• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unsur Unsur Dasar Mengajar Pendidikan Ja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Unsur Unsur Dasar Mengajar Pendidikan Ja"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Pendidikan jasmani sebagai komponen pendidikan yang ada dalam kurikulum pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan jasmani berjalan belum efektif seperti yang diharapkan. Pendidikan jasmani masih berpusat pada guru olahraga atau

cenderung berjalan pada pembelajaran tradisional. Model pembelajaran pendidikan jasmani tidak semestinya berpusat pada guru namun seharusnya pada siswa.

Pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan siswa dan kebutuhan belajar siswa menggunakan cara penyampaian isi maupun materi pembelajaran semenarik mungkin dan menyenangkan. Pembelajaran ditujukan bukan hanya untuk

mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi pada perkembangan pribadi siswa seutuhnya.

Konsep dasar pendidikan jasmani dan model pembelajaran pendidikan jasmani yang efektif perlu dipahami oleh guru pendidikan jasmani. Pengertian pendidikan jasmani sering kali salah diartikan dengan konsep yang sesungguhnya. Konsep itu disamakan dengan usaha atau kegiatan yang mengarah pada pengembangan organ-organ tubuh manusia (body building), kesegaran jasmani (physical fitness), kegiatan fisik (physical activities), dan pengembangan keterampilan (skill development). Dengan konsep ini memberikan pandangan yang sempit bagi pendidikan jasmani.

Pendidikan jasmani bukan hanya dikaitkan dengan aktivitas pengembangan fisik saja, akan tetapi harus berada dalam konteks pendidikan secara umum. Proses

pembelajaran dilakukan dengan melibatkan interaksi antara siswa dan guru guna untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam pelaksanaan pendidikan jasmani.

Perbedaan pengertian pendidikan jasmani dengan istilah dan konsep seperti gerak badan, aktivitas fisik, kesegaran jasmani, dan olahraga hendaknya tidak menimbulkan perspektif yang keliru bagi pelaksana pendidikan olahraga. Perbedaan pendapat adalah sesuatu yang wajar, yang terpenting adalah bagimana penyelarasan antara berbagai pengertian tersebut sehingga konteks pendidikan bisa terjamah dan tidak menimbulkan kerancauan dalam pelaksanaannya.

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai

(2)

kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia yang berkualitas. Sedangkan olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong, mengembangkan dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/pertandingan dan kegiatan jasmani dan intensif untuk memperoleh rekreasi, kemenangan dan prestasi dalam pembentukan manusia Indonesia yang seutuhnya yang berkualitas.

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meingkatkan dan mengembangkan individu secara kognitif, afektif dan psikomotor. Jadi pelaksanaan pendidikan jasmani pada sekolah tidak hanya mengutamakan perkembangan gerak siswa melainkan bagaimana proses itu bisa menanamkan rasa sosial dan emosional dalam bentuk permainan.

Peran guru untuk menumbuhkembangkan potensi siswa melalui aktivitas fisik merupakan hal yang tidak mudah. Maka dari itu guru olahraga harus benar-benar berkompeten dalam bidangnya. Sekarang ini guru merupakan sumber belajar yang menyediakan atau sebagai fasilitator bagi siswa. Dimana guru olahraga dituntut untuk mampu menyediakan dan memberikan materi ajar yang sesuai dengan berkembangan siswa, karakteristik dan membuat proses pembelajaran semenarik mungkin sehingga minat siswa meningkat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani, sehingga tujuan dari pendidikan bisa tercapai.

Bersamaan dengan pengertian pendidikan jasmani di atas maka guru olahraga harus benar-benar mampu untuk memenuhi kebutuhan siswa. Selain bertujuan untuk meningkatkan minat siswa mengikuti pembelajaran dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa, guru juga harus mampu menanamkan solidaritas dan membangun emosianal yang baik bagi siswa. Namun akhir-akhir ini terjadi penurunan kualitas dari pendidikan jasmani disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah kesalahan konsep yang digunakan guru olahraga dalam proses pendidikan jasmani.

(3)

model bermain sehingga aktivitas gerak dapat dilakukan oleh semua siswa. Tujuan utama dari pendidikan jasmani adalah bagai mana aktivitas gerak itu bisa meningkatkan kebugaran tubuh siswa selain itu olahraga memberikan interaksi yang intensif kepada siswa untuk mengenal karakter mereka sendiri maupun teman yang lainnya.

Pemerintah sedikit demi sedikit mulai memperbaiki permasalahan dalam dunia pendidikan yaitu ditandai dengan perbaikan dalam fasilitas pendidikan, peningkatan kualitas tenaga guru melalui pelatihan profesi guru (PPG) dan perbaikan infrastruktur sekolah. Guru harus menjadi tenaga pendidik sesuai dengan latar belakang akademik dan kemampuan yang dimiliki. Maka diharapkan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia meningkat dengan signifikan, karena ditunjang dengan tenaga pendidik yang berkompeten dan professional di bidangnya.

RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja yang menjadi Elemen Dasar Pada Pendidikan Jasmani dan Olahraga? 2. Apa saja Elemen-Elemen Dasar Mengajar Pendidikan Jasmani dan Olahraga?

TUJUAN

1. Untuk mengetahu Elemen Dasar Dari Pendidikan Jasmani dan Olahraga. 2. Untuk mengetahui Elemen-Elemn Dasar Mengajar Pendidikan Jasmani dan

(4)

BAB II PEMBAHASAN

A. Elemen-Elemen Dasar Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Pemahaman istilah dari pendidikan jasmani dan olahraga terkadang

menimbulkan suatu yang rancau dalam pelaksanaannnya. Sehingga dalam pelaksanaan sering terjadi kesalahan antara konsep melatih dengan dengan konsep

pembelajaran.pendidikan jasmani. Tindakan pendidikan praktis dalam bermain dan olahraga, dan karena itu ada landasan teoritis bagi kegiatan olahraga yang mengandung maksud mendidik. Praktik yang dimaksud berbeda dengan praktik dan konsep lama dalam pendidikan jasmani yang mengutamakan latihan. Praktik baru itu disertai konsep teoritis pendidikan jasmani, kontrol terhadap badan, dan disiplin, yang menyatu dengan gerak fisik, ability, dan keterampilan di bawah pengendalian jiwa dan kemauan.

Lingkup kajian dan layanan pedagogi olahraga tidak terbatas di sekolah tetapi juga di luar sekolah, sehingga bukan hanya peduli terhadap anak-anak tetapi juga kepada semua lapisan. Olahraga dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja tidak terpaku pada saat berada di lingkup sekolah dan jam pelajaran pendidikan jasmani saja. Olahraga dikaitkan antara pengembangan bakat anak dengan latihan keterampilan yang intensif, berbeda dengan pendidikan olahraga yang mengutamakan kegembiraan dalam pelaksanaannya.

Unsur-unsur yang terdapat pada pendidikan jasmani dan olahraga saling berkaitan namun memiliki perbedaan konsep pelaksanaannya. Dalam hal ini proses pendidikan jasmani sering terbalik dengan olahraga di sekolah, guru mengadopsi metode mengajar olahraga pada pembelajaran pendidikan jasmani sehingga terjadi kejenuhan pada siswa karena adanya unsur monitoring yaitu siswa disuruh melakukan gerakan sesuai dengan gerakan yang diinginkan oleh guru bukan gerakan karena kemauan dari siswa itu sendiri. Maka unsur kegembiraan dalam permainan tidak ada pada pendidikan jasmani jika model pembelajarannya menggunakan cara melatih.

1. Pengertian Pendidikan Jasmani

(5)

pendidikan jasmani secara lebih konseptual. Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya.

Pendidikan jasmani terdiri dari kata pendidikan dan jasmani, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan sesorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan (KBBI, 1989), jasmani adalah tubuh atau badan (fisik). Namun yang dimaksud jasmani di sini bukan hanya badan saja tetapi keseluruhan (manusia seutuhnya), karena antara jasmani dan rohani tidak dapat dipisah-pisahkan. Jasmani dan rohanai merupakan satu kesatuan yang utuh yang selalu berhubungan dan selalu saling berpengaruah.

Abdul Gafur (1983:8-9) dalam Cholik Mutohir (1992) mengemukakan pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan

perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila. Bucher (1979) mengemukakan pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari suatu proses pendidikan secara keseluruhan melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik, neuromuskuler, interperatif, sosial, dan emosional.

Pendidikan Jasamani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perseorangan maupun angota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh

peningkatan kemampuan dan ketrampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak.

2. Pengertian Olahraga

(6)

pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas tubuh. Ketika aktivitas menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang terorganisir, kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan diformalkan hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap yang terlibat. Peraturan, misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua pihak yang terlibat di dalamnya. Edwin Syarief (2001) Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup). Seperti halnya makan, Olahraga merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya periodik; artinya Olahraga sebagai alat untuk memelihara dan membina kesehatan, tidak dapat ditinggalkan.

Cholik Mutohir (1992) Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat berupa permainan, petandingan, dan prestasi puncak dalam pembentukan manusia yang memiliki Ideologi yang seutuhnya dan berkualitas berdasarkan Dasar Negara atau Pancasila.

Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa kompetisi itu, olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi. Bermain, karenanya pada satu saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata bermain; karena aspek kompetitif teramat penting dalam

Pendidikan jasmani mengandung elemen baik dari bermain maupun dari

(7)

Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan

kependidikan. Misalnya, olahraga profesional (di Amerika umumnya disebut athletics) dianggap tidak punya misi kependidikan apa-apa, tetapi tetap disebut sebagai olahraga. Olahraga dan bermain dapat eksis meskipun secara murni untuk kepentingan

kesenangan, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya.

Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan bersama.

[image:7.595.95.521.338.526.2]

Antara pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah bila diperbandingkan dapat dilihat berdasarkan tabel dibawah ini:

Tabel 1. Perbedaan Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Sekolah

Pendidilkan Jasmani Olahraga

Objek: Seluruh siswa Objek: Siswa yang berminat/berbakat dalam cabang olahraga tertentu, calon atlet/atlet

Subjek: Guru Subjek: Pelatih

Tujuan: Untuk mencapai tujuan pendidikan

Tujuan: Untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya

Materi: Semua aktivitas fisik/gerak (termasuk olahraga)

Materi: Cabang-cabang olahraga

Sasaran: Aktivitas fisik/gerak sebagai

alat Sasaran: Terkuasainya cabang olahraga tertentu/yang diminati

Sifat: Wajib Sifat: Sukarela

Waktu pelaksanaan: Intrakurikuler Waktu pelaksanaan: Ekstrakurikuler

B. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Jasmani

Menekankan bahwa pendidikan fisikal yang dimaksud adalah aktivitas jasmani yang membutuhkan upaya yang sungguh-sungguh. Lebih lanjut kedua ahli ini

(8)

bentuk kegiatan aktivitas jasmani yang mengaktifkan otot-otot besar (gross motorik), memusatkan diri pada gerak fisikal dalam permainan, olahraga, dan fungsi dasar tubuh manusia.

1. Tujuan Pendidikan Jasmani

Mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.

b. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis yang lebih baik. c. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.

d. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahrgaga dan kesehatan. e. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama,

percaya diri dan demokratis.

f. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

g. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olehraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.

2. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Meliputi tujuh aspek antara lain:

a. Permainan dan olahraga b. Aktivitas ritmik

c. Aktivitas uji diri (senam) d. Aktivitas pengembangan e. Aktivitas air (akuatik)

f. Aktivitas di luar kelas (outdoor activity) g. Pendidikan kesehatan.

(9)

Fungsi pendidikan jasmani menurut Annarino, Cowell, and Hazelton (1980: 62-63) mengklasifikasikan ke dalam enam aspek, yaitu organic,neuromuskuler, perseptual, kognitif, sosial dan emosi.

a. Aspek Organik

1) Menjadikan fungsi sistem tubuh menjadi lebih baik sehingga individu dapat memenuhi tuntutan lingkungannya secara memadai serta memiliki landasan-landasan untuk pengembangan keterampilan.

2) Meningkatkan kekuatan otot, yaitu jumlah tenaga maksimum yang dikeluarkan oleh otot atau kelompok otot

3) Meningkatkan daya tahan otot, yaitu kemampuan otot atau kelompok otot untuk menahan kerja dalam waktu yang lama.

4) Meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, kapasitas individu untuk melakukan secara terus menerus dalam aktivitas yang berat dalam waktu relatif lama; hal ini tergantung pada efisiensi yang terdiri dari aliran darah, jantung dan paru-paru.

5) Meningkatkan fleksibilitas, yaitu rentang gerak dalam persendian yang diperlukan untuk menghasilkan gerakan yang efisien dan mengurangi cidera.

b. Aspek Neuromuskuler

1) Menjadikan keharmonisan antara fungsi sistem saraf dan otot untuk menghasilkan gerakan yang diinginkan.

2) Mengembangkan keterampilan lokomotor, seperti: berjalan, melompat, meloncat, meluncur, melangkah, mendorong, berlari,

menderap/mencongklang, bergulir, menarik

3) Mengembangkan keterampilan non-lokomotor, seperti mengayun, melenggok, meliuk, bergoyang, meregang, menekuk, mengantung, membungkuk.

4) Mengembangkan keterampilan dasar jenis permainan, seperti memukul, menendang, menangkap, berhenti, melempar, memulai, mengubah arah, memantul, bergulir, memvoli.

(10)

6) Mengembangkan keterampilan olahraga dan dansa, seperti sepakbola,

softball, bola voli, gulat, atletik, baseball, bola basket, panahan, hoki, anggar, tenis, bowling, golf, dansa.

7) Mengembangkan keterampilan rekreasi, seperti hiking, tenis meja, berenang, berlayar.

c. Aspek perseptual

1) Mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan di antara isyarat yang ada dalam situasi yang dihadapi agar dapat melakukan kinerja yang lebih terampil.

2) Mengembangkan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan tempat/ruang, yaitu kemampuan mengenali objek-objek yang berada di depan, di belakang, di bawah, di sebelah kanan, atau di sebelah kiri dari dirinya.

3) Mengembangkan koordinasi gerak-visual, yaitu kemampuan

mengkoordinasikan pandangan dengan keterampilan gerak kasar yang melibatkan tangan, tubuh, dan/atau kaki

4) Mengembangkan hubungan sikap tubuh-tanah, yaitu kemampuan memilih stimulus dari massa sensori yang diterima atau memilih jumlah stimulus terbatas yang menjadi fokus perhatian

5) Mengembangkan keseimbangan tubuh (statis, dinamis), yaitu emampuan mempertahankan keseimbangan statis dan dinamis

6) Mengembangkan dominansi (dominancy), yaitu konsistensi dalam menggunakan tangan atau kaki kanan atau kiri dalam melempar atau menendang.

7) Mengembangkan lateralitas (laterility), yaitu kemampuan membedakan perbedaan di antara sisi kanan atau kiri tubuh dan di antara bagian dalam kanan atau kiri tubuhnya sendiri

8) Mengembangkan image tubuh (body image), yeitu kesadaran bagan-bagian tubuh atau seluruh tubuh dan hubungannya dengan tempat atau ruang

d. Aspek Kognitif

(11)

2) Meningkatkan pengetahuan peraturan permainan, keselamatan, dan etika. 3) Mengembangkan kemampuan penggunaan strategi dan teknik yang terlibat

dalam aktivitas yang terorganisasi.

4) Meningatkan pengetahuan bagaimana fungsi-fungsi tubuh dan hubungannya dengan aktivitas jasmani

5) Menghargai kinerja tubuh; penggunaan pertimbangan yang berhubungan dengan jarak, waktu, tempat, bentuk, kecepatan, dan arah yang digunakan dalam mengimplementasikan aktivitas, bola, dan dirinya.

6) Meningkatkan pemahaman tentang faktor-faktor pertumbuhan dan perkembangan yang dipengaruhi oleh gerakan

7) Mengembangkan kemampuan untuk memecahkan problem-problem perkembangan melalui gerakan.

e. Aspek sosial

1) Penyesuaian baik dirinya dan orang lain dengan menggabungkan dirinya ke dalam masyarakat dan lingkungannya.

2) Mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan dalam situasi kelompok

3) Belajar berkomunikasi dengan orang lain

4) Mengembangkan kemampuan bertukar dan mengevaluasi ide dalam kelompok

5) Mengembangkan kepribadian, sikap, dan nilai agar dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat

6) Mengembangkan rasa memiliki dan rasa diterima di masyarakat. 7) Mengembangkan sifat-sifat kepribadian yang positif

8) Belajar menggunakan waktu luang yang konstruktif

9) Mengembangkan sikap yang mencerminkan karakter moral yang baik.

f. Aspek emosional

1) Mengembangkan respons yang sehat terhadap aktivitas jasmani melalui pemenuhan kebutuhan dasar.

2) Mengembangkan reaksi yang positif terhadap penonton dan partisipasi melalui keberhasilan atau kegagalan.

(12)

4) Memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreativitas 5) Menghargai pengalaman estetika dari berbagai aktivitas yang relevan

C. Elemen-Elemen Dasar Mengajar Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Pendidikan merupakan salah satu instrumen utama pengembang sumber daya manusia (SDM), maka tenaga kependidikan memiliki tanggung jawab untuk

mengemban tugas mengembangkan SDM, dengan memperhatikan aspek-aspek, tujuan serta fungsi pendidikan jasmani sebagai landasan untuk menjadi seorang pengajar dalam bidang pendidikan jasmani dan olahraga. Oleh karena itu siapa saja yang mengemban tugas profesi tenaga kependidikan harus secara kontinyu menjalani

profesionalisasi, baik secara formal maupun informal. Di Indonesia saat sekarang sudah dibentuk Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) di setiap propinsi, yang

bertugas secara umum bagaimana meningkatkan tenaga kependidikan menjadi bermutu dan profesional.

Seorang guru harus siap selalu memberikan layanan yang terbaik kepada para peserta didiknya pada saat diperlukan kapan saja dan di mana saja. Guru Indonesia sudah memiliki kode etik guru yaitu ” Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa, dan Negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada UUD 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi

Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.

Oleh sebab itu, Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan memedomani dasar-dasar sebagai berikut :

a. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.

b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.

c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.

d. Guru menciptakan suasana sekola sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar.

e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat

(13)

f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesionalnya.

g. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.

h. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.

i. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.”

Sedangkan secara khusus tugas guru pendidikan jasmani secara nyata sangat kompleks antara lain:

1. Sebagai pengajar

Guru pendidikan jasmani sebagai pengajar tugasnya adalah lebih banyak memberikan ilmu pengetahuan yang mempunyai dampak atau mengarah pada ranah kognitif peserta didik menjadi lebih baik atau meningkat. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani dengan materi permainan dan bermain, atletik, senam, renang, beladiri, dan olahraga/aktivitas di alam terbuka para peserta didik mendapatkan banyak pengetahuan bagaimana hakikat masing-masing materi.

2. Sebagai pendidik

Guru pendidikan jasmani sebagi pendidik tugasnya adalah lebih banyak memberikan dan menanamkan sikap atau afektif ke peserta didik melalui

pembelajaran pendidikan jasmani. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani dengan materi permainan dan bermain, atletik, senam, renang, beladiri, dan olahraga/aktivitas di alam terbuka para peserta didik ditanamkan sikap, agar benar-benar menjadi

manusia yang berbudi pekerti luhur dengan unsur-unsur sikap : tanggung jawab, jujur, menghargai orang lain, ikut berpartisipasi, rajin belajar, rajin hadir, dan lain-lain. 3. Sebagai pelatih

Guru pendidikan jasmani sebagai pelatih tugasnya adalah lebih banyak memberikan keterampilan dan fisik yang mempunyai dampak atau mengarah pada ranah fisik dan psikomotorik peserta didik menjadi lebih baik atau meningkat. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani dengan materi permainan dan bermain, atletik, senam, renang, beladiri, dan olahraga/aktivitas di alam terbuka para peserta didik fisik dan keterampilan gerak yang baik.

(14)

Guru pendidikan jasmani sebagai pembimbing tugasnya adalah lebih banyak mengarahkan kepada peserta didik pada tambahan kemampuan para peserta didiknya. Sebagai contoh : membimbing baris berbaris, petugas upacara, mengelola UKS, mengelola koperasi, kegiatan pecinta alam, dan juga membimbing peserta didik yang memiliki masalah atau khusus.

Untuk mengetahui seseorang guru penjas itu profesional atau tidak, dapat diketahui dari dua perspektif. Pertama, dilihat dari latar belakang pendidikannya, guru tersebut lulusan dari program studi pendidikan jasmani atau bukan, jika bukan lulusan dari program studi pendidikan jasmani jelas tidak profesional. Jika lukusan dari program studi pendidikan jasmani, dari jenjang DII ; DIII ; atau S1/DIV, jika guru tersebut lulusan DII sesuai dengan PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, maka termasuk para-profesional. Jika guru tersebut lulusan dari DIII berarti termasuk semi profesional, dan jika guru tersebut lulusan dari DIV/S1 berarti termasuk profesional, baik itu untuk SD/MI ; SMP/MTs ; maupun SMA/MA/SMK. Kedua, penguasan guru terhadap materi ajar, merencanakan pembelajaran, mengelola proses, mengelola siswa, melakukan tugas-tugas bimbingan, menilai, dan lain-lain lebih lengkap sesuai yang ada pada Standar Kompetensi Guru Pemula (SKGP) di halaman belakang. Dalam hal ini berarti guru pendidikan jasmani harus memiliki standar kompetensi minimal yang baik sesuai SKGP yang ada.

Merujuk pada konsep yang dianut oleh Depdiknas selain SKGP yang ada, maka guru harus memiliki sepuluh standar kompetensi sebagai berikut:

1. Mengembangkan kepribadian 2. Menguasai landasan kependidikan 3. Menguasai bahan pelajaran

4. Menyusun program pengajaran 5. Melaksanakan program pengajaran 6. Menilai hasil dan proses belajar-mengajar 7. Menyelengarakan program bimbingan 8. Menyelenggarakan administrasi sekolah 9. Kerjasama dengan sejawat dan masyarakat

10. Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran.

(15)
(16)

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan hubungan antara bermain (play) dan olahraga (sport), sebagai istilah yang lebih dahulu populer dan lebih sering digunakan dalam konteks kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut akan membantu para guru atau masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi pendidikan jasmani secara lebih konseptual. Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak

kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya.

Perbedaan istilah dan prinsip dalam pendidikan jasmani dan olahraga tidak mesti menjadi problema dalam proses pembelajaran, dimana makna pendidikan jasmani dan olahraga selalu berkaitan. Oleh karena itu dibutuhkan seorang pendidik yang paham akan elemen-elemen atau unsur-unsur dasar pada pendidikan jasmani dan olahraga. Pemahaman akan kebutuhan gerak, kesehatan, kebugaran jasmani bagi siswa serta tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik benar-benar dapt dipenuhi. Dengan adanya peningkatan kompetensi tenaga pengajar, guru di bidang pendidikan jasmani harus mampu mengemban tugas demi tercapainya tujuan pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga.

Para praktisi pendidikan menyatakan bahwa profesi guru pendidikan jasmani merupakan profesi yang mulia, sehingga harus para guru harus benar-benar bersedia untuk mengembangkan profesinya dalam rangka memenuhi kebutuhan minimal dalam tugasnya sebagai guru. Perlunya para guru saling berkunjung ke sekolah untuk

(17)

DAFTAR RUJUKAN

Abdulkadir, Ateng. 1993. Pendidikan Jasmani Di Indonesia. Jakarta: Yayasan Ilmu Keolahragaan Guna Krida Prakasa Jati

Annarino, Anthony A., Cowell, Charles C., dan Hazelton, Helen W. 1980. Curriculum Theory and Design in Physical Education. London: C.V. Mosby Company Bucher, Charles A. 1979. Foundations of Physical Education. London: The C.V. Mosby

Company

Dalton, Wilian. 2009. Artikel: Guru Pendidikan jasmani Profesional.

http://wiliandalton.blogspot.co.id/2009/02/guru-pendidikan-jasmani-profesional.html

Dikti Depdiknas. 2004. Standar Kompetensi Guru Pemula Prgram Studi Pendidikan Jasmani Jenjang Strata 1. Jakarta: Dikti Depdiknas

Hurlock, Elizabeth B. 1990. Perkembangan Anak: Terjemahan Tjandrosa dan Muslichah Zarkasih. Jakarta: Penerbit Erlangga

Jariono, Gatot. 2010. Arti Pendidikan Jasmani, Olahraga dan pedagogi Olahraga. http://makalahpascasarjana.blogspot.co.id/2010/06/arti-pendidikan-jasmani-dan-olahraga.html

Kama, Saeful. 2012. Articles: Professionalism of Teachers.

ttp://sawfadise.blogspot.co.id/2012/06/permasalahan-guru-penjas-di-sekolah-dan.html

Mutothir, Toho Cholik. 1992. Olahraga dan pembangunan: meraih kembali kejayaan. Proyek Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Olahraga. Direktorat Jenderal Olahraga: Departemen Pendidikan Nasional 2004

https://books.google.co.id/books?

id=FW4uHAAACAAJ&dq=toho+cholik+mutohir&hl=en&sa=X&redir_esc=y Presiden RI. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005

Tentang Standar Naional Pendidikan. Jakarta: Presiden RI

Syamsudin. 2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SD/MI. Jakarta: PT. Fajar Interpratama

Syarif, Edwin. 2011. Artikel: Pengertian Olahraga.

Gambar

Tabel 1. Perbedaan Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Sekolah

Referensi

Dokumen terkait

Apabila perusahaan melakukan hutang maka manfaat yang dirasakan adalah: (1) perusahaan dapat melakukan penghematan pajak karena dengan hutang akan menimbulkan beban

Ketepatan waktu pelaporan keuangan dapat diukur berdasarkan lamanya waktu yang dibutuhkan auditor untuk membuat audit laporan keuangan tahunan perusahaan yang

Dimana tahun 2016 pasar seafood di RRT akan tumbuh pada tingkat 30% sampai 50%, Indonesia dapat memasarkan produk seafood-nya melalui E-Commerce untuk mengambil peluang

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis dengan judul

Contoh kasus kemunculan MCC di perbatasan wilayah perbatasan antara Sumatera Barat dan Riau dengan intesitas curah hujan yang cukup tinggi pada saat kejadian

Biasanya pada sapi dan kuda yang terdapat luka atau lecet di daerah kulit yang kemudian tercemar oleh kuman anthraks, maka hewan tersebut akan terinfeksi

4 Bagi masyarakat yang mempunyai hak eigendom verponding, dan pemerintah melalui kantor pertanahan (BPN) masih melayani konversi eigendom verponding menjadi sertifikat

Anak mengontrol Gerakan tangan yang menggunakan otot halus melalui kegiatan membuat bentuk geometri dan bus dari plastisin, kegiatan meronce.. Anak mengkreasikan sesuatu