• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Alih Fungsi Tanah Negara Menurut Ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Alih Fungsi Tanah Negara Menurut Ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN ALIH FUNGSI TANAH NEGARA MENURUT KETENTUAN PERATURAN PEMERINTAH

NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

NORA SYAFNETTA NIM 090200409

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim…

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala anugerah dan

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini guna melengkapi

syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini mengenai “Aspek Hukum Reksa Dana

Online

Penulis sadar dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya,

baik dari segi materi maupun penyusunan kalimatnya, serta tak lepas dari bantuan

pihak-pihak tertentu baik berupa bimbingan, kritik, saran bahkan pengarahan.

Oleh karenanya pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang turut membantu menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada:

1. Prof. Dr. Runtung, SH. M. Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

2. Suria Ningsih, SH.M.Hum, selaku Ketua Departemen Ekonomi Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Affan Mukti, SH.M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, nasehat, dan saran selama proses penyusunan skripsi.

4. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH. MS.CN, selaku Dosen Pembimbing II yang

telah sabar memberikan bimbingan, nasehat, dan saran selama proses

(4)

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan bimbingan kepada penulis selama ini.

6. Para Staff Pegawai di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara yang ikut serta dalam membantu proses pendidikan, yang telah banyak

memberikan motivasi dan dukungan morill kepada penulis.

7. Sahabat-Sahabatku seperjuangan terima kasih atas semuanya yang sudah kita

jalani bersama.

8. Teman-Temanku Stambuk 2009 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk semuanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini kurang sempurna. Oleh karena itu mohon

kritik dan sarannya agar skripsi ini bisa menjadi lebih sempurna. Semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.Semoga Allah

memberikan Rahmat dan Keridhoan-Nya kepada kita semua, Amin!!!

Walhamdulillahirabbil’alamin…

Medan, Februari 2015 Penulis,

(5)

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN ALIH FUNGSI TANAH NEGARA MENURUT KETENTUAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27

TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH

Nora SyafnettaAffan Mukti Muhammad Yamin

ABSTRAK

Hak menguasai negara membuat timbulnya hak pengelolaan yang diberikan kepada lembaga-lembaga pemerintah dimana pemberian itu adalah untuk pelaksanaan tugasnya maka berdasarkan hal tersebut timbullah kewenangan pada instansi tersebut untuk mengadakan kebijaksanaan-kebijaksanaan sepanjang kebijaksanaan itu tidak bertentangan dengan kepentingan nasional. Bentuk pengelolaan tersebut dapat berupa pengelolaan barang milik negara/daerah meliputi perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penilaian, pemindah tanganan, pemusnahan, penghapusan, penatausahaan, dan pembinaan, pengawasan serta pengendalian. Dalam melaksanakan ahli fungsi atas tanah negara sebagai objek pengelolaan barang milik negara/daerah tentunya diperlukan suatu kajian atas ketentuan peraturan mengenai pengelolaan barang milik negara/daerah yang nantinya bisa dijadikan pedoman dan petunjuk dalam setiap pelaksanaan alih fungsi tanah negara sebagai objek pengelolaan barang milik negara/daerah. Permasalahan yang dibahas adalah bagaimana persyaratan dalam pelaksanaan alih fungsi tanah negara, prosedur pelaksanaan alih fungsi tanah, dan hambatan-hambatan yang terjadi selama dalam pelaksanaan alih fungsi tanah negara upaya yang telah diambil untuk menyelesaikannya menurut ketentuan PP Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

Metode penelitian yang dipergunakan dalam menyusun skripsi ini adalah jenis penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif yaitu metode atau cara meneliti bahan pustaka yang ada. Sifat penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yakni suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Metode pendekatan yang digunakan penelitian normatif ini menggunakan metode pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengerti dan memahami gejala yang di teliti.

Kesimpulan dari skripsi ini adalah, syarat dalam pelaksanaan alih fungsi tanah milik negara/daerah sebagai objek dari barang milik negara/daerah diatur dalam ketentuan Pasal 55, Pasal 57, Pasal 58 dan, Pasal 59 PP Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Pemindahtanganan barang milik negara/daerah dilakukan dengan cara penjualan, tukar menukar, hibah, dan penyertaan modal pemerintah pusat/daerah. Prosedur pelaksanaan alih

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara



Dosen Pembimbing I



(6)

fungsi tersebut diatur dalam Pasal 63, Pasal, 66, Pasal 67, Pasal 70, Pasal 71, Pasal 74, dan Pasal 75 PP Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Berbagai macam masalah mewarnai alih fungsi tanah milik negara/daerah ini antara lain kendala dalam pengosongan lahan objek alih fungsi, kendala selanjutnya adalah perlawanan dari masyarakat yang merasa dirugikan, kendala lainnya yang dirasakan adalah terlalu besarnya biaya yang diminta masyarakat terkait ganti rugi. Terkait kendala-kendala tersebut diatas, adapun langkah yang harus diambil untuk memaksimalkan pelaksanaan alih fungsi tanah milih negara/daerah, antara lain perbaikan sarana dan prasarana penunjang bagi masyarakat, penyuluhan kepada semua pihak terkait akibat alih fungsi tanah milik negara/daerah.

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

ABSTRAK ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 6

C. Tujuan Penulisan ... 7

D. Manfaat Penulisan ... 7

E. Metode Penelitian ... 8

F. Keaslian Penulisan ... 10

G. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/ DAERAH A. Pengertian Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah ... 13

B. Pejabat Pengelola, Pengguna Barang Milik Negara/ Daerah ... 16

C. Penggunaan Barang Milik Negara/ Daerah... 24

D. Pertanggungjawaban Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah... 40

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG ALIH FUNGSI TANAH NEGARA A. Pengertian Alih Fungsi Tanah Negara ... 44

(8)

C. Para Pihak Dalam Pelaksanaan Alih Fungsi Tanah Negara 53

BAB IV PELAKSANAAN ALIH FUNGSI TANAH NEGARA

DAN AKIBATNYA MENURUT KETENTUAN PP NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH

A. Persyaratan Dalam Pelaksanaan Alih Fungsi Tanah Negara Menurut Ketentuan PP Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah ... 55

B. Prosedur Pelaksanaan Alih Fungsi Tanah Negara Menurut Ketentuan PP Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah ... 69

C. Hambatan-Hambatan Yang Terjadi Selama Dalam Pelaksanaan

Alih Fungsi Tanah Negara Upaya Yang Telah Diambil Untuk Menyelesaikannya ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 88

(9)

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN ALIH FUNGSI TANAH NEGARA MENURUT KETENTUAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27

TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH

Nora SyafnettaAffan Mukti Muhammad Yamin

ABSTRAK

Hak menguasai negara membuat timbulnya hak pengelolaan yang diberikan kepada lembaga-lembaga pemerintah dimana pemberian itu adalah untuk pelaksanaan tugasnya maka berdasarkan hal tersebut timbullah kewenangan pada instansi tersebut untuk mengadakan kebijaksanaan-kebijaksanaan sepanjang kebijaksanaan itu tidak bertentangan dengan kepentingan nasional. Bentuk pengelolaan tersebut dapat berupa pengelolaan barang milik negara/daerah meliputi perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penilaian, pemindah tanganan, pemusnahan, penghapusan, penatausahaan, dan pembinaan, pengawasan serta pengendalian. Dalam melaksanakan ahli fungsi atas tanah negara sebagai objek pengelolaan barang milik negara/daerah tentunya diperlukan suatu kajian atas ketentuan peraturan mengenai pengelolaan barang milik negara/daerah yang nantinya bisa dijadikan pedoman dan petunjuk dalam setiap pelaksanaan alih fungsi tanah negara sebagai objek pengelolaan barang milik negara/daerah. Permasalahan yang dibahas adalah bagaimana persyaratan dalam pelaksanaan alih fungsi tanah negara, prosedur pelaksanaan alih fungsi tanah, dan hambatan-hambatan yang terjadi selama dalam pelaksanaan alih fungsi tanah negara upaya yang telah diambil untuk menyelesaikannya menurut ketentuan PP Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

Metode penelitian yang dipergunakan dalam menyusun skripsi ini adalah jenis penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif yaitu metode atau cara meneliti bahan pustaka yang ada. Sifat penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yakni suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Metode pendekatan yang digunakan penelitian normatif ini menggunakan metode pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengerti dan memahami gejala yang di teliti.

Kesimpulan dari skripsi ini adalah, syarat dalam pelaksanaan alih fungsi tanah milik negara/daerah sebagai objek dari barang milik negara/daerah diatur dalam ketentuan Pasal 55, Pasal 57, Pasal 58 dan, Pasal 59 PP Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Pemindahtanganan barang milik negara/daerah dilakukan dengan cara penjualan, tukar menukar, hibah, dan penyertaan modal pemerintah pusat/daerah. Prosedur pelaksanaan alih

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara



Dosen Pembimbing I



(10)

fungsi tersebut diatur dalam Pasal 63, Pasal, 66, Pasal 67, Pasal 70, Pasal 71, Pasal 74, dan Pasal 75 PP Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Berbagai macam masalah mewarnai alih fungsi tanah milik negara/daerah ini antara lain kendala dalam pengosongan lahan objek alih fungsi, kendala selanjutnya adalah perlawanan dari masyarakat yang merasa dirugikan, kendala lainnya yang dirasakan adalah terlalu besarnya biaya yang diminta masyarakat terkait ganti rugi. Terkait kendala-kendala tersebut diatas, adapun langkah yang harus diambil untuk memaksimalkan pelaksanaan alih fungsi tanah milih negara/daerah, antara lain perbaikan sarana dan prasarana penunjang bagi masyarakat, penyuluhan kepada semua pihak terkait akibat alih fungsi tanah milik negara/daerah.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, dimana setiap

peraturan mengenai tanah yang dilahirkan didalamnya selalu bertujuan untuk

kepentingan seluruh rakyat, maka masalah tanah-tanah ini menjadi pokok yang

seru akhir-akhir ini, dimana tanah bukan saja dibutuhkan oleh rakyat tapi

pemerintah pun dalam rangka pembangunan ini sangat membutuhkan tanah.

Tanah merupakan unsur penting dalam setiap kegiatan pembangunan dimana

semua kebutuhan manusia juga dapat terpenuhi dengan adanya tanah, dengan kata

lain bahwa tanah merupakan faktor pokok dalam kelangsungan hidup manusia.

Dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 (selanjutnya disebut UUD

1945) dinyatakan bahwa “bumi, air serta kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya dikuasasi oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.”

Tanah merupakan karunia Tuhan, dengan demikian selain memiliki nilai

fisik, tanah juga mempunyai nilai kerohanian. Sebagai titipan Tuhan, perolehan

dan pemanfaatannya harus sedemikian rupa sehingga dirasakan adil bagi semua

pihak. 1Lebih lanjut dalam Pasal 2 ayat (1) dan (2) UUPA dinyatakan bahwa “atas

dasar ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dan hal-hal sebagai yang

dimaksud dalam Pasal 1, bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam

1

(12)

yang terkandung di dalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara,

sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.” Pasal ini merupakan landasan

adanya hubungan hukum antara tanah dan subyek tanah, dimana negara bertindak

sebagai subyek yang mempunyai kewenangan tertinggi terhadap segala

kepentingan atas tanah yang bertujuan untuk kemakmuran rakyat. Hak menguasai

dari negara memberikan wewenang untuk:

1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan

pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut.

2. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang

dengan bumi, air dan ruang angkasa.

3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang

dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang

angkasa.2

Penggunaan tanah harus disesuaikan dengan keadaannya dan sifat dari

pada haknya, hingga bermanfaat baik bagi kesejahteraan dan kebahagiaan yang

memilikinya maupun bermanfaat pula bagi masyarakat dan negara. Namun

demikian tidak berarti kepentingan perseorangan dikalahkan dengan kepentingan

masyarakat. Kepentingan masyarakat dan kepentingan perseorangan haruslah

saling seimbang, hingga pada akhirnya akan tercapailah tujuan pokok

kemakmuran, keadilan dan kebahagiaan bagi rakyat seluruhnya. Kecenderungan

untuk memandang tanah lebih pada nilai ekonomisnya semata, yakni tanah

sebagai barang dagangan yang tentunya lebih mudah dikuasai oleh mereka yang

2

(13)

mempunyai kelebihan modal dan mengakibatkan ketimpangan distribusi

penguasaan tanah karena perbedaan akses, jelas tidak sesuai dengan jiwa

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

(selanjutnya disebut UUPA).

Tanah dinilai sebagai salah satu harta yang kekal sifatnya dan dapat

diinvestasikan untuk kehidupan masa yang akan datang. Hal ini disebabkan

karena keberadaan tanah itu sendiri yang lebih jauh kekal dari umur manusia.

Oleh karena hal-hal yang demikian itulah maka manusia menempatkan tanah

sebagai suatu hal yang selalu mendapatkan perhatian dan penanganan yang

khusus dan juga menimbulkan upaya manusia untuk mengetafetkan penguasaan

tanahnya. Hal ini tentunya mudah untuk dimengerti karena sesungguhnya hampir

setiap aspek kehidupan masyarakat tidak dapat dilepaskan dari kebutuhan akan

tanah.

Perkembangan dan pertambahan penduduk membawa konsekuensi logis

tuntutan kebutuhan manusia akan tanah sebagai tempat tinggalnya, akan tetapi

disisi lain keadaan tanah statis tidak bertambah, bahkan dimungkinkan terjadi

pengurangan karena proses alam. Kondisi kebutuhan dan tersedianya tanah yang

tidak seimbang ini terus berlanjut dan akan menimbulkan masalah-masalah dalam

penggunaan tanah, antara lain:

1. Berkurangnya luas tanah pertanian subur menjadi tanah pemukiman,

(14)

2. Terjadinya pembenturan kepentingan berbagai sektor pembangunan

(misalnya antara kehutanan dan transmigrasi, pertambangan dengan

perkebunan dan sebagainya).

3. Menurunnya kualitas lingkungan pemukiman akibat banjir, kekurangan air

bersih baik dari jumlah maupun mutunya.

4. Meluasnya tanah kritis akibat penggunaaan tanah yang tidak sesuai dengan

potensinya, terjadinya erosi, banjir, dan sedimentasi.

5. Pengunaan tanah untuk berbagai kegiatan akan menghasilkan limbah yang

dapat menimbulkan pencemaran air dan udara.

Untuk mengatasi atau paling tidak mengurangi masalah-masalah

pertanahan tersebut di atas bisa dilakukan tindakan-tindakan antara lain:

a. Tidak melakukan perusakan atas tanah, dalam arti melakukan perbuatan

yang dapat menimbulkan kerusakan tanah, yakni menurunnya kualitas

tanah sehingga mengganggu peruntukan tanah yang bersangkutan.

b. Tidak menelantarkan tanah, dalam arti tanah terus digarap guna

memelihara kesuburan tanah tersebut.

c. Tidak melakukan pemerasan atau pendayagunaan (eksploitasi) tanah yang

melebihi batas sehingga menimbulkan kerugian kepada pihak-pihak yang

lain juga membutuhkan areal atas tanah tersebut.

d. Tidak menjadikan tanah sebagai alat pemerasan terhadap orang lain.3

Tanah selain dapat di miliki pibadi atau badan hukum juga dapat

diperuntukkan untuk kepentingan sosial. Dalam ketentuan UUPA mengenai

3

(15)

fungsi sosial dari tanah, dinyatakan bahwa “semua hak atas tanah mempunyai

fungsi sosial.”4 Tidak hanya hak milik tetapi semua hak atas tanah mempunyai

fungsi sosial. Ini berarti bahwa hak atas tanah apapun yang ada pada seseorang

tidaklah dapat dibenarkan, bahwa tanahnya itu akan dipergunakan semata-mata

untuk kepentingan pribadinya. Menyadari pentingnya fungsi tanah ini, maka bagi

pemerintah tidak ada alternatif lain kecuali meningkatkatkan pengaturan

mengenai pengelolaan tanah, dan pengurusan pertanahan yang menjadi sumber

bagi kesejahteraan dan kemakmuran sesuai dengan ketentuan pemerintah

undangan yang berlaku.5

Hak menguasai negara membuat timbulnya hak pengelolaan yang

diberikan kepada lembaga-lembaga pemerintah dimana pemberian itu adalah

untuk pelaksanaan tugasnya maka berdasarkan hal tersebut timbullah kewenangan

pada instansi tersebut untuk mengadakan kebijaksanaan-kebijaksanaan sepanjang

kebijaksanaan itu tidak bertentangan dengan kepentingan nasional. Bentuk

pengelolaan tersebut dapat berupa pengelolaan barang milik negara/daerah

meliputi perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan,

pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penilaian, pemindah tanganan,

pemusnahan, penghapusan, penatausahaan, dan pembinaan, pengawasan serta

pengendalian.6

4

Pasal 6 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

5

Affan Mukti, Ruislag Dalam Pelaksanaan Pembangunan, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1621/3/perda-affan2.pdf.txt (diakses pada tanggal 2 Oktober 2014)

6

(16)

Berdasarkan hal tersebut terdapat beberapa aspek dalam pengelolaan

barang milik negara/daerah yakni aspek pengelolaan, penggunaan, pemanfaatan,

dan pemindah tanganan yang didalamanya terdapat alih fungsi atas tanah negara

yang merupakan barang milik negara/daerah. Dalam melaksanakan ahli fungsi

atas tanah negara sebagai objek pengelolaan barang milik negara/daerah tentunya

diperlukan suatu kajian atas ketentuan peraturan mengenai pengelolaan barang

milik negara/daerah yang nantinya bisa dijadikan pedoman dan petunjuk dalam

setiap pelaksanaan alih fingsi tanah negara sebagai objek pengelolaan barang

milik negara/daerah. Maka oleh sebab itu penulisan skripsi ini diberi judul

“Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Alih Fungsi Tanah Negara Menurut

Ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.”

B. Permasalahan

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini,

yakni sebagai berikut:

1. Bagaimana persyaratan dalam pelaksanaan alih fungsi tanah negara menurut

ketentuan PP Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah?

2. Bagaimana prosedur pelaksanaan alih fungsi tanah negara menurut ketentuan

PP Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah?

3. Bagaimana hambatan-hambatan yang terjadi selama dalam pelaksanaan alih

(17)

C. Tujuan Penulisan

Tulisan ini dibuat sebagai tugas akhir dan merupakan sebuah karya ilmiah

yang bermanfaat bagi perkembangan hukum di Indonesia khususnya tentang

hukum yang mengatur tentang hukum investasi di negara Indonesia. Sesuai

permasalahan yang diatas adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui persyaratan dalam pelaksanaan alih fungsi tanah negara

menurut ketentuan PP Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang

Milik Negara/Daerah.

2. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan alih fungsi tanah negara menurut

ketentuan PP Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah.

3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi selama dalam

pelaksanaan alih fungsi tanah negara upaya yang telah diambil untuk

menyelesaikannya.

D. Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi manfaat penulisan skripsi ini tidak dapat dipisahkan

dari tujuan penulisan yang telah diuraikan diatas, yaitu:

1. Manfaat secara teoritis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan

masukan pemikiran di bidang ilmu pengetahuan hukum, khususnya pengetahuan

ilmu hukum pengelolaan barang milik negara/daerah. Selain itu, diharapkan juga

dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.

(18)

Secara praktis diharapkan agar penulisan skripsi ini dapat menjadi bahan

masukan bagi masyarakat dan para pihak yang berperan serta yang diharapkan

dapat meningkatkan kesadaran dan perannya dalam memberikan perlindungan

dan kepastian hukum kepada setiap peralihan fungsi hak atas tanah yang terjadi di

Indonesia.

E. Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dalam menyusun skripsi ini, jenis

penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian hukum normatif. Penelitian

hukum normatif yaitu metode atau cara meneliti bahan pustaka yang ada. Tahapan

pertama penelitian hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk

mendapatkan hukum objektif (norma hukum), yaitu dengan mengadakan

penelitian terhadap masalah hukum. Tahapan kedua penelitian hukum normatif

adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum subjektif (hak dan

kewajiban).

Sifat penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yakni suatu

bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena

yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Penelitian

deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan

menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat

yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi,

(19)

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian normatif ini

menggunakan metode pendekatan yuridis yang bertujuan untuk mengerti dan

memahami gejala yang di teliti

2. Data penelitian

Materi dalam skripsi ini diambil dari data-data sekunder. Adapun data-data

sekunder yang dimaksud adalah:

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer yaitu berupa dokumen peraturan yang mengikat dan

ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Dalam tulisan ini diantaranya

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria,

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2008

Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu semua dokumen yang merupakan bacaan

yang relevan seperti buku-buku, seminar-seminar, jurnal hukum, majalah, koran

karya tulis ilmiah dan beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan materi

(20)

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier yaitu semua dokumen yang berisi tentang

konsep-konsep dan keterangan keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder, seperti kamus, ensklopedia dan sebagainya.

3. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka

digunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan, yaitu

mempelajari dan menganalisis secara sistematis digunakan buku-buku, surat

kabar, makalah ilmiah, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan

bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi

ini. 7

4. Analisis data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis kualitatif,

yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya

dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas

dan hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi. Metode kualitatif

dilakukan guna mendapatkan data yang deskriptif, yaitu data-data yang akan

diteliti dan dipelajari sesuatu yang utuh.

F. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Alih

Fungsi Tanah Negara Menurut Ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun

2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah” adalah hasil pemikiran

7

(21)

sendiri. Skripsi ini menurut sepengetahuan, belum pernah ada yang membuat.

Kalaupun ada seperti beberapa judul skripsi yang diuraikan di bawah ini dapat

diyakinkan bahwa substansi pembahasannya berbeda. Dengan demikian keaslian

penulisan skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan secara moral dan ilmiah.

Pengujian tentang kesamaan dan keaslian judul yang diangkat di perpustakaan

fakultas hukum universitas sumatera utara juga telah dilakukan dan dilewati, maka

ini juga dapat mendukung tentang keaslian penulisan.

G. Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan menguraikan pembahasan masalah skripsi ini,

maka penyusunannya dilakukan secara sistematis. Skripsi ini terbagi dalam lima

bab, yang gambarannya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini yang akan dibahas mengenai latar belakang,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penulisan,

metode penelitian, keaslian penulisan, dan tinjauan pustaka.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN

BARANG MILIK NEGARA/ DAERAH

Dalam bab ini yang akan dibahas mengenai pengertian

pengelolaan barang milik negara/daerah, pejabat pengelola,

pengguna barang milik negara/daerah, penggunaan barang

milik negara/ daerah, dan pertanggungjawaban pengelolaan

barang milik negara/daerah.

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG ALIH FUNGSI TANAH

(22)

Dalam bab ini yang akan dibahas mengenai pengertian alih

fungsi tanah negara, jenis-jenis alih fungsi tanah negara,

para pihak dalam pelaksanaan alih fungsi tanah negara, hak

dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan alih fungsi

tanah negara.

BAB IV PELAKSANAAN ALIH FUNGSI TANAH NEGARA

DAN AKIBATNYA MENURUT KETENTUAN PP

NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN

BARANG MILIK NEGARA/DAERAH

Dalam bab ini yang akan dibahas mengenai persyaratan

dalam pelaksanaan alih fungsi tanah negara menurut

ketentuan PP Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah, prosedur pelaksanaan alih

fungsi tanah negara menurut ketentuan PP Nomor 27 Tahun

2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah,

dan hambatan-hambatan yang terjadi selama dalam

pelaksanaan alih fungsi tanah negara upaya yang telah

diambil untuk menyelesaikannya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini adalah bab penutup, yang merupakan bab terakhir

dimana akan diberikan kesimpulan dan saran mengenai

(23)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH

A. Pengertian Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

Kata pengelolaan dapat disamakan dengan manajemen, yang berarti pula

pengaturan atau pengurusan.8 Banyak orang yang mengartikan manajemen

sebagai pengaturan, pengelolaan, dan pengadministrasian dimana hal itulah

pengertian yang populer saat ini. Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian

pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan

serangkaian kerja dalam mencapai tujan tertentu. Dikatakan manajemen adalah

suatu proses perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian,

memimpin dan pengendalian organisasi manusia, keuangan, fisik dan informasi

sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi secara efisiensi dan efektif.

Bedasarkan definisi manajemen diatas secara garis besar tahap-tahap

dalam melakukan pengelolaan (manajemen) meliputi melakukan perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Perencanaan merupakan proses

dasar dari suatu kegiatan pengelolaan dan merupakan syarat mutlak dalam suatu

kegiatan pengelolaan. Kemudian pengorganisasian berkaitan dengan pelaksanaan

perencanaan yang telah ditetapkan. Sementara itu pengarahan diperlukan agar

menghasilkan sesuatu yang diharapkan dan pengawasan yang dekat. Dengan

evaluasi, dapat menjadi proses monitoring aktivitas untuk menentukan apakah

8

(24)

individu atau kelompok memperolah dan mempergunakan sumber-sumbernya

secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.

Pengertian barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau

diperoleh atas beban anggaran pendapatan dan belanja negara atau berasal dari

perolehan lainnya yang sah. Sedangkan barang milik daerah adalah semua barang

yang dibeli atau diperoleh atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah

atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Pengelola barang adalah pejabat

yang berwenang dan bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan pedoman

serta melakukan pengelolaan barang milik negara/daerah.9

Barang milik negara/daerah meliputi barang yang dibeli atau diperoleh

atas beban anggaran pendapatan dan belanja negara/daerah, dan barang yang

berasal dari perolehan lainnya yang sah. Barang yang dimaksud berupa barang

yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis, barang yang diperoleh

sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak, barang yang diperoleh sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan atau barang yang diperoleh berdasarkan

putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.10

Pengelolaan barang milik negara/daerah dilaksanakan berdasarkan asas

fungsional, kepastian hukum, transparansi, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian

nilai. Pengelolaan barang milik negara/daerah meliputi:

1. Perencanaan kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan

barang milik negara/daerah untuk menghubungkan pengadaan barang yang

9

Pasal 1 Angka 1, 2, 3 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

10

(25)

telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam

melakukan tindakan yang akan datang.11

2. Pengadaan merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memiliki

barang milik negara/daerah melalui suatu rangkaian proses baik melalui jual

beli, maupun lelang.

3. Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengguna barang dalam

mengelola dan menatausahakan barang milik negara/daerah yang sesuai

dengan tugas dan fungsi instansi yang bersangkutan.12

4. Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik negara/daerah yang tidak

digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi kementerian/

lembaga/satuan kerja perangkat daerah dan/atau optimalisasi barang milik

negara/daerah dengan tidak mengubah status kepemilikan.13

5. Pengamanan dan pemeliharaan merupakan rangkaian kegiatan yang

dilakukan pengelola barang, pengguna barang dan kuasa pengguna barang

untuk mengamankan dan memelihara barang milik negara/daerah.

6. Penilaian adalah proses kegiatan untuk memberikan suatu opini nilai atas

suatu objek penilaian berupa barang milik negara/daerah pada saat tertentu.

7. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan barang milik

negara/daerah.14

11

Pasal 1 Angka 8 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

12

Pasal 1 Angka 9 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

13

Pasal 1 Angka 10 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

14

(26)

8. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik dan/atau kegunaan barang

milik negara/daerah.15

9. Penghapusan adalah tindakan menghapus barang milik negara/daerah dari

daftar barang dengan menerbitkan keputusan dari pejabat yang berwenang

untuk membebaskan pengelola barang, pengguna barang, dan/atau kuasa

pengguna barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang

berada dalam penguasaannya.16

10. Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan,

inventarisasi, dan pelaporan barang milik negara/daerah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.17

11. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian merupakan rangkaian kegiatan

yang dilakukan pengelola barang untuk melakukan pengendalian serta

pengawasan atas barang milik negara yang berada pada pengguna barang dan

kuasa pengguna barang

B. Pejabat Pengelola, Pengguna Barang Milik Negara/Daerah

Menteri keuangan selaku bendahara umum negara adalah pengelola

barang milik negara. Pengelola barang milik negara berwenang dan bertanggung

jawab:

1. Merumuskan kebijakan, mengatur, dan menetapkan pedoman pengelolaan

barang milik negara.

15

Pasal 1 Angka 22 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

16

Pasal 1 Angka 23 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

17

(27)

2. Meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan barang milik negara.

3. Menetapkan status penguasaan dan penggunaan barang milik negara.

4. Mengajukan usul pemindahtanganan barang milik negara berupa tanah

dan/atau bangunan yang memerlukan persetujuan dewan perwakilan rakyat.

5. Memberikan keputusan atas usul pemindahtanganan barang milik negara

yang berada pada pengelola barang yang tidak memerlukan persetujuan

dewan perwakilan rakyat sepanjang dalam batas kewenangan menteri

keuangan.

6. Memberikan pertimbangan dan meneruskan usul pemindahtanganan barang

milik negara yang tidak memerlukan persetujuan dewan perwakilan rakyat

kepada presiden.

7. Memberikan persetujuan atas usul pemindahtanganan barang milik negara

yang berada pada pengguna barang yang tidak memerlukan persetujuan

dewan perwakilan rakyat sepanjang dalam batas kewenangan menteri

keuangan.

8. Menetapkan penggunaan, pemanfaatan, atau pemindahtanganan barang milik

negara yang berada pada pengelola barang.

9. Memberikan persetujuan atas usul pemanfaatan barang milik negara yang

berada pada pengguna barang.

10. Memberikan persetujuan atas usul pemusnahan dan penghapusan barang

milik negara.

11. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi barang milik negara

(28)

12. Menyusun laporan barang milik negara.

13. Melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan

barang milik negara, dan

14. Menyusun dan mempersiapkan laporan rekapitulasi barang milik

negara/daerah kepada presiden, jika diperlukan.

Pengelola barang milik negara dapat mendelegasikan kewenangan dan

tanggung jawab tertentu kepada pengguna barang/kuasa pengguna barang.

Pengguna barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang milik

negara/daerah. Sedangkan kuasa pengguna barang adalah kepala satuan kerja atau

pejabat yang ditunjuk oleh pengguna barang untuk menggunakan barang yang

berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya. Kewenangan dan tanggung

jawab tertentu yang dapat didelegasikan dan tata cara pendelegasiannya diatur

dengan peraturan menteri keuangan.18

Dalam ruang lingkup barang milik daerah pemegang kekuasaan

pengelolaan barang milik daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dimana

pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah berwenang dan

bertanggung jawab untuk:

a. Menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah.

b. Menetapkan penggunaan, pemanfaatan, atau pemindahtanganan barang milik

daerah berupa tanah dan/atau bangunan.

c. Menetapkan kebijakan pengamanan dan pemeliharaan barang milik daerah.

d. Menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan barang milik daerah.

18

(29)

e. Mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah yang memerlukan

persetujuan dewan perwakilan rakyat daerah.

f. Menyetujui usul pemindahtanganan, pemusnahan, dan penghapusan barang

milik daerah sesuai batas kewenangannya.

g. Menyetujui usul pemanfaatan barang milik daerah berupa sebagian tanah

dan/atau bangunan dan selain tanah dan/atau bangunan, dan

h. Menyetujui usul pemanfaatan barang milik daerah dalam bentuk kerja sama

penyediaan infrastruktur.19

Pengelola barang milik daerah dilaksanakan oleh sekretaris daerah.

Sekretaris daerah selaku pengelola barang milik daerah berwenang dan

bertanggung jawab untuk:

1) Meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan barang milik daerah.

2) Meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan pemeliharaan/perawatan

barang milik daerah.

3) Mengajukan usul pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah

yang memerlukan persetujuan gubernur/bupati/walikota.

4) Mengatur pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan, pemusnahan, dan

penghapusan barang milik daerah.

5) Mengatur pelaksanaan pemindahtanganan barang milik daerah yang telah

disetujui oleh gubernur/ bupati/walikota atau dewan perwakilan rakyat

daerah.

19

(30)

6) Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi barang milik

daerah, dan

7) Melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan barang milik

daerah.20

Pengguna barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan

barang milik negara/daerah. Menteri atau pimpinan lembaga selaku pimpinan

kementerian/lembaga adalah pengguna barang milik negara. Pengguna barang

milik negara berwenang dan bertanggung jawab untuk:

1. Menetapkan kuasa pengguna barang dan menunjuk pejabat yang mengurus

dan menyimpan barang milik negara.

2. Mengajukan rencana kebutuhan dan penganggaran barang milik negara untuk

kementerian/lembaga yang dipimpinnya.

3. Melaksanakan pengadaan barang milik negara sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

4. Mengajukan permohonan penetapan status penggunaan barang milik negara

yang berada dalam penguasaannya kepada pengelola barang.

5. Menggunakan barang milik negara yang berada dalam penguasaannya untuk

kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi kementerian/lembaga.

6. Mengamankan dan memelihara barang milik negara yang berada dalam

penguasaannya.

7. Mengajukan usul pemanfaatan barang milik negara yang berada dalam

penguasaannya kepada pengelola barang.

20

(31)

8. Mengajukan usul pemindahtanganan barang milik negara yang berada dalam

penguasaannya kepada pengelola barang.

9. Menyerahkan barang milik negara yang tidak digunakan untuk kepentingan

penyelenggaraan tugas dan fungsi kementerian/lembaga yang dipimpinnya

dan tidak dimanfaatkan oleh pihak lain kepada pengelola barang.

10. Mengajukan usul pemusnahan dan penghapusan barang milik negara yang

berada dalam penguasaannya kepada pengelola barang.

11. Melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian atas penggunaan

barang milik negara yang berada dalam penguasaannya.

12. Melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik negara yang berada

dalam penguasaannya, dan

13. Menyusun dan menyampaikan laporan barang pengguna semesteran dan

laporan barang pengguna tahunan yang berada dalam penguasaannya kepada

pengelola barang.

Pengguna barang milik negara dapat mendelegasikan kewenangan dan

tanggung jawab tertentu kepada kuasa pengguna barang. Kewenangan dan

tanggung jawab tertentu yang dapat didelegasikan dan tata cara pendelegasiannya

diatur oleh pengguna barang dengan berpedoman pada peraturan

perundang-undangan di bidang pengelolaan barang milik negara.

Kuasa pengguna barang adalah kepala satuan kerja atau pejabat yang

ditunjuk oleh pengguna barang untuk menggunakan barang yang berada dalam

penguasaannya dengan sebaik-baiknya. Kepala kantor dalam lingkungan

(32)

lingkungan kantor yang dipimpinnya. Kuasa pengguna barang milik negara

berwenang dan bertanggung jawab untuk:

a. Mengajukan rencana kebutuhan barang milik negara untuk lingkungan kantor

yang dipimpinnya kepada pengguna barang.

b. Mengajukan permohonan penetapan status penggunaan barang milik negara

yang berada dalam penguasaannya kepada pengguna barang.

c. Melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik negara yang berada

dalam penguasaannya.

d. Menggunakan barang milik negara yang berada dalam penguasaannya untuk

kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi kantor yang dipimpinnya.

e. Mengamankan dan memelihara barang milik negara yang berada dalam

penguasaannya.

f. Mengajukan usul pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik negara

yang berada dalam penguasaannya kepada pengguna barang.

g. Menyerahkan barang milik negara yang tidak digunakan untuk kepentingan

penyelenggaraan tugas dan fungsi kantor yang dipimpinnya dan sedang tidak

dimanfaatkan pihak lain, kepada pengguna barang.

h. Mengajukan usul pemusnahan dan penghapusan barang milik negara yang

berada dalam penguasaannya kepada pengguna barang.

i. Melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik

(33)

j. Menyusun dan menyampaikan laporan barang kuasa pengguna semesteran

dan laporan barang kuasa pengguna tahunan yang berada dalam

penguasaannya kepada pengguna barang.

Pengguna barang milik daerah adalah kepala satuan kerja perangkat daerah

(SKPD), dimana pengguna barang milik daerah berwenang dan bertanggung

jawab untuk:

1. Mengajukan rencana kebutuhan dan penganggaran barang milik daerah bagi

satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya.

2. Mengajukan permohonan penetapan status penggunaan barang milik daerah

yang diperoleh dari beban anggaran pendapatan dan belanja daerah dan

perolehan lainnya yang sah.

3. Melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang berada

dalam penguasaannya.

4. Menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya untuk

kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah

yang dipimpinnya.

5. Mengamankan dan memelihara barang milik daerah yang berada dalam

penguasaannya.

6. Mengajukan usul pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah

berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan dewan

perwakilan rakyat daerah dan barang milik daerah selain tanah dan/atau

(34)

7. Menyerahkan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang

tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan

kerja perangkat daerah yang dipimpinnya dan sedang tidak dimanfaatkan

pihak lain, kepada gubernur/ bupati/walikota melalui pengelola barang.

8. Mengajukan usul pemusnahan dan penghapusan barang milik daerah.

9. Melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian atas penggunaan

barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya, dan

10. Menyusun dan menyampaikan laporan barang pengguna semesteran dan

laporan barang pengguna tahunan yang berada dalam penguasaannya kepada

pengelola barang.

C. Penggunaan Dan Pemanfaatan Barang Milik Negara/ Daerah 1. Penggunaan

Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengguna barang dalam

mengelola dan menatausahakan barang milik negara/daerah yang sesuai dengan

tugas dan fungsi instansi yang bersangkutan. Status penggunaan barang milik

negara/daerah ditetapkan oleh pengelola barang, untuk barang milik negara atau

gubernur/bupati/walikota, untuk barang milik daerah.21

Penetapan status penggunaan tidak dilakukan terhadap barang milik

negara/daerah berupa barang persediaan, konstruksi dalam pengerjaan atau barang

yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk dihibahkan. Barang milik

negara yang berasal dari dana dekonsentrasi dan dana penunjang tugas

21

(35)

pembantuan, yang direncanakan untuk diserahkan. Barang milik negara lainnya

yang ditetapkan lebih lanjut oleh pengelola barang atau barang milik daerah

lainnya yang ditetapkan lebih lanjut oleh gubernur/bupati/walikota.22

Penetapan status penggunaan barang milik negara dilakukan dengan tata

cara pengguna barang melaporkan barang milik negara yang diterimanya kepada

pengelola barang disertai dengan usul penggunaan dan pengelola barang meneliti

laporan dari pengguna barang dan menetapkan status penggunaannya. Sedangkan

penetapan status penggunaan barang milik daerah dilakukan dengan tata cara

pengguna barang melaporkan barang milik daerah yang diterimanya kepada

pengelola barang disertai dengan usul penggunaan dan pengelola barang meneliti

laporan dari pengguna barang dan mengajukan usul penggunaan kepada

gubernur/bupati/walikota untuk ditetapkan status penggunaannya. Dalam kondisi

tertentu, pengelola barang dapat menetapkan status penggunaan barang milik

negara pada pengguna barang tanpa didahului usulan dari pengguna barang.23

Barang milik negara/daerah juga dapat ditetapkan status penggunaannya

untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi kementerian/lembaga/satuan kerja

perangkat daerah, guna dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka menjalankan

pelayanan umum sesuai tugas dan fungsi kementerian/lembaga/satuan kerja

perangkat daerah yang bersangkutan.

Barang milik negara dapat dialihkan status penggunaannya dari pengguna

barang kepada pengguna barang lainnya untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi

22

Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

23

(36)

berdasarkan persetujuan pengelola barang. Pengalihan status penggunaan barang

milik negara dapat pula dilakukan berdasarkan inisiatif dari pengelola barang

dengan terlebih dahulu memberitahukan maksudnya tersebut kepada pengguna

barang. Lain daripada itu barang milik daerah juga dapat dialihkan status

penggunaannya dari pengguna barang kepada pengguna barang lainnya untuk

penyelenggaraan tugas dan fungsi berdasarkan persetujuan gubernur, bupati,

walikota yang mana pengalihan status penggunaan barang milik daerah dapat pula

dilakukan berdasarkan inisiatif dari gubernur, bupati, walikota, dengan terlebih

dahulu memberitahukan maksudnya tersebut kepada pengguna barang.24

Mengenai penetapan status penggunaan barang milik negara/daerah berupa

tanah dan/atau bangunan dilakukan dengan ketentuan bahwa tanah dan/atau

bangunan tersebut diperlukan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan

fungsi pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang yang bersangkutan

dimana pengguna barang wajib menyerahkan barang milik negara/daerah berupa

tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan

fungsi pengguna barang, kepada pengelola barang, untuk barang milik negara atau

gubernur, bupati, walikota melalui pengelola barang milik daerah, untuk barang

milik daerah.25

Pengguna barang yang tidak menyerahkan barang milik negara berupa

tanah dan/atau bangunan yang telah ditetapkan sebagai barang milik negara yang

24

Pasal 20-21 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

25

(37)

tidak digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi pengguna barang,

dikenakan sanksi berupa:

a. Pembekuan dana pemeliharaan barang milik negara berupa tanah dan/atau

bangunan tersebut, dan/atau

b. Penundaan penyelesaian atas usulan pemanfaatan, pemindahtanganan, atau

penghapusan barang milik negara.

Pengguna barang yang tidak menyerahkan barang milik daerah berupa

tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk kepentingan

penyelenggaraan tugas dan fungsi pengguna barang kepada gubernur/bupati/

walikota, dikenakan sanksi berupa pembekuan dana pemeliharaan barang milik

daerah berupa tanah dan/atau bangunan tersebut.26

Pengelola barang menetapkan barang milik negara yang harus diserahkan oleh

pengguna barang karena tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan

tugas dan fungsi pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang dan tidak

dimanfaatkan oleh pihak lain. Gubernur, bupati, dan walikota menetapkan barang

milik daerah yang harus diserahkan oleh pengguna barang karena tidak digunakan

untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi pengguna barang dan/atau

kuasa pengguna barang dan tidak dimanfaatkan oleh pihak lain. Dalam

menetapkan penyerahan pengelola barang milik negara atau gubernur, bupati, dan

walikota harus memperhatikan standar kebutuhan tanah dan/atau bangunan untuk

menyelenggarakan dan menunjang tugas dan fungsi instansi bersangkutan, hasil

audit atas penggunaan tanah dan/atau bangunan, dan/atau laporan, data, dan

26

(38)

informasi yang diperoleh dari sumber lain. Tindak lanjut pengelolaan atas

penyerahan barang milik negara atau barang milik daerah meliputi penetapan

status penggunaan, pemanfaatan atau pemindah tanganan.

2. Pemanfaatan

Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik negara/daerah yang

tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi kementerian/

lembaga/satuan kerja perangkat daerah dan/atau optimalisasi barang milik

negara/daerah dengan tidak mengubah status kepemilikan.

Pemanfaatan barang milik negara/daerah dilaksanakan oleh pengelola

barang, untuk barang milik negara yang berada dalam penguasaannya, pengelola

barang dengan persetujuan gubernur, bupati, walikota untuk barang milik daerah

yang berada dalam penguasaan pengelola barang, pengguna barang dengan

persetujuan pengelola barang, untuk barang milik negara yang berada dalam

penguasaan pengguna barang atau pengguna barang dengan persetujuan pengelola

barang, untuk barang milik daerah yang berupa sebagian tanah dan/atau bangunan

yang masih digunakan oleh pengguna barang, dan selain tanah dan/atau

bangunan.27

Pemanfaatan barang milik negara/daerah dilaksanakan berdasarkan

pertimbangan teknis dengan memperhatikan kepentingan negara/daerah dan

kepentingan umum. Adapun bentuk pemanfaatan barang milik negara/daerah

berupa:

27

(39)

a. Sewa

Sewa adalah pemanfaatan barang milik negara/daerah oleh pihak lain

dalam jangka waktu tertentu dan menerima imbalan uang tunai. Sewa barang

milik negara/daerah dilaksanakan terhadap barang milik negara yang berada pada

pengelola barang, barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang

sudah diserahkan oleh pengguna barang kepada gubernur, bupati, walikota,

barang milik negara yang berada pada pengguna barang, barang milik daerah

berupa sebagian tanah dan/atau bangunan yang masih digunakan oleh pengguna

barang atau barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan.28

Barang milik negara/daerah dapat disewakan kepada pihak lain dimana

jangka waktu sewa barang milik negara/daerah paling lama lima tahun dan dapat

diperpanjang. Jangka waktu sewa barang milik negara/daerah dapat lebih dari

lima tahun dan dapat diperpanjang untuk kerja sama infrastruktur, kegiatan

dengan karakteristik usaha yang memerlukan waktu sewa lebih dari lima tahun

atau ditentukan lain dalam undang-undang.

Formula tarif atau besaran sewa barang milik negara/daerah berupa tanah

dan/atau bangunan ditetapkan oleh pengelola barang, untuk barang milik negara

atau gubernur, bupati, walikota untuk barang milik daerah. Besaran sewa atas

barang milik negara/daerah untuk kerja sama infrastruktur atau untuk kegiatan

dengan karakteristik usaha yang memerlukan waktu sewa lebih dari lima tahun

dapat mempertimbangkan nilai keekonomian dari masing-masing jenis

infrastruktur. Formula tarif atau besaran sewa barang milik negara/daerah selain

28

(40)

tanah dan/atau bangunan ditetapkan oleh pengguna barang dengan persetujuan

pengelola barang, untuk barang milik negara atau gubernur, bupati, walikota

dengan berpedoman pada kebijakan pengelolaan barang milik daerah, untuk

barang milik daerah.

Sewa barang milik negara/daerah dilaksanakan berdasarkan perjanjian,

yang sekurang-kurangnya memuat nama para pihak yang terikat dalam perjanjian,

jenis, luas atau jumlah barang, besaran sewa, dan jangka waktu, tanggung jawab

penyewa atas biaya operasional dan pemeliharaan selama jangka waktu sewa, dan

hak dan kewajiban para pihak.

Hasil sewa barang milik negara/daerah merupakan penerimaan negara dan

seluruhnya wajib disetorkan ke rekening kas umum negara/daerah. Penyetoran

uang sewa harus dilakukan sekaligus secara tunai paling lambat dua hari kerja

sebelum ditandatanganinya perjanjian sewa barang milik negara/daerah.

Dikecualikan dari ketentuan tersebut, penyetoran uang sewa barang milik

negara/daerah untuk kerja sama infrastruktur dapat dilakukan secara bertahap

dengan persetujuan pengelola barang.29

b. Pinjam pakai

Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan barang antara pemerintah

pusat dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah dalam jangka waktu

tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir

diserahkan kembali kepada pengelola barang. Pinjam pakai barang milik

negara/daerah dilaksanakan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah atau

29

(41)

antar pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. Jangka

waktu pinjam pakai barang milik negara/daerah paling lama lima tahun dan dapat

diperpanjang satu kali. Pinjam pakai dilaksanakan berdasarkan perjanjian yang

sekurang-kurangnya memuat nama para pihak yang terikat dalam perjanjian, jenis,

luas atau jumlah barang yang dipinjamkan, dan jangka waktu, tanggung jawab

peminjam atas biaya operasional dan pemeliharaan selama jangka waktu

peminjaman serta hak dan kewajiban para pihak.30

c. Kerja sama pemanfaatan

Kerja sama pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik

negara/daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka

peningkatan penerimaan negara bukan pajak/pendapatan daerah dan sumber

pembiayaan lainnya. Kerja sama pemanfaatan barang milik negara/daerah dengan

pihak lain dilaksanakan dalam rangka mengoptimalkan daya guna dan hasil guna

barang milik negara/daerah dan meningkatkan penerimaan negara/pendapatan

daerah.31

Kerja sama pemanfaatan barang milik negara/daerah dilaksanakan

terhadap barang milik negara yang berada pada pengelola barang, barang milik

daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang sudah diserahkan oleh pengguna

barang kepada gubernur/bupati/walikota, barang milik negara yang berada pada

pengguna barang, barang milik daerah berupa sebagian tanah dan/atau bangunan

yang masih digunakan oleh pengguna barang, atau barang milik daerah selain

30

Pasal 30 PP Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

31

(42)

tanah dan/atau bangunan.32 Kerja sama pemanfaatan atas barang milik negara/

daerah dilaksanakan dengan ketentuan:

1. Tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam anggaran pendapatan

dan belanja negara/daerah untuk memenuhi biaya operasional,

pemeliharaan, dan/atau perbaikan yang diperlukan terhadap barang milik

negara/daerah tersebut.

2. Mitra kerja sama pemanfaatan ditetapkan melalui tender, kecuali untuk

barang milik negara/daerah yang bersifat khusus dapat dilakukan

penunjukan langsung.

3. Penunjukan langsung mitra kerja sama pemanfaatan atas barang milik

negara/daerah yang bersifat khusus dilakukan oleh pengguna barang

terhadap badan usaha milik negara/daerah yang memiliki bidang dan/atau

wilayah kerja tertentu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Mitra kerja sama pemanfaatan harus membayar kontribusi tetap setiap

tahun selama jangka waktu pengoperasian yang telah ditetapkan dan

pembagian keuntungan hasil kerja sama pemanfaatan ke rekening kas

umum negara/daerah.

5. Besaran pembayaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan hasil

kerja sama pemanfaatan ditetapkan dari hasil perhitungan tim yang

dibentuk oleh.

32

(43)

a. Pengelola barang, untuk barang milik negara pada pengelola barang

dan barang milik negara berupa tanah dan/atau bangunan serta

sebagian tanah dan/atau bangunan yang berada pada pengguna barang.

b. Gubernur, bupati, walikota, untuk barang milik daerah berupa tanah

dan/atau bangunan.

c. Pengguna barang dan dapat melibatkan pengelola barang, untuk barang

milik negara selain tanah dan/atau bangunan yang berada pada

pengguna barang, atau

d. Pengelola barang milik daerah, untuk barang milik daerah selain tanah

dan/atau bangunan.

6. Besaran pembayaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan hasil

kerja sama pemanfaatan harus mendapat persetujuan pengelola barang.

7. Dalam kerja sama pemanfaatan barang milik negara/daerah berupa tanah

dan/atau bangunan, sebagian kontribusi tetap dan pembagian

keuntungannya dapat berupa bangunan beserta fasilitasnya yang dibangun

dalam satu kesatuan perencanaan tetapi tidak termasuk sebagai objek kerja

sama pemanfaatan.

8. Besaran nilai bangunan beserta fasilitasnya sebagai bagian dari kontribusi

tetap dan kontribusi pembagian keuntungan paling banyak 10% (sepuluh

persen) dari total penerimaan kontribusi tetap dan pembagian keuntungan

(44)

9. Bangunan yang dibangun dengan biaya sebagian kontribusi tetap dan

pembagian keuntungan dari awal pengadaannya merupakan barang milik

negara/daerah.

10.Selama jangka waktu pengoperasian, mitra kerja sama pemanfaatan

dilarang menjaminkan atau menggadaikan barang milik negara/daerah

yang menjadi objek kerja sama pemanfaatan, dan

11.Jangka waktu kerja sama pemanfaatan paling lama tiga puluh tahun sejak

perjanjian ditandatangani dan dapat diperpanjang.33

Semua biaya persiapan kerja sama pemanfaatan yang terjadi setelah

ditetapkannya mitra kerja sama pemanfaatan dan biaya pelaksanaan kerja sama

pemanfaatan menjadi beban mitra kerja sama pemanfaatan. Ketentuan mengenai

jangka waktu tidak berlaku dalam hal kerja sama pemanfaatan atas barang milik

negara/ daerah untuk penyediaan infrastruktur berupa:

a. Infrastruktur transportasi meliputi pelabuhan laut, sungai dan/atau danau,

bandar udara, terminal, dan/atau jaringan rel dan/atau stasiun kereta api.

b. Infrastruktur jalan meliputi jalan jalur khusus, jalan tol, dan/atau jembatan

tol.

c. Infrastruktur sumber daya air meliputi saluran pembawa air baku dan/atau

waduk/bendungan.

d. Infrastruktur air minum meliputi bangunan pengambilan air baku, jaringan

transmisi, jaringan distribusi, dan/atau instalasi pengolahan air minum.

33

(45)

e. Infrastruktur air limbah meliputi instalasi pengolah air limbah, jaringan

pengumpul dan/atau jaringan utama, dan/atau sarana persampahan yang

meliputi pengangkut dan/atau tempat pembuangan.

f. Infrastruktur telekomunikasi meliputi jaringan telekomunikasi.

g. Infrastruktur ketenagalistrikan meliputi pembangkit, transmisi, distribusi

dan/atau instalasi tenaga listrik, dan/atau

h. Infrastruktur minyak dan/atau gas bumi meliputi instalasi pengolahan,

penyimpanan, pengangkutan, transmisi, dan/atau distribusi minyak

dan/atau gas bumi.34

Jangka waktu kerja sama pemanfaatan atas barang milik negara/daerah

untuk penyediaan infrastruktur paling lama lima puluh tahun sejak perjanjian

ditandatangani dan dapat diperpanjang. Dalam hal mitra kerja sama pemanfaatan

atas barang milik negara/daerah untuk penyediaan infrastruktur berbentuk badan

usaha milik negara/daerah, kontribusi tetap dan pembagian keuntungan dapat

ditetapkan paling tinggi sebesar 70% (tujuh puluh persen) dari hasil perhitungan

tim.35

d. Bangun guna serah atau bangun serah guna

Bangun serah guna adalah pemanfaatan barang milik negara/daerah berupa

tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut

fasilitasnya, dan kemudian setelah selesai pembangunannya diserahkan untuk

34

Pasal 33 Ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

35

(46)

didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang

disepakati.

Bangun guna serah atau bangun serah guna barang milik negara/daerah

dilaksanakan dengan pertimbangan pengguna barang memerlukan bangunan dan

fasilitas bagi penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah untuk kepentingan

pelayanan umum dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi; dan tidak

tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam anggaran pendapatan dan belanja

negara/daerah untuk penyediaan bangunan dan fasilitas tersebut.

Barang milik negara/daerah berupa tanah yang status penggunaannya ada

pada pengguna barang dan telah direncanakan untuk penyelenggaraan tugas dan

fungsi pengguna barang yang bersangkutan, dapat dilakukan bangun guna serah

atau bangun serah guna setelah terlebih dahulu diserahkan kepada pengelola

barang, untuk barang milik negara atau gubernur, bupati, walikota, untuk barang

milik daerah.36

Jangka waktu Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna paling lama

tiga puluh tahun sejak perjanjian ditandatangani dimana Penetapan mitra Bangun

Guna Serah atau mitra Bangun Serah Guna dilaksanakan melalui tender. Mitra

Bangun Guna Serah atau mitra Bangun Serah Guna yang telah ditetapkan, selama

jangka waktu pengoperasian:

1. Wajib membayar kontribusi ke rekening kas umum negara/daerah setiap

tahun, yang besarannya ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan tim yang

dibentuk oleh pejabat yang berwenang.

36

(47)

2. Wajib memelihara objek bangun guna serah atau bangun serah guna, dan

3. Dilarang menjaminkan, menggadaikan, atau memindahtangankan tanah

yang menjadi objek bangun guna serah atau bangun serah guna, hasil

bangun guna serah yang digunakan langsung untuk penyelenggaraan tugas

dan fungsi pemerintah pusat/daerah, dan/atau hasil bangun serah guna.37

Dalam jangka waktu pengoperasian, hasil bangun guna serah atau bangun

serah guna harus digunakan langsung untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi

pemerintah pusat/daerah paling sedikit 10% (sepuluh persen). Bangun guna serah

atau bangun serah guna dilaksanakan berdasarkan perjanjian yang

sekurang-kurangnya harus memuat para pihak yang terikat dalam perjanjian, objek bangun

guna serah atau bangun serah guna, jangka waktu bangun guna serah atau bangun

serah guna dan hak dan kewajiban para pihak yang terikat dalam perjanjian.

Izin mendirikan bangunan dalam rangka bangun guna serah atau bangun

serah guna harus diatasnamakan pemerintah pusat, untuk barang milik negara atau

pemerintah daerah, untuk barang milik daerah dimana semua biaya persiapan

bangun guna serah atau bangun serah guna yang terjadi setelah ditetapkannya

mitra bangun guna serah atau bangun serah guna dan biaya pelaksanaan bangun

guna serah atau bangun serah guna menjadi beban mitra yang bersangkutan.

Mitra bangun guna serah barang milik negara harus menyerahkan objek

bangun guna serah kepada pengelola barang pada akhir jangka waktu

pengoperasian, setelah dilakukan audit oleh aparat pengawasan intern pemerintah

dan bagi mitra bangun guna serah barang milik daerah harus menyerahkan objek

37

(48)

bangun guna serah kepada gubernur, bupati, walikota pada akhir jangka waktu

pengoperasian, setelah dilakukan audit oleh aparat pengawasan intern pemerintah.

Bangun serah guna barang milik negara dilaksanakan dengan tata cara:

1. Mitra bangun serah guna harus menyerahkan objek bangun serah guna

kepada pengelola barang setelah selesainya pembangunan.

2. Hasil bangun serah guna yang diserahkan kepada pengelola barang

ditetapkan sebagai barang milik negara.

3. Mitra bangun serah guna dapat mendayagunakan barang milik negara

sesuai jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian, dan

4. Setelah jangka waktu pendayagunaan berakhir, objek bangun serah guna

terlebih dahulu diaudit oleh aparat pengawasan intern pemerintah sebelum

penggunaannya ditetapkan oleh pengelola barang.38

Bangun serah guna barang milik daerah dilaksanakan dengan tata cara:

1. Mitra bangun serah guna harus menyerahkan objek bangun serah guna

kepa

Referensi

Dokumen terkait

Solusi yang dapat ditawarkan adalah dengan memberikan pelatihan strategi pemasaran yang didasarkan pada ilmu manajemen pemasaran dan tata kelola keuangan yang

Selain Dokumen Asli/Legalisir, harap membawa juga salinan yang telah dijilid rapi untuk diserahkan kepada

”Pola komunikasi yang dijalankan oleh wartawan (reporter) Radio Mayangkara dalam tahap pencarian berita untuk dijadikan bahan berita, reporter melakukan peliputan

Mawazo ya Walibora (ameshatajwa) yametusaidia kufahamu kwamba matumizi ya mbinu za kiuhalisiamazingaombwe katika riwaya ni moja kati ya vipengele vya

[r]

Untuk selanjutnya kepada semua pihak yang telah banyak mendukung terbitan tahun ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya dan besar harapan

يفّحصم و يمّلعم اونوكي نأب نوددعتبؼا ثحابلا ديج نكلو .دلابلا فارطأ عيبص بُ لبقتسبؼا بُ ةيبرعلا ةغللا و قيباتلا ليلقو ةيوححلا دعاوق ةرثك ىلع ةدحتسم تابوعصلا

[r]