serangan penyakit dan menurunkan aktivitas mikroorganisme tanah yang merugikan(Kristina, 2005).

Danau dan sungai sebagai salah satu sumber air, saat ini tidak dapat dipungkiri telah banyak yang tercemar akibat bahan buangan yang mengandung logam berat, serta banyak diantaranya mendapat gangguan gulma enceng gondok (Eichhornia Crassipes). Gulma merupakan tumbuhan pengganggu yang dapat berubah statusnya dalam berbagai habitatmenurut kepentingan manusia (Roekmijati, 1997).

Beberapa tahun terakhir ini, fenomena alga bloom ataupun pertumbuhan enceng gondok dan lumut di perairan Danau Toba cukup besar, terutama wilayah perairan yang dimanfaatkan sebagai media budidaya ikan keramba.Pertumbuhan enceng gondok dan lumut yang cukup besar ini dapat diartikan sebagai akibat pengkayaan unsur hara di dalam air baik oleh pakan maupun limbah domestik yang memasuki perairan Danau Toba Pemerintah Kabupaten Samosir sebagai Kabupaten Pengelola Danau Toba yang terluas wilayahnya (56%) selama tahun anggaran 2006 menghabiskan dana sebesar Rp 90 juta rupiah untuk membersihkan enceng gondok dan lumut hanya untuk wilayah pantai sekitar Pangururan.

(40)

bersahabat pada air danau toba mengakibatkan air danau toba tidak lagi bersih untuk dikonsumsioleh warga sekitar danau toba. Ditambah lagi bermunculannya resort-resort dan hotel-hotel di sekeliling danau toba yang menambah pencemaran terhadap danau toba.

Telah dilakukan penelitiantentang pembuatan kompos dari daun dan batang enceng gondok sedang akarnya tidak diikutsertakan dengan alasan akarnya diduga banyak mengandung logam berat (Devi Sigalingging, 2008). (Yuliati, 2010) juga telah melakukan penelitian tentang Akumulasi Logam Pb di Perairan Sungai Sail dengan menggunakan Bioakumulator Enceng Gondok (Eichhornia Crassipes) dan hasil analisis terhadap kadar logam Pb Enceng Gondok pada akar berkisar 0,02-0,04 mg/L; pada batang berkisar 0,01-0,02 mg/l; pada daun berkisar 0,02-0,03 mg/L.

Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap kandungan logam berat yang ada pada akar enceng gondok yang tua dan akar enceng gondok yang muda yang berasal dari Pantai Putri Lopian Pangururan khususnya logam Pb dan logam Fe, dengan harapan bahwa akar enceng gondok dapat dipergunakan sebagai bahan baku pupuk kompos.

1.2Permasalahan

1. Apakah ada perbedaan kandungan logam Pb dan Fe di dalam akar enceng gondok tua dan akar enceng gondok muda ?

2. Berapakah kandungan Pb dan Fe di dalam akar enceng gondok yang tua dan akar neceng gondok yang muda ?

(41)

1.3. Pembatasan Masalah

1. Akar enceng gondok yang dijadikan sebagai sampel di dalam penelitian ini diambil secara acak dari Pantai Putri Lopian, yaitu dari sekitar keramba di dekat dermaga kapal pangururan.

2. Penentuan kandungan logam Pb dan Fe dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kandungan logam Pb dan Fe di dalam akar enceng gondok yang tua dan akar enceng gondok yang muda yang berasal dari Pantai Putri Lopian Pangururan Kabupaten Samosir dan untuk mengetahui apakah akar enceng gondok tua dan muda dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk kompos.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi ilmiah yang bermanfaat bagi masyarakat tentang kandungan logam berat yang ada pada akar enceng gondok sebagai salah satu upaya memenuhi standar kualitas kompos khususnya logam berat Pb dan Fe.

1.6. Lokasi Penelitian

(42)

1.7. Metodologi Penelitian

1. Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium.

2. Sampel enceng gondok (Eichhornia Crassipes) diambil secara acak dari Pantai Putri Lopian Pangururan.

3. Sampel diabukan pada suhu 550-6000C selama 3 jam.

4. Pereaksi yang digunakan untuk mendestruksi adalah asam nitrat pekat dan hidrogen peroksida 25%

(43)

STUDI PERBANDINGAN KADAR Pb DAN Fe DI DALAM AKAR ENCENG GONDOK TUA DAN AKAR ENCENG GONDOK

MUDA (Eichhornia Crassipes) YANG BERASAL DARI PANTAI PUTRI LOPIAN PANGURURAN

KABUPATEN SAMOSIR

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang penentuan kadar Pb dan Fe masing-masing pada akar enceng gondok tua dan muda yang berasal dari Pantai Putri Lopian Pangururan Kabupaten Samosir. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak. Sampel diabukan pada suhu 5500C – 6000C. Penentuan konsentrasi logam Pb dan Fe dilakukan dengan menggunakan metode destruksi basah. Pelarut yang digunakan untuk mendestruksi adalah HNO3(p) dan H2O2 25 % dan untuk hasil preparasi sampel ditentukan kadarnya dengan Spektrofotometer Serapan Atom. Kadar logam Pb dan Fe pada akar enceng gondok tua adalah 4,56 mg/Kg dan 42,6 mg/Kg sedangkan kadar logam Pb dan Fe pada akar enceng gondok muda adalah 2,28 mg/Kg dan 25,8 mg/Kg.

(44)

THE COMPARISON STUDY OF Pb and Fe CONTENTROOTS OF WATER HYACINTH OLD and YOUNG FROM PANTAI

PUTRI LOPIAN KABUPATEN SAMOSIR

ABSTRACT

The determination of Pb and Fe in the roots of water hyacinth old and young from Pantai Putri Lopian Kabupaten Samosir has been studied. The samples has been prepared by ashing on 5500C-6000C. The concentration of Pb and Fe was determined using wet digestion method. The solvent using to digestion is HNO3(p) H2O2 25% and the concentration was analyzed using Atomic Absrption Spectrophotometer. The content of Pb and Fe is old hyacinth are 4,56 mg/Kg and 42,6 mg/Kg while the content of Pb and Fe is young hyacinth are 2,28 mg/Kg and 25,8 mg/Kg.

(45)

STUDI PERBANDINGAN KADAR Pb DAN Fe DI DALAM AKAR ENCENG GONDOK TUA DAN AKAR ENCENG

GONDOK MUDA (Eichhornia Crassipes) YANG BERASAL DARI PANTAIPUTRI LOPIAN

PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR

SKRIPSI

DEDI DONOVAN SINURAT 100802070

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(46)

STUDI PERBANDINGAN KADAR Pb DAN Fe DI DALAM AKAR ENCENG GONDOK TUA DAN AKAR ENCENG

GONDOK MUDA (Eichhornia Crassipes) YANG BERASAL DARI PANTAIPUTRI LOPIAN

PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana sains

DEDI DONOVAN SINURAT 100802070

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(47)

PERSETUJUAN

Judul : Studi Perbandingan Kadar Pb dan Fe Di Dalam AkarEnceng Gondok Tua dan Akar Enceng Gondok Muda (Eichhornia Crassipes) Yang Berasal Dari Pantai Putri Lopian Pangururan Kabupaten Samosir

Kategori : Skripsi

Nama : Dedi Donovan Sinurat

NIM : 100802070

Program Studi : Sarjana (S1) Kimia Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di

Medan, Desember 2015

Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing II Dosen Pembimbing I

Dr.Hamonangan Nainggolan,M.Sc Jamahir Gultom,Ph.D

NIP 19562406198301002 NIP 195209251977031001

Diketahui / Disetujui Oleh Departemen Kimia FMIPA USU Ketua

(48)

PERNYATAAN

STUDI PERBANDINGAN KADAR Pb DAN Fe DI DALAM AKAR ENCENG GONDOK TUA DAN AKAR ENCENG GONDOK

MUDA (Eichhornia Crassipes) YANG BERASAL DARI PANTAI PUTRI LOPIAN PANGURURAN

KABUPATEN SAMOSIR

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Januari 2016

(49)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus untuk setiap kasih karuniaNya, kesetiaan dan kebaikanNya setiap saat dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih yang terdalam Bapak tersayang Hotman Sinurat dan Mama terkasih Endi Rajagukguk untuk cinta kasih dan tak lupa juga kepada adik-adik tersayang Lastiur Sinurat, Renol Sinurat, Herta Sinurat, dukungan doa dan pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis.

Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Jamahir Gultom Ph.D selaku dosen pembimbing I dan Bapak Dr. Hamonangan Nainggolan, M.Sc selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, waktu, saran dan menolong penulis dan kepada Kepala Laboratorium Kimia Analitik Bapak Prof. Harlem Marpaung yang telah memberikan saran-saran kepada penulis. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Departemen Kimia FMIPA USU, Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, MS dan Bapak Dr. Albert Pasaribu, M.Sc, Dekan dan pembantu Dekan FMIPA USU Medan. Kepada seluruh rekan seperjuangan yang saling mengingatkan dan saling mendukung di dalam maupun di luar kegiatan kampus. Dan terima kasih juga untuk teman-teman satu stambuk 2010 khususnya yang sama-sama berjuang, Milala, Gani, Thamrin, Abdi, Roympus, Mars, Riki dan adek 2011 yang ikut mendukung, Sahat, Swardi, Dendi, Choliq, Handes, Juanda, dan adik stambuk 2012, 2013, 2014 yang tak bisa disebutkan, atas semangatnya bagi penulis.

(50)

STUDI PERBANDINGAN KADAR Pb DAN Fe DI DALAM AKAR ENCENG GONDOK TUA DAN AKAR ENCENG GONDOK

MUDA (Eichhornia Crassipes) YANG BERASAL DARI PANTAI PUTRI LOPIAN PANGURURAN

KABUPATEN SAMOSIR

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang penentuan kadar Pb dan Fe masing-masing pada akar enceng gondok tua dan muda yang berasal dari Pantai Putri Lopian Pangururan Kabupaten Samosir. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak. Sampel diabukan pada suhu 5500C – 6000C. Penentuan konsentrasi logam Pb dan Fe dilakukan dengan menggunakan metode destruksi basah. Pelarut yang digunakan untuk mendestruksi adalah HNO3(p) dan H2O2 25 % dan untuk hasil preparasi sampel ditentukan kadarnya dengan Spektrofotometer Serapan Atom. Kadar logam Pb dan Fe pada akar enceng gondok tua adalah 4,56 mg/Kg dan 42,6 mg/Kg sedangkan kadar logam Pb dan Fe pada akar enceng gondok muda adalah 2,28 mg/Kg dan 25,8 mg/Kg.

(51)

THE COMPARISON STUDY OF Pb and Fe CONTENTROOTS OF WATER HYACINTH OLD and YOUNG FROM PANTAI

PUTRI LOPIAN KABUPATEN SAMOSIR

ABSTRACT

The determination of Pb and Fe in the roots of water hyacinth old and young from Pantai Putri Lopian Kabupaten Samosir has been studied. The samples has been prepared by ashing on 5500C-6000C. The concentration of Pb and Fe was determined using wet digestion method. The solvent using to digestion is HNO3(p) H2O2 25% and the concentration was analyzed using Atomic Absrption Spectrophotometer. The content of Pb and Fe is old hyacinth are 4,56 mg/Kg and 42,6 mg/Kg while the content of Pb and Fe is young hyacinth are 2,28 mg/Kg and 25,8 mg/Kg.

(52)

DAFTAR ISI

1.7. Metodologi Penelitian 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Eceng Gondok 6

2.2. Kandungan Kimia 7

2.3. Logam Berat 7 2.4. Logam Pb 8

2.4.1. Sumber-sumber pencemaran logam timbal 9

2.4.2. Gejala-Gejala yang Ditimbulkan 10

2.5. Logam Fe 10

2.5.1. Manfaat Sebagai Mikroelemen Tubuh 11

2.5.2. Gejala-Gejala Yang Ditimbulkan 12

2.6. Destruksi 12

2.7. Penentuan Pb dan Fe dengan Spektrofotometer Serapan Atom 13

2.7.1. Spektrofotometer Serapan Atom dengan Atomisasi Nyala 13

2.7.2. Spektrofotometer Serapan Atom dengan Atomisasi Tanpa Nyala 14

2.7.3. Keuntungan Spektrofotometer Serapan Atom 15

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat-Alat 16

(53)

3.3. Prosedur Penelitian 17

3.3.1. Pengambilan Sampel 17

3.3.2. Penyediaan Sampel 17

3.3.3. Pembuatan Larutan Standar Pb 17

3.3.4. Pembuatan Larutan Standar Fe 18

3.3.5. Preparasi sampel 19

3.3.6. Penentuan Pb dan Fe dalam Sampel 19 3.3.7. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standar Pb 20 3.3.8. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standar Fe 20 3.3.9. Penentuan Kadar Pb pada Sampel dengan

Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom 20 3.4. Penentuan Kadar Fe pada Sampel dengan

Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom 20 3.5.6. Penyediaan Larutan Sampel Untuk Penentuan Fe 24 3.5.7. Penentuan Kadar Pb dengan Menggunakan

Spektrofotometer Serapan Atom 25

3.5.8. Penentuan Kadar Fe dengan Menggunakan

Spektrofotometer Serapan Atom 25 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil dan Pengolahan Data 26

4.1.1. Logam Timbal 26

4.1.2. Pengolahan Data Logam Timbal 27

4.1.2.1. PenurunanPersamaan Garis Regresi dengan

Metode Least Square 27

4.1.2.2.Koefisien Korelasi 29

4.1.2.3. Penentuan Kadar Logam Timbal (Pb) dari akar

Eceng gondok tua 29

4.1.2.4. Perhitungan Kadar Logam Timbal (Pb)

dalam mg/Kg 30 4.1.2.5. Penentuan Kadar LogamTimbal (Pb) dari akar

Eceng gondok muda 30 4.1.2.6. Perhitungan Kadar LogamTimbal (Pb)

dalam mg/Kg 30

4.1.5.Logam Besi 31

4.1.6. Pengolahan data Logam Besi 32 4.1.6.1. PenurunanPersamaanGaris Regresi dengan

Metode Least Square 32

4.1.6.2. Koefisien Korelasi 34

4.1.4.3. Penentuan Kadar Logam Besi (Fe) dari akar

Eceng gondok tua 34

(54)

dalam mg/Kg 35 4.1.6.5. Penentuan Kadar Logam Besi (Fe) dari akar

Eceng gondok muda 36

4.1.6.6. Perhitungan Kadar Logam Besi (Fe)

dalam mg/Kg 36

4.2. Pembahasan 36

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 38

5.2. Saran 38

(55)

DAFTAR TABEL Nomor

Tabel

Judul Halaman

4.1. Kondisi alat SSA Merek Hitachi Z-2000 pada pengukuran konsentrasi logam Timbal (Pb)

27 4.2. Data Absorbansi Larutan Standar Timbal (Pb) 27 4.3. Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk

Penentuan Konsentrasi Logam Timbal (Pb) Berdasarkan Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Timbal (Pb)

28

4.4. Kondisi alat SSA Merek Hitachi Z-2000 pada pengukuran konsentrasi Logam Besi (Fe)

32

4.5. Data Absorbansi Larutan Standar Besi (Fe) 32 4.6. Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk

Penentuan Konsentrasi Logam Besi (Fe) Berdasarkan Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Besi (Fe)

(56)

DAFTAR GAMBAR Nomor

Gambar

Judul Halaman

2.1. Spektrofotometri Serapan Atom dengan Atomisasi Nyala

(57)

DAFTAR LAMPIRAN Nomor

Lampiran

Judul Halaman

1 Tabel Standar Kualitas Kompos SNI : 19-7030-2004

42

2 Tumbuhanecenggondok yang

digunakandalampenelitian

Gambar

Tabel 4.1. Kondisi alat SSA Merek Hitachi Z-2000 pada pengukuran konsentrasi logam Timbal (Pb)
Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Timbal (Pb)
Tabel 4.4. Kondisi alat SSA Merek Hitachi Z-2000 pada pengukuran konsentrasi Logam Besi (Fe) No Parameter Logam Besi
Gambar 4.2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Besi (Fe)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, daun enceng gondok segar mampu menjerap logam Pb dan Cd, untuk Pb nilai mg terjerap/g penjerap tertinggi pada konsentrasi

Pada penelitian ini, dilakukan penetapan waktu optimum penjerapan yang diperlukan oleh daun Enceng Gondok kering untuk menjerap logam Cu dan Cr dalam larutan dengan

Telah dilakukan penelitian tentang banyaknya logam berat (Pb) yang tereliminasi menggunakan tangkai daun enceng gondok {Eichhomia crassipes (Mart.) Solms}

Telah dilakukan penelitian tentang banyaknya logam berat (Pb) yang tereliminasi menggunakan tangkai daun enceng gondok { Eichhornia crassipes. (Mart.) Solms} dengan ukuran 1 cm

Pada penelitian ini digunakan serbuk tangkai daun enceng gondok { Eichhornia crassipes (Mart.) Solms} kering mesh 30/40 untuk menjerap Pb.. Kadar Pb dalam larutan dianalisis

Hidayat, Sijid Maulana.2012 Peran Enceng gondok (Eichhornia crassipes) Pada Penurunan Tingkat Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) di Perairan Waduk Sengguruh Kecamatan

Gambar 1. Sampel yang digunakan adalah daun, batang dan akar tumbuhan eceng gondok yang telah dikeringkan. Sampel tersebut digiling hingga halus dengan blender, dan

Dari analisa pada hari ketiga dan keempat kandungan logam Fe mengalami penurunan sampai tidak terdeteksi oleh AAS, ini disebabkan karena akar eceng gondok telah menyerap lebih