• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Perawat Dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu Dan Anak Di Puskesmas Sigalingging,Sitinjo,Dan Sumbul Kabupaten Dairi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peran Perawat Dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu Dan Anak Di Puskesmas Sigalingging,Sitinjo,Dan Sumbul Kabupaten Dairi"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PERAWAT DALAM UPAYA PENINGKATAN

KESEHATAN IBU DAN ANAK

DI PUSKESMAS SIGALINGGING,

SITINJO, DAN SUMBUL

KABUPATEN DAIRI

SKRIPSI

Oleh

Theodora Sembiring 121121040

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran

Perawat dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas

Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah

memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi

ini, sebagai berikut:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara,

2. Ibu Erniyati, S.Kp., MNS selaku pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara,

3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp., MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan dosen pembimbing skripsi

penulis yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini,

4. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp., MNS selaku Pembantu Dekan III

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara,

5. Bapak Iwan Rusdi, SKp., MNS selaku Dosen Penguji I yang telah

memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini,

6. Ibu Lufthiani, S.Kep.Ns., M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah

(5)

7. Teristimewa kepada orangtua penulis, Makmur Sembiring dan Perobahen Br

Bangun yang selalu memberikan bantuan dukungan material dan moral, tanpa

mereka penulis tidak akan mampu mengerjakan skripsi ini dengan baik,

8. Andreas Sembiring dan Ribka Sembiring selaku adik-adik penulis yang selalu

mendoakan dan memberi semangat kepada penulis,

9. Teman-teman kelas B angkatan 2012 yang saling memberikan dukungan dan

berjuang bersama dalam pengerjaan skripsi, dan

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun sangat

membantu dalam proses penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

untuk perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan profesi

keperawatan.

Medan, Februari 2014

(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Halaman Pernyataan ... iii

Prakata ... iv

2.1 Keperawat Kesehatan Masyarakat ... ... 11

(7)

4. Pertimbangan Etik ... ... 29

1.1 Karakteristik Demografi Responden ... ... 34

1.2 Peran Perawat dalam upaya peningkatan KIA ... ... 36

2. Pembahasan penelitian... ... 40

2.1 Peran Perawat dalam Upaya Peningkatan KIA ... ... 40

2.1.1 Pemberi Asuhan Keperawatan ... .. . 42

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent) 2. Instrumen penelitian

3. Surat Survey awal 4. Surat Reliabilitas 5. Surat Penelitian 6. Daftar riwayat hidup

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Defenisi Operasional Penelitian ... .... 25 Tabel 2 Distribusi frekuensi dan persentase data demografi responden

di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi (n=32) ... .... 35 Tabel 3 Distribusi frekuensi dan persentase peran perawat dalam

Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi

(n=32) ... .... 36 Tabel 4 Distribusi frekuensi dan persentase Peran Perawat dalam upaya

Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak untuk masing-masing peran perawat di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul

Kabupaten Dairi (n=32) ... .... 37 Tabel 5 Distribusi frekuensi dan persentase dari setiap pernyataan Peran

(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 Kerangka Konseptual Peran Perawat dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi

(10)

Judul : Peran Perawat dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi

Nama : Theodora Sembiring

Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Tahun Akademik : 2012/2013

Abstrak

Tingginya angka kematian dan kesakitan ibu dan kematian bayi di Indonesia menjadi perhatian pemerintah dan WHO. Salah satu faktor tingginya angka kematian ibu di Indonesia adalah disebabkan karena masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Puskesmas sebagai pemberi pelayanan kesehatan terdekat bagi masyarakat berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan berbagai upaya, antara lain optimalisasi peran petugas kesehatan. Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di puskesmas memiliki berbagai peran. Enam peran yang wajib dijalankan perawat yaitu: pemberi asuhan keperawatan, penemu kasus, pendidik, kordinator dan kolaborator, konselor dan sebagai panutan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran peran perawat dalam upaya peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak di beberapa Puskesmas Kabupaten Dairi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul berjumlah 32 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas perawat yang ada di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul berusia 20-39 tahun (75%), dengan jenis kelamin perempuan (81%), pendidikan diploma (68%), dan lama bekerja diatas 4 tahun (56%). Berdasarkan hasil penelitian peran perawat dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas tersebut terlaksana sepenuhnya (78%) dan terlaksana sebagian (22%). Oleh karena itu penerapan peran perawat dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak sebaiknya ditingkatkan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

(11)

Title : The Role of Nurses in Improving Maternal and Child Health in Health Centers of Sigalingging, Sitinjo, and Sumbul Dairi District Name : Theodora Sembiring

Programme : Faculty of Nursing Year : 2012/2013

Abstract

The high maternal mortality and pain and infant mortality in Indonesia to the attention of governments and the WHO. One factor of the high maternal mortality rate in Indonesia is due to the help of health workers still in low levels. Health centers as providers of health services for the people nearby trying to improve the quality of service with a variety of efforts, include optimizing the role of health workers. Nurses as one of the health workers in health centers have a variety of roles. Six roles that must be played by the nurse are: nursing care provider, the inventor of the case, educators, coordinators and collaborators, counselors and as a role model. This research is a descriptive research that aims to identify the description of the role of nurses in improving maternal and child health in several health centers in Dairi District. The population of this research was all nurses working in health centers of Sigalingging, Sitinjo and Sumbul as many as 32 people. The results of this study indicate that the majority of nurses in health centers of Sigalingging, Sitinjo and Sumbul aged 20-39 years (75%), with female sex (81%), education diploma (68%), and work over 4 years old (56% ). Based on the results of the research the role of nurses in improving maternal and child health in those health centers is fully implemented (78%) and implemented in part (22%). Therefore, the application of the role of nurses in improving maternal and child health should be enhanced to improve maternal and child health.

(12)

Judul : Peran Perawat dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi

Nama : Theodora Sembiring

Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Tahun Akademik : 2012/2013

Abstrak

Tingginya angka kematian dan kesakitan ibu dan kematian bayi di Indonesia menjadi perhatian pemerintah dan WHO. Salah satu faktor tingginya angka kematian ibu di Indonesia adalah disebabkan karena masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Puskesmas sebagai pemberi pelayanan kesehatan terdekat bagi masyarakat berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan berbagai upaya, antara lain optimalisasi peran petugas kesehatan. Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di puskesmas memiliki berbagai peran. Enam peran yang wajib dijalankan perawat yaitu: pemberi asuhan keperawatan, penemu kasus, pendidik, kordinator dan kolaborator, konselor dan sebagai panutan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran peran perawat dalam upaya peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak di beberapa Puskesmas Kabupaten Dairi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul berjumlah 32 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas perawat yang ada di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul berusia 20-39 tahun (75%), dengan jenis kelamin perempuan (81%), pendidikan diploma (68%), dan lama bekerja diatas 4 tahun (56%). Berdasarkan hasil penelitian peran perawat dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas tersebut terlaksana sepenuhnya (78%) dan terlaksana sebagian (22%). Oleh karena itu penerapan peran perawat dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak sebaiknya ditingkatkan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

(13)

Title : The Role of Nurses in Improving Maternal and Child Health in Health Centers of Sigalingging, Sitinjo, and Sumbul Dairi District Name : Theodora Sembiring

Programme : Faculty of Nursing Year : 2012/2013

Abstract

The high maternal mortality and pain and infant mortality in Indonesia to the attention of governments and the WHO. One factor of the high maternal mortality rate in Indonesia is due to the help of health workers still in low levels. Health centers as providers of health services for the people nearby trying to improve the quality of service with a variety of efforts, include optimizing the role of health workers. Nurses as one of the health workers in health centers have a variety of roles. Six roles that must be played by the nurse are: nursing care provider, the inventor of the case, educators, coordinators and collaborators, counselors and as a role model. This research is a descriptive research that aims to identify the description of the role of nurses in improving maternal and child health in several health centers in Dairi District. The population of this research was all nurses working in health centers of Sigalingging, Sitinjo and Sumbul as many as 32 people. The results of this study indicate that the majority of nurses in health centers of Sigalingging, Sitinjo and Sumbul aged 20-39 years (75%), with female sex (81%), education diploma (68%), and work over 4 years old (56% ). Based on the results of the research the role of nurses in improving maternal and child health in those health centers is fully implemented (78%) and implemented in part (22%). Therefore, the application of the role of nurses in improving maternal and child health should be enhanced to improve maternal and child health.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan yang paling dasar

dan terdepan dalam mewujudkan komitmen peningkatan mutu pelayanan

kesehatan. Melalui program pelayanan puskesmas, diharapkan akan tercapai

masyarakat yang mandiri menuju sehat sesuai dengan visi Departemen Kesehatan.

Program puskesmas terdiri dari program kesehatan dasar yaitu Program Promosi

Kesehatan, Program Kesehatan Ibu dan Anak, Program keluarga Berencana,

Program Pemberantasan Penyakit Menular, Program Peningkatan Gizi, Program

Kesehatan Lingkungan, Program Pengobatan, dan program kesehatan

pengembangan yaitu Program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, program

Laboratorium, Program Kesehatan Sekolah, Program Perawatan Kesehatan

Masyarakat, Program Kesehatan Jiwa, dan Program Kesehatan Gigi (Mubarak,

2009).

Salah satu program pokok pelayanan kesehatan di puskesmas adalah

pelayanan kesehatan ibu dan anak. Pelayanan KIA yaitu program pelayanan

kesehatan di Puskesmas yang ditujuhkan untuk memberikan pelayanan kepada

PUS (Pasangan Usia Subur) untuk berpartisipasi sebagai peserta KB, pelayanan

ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi dan balita. (Konas, 2003; WHO,

2002).

Tingginya angka kematian dan kesakitan ibu dan kematian bayi di

(15)

Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 mencatat AKI di Indonesia mencapai

228 per 100.000 kelahiran hidup. Bahkan WHO, UNICEF, dan World Bank

memperkirakan angka kematian ibu yang lebih tinggi, yaitu 420 per 100.000

kelahiran hidup (Trisnantoro, 2011).

Angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32 kematian per 1.000

kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per 1.000 kelahiran

hidup. Sama dengan pola SDKI 2007, lebih dari tiga perempat dari semua

kematian balita terjadi dalam tahun pertama kehidupan anak dan mayoritas

kematian bayi terjadi pada periode neonatus.

Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena

masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen

Kesehatan menetapkan target 90 persen persalinan ditolong oleh tenaga medis

pada tahun 2010. Perbandingan dengan hasil survei SDKI bahwa persalinan yang

ditolong oleh tenaga medis profesional meningkat dari 66 persen dalam SDKI

2002-2003 menjadi 73 persen dalam SDKI 2007. Selain itu, tingginya angka

kesakitan dan kematian bayi disebabkan oleh fasilitas dan infrastruktur yang

belum memadai, akses yang belum merata, dan SDM yang terkait dengan

pelayanan ibu belum merata distribusinya, kompetensi belum seperti yang

diharapkan, dan kerjasama antar SDM yang terkait belum terkordinir dengan baik

(Ernilia, 2010).

Puskesmas sebagai pemberi pelayanan kesehatan terdekat bagi masyarakat

berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan berbagai upaya,

(16)

lain peningkatan kualitas pelayanan, peningkatan kompetensi petugas, dan

peningkatan sarana-prasarana (Handayaningsih, 2008). Salah satunya adalah

dengan optimalisasi peran perawat. Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di

puskesmas memiliki berbagai peran. Kementerian kesehatan Indonesia

menyebutkan idealnya terdapat 12 peran perawat puskesmas. Keterbatasan

pengetahuan dan pendidikan yang masih rendah membuat pemerintah hanya

menetapkan enam peran yang wajib dijalankan perawat puskesmas yaitu: pemberi

asuhan keperawatan, penemu kasus, pendidik kesehatan, kordinator dan

kolaborator, konselor, dan sebagai panutan. Peranan perawat dalam unit KIA-KB

yaitu melakukan kunjungan rumah kasus KIA-KB, pelayanan antenatal, dan

membina/ membimbing kader dalam KIA-KB (Depkes, 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh Fauziah (2012) memperlihatkan bahwa

persepsi masyarakat cenderung positif terhadap masing-masing peran perawat

dengan jumlah persepsi positif tertinggi terdapat pada peran sebagai panutan, dan

persepsi positif terendah pada peran sebagai konselor. Penelitian lain oleh Sianturi

(2007) terhadap 53 perawat yang bekerja di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai

menunjukkan bahwa peran perawat dalam pelaksanaan Program Ante Natal Care

di Puskesmas dikategorikan tidak terlaksana, yang terlaksana dengan baik hanya

peran dan fungsi perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu diteliti bagaimana peran perawat

dalam upaya peningkatan kesehatan Ibu dan Anak di beberapa Puskesmas

(17)

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang tersebut, maka penting

diidentifikasi masalah tentang peran perawat dalam upaya peningkatan kesehatan ibu

dan anak di beberapa Puskesmas Kabupaten Dairi.

3. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peran perawat

dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak di beberapa Puskesmas Kabupaten

Dairi.

4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

4.1 Bagi Puskesmas

Hasil penelitian merupakan gambaran peran perawat tentang sejauh mana mereka

menjalankan peran dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak, sehingga

hai ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan bagi puskesmas untuk

mengevaluasi dan meningkatkan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada

masyarakat.

4.2 Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini merupakan fakta yang memberikan masukan bagi para

perawat khususnya yang bertugas di Puskesmas sehingga mereka dapat

menjalankan tugas sesuai dengan perannya dalam upaya peningkatan kualitas

(18)

4.3 Bagi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi tambahan mengenai peran

perawat puskesmas, yang bermanfaat dalam pembelajaran mahasiswa

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Puskesmas

1.1 Pengertian Puskesmas

Pusat kesehatan masyarakat adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan

kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung

jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.

Pelayanan kesehatan masyarakat yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan

kesehatan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan),

preventif (upaya pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), dan rehabilitatif

(pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk,

dengan tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak pembuahan

dalam kandungan sampai tutup usia. Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan

kesehatan dalam mewujudkan komitmen peningkatan mutu pelayanan kesehatan

memerlukan acuan pelaksana jaminan mutu. Penerapan metode ini diharapkan

dapat meningkatkan kualitas tenaga kesehatan dalam upaya memberikan

pelayanan kesehatan yang bermutu (Depkes, 2004).

1.2 Visi dan Misi Puskesmas

Visi puskesmas adalah tercapainya Kecamatan sehat menuju terwujudnya

(20)

dicapai melalui pembangunan pusat kesehatan masyarakat adalah masyarakat

hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk

menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, dan

memiliki derajat kesehatan yang setingi-tingginya di seluruh wilayah Republik

Indonesia. Indikator kecamatan sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator

utama yakni lingkungan sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu,

derajat kesehatan penduduk serta perilaku sehat, perilaku masyarakat Indonesia

Sehat yang diharapkan adalah bersifat proaktif untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan; mencegah risiko terjadiya penyakit; melindungi diri dari

ancaman sakit; dan berpartisifasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas yaitu

mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut

adalah menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya,

memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan

kesehatan yang diselenggarakan, memelihara dan meningkatkan kesehatan

perorangan, keluarga, dan masyarakat beserta lingkungannya.

1.3 Fungsi Puskesmas

Fungsi puskesmas menurut Departemen Kesehatan RI (2004) antara lain

sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan

lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya

(21)

pemberdaya masyarakat puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki

kesadaran, keinginan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat

untuk hidup sehat dan berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan

kesehatan, pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara

menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.

1.4 Kegiatan Pokok Puskesmas

Berdasarkan Buku Pedoman Kerja Puskesmas, terdapat dua puluh usaha

pokok kesehatan yang dapat dilakukan oleh puskesmas. Pelaksanaan kegiatan

pokok puskesmas bergantung pada faktor tenaga, sarana, dan prasarana, biaya

yang tersedia, serta kemampuan manajemen dari tiap-tiap puskesmas.

Kegiatan pokok puskesmas antara lain: (1) upaya Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA); kegiatan yang dilakukan yaitu: pemeriksaan kesehatan ibu hamil;

melahirkan; dan menyusui; mengkaji perkembangan dan pertumbuhan anak-anak

balita, imunisasi, memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan, mencegah

timbulnya masalah gizi karena kekurangan protein dan kalori dan

memperkenalkan jenis makanan tambahan, memberikan pelayanan KB kepada

PUS, merujuk ibu-ibu atau anak-anak yang memerlukan pengobatan, mengadakan

latihan untuk dukun bersalin, dan lain-lain. (2) upaya Keluarga Berencana;

kegiatan yang dilakukan antara lain mengadakan penyuluhan KB baik di

(22)

alat-alat kontrasepsi. (3) upaya perbaikan gizi; memantau pertumbuhan anak

melalui penimbangan anak secara rutin setiap bulan, di Puskesmas atau di

Posyandu. Melakukan pemeriksaan Hb dan BB ibu hamil secara rutin,

mengembangkan kegiatan perbaikan gizi, pembagian vitamin A untuk bayi, tablet

besi untuk ibu hamil dan pemberian obat cacing untuk anak. (4) upaya kesehatan

lingkungan; pengawasan sanitasi tempat umum, penyehatan air bersih, penyehatan

lingkungan perumahan, penyehatan limbah, penyehatan makanan dan minuman.

(5) upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular; survei epidemiologi

untuk menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin, imunisasi untuk

memberikan perlindungan kepada kelompok-kelompok masyarakat sehingga

dapat mencegah terjadinya penularan penyakit seperti TBC, Campak, dan

hepatitis B. Pemberantasan vektor dilakukan dengan penyemprotan menggunakan

insektisida, fogging, abatisasi untuk DHF, dan perbaikan sistem pembuangan

sampah untuk pemberantasan malaria. (6) upaya pengobatan; melaksanakan

diagnosis sedini mungkin melalui; mengadakan pemeriksaan fisik, pemeriksaan

laboratorium, mendapatkan riwayat penyakit, membuat diagnosis, melakukan

tindakan pengobatan dan melakukan upaya rujukan. (7) upaya penyuluhan

kesehatan masyarakat (8) Usaha Kesehatan Sekolah (9) kesehatan olahraga (10)

perawatan kesehatan masyarakat (11) usaha kesehatan kerja (12) usaha kesehatan

gigi dan mulut (13) usaha kesehatan jiwa (14) kesehatan mata (15) laboratorium

(16) pencatatan dan pelaporan sistem informasi kesehatan (17) kesehatan usia

lanjut dan (18) pembinaan pengobatan tradisional (19) upaya kesehatan remaja

(23)

2. Keperawatan

Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239 tahun 2001 tentang

Registrasi dan Praktik Perawat menyebutkan bahwa perawat adalah seseorang

yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, berbentuk

pelayanan bio-psiko-sosio-spritual yang komprehensif yang ditujukan kepada

individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup

seluruh proses kehidupan manusia. Henderson (Potter & Perry, 2005)

mendefenisikan keperawatan mempunyai fungsi unik yaitu membantu individu,

baik sehat maupun sakit, yang ditampilkan dengan melakukan kegiatan yang

berkaitan dengan kesehatan, penyembuhan suatu penyakit, ataupun untuk

memberikan kematian yang damai di mana klien akan dapat melakukannya tanpa

dibantu bila ia memiliki kekuatan, keinginan, dan pengetahuan yang dibutuhkan

untuk membantu klien mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin.

International Council of Nurses (ICN) dalam defenisinya tentang

keperawatan menjelaskan lingkup keperawatan sebagai berikut: keperawatan

mencakup pelayanan (care) secara mandiri dan kolaboratif yang ditujukan kepada

individu dari berbagai usia, keluarga, kelompok, dan masyarakat, baik sehat

maupun sakit di semua tatanan pelayanan kesehatan. Peran utama dari

keperawatan juga meliputi advokasi, kegiatan promotif untuk menjaga lingkungan

yang aman, penelitian, ikut serta dalam menyusun kebijakan kesehatan,

manajemen sistem kesehatan, dan pasien yang membutuhkan perawatan dan

(24)

2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Perawat kesehatan masyarakat adalah pelayanan keperawatan profesional

yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep

keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat yang mengutamakan

pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan

pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu. Pelayanan

tersebut diberikan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat melalui

proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara

optimal sehingga dapat mandiri dalam upaya kesehatannya (Depkes, 2006).

2.1.1 Tujuan Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Tujuan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah

meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah keperawatan

kesehatan masyarakat yang optimal. Fokus utama kegiatan pelayanan

keperawatan kesehatan masyarakat adalah meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan keperawatan, membimbing dan mendidik individu, keluarga,

kelompok, masyarakat untuk menanamkan pengertian, kebiasaan dan perilaku

hidup sehat sehingga mampu memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatannya.

2.1.2 Sasaran Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Sasaran keperawatan kesehatan masyarakat adalah seluruh masyarakat

termasuk individu, keluarga, kelompok, masyarakat baik yang sehat maupun

sakit. Prioritas sasaran adalah yang mempunyai masalah kesehatan terkait dengan

(25)

sarana kesehatan tetapi memerlukan tindak lanjut keperawatan di rumah (Depkes,

2006: Mubarak dan Chayatin, 2009).

Sasaran prioritas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko tinggi,

usia lanjut, penderita penyakit menular (antara lain TB Paru, Kusta, Malaria,

Demam berdarah, Diare, ISPA/Pnemonia), penderita penyakit degeneratif.

Perawat membantu individu agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya karena

adanya kelemahan fisik dan mental yang dialami, keterbatasan pengetahuan, serta

kurangnya kemauan menuju kemandirian.

Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah

kesehatan atau risiko tinggi, dengan prioritas: keluarga miskin belum kontak

dengan sarana pelayanan kesehatan dan belum mempunyai kartu sehat, keluarga

miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan mempunyai masalah

kesehatan terkait pertumbuhan dan perkembangan balita, kesehatan reproduksi,

penyakit menular, serta keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah

kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan.

Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan

terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak terikat

dalam suatu institusi. Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu

institusi antara lain: kelompok bayi, kelompok balita, kelompok anak usia

sekolah, kelompok ibu hamil, kelompok bu nifas, kelompok usia lanjut, dan

kelompok penderita penyakit tertentu. Kelompok masyarakat khusus terikat dalam

suatu institusi antara lain: sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut,

(26)

Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau mempunyai risiko

tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan, diprioritaskan pada masyarakat di

suatu wilayah (RT, RW, Kelurahan/Desa) yang mempunyai jumlah bayi

meninggal lebih tinggi dibandingkan daerah lain, jumlah penderita penyakit

tertentu lebih tinggi dibandingkan daerah lain dan cakupan pelayanan kesehatan

lebih rendah dari daerah lain. Masyarakat di daerah endemis penyakit menular,

masyarakat di lokasi pengungsian akibat bencana, masyarakat di daerah dengan

kondisi geografi sulit antara lain daerah terpencil dan daerah perbatasan.

2.2 Peran Perawat

Sebagai pelaksana keperawatan kesehatan masyarakat di Puskesmas,

perawat minimal mempunyai enam peran dan fungsi, yaitu sebagai penemu kasus

(case finder), sebagai pemberi pelayanan (care giver), sebagai pendidik/penyuluh

kesehatan (health teacher/educater), sebagai kordinator dan kolaborator, pemberi

nasehat (counseling), dan sebagai panutan (Depkes, 2006).

a) Pemberi Asuhan Keperawatan (care giver)

Pada peran ini perawat memberi pelayanan keperawatan kepada individu,

keluarga, kelompok, dan masyarakat berupa asuhan keperawatan yang utuh serta

berkesinambungan sesuai diagnosis masalah yang terjadi, mulai dari masalah

yang bersifat sederhana, sampai masalah kompleks. Peran sebagai pemberi asuhan

keperawatan dapat dilakukan dengan mempertahankan keadaan kebutuhan dasar

manusia melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses

(27)

perencanaan, pelaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan,

kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya (Mubarak dan Chayatin,

2009). Peran sebagai pelaksana (care giver) merupakan peran dalam memberikan

asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada klien

dengan pendekatan pemecahan masalah sesuai dengan metode dan proses

keperawatan. Dalam melaksanakan peran ini perawat bertindak sebagai comforter,

protector, advocate, communicator, serta rehabilitator. Sebagai comforter

perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman pada klien. Peran sebagai

protector dan advocate lebih berfokus pada kemampuan perawat melindungi dan

menjamin hak dan kewajiban klien agar terlaksana dengan seimbang dalam

memperoleh pelayanan kesehatan. Peran sebagai communicator perawat bertindak

sebagai penghubung antara klien dengan anggota kesehatan lainya. Peran ini erat

kaitannya dengan keberadaan perawat saat mendampingi klien sebagai pemberi

asuhan keperawatan selama 24 jam. Sedangkan sebagai rehabilitator, peran

perawat berhubungan erat dengan tujuan pemberian asuhan keperawatan yakni

mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan dapat berfungsi

secara optimal (Sudarma, 2008).

b) Penemu Kasus (case finder)

Perawat malaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi

pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menyangkut

masalah-masalah kesehatan dan keperawatan. Penemu kasus dapat dilaksanakan dengan

(28)

data dan dapat pula didapat secara tidak langsung yaitu pada kunjungan pasien ke

rumah sakit/ puskesmas.

c) Pendidik Kesehatan (educater)

Perawat bertindak sebagai fasilitator, membentuk lingkungan yang kondusif untuk

pembelajaran-lingkungan yang memotivasi individu untuk meningkatkan

kesehatannya, membantu mengklarifikasi informasi dan mendukung klien serta

anggota keluarga didalam upaya pencapaian kesehatan optimum. Peran ini dapat

dilakukan dalam bentuk formal maupun nonformal. Pengajaran yang dilakukan

bertujuan untuk meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatannya, gejala penyakit

bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien

setelah dilakukan pemberian pendidikan kesehatan (Bastable, 2002). Sebagai

pendidik atau penyuluh kesehatan, fungsi yang dilakukan perawat adalah sebagai

berikut mengkaji kebutuhan klien untuk menentukan kegiatan yang akan

dilakukan dalam penyuluhan atau pendidikan kesehatan. Dari hasil pengkajian

diharapkan dapat diketahui tingkat pengetahuan klien, informasi apa yang

diperlukan klien, dan apa yang ingin diketahui dari klien. Meningkatkan dan

memelihara kesehatan klien melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan.

Menyusun program penyuluhan atau pendidikan kesehatan baik untuk topik sehat

ataupun sakit seperti nutrisi, latihan, dan penyakit. Membantu klien untuk

memilih informasi kesehatan dari buku-buku, koran, TV, teman dan lainnya

(29)

d) Kordinator dan Kolaborator

Peran perawat sebagai kordinator dilaksanakan dengan mengarahkan,

merencanakan, dan mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan,

sehingga pemberian pelayanan kesehatan terarah, serta sesuai dengan kebutuhan

klien (Mubarak dan Chayatin, 2009). Perawat sebagai anggota tim kesehatan,

berkolaborasi dan mengoordinasi pelayanan keperawatan dengan aktifitas profesi

lainnya.

Peran perawat sebagai kolaborator dilaksanakan dengan cara bekerja sama dengan

tim kesehatan lain, seperti dokter, fisioterapis, ahli gizi, radiologi, laboratorium,

dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang

diperlukan, termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk

pelayanan selanjutnya untuk mempercepat proses penyembuhan klien (Mubarak

dan Chayatin, 2009). Kebanyakan perawat adalah anggota dari tim perawatan

kesehatan dan berkolaborasi dengan anggota lainnya untuk memberikan

perawatan klien yang komprehensif dan perencanaan jangka panjang. Kolaborasi

dengan pemberi perawatan kesehatan lainnya mengemban suatu hubungan

interdependen. Perawat bergantung pada keahlian para spesialis, seperti ahli terapi

pernapasan, ahli gizi atau ahli neonatus guna memberikan layanan atau memberi

bantuan dalam terapi dan perawatan klien. Anggota tim kesehatan lainnya juga

bergantung pada keahlian perawat dalam memahami faktor multipel yang

memengaruhi kesehatan klien dan dalam mengoordinasi berbagai layanan untuk

(30)

e) Pemberi Nasehat (counseling)

Peran perawat sebagai konselor dijadikan sebagai tempat bertanya oleh individu,

keluarga, kelompok, dan masyarakat untuk memecah berbagai permasalahan di

bidang kesehatan.Sebagai konselor, perawat menjelaskan kepada klien konsep

dan data-data tentang kesehatan, menilai pemahaman klien dan mengevaluasi

kemajuan dalam pembelajaran. Perawat menggunakan metode pengajaran yang

sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien, serta melibatkan sumber-sumber

yang lain, seperti keluarga (Mubarak dan Chayatin, 2009). Sebagai pelaksana

konseling keperawatan, perawat melaksanakan fungsi antara lain sebagai berikut:

membantu klien untuk mengidentifikasi masalah serta faktor-faktor yang

memengaruhi, membantu klien melakukan pemecahan masalah yang dapat

dilakukan, memberikan petunjuk kepada klien untuk mencari pendekatan

pemecahan masalah dan memilih cara pemecahan masalah yang tepat,

memberikan informasi, mendengarkan secara objektif, memberikan dukungan,

memberikan asuhan, dan menjaga kepercayaan yang diberikan klien (Efendi dan

Makhfudli, 2009).

f) Panutan (role model)

Perawat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan

kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tentang tata cara hidup

yang sehat yang dapat dicontoh oleh masyarakat (Fetaria, 2005 dalam Fauziah,

2012). Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain memberi contoh praktik

(31)

olahraga yang teratur, tidak merokok, menyediakan waktu untuk istirahat,

komunikasi efektif, dan lain-lain (Depkes, 2004) .

3. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Salah satu unsur yang penting untuk menurunkan angka kematian dan

kesakitan diantara ibu, bayi, dan anak adalah memberikan pemeliharaan dalam

waktu hamil yang cukup baik dan dimulai sedini mungkin. Upaya kesehatan ibu

dan anak adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan

pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi, dan anak balita serta

anak prasekolah. Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam Tujuan

Pembangunan Millenium (MDGs), tepatnya pada tujuan 4 dan 5 yaitu

Menurunkan Angka Kematian Anak dan Meningkatkan Kesehatan Ibu. Tujuan

umum program kesehatan Ibu dan Anak adalah tercapainya kemampuan hidup

sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan

keluarganya serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses

tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas

manusia seutuhnya.

Tujuan khusus yang ingin dicapai dari program kesehatan Ibu dan Anak

adalah meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap, dan perilaku) dalam

mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat

guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga, penyelenggaraan posyandu,

dan sebagainya. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak

(32)

balita serta di TK. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak

balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu menyusui. Meningkatnya mutu

pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui, bayi,

dan anak balita. Meningkatnya kemampuan peran serta masyarakat, keluarga, dan

seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, bayi, balita, anak

prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dalam keluarganya.

3.1 Strategi KIA

Pemberdayaan perempuan, suami, dan keluarga, melalui peningkatan

pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas, bayi dan balita,

penggunaan buku KIA, penyediaan dana, transportasi, donor darah berjalan untuk keadaan emergensi. Pemberdayaan Masyarakat, melalui penyelenggaraan

Polindes, Posyandu, Tempat Penitipan Anak (TPA). Kerjasama lintas sektor, mitra lain termasuk pemerintah daerah dan lembaga legislatif, meliputi

mendorong adanya komitmen, dukungan, peraturan, dan kontribusi pembiayaan

dari berbagai pihak terkait, peningkatan keterlibatan LSM, organisasi profesi, dan

sebagainya. Peningkatan jangkauan dan kualitas pelayanan KIA oleh tenaga

kesehatan terlatih dengan memberikan Pelayanan antenatal, pertolongan persalinan, pelayanan nifas, dan neonatal essensial, penanganan kegawatdaruratan

obstetri dan neonatal, pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan, penanganan komplikasi keguguran, Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)dan pembinaan

(33)

3.2 Kegiatan Pokok KIA

Pelayanan KIA diutamakan pada kegiatan pokok, meliputi: Peningkatan

pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua fasilitas

kesehatan, peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten

diarahkan ke fasilitas kesehatan, peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas

sesuai standar di semua fasilitas kesehatan, peningkatan pelayanan bagi seluruh

neonatus sesuai standar di semua fasilitas kesehatan ataupun melalui kunjungan

rumah, peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan

neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat, peningkatan penanganan

komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat dan pengamatan secara

terus-menerus oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, peningkatan pelayanan

kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua fasilitas kesehatan,

peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di semua

fasilitas kesehatan dan peningkatan pelayanan KB sesuai standar (Prasetyawati,

2012).

Kegiatan pokok dari Program kesehatan Ibu dan Anak adalah memeriksa

kesehatan ibu hamil, mengamati perkembangan dan pertumbuhan bayi,

balita,anak-anak, memberikan nasihat tentang makanan, memperkenalkan jenis

makanan, merujuk ibu-ibu atau anak-anak yang memerlukan pengobatan,

memberikan pertolongan persalinan dan bimbingan selama masa nifas serta

mengadakan latihan untuk dukun bersalin dan kader kesehatan Posyandu

(34)

3.3 Peran Perawat dalam KIA

Adapun gambaran pelaksanaan peran perawat dalam program Kesehatan

Ibu dan Anak (KIA) meliputi: Pemberi pelayanan kesehatan, perawat puskesmas mengumpulkan data tentang ibu dan kehamilannya melalui anamnese,

melakukan pemeriksaan fisik, membuat diagnosa keperawatan, merencanakan

tindakan, melakukan implementasi berupa pelayanan 5T yaitu timbang berat

badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan

tinggi fundus melalui pemeriksaan Leopold 1-4, pemberian vaksinasi tetanus

toxoid dan pemberian tablet tambah darah, melakukan rujukan bila ada indikasi

untuk dirujuk, kemudian perawat melakukan evaluasi. Penemu kasus, perawat puskesmas melakukan kunjungan rumah untuk mencari dan menemukan ibu

hamil. Pendidik/ penyuluhan kesehatan, perawat puskesmas menjelaskan

kepada ibu yang telah dilakukan pemeriksaan tentang hasil pemeriksaan,

perubahan-perubahan yang terjadi pada ibu, pentingnya imunisasi, pentingnya

tablet tambah darah, jenis resiko yang ditemukan, bahaya dari resiko kehamilan

yang ditemukan, alasan ibu dirujuk bila ada indikasi dirujuk, dan memberitahukan

jadwal pemeriksaan ulang. Memberikan penyuluhan tentang nutrisi, obat-obatan,

bahaya merokok, pentingnya kesehatan jiwa, olahraga, pekerjaan, senggama,

higiene, pakaian, dan perawatan payudara pada ibu hamil. Kordinator dan

kolaborator, perawat puskesmas melakukan kordinasi terhadap semua pelayanan yang diterima oleh ibu hamil dari berbagai program, dan bekerjasama dengan

keluarga dalam perencanaan pelayanan keperawatan serta sebagai penghubung

(35)

puskesmas memberikan pujian kepada ibu atas keputusannya untuk datang ke

Puskesmas, menyediakan informasi-informasi tentang ibu hamil, ibu bersalin, ibu

menyusui, bayi dan balita, serta anak prasekolah, mendengarkan keluhan,

memberikan dukungan, membantu ibu untuk menggali dan mengetahui

permasalahan, serta memilih pemecahan masalah yang dapat dikerjakan. Panutan

(Role Model), perawat puskesmas menunjukkan perilaku sehari-hari yang dapat

dicontoh oleh ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, dan balita, serta anak

prasekolah misalnya tidak merokok, istirahat yang cukup, menjaga berat badan,

(36)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konsep

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Peran Perawat dalam

upaya peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas Sigalingging,

Puskesmas Sitinjo, dan Puskesmas Sumbul, Kabupaten Dairi.

Kesehatan Ibu dan Anak merupakan salah satu program pokok pelayanan

kesehatan di puskesmas. Program KIA bertujuan untuk menurunkan angka

kesakitan ibu dan kematian bayi. Kesehatan ibu dan anak menjadi target dalam

tujuan Pembangunan Millenium (MDGs), tepatnya pada tujuan 4 dan tujuan 5

yaitu menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu.

(Prasetyawati, 2012).

Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di puskesmas memiliki

berbagai peran. Pelaksana utama kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat

adalah semua perawat fungsional di puskesmas. Sebagai pelaksana keperawatan

kesehatan masyarakat di puskesmas, perawat minimal mempunyai enam peran

yaitu sebagai pemberi pelayanan, sebagai pendidik/penyuluh kesehatan, sebagai

penemu kasus, sebagai kordinator dan konselor, pemberi nasehat, dan sebagai

panutan (Depkes, 2006).

Peran perawat dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak adalah

dengan melakukan kunjungan rumah kasus KIA, pelayanan antenatal, pelayanan

(37)

Gambaran pelaksanaan peran perawat puskesmas dapat dinilai berdasarkan

kategori penilaian terlaksana sepenuhnya dan terlaksanan sebagian.

Berdasarkan landasan teoritis yang telah diuraikan dalam tinjauan pustaka,

maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Skema 1 Kerangka Konseptual Peran Perawat dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi.

Peran perawat:

- Pemberi asuhan

keperawatan

- Pendidik - Penemu kasus

- Kordinator/kolaborator - Konselor

- Panutan/ role model

Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak

Kategori:

(38)

2. Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur

Peran

kepada ibu hamil, ibu

melahirkan, ibu nifas,bayi,

balita, dan anak berupa

asuhan keperawatan yang

kepada ibu dan keluarga,

baik di rumah, puskesmas,

dan masyarakat tentang

penyakit, pengobatan dan

perawatan yang dilakukan

3. Penemu Kasus: Perawat

(39)

Tabel 1 (Lanjutan)

Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur

Peran perawat

mengidentifikasi, dan

menemukan kasus yang

akan ditangani dalam

pelayanan KIA di

puskesmas

4. Kordinator: Peran

perawat dalam penataan dan

koordinasi dengan pihak

terkait dalam setiap kegiatan

atau tindakan pengobatan

maupun perawatan yang di

berikan kepada ibu dan

anak.

Kolaborasi: bekerja sama

dengan tim kesehatan lain

untuk mempercepat proses

penyembuhan klien

5. Konselor:

Peran perawat untuk

memberikan dukungan

(40)

Tabel 1 (Lanjutan)

Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur

Peran perawat

kepada ibu dan keluarga

tentang masalah kesehatan

yang dihadapi

6. Panutan/ role model:

peran perawat dalam

memberikan contoh yang

baik dalam bidang

kesehatan kepada ibu dan

(41)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yang bertujuan

untuk mengidentifikasi gambaran peran perawat dalam upaya peningkatan

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo dan Sumbul

Kabupaten Dairi.

2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah para perawat yang bekerja di

beberapa Puskesmas Kabupaten Dairi yang terdiri dari 3 puskesmas yaitu

Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul yang berjumlah 32 orang.

2.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini ditetapkan berdasarkan rumusan tertentu, penetapan

jumlah sampel didasarkan pada rumusan Arikunto (2006) yaitu seluruh sampel

dijadikan sebagai subjek penelitian apabila total sampel kurang dari 100. Jumlah

sampel dalam penelitian ini adalah 32 orang yang terdiri dari perawat Puskesmas

Sigalingging 16 orang, perawat Puskesmas Sitinjo 6 orang, dan perawat

Puskesmas Sumbul 10 orang. Adapun kriteria sampel penelitian adalah subjek

yang bersedia menjadi responden penelitian ini serta responden merupakan

(42)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di tiga puskesmas Kabupaten Dairi yaitu Puskesmas

Sigalingging, Puskesmas Sitinjo, dan Puskesmas Sumbul, yang dilaksanakan pada

bulan Juli sampai Agustus 2013. Adapun pertimbangan pemilihan Puskesmas

tersebut adalah wilayah ini belum pernah dilakukan penelitian tentang Peran

Perawat dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Selanjutnya

diketahui bahwa lokasi Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul yang

strategis dan mudah dijangkau.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini mempertimbangkan tiga aspek penting terkait dengan etik

yaitu Informed Consent, Anonimity dan Confidentiality. Secara administrasi

diawali dari izin atau persetujuan dari institusi pendidikan Fakultas Keperawatan

USU, dilanjutkan dengan mengajukan surat permohonan penelitian kepada

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi. Setelah mendapat persetujuan dari

Dinas kesehatan Kabupaten Dairi, diteruskan kepada Kepala Puskesmas

Sigalingging, Sitinjo dan Sumbul. Penelitian selanjutnya merekrut calon

responden yang memenuhi kriteria penelitian. Responden yang telah terpilih

diberi penjelasan tentang maksud, tujuan, prosedur penelitian yang dilakukan

kepada responden yang telah dipilih. Kemudian peneliti menanyakan kepada

responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Jika responden bersedia untuk berpartipasi dalam penelitian ini maka

(43)

Bila responden tidak bersedia menandatangani Informed Consent dia dapat

menyampaikan persetujuannya secara lisan. Tetapi apabila responden menolak

untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, peneliti ini tidak memaksa dan tetap

menghormati hak responden. Peneliti memberi kuesioner kepada responden.

Dalam menjaga kerahasiaan identitas responden, maka peneliti tidak

mencantumkan nama (Anonimity), tetapi hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data. Peneliti menjamin kerahasiaan (Confidentiality) responden

dan data-data responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan hanya

data-data tertentu saja yang akan disajikan sebagai hasil penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

disusun oleh peneliti dengan berpedoman dari tinjauan pustaka dan kerangka

konsep. Kuesioner penelitian terdiri dari dua bagian yaitu, Kuesioner Data

Demografi (KDD) dan Kuesioner Peran Perawat (KPP).

Kuesioner Data Demografi (KDD) yang meliputi: umur, jenis kelamin,

pendidikan, dan lama bekerja. Kuesioner bagian kedua adalah Kuesioner Peran

Perawat (KPP) dalam upaya peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak yang meliputi

peran perawat dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak meliputi pemberi

asuhan keperawatan, penemu kasus, pendidik/ penyuluhan kesehatan, kordinator

dan kolaborator, konselor dan panutan.

Kuesioner Peran Perawat (KPP) terdiri dari 24 pernyataan yaitu 4

(44)

penemu kasus (9-12), kordinator dan kolaborator (13-16), konselor (17-20), dan

role model (21-24).

Penilaian menggunakan skala Likert dan pilihan jawaban dengan rentang

skala 1-4 yaitu tidak pernah (skor 1), kadang-kadang (skor 2), sering (skor 3), dan

selalu (skor 4) dengan skor terendah 24 dan tertinggi 96.

Kategori peran perawat dibuat berdasarkan rumus:

P =Rentang Nilai Tertinggi−Rentang Kelas Terendah

�����������

Maka nilai

P =

96−24 2

=

36

Nilai P merupakan panjang kelas dengan rentang nilai tertinggi dikurangi

nilai terendah, sehingga didapat panjang kelas sebesar 36. Berdasarkan rumusan

statistika tersebut maka pelaksanaan peran perawat dalam upaya peningkatan

kesehatan ibu dan anak di Puskemas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten

Dairi dimasukkan dalam 2 kategori yaitu:

1. Terlaksana sepenuhnya = 60-96

2. Terlaksana sebagian = 24-59

6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Instrumen dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang diinginkan dan

dapat menggunakan data variabel yang diteliti secara tepat. Instrumen penelitian

ini disusun sendiri oleh peneliti sehingga perlu dilakukan uji validitas dan

reliabilitas untuk mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat ukur dalam

(45)

Penelitian ini menggunakan validitas logis (Arikunto, 2007) dimana

instrumen penelitian dianalisis oleh seorang dosen yang ahli dan berkompeten

dibidang Keperawatan Maternitas Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara. Berdasarkan uji validitas tersebut, kuesioner disusun kembali dengan

bahasa yang lebih efektif dan dengan item-item pertanyaan yang mengukur

sasaran sesuai dengan teori atau konsep.

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena istrumen

tersebut sudah baik. Dalam penelitian ini uji reliabilitas suatu item pertanyaan

dengan menggunakan rumus cronbarch’s alpha yang dilakukan pada 10 perawat

Puskesmas Batang Beruh dengan nilai cronbarch’s alpha 0,919, dengan demikian

instrumen dinyatakan reliabel.

7. Pengumpulan Data

Tahap awal prosedur pengumpulan data pada penelitian ini adalah

mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian pada institusi Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian surat permohonan izin yang

diperoleh diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi, setelah

mendapat izin penelitian dari Kepala Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan

Sumbul, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian. Peneliti mencari

responden yang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan dalam penelitian.

Responden diberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat, dan kerahasiaan

(46)

dalam penelitian diberikan surat persetujuan penelitian yang harus ditandatangani

secara sadar dan tanpa paksaan. Selanjutnya responden diminta untuk mengisi

kuesioner. Peneliti mendampingi responden selama pengisian kuesioner untuk

memudahkan responden apabila ada pertanyaan yang kurang dimengerti. Setelah

responden selesai mengisi kuesioner, peneliti memeriksa kembali kelengkapan

jawaban responden, apabila ada yang tidak lengkap maka peneliti meminta

responden untuk melengkapinya saat itu juga. Selanjutnya data yang diperoleh,

dikumpulkan dan dianalisa.

8. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka analisa dilakukan melalui empat

tahapan yaitu dimulai dengan editing untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh dan dikumpulkan. Data diedit untuk mengevaluasi kelengkapan

pengisian kuesioner, kemudian coding (memberi kode data) untuk memberikan

kode numerik terhadap data yang terdiri atas beberapa kategorik. Pemberian kode

data dilakukan untuk mempermudah pada saat analisis data dan mempercepat

pada pemasukan data. Kemudian memasukkan data (data entry), data yang

terkumpul kemudian dimasukkan ke dalam komputer atau distribusi frekuensi

sederhana untuk diolah dan dianalisis. Proses terakhir adalah cleaning, yaitu

merupakan proses pembersihan data, langkah ini merupakan pengecekan kembali

(47)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai Peran Perawat dalam

Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo,

dan Sumbul Kabupaten Dairi yang telah dilaksanakan pada tanggal 22 Juli 2013 –

31 Agustus 2013 kepada 32 responden.

Hasil penelitian dibagi atas dua bagian, yaitu data demografi dan peran

perawat dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak. Peran perawat dalam

upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak dibagi menjadi enam bagian yaitu

peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, pendidik, penemu kasus,

kordinator/kolaborator, konselor, dan panutan/role model.

1.1 Karakteristik Demografi Responden

Pada tabel 2 dapat dilihat data hasil penelitian tentang karakteristik

demografi terhadap 32 orang responden yang meliputi data usia, jenis kelamin,

pendidikan, dan lama bekerja. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa

mayoritas responden berusia 20-39 tahun (75%) dengan jenis kelamin umumnya

adalah perempuan (81%), jenjang pendidikan mayoritas responden berpendidikan

(48)

Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Responden di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi (n=32)

Data Demografi Frekuensi Persentase (%)

(49)

1.2 Peran Perawat dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak Dari data hasil penelitian pada tabel 3 menunjukkan bahwa berdasarkan

kategori peran perawat dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak

umumnya menyatakan peran perawat terlaksana sepenuhnya (78%) dan terlaksana

sebagian (22%).

Tabel 3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Peran Perawat dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi (n=32)

Peran perawat Frekuensi Persentase (%)

Terlaksana sepenuhnya 25 78

Terlaksana sebagian 7 22

1.2.1 Peran Perawat dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak sesuai Peran Perawat

Pada tabel 4 dapat dilihat data hasil penelitian tentang peran perawat

dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak sesuai peran perawat yang

meliputi peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, pendidik, kordinator

dan kolaborator, konselor, dan model peran. Berdasarkan hasil penelitian yang

terlaksana sepenuhnya berdasarkan peran perawat sebagai pemberi asuhan

keperawatan (97%), pendidik (94%), kordinator dan kolaborator (78%), konselor

(72%), dan model peran (97%). Peran perawat yang terlaksana sebagian adalah

(50)

Tabel 4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Peran Perawat dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak sesuai dengan masing-masing Peran Perawat di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi (n=32)

Peran perawat Frekuensi Persentase (%)

Pemberi Asuhan Keperawatan Role Model/ Panutan

(51)

Tabel 5 Distribusi Frekuensi dari Setiap Pernyataan Peran Perawat dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak untuk Masing-masing Peran Perawat di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi (n=32)

Melakukan pemeriksaan fisik

Bersikap ramah dalam memberikan

pelayanan keperawatan Memberikan pelayanan keperawatan

yang bertanggung jawab

14 (44)

Menjelaskan prosedur pengobatan dan perawatan yang diberikan Menjelaskan hal-hal yang perlu

dihindari dari masalah kesehatan

Memberikan penyuluhan nutrisi obat-obatan, perubahan psikologis

ibu hamil, olahraga dan perawatan

payudara

Menjelaskan pentingnya

pemeriksaan ibu selama masa kehamilan

Melakukan kunjungan rumah Melakukan pemeriksaan fisik

(52)

untuk seluruh anggota keluarga Menemukan masalah yang dialami

ibu/anak

Hanya menanyakan keadaan ibu/anak

Bekerja sama dengan tim kesehatan

lain dalam memberikan asuhan keperawatanyang menyeluruh Melibatkan keluarga dalam

pemberian tindakan

Mendengarkan keluhan ibu/anak tentang masalah yang dihadapi Berdiskusi dengan keluarga tentang

hal-hal yang dibutuhkan ibu/anak

Turut serta memilih pemecahan

(53)

Bekerja sama dengan keluarga dalam perencanaan pelayanan keperawatan

Role Model/ Panutan

Memiliki kebiasaan hidup sehat

Memotivasi ibu/anak untuk menjaga

kesehatan

Dapat dijadikan contoh dalam Perilaku Hidup Bersih Sehat Menjelaskan cara mencegah

2. Pembahasan Penelitian

2.1 Peran Perawat dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 responden, (78%) peran

perawat dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak terlaksana sepenuhnya,

sedangkan peran perawat terlaksana sebagian sebanyak (22%). Mayoritas peran

perawat dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak terlaksana sepenuhnya,

hasil ini sesuai dengan penelitian Simangunsong (2009) bahwa sebagian besar

perawat (73,33%) melakukan perannya dalam pencegahan dampak hospitalisasi

pada anak dengan baik. Peran perawat terlaksana sepenuhnya dapat dipengaruhi

oleh karakteristik demografi responden dimana data yang diperoleh menunjukkan

bahwa mayoritas responden yang ada di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan

Sumbul adalah berusia 20-39 tahun yaitu sebanyak (75%), usia tersebut

merupakan usia yang produktif, masa memasuki dunia kerja, masa mencapai

puncak prestasi dengan penuh semangat, penuh idealisme, dan bekerja keras

(54)

yang baik (Dariyo, 2004). Karakteristik selanjutnya adalah pendidikan. Mayoritas

responden berpendidikan D-III Keperawatan (68%). Notoadmodjo (2010)

berpendapat bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang menjadi dasar

untuk melaksanakan tindakan, dengan pendidikan minimal D-III Keperawatan

dapat mengindikasikan bahwa perawat tersebut memiliki pemahaman tentang

program Kesehatan Ibu dan Anak sehingga dapat melakukan perannya dengan

baik. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa umumnya responden memiliki

masa kerja diatas empat tahun (56%). Masa kerja dapat dikaitkan dengan

pengalaman, semakin lama masa kerja seseorang semakin terampil melakukan

tugasnya (Ratnasari, 2012).

Sementara itu, dari hasil penelitian sebagian responden (22%) melakukan

perannya dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak dengan kategori

terlaksana sebagian. Hal ini menunjukkan bahwa perawat telah melakukan

perannya dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak namun belum optimal.

Hasil yang sama juga terdapat dalam penelitian Sianturi (2007) dimana peran dan

fungsi perawat dalam pelaksanaan program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah

Tinggi Binjai tidak terlaksana (79%). Hal ini disebabkan karena kurangnya

kesempatan untuk mengikuti pelatihan, serta ketidakjelasan uraian tugas yang

menyebabkan perawat di puskesmas belum dapat meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat (Suparmanto, 2007 dalam Sianturi, 2007).

Upaya keperawatan kesehatan masyarakat adalah pelayanan profesional

yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan di puskesmas yang dilaksanakan

(55)

Puskesmas, perawat minimal mempunyai enam peran dan fungsi, yaitu sebagai

penemu kasus (case finder), sebagai pemberi pelayanan (care giver), sebagai

pendidik/penyuluh kesehatan (health teacher/educater), sebagai kordinator dan

kolaborator, pemberi nasehat (counseling), dan sebagai panutan (Depkes, 2006).

Agar dapat melaksanakan perannya maka perawat diharapkan untuk

meningkatkan pengetahuan dan mengikuti pelatihan untuk meningkatkan

keterampilan diri sehingga dapat meningkatkan penerapan peran perawat dan

memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas.

2.1.1 Peran Perawat sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi

Pada hasil penelitian menunjukkan peran perawat sebagai pemberi asuhan

keperawatan dengan kategori terlaksana sepenuhnya sebanyak (97%), diketahui

bahwa (44%) responden merespon bahwa mereka selalu melakukan anamnese

untuk mengumpulkan data, hal ini sesuai dengan pendapat Sumijatun (2010) yang

mengemukakan bahwa anamnese adalah alat utama dalam pengkajian awal pasien

dan merupakan proses yang kontinu untuk memperoleh informasi yang diperlukan

untuk asuhan keperawatan. Hal ini menunjukkan bahwa perawat telah memahami

dan mampu berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan. Perawat puskesmas

mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan keperawatan dalam bentuk

asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat

(Kepmenpan, 2001).

Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan

(56)

menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi melakukan

pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan informasi yang benar,

nenegakkan diagnosis berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi

keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul, melaksanakan

tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada, dan melakukan evaluasi

berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan

(Kusnanto, 2004).

2.1.2 Peran Perawat sebagai Pendidik dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa (50%) perawat selalu menjelaskan

prosedur pengobatan dan perawatan yang diberikan kepada ibu/anak, (47%)

menjawab selalu menjelaskan hal-hal yang perlu dihindari dari masalah kesehatan

yang dialami, (41%) perawat selalu memberikan penyuluhan tentang nutrisi,

obat-obatan, perubahan psikologis ibu hamil, merokok, olahraga, dan perawatan ibu

hamil, dan sebanyak (59%) perawat selalu menjelaskan pentingnya pemeriksaan

ibu selama masa hamil. Hal ini sesuai dengan penelitian Winarsih (2006) dalam

Sianturi (2007) yang menjabarkan bahwa pendidikan kesehatan yang diberikan

oleh perawat mampu mengatasi keluhan hamil pada ibu-ibu hamil. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa peran perawat sebagai pendidik kesehatan

terlaksana sepenuhnya (94%). Pendapat ini sesuai dengan kebijakan Depkes RI

(2006) bahwa disebutkan salah satu peran perawat komunitas adalah sebagai

(57)

individu, keluarga, kelompok, cara hidup sehat, hasil ini seiring dengan pendapat

Bastable (2002) yang menyatakan bahwa petugas kesehatan memberikan

pendidikan kesehatan untuk meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan pasien,

gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan

perilaku dari pasien dan berdasarkan pendapat Sofiana (2004) yang menyatakan

bahwa peran perawat sebagai pendidik harus bisa memberikan pengetahuan

tentang kesehatan kepada keluarga untuk menciptakan lingkungan yang tenang

dan nyaman akan pentingnya hidup dalam taraf kesehatan tertentu.

2.1.3 Peran Perawat sebagai Penemu Kasus dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi

Dari hasil distribusi frekuensi dan persentase peran perawat dalam upaya

peningkatan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Kabupaten Dairi diperoleh

bahwa tidak dilakukan kunjungan rumah (75%), tidak dilakukan pemeriksaan

fisik untuk seluruh anggota keluarga (62%), dan tidak ditemukan masalah yang

dialami ibu/anak (78%). Hal ini menunjukkan bahwa peran perawat sebagai

penemu kasus terlaksana sebagian (72%) dan perlu dioptimalkan. Hasil yang

sama juga terdapat dalam penelitian Sianturi (2007) dimana peran dan fungsi

perawat sebagai penemu kasus dalam pelaksanaan program Ante Natal Care di

Puskesmas Tanah Tinggi Binjai diperoleh bahwa mayoritas (98%) perawat tidak

melakukan kunjungan rumah, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam peraturan

tentang beban kerja, maka hal ini dapat terjadi karena minimnya tenaga perawat,

belum optimalnya kemauan dari perawat, dan keterbatasan dana operasional

Gambar

Tabel 1 (Lanjutan)
Tabel 1 (Lanjutan)
Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Responden di
Tabel 3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Peran Perawat dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi (n=32)

Referensi

Dokumen terkait

Purification and Characterization of an Extracellular Lipase from a Thermophilic Rhizopus oryzae Strain Isolated from Palm Fruit.. Biosynthetic Mechanism of Low

Kabupaten Soppeng termasuk salah satu sentra produksi tanaman pangan di Sulawesi Selatan khususnya padi, kedelai, jagung dan kacang tanah. Selain padi dan

Akan tetapi perumusan kebijakan Pedoman Pembangunan dan penataan menara telekomunikasi dalam PERDA No 2 Tahun 2013 ini tidak sesuai dengan tuntutan dari masyarakat yang

Dengan dibuatnya game edukasi berbasis Android disertai animasi, gambar dan suara yang didalamnya terdapat pembelajaran mengenal warna, binatang, buah, dan kendaraan

Rumah Sakit sebagai institusi tempat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan tujuan penyembuhan penyakit serta terhindar dari kematian dan kecacatan, dalam

Merawat tali pusat adalah kegiatan yang merawat tali pusat dengan benar untuk mencegah infeksi pada tali pusat bayi baru lahir sampai tali pusatnya lepas..   Cara

• Pemeriksaan slit lamp pada pasien yang kooperatif bisa menunjukkan kelainan yang berhubungan dengan seperti defek transiluminasi iris (red reflex gelap karena

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada pengawasan, yang akan mengarahkan para karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan