AUDIT KEAMANAN INFORMASI PADA BAGIAN
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA BARU BERDASARKAN
STANDAR ISO 27002:2005 DI RADIO REPUBLIK
INDONESIA SURABAYA
TUGAS AKHIR
Program Studi S1 Sistem Informasi
Oleh:
DEWANGGA PUTRA SEJATI 09410100091
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA
DI RADIO REPUBLIK INDONESIA (RRI) SURABAYA.
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Sarjana Komputer
Oleh:
Nama : Dewangga Putra Sejati
NIM : 09.41010.0091
Program : S1 (Strata Satu)
Jurusan : Sistem Informasi
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA
“Do the best and pray. God will take care of the
rest.”
“Lakukan yang terbaik, kemudian berdoa. Allah
Buku ini didedikasikan oleh penulis untuk kedua orang tua tercinta,
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Batasan Masalah ... 5
1.4 Tujuan ... 5
1.5 Manfaat ... 6
1.6 Sistematika Penulisan ... 7
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
2.1 Audit ... 9
2.2SistemInformasi ... 14
2.3 KeamananInformasi ... 15
2.4 Pengembangan Multimedia Baru ... 16
2.5 Standar Sistem Manajemen Keamanan Informasi ... 17
2.6ISO/IEC 27002:2005 – Code of Practice for ISMS ... 21
2.7Model Kedewasaan (Maturity Model) ... 25
2.8 Tingkat Kematangan (CMMI) to ISO 27002 ... 29
3.1 Tahap Perencanaan Audit Keamanan Informasi ... 34
3.1.1 Pemahaman Proses Bisnis TI ... 34
3.1.2Menentukan Ruang Lingkup, Obyek dan Tujuan ... 36
3.1.3 Menentukan Klausul, Obyektif Kontrol dan Kontrol ... 36
3.1.4 Membuat dan Menyampaikan Engagement Letter ... 36
3.2 Tahap Persiapan Audit Keamanan Informasi ... 37
3.2.1Penyusunan Audit Working Plan ... 37
3.2.2Penyampaian Kebutuhan Data ... 37
3.2.3Membuat Pertanyaan ... 38
3.2.4 Pembobotan Pernyataan ... 39
3.2.5 Membuat Pertanyaan ... 41
3.3 Tahap Pelaksanaan Audit ... 42
3.3.1 Melakukan Wawancara ... 43
3.3.2Proses Pemeriksaan Data ... 44
3.3.3 Melakukan Uji Kematangan ... 45
3.3.4Konfirmasi Temuan dan Rekomendasi Audit ... 47
3.4 Tahap Pelaporan Audit Keamanan Informasi ... 48
3.4.1 Permintaan Tanggapan Atas Daftar Temuan Audit ... 48
3.4.2 Penyusunan Draft Laporan Audit ... 49
3.4.3 Persetujusn Draft Laporan Audit ... 49
3.4.4 Pelaporan Hasil Audit ... 49
4.1 Hasil Tahap Perencanaan Audit Keamanan Informasi ... 48
4.1.1 Hasil Pemahaman Proses Bisnisndan TI ... 48
4.1.2Ruang Lingkup, Objek audit dan Tujuan ... 54
4.1.3 Hasil Pemilihan Klausul, Obyektif Kontrol dan Kontrol .... 66
4.1.4Engagement Letter ... 68
4.2 Hasil Persiapan Audit ... 69
4.2.1Hasil Penyusunan Audit Working Plan ... 69
4.2.2Hasil Penyampaian Kebutuhan Data ... 69
4.2.3Hasil Pertanyaan ... 70
4.2.4 Hasil Pembobotan Pernyataan ... 72
4.2.5 Daftar Pertanyaan ... 74
4.3 Hasil Pelaksanaan Audit ... 75
4.3.1 Dokumen Hasil Wawancara ... 76
4.3.2Dokumen Hasil Pemeriksaan Data ... 78
4.3.3 Hasil Uji Kematangan ... 81
4.3.4Daftar Temuan dan Rekomendasi ... 89
4.2.5 Hasil Pelaporan Audit ... 114
BAB V PENUTUP ... 115
5.1 Kesimpulan ... 115
5.2 Saran ... 116
BIODATA PENULIS ... 119
LAMPIRAN ... 120
1.1 Latar Belakang
Radio Republik Indonesia adalah suatu studio siaran yang
menyelenggarakan penyiaran informasi maupun hiburan berupa musik, sandiwara
dan sebagainya yang dikemas dalam suatu acara. Semua acara tersebut dipenuhi
semata-mata untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi sehingga
peristiwa yang sedang terjadi di nusantara ini dapat diketahui dengan cepat. Maka
dari itu dalam melaksanakan siaran ini, RRI mempunyai tujuan sebagai titik
acuan. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut: Menyebarluaskan informasi
pemerintah serta memberikan hiburan kepada masyarakat dan memberikan
pendidikan.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.12 Tahun
2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik tanggal 18 Maret 2005, RRI Surabaya
menempati stasiun type B yang beralamatkan di Jl. Pemuda No. 82-90 Surabaya.
RRI Surabaya memiliki banyak aset meliputi aset informasi, aset piranti lunak,
aset fisik, dan layanan. Salah satu aset tersebut dikelola oleh bagian
Pengembangan Multimedia Baru (PMB) yang merupakan bagian pengelolaan
informasi data yang digunakan untuk menunjang siaran seperti: menyimpan berita
yang akan disiarkan, menyimpan lagu, serta tugas yang mendukung siaran dalam
lingkup Radio RRI Surabaya. Bagian PMB juga mengumpulkan sementara berita
dari seluruh stasiun kelas tiga Jawa Timur yang selanjutnya dikirim ke stasiun
kalas satu pada rentang waktu tertentu.
Bagian PMB yang dimiliki oleh RRI Surabaya terintegrasi dengan
seluruh RRI kelas tiga seluruh Tawa Timur dan RRI kelas satu di Jakarta. Selain
itu RRI Surabaya terintegrasi secara online dan memiliki jaringan komputer yang
terbagi menjadi empat server, yaitu server berita, lagu, backup, dan server
streaming. Dengan demikian, sebagai stasiun penyiaran kelas dua yang memiliki
seluruh informasi penyiaran publik RRI Surabaya harus memiliki jaringan
streaming data, back up, dan recovery yang berjalan dengan baik.
Selama ini bagian PMB mengalami permasalahan dari sisi
Confidentiality adalah kesalahan penyimpanan berita yang tidak sesuai dengan
perencanaan. Dampak dari permasalahan ini adalah terganggunya pihak penyiar
membaca berita, sehingga siaran langsung menjadi tidak akurat. Dari sisi Integrity
adalah keutuhan berita hasil liputan langsung yang diakses tidak lengkap.
Keutuhan berita hasil liputan yang tidak lengkap akan berdampak pada turunya
rating acara siaran serta mempengaruhi kualitas acara tersebut. Dari sisi
Availability adalah keterlambatan peyediaan informasi, berita, siaran langsung,
hiburan, dan iklan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya risiko menurunya
tingkat kepercayaan pendengar dan stakeholder pada RRI Surabaya, serta
menyebabkan kerugian bagi RRI Surabaya.
Selama ini bagian PMB belum pernah melakukan analisa penyebab
terjadinya permasalahan tersebut, oleh karena itu bagian PMB tidak mengetahui
bagaimana tingkat keamanan informasi yang dimiliknya. Evaluasi keamanan
informasi dapat dilakukan dengan Audit Keamanan Informasi, hal ini diperlukan
untuk memenuhi Surat Perintah Perusahaan RRI Surabaya Nomor:
multimedia baru tidak memenuhi prosedur yang terdapat pada Surat Perintah
Perusahaan RRI Surabaya Nomor: 18/SPI/02/2014 tentang Kebijakan Keamanan
Informasi, dikhawatirkan menyebabkan risiko tidak adanya aspek kerahasiaan
(confidentiality), keutuhan (integrity), dan ketersediaan (availability) dari
informasi menjadi terganggu (ISO/IEC 27002, 2005). Agar audit keamanan
informasi dapat berjalan dengan baik diperlukan suatu standar untuk melakukan
audit tersebut (Tanuwijaya dan Sarno, 2010). Tidak ada acuan baku mengenai
standar apa yang akan digunakan atau dipilih oleh perusahaan untuk melaksanan
audit keamanan informasi (Sarno dan Iffano, 2009).
Standar ISO 27002:2005 dipilih dengan pertimbangan bahwa didalamnya
berisi panduan praktis (code of practice) teknik keamanan informasi.
Pertimbangan lainya adalah ISO 27002:2005 menyediakan dokumen standar
Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI) untuk digunakan oleh mereka
yang bertanggung jawab untuk proses implementasi, dan pemeliharaan
Information Security Management Systems (ISMS) pada suatu organisasi (Sarno,
2009). Standar ini tidak mengharuskan bentuk-bentuk kontrol yang tertentu tetapi
menyerahkan kepada pengguna untuk memilih dan menerapkan kontrol yang tepat
sesuai kebutuhannya khususnya pada bagian PMB.
Dengan adanya audit keamanan informasi pada bagian PMB di RRI
Surabaya melalui penyusunan Tugas Akhir maka diharapkan dapat mengukur
tingkat keamanan informasi yang ada, sehingga akan menentukan apakah Sistem
Manajemen Keamaman Informasi (SMKI) yang diterapkan sesuai dengan hasil
digunakan untuk meningkatkan keamanan informasi pada bagian PMB di RRI
Surabaya.
Mengacu pada hasil review, survei dan wawancara yang telah dilakukan,
maka klausul yang ditetapkan sebanyak 3 klausul yaitu keamanan sumber daya
manusia (klausul 8) untuk memastikan bahwa informasi hanya diakses oleh orang
yang memiliki hak akses, wilayah aman (klausul 9) untuk menjaga informasi
selalu utuh dan akurat, kontrol akses (klausul 11) untuk memastikan bahwa
informasi selalu tersedia jika diperlukan dan khusus diakses bagi orang yang
berwenang. Ketiga klausul yang ditetapkan ini telah memperoleh persetujuan dan
kesepakatan bersama oleh Kepala seksi PMB yang akan tertuang dalam dokumen
engagement letter.
Dengan adanya audit keamanan informasi pada bagian PMB di RRI
Surabaya melalui penyusunan Tugas Akhir maka diharapkan dapat mengukur
tingkat keamanan informasi yang ada, sehingga akan menentukan apakah Sistem
Manajemen Keamaman Informasi SMKI yang diterapkan sesuai dengan hasil
yang diharpakan. Hasil audit ini diharapkan menjadi masukan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan keamanan informasi pada bagian PMB di RRI
Surabaya.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang, maka perumusan masalah
yang didapat adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana membuat perencanaan Audit Keamanan Informasi pada bagian
2. Bagaimana melaksanakan audit keamanan informasi pada bagian PMB di
RRI Surabaya berdasarkan standar ISO 27002:2005?
3. Bagaimana menyusun hasil audit keamanan informasi yang dilakukan pada
bagian PMB di RRI Surabaya berdasarkan standar ISO 27002:2005?
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dalam audit
keamanan sistem informasi ini, agar tidak menyimpang dari tujuan yang akan
dicapai maka pembatasan masalah dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
1. Bagian Sistem informasi yang diaudit adalah Pengembangan Multimedia
Baru di RRI Surabaya.
2. Periode data yang digunakan untuk audit keamanan sistem informasi, Januari
2013 sampai Januari 2014
3. Tahapan audit yang digunakan adalah tahapan Davis dkk. 2011.
4. Metode audit dilakukan sampai tahap Report drafting and issuance atau tahap
laporan audit.
1.4 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan yang akan
dicapai dalam audit keamanan sistem informasi pada bagian PMB di Radio
Republik Indonesia (RRI) Surabaya adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan perencanaan Audit Keamanan Informasi pada bagian
Pengembangan Multimedia Baru berdasarkan standar ISO 27002:2005 yang
terdiri dari menentukan ruang lingkup, mengumpulkan data, dan menentukan
2. Melaksanankan Audit Keamanan Informasi pada bagian Pengembangan
Multimedia Baru berdasarkan standar ISO 27002:2005 dengan menganalisa
hasil wawancara berupa bukti, dan temuan-temuan audit.
3. Menyusun hasil Audit Keamanan Informasi pada bagian Pengembangan
Multimedia Baru berdasarkan standar ISO 27002:2005 dengan melakukan
analisa dan evaluasi dari bukti dan temuan yang ada sehingga didapat hasil
audit yang berupa temuan dan rekomendasi.
1.5Manfaat
Berdasarkan tujuan audit keamanan sistem informasi ini maka
didapatkan beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Untuk bagian pengambangan multimedia baru di Radio Republik Indonesia
(RRI) Surabaya
a. Membantu untuk mengetahui beberapa ketidak sesuaian prosedur
pemrosesan informasi berdasarkan hasil temuan yang ada.
b. Mendapatkan kontribusi untuk meningkatkan keamanan sistem informasi
dengan standar ISO 27002:2005.
c. Memperoleh acuan untuk menangani permasalahan yang terjadi di bagian
PMB.
d. Memberikan kontribusi untuk meningkatkan keamanan sistem informasi
dengan standar ISO 27002:2005.
e. Hasil analisa dan penelitian yang dilakukan dapat menjadi bajan masukan
bagi pihak RRI Surabaya khususnya bagian PMB dan rekomendasi untuk
2. Bagi mahasiswa (Peneliti)
a. Dapat memahami sistem kerja yang ada di isntansi penyiaran radio.
b. Dapat menerapkan sekaligus mengembangkan ilmu yang dipelajari selama
perkuliahan khususnya di bidang Audit Keamanan Informasi dengan
standar ISO 27002:2005 sesuai dengan judul penelitian Tugas Akhir.
c. Menambah wawasan dan pengetahuan untuk mempersiapkan diri baik
secara teoritis dan praktis.
1.6 Sistematika Penulisan
Di dalam penulisan Tugas Akhir ini secara sistematika diatur dan disusun
dalam 5 (lima) bab, yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah serta batasan terhadap masalah yang akan dibahas, tujuan dari
pembahasan masalah yang diangkat, dan sistematika penulisan laporan
tugas akhir ini.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini dibahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan Audit
Keamanan Sistem Informasi, diantaranya yaitu penjelasan tentang
Audit, Sistem Informasi, Audit Keamanan Informasi, Pengembangan
Multimedia Baru, Standar Sistem Manajemen Keamanan Informasi,
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi penjelasan mengenai langkah-langkah yang
dilakukan dalam audit keamanan informasi yang meliputi perencanaan
audit, persiapan audit, pelaksanaan audit serta pelaporan audit.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dibahas tentang analisa dan evalusai hasil temuan serta
rekomendasi dari kegiatan audit keamanan informasi pada bagian
Pengembangan Multimedia Baru di RRI Surabaya.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini berisikan kesimpulan penelitian yang telah dilakukan
terkait dengan tujuan dan permasalahan yang ada, serta saran
sehubungan dengan adanya kemungkinan audit keamanan informasi
2.1Audit
Penggunaan istilah audit telah banyak dipakai di berbagai disiplin ilmu,
mulai dari keuangan, pemerintahan hingga Teknologi Informasi (TI). Audit
merupakan proses atau aktivitas yang sistematik, independen dan terdokumentasi
untuk menemukan suatu bukti-bukti (audit evidence) dan dievaluasi secara
obyektif untuk menentukan apakah telah memenuhi kriteria pemeriksaan (audit)
yang ditetapkan (Sarno, 2009).
Dalam melaksanakan audit terdapat dua jenis audit yaitu: audit kepatutan
dan audit subtansi. Pelaksanaanya tergantung dengan kebutuhan dan tujuan audit
itu sendiri (dapat dilakukan secara terpisah). Beberapa jenis audit yaitu:
a. Audit Kepatutan (Compliance Audit)
Audit kesesuaian adalah audit Sistem Manajemen Keamanan Informasi
(SMKI) yang dilaksanakan untuk tujuan menegaskan apakah Objektif Kontrol,
Control dan prosedur memenuhi hal berikut:
- Telah memenuhi persyaratan sebagaimana ditulis dalam manual Sistem
Manajemen Keamanan Informasi (SMKI).
- Telah efektif diterapkan dan digunakan.
- Telah berjalan dengan yang diharapkan.
b. Audit Subtansi (Subtantion Audit)
Dalam audit keamanan informasi pada bagian pengembangan multimedia
baru ini menggunakan audit subtansi yaitu subuah langkah audit SMKI yang
dilaksanakan untuk tujuan menegaskan apakah hasil dari aktifitas (prosedur atau
proses telah dijalankan) telah sesuai dengan yang ditargetkan atau yang
diharapkan.
Selanjutnya aktivitas yang berlangsung pada dasarnya serupa, yakni:
penemuan ketidakpatutan proses yang ada terhadap standar pengelolaan aktivitas
terkait. Agar dapat sukses mengimplementasikan hal tersebut, maka aktivitas
audit seharusnya terencana dengan baik untuk memberikan hasil yang optimal
sesuai dengan kondisi bisnis masing-masing perusahaan (Sarno, 2009). Beberapa
tinjauan penting elemen utama dalam Audit dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Tinjauan terkait fisik dan lingkungan, yakni: proses yang terkait dengan
faktor lingkungan, keamanan fisik, suhu udara, kontrol kelembaban, dan
suplai sumber daya.
2. Tinjauan administrasi sistem, yaitu mencakup tinjauan keamanan sistem
manajemen basis data, sistem operasi, pelaksana, dan seluruh prosedur
administrasi sistem.
3. Tinjauan perangkat lunak. Perangkat lunak yang dimaksud adalah proses
informasi. Mencakup kontrol akses dan otorisasi ke dalam sistem, validasi
dan penanganan kesalahan termasuk pengecualian dalam sistem serta aliran
proses informasi dalam perangkat lunak beserta kontrol secara manual dan
prosedur penggunaannya. Sebagai tambahan, tinjauan juga perlu dilakukan
terhadap siklus hidup pengembangan sistem.
4. Tinjauan kemanan jaringan yang mencakup tinjauan jaringan internal dan
tinjauan terhadap firewall, daftar kontrol akses router, port scanning serta
pendeteksian akan gangguan maupun ancaman terhadap sistem.
5. Tinjauan kontinuitas bisnis dengan memastikan ketersediaan prosedur
penyimpanan dan duplikasi informasi, dokumentasi dari prosedur tersebut
serta dokumentasi pemulihan bencana atau kontinuitas bisnis yang dimiliki.
6. Tinjauan integritas data yang bertujuan untuk memastikan ketelitian data yang
beroperasi sehingga dilakukan verifikasi kontrol keamanan dan dampak dari
kurangnya kontrol yang diterapkan.
Gambar 2.1 Gambaran Proses Audit (Sumber: Davis, 2011)
Menurut (Davis, 2011) beberapa tahapan audit seperti yang terlihat pada
Gambar 2.1, setiap tahapan-tahapan akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Planning
Sebelum melakukan audit terlebih dahulu harus menentukan rencana
meninjau bagaimana audit dilakukan. Jika proses perencaaan dilakukan secara
efektif, maka dapat membentuk tim audit yang dapat berjalan dengan baik.
Sebaliknya, jika itu dilakukan dengan buruk serta pekerjaan dimulai tanpa rencana
yang jelas tanpa arah, upaya tim audit dapat mengakibatkan kegagalan tujuan dari
proses perencaaan adalah menentukan tujuan dan ruang lingkup audit, yaitu harus
2. Fieldwork and Documentation
Sebagian besar audit terjadi selama fase ini, ada saat pemeriksaan
langkah-langkah yang dibuat selama tahap sebelumnya dijalankan oleh tim audit.
Saat ini tim audit telah memperoleh data dan melakukan wawancara yang akan
membantu anggota tim untuk menganalisis potensi resiko dan menentukan resiko
belum dikurangi dengan tepat. Auditor juga harus melakukan pekerjaan yang
dapat mendokumentasikan pekerjaan mereka sehingga kesimpulan dapat
dibuktikan. Tujuan mendokumentasikan pekerjaan harus cukup detail sehingga
cukup informasi bagi orang untuk dapat memahami apa yang dilakukan dan
tersampainya kesimpula yang sama seperti auditor.
3. Issues Discovery and Validation
Pada tahap ini auditor harus menentukan dan melakukan perbaikan pada
daftar isu-isu yang potensial untuk memastikan isu-isu yang valid pada relevan.
Auditor harus mendiskusikan isu-isu potensial dengan pelanggan secepat
mungkin. Selain memvalidasi bahwa fakta-fakta telah benar, maka perlu
memvalidasi bahwa resiko yang disajikan oleh masalah ini cukup signifikan
memiliki nilai untuk pelaporan dan pengalamatan.
4. Solution Development
Setelah mengidentifikasikan isu-isu potensial di wilayah yang sedang
dilakukan audit dan telah memvalidasi fakta dan resiko, maka dapat dilakukan
rencanan untuk mengatasi setiap masalah. Tentu, hanya mengangkat isu-isu yang
tidak baik bagi perusahaan dan isu isu yang benar benar harus ditangani. Tiga
pendekatan umum yang digunakan untuk mengembangkan tindakan dalam
a. Pendekatan rekomendasi
b. Pendekatan respon manajemen
c. Pendekatan Solusi
5. Report Drafting and Issuance
Setelah ditemukan masalah dalam lingkungan yang diaudit, memvalidasi,
dan mendapatkan solusi yang dikembangkan untuk mengatasi masalah, maka
langkah selanjutnya adalah membuat draft untuk laporan audit. Laporan audit
adalah sebagai dokumen hasil audit. Fungsi utama laporan audit:
a. Untuk auditor dan instansi yang diaudit, berfungsi sebagai catatan audit,
hasilnya, dan rencana rekomendasi yang dihasilkan
b. Untuk Kepala Seksi dan auditor, berfungsi sebagai “kartu laporan” pada
bagian yang telah diaudit.
6. Issue Tracking
Audit belum benar-benar lengkap sampai isu yang diangkat dalam audit
tersebut diselesaikan. Bagian PMB harus mengembangkan suatu proses dimana
karyawan dapat melacak dan mengikuti sampai isu terselesaikan. Auditor yang
melakukan atau memimpin audit bertanggung jawab untuk menindak lanjuti poin
dari audit seperti tanggal jatuh tempo untuk setiap pendekatan dari audit yang
dihasilkan.
Penentuan metode dan tahapan penelitian audit keamanan informasi pada
bagian PMB dilakukan dengan mengacu dari proses audit oleh (Davis, 2011) serta
dikembangkan menjadi metode yang lebih kompatibel untuk memperoleh data
yang akurat dan relevan. Setiap tahapan dan metode penelitian audit sistem
Tabel 2.1 Tahapan dan metode penelitian audit keamanan informasi
No. Tahapan Davis Metode
1. - Plainning
- Perencanaan audit - Persiapan audit
2.
- Fieldwork and documentation - Issues discovery and validation - Solution development
- Pelaksanaan audit
3. - Report drafting and issuance - Pelaporan audit
2.2Sistem Informasi
Sistem adalah suatu entity yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang
saling berinteraksi untuk mencapai tujuan (Mukhtar, 1999). Sistem adalah
sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan (
inter-related) atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama
(common purpose) (Gondodiyoto, 2007).
Informasi berarti hasil suatu proses yang terorganisasi, memiliki arti dan
berguna bagi orang yang menerimanya (Mochtar, 1999). Informasi menyebabkan
pemakai melakukan suatu tindakan yang dapat dilakukan atau tidak dilakukan
(Hall, 2001). Informasi ditentukan oleh efeknya pada pemakai, bukan oleh bentuk
fisiknya (Gondodiyoto, 2007).
Dengan demikian sistem informasi dapat didefinisikan sebagai kumpulan
elemen/sumberdaya dan jaringan prosedur yang saling berkaitan secara terpadu,
terintegrasi dalam suatu hubungan hirarkis tertentu dan bertujuan untuk mengolah
2.3 Keamanan Informasi
Keamanan Informasi adalah penjagaan informasi dari seluruh ancaman
yang mungkin terjadi dalam upaya untuk memastikan atau menjamin
kelangsungan bisnis (business continuity), meminimalisi risiko bisnis (reduce
business risk) dan memaksimalkan atau mempercepat pengembalian investasi dan
peluang bisnis (Sarno dan Iffano, 2009). Contoh Keamanan Informasi menurut
(Sarno dan Iffano, 2009) adalah:
1. Physical Security adalah keamanan informasi yang memfokuskan pada strategi
untuk mengamankan individu atau anggota organisasi, aset fisik dan tempat
kerja dari berbagai ancaman meliputi akses tanpa otoritasi, kebakaran, dan
bencana alam.
2. Personal Security adalah Keamanan Informasi yang berhubungan dengan
keamanan personil. Biasanya saling berhubungan dengan ruang lingkup
(physical security).
3. Operation Security adalah Keamanan Informasi yang membahas bagaimana
strategi suatu organisasi untuk mengamankan kemampuan organisasi tersebut
untuk beroprasi tanpa gangguan.
4. Communication Security adalah Keamanan Informasi bertujuan menggunakan
media komunikasi, teknologi komunikasi, dan yang ada didalamya. Serta
kemampuan untuk memanfaatkan media dan teknologi komunikasi untuk
mencapai tujuan organisasi.
5. Network Security adalah keamanan informasi yang memfokuskan pada
isinya, serta kemampuan untuk menggunakan jaringan tersebut dalalm
memenuhi fungsi komunikasi data organisasi.
Aspek Keamanan Informasi meliputi tiga hal, yitu: Confidentiality,
Integrity, dan Availability (CIA). Aspek tersebuut dapat dilihat pada Gambar 2.2
yang lebih lanjut akan di jelaskan sebagai berikut.
a) Kerahasiaan (Confidentiality): Informasi bersifat rahasia dan harus dilindungi
terhadap keterbuakaan dari pengguna yang tidak berkepentingan.
b) Ketersediaan (Integrity): Layanan, fungsi sistem, informasi harus terjamin dan
tersedia bagi pengguna saat diperlukan.
c) Integritas (Availibility): Informasi harus komplit dan tidak dirubah. Dalam
teknologi informasi, kata informasi terkait dengan berita. Hilangnya integritas
informasi berarti berita tersebut tidak akurat.
Gambar 2.2 Aspek Keamanan Informasi (Sumber: Sarno, 2009)
2.4 Pengembangan Multimedia Baru (PMB)
PMB merupakan bagian dari teknik studio dan media baru instansi
penyiaran radio RRI Surabaya, sedangkan teknik studio dan multimedia baru
merupakan unit dari stasuin penyiaran RRI Surabaya. PMB adalah bagian yang
kebutuhan di bagian penyiaran yaitu penyimpanan, pengelolaan berita, lagu,
siaran, iklan, streaming, dan lain-lain untuk stasiun penyiaran kelas II RRI
Surabaya.
2.5 Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Penilaian risiko (risk assessment) adalah langkah atau tahap pertama dari
proses manajemen risiko (Sarno dan Iffano, 2009). Penilaian risiko bertujuan
untuk mengetahui ancaman-ancaman dari luar yang berpotensi mengganggu
Keamanan Informasi organisasi dan potensial kelemahan yang dimiliki oleh
Informasi organisasi. Metode penilaian risiko terdiri dari 6 tahapan, yaitu:
1. Identifikasi Informasi.
2. Identifikasi Ancaman (threat).
3. Identifikasi Kelemahan (vulnerability).
4. Menentukan Kemungkinan Ancaman (probability).
5. Analisa Dampak (impact analysis).
6. Menentukan Nilai Risiko.
Menurut (Sarno dan Iffano, 2009) nilai risiko (risk value) adalah
Gambaran dari seberapa besar akibat yang akan diterima oleh organisasi jika
ancaman (threat) yang menyebabkan kegagalan keamanan informasi terjadi.
Dalam Tugas Akhir ini penilaian risiko menggunakan metode kuantitatif.
Metode kuantitatif adalah metode penilaian risiko dengan pendekatan
matematis. Dengan metode ini nilai risiko dapat dihitung dengan menggunakan
rumus berikut.
a) Menghitung nilai aset berdasarkan aspek keamanan informasi, yaitu:
(availability). Nilai aset dihitung dengan menggunakan persamaan matematis
berikut:
Nilai Aset = NC + NI + NV ………...(2.1) Dimana:
NC = Nilai Confidetiality sesuai nilai yang dipilih Tabel.
NI = Nilai Integrity sesuai nilai yang dipilih pada Tabel.
NV = Nilai Availability sesuai nilai yang dipilih pada Tabel.
b) Mengidentifikasi ancaman dan kelemahan yang dimiliki oleh aset dapat
dilakukan dengan membuat Tabel kemungkinan kejadian (probability of
occurrence). Nilai rata-rata probabilitas dihasilkan dari klasifikasi probabilitas
dengan rentang nilai yang dapat didefinisikan sebagai berikut:
Low : Nilai rata-rata probabilitas 0,1 - 0,3.
Medium : Nilai rata-rata probabilitas 0,4 - 0,6.
High : Nilai rata-rata probabilitas 0,7 - 1,0.
Nilai ancaman dari suatu aset dapat dihitung dengan rumus:
NT = ∑PO / ∑Ancaman ………...…(2.2) Dimana:
∑PO : Jumlah probability of occurrence.
∑Ancaman : Jumlah ancaman terhadap informasi.
c) Analisa dampak bisnis (Business Impact Analysis) dapat diistilahkan dengan
BIA. Menganalisa dampak bisnis dapat dilakukan dengan cara membuat skala
nilai BIA. Dampak bisnis dibagai dalam lima level penilaian, yaitu: 0 ≥ Not Critical Impact≤ 20
40 > Medium Critical Impact≤ 60
60 > High Critical Impact≤ 80
80 > Very High Critical Impact≤ 100
Mengidentifikasi level risiko dapat dilakukan dengan membuat Tabel level
risiko. Didalam Tabel level risiko terdapat nilai ancaman yang dibagi dalam 3
level penilaian, yaitu: 0 ≥ Low Probability≤ 0,1
0,1 > Medium Probability≤ 0,5
0,5 > High Probability≤ 1,0
d) Perhitungan nilai risiko dengan pendekatan matematis:
Risk Value = NA x BIA x NT ………...…(2.3) Dimana:
Nilai Aset: NA
Analisa Dampak Bisnis: BIA
Nilai Ancaman: NT
Menurut (Sarno dan Iffano, 2009) setelah menentukan metode penilaian
risiko, maka organisasi harus menentukan bagaimana kriteria penerimaan risiko.
Kriteria ini sebagai acuan tindakan apa yang akan dilakukan oleh organisasi dalam
menerima risiko jika terjadi kegagalan Keamanan Informasi. Adapun kriteria
penerimaan risiko dapat dikategorikan sebagai berikut.
1. Risiko Diterima (risk acceptance)
Organisasi menerima risiko yang terjadi dengan segala dampaknya dan proses
2. Risiko Direduksi (risk reduction)
Organisasi menerima risiko yang terjadi direduksi dengan menggunakan
Kontrol Keamanan sampai pada level yang dapat diterima oleh organisasi.
3. Risiko Dihindari atau Ditolak (risk avoidance)
Organisasi menghindari risiko yang terjadi dengan cara menghilangkan
penyebab timbulnya risiko atau organisasi menghentikan aktivitasnya jika
gejala risiko muncul (seperti: mematikan komputer server, memutus koneksi
jaringan, dan lain-lain).
4. Risiko Dialihkan Pada Pihak Ketiga (risk transfer)
Organisasi menerima risiko dengan cara mengalihkan pada pihak ketiga untuk
mendapat penggantian atau kompensasi dari pihak ketiga (seperti kepada
perusahaan asuransi, vendor, dan lain-lain).
Metode untuk menentukan kriteria penerimaan risiko dapat menggunakan Tabel
matrik 3x3 dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Kriteria Penerimaan Risiko
Probabilitas Ancaman (PA) Biaya Pemulihan (BP)
Low Medium High High Risk Acceptance Risk Avoidance Risk Transfer Medium Risk Acceptance Risk Reduction Risk Transfer Low Risk Acceptance Risk Reduction Risk Transfer
High Medium Low Biaya Transfer Risiko (BR)
(Sumber: Sarno dan Iffano, 2009)
Kriteria penerimaan risiko pada Tabel 2.2 diatas menggunakan prinsip
logika penerimaan risiko AND serta dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Jika salah satu nilai variabel ber logika Low maka risiko diterima dan
2. Kriteria risiko diterima dapat dikembangkan dengan kriteria tambahan yaitu:
a. Jika biaya pemulihan lebih kecil daripada biaya transfer risiko, maka risiko diterima dengan status risk acceptance.
b. Jika biaya pemulihan lebih besar daripada biaya transfer risiko, maka risiko diterima dengan status risk transfer.
c. Jika biaya pemulihan sama dengan biaya transfer risiko, maka risiko diterima dengan status risk reduction, yaitu risiko direduksi dengan
menggunakan pengendalian Kontrol Keamanan sampai pada level
yang dapat diterima oleh organisasi, kecuali jika probabilitas ancaman
bernilai HIGH maka risiko ditolak.
2.6 Standar Sistem Manajemen Keamanan Informasi
Sejak tahun 2005, International Organization for Standardization (ISO)
atau organisasi Internasional untuk standarisasi telah mengembangkan sejumlah
standar tentang Information Security Management System (ISMS) atau Sistem
Manajemen Keamanan Informasi (SMKI) baik dalam bentuk persyaratan maupun
panduan. Standar SMKI ini dikelompokkan sebagai keluarga atau seri ISO 27000
yang terdiri dari:
a. ISO/IEC 27000:2009-ISMS Overview and Vocabulary
Dokumen definisi-definisi keamanan informasi yang digunakan sebagai
istilah dasar dalam serial ISO 27000.
b. ISO/IEC 27001:2005-ISMS Requirements
Berisi persyaratan standar yang harus dipenuhi untuk membangun SMKI.
Terkait dengan dokumen ISO 27001, namun dalam dokumen ini berisi
panduan praktis (code of practice) teknik keamanan informasi.
d. ISO/IEC 27003:2010-ISMS Implementation Guidance
Berisi matriks dan metode pengukuran keberhasilan implementasi SMKI.
e. ISO/IEC 27004:2009-ISMS Measurements
Berisi matriks dan metode pengukuran keberhasilan implementasi SMKI.
f. ISO/IEC 27005:2008-Infromation Security Risk Management
Dokumen panduan pelaksanaan manajemen resiko.
g. ISO/IEC 27006:2007-ISMS Certification Body Requirements
Dokumen panduan untuk sertifikasi SMKI perusahaan.
h. ISO/IEC 27007-Guidelines for ISMS Auditing
Dokumen panduan audit SMKI perusahaan.
Gambar 2.3 Relasi Antar Keluarga Standar SMKI (Sumber: Sarno dan Iffano, 2009)
a. ISO/IEC 27000:2009 – ISMS Overview and Vocabulary
Standar ini dirilis tahun 2009, memuatprinsip-prinsip dasar Information
Security Management System, definisi sejumlah istilah penting dan hubungan
antar standar dalam keluarga SMKI, baik yang telah diterbitkan maupun sedang
tahap pengembangan. Hubungan antar standar keluarga ISO 27000 dapat dilihat
pada Gambar 2.3.
b. SNI ISO/IEC 27001- Persyaratan Sistem Manajemen Keamanan Informasi
SNI ISO/IEC 27001 yang diterbitkan tahun 2009 dan merupakan versi
Indonesia dari ISO/IEC 27001:2005, berisi spesifikasi atau persyaratan yang harus
dipenuhi dalam membangun Sistem Manajemen Keamanan Informasi(SMKI).
Standar ini bersifat independen terhadap produk teknologi masyarakat
penggunaan pendekatan manajeman berbasis risiko,dan dirancang untuk
menjamin agar kontrol- kontrol keamanan yang dipilih mampu melindungi aset
informasi dari berbagai risiko dan memberi keyakinan tingkat keamanan bagi
pihak yang berkepentingan.
Standar ini dikembangkan dengan pendekatan proses sebagai suatu
model bagi penetapan, penerapan, pengoprasian, pemantauan, tinjau ulang
(review), pemeliharaan dan peningkatan suatu SMKI. Model PLAN, DO, CHECK,
ACT (PDCA) diterapkan terhadap struktur keseluruhan proses SMKI. Dalam
model PDCA, keseluruhan proses SMKI dapat dipetakan seperti Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Peta PDCA dalam proses SMKI
PLAN (Menetapkan SMKI) Menetapkan kebijakan SMKI,
Tabel 2.3 (Lanjutan)
DO (Menerapkan dan mengoperasikan SMKI)
Menetapkan dan mengoperasikan kebijakan SMKI
CHECK (Memantau dan melakukan tinjau ulang SMKI)
Mengkaji dan mengukur kinerja proses terhadap kebijakan, sasaran, praktek-praktek dalam menjalankan SMKI dan melaporkan hasilnya kepada manajemen untuk ditinjau efektivitasnya
ACT (Memelihara dan meningkatkan SMKI)
Melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan, berdasarkan hasil evaluasi, audit internal dan tinjauan manajemen tentang SMKI atau kegiatan pemantauan lainnya untuk mencapai peningkatan yang
berkelanjutan. (Sumber: Sarno dan Iffano, 2009)
c. ISO/IEC 27002:2005 – Code of Practice for ISMS
ISO/IEC 27002 berisi panduan ISO IEC 17799 tahun 2005, resmi
dipublikasikan pada tanggal 15 Juni 2005. Pada tanggal 1 Juli 2007, nama itu
secara resmi diubah menjadi ISO IEC 27002 tahun 2005. Konten tersebut masih
persis sama. Standar ISO IEC 17799:2005 (sekarang dikenal sebagai ISO IEC
27002:2005) dikembangkan oleh IT Security Subcommittee (SC 27) dan
Technical Committee on Information Technology (ISO/IEC JTC 1) (ISO
27002, 2005).
d. ISO/IEC 27003:2010 – ISMS Implementation Guidance
Tujuan dari ISO/IEC 27003 adalah untuk memberikan panduan bagi
perancangan dan penerapan SMKI agar memenuhi persyaratan ISO 27001.
Standar ini menelaskan proses pembangunan SMKI meliputi pengarsipan,
perancangan dan penyusunan atau pengembangan SMKI yang diGambarkan
e. ISO/IEC 27004:2009 – Information Security ManagementMeasurement
Standar ini menyediakan penyusunan dan penggunaan teknik pengukuran
untuk mengkaji efektivitas penerapan SMKI dan kontrol sebagaimana disyaratkan
ISO/IEC 27001. Standar ini juga membentu organisasi dalam mengukur
ketercapaian sasaran keamanan yang ditetapkan.
f. ISO/IEC 27005:2008 – Information Security Risk Management
Standar ini menyediakan panduan bagi kegiatan manajemen risiko
keamanan informasi dalam suatu organisasi, khususnya dalam rangka mendukung
persyaratan- persyaratan SMKI sebagaimana didefinisikan oleh ISO/IEC 27001.
Standar ini diterbitkan pada bulan Juni 2008.
g. ISO/IEC 27006:2007 – Prasyarat Badan Audit dan Sertifikasi
Standar ini menetapkan persyaratan dan memberikan panduan bagi
organisasi yang memiliki kewenangan untuk melakukan audit dan sertifikasi
SMKI.Standar ini utamanya dimaksudkan untuk mendukung porses akreditasi
Badan Sertifikasi ISO/IEC 27001 oleh Komite Akreditasi dari negara
masing-masing.
h. ISO/IEC 27007 – Guidelines for ISMS Auditing
Standar ini memaparkan panduan bagaimana melakukan audit SMKI
perusahaan.
2.7 ISO/IEC 27002:2005 – Code of Practice for ISMS
Seperti yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, ISO/IEC
27002:2005 terkait dengan dokumen ISO 27001, namun dalam dokumen ini berisi
panduan praktis (code of practice) teknik keamanan informasi. Kontrol keamanan
control clauses), 41 objektif kontrol (control objectives) dan 133 kontrol
keamanan/ kontrol (controls) yang dapat dilihat dalam Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Ringkasan Jumlah Klausul Kontrol Keamanan, Objektif Kontrol dan Kontrol
Klausul Jumlah
Objektif Kontrol Kontrol
4 2 -
5 1 2
6 2 11
7 2 5
8 3 9
9 2 13
10 10 32
11 7 25
12 6 16
13 2 5
14 1 5
15 3 10
Jumlah: 12 Jumlah: 41 Jumlah:133
(Sumber: Sarno, 2009)
ISO 27002:2005 berisi panduan yang menjelaskan contoh penerapan
keamanan informasi dengan menggunakan bentuk-bentuk kontrol tertentu agar
mencapai sasaran kontrol yang ditetapkan. Bentuk-bentuk kontrol yang disajikan
seluruhnya menyangkut 12 area pengamanan sebagaimana ditetapkan didalam
ISO/IEC 27002.
Dalam penelitian ini, audit keamanan sistem informasi akan difokuskan
pada standar 3 klausul, yaitu klausul 8 tentang keamanan sumber daya manusia,
klausul 9 tentang keamanan fisik dan lingkungan, klausul 11 tentang kontrol akses
yang sudah disesuaikan dengan kesepakatan auditor dan Kepala Seksi PMBdalam
engagement letter surat perjanjian audit, untuk detail struktur dokumen kontrol
Tabel 2.4 Detail Struktur Kontrol Acuan Audit Keamanan Informasi ISO/IEC 27002:2005
Klausul: 8 Keamanan Sumber Daya Manusia Kategori Keamanan Utama: 8.1 Sebelum menjadi pegawai Objektif Kontrol:
Untuk memastikan bahwa pegawai, kontraktor atau pihak ketiga memahami akan tanggung jawabnya dan bisa menjalankan aturan yang mereka dapatkan untuk meminimalkan resiko pencurian atau kesalahan dalam penggunaan fasilitas informasi.
8.1.1 Aturan dan tanggung jawab keamanan
Kontrol:
Aturan-aturan dan tanggung jawab dari pegawai, kontraktor dan pengguna pihak ketiga harus didefinisikan, didokumentasi sesuai dengan kebijakan Keamanan Informasi organisasi.
Kategori Keamanan Utama: 8.2 Selama menjadi pegawai Objektif Kontrol:
Untuk memastikan bahwa pegawai, kontraktor atau pihak ketiga memahami Keamanan Informasi yang telah ditetapkan oleh organisasi demi mengurangi terjadinya kesalahan kerja (human error) dan resiko yang dihadapi oleh organisasi.
8.2.1 Tanggung jawab manajemen
Kontrol:
Tabel 2.4 (Lanjutan).
Kategori Keamanan Utama: 8.2 Selama bekerja Objektif Kontrol:
Untuk memastikan bahwa keamanan diterapkan dalam pekerjaan seluruh individu di organisasi.
8.2.2
Pendidikan dan pelatihan keamanan informasi
Kontrol:
Seluruh pegawai di dalam organisasi, kontraktor atau pihak ketiga yang relevan harus mendapat pelatihan yang cukup relevan sesuai diskripsi kerja masing-masing tentang kepedulian Keamanan Informasi. Hal ini dilakukan secara regular sesuai dengan perubahan kebijakan dan prosedur di organisasi.
Klausul: 9 Keamanan fisik dan lingkungan Kategori Keamanan Utama: 9.1 Wilayah aman Objektif Kontrol:
Untuk mencegah akses fisik tanpa hak, kerusakan dan ganguan terhadap Informasi dan perangkatnya dalam organisasi.
9.1.2 Kontrol masuk fisik
Kontrol:
Wilayah aman (secure) harus dilindungi dengan kontrol akses masuk yang memadai untuk memastikan hanya orang yang berhak saja-dibolehkan masuk.
Klausul: 9 Keamanan fisik dan lingkungan
Kategori Keamanan Utama: 9.1 Wilayah aman Objektif Kontrol:
Untuk mencegah akses fisik tanpa hak, kerusakan dan ganguan terhadap Informasi dan perangkatnya dalam organisasi.
9.1.3 Keamanan kantor, ruang dan fasilitasnya
Kontrol:
Tabel 2.4 (Lanjutan)
Kategori Keamanan Utama: 9.2 Keamanan Peralatan Objektif Kontrol:
Untuk mencegah kehilangan, kerusakan, pencurian atau ketidakberesan aset dan gangguan terhadap aktivitas organisasi.
9.2.1 Letak peralatan dan pengamanannya
Kontrol:
Semua peralatan harus ditempatkan dengan tepat dan dilindungi untuk mengurangi resiko dari ancaman dan bahaya dari lingkungan sekitar atau kesempatan untuk diakses dari orang- orang yang tidak berhak.
9.2.3 Keamanan
pengkabelan
Kontrol:
Kabel daya dan telekomunikasi yang menyalurkan data dan layanan Informasi harus dilindungi dari gangguan dan kerusakan.
2.8 Tingkat Kematangan(CMMI) to ISO 27002
Dimensi kematangan Capability Maturity Model Integration (CMMI) digunakan untuk kegiatan benchmarking dan penilaian, tingkat kematangan
berlaku untuk pencapaian proses perbaikan organisasi (CMMI-DEV V1.3, 2010).
Tabel 2.5 CMMI to ISO 27002
Level Continous Representation Capability Levels
Staged Representation Maturity Levels
0 Incomplete
1 Performed Initial
2 Managed Managed
3 Defined Defined
4 Quantitatively Managed
5 Optimizing
(Sumber: CMMI-DEV V1.3, 2010)
Tingkat kematangan organisasi pada Tabel 2.5 menyediakan cara untuk
mengkarakterisasi kinerjanya. Pengalaman menunjukkan bahwa organisasi
mereka pada sejumlah proses yang dikelola. Sebuah tingkat kematangan adalah
dataran tinggi evolusi yang ditetapkan untuk perbaikan proses organisasi. Setiap
tingkat kematangan organisasi sangat penting untuk mempersiapkan perpindahan
ke tingkat kematangan berikutnya (CMMI-DEV V1.3, 2010).
1. Tingkat Kematangan Level 1: Initial
Pada tingkat kematangan level 1, proses organisasi masih kacau. Organisasi
tidak menyediakan lingkungan yang stabil untuk mendukung proses.
Organisasi dapat sukses tergantung dari kompetensi dan orang-orang di dalam
organisasi, bukan dari penggunaan proses. Pada level ini, organisasi ditandai
dengan kecenderungan untuk overcommit, meninggalkan proses mereka dalam
waktu krisis, dan tidak dapat mengulangi keberhasilan mereka.
2. Tingkat Kematangan Level 2: Managed
Pada tingkat kematangan level 2, telah dipastikan bahwa proses proyek sudah
direncanakan dan dilaksanakan dengan dokumentasi yang terbatas.
Memperkerjakan sumber daya yang terampil untuk menghasilkan output yang
dapat dikendalikan, melibatkan stakeholder terkait monitoring, pengendalian,
peninjauan, dan proses evaluasi untuk kepatuhan terhadap deskripsi proses.
Komitmen telah ditetapkan antar pemangku kepentingan dan direvisi sesuai
dengan kebutuhan. Produk dan layanan pekerjaan ditentukan sesuai deskripsi
proses, standar, dan prosedur mereka.
3. Tingkat Kematangan Level 3: Defined
Pada tingkat kematangan level 3, proses sudah dipahami dengan baik,
organisasi merupakan dasar level 3 agar dapat ditingkatkan dari waktu ke
waktu. Pada tingkatan level 2 deskripsi proses dan prosedur bisa sangat
berbeda dengan level 3 yang lebih dijelaskan secara detil. Sebuah proses pada
level 3 didefinisikan dengan jelas meliputi tujuan, masukan, kriteria, kegiatan,
peran, langkah-langkah, verifikasi, dan hasil. Pada tingkat kematangan level 3,
proses dikelola lebih proaktif menggunakan pemahaman tentang hubungan
timbal balik dari kegiatan, langkah-langkah, produk kerja, dan layanannya.
4. Tingkat Kematangan Level 4: Quantitatively Managed
Pada tingkat kematangan level 4, organisasi dan proyek menerapkan tujuan
kuantitatif untuk kualitas dan kinerja proses digunakan sebagai kriteria
pengelolaan proyek. Tujuan kuantitatif didasarkan pada kebutuhan pelanggan,
pengguna akhir, organisasi, dan pelaksana proses. Kualitas dan kinerja proses
dipahami serta dikelola selama proyek berlangsung. Untuk subproses yang
dipilih, langkah-langkah khusus dari kinerja proses dikumpulkan dan
dianalisis secara statistik. Ketika memilih subproses untuk analisis, sangat
penting untuk memahami hubungan antara subproses yang berbeda dan
dampaknya terhadap pencapaian tujuan untuk kualitas dan kinerja proses.
Pendekatan statistik membantu untuk memastikan bahwa pemantauan
subproses menggunakan teknik kuantitatif statistik diterapkan agar memiliki
nilai yang paling baik untuk bisnis. Perbedaan penting antara tingkat
kematangan 3 dan 4 adalah prediktabilitas kinerja proses. Pada tingkat
kematangan 4, kinerja proyek dan subproses yang dipilih dikendalikan
menggunakan teknik kuantitatif statistik dan prediksi didasarkan pada
5. Tingkat Kematangan Level 5: Optimizing
Pada tingkat kematangan level 5, sebuah organisasi terus-menerus
meningkatkan proses yang didasarkan pada pemahaman kuantitatif tujuan
bisnis dan kebutuhan kinerja. Organisasi menggunakan pendekatan kuantitatif
untuk memahami variasi yang melekat dalam proses dan penyebab hasil
proses. Tingkat kematangan level 5 berfokus pada kinerja proses terus
ditingkatkan secara bertahap disertai dengan perbaikan teknologi. Kualitas
dan kinerja organisasi terus direvisi mencerminkan perubahan tujuan bisnis
dan kinerja organisasi. Efek dari perbaikan proses diukur menggunakan
teknik kuantitatif statistik dan dibandingkan dengan tujuan, kinerja, kualitas.
Perbedaan penting antara tingkat kematangan 4 dan 5 adalah fokus pada
pengelolaan dan meningkatkan kinerja organisasi. Pada tingkat kematangan
4, organisasi dan proyek fokus pada pemahaman dan mengendalikan kinerja
di tingkat subproses dan menggunakan hasil untuk mengelola proyek. Pada
tingkat kematangan 5, organisasi yang bersangkutan dengan kinerja
organisasi secara keseluruhan menggunakan data yang dikumpulkan dari
beberapa proyek. Analisis data mengidentifikasi kekurangan atau
kesenjangan dalam kinerja. Kesenjangan ini digunakan untuk mendorong
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada Bab III akan dilakukan pembahasan dimulai dari tahapperencanaan
audit, persiapan audit,pelaksanaan, dan dilanjutkan dengan tahap pelaporan
auditseperti terdapat pada Gambar 3.1.
Studi Literatur - Studi ISO 27002
Dokumen ISO/IEC 27002 edisi pertama 15-6-2005 - Manajemen Keamanan Sitem Informasi (R. Sarno Iffano)
Pelaporan Audit
1.Permintaan tanggapan atas daftar temuan audit 2.Penyusunan draft laporan audit
3. Persetujuan draft laporan audit
4. Pelaporan hasil audit Perencanaan Audit
1.Pemahaman proses bisnis TI 2.Penentuan ruang lingkup, objek audit, risiko & tujuan audit
3.Penentuan klausul, obyektif kontrol
4.Membuat dan
menyampaikan Engagement Letter 4.Melakukan pembobotan pernyataan
3. Melakukan uji kematangan 4. Konfirmasi temuan dan rekomendasi audit
Hasil Perencanaan Audit 1.Profil perusahaan, visi misi Radio Republik Indonesia (RRI) Surabaya, profil Pengembangan Multimedia Baru, Struktur Organisasi, deskripsi pekerjaan di Pengembangan multimedia baru dan proses Kerja.
2.Ruang lingkup, risiko audit dan tujuan audit 3.Hasil pemilihan klausul,obyektif kontrol dan kontrol
4.Engagement Letter
Hasil Persiapan Audit 1.Hasil Penyusunan Audit Working Plan 2.Dokumen Hasil pemeriksaan Data 3. Hasil uji kematangan 4.Daftar temuan & rekomendasi
Hasil Pelaporan Audit 1.Hasil Daftar Temuan Audit dan Rekomendasi 2.Pertemuan penutup, edisi pertama 15-6-2005
Studi Literatur - Studi ISO 27002 - Peringkat Tingkat Kematangan CMMI
Gambar 3.1Tahapandalam Audit Keamanan InformasiPada Pagian
Pengembangan Multimedia Baru
(Sumber: Davis, 2011)
3.1 Tahap Perencanaan Audit Keamanan Informasi
Pada tahap ini langkah-langkah yang dilakukan yakni 1. Pemahaman
proses bisnis TI, 2.Menentukan ruang lingkup,risiko dan tujuan audit,3.Penentuan
klausul, obyektif kontrol, 4. Membuat dan menyampaikan engagement letter. Dari
tahapan tersebut akan menghasilkan Profil perusahaan, visi dan misi Radio
Republik Indonesia (RRI) Surabaya,profil Pengembangan Multimedia
Baru,Struktur Organisasi, deskripsi pekerjaan di Pengembangan multimedia baru
dan proses Kerja, ruang lingkup obyek audit dan tujuan audit, hasil pemilihan
klausul, obyektif kontrol dan kontrol, dan Engagement Letter.
3.1.1 Pemahaman ProsesBisnis TI
Pada tahapan perencanaan audit, proses pertama yang dilakukan adalah
pemahaman proses bisnis dan TI perusahaan yang diaudit (auditee) dengan
mempelajari dokumen-dokumen yang terkait dengan perusahaan. Dokumen
tersebut berupa profil perusahaan, tugas pokok dan fungsi (tupoksi), kebijakan,
standar, prosedur, portopolio, arsitektur, infrastruktur, dan aplikasi sistem
informasi. Langkah selanjutnya adalah mencari informasi apakah sebelumnya
perusahaan telah melaksanakan proses audit. Apabila pernah dilakukan audit,
maka auditor perlu mengetahui dan memeriksa laporan audit sebelumnya.
Untuk menggali pengetahuan tentang proses TI dibagian PMB maka
auditor menyususn langkah-langkah yang dilakukan untuk mengetahui dan
memeriksa dokumen-dokumen yang terkait dengan proses audit, wawancara
Kepala Seksi dan pelaksana, serta melakukan observasi kegiatan operasional dan
Dalam hal ini diharapkan definisi dari pemahaman proses informasi di
bagian PMB menghasilkan dokumen berupa profil RRI Surabaya, visi, misi dan
tujuan Radio Republik Indonesia Surabaya, profil pengembangan multimedia baru
(PMB) pada RRI Surabaya, struktur organisasi fungsional di pengembangan
multimedia baru, deskripsi pekerjaan di PMB serta hasil observasi kegiatan
operasional dan siaran yang digunakan dapat menjadi pengetahuan dalam proses
kerja instansi. Salah satu contoh proses identifikasi proses bisnis dengan
wawancara kepada Kepala Seksi PMB dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Contoh Wawancara dengan Kepala Seksi PMB
Wawancara Permasalahan Pada Pengembangan Multimedia Baru
Auditor : Dewangga Putra Sejati
Auditee : Bpk Tauchid Harsono
Tanggal : 1 Oktober2015
Tanda Tangan :
1. T: Apakah pada perusahaan ini khususnya di bagian Pengembangan Multimedia Baru RRI Surabaya memiliki suatu regulasi khusus untuk audit atau keterikatan, misalnya seperti penyiaranumum adalah KPI, apabila saham berdasarkan BEI/Bapepam? Apabila tidak ada regulasi khusus, dapatkah saya nantinya mengaudit pada bagian tertentu berdasarkan SOP atau kebijakan atau peraturan yg berlaku pada instansi ini?
J: Mengenai SOP (Standard Operating Procedure), hampir seluruh alur proses bisnis diberi arahan oleh RRI pusat untuk masing-masing bagian dinamakan tupoksi (tugas pokok siaran). Namun terdapat satu bagian yang dapat anda audit karena masih bisa dilihat secara langsung proses kerjanya yaitu di bagian Pengembangan Multimedia Baru (PMB). Pada bagian tersebut terdapat penyimpanan berita, lagu, siaran.
2. T : Pada setiap perusahaan pasti terdapat beberapa aset berharga, contoh : aset informasi, aset piranti lunak, aset fisik, aset layanan. Pada bagian PMB , terdapat aset apa saja?
J : Ya aset-aset tersebut semuanya ada di sini. Di antaranya yaitu : Aset informasi :berupa dokumentasi dilapangan, iklan, lagu, Aset fisik :berupa fasilitas dari instansi yaitu PC, alat transmisi, pemancar, dan
peralatanpenyiaran lainnya, Aset piranti lunak:berupa aplikasi pengolahan lagu, berita serta iklanAset layanan :berupa studio, peralatan siaran, kendaraan siaran bergerak, AC, dll
3.1.2 Penentuan Ruang Lingkup,Risiko dan Tujuan Audit
Proses kedua pada tahapan perencanaan ini adalah mengidentifikasi
ruang lingkup dan tujuan yang akan dibahas dalam audit kali ini. Penentuan ruang
lingkup dilakukan dengan cara melakukan observasi, wawancara, dan kuesioner
pada bagianPMB. Pada proses ini, langkah yang selanjutnya dilakukan adalah
mengidentifikasi tujuan yang berhubungan dengan kebutuhan audit keamanan
informasi. Output yang dihasilkan adalah tujuan audit keamanan informasi PMB
RRI Surabaya, ruang lingkup, penilaian risiko.
3.1.3 Menentukan Klausul, Obyektif Kontrol dan Kontrol
Pada proses ini langkah yang dilakukan adalah menentukan objek mana
saja yang akan diperiksa sesuai dengan permasalahan yang ada dan kebutuhan
perusahaan. Menentukan klausul, obyektif kontrol dan kontrol yang sesuai
dengan kendala dan kebutuhan bagian PMB. Klausul, obyektif kontrol dan kontrol
yang ditentukan harus berdasarkan kesepakatan antara auditor dengan auditee.
Keluaran yang diharapkan dari proses ini dapat menjadi acuan dalam menentukan
klausul yang digunakan dalam audit keamanan sistem informasi.
3.1.4 Membuat dan Menyampaikan Engagement Letter
Pada tahap ini adalah membuat dan menyampaikan Engagement Letter
atau surat perjanjian audit. Surat perjanjian audit adalah surat persetujuan antara
kedua belah pihak yang bersangkutan yaitu auditor dengan Kepala seksi
PMBtentang syarat-syarat pekerjaan audit yang akan dilakukan oleh auditor.
dan auditor, lingkup audit dan ketentuan audit. Output yang dihasilkan adalah
berupa dokumen Engagement Letteryang disepakati oleh kedua belah pihak.
3.2 Tahap Persiapan Audit Keamanan Informasi
Pada tahap ini langkah-langkah yang dilakukan yaitu: 1. Melakukan
penyusunan audit working plan(AWP), 2. Penyampaian kebutuhan data, 3.
Membuat pernyataan, 4. Melakukan pembobotan pernyataan, dan 5. Membuat
pertanyaan.Dari tahapan tersebut menghasilkan hasil penyusunan Audit Working
Plan, hasil penyampaian kebutuhan data, hasil pernyataan, hasil pembobotan
pernyataan, dan daftar pertanyaan.
3.2.1 Penyusunan Audit Working Plan
Audit working plan merupakan dokumen yang dibuat oleh auditor dan
digunakan untuk merencanakan dan memantau pelaksanaan audit keamanan
sistem informasi secara terperinci. Output yang dihasilkan adalah daftar susunan
AWP dan dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 3.2Working Plan Secara Keseluruhan
No. Nama Pekerjaan Durasi Mulai Selesai
1. Total Hari Audit 317hari Kamis10/01/15 Senin,09/23/16
2. Perencanaan Audit 152hari Kamis10/01/15 Senin, 03/14/16
3. Persiapan Audit 17hari Selasa 03/15/16 Kamis,03/31/16
4. Pelaksanaan Audit 21hari Jumat04/01/16 Kamis,04/21/16
5. Pelaporan Audit 106hari Jumat04/22/16 Jumat,09/23/16
3.2.2 Penyampaian Kebutuhan Data
Penyampaian kebutuhan data yang diperlukan auditor dapat disampaikan
terlebih dahulu kepada auditee agar dapat dipersiapkan terlebih dahulu. Fieldwork
yang diperlukan auditor sehingga Fieldwork dapat dilaksanakan oleh auditor
secara efektif. Output yang dihasilkan adalah daftar penyampaian kebutuhan data
perusahaan pada tampilan Tabel 3.3.
Tabel3.3 Contoh Lampiran Kebutuhan Data Audit Lampiran Permintaan Kebutuhan Data/Dokumen
No. Data yang diperlukan
Ketersediaan
Data Ketera
ngan
Tanda Tangan Ada Tidak
ada
Audi tee
Aud itor 1 Profil perusahaan
2 Struktur organisasi RRI Surabaya 3 Job description pegawai di
Pengembangan Multimedia Baru 4 Alur proses bisnis Instansi 5 Dokumen kebijakan keamanan
informasi
6 Dokumen prosedur Pengembangan Multimedia Baru
3.2.3 Membuat Pernyataan
Proses selanjutnya pada tahapan persiapan audit ini dilakukan dengan
membuat pernyataan berdasarkan kontrol keamanan yang terdapat pada setiap
klausul yang telah ditetapkan berdasarkan standar ISO 27002:2005. Pada setiap
kontrol keamanan dapat ditentukan pernyataan yangmendiskripsikan
implementasi dan pemeliharaan kontrol keamanan tersebut. Output yang
dihasilkan adalah salah satu contoh pernyataan padaklausul 11 (sebelas) Kontrol
aksesdengan obyek kontrol 11.3tanggung jawab pengguna (user)dapat dilihat
Tabel3.4Contoh PernyataanPada Klausul 11 Kontrol Akses
PERNYATAAN AUDIT KEAMANAN INFORMASI KLAUSUL 11 (KONTROL AKSES)
Klausul 11.3Tanggung Jawab Pengguna (user)
ISO 27002:200511.3.1Penggunaan Password
Kontrol :Pengguna seharusnya mengikuti praktek keamanan yang baik dalam pemilihan dan penggunaan password.
No. PERNYATAAN
1. Adanya kesadaran dari diri sendiri untuk menjaga kerahasiaan password 2. Terdapat penggantian kata password setiap kali ada kemungkinan sistem
atau password dalam keadaan bahaya
3. Terdapat larangan dalam pembuatan catatan password
4. Terdapat larangan untuk tidak membagi satu password kepada pengguna lain
5. Terdapat pergantian password sementara pada saat pertama kali log-on 6. Terdapat pemilihan password secara berkualitas yang mudah diingat 7. Terdapat perubahan kata sandi/password berkala atau berdasarkan jumlah
akses dan larangan menggunakan password yang lama
3.2.4 Pembobotan Pernyataan
Setelah membuat pernyataan, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan pengukuran pembobotan pada setiap pernyataan.Pada setiap
pernyataan yang telah dibuat harus ditentukan nilai bobotnya masing-masing,
karena setiap pernyataan tersebut bisa jadi tidak bernilai sama dalam
penerapannya untuk kontrol keamanan yang telah ditentukan.Metode ini
menggunakan bobot pada penilaian resiko metode kualitatif, resiko memiliki
hubungan dengan keamanan informasi dan resiko merupakan dampak yang
ditimbulkan atas terjadinya sesuatu yang mengancam keamanan informasi (Sarno
dan Iffano, 2009). Output yang dihasilkan adalahcontoh tingkat pembobotanpada
Tabel 3.5 dan salah satu contoh pembobotan yang ada dalam klausul 9 (sembilan)
Tabel 3.5 Pembobotan Penilaian Risiko
Resiko Bobot
Rendah(Low) 0,1-0,3
Cukup(Medium) 0,4-0,6
Tinggi(High) 0,7-1,0
(Sumber: Sarno, 2009)
Pembobotan ditentukan dari panduan implementasi dan tingkat
kepentingannya bagi organisasi. Pernyataan yang mendapatkan pembobotan
dengan resiko high berarti pernyataan tersebut sangat penting untuk diterapkan
pada perusahaan. Untuk pernyataan dengan bobot risiko medium berarti
pernyataan tersebut tetap diterapkan meskipun risiko yang akan terjadi apabila ada
ancaman keamanan tidak sebesar dengan bobot risiko high. Pernyataan dengan
risiko lowberarti pernyataan tersebut tidak terlalu wajib untuk diterapkan namun
apabila diterapkan akan menambah keamanan pada sistem.
Tabel3.6Contoh Pembobotan Pada Kontrol Keamanan Fisik dan Lingkungan
PEMBOBOTAN PERNYATAAN AUDIT KEAMANAN SISTEM INFORMASI KLAUSUL 9 (KEAMANAN FISIK & LINGKUNGAN) Klausul 9.1 Wilayah Aman
ISO 27002 9.1.2 Kontrol masuk fisik
Kontrol : Wilayah aman (secure) harus dilindungi dengan kontrol akses masuk yang memadai untuk memastikan hanya orang yang berhak saja dibolehkan masuk.
No. PERNYATAAN
Bobot
Terdapat pengawasan terhadap orang yang datang (Tanggal dan waktu berkunjung ke wilayah aman harus dicatat)
0,7
2.
Orang yang memasuki wilayah aman hanya diberikan akses untuk tujuan dan otorisasi tertentu
0,5
3. Setiap personil diwajibkan memakai tanda
pengenal yang jelas. 0,8
4.
Orang tidak dikenal, tanpa pemandu dan tidak mempunyai tanda pengenal, harus ditanyai tentang keperluan dan identitasnya.
Tabel3.6 (Lanjutan)
PEMBOBOTAN PERNYATAAN AUDIT KEAMANAN SISTEM INFORMASI KLAUSUL 9 (KEAMANAN FISIK & LINGKUNGAN) Klausul 9.1 Wilayah Aman
ISO 27002 9.1.2 Kontrol masuk fisik
Kontrol : Wilayah aman (secure) harus dilindungi dengan kontrol akses masuk yang memadai untuk memastikan hanya orang yang berhak saja dibolehkan masuk.
No. PERNYATAAN
Bobot
5. Hak akses ke wilayah aman harus dikaji
ulang 0,4
6.
Desain wilayah aman telah
memperhitungkan terjadinya kerusakan akibat dari bencana alam, lingkungan atau ulah manusia
0,2
3.2.5 Membuat Pertanyaan
Pada proses ini langkah yang dilakukan adalah membuat pertanyaan dari
pernyataan yang telah ditentukan sebelumnya. Pada satu pernyataan bisa memiliki
lebih dari satu pertanyaan, hal tersebut dikarenakan setiap pertanyaan harus
mewakili pernyataan pada saat dilakukan wawancara, observasi dan identifikasi
dokumen.Output yang dihasilkan dalam membuat pertanyaan adalah daftar
pertanyaan dari pernyataan yang ada pada Tabel3.7.
Tabel3.7Contoh PertanyaanPada Kontrol Keamanan Fisik dan Lingkungan
AUDIT KEAMANAN SISTEM INFORMASI KLAUSUL 9
(KEAMANAN FISIK & LINGKUNGAN)
Auditor : Dewangga Putra Sejati Auditee : Bpk. Basuki
Bpk. Gilang
Tanggal :
Tanda Tangan :
Klausul 9.1 Wilayah Aman (Secure Areas) ISO 27002 9.1.2 Kontrol masuk fisik
Tabel 3.7 (Lanjutan)
AUDIT KEAMANAN SISTEM INFORMASI KLAUSUL 9
(KEAMANAN FISIK & LINGKUNGAN)
Auditor : Dewangga Putra Sejati Auditee : Bpk. Basuki
Bpk. Gilang
Tanggal :
Tanda Tangan :
Klausul 9.1 Wilayah Aman (Secure Areas) ISO 27002 9.1.2 Kontrol masuk fisik
P: Bagaimana kontrol pengamanan terhadap orang lain/bukan karyawan yang datang? Bagaimana antisipasi terhadap orang yang berkunjung di luar jam kerja?
J:
2 Orang yang memasuki wilayah aman hanya diberikan akses untuk tujuan dan otorisasi tertentu
P: Pada tempat atau wilayah yang aman , orang lain selain karyawan hanya dibolehkan melakukan kegiatan apa saja?
J:
P: Apabila orang selain karyawan tersebut melakukan suatu hal yang melanggar tujuan dan otoritas tertentu, bagaimana pihak perusahaan menanggapinya? Apakah ada sanksi khusus bagi orang luar yang melanggar tersebut?
J:
3.3 Tahap Pelaksanaan Audit
Pada tahap ini langkah-langkah yang dilakukan yaitu:1.Melakukan
wawancara pada pihak terkait, 2.Melakukanpemeriksaan data danpenyusunan
daftar temuan audit dan rekomendasi,3. Melakukan uji kematangan, 4.Konfirmasi
temuan dan rekomendasi audit. Pada tahap ini akan menghasilkan dokumen hasil
wawancara,dokumen hasil pemeriksaan data, hasil uji kematangan, daftar temuan
3.3.1 Melakukan Wawancara
Wawancara dilaksananakan setelah membuat pertanyaan yang sudah
dibuat sebelumnya. Wawancara dilakukan terhadap pihak yang berkepentingan
sesuai dengan pertanyaan yang ada.Output yang dihasilkan adalah dokumen hasil
wawancara yang berisi catatan informasi yang diperoleh dan analisis yang
dilakukan selama proses audit. Berikut adalah salah satu hasil wawancara pada
klausul 9 (Sembilan) Keamanan Fisik dan Lingkungan dengan obyek kontrol
9.1.1 Pembatas keamanan fisik (Physical security perimeter)Tabel 3.8.
Tabel 3.8Hasil Wawancara Klausul 9 (Sembilan) Keamanan Fisik dan Lingkungan
AUDIT KEAMANAN SISTEM INFORMASI KLAUSUL 9
(KEAMANAN FISIK & LINGKUNGAN)
Auditor : Dewangga Putra Sejati Auditee : TAUCHID HARSONO, SPt
NIP. 196510181985031003 Tanggal : 04 April 2016 Tanda tangan :
Klausul 9.1 Wilayah Aman (Secure Areas) ISO 27002 9.1.2 Kontrol masuk fisik
1 Terdapat pengawasan terhadap orang yang datang (Tanggal dan waktu berkunjung ke wilayah aman harus dicatat)
P: Bagaimana kontrol pengamanan terhadap orang lain/bukan karyawan yang datang? Bagaimana antisipasi terhadap orang yang berkunjung di luar jam kerja?
Tabel 3.8 (Lanjutan)
AUDIT KEAMANAN SISTEM INFORMASI KLAUSUL 9
(KEAMANAN FISIK & LINGKUNGAN)
Auditor : Dewangga Putra Sejati Auditee : TAUCHID HARSONO, SPt
NIP. 196510181985031003 Tanggal : 04 April 2016 Tanda tangan :
Klausul 9.1 Wilayah Aman (Secure Areas) ISO 27002 9.1.2 Kontrol masuk fisik
2 Orang yang memasuki wilayah aman hanya diberikan akses untuk tujuan dan otorisasi tertentu
P: Pada tempat atau wilayah yang aman , orang lain selain karyawan hanya dibolehkan melakukan kegiatan apa saja?
J: Hanya sebatas meminta pengajaran (kepentingan magang untuk SMK/Perguruan tinggi). Bila sangat mendesak maka didampingi serta diawasi kepentinganya.
P: Apabila orang selain karyawan tersebut melakukan suatu hal yang melanggar tujuan dan otoritas tertentu, bagaimana pihak perusahaan menanggapinya? Apakah ada sanksi khusus bagi orang luar yang melanggar tersebut?
J: Mendapat teguran keras atau dilaporkan pihak berwajib.
3.3.2 Proses Pemeriksaan Data
Pada Pemeriksaan data dilakukan dengan cara melakukan observasi dan
melakukan wawancara kepada auditee sesuai dengan ruang lingkup serta klausul
yang telah disepakati oleh Kepala Seksi PMB. Wawancara dan observasi
dilakukan untuk mendapatkan bukti atau temuan mengenai fakta terkait dengan
masalah yang ada.Bukti-bukti tersebut berupa foto dan data. Berikut adalah