• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, BUDAYA

ORGANISASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP

KINERJA KARYAWAN

(Studi Kasus pada karyawan rumah sakit Anna Kota Bekasi)

Skripsi

Diajukam kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: Radhiya Fajri NIM: 1111081000020

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Radhiya Fajri

NIM : 1111081000020

Jurusan : Manajemen

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggung jawabkan.

2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan bertanggung jawab atas karya ini.

Apabila kemudian hari ada penuntutan dari pihak lain atas karya saya dan

telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata telah

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap

dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 18 September 2016

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Radhiya Fajri

2. Tempat tanggal lahir : Bukittinggi, 21 September 1993

3. Agama : Islam

4. Jenis Kelamin : Laki-laki

5. Alamat : Jl. Cendana 3 Blok A No. 27

RT 01/ RW 021 Pekayon Jaya, Bekasi Selatan 17148.

6. No. Telepon : 08176063052

7. Email : radhifaa@yahoo.com

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. 2011 – 2016 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. 2008 – 2011 : SMA Islam Al-Azhar 4

3. 2005 – 2008 : SMP Islam Darussalam

4. 1999 – 2005 : SDIT Iqro

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Badan Eksekutif Mahasiswa FEB UIN 2013 sebagai Kabid Informasi dan Komunikasi

2. Badan Eksekutif Mahasiswa FEB UIN 2014 sebagai Koordinator Olahraga

3. Badan Eksekutif Mahasiswa FEB UIN 2013 sebagai Koordinator Informasi dan Komunikasi

4. LIDIK KRIMSUS RI 2014 sebagai Ketua Ilmu & Teknologi DPK Kota Bekasi

(7)

ABSTRACT

The aim of this research was to determine the influence of leadership style, organizational culture and work discipline have significant on employee performance of Rumah Sakit Anna Kota Bekasi .

This research is a case study with quantitive approach. The data source is primary and secondary collected by using some techniques: interview, questionnaire, library research and documentation. The samples in this study amounted 64 correspondents, with Slovin formula. The statictical methods used is multiple linear regression analysis.

The result of this research, based on partially and simultaneous test, proved that the leadership style, organizational culture and work discipline have significant influence on employee performancer. The value of Adjusted R Square is 0,669, it means all independent variables can explained 66,9% toward the dependent variables. While the remaining 33,1% was explained by other factors which were not examined in this research.

(8)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan, budaya organisasi, dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan rumah sakit Anna Kota Bekasi.

Adapun penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan metode penelitian kuantitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah sumber primer dan sumber sekunder, dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, kuesioner, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 64 responden dengan menggunakan rumus Slovin. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan baik secara parsial maupun simultan terbukti bahwa gaya kepemimpinan, budaya organisasi, disiplin kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan rumah sakit Anna. Nilai Adjusted R Square adalah sebesar 0,669 yang berarti semua variabel independen dapat menjelaskan sebesar 66,9% terhadap variabel dependen. sementara sisanya 33,1% dapat dijelaskan oleh faktor lainnya yang tidak diuji di dalam penelitian ini.

(9)

KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Wr.Wb

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan rasa syukur yang tak terhingga ku panjatkan kepada ALLAH SWT, karena atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gaya

Kepemimpinan, Budaya Organisasi, dan Disiplin Kejra terhadap Kinerja

Karyawan (Studi Kasus pada karyawan Rumah Sakit Anna Kota Bekasi)”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi di Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan skripsi ini tidak lepas dari

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati

penulis menyampaikan ungkapan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tuaku tercinta papa Fajri Bachtiar dan mama Deny Sofia yang

telah membesarkanku, menyayangiku, mendidikku serta mendukungku

untuk sekolah setinggi mungkin. Adik-adikku tersayang Putie Izzatul Fajri,

Fikri Fajri, Hanif Fajri yang terus menyemangati dalam menyelesaikan

kuliah. Hanya doa yang dapat aku panjatkan untuk membalas segala cinta

kasih mama, papa dan adik-adik berikan. Terima kasih ku kepada

keluargaku yang selalu memberikanku yang terbaik selama ini.

2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan beserta jajarannya

Wakil Dekan Bidang Akademik, Administrasi Umum dan Kemahasiswaan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen dan

Ibu Ela Patriana, MM selaku Sekertaris Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Suhendra, S.Ag, MM selaku Dosen Pembimbing I yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan

(10)

5. Ibu Sri Hidayati, S.Ag, M.Ed selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah

bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan

diskusi untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memeberikan bekal ilmu yang tak terhingga kepada

peneliti selama perkuliahan, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat dan

menjadi amal kebaikan bagi kita semua.

7. Seluruh Staf Tata Usaha dan Bagian Akademik Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

membantu dan melayani dalam mengurus segala keperluan administrasi dan

lain-lain.

8. Bapak Ikhsan dan Ibu Kiki selaku bagian HRD Rumah Sakit Anna Kota

Bekasi yang telah menerima dan meluangkan waktunya untuk di wawancara

dan memberikan data, serta kepada karyawan rumah sakit Anna yang telah

bersedia mengisi kuesioner penelitian.

9. Yang terkasih, Wanti Tri Nurani yang selalu sabar menemani, menjadi

penyemangat, membantu dan menyarankan yang terbaik.

10.Sahabatku Giantony Limbong, Bryan Muhammad, Bagja ilahi, Cahyo

Widyonarko dan Dimas Yushard, yang telah membantu, memberikan

pendapatnya dan selalu menyemangatiku.

11.Teman seperjuangan dalam meraih gelar sarjana, Gunawan Widiyono Reza

Yusuf, Irlan Fachruly, Sony Ramadhan, Judo Maghfirotan, Adam Dwi

Citalaksana, Muhammad Kahfi, Ibnoe Nugraha dan Muhammad Editya.

12.Teman-teman seangkatan jurusan manajemen 2011 yang bersama-sama

belajar dan berbagi ilmu serta saling menyemangati ketika kuliah sampai

dengan ujian.

13.Teman-teman KKN, Cahyo Widyonarko, Dimas Yushard, Ryandika, Judo,

Abe, Denis, Rifki, Ahel, Wahyu, Akbar, Hani, Hana, Damay, Hany dan

Mira yang telah menjadi menjadi teman kelompok dalam sebulan mengabdi

(11)

14.Adik junior FEB UIN, Fajar Budiman, Dzulfikar abdurahman, Hilmi

Baskoro, ulfia khairani, Reka Faradilladan lain lain.

15.Teman-teman Swift Club Indonesia yang selalu menjadi penyemangat untuk

menyelesaikan penelitian ini.

16.Kepada selutuh pihak yang turut mendukung dan membantu yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Penulis sudah semaksimal mungkin berusaha untuk menyelesaikan skripsi

ini namun dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak

kelemahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran atas skripsi

ini.

Wasalamua’alaikum. Wr.Wb

Jakarta, 18 September 2016

Peneliti

(12)

DAFTAR ISI

COVER ………... i

HALAMAN JUDUL ………... .. ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Landasan Teori ... 8

(13)

a. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia ... 8

b. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia ... 9

c. Tujuan Manajemen Sumber Daya manusia ... 10

2. Gaya Kepemimpinan ... 10

a. Pengertian Gaya Kepemimpinan ... 10

b. Pendekatan Sifat ... 13

c. Pendekatan Dua Dimensi ... 14

d. Pendekatan Tiga Dimensi ... 15

e. Pendekatan Transaksional dan Transformasional ... 15

f. Pengertian Kepemimpinan Transformasional ... 15

g. Pengertian Kepemimpinan Transaksional ... 18

3. Budaya Organisasi ... 20

a. Pengertian Budaya Organsiasi ... 20

b. Karakteristik Budaya Organisasi ... 21

c. Fungsi Budaya Organisasi ... 23

d. Tipe Budaya Organisasi ... 24

e. Komponen Pembentuk Budaya Organisasi…………. 25

4. Disiplin kerja... 26

a. Definisi Disiplin Kerja ... 26

b. Jenis-jenis Disiplin ... 27

(14)

d. Peran Norma dalam Membentuk Disiplin

Pegawai ... 29

e. Indikator Kedisiplinan……… 30

5. Kinerja ... 31

a. Pengertian Kinerja ... 31

b. Tujuan dan Sasaran Kinerja ... 33

c. Faktor-faktor Kinerja ... 35

d. Penilaian kinerja karyawan ... 35

B. Penelitian Terdahulu ... 38

C. Kerangka Berpikir ... 41

D. Hipotesis ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 44

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 44

B. Metode Penentual Sampel ... 44

1. Populasi ... 44

2. Sampel ... 45

C. Metode Pengumpulan Data ... 46

1. Data Primer ... 46

2. Data Sekunder ... 47

D. Metode Analisis Data... 47

1. Uji Statistik Deskriptif ... 47

(15)

a. Uji Validitas ... 48

b. Uji Reliabilitas ... 48

3. Uji Asumsi Klasik ... 49

a. Uji Normalitas... 49

b. Uji Multikolinearitas ... 50

c. Uji Heteroskedastisitas ... 50

4. Analisis Regresi Linier Berganda ... 50

a. Uji Statistik t ... 51

b. Uji Statistik F ... 52

c. Uji Determinasi ... 52

E. Operasional Variabel Penelitian ... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 59

1. Fokus, Lokus dan Waktu Penelitian ... 59

2. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Anna Kota Bekasi... 59

3. Visi dan Misi ... 61

4. Struktur Organisasi ... 62

5. Karakteristik Responden ... 63

6. Disitribusi Jawaban Responden ... 66

B. Analisis dan Pembahasan... 72

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif... 72

2. Hasil Uji Kualitas data ... 73

(16)

b. Uji Reliabilitas ... 76

3. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 77

a. Uji Normalitas... 77

b. Uji Hetrokedastisitas ... 79

c. Uji Multikolinieritas ... 83

4. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda... 84

a. Uji Statistik t (Parsial) ... 84

b. Uji Statistik F (Simultan) ... 89

c. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 90

BAB V PENUTUP... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Absensi Pelayanan Medis... 4

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 38

Tabel 3.1 Skala penelitian ... 47

Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian ... 53

Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian ... 63

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis kelamin ... 63

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasaran Usia ... 64

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 64

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan ... 65

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 66

Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden Variabel Gaya Kepemimpinan ... 66

Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden Variabel Budaya Organisasi ... 68

Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden Variabel Disiplin Kerja... 69

Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Responden Variabel Kinerja ... 71

Tabel 4.11 Hasil Uji Statistik Deskriptif... 72

Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Kepemimpinan... 73

Tabel 4.13 Hasil Uji Validitas Budaya Organisasi ... 74

Tabel 4.14 Hasil Uji Validitas Disiplin Kerja ... 75

Tabel 4.15 Hasil Uji Validitas Kinerja ... 76

(18)

Tabel 4.17 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 79

Tabel 4.18 Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Uji Glejser... 81

Tabel 4.19 Hasil Uji Heterokedastisitas dengan uji Spearman’s ro Correlation ... 82

Tabel 4.20 Hasil Uji Multikolonieritas ... 84

Tabel 4.21 Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual ... 85

Tabel 4.22 Hasil Uji F ... 89

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir... 41

Gambar 4.1 Struktur Organisasi ... 62

Gambar 4.2 Uji Normalitas ... 78

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Penelitian ... 94

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian ... 96

Lampiran 3. Data Hasil Kuesioner Penelitian ... 102

Lampiran 4. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 110

Lampiran 5. Hasil Uji Validitas ... 110

Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas ... 115

Lampiran 7. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 116

Lampiran 8. Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda ... 117

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah Sakit merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem

pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan berbagai jenis pelayanan. Kesehatan

mempunyai peranan penting dalam meningkatkan derajat hidup masyarakat.

Namun demikian, Indonesia ternyata kekurangan dokter dan rumah sakit untuk

menyediakan jasa dan layanan kesehatan (http://bisnis.liputan6.com)

“Jumlah dokter di Indonesia saat ini adalah 88 ribu orang. Atau rasionya

adalah sekitar 30 dokter untuk 100 ribu penduduk. Seharusnya, dalam 3-5 tahun

kedepan rasio itu sudah bisa terpenuhi karena setiap tahun, Indonesia akan

memiliki lebih dari 100.000 dokter sehingga rasio ideal akan

tercapai”(www.Kompasiana.com)

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kebutuhan dokter dan rumah

sakitdi Indonesia masih sangat tinggi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari departemen kesehatan, rasio tenaga

kesehatan atau perawat pada tahun 2015 sebesar 151 per 100.000 penduduk.

Sedangkan target yang harus dicapai adalah sebesar 162 per 100.000 penduduk

(depkes.go.id).

Jadi dari data tersebut dapat diketahui bahwa kebutuhan tenaga kesehatan

atau perawat pada tahun 2015 belum tercapai sesuai dengan target kebutuhan.

(22)

segi perawatan dan keterjangkauan biaya, salah satu faktornya adalah tenaga

kesehatan yang professional. Tenaga kesehatan sabagai ujung tombak pelayanan

serta diterapkannya pelayanan sesuai standar yang mengacu kepada persyaratan

kualitas pelayanan dan peralatan kesehatan agar memenuhi kebutuhan

masyarakat.

Keberhasilan pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak terlepas dari

berbagai faktor pelayanan keperawatan yang biasa disebut dengan asuhan

keperawatan. Dalam hal ini peningkatan kinerja karyawan yang diharapkan adalah

agar mampu meningkatkan kinerjanya semaksimal mungkin untuk memberikan

pelayanan yang memuaskan untuk masyarakat.

Pencapai kinerja maksimal karyawan di rumah sakit tentu dipengaruhi oleh

banyak faktor, seperti gaya kepemimpinan, budaya organisasi, dan disiplin kerja

merupakan diantaranya.

Di salah satu Rumah Sakit, yaitu Rumah Sakit Anna, kepimpinan dianggap

belum berjalan ideal seperti pimpinan belum bisa mengoptimalkan potensi

organisasi dan belum dapat menyesuaikan dengan tuntutan lingkungan eksternal.

Demikian juga ada aspek usaha peningkatan kesejahteraan karyawan, pimpinan

dianggap kurang inovatif dan terlalu kaku dalam melihat aturan. (Sumber: hasil

wawancara dengan pegawai Rumah Sakit Anna, Februari 2016)

Serta berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan kepada 10

responden tentang gaya kepemimpinan dapat disimpulkan bahwa 60% responden

terindikasi tidak puas dengan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pimpinan

(23)

anna terindikasi bahwa pemimpin kurang memberikan motivasi kepada

karyawannya untuk melaksanakan tugas dengan baik dan pemimpin juga kurang

membantu dalam pengembangan diri karyawan.

Selain dari faktor kepemimpinan, faktor lain adalah budaya organisasi yang

ada di Rumah Sakit anna. Serta berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah

dilakukan kepada 10 responden tentang budaya organisasi dapat disimpulkan

bahwa 70% responden terindikasi tidak puas dengan budaya organisasi yang ada

di rumah sakit anna. Budaya organisasi yang ada di rumah sakit anna terindikasi

bahwa kurangnya dorongan untuk memiliki inisiatif, selain itu kurang

termotivasinya karyawan dalam melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi

pelayanan kepada masyarakat yang kurang optimal.

Terkait belum optimalnya pelayanan kepada masyarakat khususnya terkait

dengan lambannya penanganan kesehatan kepada masyarakat, dikarnakan miss

komunikasi perawat dengan dokter sehingga berdampak pada waktu kerja dan

kualitas kerja yang menurun. Permasalahan ini secara langsung dapat berdampak

pada kinerja pegawai yang menurun apabila tidak diberikan sanksi secara tegas.

Budaya organisasi yang ada selama ini akan berfungsi efektif apabila para

pegawai dapat menerapkan budaya organisasi sebagai suatu kebiasaan dalam

melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab.

Selanjutnya adalah disiplin kerja. Displin kerja memiliki manfaat yang

besar, baik bagi kepentingan organisasi maupun bagi karyawan. Bagi organisasi

yaitu terpeliharanya aturan perusahaan dan kelancaran pelaksaan tugas, sehingga

(24)

suasana kerja yang menyenangkan sehingga menambah semangat kerja dalam

melaksanakan pekerjaannya.

Kurang disiplinnya di dalam manajemen suatu perusahaan juga dapat

mengakibatkan kerugian bahkan jatuhnya perusahaan itu sendiri (Rivai, 2009).

Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap

tugas – tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja,

semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan.

Fenomena yang terjadi di Rumah Sakit Anna mengenai tingkat kedisiplinan

adalah masih banyaknya pegawai yang datang terlambat, dan pegawai pulang

awal waktu. Hal ini merupakan salah satu masalah terhadap rendahnya kinerja

karyawan dalam hal kedisplinan. Misalnya saja dilihat dari absensi selama bulan

Oktober-Desember 2015, ada sekitar 47 kali kejadian karyawan izin, dan 124

orang tidak masuk dengan asalan sakit serta 233 kejadian karyawan cuti (rumah

sakit anna, Februari 2016). Jumlah ketidak hadiran karena ijin atau sakit dianggap

terlalu tinggi dan tidak wajar, dan tentu bagi organisasi dengan basis pelayanan

kesehatan fakta tersebut akan sangat menghambat kinerja. Berikut terlampir data

dalam bentuk angka, dibawah ini:

Tabel 1.1

Data Absensi Pelayanan Medis Tahun 2015

Bulan Cuti Sakit Izin Jumlah Pelayanan

medis

Oktober 69 35 23 181

November 56 50 7 181

Desember 108 39 17 181

Total 233

(5.98%)

124 (3.11%)

(25)

Rumah Sakit Anna merupakan rumah sakit swasta yang cukup besar dengan

jumlah pasien yang cukup banyak, karna dapat dilihat dari penuhnya parkiran

rumah sakit serta ramainya orang atau pasien yang berada didalam rumah sakit

tersebut. Dengan keadaan tersebut dapat disimpulkan Rumah Sakit Anna memiliki

karyawan yang berkinerja baik.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin melakukan pengujian apakah kinerja

karyawan di rumah sakit Anna memiliki keterikatan dengan gaya kepemimpinan

dan budaya organisasi dan displin kerja. Untuk itu penulis tertarik untuk meneliti

dan mengangkat judul “Pengaruh Gaya Kemimpinan, Budaya Oganisasi, dan Disiplin Kerja Tehadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus pada Karyawan Rumah Sakit Anna Kota Bekasi)”.

B. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan secara saksama seluruh uraian yang tercakup dalam

latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1. Apakah gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja karyawan Rumah

Sakit Anna?

2. Apakah budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan?

3. Apakah disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan?

4. Apakah gaya kepemimpinan, budaya organisasi dan displin kerja secara

simultan berpengaruh terhadap kinerja karyawan?

C. Tujuan Penelitian

(26)

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan secara

parsial terhadap kinerja karyawan.

2. Mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap

kinerja karyawan.

3. Mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh displin kerja terhadap kinerja

karyawan.

4. Mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan, budaya

organisasi, dan displin kerja terhadap kinerja karyawan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat – manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan teoritis dan memperluas wawasan

untuk mempelajari secara langsung dan menganalisis mengenai pengaruh

gaya kepemimpinan, budaya organisasi, dan displin kerja terhadap kinerja

karyawan.

2. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu manajemen

sumber daya manusia dalam kaitannya kepemimpinan organisasi dapat

(27)

karyawan. Disiplin kerja yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan.

3. Bagi Instansi

Sebagai masukan bagi Rumah Sakit Anna untuk mempertimbangkan

beberapa variabel/faktor pentng dalam meningkatkan kinerja karyawan, dan

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Manajemen Sumber Daya Manusia

a. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Di era globalisasi seperti sekarang ini, kebutuhan sumberdaya

manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan oleh perusahaan. Peran

manajemen sumber daya manusia (MSDM) menjadi hal yang penting di

dalam menentukan tercapai atau tidaknya kebutuhan diatas. Beberapa ahli

memberikan definisi mengenai sumber daya manusia, menurut Rivai

(2009) manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu bidang dari

manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengadial.

Sedangkan menurut Hasibuan (2005) manajemen sumber daya

manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga

kerja agar efektif dan efisien guna membantu terwujudnya tujuan

perusahaan, karyawan dan masyarakat. Sedangkan Wilson Bangun (2012)

menyebutkan, manajemen sumber daya manusia melakukan kegiatan

perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, penggerakan, dan

pengawasan terhadap fungsi-fungsi operasionalnya, untuk mencapai tujuan

organisasi.

Pengelolaan dan pendayagunaan tersebut dikembangkan secara

(29)

pengembangan individu pegawai. Oleh karena itu manajemen sumberdaya

manusia merupakan hal terpenting yang harus dimiliki oleh suatu

organisasi guna melancarkan proses dalam mencapai tujuan – tujuan yang

ingin dicapai oleh perusahaan. Dari penjelasan sebelumnya manajemen

sumberdaya manusia merupakan roda utama dalam menjalankan bisnis

sebuah perusahaan. Oleh karena itu baik atau buruknya kualitas

manajemen sumber daya manusia yang dimiliki perushaaan

menggambarkan bagaimana perushaaan tersebut dapat bersaing dan

berkembang didalam persaingan bisnis nantinya.

b. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Adapun fungsi – fungsi manajemen sumber daya manusia menurut

Rivai (2009), ialah:

1) Fungsi Manajerial

 Perencanaan (planning)

 Pengorganisasian (organizing)

 Pengarahan (directing)

 Pengendalian (controlling)

2) Fungsi Operasional

 Pengadaan tenaga kerja (SDM)

 Pengembangan

 Kompensasi

 Pengintegrasian

(30)

 Pemutusan hubungan kerja

c. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia secara umum bertujuan

meningkatkan kontribusi produktif orang-orang yang ada dalam

perusahaan melalui sejumlah cara yang bertanggung jawab secara

strategis, etis, dan sosial (Rivai, 2009). Tujuan ini menuntun studi dan

praktik manajemen SDM yang umumnya juga dikenal sebagai manajemen

personalia, studi manajemen menguraikan upaya-upaya yang terkait

dengan SDM kalangan manajer operasional dan memperlihatkan

bagaimana para professional personalia memberikan andil atas

upaya-upaya ini. Oleh karena itu, MSDM harus mampu menyelaraskan keinginan

organisasi dengan keinginan atau kebutuhan karyawan. Jika ingin seluruh

karyawan mencurahkan seluruh tenaga, waktu, dan pikirannya saat

bekerja, maka kepuasan mereka pun harus diutamakan. Ada banyak hal

yang dapat dilakukan perusahaan guna memberikan kepuasan kerja yang

tinggi untuk karyawannya, diantaranya ialah dengan memberikan rasa

nyaman melalui gaya kepemimpinan, budaya organisasi serta

memperhatikan disiplin kerja.

2. Gaya Kepemimpinan

a. Pengertian Gaya Kepemimpinan

Kepemimpinan mempunyai peranan yang sangat penting dalam

manajemen organisasi. Dari sinilah timbul kebutuhan untuk memimpin

(31)

kebiasaan, cara mempengaruhi orang lain, interaksi, kedudukan dalam

organisasi dan persepsi mengenai pengaruh yang sah. Kepemimpinan

adalah proses memengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi,

memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, memengaruhi untuk

memperbaiki kelompok dan budaya (Veithzal dan Deddy, 2009).

Kepemimpinan merupakan tulang punggung pengembangan

organisasi karena tanpa kepemimpinan yang baik akan sulit mencapai

tujuan organisasi. Jika seorang pemimpin berusaha untuk mempengaruhi

perilaku orang lain, maka orang tersebut perlu memikirkan gaya

kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan adalah suatu proses kegiatan

seseorang untuk menggerakan orang lain dengan memimpin,

membimbing, memengaruhi orang lain, untuk melakukan seseuatu agar

dicapai hasil yang diharapkan (Sutrisno, 2011).

Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang dipergunakan

oleh seseorang pemimpin pada saat mencoba mempengaruhi perilaku

orang lain atau bawahan. Dalam hal ini usaha menyelaraskan persepsi di

antara orang yang akan mempengaruhi perlaku dengan orang yang

perilakunya akan dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya

(Thoha, 2010).

Prasetyo (2008) berpendapat, gaya kepemimpinan merupakan bentuk

perilaku yang dapat dibuat untuk mengintegritaskan tujuan dengan tujuan

individu, maka gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku seseorang

(32)

penjelasan diatas, maka kesimpulannya gaya kepemimpinan adalah

kemampuan seseorang dalam mengarahkan, mempengaruhi, mendorong

dan mengendalikan orang lain atau bawahan untuk bias melakukan

seseuatu pekerjaan atas kesadarannya dan suka rela dalam mencapai suatu

tujuan tertentu.

Gaya kepemimpinan dalam organisasi sangat diperlukan untuk

mengembangkan lingkungan kerja yang kondusif dan membangun iklim

motivasi bagi karyawan sehingga diharapkan akan menghasilkan

produktivitas yang tinggi.

Hasil studi Tannenbaum dan Schimd menunjukan bahwa gaya dan

efektifitas gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh (Kadarman, 1996):

a) Dari pemimpin

Kepribadian, pengalaman masa lampau, latar belakang dan harapan

pemimpin sangat mempengaruhi efektifitas kepemimpinan disamping

mempengaruhi gaya kepemimpinan yang dipilihnya.

b) Ciri atasan.

Gaya kepemimpinan atasan dari manajer sangat mempengaruhi

orientasi kepemimpinan manajer.

c) Ciri bawahan.

Respon yang diberikan oleh bawahan akan menentukan efektifitas

kepemimpinan manajer. Latar belakang pendidikan bawahan sangat

(33)

d) Persyaratan tugas.

Tuntutan tanggungjawab pekerjaan bawahan akan mempengaruhi

gaya kepemimpinan manajer.

e) Iklim organisasi dan kebijakan.

Ini akan mempengaruhi harapan dan prilaku anggota kelompok serta

gaya kepemimpinan yang dipilih oleh manajer.

f) Perilaku dan harapan rekan.

Rekan sekerja manajer merupakan kelompok acuan yang penting.

Segala pendapat yang diberikan oleh rekan-rekan manajer sangat

mempengaruhi efektivitas hasil kerja manajer.

Munandar (2001) mengklasifikasikan teori-teori gaya kepemimpinan

kedalam empat pendekatan, yaitu :

b. Pendekatan sifat

Merupakan awal dari pendekatan mengenai gaya kepemimpinan.

Pendekatan ini terfokus pada karakteristik sifat yang dimiliki oleh seorang

pemimpin, yang sudah dimilikinya sejak lahir. Sifat tersebut menentukan

efektifitas kepemimpinannya.

Berkaitan dengan pendekatan ini, Hasibuan (2005) mengemukakan

bahwa gaya kepemimpinan ada tiga macam yaitu :

1. Kepemimpinan Otoriter.

Kepemimpinan otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang,

sebagian besar mutlak tetap berada pada pimpinan atau kalau

(34)

keputusan dan kebijaksanaan hanya ditetapkan sendiri oleh pimpinan,

bawahan tidak diikutsertakan untuk memberikan saran, ide, dan

pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan.

2. Kepemimpinan Partisipatif

Kepemimpinan partisipatif adalah apabila dalam kepemimpinannya

dilakukan dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi,

menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para bawahan. Pimpinan

memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki perusahaan.

3. Kepemimpinan Delegatif

Kepemimpinan delegatif apabila seorang pemimpin mendelegasikan

wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap. Bawahan dapat

mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa

dalam melaksanakan pekerjaannya. Pemimpin tidak peduli cara

bawahan mengambil keputusan dan mengerjakan pekerjaannya,

sepenuhnya diserahkan kepada bawahan. Pada prinsipnya pimpinan

bersikap, menyerahkan, dan mengatakan kepada bawahan.

c. Pendekatan dua dimensi (berkaitan dengan dimensi tugas dan hubungan interpersonal)

Dimensi tugas, berpusat pada tugas (job centered), berorientasi pada

hasil (result oriented), sehingga pemimpin lebih menekankan penyelesaian

tugas yang efisien, melalui perencanaan, instruksi spesifik dan

pengawasan. Dimensi hubungan interpersonal disebut juga dimensi

(35)

centered) dan berorientasi pada hubungan (relation oriented). Dimensi

kedua ini membawa pemimpin akan lebih menjalin hubungan baik dengan

bawahan, menghargai ide dan perasaan bawahan dan berusaha

menciptakan kepercayaan timbal balik dengan bawahan.

d. Pendekatan tiga dimensi (pendekatan situasional)

Pendekatan ini menggabungkan antara pendekatan sifat dan

pendekatan dua dimensi. Asumsi pendekatan ini adalah, efektifitas seorang

pemimpin tergantung pada situasi yang dihadapi dan tidak ada satu gaya

kepemimpinan yang efektif untuk semua situasi.

e. Pendekatan transaksional dan transformasional

Merupakan pendekatan baru mengenai gaya kepemimpinan.

Pendekatan ini merupakan gabungan dari ketiga pendekatan yang sudah

disebutkan sebelumnya, atau dengan kata lain menggabungkan unsur

kekuasan, sifat dan tingkah laku. Pendekatan model transaksional

menggambarkan bahwa hubungan atasan dan bawahan terikat dalam suatu

transaksi atau pertukaran kepentingan. Model transformasional

menekankan pada adanya perubahan organisasi dan pemimpin memotivasi

bawahan. Pendekatan yang terakhir ini menjadi landasan adanya dua gaya

kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan transaksional dan

transformasional

1) Pengertian kepemimpinan transformasional

Kepemimpinan transformasional menurut Dessler (2002)

(36)

besar dalam sikap dan asumsi dari para pengikutnya serta membangun

komitmen untuk misi, sasaran dan strategi organisasi. Pemimpin

transformasional adalah seseorang yang membawa perubahan, inovasi

dan kewirausahaan. Ivancevich dan Donnelly (1997) menyatakan

bahwa kepemimpinan transformasional yaitu kemampuan untuk

memberi inspirasi dan memotivasi para pengikut untuk mencapai

hasil-hasil yang lebih besar daripada yang direncanakan secara orisinil

dan untuk imbalan internal.

Sedangkan menurut Robbins (2006) pemimpin yang bertipe

demikian adalah pemimpin yang mampu memberi inspirasi bawahan

untuk lebih mengutamakan kemajuan organisasi daripada kepentingan

pribadi, memberi perhatian yang lebih baik terhadap bawahan dan

mampu merubah kesadaran bawahannya dalam melihat permasalahan

lama dengan cara baru.

Menurut Bass (1997) aspek kepemimpinan yang bersifat

transformasional memiliki aspek-aspek sebagai berikut:

a) Kharisma, yaitu suatu perilaku pemimpin yang membuat para

pengikutnya mengagumi, menghormati, dan sekaligus

mempercayainya.

b) Inspirational motivation (motivasi dan inspirasi), yaitu seorang

pemimpin yang mampu mengartikulasikan pengharapan yang

(37)

harapan-harapan yang tinggi dan mengekspresikan tujuan-tujuan

penting dengan cara sederhana.

c) Intellectual Stimulation (rangsangan intelektual), yaitu seorang

pemimpin yang berupaya menciptakan iklim yang kondusif bagi

berkembangnya inovasi dan kreativitas.

d) Individualized Consideration (perhatian individu), yaitu seorang

pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian

masukan-masukan bawahan dan secara khusus mau

memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan

pengembangan karir.

Menurut Shani dan Lau (1996) beberapa aspek yang diperlukan

untuk mengukur kepemimpinan yang berkaitan dengan kepemimpinan

transformasional adalah :

a) Tantangan proses (mencari peluang, eksperimen, mengambil

risiko)

b) Menginspirasikan visi

c) Memperbolehkan orang lain untuk bertindak

d) Memodelkan cara (memberi contoh, merencanakan kemenangan

kecil)

e) Membesarkan hati (menerima kontribusi, menyambut

penyempurnaan)

Beberapa karakteristik kepemimpinan transformasional yang

(38)

berikut:

a) Mengembangkan pengikut untuk menjadi pemimpin.

b) Mengangkat perhatian pengikut dari kebutuhan fisik rendah

(seperti keamanan) menjadi kebutuhan psikologis yang lebih

tinggi (kepercayaan diri dan aktualissi diri).

c) Menginspirasi pengikut untuk bertindak melebihi ketertarikan

mereka sendiri untuk kebaikan kelompok.

d) Mewarnai visi mengenai kondisi masa depan yang diinginkan dan

mengkomunikasikannya pada cara yang membuat perubahan

bermanfaat

Berdasarkan aspek-aspek kepemimpinan transformasional di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa dimensi kepemimpinan

tranformasional, antara lain: Kharisma, Inspirational motivation

(motivasi inspirasi), Intellectual Stimulation (rangsangan intelektual),

Individualized Consideration (perhatian individu)

2) Pengertian kepemimpinan transaksional

Kepemimpinan transaksional menurut Metcalfe (2000) pemimpin

transaksional harus memiliki informasi yang jelas tentang apa yang

dibutuhkan dan diinginkan bawahannya dan harus memberikan

balikan yang konstruktif untuk mempertahankan bawahan pada

tugasnya. Pada hubungan transaksional, pemimpin menjanjikan dan

memberikan penghargaan kepada bawahannya yang berkinerja baik,

serta mengancam dan mendisiplinkan bawahannya yang berkinerja

(39)

Bernard M. Bass (1997) mengemukakan kepemimpinan

transaksional adalah kepemimpinan di mana pemimpin menentukan

apa yang harus dikerjakan oleh karyawan agar mereka dapat mencapai

tujuan mereka sendiri atau organisasi dan membantu karyawan agar

memperoleh kepercayaan dalam mengerjakan tugas tersebut.

Kepemimpinan transaksional sangat memperhatikan nilai moral

seperti kejujuran, keadilan, kesetiaan dan dan tanggung.

Kepemimpinan ini membantu orang ke dalam kesepakatan yang jelas,

tulus hati, dan memperhitungkan hak-hak serta kebutuhan orang lain.

Inilah kepemimpinan kepala sekolah dengan mendengarkan keluhan

dan perhatian berbagai partisipan, memutuskan perdebatan dengan

adil, membuat orang bertanggungjawab atas target kerja mereka,

menyediakan sumberdaya yang diperlukan demi pencapaian tujuan.

Kepemimpinan transaksional menurut Bass (1997) memiliki

karakteristik sebagai berikut :

a) Contingent reward

Kontrak pertukaran penghargaan untuk usaha, penghargaan yang

dijanjikan untuk kinerja yang baik, mengakui pencapaian.

b) Active management by exception

Melihat dan mencari penyimpangan dari aturan atau standar,

mengambil tindakan perbaikan.

c) Pasive management by exception

(40)

d) Laissez-faire

Melepaskan tanggung jawab, menghindari pengambilan

keputusan.

3. Budaya Organisasi

a. Pengertian budaya organisasi

Keberadaan budaya organisasi di dalam suatu perusahaan atau

organisasi tidak hanya sebatas formalitas saja namun memiliki makna

yang sangat penting. Berdasarkan pendapat Moelyono (2003) keterkaitan

hubungan antara budaya korporat dengan kinerja organisasi. Hal tersebut

dapat dijelaskan dalam model diagnosis budaya organisasi bahwa

semakin baik kualitas factor-faktor yang terdapat dalam budaya

organisasi makin baik kinerja organisasi tersebut. Dengan kata lain

bahwa budaya organisasi mempengaruhi kinerja karyawan.

Terdapat pemahaman yang berbeda-beda dari satu pakar dengan

pakar lainnya mengenai konsep budaya organisasi. Robbins (2009),

menyatakan budaya organisasi ialah nilai-nilai dominan yang

disebarluaskan dalam organisasi, yang dijadikan filosofi kerja karyawan

serta menjadi panduan bagi kebijakan organisasi dalam mengelola

karyawan dan konsumen. H.Teman Koesmono (2005) menjelaskan

pentingnya budaya organisasi yang didefinisikan sebagai

kebiasaan-kebiasaan yang terjadi dalam hirarki organisasi, dimana hal itu menjadi

(41)

Sudarmanto (2009), berpendapat bahwa budaya organisasi adalah

kerangka kerja kognitif yang terdiri dari sikap-sikap, nilai-nilai, norma

perilaku dan harapan bersama yang dirasakan oleh anggota organisasi.

Sedangkan menurut Kusdi (2011), budaya atau kultur organisasi dapat

diibaratkan sebagai perekat yang membuat organisasi menjadi satu

kesatuan melalui suatu kebersamaan dalam hal pola-pola makna. Budaya

(kultur) terfokus pada nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan

harapan-harapan yang dimiliki oleh para anggota.

Pengertian lain dari budaya organisasi dikemukakan oleh Robert

Kreitner dan Angelo Kinicki (2008), yang menyebutkan budaya

organisasi adalah nilai-nilai dan keyakinan bersama yang mendasari

identitas perusahaan. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, penulis

menyimpulkan bahwa budaya organisasi sangat besar peranannya dalam

menciptakan arti sebuah perusahaan, karena budaya organisasi

merupakan pedoman bagi setiap perilaku anggota organisasi, yang

menjadi landasan untuk bertindak dan menuntun karyawannya di dalam

memecahkan masalah. Perusahaan yang besar ialah yang mampu

membangun dan mempertahankan budaya organisasi yang baik dan kuat

dalam kehidupannya.

b. Karakteristik Budaya Organisasi

Robbins (2009) menyatakan ada tujuh karakteristik budaya

organisasi, yaitu:

(42)

Suatu tingkatan di mana pekerja didorong untuk menjadi inovatif

dan mengambil resiko.

2) Attention to Detail (perhatian pada hal detail)

Di mana pekerja di harapkan menunjukkan ketetapan, analisis dan

perhatian pada hal detail.

3) Outcame Orientation (orientasi pada hasil)

Di mana manajemen memfokuskan pad ahasil atau manfaat dari

pada sekedar pada teknik dan proses yang dipergunakan untuk

mendapat manfaat tersebut.

4) People Orientation (Orientasi pada manusia)

Dimana keputusan manajemen mempertimbangkan pengaruh

manfaatnya pada orang-orang dalam organisasi.

5) Team Orientation (Orientasi pada kelompok)

Dimana aktifitas kerja diorganisasi lebih berdasarkan tim dari pada

individual.

6) Aggressiviness (Agresivitas)

Dimana orang lebih cendrung bersifat agresif dan kompetitif dari

pada terbuka terhadap sesama (easygoing)

7) Stability (Stabilitas)

Dimana aktifitas organisasional menekankan pada menja status quo

perusahaan sebagai upaya melawan dari perkembangan

Dari penjelasan Robbins dan Coulter tersebut dapat disimpulkan

(43)

saja, melainkan dari kerjasama dan harmonisasi seluruh elemen

organisasi.

c. Fungsi Budaya Organisasi

Budaya organisasi berguna untuk membangun dalam mendesain

kembali sistem pengendalian manajemen organisasi, yaitu sebagai alat

untuk menciptakan komitmen agar para manajer dan karyawan mau

melaksanakan perencanaan strategis programing, budgetting, controlling,

monitoring, evaluasi, dan lainnya ( Asri Laksmi Riani, 2011).

Fungsi budaya organisasi menurut Robbins (2009) dalam bukunya

ialah sebagai berikut:

1) Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi

dan yang lain.

2) Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota

organisasi.

3) Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih

luas daripada kepentingan diri individual seseorang.

4) Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan

organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk

dilakukan oleh karyawan.

5) Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang

memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.

Dapat dilihat bahwa budaya organisasi memegang peranan yang

(44)

atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa budaya organisasi

merupakan dasar dari setiap aspek yang berkembang di dalam organisasi,

oleh karena itu para pemimpin perusahaan sepatutnya dapat menanamkan

unsur-unsur budaya yang kuat kepada seluruh karyawannya.

d. Tipe Budaya Organisasi

Sudarmanto (2009) memetakan budaya organisasi ke dalam empat

tipe, yaitu :

1) Budaya hierarkis (hierarchy culture); dicirikan dengan tempat kerja

sangat formal dan terstruktur. Orang bekerja atau melakukan suatu

pekerjaan dengan terlalu berorientasi pada prosedur.

2) Budaya kesukuan/kekeluargaan (clan culture); dicirikan dengan

perilaku sangat bersahabat di tempat kerja, orang saling berbagi, dan

para anggota organisasi layaknya keluarga besar.

3) Budaya Ad hoc (adhocracy culture); dicirikan dengan tempat kerja

yang terkondisi dinamis, enterpreneur, dan kreatif.

4) Budaya pasar (market culture); dicirikan dengan organisasi yang

berorientasi hasil yang perhatian utamanya pada mendapatkan

pekerjaan.

Sedangkan empat tipe lain dikemukakan oleh Sedarmayanti (2009),

empat tipe budaya organisasi tersebut ialah:

1) Budaya kekuatan; merupakan sumber kekuatan inti yang

(45)

2) Budaya peran; pekerjaan dikontrol oleh prosedur dan peraturan serta

peran, atau deskripsi jabatan.

3) Budaya tugas; tujuannya membawa bersama orang yang tepat dan

membiarkan mereka melakukan tugas.

4) Budaya orang; individu adalah titik utama

e. Komponen Pembentukan Budaya Organisasi

Darmawan (2013), mengelompokkan variabel-variabel budaya

organisasi sebagai berikut:

a. Artifacts

Adalah hal-hal yang dapat dilihat, didengar, dirasakan bila seseorang

berhubungan dengan sebuah kelompok baru dengan budaya yang

tidak dikenalnya. Artifacts termasuk struktur organisasi dan proses

yang terlihat, seperti produk dan perilaku anggota kelompok.

b. Espoused Values

Yaitu alasan-alasan tentang mengapa orang berkorban demi apa

yang dikerjakan. Budaya sebagaian besar organisasi dapat melacak

nilai-nilai yang didukung kembali ke penemu.

c. Basic Underlying Assumption

Yaitu keyakinan dianggap sudah ada oleh anggota suatu organisasi.

Budaya menetapkan cara tepat untuk melakukan sesuatu di

organisasi yang sering melalui asumsi yang tidak diucapkan namun

(46)

4. Disiplin kerja

a. Definisi Displin Kerja

Aspek lain yang penting dalam organisasi yang dapat mempengaruhi

kinerja adalah kedisiplinan. M. Harlie (2012) mengemukakan bahwa

kinerja perusahaan dikatan berkualitas dan berhasil dalam mencapai

tujuan apabila dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam

perusahaan seperti disiplin kerja, pendidikan dan pelatihan. Kemampuan

pegawai dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya. Kinerja

maksimal dari seorang pegawai dapat diperoleh jika perusahaan mampu

mengarahkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh

pegawainya sehingga pegawai dapat bekerja secara optimal.

Menurut Singodimedjo (2002) kedisiplinan adalah sikap kesediaan

dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma – norma

peraturan yang berlaku disekitarnya. Dari definisi tersebut dapat

disimpulkan bahwa apabila seseorang masuk kedalam suatu organisasi

maka orang tersebut harus menaati dan mengikuti aturan maupun

norma-norma yang berlaku dalam organisasi tersebut. Apabila norma-norma dan aturan

tersebut tidak ditaati maka akan sulit bagi individu tersebut untuk

diterima didalam lingkungan tersebut. Sedangkan di sisi lain menurut

Siagian (2013) disiplin merupakan bentuk pelatihan yang berusaha

memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku pegawai

(47)

kooperatif dengan para pegawai yang lain serta meningkatkan prestasi

kerja.

b. Jenis – Jenis Disiplin

Menurut Newstrom dalam Asmiarsih (2006) disiplin terdiri atas tiga

jenis yaitu:

1) Disiplin Prefentif

Disiplin prefentif adalah tindakan agar karyawan terdoronng dalam

menaati standar atau peraturan. Tujuan pokoknya adalah agar

mendorong karyawan memiliki disiplin pribadi yang tinggi, agar

peranan pimpinan tidak terlalu berat dengan pengawasan atau

pemaksaan yang dapat mematikan prakarsa, kreativitas dan

partisipasi karyawan.

2) Disiplin Progresif

Adalah tindakan indisipliner yang terjadi berulang kali berupa

hukuman yang semakin berat, dengan maksud agar pelanggar tidak

melakukan indisipliner berulang kali dan mau melakukan perbaikan

diri sebelum hukuman yang lebih berat di jatuhkan

3) Disiplin Korektif

Tindakan pemberian yang dilakukan setelah terjadinya pelanggaran

standar atau aturan. Tindakan tersebut dilakukan dengan maksud

untuk mencegah terjadinya pelanggaran lanjutan. Tindakan tersebut

biasanya merupakan hukuman tertentu yang biasa di sebut disipliner

(48)

c. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

Faktor disiplin kerja menurut Singodimejo (2002) adalah :

1. Besar kecilnya pemberian kompensasi

Pemberian kompensasi dapat memengaruhi tegaknya disiplin. Para

karyawan akan mematuhi segala peraturan yang berlaku, bila ia

merasa mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dengan jerih

payahnya yang telah dikontribusikan bagi perusahaan. Bila ia

menerima kompensasi yang memadai, mereka akan dapat bekerja

tenang dan tekun, serta selalu berusaha bekerja dengan sebaik –

baiknya, begitu pula sebaliknya.

2. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan

Keteladanan pimpinan sangat penting sekali, karena dalam

lingkungan perusahaan, semua karyawan akan selalu memerhatikan

bagaimana pimpinan dapat menegakan disiplin dirinya dan

bagaimana ia dapat mengendalikan dirinya dari ucapan, perbuatan,

dan sikap yang dapat merugikan aturan disiplin yang sudah

ditetapkan.

3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan

Pembinaan disiplin tidak akan dapat terlaksanakan dalam perusahaa,

bila tidak ada aturan tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan

pegangan bersama. Disiplin tidak mungkin ditegakan bila peraturan

dibuat hanya berdasarkan instruksi lisan yang dapat berubah – ubah

(49)

4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan

Bila ada seorang karyawan yang melanggar disiplin, maka perlu ada

keberanian pimpinan untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan

tingkat pelanggaran yang dibuatnya. Dengan adanya tindakan

terhadap pelanggar displin, sesuai dengan sanksi yang ada, maka

semua karyawan akan merasa terlindungi, dan dalam hatinya berjanji

tidak akan berbuat hal yang serupa.

5. Pimpinan hendaknya tidak melakukan pendisiplinan saat pelanggar

absen

Jika terjadi pelanggaran maka hendaknya pimpinan langsung

memberikan pendisiplinan langsung dihadapan pelanggar secara

pribadi agar ia tahu bahwa ia telah melakukan pelanggaran. Karena

akan percuma pendisiplinan dilakukan tanpa adanya pihak yang

bersangkutan.

6. Setelah pendisiplinan sikap dari pimpinan haruslah wajar kembali

Sikap wajar hendaklah dilakukan pimpinan setelah melakukan

tindakan pendisiplinan kepada karyawan yang melanggar. Dengan

demikian proses kerja dapat berjalan dengan lancar kepmbali tanpa

terganggu sikap yang kaku.

d. Peran Norma dalam Membentuk Disiplin Pegawai

Menurut Hasri (2004) norma merupakan aplikasi konkrit dari

nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari jadi dengan adanya norma, anggota

organisasi mengetahui apa saja yang sudah dikerjakan di masa lalu yang

(50)

e. Indikator Kedisiplinan

Menurut Hasibuan (2012) disiplin kerja memiliki beberapa indikator

seperti:

1) Tujuan dan kemampuan

Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisplinan

karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan

secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan.

2) Teladan pemimpin

Teladan pemimpin sangat berperan dalam menentukan desiplinan

karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para

bawahannya.

3) Balas jasa

Balas jasa ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena balas

jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap

perusahaan atau pekerjaannya.

4) Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisplinan karyawan,

keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas

jasa atau hukuman akan merangsang terciptanya kinerja yang lebih

baik.

5) Waskat (pengawasan melekat)

Tindakan nyata dan efektif untuk mencegah atau mengetahui

kesalahan, membetulkan kesalahan, memelihara kedisplinan,

meningkatkan prestasi kerja, mengaktifkan peranan atasan dan

(51)

menciptakan sistem internal kontrol yang terbaik dalam mendukung

terwujudnya tujuan perushaan, karyawan dan masyarakat.

6) Sanksi hukuman

Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisplinan

karyawan. Dengan sanksi hukuman yang sangat berat, karyawan akan

semakin takut melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap dan

perilaku indisipliner karyawan akan berkurang.

7) Ketegasan

Pimpinan harus berani dan tegas bertindak untuk menerapkan

aturan-aturan yang ada di dalam perusahaan dan setiap karyawan yang

indisipliner akan mendapatkan sanksi atau hukuman yang ditetapkan.

8) Hubungan kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan

ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan.

Manajer harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan

yang serasi baik diantara semua karyawan. Kedisiplinan karyawan

akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam organisasi

tersebut baik.

5. Kinerja

a. Pengertian Kinerja

Istilah kinerja mengandung berbagai macam pengertian. Kinerja

dapat ditaftsirkan sebagai “hasil akhir kegiatan” (Robbins dan Coulter,

(52)

diharapkan dan pilihannya atau bagian syarat-syarat tugas yang ada pada

masing-masing individu dalam organisasi (Waldman, 2005). Kinerja

adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh

seseorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2011). Terdapat enam

kriteria yang digunakan untuk mengukur sejauh mana kinerja karyawan

secara individu, yaitu kualitas, kuantitas, ketepatan waktu, efektifitas

kemandirian dan komitmen kerja (Bernardin dan Russel, 2006).

Terdapat beberapa pandangan para pakar tentang pengertian kinerja.

Menurut Asri Laksmi (2011) kinerja adalah hasil kerja yang dapat

dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan

sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam

upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar

hukum dan tidak bertentangan dengan moral dan etika. Bacal (1999)

memandang manajemen kinerja sebagai proses komunikasi yang

dilakukan secara terus-menerus dalam kemitraan antara karyawan dengan

atasan langsungnya. Proses komunikasi ini meliputi kegiatan

membangun harapan yang jelas serta pemahaman mengenai pekerjaan

yang akan dilakukan. Proses komunikasi merupakan suatu system,

memiliki sejumlah bagian yang semuanya harus diikutsertakan, apabila

manajemen kinerja ini hendak memberikan nilai tambah bagi organisasi,

manajer, dan karyawan.

Dari beberapa pendapat para ahli maka penulis simpulkan bahwa

kinerja adalah hasil keluaran dari aktivitas kerja yang telah dilakukan

(53)

b. Tujuan dan Sasaran Kinerja

Tujuan kinerja menurut Wibowo (2013) kinerja merupakan tanggung

jawab setiap individu terhadap pekerjaan membantu mendifinisikan

harapan kinerja, mengusahakan kerangka kerja bagi supervisor dan

pekerja saling berkomunikasi. Tujuan kinerja adalah menyesuaikan

harapan kinerja individual dengan tujuan organisasi. Kesesuaian antara

upaya pencapaian tujuan individu dengan tujuan organisasi akan mampu

mewujudkan kinerja yang baik.

Kemudian sasaran kinerja menurut Wibowo (2013) merupakan suatu

pernyataan secara spesifik yanag menjelaskan hasil yang harus dicapai,

kapan, dan oleh siapa sasaran yang ingin dicapai tersebut diselesaikan.

Sifatnya dapat dihitung, prestasi yang dapat diamati dan dapat diukur.

Sasaran merupakan harapan.

Sebagai sasaran, suatu kinerja mencakup unsur-unsur diantaranya

(Robbins dan Coulter, 2006):

a. Kualitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap

kualitas pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas

terhadap keterampilan dan kemampuan karyawan.

1) Tingkat kesalahan

2) Tingkat kerusakan

3) Kecermatan

b. Kuantitas. Merupakan sesuatu yang dihasilkan dan dinyatakan dalam

(54)

1) Jumlah unit

2) Jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan

c. Ketepatan waktu merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal

waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil

output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas

lain.

1) Tepat waktu

2) Adanya waktu luang

3) Pembuangan waktu

d. Efektivitas. Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi

dimaksimalkan dengan maksud menaikkan hasil dari setiap unit

dalam penggunaan sumber daya.

1) Menggunakan peralatan secara tepat

2) Menggunakan bahan baku sesuai yang dibutuhkan

3) Mencurahkan tugas untuk keberlangsungan perusahaan

e. Kemandirian. Merupakan suatu tingkatan dimana karyawan

mempunyai komitmen kerja dengan instasi dan tanggung jawab

karyawan terhadap kantor.

1) Dapat melakukan tanpa bantuan orang lain

2) Bertanggung jawab atas pekerjaan

3) Berkomitmen dengan perusahaan

Secara terperinci manfaat penilaian kinerja bagi organisasi adalah:

(55)

2) Dipergunakan sebgai pertimbangan penentuan system reward

(imbalan)

3) Diperguanakan sebgai pertimbangan promosi dan rotasi pegawai

4) Dipergunakan sebagai sumber informasi tentang kebutuhan pelatihan

dan pengembangan pegawai

c. Faktor-faktor Kinerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja, antara lain dikemukakan

oleh Wibowo (2013) dalam bukunya, yaitu sebagai berikut:

1. Personal factors, ditunjukkan oleh tingkat, keterampilan, kompetensi

yang dimiliki, motivasi dan komitmen individu.

2. Leadership factor, ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan dan

dukungan yang dilakukan manajer dan team leader.

3. Team factor, ditunjukkan oleh kualitas dukungan yang diberikan

rekan sekerjanya.

4. System factors, ditunjukkan oleh adanya system kerja dan fasilitas

yang diberikan organisasi.

5. Contextual/situasional factors, ditunjukkan oleh tingginya tingkat

tekanan dan perubahan lingkungan internal dan eksternal.

d. Penilaian kinerja karyawan

Menurut rivai (2009), dalam menilai kinerja seorang pegawai,

maka diperlukan berbagai aspek penilaian antara lain pengetahuan

(56)

pengambilan keputusan, kreativitas, dapat diandalkan, perencanaan,

komunikasi, inteligensi (kecerdasan), pemecahan masalah,

pendelegasian, sikap, usaha, motivasi, dan organisasi. Selanjutnya, dari

aspek-aspek penilaian kinerja yang dinilai tersebut selanjutnya

dikelompokkan menjadi:

1) Kemampuan teknis

Yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan, metode, teknik, dan

peralatan yang digunakan untuk melaksanakan tugas serta

pengalaman dan pelatihan yang diperolehnya.

2) Kemampuan konseptual

Yaitu kemampuan untuk memahami kompleksitas perusahaan dan

penyesuaian bidang gerak dari unit masing-masing ke bidang

oprasional perusahaan secara menyeluruh.

3) Kemampuan hubungan interpersonal

Yaitu antara lain kemampuan untuk bekerja sama dengan orang

lain, memotivasi karyawan, melakukan negosiasi, dan lain-lain.

Menurut Hasibuan (2005) kinerja seseorang dapat dikatakan baik

atau dapat dinilai dari beberapa hal yaitu:

1) Kesetiaan

Seseorang pegawai dikatakan memiliki kesetiaan jika ia melakukan

tugasnya secara sungguh-sunggu dan penuh tanggung jawab

2) Prestasi kerja

Prestasi kerja merupakan hasil kerja yang dicapai pegawai dalam

(57)

prestasi kerja seorang pegawai dipengaruhi oleh kecakapan,

keterampilan, pengalaman dan kesanggupan pegawai dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya.

3) Kedisiplinan

Sejauh mana pegawai dapat mematuhi peraturan yang ada dan

melaksanakan instruksi yang diberikan kepadanya.

4) Kreatifitas

Kemampuan pegawai dalam mengembangkan kreatifitas dan

mengeluarkan potensi yang dimiliki dalam menyelesaikan

pekerjaannya sehingga bekerja lebih berdaya guna dan berhasil

guna.

5) Kerja sama

Kerjasama diukur dari kemampuan pegawai dalam bekerja sama

dengan pegawai lain dalam menyelesaikan tugas yang ditentukan

sehingga hasil pekerjaannya akan semakin baik.

6) Kecakapan

Dapat diukur dari tingkat pendidikan pegawai yang disesuaikan

dengan pekerjaan yang menjadi tugasnya.

7) Tanggung jawab

Tanggung jawab adalah kesanggupan seseorang pegawai

menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan

sebaik-baiknya dan selesai tepat pada waktunya serta berani

(58)

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian Hasil Penelitian

(59)
(60)
(61)

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan tinjauan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka

dapat disusun suatu kerangka pemikiran dalam penelitian ini, seperti yang

disajikan dalam gambar berikut ini

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI, DAN DISPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN

Gaya Kepemimpinan (X1)

Disiplin Kerja (X3)

Budaya Organisasi (X2) Kinerja (Y)

Metodologi Penelitian:

1. Uji Statistik Deskriptif 2. Uji Analisis Data 3. Uji Asumsi Klasik 4. Analisis regresi Linier

Berganda

(62)

Gambar 2.1 memperlihatkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan, budaya organisasi dan disiplin kerja

terhadap kinerja karyawan baik secara parsial maupun simultan.

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan (Sugiono, 2011). Berdasarkan kerangka berfikir diatas

maka hipotesis sebagai berikut:

1. Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap variabel kinerja karyawan

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel gaya

kepemimpinan terhadap variabel kinerjakaryawan secara parsial.

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel gaya

kepemimpinan terhadap variabel kinerja karyawan secara parsial.

2. Pengaruh variabel budaya organisas terhadap variabel kinerja

karyawan.

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel budaya

organisasi terhadap variabel kinerja karyawan secara parsial.

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel disiplin kerja

dengan variabel kinerja karyawan secara parsial.

3. Pengaruh variabel disiplin kerja terhadap variabel kinerja karyawan.

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel disiplin

(63)

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel disiplin kerja

dengan variabel kinerja pegawai secara parsial.

4. pengaruh antara variabel gaya kepemimpinan, budaya organisasi dan

disiplin kerja terhadap variabel kinerja karyawan secara simultan

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel gaya

kepemimpinan, budaya organisasi dan disiplin kerja terhadap

variabel kinerja karyawan secara simultan.

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel gaya

kepemimpinan, budaya organisasi dan disiplin kerja terhadap

Gambar

Table 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 memperlihatkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk
Table 3.1 Kriteria Skala Penilaian
+7

Referensi

Dokumen terkait

organisasi memiliki pengaruh yang besar terhadap kinerja karyawan.. Selain gaya kepemimpinan dan budaya organisasi, variabel lain yang

Memberikan bukti empiris yang menunjukkan pengaruh budaya organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan dengan mediasi kepuasan kerja dan komitmen organisasi, yang

atau tidak menyenangkan di mana para karyawan memandang pekerjaannya (Handoko dalam.. PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KEPUASAN KERJA DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN,

Nilai koefisien determinasinya menunjukkan pengaruh hubungan antara budaya organisasi, gaya kepemimpinan transformasional dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan

Hal tersebut mendukung hasil penelitian sebelumnya milik (Afriyanti, 2014) dengan judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi, dan Komitmen Organisasi

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Guru dengan Kepuasan Kerja.. Industrial Engineering Journal

Simpulan. Penelitian ini mencoba menganalisis variabel-variabel yang berkaitan dengan gaya kepemimpinan situasional, budaya organisasi, kompensasi, dan kinerja

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan pada Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara..