• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung jawab Pelayanan Dan Pengamanan Kargo Di Bandar Udara Yang Akan Diangkut Dengan Menggunakan Pesawat Udara (Studi Pada Kuala Namu Internasional Airport)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tanggung jawab Pelayanan Dan Pengamanan Kargo Di Bandar Udara Yang Akan Diangkut Dengan Menggunakan Pesawat Udara (Studi Pada Kuala Namu Internasional Airport)"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Adisasmita, Raharjo, 2015, Analisis Kebutuhan Transportasi, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

Adisasmita, Sakti Adji, 2014, Tatanan Bandar Udara Nasional, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

Asikin, Zainal, 2013, Hukum Dagang, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta.

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, 2011, Sosialisasi SKEP 205 tentang Pemeriksaan Kargo dan Pos di Pesawat Udara, Jakarta.

Handoko, H, 1998, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia dalam Penerbangan, Edisi 2, BBPE, Yokyakarta.

Hutagaol, Desmond, 2013, Pengantar Penerbangan Perspektif Profesional, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Indonesia Legal Center Publishing, 2009, Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, CV Karya Gemilang, Jakarta.

Junaedy, Agoes & Adi Kusrianto, 2014, Buku Pintar Ekspor Indonesia, PT Gramedia Group, Surabaya.

Khairandy, Ridwan, 2006, Pengantar Hukum Dagang, Penerbit Fakultas Hukum UII Press, Yogyakarta.

Martono, H.K, 2011, Hukum Angkutan Udara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Martono, H.K. dan Agus Pramono, 2013, Hukum Udara Perdata Internasional dan

Nasional, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta.

Moegandi, Achmad, 1996, Mengenal Dunia Penerbangan Sipil, Penerbit Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir, 2013, Hukum Pengangkutan Niaga, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

Nasution, AZ, 2002, Hukum Perlindungan Konsumen, Cet.2, Penerbit Diapit Media, Jakarta.

(2)

Suherman, E., 1992, Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Hukum Udara Indonesia, CV. Mandar Maju, Bandung.

____________, 1995, Wilayah Udara dan Wilayah Dirgantara, PT Citra Aditya, Bandung.

Susanto, Happy, 2008, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, Cetakan Pertama, Penerbit Visimedia, Jakarta.

Utama, Meria Syahmin dan Akhmad idris, 2012, Hukum Udara dan Luar Angkasa (Air and Outer Space Law, Penerbit Unsri Press, Palembang.

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan

Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : SKEP/47/III/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Usaha Kegiatan Penunjang Bandar Udara Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 152/2012 Tentang

Pengamanan Kargo dan Pos yang diangkut dengan Pesawat Udara

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 32 Tahun 2015 Tentang Pengamanan Kargo dan Pos serta Rantai Pasok (Supply Chain) Kargo dan Pos yang Diangkut dengan Pesawat Udara

C. Jurnal dan Karya Ilmiah

Demy Amelia A. Manalip, Perlindungan Konsumen Terhadap Tanggung Jawab Pengangkut Atas Pengangkutan Barang Melalui Pesawat Udara, Sam Ratulangi : Jurnal Hukum Bisnis, Lex Privatum, Vol.III/No. 2/Apr-Jun/2015

E. Saefullah Wiradipradja, Tanggung Jawab Perusahaan Penerbangan Terhadap Penumpang Menurut Hukum Udara Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis Vol.25, Jakarta, 2006,

Ginta Pedhiena, Kewenangan Kantor Otoritas Bandar Udara, Jurnal Ilmu Hukum Vol. 7, No. 13, Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2011

(3)

Yon Sugiono. 2006. Perencanaan Bisnis Pengelolaan Kargo Untuk PT Angkasa Pura II (Studi Kasus: di Bandara Soekarno-Hatta). Tesis. Institut Teknologi Bandung. Hal. 18. 4 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP 255/IV/2011 tentang Pemeriksaan Keamanan Kargo Dan Pos Yang Diangkut Dengan Pesawat Udara.

D. Internet

http://www.angkasapura2.co.id/id/bisnis/kargo.html, diakses tanggal 30Januari 2016

http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150115150934-12-24940/ombudsman-tata-kelola-kargo-pesawat-pengaruhi-keselamatan/ diakses tanggal 30 Januari 2016

http://www.agkbrothers.com/2014/09/sekilas-tentang-avatar-kargo-indonesia.html, diakses tanggal 4 Februari 2016

http://sekilaspenerbangan.blogspot.co.id/2012/10/sistem-pengamanan-di-bandar-udara.html, diakses tanggal 9 Februari 201

Aryaputra Pande, Regulated Agent Meningkatkan Keamanan Pengiriman,

(4)

Maya Lia, Perbedaan antara Bandar Udara komersil dan bandara yang dikelola oleh TNI AU, melalui http://dmayalya.blogspot.co.id/ diakses tanggal 29 Januari 2016

(5)

BAB III

PELAKSANAAN SISTEM PELAYANAN DAN PENGAMANAN KARGO DI BANDAR UDARA YANG AKAN DIANGKUT DENGAN

MENGGUNAKAN PESAWAT UDARA

A. Tujuan Sistem Pelayanan dan Pengamanan Kargo di Bandar Udara

Kargo secara sederhana adalah semua barang yang dikirim melalui udara (pesawat terbang), laut (kapal), dan darat (truk container) yang biasanya untuk diperdagangkan antar wilayah atau antar kota didalam negeri maupun antar Negara (international) yang lebih dikenal dengan istilah eksport import serta dilengkapi dengan dokumen pengangkutan (SMU atau Airway bill) dan semua jenis barang kecuali benda pos dan bagasi penumpang. Sebelum barang sampai pada tempat tujuannya harus melalui beberapa proses penanganan kargo dimulai dari aktivitas pengiriman barang, penggolongan jenis cargo, prosedur penerimaan dan pengeluaran kargo. Proses ini dilakukan dengan tiga pihak utama yaitu pihak pengirim (shipper), pihak penerima (consignee) dan pihak pengangkut (carrier). Shipper juga bisa perorangan atau badan usaha yang dilakukan secara langsung tanpa perantara atau melalui jasa pengiriman barang yaitu freight forwarder.Pihak produsen/shipper mengirim barang tersebut kepada forwarder/cargo agent sekaligus melampirkan dokumen-dokumen kepada pihak cargo setelah itu pihak airlines/pengangkut menggolongkan semua barang tersebut kedalam klasifikasi kargo.

(6)

unggul. Segala negeri yang berposisi di dalam Asia termasuk kedalam servis jasa ekspedisi kargo. Untuk mewujudkan terciptanya keamanan, keselamatan dan kelancaran operasional penerbangan, diperlukan kondisi bandara yang aman dan kondusif. Angkasa Pura II telah menyediakan berbagai fasilitas keamanan dan pengamanan di bandara guna menjamin terselenggaranya kegiatan operasional penerbangan yang aman, selamat dan lancar, diantaranya adalah mesin X-Ray, Walk Through Metal Detector, Handheld Metal Detector, Bomb Blanket, CCTV dan lain-lain. Di samping itu, untuk penerbangan internasional diberlakukan pembatasan terhadap barang-barang bawaan penumpang yang mengandung cairan, aerosol dan gel. Pembatasan tersebut dimaksudkan untuk memastikan agar barang-barang penumpang tersebut tidak terbawa masuk ke dalam cabin dan digunakan sebagai senjata untuk mengancam keselamatan penerbangan.

Sistem keamanan dan pengamanan yang diberlakukan di bandara adalah sebagaimana yang diatur oleh ICAO dalam Annex-17 tentang Security dan Document-8973 tentang Security Manual for Safeguarding Civil Aviation Against Acts of Unlawful Interference (Keamanan Manual untuk melindungi penerbangan

(7)

Kegiatan penerbangan selalu dimulai dan diakhiri di bandara, sehingga kondisi bandara yang aman merupakan salah satu persyaratan mutlak guna terwujudnya keselamatan penerbangan. Dalam melaksanakan pelayanan pengamanan bandara, Angkasa Pura II menggunakan metoda, sistem dan prosedur pengamanan sesuai standar yang telah ditentukan, baik nasional maupun internasional. Di samping itu, juga dilakukan kerjasama dengan TNI dan Polri serta instansi pengamanan lainnya yang terkait guna lebih memaksimalkan kinerja pengamanan di bandara. Peningkatan kemampuan dan ketrampilan personil, serta perbaikan dan penyempurnaan terhadap peralatan dan prosedur pengamanan yang digunakan, secara berkala selalu ditingkatkan. Hal ini dimaksudkan sebagai bentuk antisipasi terhadap setiap bentuk ancaman dan ganggungan keamanan di bandara yang pada akhirnya dapat mengganggu keselamatan dan kelancaran penerbangan. Dengan demikian, diharapkan para penguna jasa bandara dapat melakukan aktivitasnya secara aman dan nyaman.

Tujuan pelayanan penunjang bandara dilakukan di dalam terminal penumpang, seperti penyediaan fasilitas komersial dan pelayanan kargo. Pelayanan jasa penyediaan fasilitas komersial di dalam terminal dilakukan dengan bekerjasama dengan mitra usaha yang telah memiliki pengalaman dalam melakukan kegiatan tersebut. Dengan semakin meningkatnya pengguna jasa bandara, Angkasa Pura II melakukan penataan fasilitas komersial di dalam terminal sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal tanpa mengurangi pelayanan yang diberikan kepada penumpang pesawat udara.

(8)

melaksanakan pelayanan kargo di Bandara Soekarno-Hatta. Mulai tanggal 1 Januari 2007, Angkasa Pura II melakukan pelayanan pemeriksaan kargo yang akan diberangkatkan melalui Bandara Soekarno-Hatta. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menjamin terlaksananya tugas dan tanggung jawab Angkasa Pura II sebagai pengelola bandara yang bertugas untuk menjamin keselamatan dan keamanan penerbangan serta kelancaran dalam pelayanannya. Setelah penanganan kegiatan operasional kargo dilakukan oleh Angkasa Pura II, terlihat adanya peningkatan pelayanan dan keamanan di area pergudangan kargo. Hal ini telah memacu peningkatan volume arus barang melalui bandara yang dikelola Angkasa Pura II. Pada tahun 2007, jumlah kargo yang melewati 12 bandara Angkasa Pura II adalah sebanyak 455.482 ton, atau naik 1,7 % jika dibandingkan tahun 2006. Untuk mencegah terangkutnya barang-barang berbahaya (dangerous goods) masuk ke dalam pesawat, maka pada tahun 2007 hampir seluruh gudang kargo Angkasa Pura II telah dilengkapi dengan mesin X-Ray lengkap dengan personilnya yang telah bersertifikat dan memiliki pelatihan di bidang pengamanan penerbangan (aviation security).38

Kargo yang memerlukan perlakuan dan perhatian khusus selama pengiriman, penyimpanan, dan pengangkutan. Penerbangan cargo yang lebih besar cenderung memilih menggunakan pesawat baru untuk membawa barang mereka, namun demikian beberapa masih juga memanfaatkan pesawat-pesawat tua, seperti Boeing 707 , Boeing 727 , Douglas DC-8 , DC-10 , MD-11 , Boeing 747 , dan

Ilyushin Il-76. Permintaan dalam mengangkut barang-barang super besar

(9)

menyebabkan penggunaan Antonov An-225, pesawat terbesar di dunia dalam maskapai penerbangan cargo.

Perkembangan pengiriman barang via udara ataupun laut yang lebih dikenal dengan sebutan kargo, pada saat ini mengindikasikan perkembangan yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya perusahaan cargo yang worldwide. Federal express, Repex, UPS, DHL adalah perusahaan cargo kelas dunia. Di tingkat lokal TIKI JNE, MSA, Megacitra adalah nama perusahaan cargo yang telah lama berkecimpung di bidang ini. Tidak ketinggalan maskapai penerbangan seperti Garuda, Singapore Airlines dan maskapai penerbangan lainpun ikut membuka dunia usaha cargo. Pada saat ini dunia penerbangan terbagi menjadi dua bagian :

1. Penerbangan untuk penumpang (passenger aircraft) yaitu pesawat yang khusus untuk mengangkut penumpang, bagasi dan cargo (surat dan dokumen).

2. Penerbangan khusus cargo (cargo aircraft) yaitu pesawat yang khusus untuk mengangkut cargo saja.

Kargo melalui udara adalah barang yang dikirim tanpa disertai oleh penumpang. Pengiriman bisa melalui maskapai penerbangan ataupun agen cargo (freight forwarder). Kemasan yang dilakukan melalui laut disebut container dan kemasan melalui udara disebut pallet.39 Secara umum keamanan yang berkaitan dengan kargo meliputi tiga daerah pengamanan, yaitu:

a) lingkungan terminal kargo, lahan parkir dan apron b) terminal kargo

c) kargo

(10)

Tujuan sistem pengamanan Bandar Udara adalah penyelenggara bandar udara bertanggung jawab terhadap keamanan dan keselamatan penerbangan serta kelancaran pelayanannya. Setiap penyelenggara bandar udara dan operator pesawat udara wajib membuat program pengamanan bandar udara dan program pengamanan operator pesawat udara disesuaikan dengan kondisi perkembangan yang mempengaruhi keamanan dan keselamatan penerbangan sipil pada bandar udara dan perusahaan angkutan udara dan mengacu kepada Program Nasional Pengamanan Penerbangan Sipil. Program nasional pengamanan penerbangan sipil bertujuan untuk melindungi keselamatan, keteraturan dan efisiensi penerbangan sipil di Indonesia dengan memberikan perlindungan terhadap penumpang, awak pesawat udara, para petugas di darat, masyarakat, pesawat udara dan instalasi di bandar udara dari tindakan melawan hukum serta memberikan perlindungan terhadap operator pesawat udara. Maksudnya setiap negara anggota harus mempunyai tujuan utama untuk melindungi keamanan penumpang, awak pesawat, petugas yang beroperasi di darat dan masyarakat umum dalam segala hal yang berhubungan dengan pengamanan terhadap tindakan yang melawan hukum pada penerbangan sipil.

Prosedur Sistem Pengamanan Bandar Udara Berdasarkan tindakan melawan hukum (act of unlawful interference) adalah tindakan yang dikategorikan:40

1. Tindakan kekerasan terhadap seseorang di atas pesawat udara dalam penerbangan yang dimungkinkan membahayakan keselamatan pesawat udara. 2. Menghancurkan atau merusak pesawat udara yang akan di operasikan sehingga

menyebabkan pesawat udara tersebut tidak dapat terbang atau membahayakan keselamatan pesawat udara tersebut.

(11)

3. Menempatkan alat atau bahan di pesawat udara dengan cara apapun sehingga pesawat udara tersebut tidak dapat terbang, hancur atau membahayakan keselamatan selama penerbangan.

4. Menghancurkan atau merusak atau mengganggu operasi fasilitas navigasi penerbangan yang berakibat membahayakan keselamatan penerbangan.

5. Komunikasi informasi palsu yang berakibat membahayakan keselamatan penerbangan.

6. Melakukan tindakan melawan hukum yang disertai dengan penggunaan peralatan zat atau bahan atau senjata.

Angkutan Kargo dan Pos sangat kental dengan aspek komersial, sehingga akan terjadi conflict of interest kalau pemeriksaan security tersebut dilakukan bukan oleh independent body. Apabila pemeriksaan keamanan terhadap cargo dan pos dilakukan di Lini 1 (cargo warehouse) secara penuh (yaitu satu per satu masuk mesin x-ray) sementara space, petugas dan peralatan pemeriksa terbatas, maka akan terjadi penumpukan kargo dan pos yang mengganggu arus kargo, yang akhirnya akan mengganggu perkembangan ekonomi nasional, serta berkumpulnya banyak orang akan menyulitkan dalam pemeriksaan dan pengawasan keamanannya.

(12)

kawasan gudang kargo atau sisi udara harus dapat dikendalikan tingkat keamanannya baik terhadap orang, barang dan kendaraan.41

B. Hak dan Kewajiban Pengangkut, Perusahaan Jasa Pengiriman Barang, dan Pemilik Barang

Pengiriman cargo bisa dilakukan melalui maskapai penerbangan ataupun agen cargo (freight forwarder). Kemasan yang dilakukan melalui laut disebut Container, sedangkan kemasan melalui cargo udara disebut Pallet. Sedangkan pengiriman dan pegankutan cargo dengan pesawat udara didasarkan pada:

1. Kemampuan daya angkut pesawat (pay load) 2. Ruang cargo di dalam pesawat

3. Ukuran pintu pesawat 4. Maksimum floor load.

Di dalam penerimaan cargo melalui udara sangat diutamakan keamanan penerbangan (safety flight), dengan pertimbangan keamanan tsb yang krusial ini maka penerimaan cargo harus memperhatikan:

1. Isi di dalam cargo yang akan dikirim (content) 2. Berat cargo (weight)

3. Ukuran (dimension) 4. Pembungkus (packing).

Pembungkus (packing) haruslah kuat dan tertutup rapat agar tidak mudah rusak selama dalam pengangkutan dan perjalanan. Ukuran harus sesuai dengan pintu cargo (lebih kecil dari pintu pesawat).42

41

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Sosialisasi SKEP 205 tentang Pemeriksaan Kargo dan Pos di Pesawat Udara, Jakarta, 2011.

(13)

1. Hak Pengangkut

Dalam Ordonansi Pengangkutan Udara menjelaskan pengangkutan antara lain adalah sebagai berikut:

a. Di dalam Pasal 7 ayat (1), disebutkan bahwa pengangkutan berhak untuk meminta kepada pengirim barang atau untuk membuat surat muatan udara. b. Pengangkut berhak meminta kepada pengirim barang untuk membuat surat

muatan udara, jika ada beberapa barang.

c. Pengangkut juga berhak menolak pengangkutan penumpang jika ternyata identitas penumpang tidak jelas.

d. Hak penumpang yang dicantumkan dalam tiket penumpang yaitu hak untuk menyelenggarakan angkutan kepada perusahaan pengangkut lain, serta pengubah tempat-tempat pemberhentian yang telah disetujui, semua tetap ada ditangan pengangkut udara.

e. Hak untuk pembayaran kepada penumpang atau pengirim barang atas barang yang telah diangkutnya serta mengadakan peraturan yang perlu untuk pengangkutan dalam batas-batas yang dicantumkan Undang-Undang. Selain itu, pengangkut dalam hal in adalah perusahaan penerbangan dapat dikategorikan sebagai pelaku usaha, sesuai dengan definisi pelaku usaha dalam Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen Pasal 1 ayat (3). “Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan atau berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian

menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”. Sehingga adapun yang menjadi hak dari pelaku usaha juga dapat dilihat dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 tentang Perlindungan Konsumen, yakni:

a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.

b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang tidak beritikad baik.

c. Hak untuk melakukan pembelaan dari sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen.

(14)

e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan oeraturan perundang-undangan lainnya. 2. Kewajiban Pengangkut

Kewajiban pengangkutan udara dalam Ordonansi Pengangkutan Udara adalah:

a. Pengangkut harus menandatangani surat muatan udara segera setelah muatan barang-barang diterimanya (Pasal 8 ayat 2).

b. Bila pengangkut tidak mungkin melaksanakan perintah-perintah dari pengirim, pengangkut harus segera memberitahukan kepada pengirim (Pasal 15 ayat 3). c. Penerbangan menjelaskan tentang kewajiban pemegang izin angkutan udara

dalam Pasal 118 yakni:

1) Melakukan kegiatan angkutan udara secara nyata paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak izin diterbitkan dengan mengoperasikan minimal jumlah pesawat udara yang dimiliki dan dikuasai sesuai dengan lingkup usaha atau kegiatannya.

2) Memiliki dan menguasai pesawat udara dengan jumlah tertentu.

3) Mematuhi ketentuan wajib angkut penerbangan sipil, dan ketentuan lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

4) Menutup asuransi tanggung jawab pengangkut dengan nilai pertanggungan sebesar santunan penumpang angkutan udara niaga yang dibuktikan dengan perjanjian penutupan asuransi.

5) Melayani calon penumpang secara adil tanpa diskriminasi atas dasar suku agama, ras, antar golongan, serta strata ekonomi dan sosial.

6) Menyerahkan laporan kegiatan laporan kegiatan angkutan udara termasuk keterlambatan dan pembatalan penerbangan, setiap bulan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya kepada Menteri.

7) Menyerahkan laporan kinerja keunangan yang telah diaudit oleh kantor akuntan publik terdaftar yang sekurang-kurangnya memuat neraca, laporan rugi laba, arus kas, dan rincian biaya, setiap tahun paling lambat akhir bulan April tahun berikutnya kepada Menteri.

8) Melaporkan apabila terjadi perubahan penanggung jawab atas pemilik badan hukum angkutan udara niaga, domisili badan usaha angkutan udara niaga dan pemilikan pesawat kepada Menteri.

d. Memenuhi standar pelayanan yang ditetapkan. Khusus untuk wajib angkut, terdapat dalam Pasal 140 dimana pengangkut wajib:

1) Mengangkut orang dan/atau kargo, dan pos setelah disepakatinya perjanjian pengangkutan.

(15)

Secara umum kewajiban pengangkut dalam hal ini Perusahaan Penerbangan juga tertuang dalam kewajiban pelaku usaha yang terdapat dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen adalah sebagai berikut:

1) Beritikad baik dalam melakukan usahanya.

2) Memberikan informasi yang jelas, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang/jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemerliharaan.

3) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur dan tidak diskriminatif.

4) Menjamin mutu barang/jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku

5) Memeberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau mencoba barang/jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau diperdagangkan.

6) Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.

7) Memberi kompensasi. Ganti rugi, dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. 3. Hak Perusahaan Jasa Pengiriman Barang

Secara umum berdasarkan Undang-undang Nomor 38 tahun 2009 tentang Pos, perusahaan jasa pengiriman barang/perusahaan penyelenggara pos mempunyai hak sebagai berikut:

a. Perusahaan jasa pengirman barang dapat melakukan layanan komunikasi tertulis dan/atau surat elektronik, layanan paket, layanan logistik, layanan transaksi keuangan dan layanan keagenan pos. (Pasal 5)

b. Perusahaan jasa pengiriman barang (penyelenggara pos) dapat melakukan kerja sama dengan penyelenggara pos dalam negeri, asing, badan usaha dalam negeri/asing bukan penyelenggara pos. (Pasal 11)

c. Setiap perusahaan penyelenggara pos komersil berhak menentukan tarif berdasarkan formula perhitungan berbasis biaya. (Pasal 16)

4. Kewajiban Perusahaan Pengangkutan Barang

(16)

a. Perusahaan penyelenggara wajib memiliki timbangan sekurang-kurangnya 1 (satu) buah 0 s.d. 30 kilogram dengan ketelitian 100 gram dan memiliki alamat kantor yang jelas. (Pasal 3)

b. wajib memiliki izin dari Direktur Jendral. (Pasal 4)

c. menjabarkan kewajiban penyelenggara layanan: (Pasal 13)

1) menempatkan Surat Izin Penyelenggaraan Jasa Titipan pada tempat yang mudah dilihat oleh pengguna jasa;

2) menetapkan syarat-syarat dan tata cara penyelenggaraan jasa titipan 3) menyelesaikan tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh pengguna jasa; 4) melaporkari kepada yang berwajib apabila mengetahui atau menduga ada

barang titipan yang berisi benda-benda yang dilarang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

5) memberikan Iaporan kegiatan operasional minimal setiap 6 (enam) bulan kepada Direktur Jenderal;

6) melaporkan setiap kali terjadi perubahan anggaran dasar selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah perubahan kepada Direktur Jenderal; 5. Hak Pengirim Barang/Kargo

Secara umum pengirim barang/kargo sebagai konsumen atas jasa memiliki hak, seperti yang terdapat dalam Pasal 4 Undang-undang Perlindungan Konsumen, antara lain:

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa.

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan.

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.

f. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.

(17)

6. Kewajiban Pengirim Barang/Kargo

Secara umum pengirim barang/kargo sebagai konsumen atas suatu jasa juga memiliki kewajiban, seperti yang terdapat pada Pasal 5 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, antara lain:

a. Membaca atau mengiktui petunjuk informasi pemakaian dan pemanfaatan barang/jasa. Tujuan adalah untuk menjaga keamanan dan keselamatan bagi konsumen itu sendiri.

b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang/jasa. Itikad baik sangat diperlukan ketika konsumen akan bertransaksi.

c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati. Konsumen perlu membayar barang/jasa yang telah dibeli. Tentunya dengan nilai tukar yang disepakati.

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

C. Prosedur Pengangkutan Kargo dari Regulated Agent ke Badan Usaha Angkutan Udara

(18)

pos, dimana daerah tersebut dilakukan pengawasan dan untuk masuk dilakukan pemeriksaan keamanan.

Menurut Pasal 2 ayat (1) dan (2) menyebutkan bahwa orang perseorangan dan/atau kendaraan yang akan memasuki daerah keamanan terbatas Bandar udara, daerah keamanan terbatas Regulated agent atau daerah keamanan terbatas pengirim pabrikan (known shipper/known consignor) wajib memiliki izin masuk. Izin masuk terdiri dari :

a. Pas Bandar udara untuk daerah keamanan terbatas Bandar udara.

b. Pas Regulated agent yang dikeluarkan oleh Regulated agent untuk daerah keamanan terbatas Regulated agent dan

c. Pas pengirim pabrikan (known shipper/known consignar) yang dikeluarkan oleh pengirim pabrikan (known shipper/known consinar)

Ayat (3) menyebutkan bahwa Pas Regulated agent dan pas pengirim parikan (known shipper/known consignor) harus dicantumkan dalam program keamanan Regulated agent dan program keamanan pengirim pabrikan (known shipper/known consignor).

Pasal 1 angka 16 tentang Pengirim pabrikan (known shipper/known consignor) adalah badan hokum Indonesia yang disertifikasi Menteri Perhubungan untuk melakukan pemeriksaan keamanan terhadap barang produksinya secara regular dan sejenis untuk dikirim melalui badan uaha angkutan udara atau perusahaan angkutan udara asing.

(19)

agent atau daerah keamanan terbatas pengirim pabrikan (known shipper/known

consignor) wajib memiliki surat muatan udara (airway bill).

Pasal 4 ayat (1) tentang Orang perseorangan, kendaraan, kargo atau pos yang akan memasuki daerah keamanan terbatas banda udara, daerah keamanan terbatas Regulated agent atau daerah keamanan terbatas pengirim pabrikan (known shipper/known consignor) dilakukan pemeriksaan keamanan. Kemudian Pasal 5

ayat (1) dan (2) ditegaskan bahwa kargo dan pos yang telah dilakukan pemeriksaan keamanan dan pengendalian keamanan oleh Regulated agent atau pengirim pabrikan (known shipper/known consignor) tidak perlu dilakukan pemeriksaan keamanan di daerah keamanan terbatas Bandar udara. Badan udaha angkutan dan perusahaan angkutan udara asing dapat melakukan pemeriksaan keamanan terhadap kargo dan pos dari Regulated agent atau pengirim pabrikan (known shipper/known consignor) di daerah keamanan terbatas Bandar udara dalam hal

adanya ancaman keamanan penerbangan dan penerimaan transfer kargo.

(20)

Pasal 12 ayat (1) menyebutkan bahwa prasarana untuk penanganan kargo dan pos yang diangkut dengan pesawat udara meliputi lahan sekurang-kurangnya seluas 500m2 yang dimiliki atau dikuasai sekurang-kurangnya selama 5 (lima) tahun ke depan yang di dalamnya terdapat gedung fasilitas Regulated agent atau pengirim pabrikan (known shipper/known consignor) dan area yang ditetapkan sebagai daerah keamanan terbatas, daerah terbatas dan daerah publik yang digambarkan dalam bentuk peta.

Pasal 19 ayat (1) menegaskan bahwa pemeriksaan keamanan kargo dan pos menggunakan peralatan pemeriksaan harus diatur dan ditempatkan pada posisi yang tepat untuk mengenali atau mendeteksi jenis dan sifat kargo dan pos. Pasal 22 ditegaskan juga bahwa kargo dan pos yang telah dilakukan pemeriksaan keamanan diberi label pemeriksaan keamanan (label security check) dan hrus dijaga tingkat keamanannya. Kemudian Pasal 23 ayat (2) ditegaskan bahwa alat angkut harus dimiliki sekurang-kurangnya 1 (satu) unit oleh setiap Regulated agent dan pengirim pabrikan (known shipper/known consignor).

(21)

kargo, freight forwarder atau bidang lainnya dan sertifikat sebagai pengirim (known shipper/known consignor) untuk badan hukum yang bergerak dibidang produksi barang yang bersifat regular.

Menurut Pasal 31 menyebutkan bahwa Sertifikat Regulated agent dan pengirim (known shipper/known consignor) diberikan oleh Menteri untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. Pasal 33 ayat (1) dan (4) ditegaskan bahwa permohonan sertifikat Regulated agent dan pengirim (known shipper/known consignor) diajukan secara tertulis kepada Menteri dengan tembusan Direktur Jenderal, dengan melampirkan dokumen persyaratan. Menteri dapat memberikan atau menolak permohonan sertifikat Regulated agent dan pengirim (known shipper/known consignor) dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak

permohonan diterima secara lengkap. Pasal 34 menyebutkan bahwa Pemberian sertifikat Regulated agent dan pengirim (known shipper/known consignor) dikenakan biaya sesuai ketentuan yang berlaku di bidang keuangan Negara tentang penerimaan Negara bukan pajak (PNBP).

(22)

melaksanakan pemeriksaan kargo dan pos sesuai ketentuan yang berlaku, melaksanakan pengawasan (quality conrol) internal, memenuhi standard fasilitas dan personel yang ditetapkan, melaporkan apabila terjadi perubahan, penanggung jawab atau pemilik badan, hukum, domisili, fasilitas dan personil kepada Direktur Jenderal dan melaporkan kegiatan pemeriksaan kargo dan pos yang diangkut dengan pesawat udara dan pengawasan internal kepada kepala kantor otoritas Bandar Udara dan Direktur Jenderal setiap 6 (enam) bulan. Pasal 37 ayat (1) menegaskan bahwa pemegang sertifikat sertifikat Regulated agent dan pengirim (known shipper/known consignor) yang melanggar ketentuan dikenakan sanksi adminstrasi dan denda.

Salah satu pra syarat pengiriman lewat jalu udara harus mendapatkan lanel dari Regulated Agent. Itulah yang dijalankan perusahaan Pandu Logistics untuk memberikan keamanan pengiriman jalur udara. sebab itulah Regulated agent dalam upaya meningkatkan kualitas keamanan kiriman. Tak dipungkiri Angkutan Kargo dan Pos sangat kental dengan aspek komersial, sehingga rentan terjadi conflict of interst kalau pemeriksaan security tersebut dilakukan bukan oleh independent

body.

Pemeriksaan keamanan terhadap kargo dan pos dilakukan di lini 1 (cargo warehouse) secara pernuh (yaitu satu per satu masuk mesin x-ray)

(23)

dilakukan untuk memastikan terpenuhinya keamanan dan keselamatan penerbangan, pemeriksaan kargo dan pos dilakukan badan usaha independen yang hanya melakukan kegiatan usaha dibidang pemeriksaan kargo dan pos, dan daerah keamanan terbatas (security restricted area) di kawasan gudang kargo atau sisi udara harus dapat dikendalikan tingkat keamanannya baik terhadap orang, barang dan kendaraan.

Dasar Hukum adanya regulated agent ini adalah adanya ICAO, Annex 17 amandemen 11 (dan mempertimbangkan draft amanademen 12 yang berlaku juli tahun 2011). KM 9/2010 tentang Program Keamanan Penerbangan Nasional (yang sekarang sedang proses finalisasi revisi) dan Peraturan Dirjen Hubud No:SKEP/47/IV/2010, yang sudah di rubah dengan Peraturan Dirjen Hubud Nomor 255/IV/2011 tanggal 2 April 2011 tentang Juknis Pemeriksaan Keamanan kargo dan Pos yang diangkut dengan pesawat udara.

Regulated Agent merupakan badan hukum Indonesia yang melakukan kegiatan usaha dengan badan usaha angkutan udara yang memperoleh ijin dari Dirjen Hubud untuk melaksanakan pemeriksaan keamanan terhadap kargo dan pos. Pemeriksaan Kargo Pemeriksaan Keamanan Kargo adalah prosedurpemeriksaan untuk mencegah terangkutnya bahan peledak (explosives) dan bahan berbahaya (dangerous substances) dalam kiriman kargo dan pos yang akan diangkut dengan pesawat udara sipil. Adapun Sertifikat Keamanan Pengiriman (Consignment Security Sertificate) adalah dokumen yang ditandatangani oleh regulated agent

(24)

Kewenangan perusahaan yang menyelenggarakan Regulated Agent adalah sebagai pelaku tunggal dalam pemeriksaan kargo dan pos setelah memperoleh ijin dari Dirjen Hubud, masa berlaku ijin pemeriksaan keamanan kargo dan pos oleh regulated agent adalah 5 tahun, dan dievaluasi setiap tahun. Selain itu, Regulated Agent berhak memungut tarif jasa pemeriksaan keamanan yang diberikan.

Siapa saja yang berhak menyelengarakan Regulated Agent: Badan Usaha Bandar udara / Unit Penyelengara bandar Udara pemegang Sertifikat Bandar Udara / Registrasi Bandara dan Memiliki Program Keamanan Bandara yang telah disahkan Dirjen; badan Hukum Indonesia; badan Hukum Gabungan dari Bandara dan Badan Hukum Indonesia. Sedangkan syarat untuk mendapatkan ijin Regulated Agent adalah : Perusahaan harus memenuhi persyaratan administrasi dan teknis operasional. Persyaratan administrasi; Akta pendirian badan usaha Indonesia yang usahanya bergerak dibidang pemeriksaan keamanan; Izin Usaha Perusahaan yang izinnya di bidang kargo Udara.43

Sistem Regulated Agent memiliki fungsi tunggal yang dapat melakukan pemeriksaan kargo dan pos di tempat umum. Di Indonesia sistem Regulated Agentdilaksanakan sejak September 2011 di Bandara Internasional SoekarnoHatta, Jakarta, untuk kargo udara domestik dan internasional. Tercatat ada 12 (dua belas) Regulated Agent yang telah disertifikasi oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan 9 (sembilan) lainnya sedang dalam proses sertifikasi. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah melakukan kegiatan sosialisai di beberapa

(25)

bandara di Indonesia untuk membuat kebijakan Regulated Agent ini berjalan lancer.44

Perusahaan penerbangan dapat menunjuk Regulated Agent tertentu untuk memeriksa kargo dan pos yang akan diangkut. Dalam pelaksanaannya, ada beberapa Regulated Agent yang belum memiliki kerjasama langsung dengan perusahaan penerbangan sebagai pengangkut barang kargo dan pos, sehingga ketika barang akan dikirim ke terminal kargo, barang tersebut ditolak oleh perusahaan penerbangan untuk diangkut dengan alasan belum di periksa oleh Regulated Agent yang telah ditunjuk oleh perusahaan penerbangan, hal ini membuat para pengirim barang bingung atas ketidakjelasan aturan dari pengangkut. Oleh karena itu, perusahaan penerbangan dapat menunjuk Regulated Agent untuk memeriksa kargo dan pos yang akan diangkut. Di negara lain contohnya Australia, sejumlah Regulated Agent banyak yang berasal dari beberapa perusahaan yang bergerak di bidang forwarder dan warehouse, dimana perusahaan tersebut tidak harus merupakan badan usaha baru.

Salah satu pra syarat pengiriman lewat jalu udara harus mendapatkan lanel dari Regulated Agent. Itulah yang dijalankan perusahaan Pandu Logistics untuk memberikan keamanan pengiriman jalur udara. sebab itulah RA dalam upaya meningkatkan kualitas keamanan kiriman.Tak dipungkiri Angkutan Kargo dan Pos sangat kental dengan aspek komersial, sehingga rentan terjadi conflict of interst kalau pemeriksaan security tersebut dilakukan bukan olehindependent

body. Selama ini, pemeriksaan keamanan terhadap kargo dan pos dilakukan di lini 1 (cargo warehouse) secara pernuh (yaitu satu per satu masuk mesin x-ray)

44

(26)

sementara space, perugas dan peralata pemeriksa terbatas, maka akan terjadi penumpukkan kargo dan pos yang menggangu arus kargo, yang akhirnya akan menggangu perkembangan ekonomi nasional, serta berkumpulnya banyak orang akan menyulitkan dalam pemeriksaan dan pengawasan keamanannya.45

Idealnya, pemeriksaan keamanan kargo dan pos yang akan diangkut dengan pesawat udara dilakukan untuk memastikan terpenuhinya keamanan dan keselamatan penerbangan, pemeriksaan kargo dan pos dilakukan badan usaha independen yang hanya melakukan kegiatan usaha dibidang pemeriksaan kargo dan pos, dan daerah keamanan terbatas (security restricted area) di kawasan gudang kargo atau sisi udara harus dapat dikendalikan tingkat keamanannya baik terhadap orang, barang dan kendaraan.

Regulated Agent merupakan badan hukum indonesia yang melakukan kegiatan usaha dengan badan usaha angkutan udara yang memperoleh ijin dari Dirjen Hubud untuk melaksanakan pemeriksaan keamanan terhadap kargo dan pos. Pemeriksaan Kargo Pemeriksaan Keamanan Kargo adalah prosedurpemeriksaan untuk mencegah terangkutnya bahan peledak (explosives) dan bahan berbahaya (dangerous substances) dalam kiriman kargo dan pos yang akan diangkut dengan pesawat udara sipil. Adapun Sertifikat Keamanan Pengiriman (Consignment Security Sertificate) adalah dokumen yang ditandatangani oleh regulated agent

yang menjamin bahwa kiriman kargo dan pos yang diserahkan ke badan usaha angkutan udara telah memenuhi persyaratan keamanan.46

Kewenangan perusahaan yang menyelenggarakan Regulated Agent adalah sebagai pelaku tunggal dalam pemeriksaan kargo dan pos setelah memperoleh ijin

45

http://pandulogistics.com/posts/11.html, diakses tanggal 27 Februari 2016

(27)

dari Dirjen Hubud, masa berlaku ijin pemeriksaan keamanan kargo dan pos oleh regulated agent adalah 5 tahun, dan dievaluasi setiap tahun. Selain itu, Regulated Agent berhak memungut tarif jasa pemeriksaan keamanan yang diberikan.

Siapa saja yang berhak menyelengarakan Regulated Agent: Badan Usaha Bandar udara / Unit Penyelengara bandar Udara pemegang Sertifikat Bandar Udara / Registrasi Bandara dan Memiliki Program Keamanan Bandara yang telah disahkan Dirjen; badan Hukum Indonesia; badan Hukum Gabungan dari Bandara dan Badan Hukum Indonesia. Sedangkan syarat untuk mendapatkan ijin Regulated Agent adalah : Perusahaan harus memenuhi persyaratan administrasi dan teknis operasional. Persyaratan administrasi; Akta pendirian badan usaha Indonesia yang usahanya bergerak dibidang pemeriksaan keamanan; Izin Usaha Perusahaan yang izinnya di bidang kargo Udara.47

Proses pengiriman kargo dapat langsung menghubungi perusahaan penerbangan sebagai pengangkut melalui agen cargo untuk mengurus pengiriman barang. Setelah persyaratan dipenuhi, pengirim akan mendapatkan dokumen yang diperlukan sesuai dengan tujuan pengiriman barang. Setelah itu dilakukan reservasi cargo melalui “booking procedure”. Sebelum nya barang dicheck oleh pihak pabean, apakah barang tersebut layak untuk dikirim, dalam arti tidak menyalahi peraturan kepabeanan. Setelah reservasi cargo, barang tersebut akan disimpan di dalam gudang untuk menunggu pengiriman sesuai dengan reservasi cargo48

47 Aryaputra Pande, Regulated Agent Meningkatkan Keamanan Pengiriman, http://balicargo forwarder.blogspot.co.id/2016/01/ regulated-agent-meningkatkan-keamanan.html, diakses tanggal 8 Februari 2016

(28)

D. Sistem Pengawasan terhadap Pelayanan dan Pengamanan Kargo di Bandar Udara yang Akan Diangkut Dengan Menggunakan Pesawat Udara

Pengawasan keamanan penerbangan merupakan kegiatan pengawasan berkelanjutan untuk melihat pemenuhan peraturan Keamanan Penerbangan yang dilaksanakan oleh penyedia jasa penerbangan atau instansi lain yang terkait dengan Keamanan Penerbangan. Program pengawasan keamanan penerbangan nasional sekurang-kurangnya memuat struktur, tanggung jawab, proses dan prosedur untuk menetapkan, mempertahankan, lingkungan dan budaya perbaikan serta peningkatan keamanan penerbangan secara terus-menerus.

Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 92 Tahun 2015 tentang Program pengawasan Keamanan Penerbangan Nasional bahwa kegiatan pengawasan bertujuan untuk melakukan verifikasi tingkat pemenuhan terhadap pelaksanaan Program Keamanan Penerbangan Nasional yang meliputi :

a. audit adalah pemeriksaan yang terjadwal, sistematis dan mendalam terhadap prosedur, fasilitas, personel dan dokumentasi organisasi penyedia jasa penerbangan untuk mengetahui tingkat kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku. (Pasal 1 angka 2)

b. inspeksi pemeriksaan penerapan satu atau lebih langkah-langkah dan prosedur keamanan untuk menentukan efektifitas keamanan penerbangan (Pasal 1 angka 3)

c. survei adalah evaluasi kebutuhan keamanan termasuk identifikasi terhadap kerentanan yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan tindakan melawan hukum, dan rekomendasi terhadap tindakan korektif; (Pasal 1 angka 4)

d. pengujian (test) adalah pengujian terhadap kemampuan dari kinerja personel, prosedur, fasilitas keamanan dan daerah yang diidentifikasikan rawan dengan simulasi tindakan melawan hukum.(Pasal 1 angka 5)

(29)

mengevaluasi sistem dan prosedur keamanan untuk mencegah terulangnya kejadian serupa. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 56 Tahun 2015 tentang Kegiatan Pengusahaan di Bandar udara bahwa Direktur Jenderal melaksanakan kegiatan pengawasan keamanan penerbangan terhadap :

a. Unit Penyelenggara Bandar Udara, Badan Usaha Bandar Udara, Badan Usaha Angkutan Udara, instansi atau badan usaha lain yang terkait pelaksanaan tugas dan fungsi keamanan penerbangan.

b. perusahaan angkutan udara asing yang beroperasi di Indonesia berdasarkan penilaian keamanan; dan

c. bandar udara terakhir di luar wilayah Indonesia yang dipergunakan pesawat udara sebelum menuju ke bandar udara Indonesia berdasarkan penilaian keamanan.

Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : SKEP/47/III/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Usaha Kegiatan Penunjang Bandar Udara, Pasal 3 ayat (1) menyebutkan bahwa pelayanan jasa kargo dan surat (Cargo and Mail Services), yaitu pelayanan jasa penyediaan dan pengurusan fasilitas pergudangan,

equipment untuk pelayanan kargo dan surat, serta penerimaan dan pengaturan kargo dan pos udara, pelayanan jasa penyiapan dokumen serta pengaturan fisik kargo untuk keperluan pemeriksaan kepabeanan (Customs Control Services), pelayanan jasa tindakan segera untuk irregularaities, seperti: kehilangan dan kerusakan (Irregularaities Handling), pelayanan jasa penyiapan dokumen-dokumen penerbangan untuk kargo (Document Handling), pelayanan jasa penerimaan kargo, penumpukan kargo, penimbangan, pengiriman kargo ke pesawat udara, pelayanan pemeriksaan kargo datang terhadap dokumennya, serta pendistribusian kargo datang kepada penerima/ consignee (Physical Handling Outbond/ Inbound), pelayanan jasa kargo transfer/transit (Transfer/Transit cargo),

(30)

Dirjen Perhubungan Udara dan/atau Kepala Kantor Otoritas Bandara melaksanakan pengawasan terhadap regulated agent dalam pemenuhan peraturan keamanan penerbangan untuk pemeriksaan keamanan kargo dan pos. Regulated Agent bertanggung jawab melaksanakan pengawasan (quality control) internal untuk menjamin pemenuhan terhadap peraturan keamanan penerbangan. Regulated Agent wajib membentuk unit kerja yang melaksanakan tugas dan fungsi

pengawasan dibidang pemeriksaan keamanan kargo dan pos. Melaporkan hasil pengawasan setiap 3 (tiga) bulan ke Kepala Kantor Otoritas Bandara.49

Dalam pasal 232 UU No 1/2009 tentang penerbangan menyebutkan pengusahaan bandar udara terdiri atas pelayanan jasa kebandarudaraan dan pelayanan jasa terkait bandar udara. Termasuk pelayanan jasa terkait bandar udara untuk menunjang kegiatan pelayanan operasi pesawat udara dibandar udara yang meliputi pelayanan penumpang dan bagasi serta penanganan kargo dan pos sebagaimana tercantum dalam pasal pasal 232 ayat f, UU No 1/2009.

Menurut Pasal 34 ayat 2 penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan Dan Keselamatan Penerbangan bahwa Prosedur pelayanan jasa bandar udara antara lain meliputi : prosedur pelayanan penumpang; prosedur pelayanan kargo dan pos; prosedur pelayanan pesawat udara; dan prosedur pelayanan konsesioner.

Pelaksanaan kegiatan pengawasan keamanan penerbangan, dilaksanakan oleh inspektor keamanan penerbangan. Unit Penyelenggara Bandar Udara, Badan Usaha Bandar Udara, Badan Usaha Angkutan Udara dan badan usaha lain terkait dengan penerbangan wajib melakukan pengawasan internal secara reguler dan hasil

(31)

serta tindak lanjut pelaksanaan pengawasan internal harus dibuat, disusun, didokumentasikan dan dilaporkan kepada Direktur Jenderal.

Direktur Jenderal melakukan tindakan korektif dan penegakan hokum terhadap hasil pengawasan yang dilaksanakan. Tindakan korektif dilakukan untuk melaksanakan, memperbaiki, meningkatkan pemenuhan terhadap peraturan Keamanan Penerbangan oleh Unit Penyelenggara Bandar Udara, Badan Usaha Bandar Udara, Badan Usaha Angkutan Udara dan badan usaha lain terkait dengan penerbangan. Penegakan hukum dikenakan kepada Unit Penyelenggara Bandar Udara, Badan Usaha Bandar Udara dan Badan Usaha Angkutan Udara yang beroperasi di Indonesia dan badan usaha lain terkait dengan penerbangan yang mengabaikan pemenuhan tindakan korektif.

(32)

suatu teknik atau cara lain untuk mengenali atau mendeteksi barang dilarang (prohibited items) yang dapat digunakan untuk melakukan tindakan melawan hukum.

Pasal 8 ayat (2) menyatakan bahwa program keamanan kargo dan pos yanga diangkut dengan pesawat udara dengan berpedoman pada program keamanan penerbangan nasional. Pasal 9 memuat program keamanan kargo dan pos yang diangkut dengan pesawat udara sekurang-kurangnya memuat personel, fasilitas/peralatan untuk penanganan kargo dan pos, prosedur keamanan kargo dan pos dan peta daerah keamanan terbatas dan daerah terbatas. Pasal 10 ayat (2) menyebutkan bahwa Personel ditempatkan pada setiap 1 (satu) jalur pemeriksaan keamanan. Kemudian Pasal 11 mengenai fasilitas dan peralatan untuk penanganan kargo dan pos yang diangkut dengan pesawat udara terdiri dari prasarana untuk kegiatan penerimaan, pemeriksaan dan penumpukan kargo dan pos, peralatan pemeriksaan dan pengawasan keamanan kargo dan pos dan label pemeriksaan keamanan.

(33)

pemeriksaan dan pengawasan harus baik operasi dan memiliki sertifikat peralatan sesuai peraturan perundang-undangan.

Pasal 14 ayat (1) pengertian label pemeriksaan keamanan merupakan tanda bahwa terhadap kargo dan pos telah dilakukan pemeriksaan keamanan. Pasal 15 menyebutkan bahwa prosedur keamanan terdiri dari penerimaan, pemeriksaan, penumpukan, pengepakan, pengangkutan/muat ke pesawat udara, penempatan di pesawat udara dan pengangkutan dengan pesawat udara. Pasal 17 menyatakan bahwa Peta daerah keamanan terbatas dan daerah terbatas merupakan denah daerah kerja untuk proses kargo dan pos yang akan diangkut dengan pesawat udara dan menjadi program keamanan angkutan udara.

Dalam rangka memastikan terpenuhinya aspek kelancaran, keamanan dan keselamatan operasional pengiriman barang dari mulai proses penggudangan sampai dengan penerbangan, Angkasa Pura II melakukan pengawasan kepatuhan terhadap prosedur dan standar yang berlaku. Perusahaan melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kargo di Bandara-Bandara yang dikelola oleh Angkasa Pura II seperti peningkatan kapasitas pergudangan kargo yang dapat menampung peningkatan volume transaksi.50

(34)

BAB IV

TANGGUNGJAWAB PELAYANAN DAN PENGAMANAN KARGO DI BANDAR UDARA YANG AKAN DIANGKUT DENGAN

MENGGUNAKAN PESAWAT UDARA DI KUALA NAMU INTERNASIONAL AIRPORT

A. Hambatan-hambatan yang Terjadi Akibat Kelalaian dan Keterlambatan Pihak Bandar Udara atas Pelayanan dan Pengamanan Kargo di Kuala Namu International Airport

Satu ciri modernisasi yang senantiasa menuntut perubahan dalam segala bidang kehidupan manusia terutama dalam bidang penyediaan pelayanan yang berhubungan dengan data, informasi serta barang dan/atau jasa. Perkembangan informasi dan teknologi dalam bidang penyediaan jasa menuntut tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat modern saat ini, terutama kebutuhan akan kecepatan pelayanan, pengiriman maupun penerimaan layanan jasa, informasi, serta barang, dan/atau dokumen.

Salah satu kebutuhan hidup yang tak kalah penting di era globalisasi ini adalah kebutuhan akan jasa pengiriman barang. Banyaknya penduduk yang saling mengirim barang dari tempat yang jauh membuat jasa ini menjadi sangat penting. Akan tetapi terdapat kendala dalam perusaahan pengiriman barang yang terjadi karena adanya keterlambatan pengiriman barang oleh Pelayanan dan Pengamanan Kargo di Bandara Udara di Kuala Namu Internasional Airport yang mengakibatkan kerugian terhadap konsumen.51

Sebelum dikeluarkannya Peraturan Menteri Perhubungan KM nomor 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara masalah mengenai pertanggung jawaban mengenai keterlambatan pesawat kepada penumpang banyak

(35)

mengalami hambatan sebab tidak adanya aturan yang mengatur mengenai pertanggung jawaban maskapai kepada penumpang maskapai penerbangan apabila terjadi keterlambatan sehingga sulit bagi penumpang untuk meminta pertanggung jawaban dari pihak maskapai karena maskapai tidak terikat dengan aturan yang mengatur mengenai biaya keterlambatan kepada penumpang.

Dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Perhubungan KM nomor 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara maka maskapai penerbangan akan lebih berhati-hati dalam mengatur jadwal penerbangan guna untuk meminimalisir keteerlambatan pesawat mereka serta mengurangi biaya anggaran pertanggung jawaban mereka akibat keterlambatan pesawat. Untuk pertanggung jawaban keterlambatan menurut KM nomor 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara sudah mengatur dengan sangat jelas yaitu apabila terjadi keterlambatan 30 menit sampai dengan 90 menit, maskapai wajib memberikan makanan dan minuman ringan. Untuk keterlambatan 90 menit hingga 180 menit, kompensasinya makan besar, kudapan, dan memindahkan penumpang ke penerbangan berikutnya bila diminta.Sedangkan jika delay di atas 180 menit, maskapai wajib memberikan fasilitas akomodasi hingga penumpang diangkut penerbangan pada hari berikutnya. Untuk pembatalan penerbangan karena kesalahan pihak maskapai, penumpang dimungkinkan mengambil akomodasi hingga hari berikutnya atau meminta kembali biaya tiket secara penuh (refund) mengenai peraturan ini penyedia jasa angkutan udara tidak mengalami masalah sedikitpun karena seduh diatur dengan jelas.

(36)

Udara di Kuala Namu Internasional Airport dari petugas Pengangkut atau Ground Handling bersamaan penyerahan Kargo tiba. Serah terima dokumen pengangkutan dari petugas Pengangkut atau Ground Handling kepada petugas Bandar Udara Kuala Namu Internasional Airport dilakukan didalam area Gedung Terminal Kargo. Dalam kejadian dimana dokumen pengangkutan tidak diterima oleh petugas Bandar Udara Kuala Namu Internasional Airport yang dikarenakan dokumen pengangkutan tidak terkirim dari bandara asal atau dikarenakan kelalaian petugas Pengangkut atau Ground Handling sehingga mengakibatkan keterlambatan penerimaan dokumen, pihak Bandar Udara Kuala Namu Internasional Airport menangguhkan permintaan pengeluaran barang dari Penerima (consignee) sampai dengan adanya ijin atau persetujuan dari petugas Pengangkut atau Ground Handling dengan menyerahkan tindasan dokumen pengangkutannya. Untuk kejadiannya dokumen pengangkutan Luar Negeri, petugas Bandar Udara Kuala Namu Internasional Airport akan mengeluarkan dan/atau menyerahkan barang Kargo kepada Penerima (consignee) sampai adanya ijin persetujuan tertulis dari petugas Bea dan Cukai.

Penerimaan Kargo Tiba apabila Petugas Bandar Udara Kuala Namu Internasional Airport menerima Kargo dari petugas Pengangkut atau Ground Handling beserta dokumen pengangkutannya. Penerimaan Kargo dilaksanakan

pada area penerimaan kargo yang ditetapkan oleh Bandar Udara Kuala Namu Internasional Airport sebagai tempat penerimaan Kargo tiba.52 Petugas Bandar Udara Kuala Namu Internasional Airport menerima Kargo impor dari petugas Pengangkut atau Ground Handling beserta dokumen pengangkutannya.

(37)

Pembongkaran dan/atau penurunan (breakdown) Kargo dari Unit Load Device (ULD) dilaksanakan oleh petugas Bandar Udara Kuala Namu Internasional Airport Pembongkaran dan/atau penurunan (breakdown) Kargo dari Unit Load Device (ULD) dilaksanakan setelah mendapatkan ijin dari petugas Pengangkut atau Ground Handling atau petugas Bea Cukai untuk pembongkaran dan/atau penurunan Kargo Luar Negeri (impor) Tempat pembongkaran dan /atau penurunan Kargo (breakdown cargo) pada tempat yang telah ditetapkan oleh Bandar Udara Kuala Namu Internasional Airport sebagai berikut :

1. Kargo Dalam Negeri dilaksanakan diluar atau didalam area Gedung Terminal Kargo Dalam Negeri

2. Kargo Luar Negeri ( Import ) dilaksanakan didalam area Kawasan Pabean pada Terminal Kargo.

3. Selama pembongkaran dan/atau penurunan kargo oleh petugas Bandar Udara Kuala Namu Internasional Airport didampingi oleh petugas Pengangkut atau Ground Handling dan untuk pembongkaran dan/atau penurunan kargo import didampingi oleh petugas Bea dan Cukai.53

Mengacu kepada UU RI Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan, penyebab kelalaian dan keterlambatan penerbangan angkutan udara yakni: faktor cuaca serta faktor teknis operasional. Menurut penjelasan Pasal 146 maksud dari faktor cuaca antara lain hujan lebat, petir, badai, kabut, asap, jarak pandang di bawah standar minimal, atau kecepatan angin yang melampaui standar maksimal yang mengganggu keselamatan penerbangan, selanjutnya yang dimaksud dengan faktor teknis operasional antara lain:

(38)

1. Bandar udara untuk keberangkatan dan tujuan tidak dapat digunakan operasional pesawat udara.

2. Lingkungan menuju bandar udara atau landasan terganggu fungsinya misalnya retak, banjir, atau kebakaran.

3. Terjadinya antrian pesawat udara lepas landas (take off), mendarat (landing), atau alokasi waktu keberangkatan (departure slot time) di bandar udara.

4. Keterlambatan pengisian bahan bakar (refuelling).

Sedangkan yang tidak termasuk dengan teknis operasional berdasarkan penjelasan Pasal 146 UU Nomor 1 Tahun 2009 diantaranya ialah :

1. Keterlambatan pilot, co pilot, dan awak kabin. 2. Keterlambatan jasa boga (catering).

3. Keterlambatan penanganan di darat.

4. Menunggu penumpang, baik yang baru melapor (check in), pindah pesawat (transfer) atau penerbangan lanjutan (connecting flight).

5. Ketidaksiapan pesawat udara.

(39)

Pasal 160 menyebutkan bahwa pengangkut dan pengirim kargo dapat menyepakati syarat-syarat khusus untuk angkutan kargo:

1. yang nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan besar ganti kerugian sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini; dan/atau

2. yang memerlukan perawatan atau penanganan khusus dan harus disertai perjanjian khusus dengan tambahan imbalan untuk mengasuransikan kargo tersebut.

Menurut Pasal 162 ayat (1) dan (2) menegaskan bahwa pengangkut wajib segera memberi tahu penerima kargo pada kesempatan pertama bahwa kargo telah tiba dan segera diambil. Biaya yang timbul akibat penerima kargo terlambat atau lalai mengambil pada waktu yang telah ditentukan menjadi tanggung jawab penerima. Kemudian Pasal 232 ayat (2) menyebutkan bahwa pelayanan jasa kebandarudaraan meliputi pelayanan jasa pesawat udara, penumpang, barang, dan pos yang terdiri atas penyediaan dan/atau pengembangan fasilitas terminal untuk pelayanan angkutan penumpang, kargo, dan pos.

Salah satu latar belakang lahirnya Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 152 Tahun 2012 adalah karena di terminal kargo Bandara Kuala Namu sering terjadi penumpukan kargo dan pos dan ramai dengan orang. Maka dari itu salah satu tujuan dibentuknya peraturan tersebut antara lain untuk menghindari adanya penumpukan barang. Namun, penumpukan kargo dan pos tersebut masih ada walaupun sudah berkurang.

(40)

lengkap. Akibatnya adalah biaya angkutan menjadi tinggi karena angkutan selalu satu arah yaitu berangkat. Sedangkan kembalinya kosong sehingga menurunkan daya saing produk, dan dalam jaringan pelayanan, kendalanya adalah jaringan angkutan kargo masih memanfaatkan jaringan angkutan udara penumpang. Dan Kendala lainnya adalah terbatasnya fasilitas bandara dan keuangan negara. Bukan hanya perkembangan dari persuhaan penerbangan saja yang terusmeningkat, perusahaan penyedia jasa pengangkutan barang/kargo (ekspedisi) jugaterus bertambah banyak. 54

Perusahaan ini dapat bersaing dalam pemberian jasa dan layanan, seperti ketepantan waktu pengiriman, dan biaya pengiriman yang murah. Masalah yang sering terjadi dalam penggunaan jasa pengiriman barang/kargo sering terjadinya keterlambatan, penumpukan barang gudang penyedia jasa pengangkutan ataupun bandara karena banyaknya volume pengiriman barang pada musim-musim tertentu. Hal ini mendorong pihak perusaan penyedia jasa ekspedisi melalukan upaya-upaya mencegah timbulnya kerugian yang akan berakibat berpindahnya konsumen ke perusahaan jasa ekspedisi lain.

Upaya-upaya yang dilakukan ini berupa pengiriman barang/ kargo yang harusnya dikirim melalui udara dialihkan menggunakan pengangkutan laut, karena penumpukan antrian barang/kargo kiriman digudang bandara, ataupun dengan pemanfaatan maskapai lain dalam mengirim barang/kargo tesebut. akibat barang/kargo yang banyak juga dapat menyebabkan berkurangnya kehati-hatian perusahaan pengangkut, maskapai penerbangan, dan kurir pengantar terhadap kondisi barang/kargo yang dikirimkan tersebut. Hal ini menyebabkan banyaknya

(41)

barang yang rusak pada saat pengiriman, salah alamat, ataupun hilang. Pengangkut masih harus memenuhi kewajiban terhadap pemilik barang yang menitipinya untuk dikirimkan, sehingga apabila terjadi kerusakan, musnah, ataupun hilangnya barang yang dititipikan tersebut, pengangkut harus mempertanggungjawabkannya.55

Ada beberapa hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 152 Tahun 2012. Berikut ini adalah penjelasan mengenai hambatan-hambatan yang ada:

1. Perusahaan penerbangan masih menemukan banyak temuan-temuan barang berbahaya, seperti senjata dan peluru, yang lolos dari pemeriksaan regulated agent. Hal tersebut menyebabkan pihak perusahaan penerbangan meragukan pemeriksaan yang dilakukan oleh regulated agent, sehingga perusahaan penerbangan seringkali melakukan pemeriksaan kembali terhadap kargo dan pos yang dicurigai Berdasarkan pasal 28 angka c Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 152 Tahun 2012, regulated agent wajib bertanggungjawab atas pelaksanaan pemeriksaan keamanan kargo dan pos. Namun, masih banyaknya barang berbahaya yang lolos oleh pemeriksaan regulated agent membuktikan bahwa terjadi pelanggaran yang telah dilakukan oleh regulated agent.

2. Standar Operasi Prosedur (SOP) yang telah dibuat oleh regulated agent belum dilaksanakan dengan tegas. Hal-hal yang tertuang dalam SOP masih sering terjadi upaya negosiasi kebijakan untuk mempermudah peraturan. Bahkan cenderung untuk melanggar peraturan yang ada. Misalnya, ada barang yang akan di kirim belum memenuhi standar kemasan barang-barang kategori berbahaya (dangerous goods).

3. Sumber Daya Manusia (SDM) pada regulated agent yang tidak sesuai bidangnya, sehingga selalu ada kesalahan yang sama. Misalnya dalam menghitung jumlah koli yang selalu ada kesalahan. Hari ini terjadi kesalahan dan besok bisa terulang kesalahan yang sama. Hal tersebut kemungkinan karena faktor kesengajaan atau kekhilafan yang dilakukan oleh personil. Terdapat 2 (dua) kali loading dan unloading barang, yaitu pada saat di regulated agent dan di terminal kargo. Maka dari itu dibutuhkan SDM yang berkompeten untuk menangani kargo dan pos, terutama barang berbahaya (dangerous goods). ersonil regulated agent harus berlisensi Keamanan Penerbangan dan berlisensi penanganan pengangkutan barang berbahaya (dangerous goods). Personil yang dimiliki oleh regulated agent harus mempunyai kecakapan penganganan pengangkutan barang berbahaya (dangerous goods).

4. Perusahaan penerbangan dapat menunjuk regulated agent tertentu untuk memeriksa kargo dan pos yang akan diangkut. Dalam pelaksanaannya, ada

(42)

beberapa regulated agent yang belum memiliki kerjasama langsung dengan perusahaan penerbangan sebagai pengangkut barang kargo dan pos, sehingga ketika barang akan dikirim ke terminal kargo, barang tersebut ditolak oleh perusahaan penerbangan untuk diangkut dengan alasan belum di periksa oleh regulated agent yang telah ditunjuk oleh perusahaan penerbangan, hal ini membuat para pengirim barang bingung atas ketidakjelasan aturan dari pengangkut.

5. Kecepatan pelayanan terhadap masyarakat tidak tercapai. Penambahan waktu yang dibutuhkan dalam pemeriksaan kargo dan pos di regulated agent, sehingga percepatannya menjadi berkurang. Waktu yang dijanjikan kepada customer tidak tercapai. Hingga saat ini masih terjadi penumpukkan kargo dan pos karena proses loading-unloading dan checking dilakukan pada lokasi yang berbeda.

6. Peningkatan tarif yang sangat tajam dari Rp.60/Kg menjadi Rp.350- 500/kg tanpa peningkatan kualitas keamanan dan pelayanan kargo sangat membebani eksportir dari kalangan pengusaha karena volume ekspor mereka yang sangat tinggi melalui udara. Sedangkan perusahaan jasa pengiriman memberikan beban kepada pelanggan atas biaya tambahan ini dan menjadikan biaya logistik menjadi naik. Tarif belum diatur oleh pemerintah sehingga pengusaha regulated agent bebas menetapkan tariff.56

Hambatan-hambatan diatas membuktikan bahwa regulated agent sebagai pemeriksa kargo dan pos belum mampu untuk mendorong peningkatan keamanan dan keselamatan. Pemerintah harus melakukan perubahan peraturan tentang pengamanan kargo dan pos yang akan diangkut dengan pesawat udara. Otoritas Bandar Udara selaku lembaga pemerintah harus menjalankan tugasnya dengan baik untuk melakukan pengawasan yang ketat terhadap dipenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjamin keselamatan dan keamanan, dan pelayanan penerbangan, terutama dalam pelaksanaan pemeriksaan kargo dan pos. Apabila peraturan ini belum mampu untuk mendorong peningkatan jaminan keamanan dan keselamatan penerbangan, maka sebaiknya pemerintah melakukan pencabutan peraturan ini dan pemeriksaan keamanan dan layanan kargo dan pos kembali

(43)

dilakukan di terminal kargo. Penumpukan kargo dan pos di terminal kargo bisa dihindari dengan memperbanyak x-ray dan memperluas terminal kargo.57

B. Tanggung jawab Petugas Pelayanan dan Pengamanan Kargo di Bandara Udara di Kuala Namu Internasional Airport

Kecepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia, sedikit banyaknya juga tidak terlepas dari peran jasa pengangkutan barang/cargo melalui pengangkutan udara, untuk mempercepat transaksi antara pihak pembuat barang dengan pihak pembeli (penerima barang dari cargo kiriman udara). Di sisi lain, dalam transaksi tersebut sering muncul permasalahanpermasalahan akibat kesepakatan pengangkutan barang/cargo melalui pengangkutan udara yang telah dibuat, misalnya pihak pengirim merasa ongkos/biaya kirim yang terlalu mahal, kiriman terlambat diterima, cacat pada barang yang diterima, dan masalah-masalah lain yang terjadi akibat adanya hubungan ini. Transaksi pengangkutan melalui kargo udara, melihat sifatnya yang semakin kompleks baik pada volume transaksi (besar dan banyak), nilai transaksi yang tinggi (pada nilai barang dari transaksi), tentunya membutuhkan tanggung jawab atau konsekuensi hukum yang jelas (pasti). Namun demikian di sisi hukum Purwosutjipto,58 menyatakan sistem hukum Indonesia tidak mensyaratkan pembuatan perjanjian pengangkutan itu secara tertulis, cukup dengan lisan saja, asal ada persetujuan kehendak atau konsensus. Hal ini tentunya kalau terjadi sangat riskan dan mengandung konsekuensi dapat merugikan salah satu pihak apabila terjadi kelalaian atau wanprestasi oleh pihak pengangkut.

57

Ibid, hal 16

(44)

Bentuk tanggung jawab pengangkut barang (kargo) terhadap penggunaan jasa pengangkutan udara, berupa kewajiban perusahaan angkutan udara untuk mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang dan/atau barang. Tanggung jawab yang dimaksud berupa Tanggung jawab terhadap pengirim kargo, karena kargo yang dikirim hilang, musnah atau rusak. Dalam hal ini, maskapai penerbangan wajib membayar ganti rugi yang diderita oleh penumpang dan apabila ingkar janji, maskapai penerbangan dapat digugat di pengadilan. Prinsip-prinsip hukum yang mengatur mengenai tanggung jawab pengangkut terhadap barang yang diangkutnya bahwa pengangkut wajib menjamin keselamatan barang dari saat diterimanya hingga saat diserahkannya. Penggantirugian atas barang dan ketentuannya, Pengangkut bertanggung jawab atas apa yang dilakukan oleh awaknya dan atas alat-alat yang digunakan dalam pengangkutan. Apabila seseorang dirugikan karena perbuatan seseorang lain, sedang diantara mereka itu tidak terdapat sesuatu perjanjian (hubungan hukum perjanjian), maka berdasarkan undang undang juga timbul atau terjadi hubungan hukum antara orang tersebut yang menimbulkan kerugian itu.59

Badan usaha angkutan udara dan Regulated agent bersama-sama membuka segel keamanan kendaraan pengangkut saat proses penerimaan kargo dan pos. Badan Usaha Angkutan Udara bertanggung jawab terhadap penempatan kargo dan pos yang diterima dari regulated agent, pengawasan keamanan terhadap kargo dan pos yang diinapkan dan/atau yang mengalami penerbangan pindah pesawat,

(45)

pemuatan kargo dan pos kedalam pesawat udara menjaga tingkat keamanan kargo dan pos.60

Pada dasarnya, bila terjadi kecelakaan, penerbangan maskapai bertanggung jawab atas kematian atau luka-luka yang diderita penumpang; hilang, musnah, atau rusaknya barang yang diangkut; dan keterlambatan angkutan penumpang dan/atau barang (bagasi atau kargo) yang diangkut apabila terbukti hal tersebut merupakan kesalahan pengangkut, sebagaimana diatur di Pasal 141, 144, dan 145 Undang-Undang No. 1 tahun 2009.

Prinsip tanggung jawab mutlak menetapkan bahwa maskapai selalu bertanggung jawab atas kerugian yang timbul selama penerbangan, dan tidak bergantung pada ada tidaknya unsur kesalahan di pihak maskapai. Kecuali dalam hal kerugian yang disebabkan oleh keterlambatan, dengan syarat maskapai harus membuktikan bahwa keterlambatan itu disebabkan oleh faktor cuaca dan teknis operasional, sebagaimana diatur di Pasal 146 Undang-Undang No. 1 tahun 2009. Namun, tanggung jawab maskapai yang terdapat dalam pasal 141, 144, dan 145 Undang-Undang No. 1 tahun 2009 dapat dialihkan keperusahaan asuransi bila maskapai mengasuransikan penumpang, bagasi, maupun kargo yang diangkutnya. Penutupan asuransi ini wajib dilakukan setiap orang atau badan hukum yang mengoperasikan pesawat udara, sebagaimana diatur di Pasal 62 ayat 1 UndangUndang No. 1 tahun 2009. Bahkan maskapai yang tidak mengasuransikan dikenai sanksi administratif berupa peringatan, pembekuan sertifikat, dan atau pencabutan sertifikat (Pasal 62 ayat 2 Undang-Undang No. 1 tahun 2009).

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan FungsiLalu Lintas Udara ATC diBandar Udara Kuala Namu International dalam memberikan Keselamatan dan Kenyamanan bagi Penerbangan antara lain memberikan

Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 152 Tahun 2012 tentang Pengamanan Kargo dan Pos yang Diangkut Dengan Pesawat Udara.. peningkatan jaminan keamanan dan

terhadap Pengirim yang Kehilangan Barang (Studi Kargo PT. Garuda Indonesia.. Bandar

Pelaksanaan FungsiLalu Lintas Udara ATC diBandar Udara Kuala Namu International dalam memberikan Keselamatan dan Kenyamanan bagi Penerbangan antara lain memberikan

Jurnal Manajemen Dirgantara Vol.9 Desember 2016 | 36 Tanggung jawab perusahaan angkutan udara untuk mengganti kerugian yang timbul akibat kargo hilang, rusak atau

Sertifikat keamanan bandar udara, program keamanan pengangkutan kargo, dan Standard Operation and Procedur (SOP) keamanan kargo di bandar udara didukung dengan teknologi

Dalam rangka mewujudkan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) di sekitar bandar udara internasional di Kwala Namu yang dimaksudkan untuk menjamin keamanan

Dalam rangka mewujudkan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) di sekitar bandar udara internasional di Kwala Namu yang dimaksudkan untuk menjamin keamanan