PERAN PERAWAT DALAM UPAYA PENINGKATAN
KESEHATAN IBU DAN ANAK
DI PUSKESMAS SIGALINGGING,
SITINJO, DAN SUMBUL
KABUPATEN DAIRI
SKRIPSI
Oleh
Theodora Sembiring 121121040
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran
Perawat dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas
Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi”.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi
ini, sebagai berikut:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara,
2. Ibu Erniyati, S.Kp., MNS selaku pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara,
3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp., MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan dosen pembimbing skripsi
penulis yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini,
4. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp., MNS selaku Pembantu Dekan III
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara,
5. Bapak Iwan Rusdi, SKp., MNS selaku Dosen Penguji I yang telah
memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini,
6. Ibu Lufthiani, S.Kep.Ns., M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah
7. Teristimewa kepada orangtua penulis, Makmur Sembiring dan Perobahen Br
Bangun yang selalu memberikan bantuan dukungan material dan moral, tanpa
mereka penulis tidak akan mampu mengerjakan skripsi ini dengan baik,
8. Andreas Sembiring dan Ribka Sembiring selaku adik-adik penulis yang selalu
mendoakan dan memberi semangat kepada penulis,
9. Teman-teman kelas B angkatan 2012 yang saling memberikan dukungan dan
berjuang bersama dalam pengerjaan skripsi, dan
10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun sangat
membantu dalam proses penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan profesi
keperawatan.
Medan, Februari 2014
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... ... i
Halaman Pengesahan ... ii
Halaman Pernyataan ... iii
Prakata ... iv
2.1 Keperawat Kesehatan Masyarakat ... ... 11
4. Pertimbangan Etik ... ... 29
1.1 Karakteristik Demografi Responden ... ... 34
1.2 Peran Perawat dalam upaya peningkatan KIA ... ... 36
2. Pembahasan penelitian... ... 40
2.1 Peran Perawat dalam Upaya Peningkatan KIA ... ... 40
2.1.1 Pemberi Asuhan Keperawatan ... .. . 42
1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent) 2. Instrumen penelitian
3. Surat Survey awal 4. Surat Reliabilitas 5. Surat Penelitian 6. Daftar riwayat hidup
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Defenisi Operasional Penelitian ... .... 25 Tabel 2 Distribusi frekuensi dan persentase data demografi responden
di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi (n=32) ... .... 35 Tabel 3 Distribusi frekuensi dan persentase peran perawat dalam
Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi
(n=32) ... .... 36 Tabel 4 Distribusi frekuensi dan persentase Peran Perawat dalam upaya
Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak untuk masing-masing peran perawat di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul
Kabupaten Dairi (n=32) ... .... 37 Tabel 5 Distribusi frekuensi dan persentase dari setiap pernyataan Peran
DAFTAR SKEMA
Skema 1 Kerangka Konseptual Peran Perawat dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi
Judul : Peran Perawat dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi
Nama : Theodora Sembiring
Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Tahun Akademik : 2012/2013
Abstrak
Tingginya angka kematian dan kesakitan ibu dan kematian bayi di Indonesia menjadi perhatian pemerintah dan WHO. Salah satu faktor tingginya angka kematian ibu di Indonesia adalah disebabkan karena masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Puskesmas sebagai pemberi pelayanan kesehatan terdekat bagi masyarakat berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan berbagai upaya, antara lain optimalisasi peran petugas kesehatan. Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di puskesmas memiliki berbagai peran. Enam peran yang wajib dijalankan perawat yaitu: pemberi asuhan keperawatan, penemu kasus, pendidik, kordinator dan kolaborator, konselor dan sebagai panutan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran peran perawat dalam upaya peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak di beberapa Puskesmas Kabupaten Dairi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul berjumlah 32 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas perawat yang ada di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul berusia 20-39 tahun (75%), dengan jenis kelamin perempuan (81%), pendidikan diploma (68%), dan lama bekerja diatas 4 tahun (56%). Berdasarkan hasil penelitian peran perawat dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas tersebut terlaksana sepenuhnya (78%) dan terlaksana sebagian (22%). Oleh karena itu penerapan peran perawat dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak sebaiknya ditingkatkan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
Title : The Role of Nurses in Improving Maternal and Child Health in Health Centers of Sigalingging, Sitinjo, and Sumbul Dairi District Name : Theodora Sembiring
Programme : Faculty of Nursing Year : 2012/2013
Abstract
The high maternal mortality and pain and infant mortality in Indonesia to the attention of governments and the WHO. One factor of the high maternal mortality rate in Indonesia is due to the help of health workers still in low levels. Health centers as providers of health services for the people nearby trying to improve the quality of service with a variety of efforts, include optimizing the role of health workers. Nurses as one of the health workers in health centers have a variety of roles. Six roles that must be played by the nurse are: nursing care provider, the inventor of the case, educators, coordinators and collaborators, counselors and as a role model. This research is a descriptive research that aims to identify the description of the role of nurses in improving maternal and child health in several health centers in Dairi District. The population of this research was all nurses working in health centers of Sigalingging, Sitinjo and Sumbul as many as 32 people. The results of this study indicate that the majority of nurses in health centers of Sigalingging, Sitinjo and Sumbul aged 20-39 years (75%), with female sex (81%), education diploma (68%), and work over 4 years old (56% ). Based on the results of the research the role of nurses in improving maternal and child health in those health centers is fully implemented (78%) and implemented in part (22%). Therefore, the application of the role of nurses in improving maternal and child health should be enhanced to improve maternal and child health.
Judul : Peran Perawat dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi
Nama : Theodora Sembiring
Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Tahun Akademik : 2012/2013
Abstrak
Tingginya angka kematian dan kesakitan ibu dan kematian bayi di Indonesia menjadi perhatian pemerintah dan WHO. Salah satu faktor tingginya angka kematian ibu di Indonesia adalah disebabkan karena masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Puskesmas sebagai pemberi pelayanan kesehatan terdekat bagi masyarakat berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan berbagai upaya, antara lain optimalisasi peran petugas kesehatan. Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di puskesmas memiliki berbagai peran. Enam peran yang wajib dijalankan perawat yaitu: pemberi asuhan keperawatan, penemu kasus, pendidik, kordinator dan kolaborator, konselor dan sebagai panutan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran peran perawat dalam upaya peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak di beberapa Puskesmas Kabupaten Dairi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul berjumlah 32 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas perawat yang ada di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul berusia 20-39 tahun (75%), dengan jenis kelamin perempuan (81%), pendidikan diploma (68%), dan lama bekerja diatas 4 tahun (56%). Berdasarkan hasil penelitian peran perawat dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas tersebut terlaksana sepenuhnya (78%) dan terlaksana sebagian (22%). Oleh karena itu penerapan peran perawat dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak sebaiknya ditingkatkan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
Title : The Role of Nurses in Improving Maternal and Child Health in Health Centers of Sigalingging, Sitinjo, and Sumbul Dairi District Name : Theodora Sembiring
Programme : Faculty of Nursing Year : 2012/2013
Abstract
The high maternal mortality and pain and infant mortality in Indonesia to the attention of governments and the WHO. One factor of the high maternal mortality rate in Indonesia is due to the help of health workers still in low levels. Health centers as providers of health services for the people nearby trying to improve the quality of service with a variety of efforts, include optimizing the role of health workers. Nurses as one of the health workers in health centers have a variety of roles. Six roles that must be played by the nurse are: nursing care provider, the inventor of the case, educators, coordinators and collaborators, counselors and as a role model. This research is a descriptive research that aims to identify the description of the role of nurses in improving maternal and child health in several health centers in Dairi District. The population of this research was all nurses working in health centers of Sigalingging, Sitinjo and Sumbul as many as 32 people. The results of this study indicate that the majority of nurses in health centers of Sigalingging, Sitinjo and Sumbul aged 20-39 years (75%), with female sex (81%), education diploma (68%), and work over 4 years old (56% ). Based on the results of the research the role of nurses in improving maternal and child health in those health centers is fully implemented (78%) and implemented in part (22%). Therefore, the application of the role of nurses in improving maternal and child health should be enhanced to improve maternal and child health.
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan yang paling dasar
dan terdepan dalam mewujudkan komitmen peningkatan mutu pelayanan
kesehatan. Melalui program pelayanan puskesmas, diharapkan akan tercapai
masyarakat yang mandiri menuju sehat sesuai dengan visi Departemen Kesehatan.
Program puskesmas terdiri dari program kesehatan dasar yaitu Program Promosi
Kesehatan, Program Kesehatan Ibu dan Anak, Program keluarga Berencana,
Program Pemberantasan Penyakit Menular, Program Peningkatan Gizi, Program
Kesehatan Lingkungan, Program Pengobatan, dan program kesehatan
pengembangan yaitu Program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, program
Laboratorium, Program Kesehatan Sekolah, Program Perawatan Kesehatan
Masyarakat, Program Kesehatan Jiwa, dan Program Kesehatan Gigi (Mubarak,
2009).
Salah satu program pokok pelayanan kesehatan di puskesmas adalah
pelayanan kesehatan ibu dan anak. Pelayanan KIA yaitu program pelayanan
kesehatan di Puskesmas yang ditujuhkan untuk memberikan pelayanan kepada
PUS (Pasangan Usia Subur) untuk berpartisipasi sebagai peserta KB, pelayanan
ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi dan balita. (Konas, 2003; WHO,
2002).
Tingginya angka kematian dan kesakitan ibu dan kematian bayi di
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 mencatat AKI di Indonesia mencapai
228 per 100.000 kelahiran hidup. Bahkan WHO, UNICEF, dan World Bank
memperkirakan angka kematian ibu yang lebih tinggi, yaitu 420 per 100.000
kelahiran hidup (Trisnantoro, 2011).
Angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32 kematian per 1.000
kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per 1.000 kelahiran
hidup. Sama dengan pola SDKI 2007, lebih dari tiga perempat dari semua
kematian balita terjadi dalam tahun pertama kehidupan anak dan mayoritas
kematian bayi terjadi pada periode neonatus.
Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena
masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen
Kesehatan menetapkan target 90 persen persalinan ditolong oleh tenaga medis
pada tahun 2010. Perbandingan dengan hasil survei SDKI bahwa persalinan yang
ditolong oleh tenaga medis profesional meningkat dari 66 persen dalam SDKI
2002-2003 menjadi 73 persen dalam SDKI 2007. Selain itu, tingginya angka
kesakitan dan kematian bayi disebabkan oleh fasilitas dan infrastruktur yang
belum memadai, akses yang belum merata, dan SDM yang terkait dengan
pelayanan ibu belum merata distribusinya, kompetensi belum seperti yang
diharapkan, dan kerjasama antar SDM yang terkait belum terkordinir dengan baik
(Ernilia, 2010).
Puskesmas sebagai pemberi pelayanan kesehatan terdekat bagi masyarakat
berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan berbagai upaya,
lain peningkatan kualitas pelayanan, peningkatan kompetensi petugas, dan
peningkatan sarana-prasarana (Handayaningsih, 2008). Salah satunya adalah
dengan optimalisasi peran perawat. Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di
puskesmas memiliki berbagai peran. Kementerian kesehatan Indonesia
menyebutkan idealnya terdapat 12 peran perawat puskesmas. Keterbatasan
pengetahuan dan pendidikan yang masih rendah membuat pemerintah hanya
menetapkan enam peran yang wajib dijalankan perawat puskesmas yaitu: pemberi
asuhan keperawatan, penemu kasus, pendidik kesehatan, kordinator dan
kolaborator, konselor, dan sebagai panutan. Peranan perawat dalam unit KIA-KB
yaitu melakukan kunjungan rumah kasus KIA-KB, pelayanan antenatal, dan
membina/ membimbing kader dalam KIA-KB (Depkes, 2006).
Penelitian yang dilakukan oleh Fauziah (2012) memperlihatkan bahwa
persepsi masyarakat cenderung positif terhadap masing-masing peran perawat
dengan jumlah persepsi positif tertinggi terdapat pada peran sebagai panutan, dan
persepsi positif terendah pada peran sebagai konselor. Penelitian lain oleh Sianturi
(2007) terhadap 53 perawat yang bekerja di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai
menunjukkan bahwa peran perawat dalam pelaksanaan Program Ante Natal Care
di Puskesmas dikategorikan tidak terlaksana, yang terlaksana dengan baik hanya
peran dan fungsi perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu diteliti bagaimana peran perawat
dalam upaya peningkatan kesehatan Ibu dan Anak di beberapa Puskesmas
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang tersebut, maka penting
diidentifikasi masalah tentang peran perawat dalam upaya peningkatan kesehatan ibu
dan anak di beberapa Puskesmas Kabupaten Dairi.
3. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peran perawat
dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak di beberapa Puskesmas Kabupaten
Dairi.
4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
4.1 Bagi Puskesmas
Hasil penelitian merupakan gambaran peran perawat tentang sejauh mana mereka
menjalankan peran dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak, sehingga
hai ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan bagi puskesmas untuk
mengevaluasi dan meningkatkan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada
masyarakat.
4.2 Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini merupakan fakta yang memberikan masukan bagi para
perawat khususnya yang bertugas di Puskesmas sehingga mereka dapat
menjalankan tugas sesuai dengan perannya dalam upaya peningkatan kualitas
4.3 Bagi Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi tambahan mengenai peran
perawat puskesmas, yang bermanfaat dalam pembelajaran mahasiswa
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Puskesmas
1.1 Pengertian Puskesmas
Pusat kesehatan masyarakat adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung
jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.
Pelayanan kesehatan masyarakat yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan
kesehatan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan),
preventif (upaya pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), dan rehabilitatif
(pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk,
dengan tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak pembuahan
dalam kandungan sampai tutup usia. Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan
kesehatan dalam mewujudkan komitmen peningkatan mutu pelayanan kesehatan
memerlukan acuan pelaksana jaminan mutu. Penerapan metode ini diharapkan
dapat meningkatkan kualitas tenaga kesehatan dalam upaya memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu (Depkes, 2004).
1.2 Visi dan Misi Puskesmas
Visi puskesmas adalah tercapainya Kecamatan sehat menuju terwujudnya
dicapai melalui pembangunan pusat kesehatan masyarakat adalah masyarakat
hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, dan
memiliki derajat kesehatan yang setingi-tingginya di seluruh wilayah Republik
Indonesia. Indikator kecamatan sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator
utama yakni lingkungan sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu,
derajat kesehatan penduduk serta perilaku sehat, perilaku masyarakat Indonesia
Sehat yang diharapkan adalah bersifat proaktif untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan; mencegah risiko terjadiya penyakit; melindungi diri dari
ancaman sakit; dan berpartisifasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas yaitu
mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut
adalah menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya,
memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan, memelihara dan meningkatkan kesehatan
perorangan, keluarga, dan masyarakat beserta lingkungannya.
1.3 Fungsi Puskesmas
Fungsi puskesmas menurut Departemen Kesehatan RI (2004) antara lain
sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan
lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya
pemberdaya masyarakat puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki
kesadaran, keinginan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat
untuk hidup sehat dan berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan
kesehatan, pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.
1.4 Kegiatan Pokok Puskesmas
Berdasarkan Buku Pedoman Kerja Puskesmas, terdapat dua puluh usaha
pokok kesehatan yang dapat dilakukan oleh puskesmas. Pelaksanaan kegiatan
pokok puskesmas bergantung pada faktor tenaga, sarana, dan prasarana, biaya
yang tersedia, serta kemampuan manajemen dari tiap-tiap puskesmas.
Kegiatan pokok puskesmas antara lain: (1) upaya Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA); kegiatan yang dilakukan yaitu: pemeriksaan kesehatan ibu hamil;
melahirkan; dan menyusui; mengkaji perkembangan dan pertumbuhan anak-anak
balita, imunisasi, memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan, mencegah
timbulnya masalah gizi karena kekurangan protein dan kalori dan
memperkenalkan jenis makanan tambahan, memberikan pelayanan KB kepada
PUS, merujuk ibu-ibu atau anak-anak yang memerlukan pengobatan, mengadakan
latihan untuk dukun bersalin, dan lain-lain. (2) upaya Keluarga Berencana;
kegiatan yang dilakukan antara lain mengadakan penyuluhan KB baik di
alat-alat kontrasepsi. (3) upaya perbaikan gizi; memantau pertumbuhan anak
melalui penimbangan anak secara rutin setiap bulan, di Puskesmas atau di
Posyandu. Melakukan pemeriksaan Hb dan BB ibu hamil secara rutin,
mengembangkan kegiatan perbaikan gizi, pembagian vitamin A untuk bayi, tablet
besi untuk ibu hamil dan pemberian obat cacing untuk anak. (4) upaya kesehatan
lingkungan; pengawasan sanitasi tempat umum, penyehatan air bersih, penyehatan
lingkungan perumahan, penyehatan limbah, penyehatan makanan dan minuman.
(5) upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular; survei epidemiologi
untuk menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin, imunisasi untuk
memberikan perlindungan kepada kelompok-kelompok masyarakat sehingga
dapat mencegah terjadinya penularan penyakit seperti TBC, Campak, dan
hepatitis B. Pemberantasan vektor dilakukan dengan penyemprotan menggunakan
insektisida, fogging, abatisasi untuk DHF, dan perbaikan sistem pembuangan
sampah untuk pemberantasan malaria. (6) upaya pengobatan; melaksanakan
diagnosis sedini mungkin melalui; mengadakan pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium, mendapatkan riwayat penyakit, membuat diagnosis, melakukan
tindakan pengobatan dan melakukan upaya rujukan. (7) upaya penyuluhan
kesehatan masyarakat (8) Usaha Kesehatan Sekolah (9) kesehatan olahraga (10)
perawatan kesehatan masyarakat (11) usaha kesehatan kerja (12) usaha kesehatan
gigi dan mulut (13) usaha kesehatan jiwa (14) kesehatan mata (15) laboratorium
(16) pencatatan dan pelaporan sistem informasi kesehatan (17) kesehatan usia
lanjut dan (18) pembinaan pengobatan tradisional (19) upaya kesehatan remaja
2. Keperawatan
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239 tahun 2001 tentang
Registrasi dan Praktik Perawat menyebutkan bahwa perawat adalah seseorang
yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosio-spritual yang komprehensif yang ditujukan kepada
individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia. Henderson (Potter & Perry, 2005)
mendefenisikan keperawatan mempunyai fungsi unik yaitu membantu individu,
baik sehat maupun sakit, yang ditampilkan dengan melakukan kegiatan yang
berkaitan dengan kesehatan, penyembuhan suatu penyakit, ataupun untuk
memberikan kematian yang damai di mana klien akan dapat melakukannya tanpa
dibantu bila ia memiliki kekuatan, keinginan, dan pengetahuan yang dibutuhkan
untuk membantu klien mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin.
International Council of Nurses (ICN) dalam defenisinya tentang
keperawatan menjelaskan lingkup keperawatan sebagai berikut: keperawatan
mencakup pelayanan (care) secara mandiri dan kolaboratif yang ditujukan kepada
individu dari berbagai usia, keluarga, kelompok, dan masyarakat, baik sehat
maupun sakit di semua tatanan pelayanan kesehatan. Peran utama dari
keperawatan juga meliputi advokasi, kegiatan promotif untuk menjaga lingkungan
yang aman, penelitian, ikut serta dalam menyusun kebijakan kesehatan,
manajemen sistem kesehatan, dan pasien yang membutuhkan perawatan dan
2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perawat kesehatan masyarakat adalah pelayanan keperawatan profesional
yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep
keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat yang mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan
pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu. Pelayanan
tersebut diberikan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat melalui
proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
optimal sehingga dapat mandiri dalam upaya kesehatannya (Depkes, 2006).
2.1.1 Tujuan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Tujuan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah
meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah keperawatan
kesehatan masyarakat yang optimal. Fokus utama kegiatan pelayanan
keperawatan kesehatan masyarakat adalah meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan keperawatan, membimbing dan mendidik individu, keluarga,
kelompok, masyarakat untuk menanamkan pengertian, kebiasaan dan perilaku
hidup sehat sehingga mampu memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatannya.
2.1.2 Sasaran Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Sasaran keperawatan kesehatan masyarakat adalah seluruh masyarakat
termasuk individu, keluarga, kelompok, masyarakat baik yang sehat maupun
sakit. Prioritas sasaran adalah yang mempunyai masalah kesehatan terkait dengan
sarana kesehatan tetapi memerlukan tindak lanjut keperawatan di rumah (Depkes,
2006: Mubarak dan Chayatin, 2009).
Sasaran prioritas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko tinggi,
usia lanjut, penderita penyakit menular (antara lain TB Paru, Kusta, Malaria,
Demam berdarah, Diare, ISPA/Pnemonia), penderita penyakit degeneratif.
Perawat membantu individu agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya karena
adanya kelemahan fisik dan mental yang dialami, keterbatasan pengetahuan, serta
kurangnya kemauan menuju kemandirian.
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah
kesehatan atau risiko tinggi, dengan prioritas: keluarga miskin belum kontak
dengan sarana pelayanan kesehatan dan belum mempunyai kartu sehat, keluarga
miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan mempunyai masalah
kesehatan terkait pertumbuhan dan perkembangan balita, kesehatan reproduksi,
penyakit menular, serta keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah
kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan.
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan
terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak terikat
dalam suatu institusi. Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu
institusi antara lain: kelompok bayi, kelompok balita, kelompok anak usia
sekolah, kelompok ibu hamil, kelompok bu nifas, kelompok usia lanjut, dan
kelompok penderita penyakit tertentu. Kelompok masyarakat khusus terikat dalam
suatu institusi antara lain: sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut,
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau mempunyai risiko
tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan, diprioritaskan pada masyarakat di
suatu wilayah (RT, RW, Kelurahan/Desa) yang mempunyai jumlah bayi
meninggal lebih tinggi dibandingkan daerah lain, jumlah penderita penyakit
tertentu lebih tinggi dibandingkan daerah lain dan cakupan pelayanan kesehatan
lebih rendah dari daerah lain. Masyarakat di daerah endemis penyakit menular,
masyarakat di lokasi pengungsian akibat bencana, masyarakat di daerah dengan
kondisi geografi sulit antara lain daerah terpencil dan daerah perbatasan.
2.2 Peran Perawat
Sebagai pelaksana keperawatan kesehatan masyarakat di Puskesmas,
perawat minimal mempunyai enam peran dan fungsi, yaitu sebagai penemu kasus
(case finder), sebagai pemberi pelayanan (care giver), sebagai pendidik/penyuluh
kesehatan (health teacher/educater), sebagai kordinator dan kolaborator, pemberi
nasehat (counseling), dan sebagai panutan (Depkes, 2006).
a) Pemberi Asuhan Keperawatan (care giver)
Pada peran ini perawat memberi pelayanan keperawatan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat berupa asuhan keperawatan yang utuh serta
berkesinambungan sesuai diagnosis masalah yang terjadi, mulai dari masalah
yang bersifat sederhana, sampai masalah kompleks. Peran sebagai pemberi asuhan
keperawatan dapat dilakukan dengan mempertahankan keadaan kebutuhan dasar
manusia melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses
perencanaan, pelaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan,
kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya (Mubarak dan Chayatin,
2009). Peran sebagai pelaksana (care giver) merupakan peran dalam memberikan
asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada klien
dengan pendekatan pemecahan masalah sesuai dengan metode dan proses
keperawatan. Dalam melaksanakan peran ini perawat bertindak sebagai comforter,
protector, advocate, communicator, serta rehabilitator. Sebagai comforter
perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman pada klien. Peran sebagai
protector dan advocate lebih berfokus pada kemampuan perawat melindungi dan
menjamin hak dan kewajiban klien agar terlaksana dengan seimbang dalam
memperoleh pelayanan kesehatan. Peran sebagai communicator perawat bertindak
sebagai penghubung antara klien dengan anggota kesehatan lainya. Peran ini erat
kaitannya dengan keberadaan perawat saat mendampingi klien sebagai pemberi
asuhan keperawatan selama 24 jam. Sedangkan sebagai rehabilitator, peran
perawat berhubungan erat dengan tujuan pemberian asuhan keperawatan yakni
mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan dapat berfungsi
secara optimal (Sudarma, 2008).
b) Penemu Kasus (case finder)
Perawat malaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menyangkut
masalah-masalah kesehatan dan keperawatan. Penemu kasus dapat dilaksanakan dengan
data dan dapat pula didapat secara tidak langsung yaitu pada kunjungan pasien ke
rumah sakit/ puskesmas.
c) Pendidik Kesehatan (educater)
Perawat bertindak sebagai fasilitator, membentuk lingkungan yang kondusif untuk
pembelajaran-lingkungan yang memotivasi individu untuk meningkatkan
kesehatannya, membantu mengklarifikasi informasi dan mendukung klien serta
anggota keluarga didalam upaya pencapaian kesehatan optimum. Peran ini dapat
dilakukan dalam bentuk formal maupun nonformal. Pengajaran yang dilakukan
bertujuan untuk meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatannya, gejala penyakit
bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien
setelah dilakukan pemberian pendidikan kesehatan (Bastable, 2002). Sebagai
pendidik atau penyuluh kesehatan, fungsi yang dilakukan perawat adalah sebagai
berikut mengkaji kebutuhan klien untuk menentukan kegiatan yang akan
dilakukan dalam penyuluhan atau pendidikan kesehatan. Dari hasil pengkajian
diharapkan dapat diketahui tingkat pengetahuan klien, informasi apa yang
diperlukan klien, dan apa yang ingin diketahui dari klien. Meningkatkan dan
memelihara kesehatan klien melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
Menyusun program penyuluhan atau pendidikan kesehatan baik untuk topik sehat
ataupun sakit seperti nutrisi, latihan, dan penyakit. Membantu klien untuk
memilih informasi kesehatan dari buku-buku, koran, TV, teman dan lainnya
d) Kordinator dan Kolaborator
Peran perawat sebagai kordinator dilaksanakan dengan mengarahkan,
merencanakan, dan mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan,
sehingga pemberian pelayanan kesehatan terarah, serta sesuai dengan kebutuhan
klien (Mubarak dan Chayatin, 2009). Perawat sebagai anggota tim kesehatan,
berkolaborasi dan mengoordinasi pelayanan keperawatan dengan aktifitas profesi
lainnya.
Peran perawat sebagai kolaborator dilaksanakan dengan cara bekerja sama dengan
tim kesehatan lain, seperti dokter, fisioterapis, ahli gizi, radiologi, laboratorium,
dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan, termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk
pelayanan selanjutnya untuk mempercepat proses penyembuhan klien (Mubarak
dan Chayatin, 2009). Kebanyakan perawat adalah anggota dari tim perawatan
kesehatan dan berkolaborasi dengan anggota lainnya untuk memberikan
perawatan klien yang komprehensif dan perencanaan jangka panjang. Kolaborasi
dengan pemberi perawatan kesehatan lainnya mengemban suatu hubungan
interdependen. Perawat bergantung pada keahlian para spesialis, seperti ahli terapi
pernapasan, ahli gizi atau ahli neonatus guna memberikan layanan atau memberi
bantuan dalam terapi dan perawatan klien. Anggota tim kesehatan lainnya juga
bergantung pada keahlian perawat dalam memahami faktor multipel yang
memengaruhi kesehatan klien dan dalam mengoordinasi berbagai layanan untuk
e) Pemberi Nasehat (counseling)
Peran perawat sebagai konselor dijadikan sebagai tempat bertanya oleh individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat untuk memecah berbagai permasalahan di
bidang kesehatan.Sebagai konselor, perawat menjelaskan kepada klien konsep
dan data-data tentang kesehatan, menilai pemahaman klien dan mengevaluasi
kemajuan dalam pembelajaran. Perawat menggunakan metode pengajaran yang
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien, serta melibatkan sumber-sumber
yang lain, seperti keluarga (Mubarak dan Chayatin, 2009). Sebagai pelaksana
konseling keperawatan, perawat melaksanakan fungsi antara lain sebagai berikut:
membantu klien untuk mengidentifikasi masalah serta faktor-faktor yang
memengaruhi, membantu klien melakukan pemecahan masalah yang dapat
dilakukan, memberikan petunjuk kepada klien untuk mencari pendekatan
pemecahan masalah dan memilih cara pemecahan masalah yang tepat,
memberikan informasi, mendengarkan secara objektif, memberikan dukungan,
memberikan asuhan, dan menjaga kepercayaan yang diberikan klien (Efendi dan
Makhfudli, 2009).
f) Panutan (role model)
Perawat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan
kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tentang tata cara hidup
yang sehat yang dapat dicontoh oleh masyarakat (Fetaria, 2005 dalam Fauziah,
2012). Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain memberi contoh praktik
olahraga yang teratur, tidak merokok, menyediakan waktu untuk istirahat,
komunikasi efektif, dan lain-lain (Depkes, 2004) .
3. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Salah satu unsur yang penting untuk menurunkan angka kematian dan
kesakitan diantara ibu, bayi, dan anak adalah memberikan pemeliharaan dalam
waktu hamil yang cukup baik dan dimulai sedini mungkin. Upaya kesehatan ibu
dan anak adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi, dan anak balita serta
anak prasekolah. Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam Tujuan
Pembangunan Millenium (MDGs), tepatnya pada tujuan 4 dan 5 yaitu
Menurunkan Angka Kematian Anak dan Meningkatkan Kesehatan Ibu. Tujuan
umum program kesehatan Ibu dan Anak adalah tercapainya kemampuan hidup
sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan
keluarganya serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses
tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas
manusia seutuhnya.
Tujuan khusus yang ingin dicapai dari program kesehatan Ibu dan Anak
adalah meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap, dan perilaku) dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat
guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga, penyelenggaraan posyandu,
dan sebagainya. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak
balita serta di TK. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak
balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu menyusui. Meningkatnya mutu
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui, bayi,
dan anak balita. Meningkatnya kemampuan peran serta masyarakat, keluarga, dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, bayi, balita, anak
prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dalam keluarganya.
3.1 Strategi KIA
Pemberdayaan perempuan, suami, dan keluarga, melalui peningkatan
pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas, bayi dan balita,
penggunaan buku KIA, penyediaan dana, transportasi, donor darah berjalan untuk keadaan emergensi. Pemberdayaan Masyarakat, melalui penyelenggaraan
Polindes, Posyandu, Tempat Penitipan Anak (TPA). Kerjasama lintas sektor, mitra lain termasuk pemerintah daerah dan lembaga legislatif, meliputi
mendorong adanya komitmen, dukungan, peraturan, dan kontribusi pembiayaan
dari berbagai pihak terkait, peningkatan keterlibatan LSM, organisasi profesi, dan
sebagainya. Peningkatan jangkauan dan kualitas pelayanan KIA oleh tenaga
kesehatan terlatih dengan memberikan Pelayanan antenatal, pertolongan persalinan, pelayanan nifas, dan neonatal essensial, penanganan kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal, pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan, penanganan komplikasi keguguran, Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)dan pembinaan
3.2 Kegiatan Pokok KIA
Pelayanan KIA diutamakan pada kegiatan pokok, meliputi: Peningkatan
pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua fasilitas
kesehatan, peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten
diarahkan ke fasilitas kesehatan, peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas
sesuai standar di semua fasilitas kesehatan, peningkatan pelayanan bagi seluruh
neonatus sesuai standar di semua fasilitas kesehatan ataupun melalui kunjungan
rumah, peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan
neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat, peningkatan penanganan
komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat dan pengamatan secara
terus-menerus oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, peningkatan pelayanan
kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua fasilitas kesehatan,
peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan dan peningkatan pelayanan KB sesuai standar (Prasetyawati,
2012).
Kegiatan pokok dari Program kesehatan Ibu dan Anak adalah memeriksa
kesehatan ibu hamil, mengamati perkembangan dan pertumbuhan bayi,
balita,anak-anak, memberikan nasihat tentang makanan, memperkenalkan jenis
makanan, merujuk ibu-ibu atau anak-anak yang memerlukan pengobatan,
memberikan pertolongan persalinan dan bimbingan selama masa nifas serta
mengadakan latihan untuk dukun bersalin dan kader kesehatan Posyandu
3.3 Peran Perawat dalam KIA
Adapun gambaran pelaksanaan peran perawat dalam program Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA) meliputi: Pemberi pelayanan kesehatan, perawat puskesmas mengumpulkan data tentang ibu dan kehamilannya melalui anamnese,
melakukan pemeriksaan fisik, membuat diagnosa keperawatan, merencanakan
tindakan, melakukan implementasi berupa pelayanan 5T yaitu timbang berat
badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan
tinggi fundus melalui pemeriksaan Leopold 1-4, pemberian vaksinasi tetanus
toxoid dan pemberian tablet tambah darah, melakukan rujukan bila ada indikasi
untuk dirujuk, kemudian perawat melakukan evaluasi. Penemu kasus, perawat puskesmas melakukan kunjungan rumah untuk mencari dan menemukan ibu
hamil. Pendidik/ penyuluhan kesehatan, perawat puskesmas menjelaskan
kepada ibu yang telah dilakukan pemeriksaan tentang hasil pemeriksaan,
perubahan-perubahan yang terjadi pada ibu, pentingnya imunisasi, pentingnya
tablet tambah darah, jenis resiko yang ditemukan, bahaya dari resiko kehamilan
yang ditemukan, alasan ibu dirujuk bila ada indikasi dirujuk, dan memberitahukan
jadwal pemeriksaan ulang. Memberikan penyuluhan tentang nutrisi, obat-obatan,
bahaya merokok, pentingnya kesehatan jiwa, olahraga, pekerjaan, senggama,
higiene, pakaian, dan perawatan payudara pada ibu hamil. Kordinator dan
kolaborator, perawat puskesmas melakukan kordinasi terhadap semua pelayanan yang diterima oleh ibu hamil dari berbagai program, dan bekerjasama dengan
keluarga dalam perencanaan pelayanan keperawatan serta sebagai penghubung
puskesmas memberikan pujian kepada ibu atas keputusannya untuk datang ke
Puskesmas, menyediakan informasi-informasi tentang ibu hamil, ibu bersalin, ibu
menyusui, bayi dan balita, serta anak prasekolah, mendengarkan keluhan,
memberikan dukungan, membantu ibu untuk menggali dan mengetahui
permasalahan, serta memilih pemecahan masalah yang dapat dikerjakan. Panutan
(Role Model), perawat puskesmas menunjukkan perilaku sehari-hari yang dapat
dicontoh oleh ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, dan balita, serta anak
prasekolah misalnya tidak merokok, istirahat yang cukup, menjaga berat badan,
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konsep
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Peran Perawat dalam
upaya peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas Sigalingging,
Puskesmas Sitinjo, dan Puskesmas Sumbul, Kabupaten Dairi.
Kesehatan Ibu dan Anak merupakan salah satu program pokok pelayanan
kesehatan di puskesmas. Program KIA bertujuan untuk menurunkan angka
kesakitan ibu dan kematian bayi. Kesehatan ibu dan anak menjadi target dalam
tujuan Pembangunan Millenium (MDGs), tepatnya pada tujuan 4 dan tujuan 5
yaitu menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu.
(Prasetyawati, 2012).
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di puskesmas memiliki
berbagai peran. Pelaksana utama kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat
adalah semua perawat fungsional di puskesmas. Sebagai pelaksana keperawatan
kesehatan masyarakat di puskesmas, perawat minimal mempunyai enam peran
yaitu sebagai pemberi pelayanan, sebagai pendidik/penyuluh kesehatan, sebagai
penemu kasus, sebagai kordinator dan konselor, pemberi nasehat, dan sebagai
panutan (Depkes, 2006).
Peran perawat dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak adalah
dengan melakukan kunjungan rumah kasus KIA, pelayanan antenatal, pelayanan
Gambaran pelaksanaan peran perawat puskesmas dapat dinilai berdasarkan
kategori penilaian terlaksana sepenuhnya dan terlaksanan sebagian.
Berdasarkan landasan teoritis yang telah diuraikan dalam tinjauan pustaka,
maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:
Skema 1 Kerangka Konseptual Peran Perawat dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi.
Peran perawat:
- Pemberi asuhan
keperawatan
- Pendidik - Penemu kasus
- Kordinator/kolaborator - Konselor
- Panutan/ role model
Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak
Kategori:
2. Defenisi Operasional
Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Peran
kepada ibu hamil, ibu
melahirkan, ibu nifas,bayi,
balita, dan anak berupa
asuhan keperawatan yang
kepada ibu dan keluarga,
baik di rumah, puskesmas,
dan masyarakat tentang
penyakit, pengobatan dan
perawatan yang dilakukan
3. Penemu Kasus: Perawat
Tabel 1 (Lanjutan)
Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Peran perawat
mengidentifikasi, dan
menemukan kasus yang
akan ditangani dalam
pelayanan KIA di
puskesmas
4. Kordinator: Peran
perawat dalam penataan dan
koordinasi dengan pihak
terkait dalam setiap kegiatan
atau tindakan pengobatan
maupun perawatan yang di
berikan kepada ibu dan
anak.
Kolaborasi: bekerja sama
dengan tim kesehatan lain
untuk mempercepat proses
penyembuhan klien
5. Konselor:
Peran perawat untuk
memberikan dukungan
Tabel 1 (Lanjutan)
Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Peran perawat
kepada ibu dan keluarga
tentang masalah kesehatan
yang dihadapi
6. Panutan/ role model:
peran perawat dalam
memberikan contoh yang
baik dalam bidang
kesehatan kepada ibu dan
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yang bertujuan
untuk mengidentifikasi gambaran peran perawat dalam upaya peningkatan
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo dan Sumbul
Kabupaten Dairi.
2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah para perawat yang bekerja di
beberapa Puskesmas Kabupaten Dairi yang terdiri dari 3 puskesmas yaitu
Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul yang berjumlah 32 orang.
2.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini ditetapkan berdasarkan rumusan tertentu, penetapan
jumlah sampel didasarkan pada rumusan Arikunto (2006) yaitu seluruh sampel
dijadikan sebagai subjek penelitian apabila total sampel kurang dari 100. Jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah 32 orang yang terdiri dari perawat Puskesmas
Sigalingging 16 orang, perawat Puskesmas Sitinjo 6 orang, dan perawat
Puskesmas Sumbul 10 orang. Adapun kriteria sampel penelitian adalah subjek
yang bersedia menjadi responden penelitian ini serta responden merupakan
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di tiga puskesmas Kabupaten Dairi yaitu Puskesmas
Sigalingging, Puskesmas Sitinjo, dan Puskesmas Sumbul, yang dilaksanakan pada
bulan Juli sampai Agustus 2013. Adapun pertimbangan pemilihan Puskesmas
tersebut adalah wilayah ini belum pernah dilakukan penelitian tentang Peran
Perawat dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Selanjutnya
diketahui bahwa lokasi Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul yang
strategis dan mudah dijangkau.
4. Pertimbangan Etik
Penelitian ini mempertimbangkan tiga aspek penting terkait dengan etik
yaitu Informed Consent, Anonimity dan Confidentiality. Secara administrasi
diawali dari izin atau persetujuan dari institusi pendidikan Fakultas Keperawatan
USU, dilanjutkan dengan mengajukan surat permohonan penelitian kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi. Setelah mendapat persetujuan dari
Dinas kesehatan Kabupaten Dairi, diteruskan kepada Kepala Puskesmas
Sigalingging, Sitinjo dan Sumbul. Penelitian selanjutnya merekrut calon
responden yang memenuhi kriteria penelitian. Responden yang telah terpilih
diberi penjelasan tentang maksud, tujuan, prosedur penelitian yang dilakukan
kepada responden yang telah dipilih. Kemudian peneliti menanyakan kepada
responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Jika responden bersedia untuk berpartipasi dalam penelitian ini maka
Bila responden tidak bersedia menandatangani Informed Consent dia dapat
menyampaikan persetujuannya secara lisan. Tetapi apabila responden menolak
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, peneliti ini tidak memaksa dan tetap
menghormati hak responden. Peneliti memberi kuesioner kepada responden.
Dalam menjaga kerahasiaan identitas responden, maka peneliti tidak
mencantumkan nama (Anonimity), tetapi hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data. Peneliti menjamin kerahasiaan (Confidentiality) responden
dan data-data responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan hanya
data-data tertentu saja yang akan disajikan sebagai hasil penelitian.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
disusun oleh peneliti dengan berpedoman dari tinjauan pustaka dan kerangka
konsep. Kuesioner penelitian terdiri dari dua bagian yaitu, Kuesioner Data
Demografi (KDD) dan Kuesioner Peran Perawat (KPP).
Kuesioner Data Demografi (KDD) yang meliputi: umur, jenis kelamin,
pendidikan, dan lama bekerja. Kuesioner bagian kedua adalah Kuesioner Peran
Perawat (KPP) dalam upaya peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak yang meliputi
peran perawat dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak meliputi pemberi
asuhan keperawatan, penemu kasus, pendidik/ penyuluhan kesehatan, kordinator
dan kolaborator, konselor dan panutan.
Kuesioner Peran Perawat (KPP) terdiri dari 24 pernyataan yaitu 4
penemu kasus (9-12), kordinator dan kolaborator (13-16), konselor (17-20), dan
role model (21-24).
Penilaian menggunakan skala Likert dan pilihan jawaban dengan rentang
skala 1-4 yaitu tidak pernah (skor 1), kadang-kadang (skor 2), sering (skor 3), dan
selalu (skor 4) dengan skor terendah 24 dan tertinggi 96.
Kategori peran perawat dibuat berdasarkan rumus:
P =Rentang Nilai Tertinggi−Rentang Kelas Terendah
�����������
Maka nilai
P =
96−24 2=
36Nilai P merupakan panjang kelas dengan rentang nilai tertinggi dikurangi
nilai terendah, sehingga didapat panjang kelas sebesar 36. Berdasarkan rumusan
statistika tersebut maka pelaksanaan peran perawat dalam upaya peningkatan
kesehatan ibu dan anak di Puskemas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten
Dairi dimasukkan dalam 2 kategori yaitu:
1. Terlaksana sepenuhnya = 60-96
2. Terlaksana sebagian = 24-59
6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Instrumen dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang diinginkan dan
dapat menggunakan data variabel yang diteliti secara tepat. Instrumen penelitian
ini disusun sendiri oleh peneliti sehingga perlu dilakukan uji validitas dan
reliabilitas untuk mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat ukur dalam
Penelitian ini menggunakan validitas logis (Arikunto, 2007) dimana
instrumen penelitian dianalisis oleh seorang dosen yang ahli dan berkompeten
dibidang Keperawatan Maternitas Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara. Berdasarkan uji validitas tersebut, kuesioner disusun kembali dengan
bahasa yang lebih efektif dan dengan item-item pertanyaan yang mengukur
sasaran sesuai dengan teori atau konsep.
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena istrumen
tersebut sudah baik. Dalam penelitian ini uji reliabilitas suatu item pertanyaan
dengan menggunakan rumus cronbarch’s alpha yang dilakukan pada 10 perawat
Puskesmas Batang Beruh dengan nilai cronbarch’s alpha 0,919, dengan demikian
instrumen dinyatakan reliabel.
7. Pengumpulan Data
Tahap awal prosedur pengumpulan data pada penelitian ini adalah
mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian pada institusi Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian surat permohonan izin yang
diperoleh diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi, setelah
mendapat izin penelitian dari Kepala Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan
Sumbul, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian. Peneliti mencari
responden yang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan dalam penelitian.
Responden diberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat, dan kerahasiaan
dalam penelitian diberikan surat persetujuan penelitian yang harus ditandatangani
secara sadar dan tanpa paksaan. Selanjutnya responden diminta untuk mengisi
kuesioner. Peneliti mendampingi responden selama pengisian kuesioner untuk
memudahkan responden apabila ada pertanyaan yang kurang dimengerti. Setelah
responden selesai mengisi kuesioner, peneliti memeriksa kembali kelengkapan
jawaban responden, apabila ada yang tidak lengkap maka peneliti meminta
responden untuk melengkapinya saat itu juga. Selanjutnya data yang diperoleh,
dikumpulkan dan dianalisa.
8. Analisa Data
Setelah semua data terkumpul maka analisa dilakukan melalui empat
tahapan yaitu dimulai dengan editing untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh dan dikumpulkan. Data diedit untuk mengevaluasi kelengkapan
pengisian kuesioner, kemudian coding (memberi kode data) untuk memberikan
kode numerik terhadap data yang terdiri atas beberapa kategorik. Pemberian kode
data dilakukan untuk mempermudah pada saat analisis data dan mempercepat
pada pemasukan data. Kemudian memasukkan data (data entry), data yang
terkumpul kemudian dimasukkan ke dalam komputer atau distribusi frekuensi
sederhana untuk diolah dan dianalisis. Proses terakhir adalah cleaning, yaitu
merupakan proses pembersihan data, langkah ini merupakan pengecekan kembali
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai Peran Perawat dalam
Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo,
dan Sumbul Kabupaten Dairi yang telah dilaksanakan pada tanggal 22 Juli 2013 –
31 Agustus 2013 kepada 32 responden.
Hasil penelitian dibagi atas dua bagian, yaitu data demografi dan peran
perawat dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak. Peran perawat dalam
upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak dibagi menjadi enam bagian yaitu
peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, pendidik, penemu kasus,
kordinator/kolaborator, konselor, dan panutan/role model.
1.1 Karakteristik Demografi Responden
Pada tabel 2 dapat dilihat data hasil penelitian tentang karakteristik
demografi terhadap 32 orang responden yang meliputi data usia, jenis kelamin,
pendidikan, dan lama bekerja. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa
mayoritas responden berusia 20-39 tahun (75%) dengan jenis kelamin umumnya
adalah perempuan (81%), jenjang pendidikan mayoritas responden berpendidikan
Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Responden di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi (n=32)
Data Demografi Frekuensi Persentase (%)
1.2 Peran Perawat dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak Dari data hasil penelitian pada tabel 3 menunjukkan bahwa berdasarkan
kategori peran perawat dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak
umumnya menyatakan peran perawat terlaksana sepenuhnya (78%) dan terlaksana
sebagian (22%).
Tabel 3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Peran Perawat dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi (n=32)
Peran perawat Frekuensi Persentase (%)
Terlaksana sepenuhnya 25 78
Terlaksana sebagian 7 22
1.2.1 Peran Perawat dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak sesuai Peran Perawat
Pada tabel 4 dapat dilihat data hasil penelitian tentang peran perawat
dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak sesuai peran perawat yang
meliputi peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, pendidik, kordinator
dan kolaborator, konselor, dan model peran. Berdasarkan hasil penelitian yang
terlaksana sepenuhnya berdasarkan peran perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan (97%), pendidik (94%), kordinator dan kolaborator (78%), konselor
(72%), dan model peran (97%). Peran perawat yang terlaksana sebagian adalah
Tabel 4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Peran Perawat dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak sesuai dengan masing-masing Peran Perawat di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi (n=32)
Peran perawat Frekuensi Persentase (%)
Pemberi Asuhan Keperawatan Role Model/ Panutan
Tabel 5 Distribusi Frekuensi dari Setiap Pernyataan Peran Perawat dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak untuk Masing-masing Peran Perawat di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi (n=32)
Melakukan pemeriksaan fisik
Bersikap ramah dalam memberikan
pelayanan keperawatan Memberikan pelayanan keperawatan
yang bertanggung jawab
14 (44)
Menjelaskan prosedur pengobatan dan perawatan yang diberikan Menjelaskan hal-hal yang perlu
dihindari dari masalah kesehatan
Memberikan penyuluhan nutrisi obat-obatan, perubahan psikologis
ibu hamil, olahraga dan perawatan
payudara
Menjelaskan pentingnya
pemeriksaan ibu selama masa kehamilan
Melakukan kunjungan rumah Melakukan pemeriksaan fisik
untuk seluruh anggota keluarga Menemukan masalah yang dialami
ibu/anak
Hanya menanyakan keadaan ibu/anak
Bekerja sama dengan tim kesehatan
lain dalam memberikan asuhan keperawatanyang menyeluruh Melibatkan keluarga dalam
pemberian tindakan
Mendengarkan keluhan ibu/anak tentang masalah yang dihadapi Berdiskusi dengan keluarga tentang
hal-hal yang dibutuhkan ibu/anak
Turut serta memilih pemecahan
Bekerja sama dengan keluarga dalam perencanaan pelayanan keperawatan
Role Model/ Panutan
Memiliki kebiasaan hidup sehat
Memotivasi ibu/anak untuk menjaga
kesehatan
Dapat dijadikan contoh dalam Perilaku Hidup Bersih Sehat Menjelaskan cara mencegah
2. Pembahasan Penelitian
2.1 Peran Perawat dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 responden, (78%) peran
perawat dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak terlaksana sepenuhnya,
sedangkan peran perawat terlaksana sebagian sebanyak (22%). Mayoritas peran
perawat dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak terlaksana sepenuhnya,
hasil ini sesuai dengan penelitian Simangunsong (2009) bahwa sebagian besar
perawat (73,33%) melakukan perannya dalam pencegahan dampak hospitalisasi
pada anak dengan baik. Peran perawat terlaksana sepenuhnya dapat dipengaruhi
oleh karakteristik demografi responden dimana data yang diperoleh menunjukkan
bahwa mayoritas responden yang ada di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan
Sumbul adalah berusia 20-39 tahun yaitu sebanyak (75%), usia tersebut
merupakan usia yang produktif, masa memasuki dunia kerja, masa mencapai
puncak prestasi dengan penuh semangat, penuh idealisme, dan bekerja keras
yang baik (Dariyo, 2004). Karakteristik selanjutnya adalah pendidikan. Mayoritas
responden berpendidikan D-III Keperawatan (68%). Notoadmodjo (2010)
berpendapat bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang menjadi dasar
untuk melaksanakan tindakan, dengan pendidikan minimal D-III Keperawatan
dapat mengindikasikan bahwa perawat tersebut memiliki pemahaman tentang
program Kesehatan Ibu dan Anak sehingga dapat melakukan perannya dengan
baik. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa umumnya responden memiliki
masa kerja diatas empat tahun (56%). Masa kerja dapat dikaitkan dengan
pengalaman, semakin lama masa kerja seseorang semakin terampil melakukan
tugasnya (Ratnasari, 2012).
Sementara itu, dari hasil penelitian sebagian responden (22%) melakukan
perannya dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak dengan kategori
terlaksana sebagian. Hal ini menunjukkan bahwa perawat telah melakukan
perannya dalam upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak namun belum optimal.
Hasil yang sama juga terdapat dalam penelitian Sianturi (2007) dimana peran dan
fungsi perawat dalam pelaksanaan program Ante Natal Care di Puskesmas Tanah
Tinggi Binjai tidak terlaksana (79%). Hal ini disebabkan karena kurangnya
kesempatan untuk mengikuti pelatihan, serta ketidakjelasan uraian tugas yang
menyebabkan perawat di puskesmas belum dapat meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat (Suparmanto, 2007 dalam Sianturi, 2007).
Upaya keperawatan kesehatan masyarakat adalah pelayanan profesional
yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan di puskesmas yang dilaksanakan
Puskesmas, perawat minimal mempunyai enam peran dan fungsi, yaitu sebagai
penemu kasus (case finder), sebagai pemberi pelayanan (care giver), sebagai
pendidik/penyuluh kesehatan (health teacher/educater), sebagai kordinator dan
kolaborator, pemberi nasehat (counseling), dan sebagai panutan (Depkes, 2006).
Agar dapat melaksanakan perannya maka perawat diharapkan untuk
meningkatkan pengetahuan dan mengikuti pelatihan untuk meningkatkan
keterampilan diri sehingga dapat meningkatkan penerapan peran perawat dan
memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas.
2.1.1 Peran Perawat sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi
Pada hasil penelitian menunjukkan peran perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan dengan kategori terlaksana sepenuhnya sebanyak (97%), diketahui
bahwa (44%) responden merespon bahwa mereka selalu melakukan anamnese
untuk mengumpulkan data, hal ini sesuai dengan pendapat Sumijatun (2010) yang
mengemukakan bahwa anamnese adalah alat utama dalam pengkajian awal pasien
dan merupakan proses yang kontinu untuk memperoleh informasi yang diperlukan
untuk asuhan keperawatan. Hal ini menunjukkan bahwa perawat telah memahami
dan mampu berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan. Perawat puskesmas
mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan keperawatan dalam bentuk
asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
(Kepmenpan, 2001).
Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi melakukan
pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan informasi yang benar,
nenegakkan diagnosis berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi
keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul, melaksanakan
tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada, dan melakukan evaluasi
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan
(Kusnanto, 2004).
2.1.2 Peran Perawat sebagai Pendidik dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa (50%) perawat selalu menjelaskan
prosedur pengobatan dan perawatan yang diberikan kepada ibu/anak, (47%)
menjawab selalu menjelaskan hal-hal yang perlu dihindari dari masalah kesehatan
yang dialami, (41%) perawat selalu memberikan penyuluhan tentang nutrisi,
obat-obatan, perubahan psikologis ibu hamil, merokok, olahraga, dan perawatan ibu
hamil, dan sebanyak (59%) perawat selalu menjelaskan pentingnya pemeriksaan
ibu selama masa hamil. Hal ini sesuai dengan penelitian Winarsih (2006) dalam
Sianturi (2007) yang menjabarkan bahwa pendidikan kesehatan yang diberikan
oleh perawat mampu mengatasi keluhan hamil pada ibu-ibu hamil. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa peran perawat sebagai pendidik kesehatan
terlaksana sepenuhnya (94%). Pendapat ini sesuai dengan kebijakan Depkes RI
(2006) bahwa disebutkan salah satu peran perawat komunitas adalah sebagai
individu, keluarga, kelompok, cara hidup sehat, hasil ini seiring dengan pendapat
Bastable (2002) yang menyatakan bahwa petugas kesehatan memberikan
pendidikan kesehatan untuk meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan pasien,
gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan
perilaku dari pasien dan berdasarkan pendapat Sofiana (2004) yang menyatakan
bahwa peran perawat sebagai pendidik harus bisa memberikan pengetahuan
tentang kesehatan kepada keluarga untuk menciptakan lingkungan yang tenang
dan nyaman akan pentingnya hidup dalam taraf kesehatan tertentu.
2.1.3 Peran Perawat sebagai Penemu Kasus dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Sigalingging, Sitinjo, dan Sumbul Kabupaten Dairi
Dari hasil distribusi frekuensi dan persentase peran perawat dalam upaya
peningkatan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Kabupaten Dairi diperoleh
bahwa tidak dilakukan kunjungan rumah (75%), tidak dilakukan pemeriksaan
fisik untuk seluruh anggota keluarga (62%), dan tidak ditemukan masalah yang
dialami ibu/anak (78%). Hal ini menunjukkan bahwa peran perawat sebagai
penemu kasus terlaksana sebagian (72%) dan perlu dioptimalkan. Hasil yang
sama juga terdapat dalam penelitian Sianturi (2007) dimana peran dan fungsi
perawat sebagai penemu kasus dalam pelaksanaan program Ante Natal Care di
Puskesmas Tanah Tinggi Binjai diperoleh bahwa mayoritas (98%) perawat tidak
melakukan kunjungan rumah, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam peraturan
tentang beban kerja, maka hal ini dapat terjadi karena minimnya tenaga perawat,
belum optimalnya kemauan dari perawat, dan keterbatasan dana operasional