• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA YANG MENGIKUTI ORGANISASI INTRA (BEMFA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA YANG MENGIKUTI ORGANISASI INTRA (BEMFA)"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN

ADVERSITY QUOTIENT

DENGAN MOTIVASI

BERPRESTASI PADA MAHASISWA YANG MENGIKUTI

ORGANISASI INTRA (BEMFA)

NASKAH PUBLIKASI

Oleh : Edwin Ridho 201210230311200

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

HUBUNGAN

ADVERSITY QUOTIENT

DENGAN MOTIVASI

BERPRESTASI PADA MAHASISWA YANG MENGIKUTI

ORGANISASI INTRA (BEMFA)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah

satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh : Edwin Ridho 201210230311200

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)
(4)
(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Adversity Quotient dan Motivasi Berprestasi pada Mahasiswa yang

Mengikuti Organisasi Intra (BEMFA)”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang,

2. Ibu Dr. Nida Hasanati, M.Si dan ibu Susanti Prasetyaningrum S. Psi, M. Psi selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik,

3. Ibu Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si. selaku dosen wali beserta seluruh dosen-dosen fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan dukungan dan pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini, 4. Teman-teman dari Badan Eksekutif Fakultas (BEMFA) Universitas

Muhammadiyah Malang yang telah bersedia menjadi subjek penelitian ini dari pelaksanaan uji coba instrumen hingga penelitian pasca uji coba instrument,

5. Ayahanda, ibunda, nenek, abang Iin, abang Aan, abang Rony, abang Ady beserta seluruh keluarga saya tercinta yang telah memberikan dukungan moril maupun material dan doa yang tidak putus-putusnya serta kasih sayang sehingga menjadi sumber energi dan inspirasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

(6)

v

dukungan, motivasi, bantuan, pelajaran dan penyemangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

7. Sahabat seperjuangan saya dari Banjarmasin yaitu Muhammad Thoyib Ghani, Firdaus Ramdhan Dermayu, Asrar Fathoni, Muhammad Farabi, Muhammad Iqbal, Ahmad Leo Yudanto, Aldi Naufal Hilmi, Muhammad Rodhi Ikhwan, dan Nikko Prayudi Gunara yang selalu menjadi tempat saya untuk berbagi banyak hal, menjadi keluarga terbaik saya disini, memberikan banyak pengalaman dan pembelajaran yang sangat berarti dengan berbagai dukungan, cobaan, canda tawa, keluh kesah, hinaan, dll,

8. Teman-teman angkatan 2012 Fakultas Psikologi khususnya kelas F yang sangat memberikan banyak perubahan kepada saya untuk menjadi lebih baik lagi dari pribadi sebelumnya,

9. Adek-adek tingkat 2013-2014 dan teman-teman pekerja part time UPT

Perpustakaan yang telah memberikan motivasi di saat penulis sedang mengalami kendala saat pengerjaan skripsi,

10. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, mudah-mudahan Allah S.W.T membalas pahala yang berlipat ganda, amin Ya Rabbal Alamin.

Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski

demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 10 Mei 2016

Penulis,

(7)

vi

(8)

vii

Adversity Quotient ...

7

Aspek-aspek Adversity Quotient ...

7

Faktor Pembentuk Adversity Quotient ...

8

Hubungan Antara Adversity Quotient dengan Motivasi Berprestasi ... 8

Hipotesa ... 9

METODE PENELITIAN ... 10 Rancangan Penelitian ... 10

Subjek Penelitian ... 10

Variabel dan Instrumen Penelitian ... 10

Prosedur dan Analisa Data ... 12

HASIL PENELITIAN ... 12

DISKUSI ... 14

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 16

REFERENSI ... 17

(9)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Survey NACE USA Mengenai Kualitas Lulusan Perguruan Tinggi Yang Diharapkan Di Dunia Kerja ... ... 3

Tabel 2. Hasil Try Out Skala Adversity Quotient ...

... 11 Tabel 3. Hasil Try Out Skala Motivasi Berprestasi ...

... 11 Tabel 4. Data Deskripsi Subjek ... ... 12

Tabel 5. Adversity Quotient dan Motivasi Berprestasi Berdasarkan Usia ...

... 13 Tabel 6. Adversity Quotient dan Motivasi Berprestasi Berdasarkan Jenis Kelamin ...

(10)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Skala Saat Try Out Instrumen ... 19

Lampiran II Analisis Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 26

Output Skala Stres Kerja ... 27

Output Skala Fungsi Ibu Dalam Pengasuhan ... 37

Lampiran III Blue Print Skala Adversity Quotient dan Motivasi Berprestasi ... 46

Blue Print Instrumen Sebelum Try Out ... 47

Bue Print Instrumen Sesudah Try Out ... 48

Lampiran IV Skala Penelitian ... 50

Lampiran V Hasil Analisa Data ... 56

Uji Normalitas ... 57

Korelasi Product Moment Pearson’s Correlation ... 61

(11)

1

HUBUNGAN

ADVERSITY QUOTIENT

DENGAN MOTIVASI

BERPRESTASI PADA MAHASISWA YANG MENGIKUTI

ORGANISASI INTRA (BEMFA)

Edwin Ridho

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

edwinridho13@gmail.com

Motivasi berprestasi merupakan dorongan individu dalam mencapai prestasi yang diinginkan. Mahasiswa sekarang cenderung mengikuti organisasi namun tidak bersungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan organisasi tersebut. Sedangkan adversity quotient dapat diartikan

sebagai kecerdasan seseorang dalam menghadapi masalah di dalam hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara adversity quotient dengan motivasi berprestasi.

Subjek penelitian adalah mahasiswa aktif yang menjadi bagian dari organisasi intra yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMFA). Subjek berjumlah 262 orang. Teknik pengambilan sampel penelitian dengan menggunakan teknik cluster random sampling.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Alat pengumpulan data menggunakan skala motivasi dan skala Adversity Quotient. Analisis data dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson dengan menggunakan program SPSS. Hasil penelitian

menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara adversity quotient dengan

motivasi berprestasi (r = 0.458; p = 0.000 < 0.01). Jadi, semakin tinggi adversity quotient

maka akan semakin tinggi pula motivasi berprestasi, begitupun sebaliknya, semakin rendah

adversity quotient maka akan semakin rendah pula motivasi berprestasi. Adversity quotient

mempengaruhi motivasi berprestasi sebesar 20.9% (r2 = 0.209).

Kata Kunci: Adversity Quotient, Motivasi Berprestasi Mahasiswa

Achievement motivation is encouragement of individuals in achieving desired. Student now tend to follow the organization but not serious in following the organization’s activities. While adversity Quotient can be defined as a person’s intelligence in dealing with problems in his life. The aims of this research to determine the correlation between adversity quotient and achievement motivation. The subjects of this research were active students who are part of the intra organization namely Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMFA). Subjects is 262 students. The sampling technique study using cluster random sampling. This study uses quantitative methods. The data was collected by using scale achievement motivation and Adversity Quotient. Data analysis using the technique of Pearson’s correlation product moment with SPSS. The finding showed that there was a significant positive correlation between adversity quotient and achievement motivation (r = 0.458; p = 0.000 < 0.01). It implies that, the highest adversity quotient, the higher the achievement motivation, vice versa, the lower the adversity quotient will also lower the achievement motivation. Adversity quotient affects achievement motivation for 20.9% (r2 = 0.209)

(12)

2

Dewasa ini, pendidikan sangat penting sebagai bekal dalam kehidupan kita di masa mendatang. Namun pendidikan hanya salah satu dari banyak faktor untuk mencapai cita-cita kita. Di masa perkuliahan ini, fenomena yang sering terjadi ialah rendahnya kesadaran mahasiswa dalam mengembangkan potensi diri dengan mencapai prestasi di bidang non akademik, salah satunya ialah dengan mengikuti organisasi-organisasi yang terdapat di kampus. Mahasiswa cenderung hanya berpikir untuk belajar di dalam ruang kelas saja dan hanya memikirkan untuk mendapatkan nilai indeks prestasi yang tinggi. Sedangkan kehidupan setelah perkuliahan, nilai indeks prestasi yang tinggi saja tidak cukup untuk memberikan kontribusi kepada negara.

Namun fenomena yang lebih besar lagi terdapat pada mahasiswa yang mengikuti organisasi intra (BEMFA) tetapi tidak berkontribusi penuh terhadap organisasi tersebut. Sehingga pengalaman dan manfaat yang seharusnya bisa banyak didapat di dalam organisasi menjadi tidak maksimal. Mahasiswa organisasi yang kurang aktif cenderung mengikuti organisasi sebagai ajang untuk mencari popularitas, ikut-ikutan teman, sebagai pengisi kegiatan di waktu luang tanpa bersungguh-sungguh memberikan kontribusi yang nyata terhadap organisasi tersebut.

Padahal di Perguruan Tinggi, mahasiswa mempunyai beberapa kemudahan dengan kebebasan dalam mengatur sendiri jadwal kuliah, mengatur beberapa banyak mata kuliah yang ingin ditempuh, dan mengatur waktu atau jadwal kuliah sehingga sebenarnya dapat memungkinkan untuk mencapai prestasi di organisasi. Namun kenyataannya mahasiswa tidak menggunakan kemudahan itu untuk meningkatkan potensi diri melainkan menggunakannya kepada hal yang kurang bermanfaat. Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya krisis motivasi berprestasi pada mahasiswa. Prestasi merupakan sarana dalam melatih kesempatan yang pada akhirnya makin terbuka kesempatan dalam dunia pekerjaan dan sebaliknya, remaja yang memiliki prestasi rendah maka akan semakin kecil kesempatan yang dimilikinya dalam dunia pekerjaan (Gunarsa & Gunarsa, 2002).

Seperti perkataan Anies Baswedan (aniesbaswedan.com) seorang tokoh Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah dalam pesannya terhadap mahasiswa-mahasiswa yang baru saja memasuki perkuliahan yaitu “IP yang tinggi akan mengantarkan Anda pada panggilan wawancara, titik. Namun kepemimpinan, kemampuan komunikasi, dan kemampuan analitik lah yang akan mengantarkan Anda ke masa depan.” Ketiga hal tersebut dapat kita dapatkan dengan aktif di dalam organisasi karena pengalaman yang akan diberikan saat berorganisasi sangat banyak dan bermanfaat bagi kehidupan seorang mahasiswa.

Putra dan Pratiwi (2005) menyatakan bahwa soft skill yang dibutuhkan oleh lulusan

universitas tidak dapat hanya dipenuhi dalam proses pembelajaran yang dilakukan di bidang akademik saja, tetapi juga bidang non akademik. Menurut survey dari 457 pengusaha yang dilakukan oleh National Association of Colleges (NACE) tahun 2002 di Amerika Serikat,

(13)

3 Tabel 1. Hasil Survei NACE USA Mengenai Kualitas Lulusan Perguruan Tinggi yang Diharapkan di Dunia Kerja

No Kualitas Skor*

1 Kemampuan berkomunikasi 4.69

2 Kejujuran/Integritas 4.59

3 Kemampuan bekerja sama 4.54 4 Kemampuan interpersonal 4.5

5 Etos kerja yang baik 4.46

6 Memiliki motivasi/berinisiatif 4.42

7 Mampu beradaptasi 4.41

8 Kemampuan analitikal 4.36

9 Kemampuan computer 4.21

10 Kemampuan berorganisasi 4.05 11 Berorientasi pada detail 4

12 Kemampuan memimpin 3.97

13 Percaya diri 3.95

14 Berkepribadian ramah 3.85

15 Sopan/beretika 3.82

16 Bijaksana 3.75

17 IP ≥ 3.0 3.68

18 Kreatif 3.59

19 Humoris 3.25

20 Kemampuan enterpreneurship 3.23

*Skala 1 – 5 (5 tertinggi) (Sumber Putra dan Pratiwi 2005)

Dari hasil survey diatas diketahui kemampuan-kemampuan yang diharapkan oleh dunia kerja terhadap kualitas lulusan perguruan tinggi. Adapun salah satu cara mendapatkan kemampuan-kemampuan tersebut dengan mengikuti organisasi. Mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki dorongan untuk mencapai prestasi yang diinginkannya. Menurut Schaie (Santrock, 2002) masa dewasa awal adalah fase mencapai prestasi (achieving stage)

dimana pada masa ini melibatkan penerapan intelektualitas pada situasi yang memiliki konsekuensi besar dalam mencapai tujuan jangka panjang, seperti pencapaian karir dan pengetahuan.

Penelitian Moore dkk (2010) sebanyak 40 dari 89 (44.94%) mahasiswa baru berpartisipasi secara sukarela mengikuti Residential Leadership Learning Community untuk mendapatkan

keterampilan kepemimpinan, memperluas kemampuan kepemimpinan, dan belajar menjadi pemimpin yang lebih baik karena didorong oleh motivasi berprestasi.

Pentingnya berorgansisasi juga termuat dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan dijelaskan bahwa organisasi kemahasiswaan adalah wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan kecendikiawanan serta integritas kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi.

(14)

4

Gambaran motivasi berprestasi pada anggota organisasi intra (BEMFA) berdasarkan wawancara yang dilakukan pada 16 November 2015 terhadap mantan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Psikologi periode 2014-2015 terkait dengan kontribusi anggota BEM saat masa jabatannya yaitu beberapa anggota lain mengalami penurunan intensitas kedatangan rapat seiring berjalannya waktu kepengurusan bahkan terdapat 3 anggota yang mengundurkan diri ditengah-tengah periode. Para anggota kerap sekali mengeluh jika diberi tugas oleh ketuanya, cenderung malas-malasan untuk menyelesaikannya dan seringkali menunda-nunda tugas tersebut bahkan ada beberapa anggota yang menyelesaikan tugas melebihi batas waktu yang ditetapkan sehingga program kerja menjadi kurang maksimal. Jika ditinjau dengan karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi dari teori McClelland (1987) kondisi anggota di atas menunjukkan indikator bahwa anggota organisasi cenderung untuk memilih tugas yang kurang menantang.

Gambaran lainnya yaitu pada saat mengadakan acara-acara di fakultas beberapa anggota kurang berkontribusi dalam mensukseskan program kerja, terlihat saat pembuatan acara cenderung untuk melihat dari laporan-laporan BEM terdahulu sehingga acara kurang kreatif dan inovatif, kemudian terlambat untuk menghadiri acara dari waktu yang ditetapkan sehingga tanggung jawab mereka terbengkalai, pada saat feedback diakhir acara dijadikan

ajang untuk saling melempar kesalahan dan berakhir dengan adu mulut maupun dongkol terhadap anggota yang bersangkutan. Hal ini jika ditinjau dari teori motivasi berprestasi McClelland adalah ciri-ciri orang yang tidak memiliki motivasi berprestasi.

Motivasi berprestasi merupakan daya dorong yang memungkinkan seseorang berhasil mencapai apa yang diidamkan. Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung untuk selalu berusaha mencapai apa yang diinginkan walaupun mengalami hambatan dan kesulitan dalam meraihnya. Motivasi berprestasi yang dimiliki seseorang idealnya selalu mengalami progresif atau kemajuan sehingga akan mempercepat apa yang diidamkannya (Sugiyanto, 2013).

Sedangkan motivasi berprestasi juga mempengaruhi permasalahan akademik dimana mahasiswa yang mengikuti organisasi tidak mampu dalam membagi waktu saat kuliah dan saat berorganisasi sehingga mahasiswa sering terlambat memasuki kelas dan tidak jarang pula mahasiswa membolos saat perkuliahan berlangsung. Beberapa tugas kuliah dan praktikum juga kerap kali terbengkalai saat tugas organisasi sedang berlangsung sehingga menyebabkan banyak mahasiswa organisasi yang nilainya tidak memenuhi standar kelulusan mata kuliah. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Karolina (2013) individu yang memiliki motivasi berprestasi dalam akademik yang tinggi maka mudah untuk mencapai flow ketika

mengerjakan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan akademik. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Rumiani (2006) motivasi berprestasi memiliki korelasi dengan prokrastinasi akademik. Stress mahasiswa tidak memiliki korelasi dengan prokrastinasi akademik. Ini berarti bahwa pada subjek penelitian ini, prokrastinasi banyak dipengaruhi oleh faktor internal (motivasi berprestasi).

Teori adversity quotient (AQ) yang dipublikasikan oleh Stoltz (2000) yaitu tentang

pemahaman manusia tentang apa yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan. Adversity Quotient adalah kecerdasan seseorang dalam menghadapi situasi masalah dalam

kehidupannya. Adversity quotient memiliki tiga bentuk, pertama, AQ adalah suatu kerangka

(15)

5

Menurut Stoltz (2000) adversity quotient memiliki empat aspek yaitu Control, Origin & Ownership, Reach, dan Endurance. Aspek tersebut menjelaskan tentang bagaimana respon

yang digunakan individu untuk menjelaskan kesulitan yang dialami. Dari keempat aspek tersebut maka dapat dilihat tingkatan-tingkatan atau kategori respon individu dalam menghadapi kesulitan. Kategori tersebut yaitu Quitters (individu yang berhenti), Campers

(individu yang berkemah), dan Climbers (individu yang mendaki).

Ketiga kategori tersebut secara jelas menggambarkan bahwa adversity quotient merupakan

faktor yang erat kaitannya dengan motivasi. Individu yang memiliki adversity quotient tinggi

(climbers) akan diikuti oleh motivasi yang tinggi pula, individu yang memiliki adversity quotient moderat (campers) akan diikuti oleh motivasi yang kurang maksimal, dan individu

yang memiliki adversity quotient rendah (quitters) akan diikuti pula oleh motivasi yang

rendah. Hal ini diperkuat oleh Stoltz yang menyatakan bahwa climbers menyambut baik

tantangan-tantangan, dan mereka hidup dengan pemahaman bahwa ada hal-hal mendesak dan harus segera dibereskan. Mereka bisa memotivasi diri sendiri, memiliki semangat tinggi, dan berjuang untuk mendapatkan yang terbaik dari hidup (Stoltz, 2000).

Berdasarkan uraian diatas mahasiswa organisasi cenderung mempunyai adversity quotient

yang rendah karena tidak dapat mengendalikan permasalahan-permasalahan yang ada dihidupnya. Mahasiswa organisasi cenderung untuk memilih tantangan yang mudah dan kurang menantang sehingga tidak dapat mengoptimalkan potensi yang ada dalam dirinya dan juga tidak dapat memajukan organisasi yang diikutinya.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Syahid (2014) yaitu ada hubungan yang signifikan antara adversity quotient dan motivasi berprestasi siswa kelas XI MA Ali Maksum Krapyak di

Yogyakarta. Hal ini berarti, semakin tinggi adversity quotient yang dimiliki siswa, maka akan

semakin tinggi pula motivasi berprestasi siswa. Sebaliknya, semakin rendah adversity quotient yang dimiliki siswa, maka semakin rendah pula motivasi berprestasi siswa.

Sumbangan efektif dari adversity quotient yang dimiliki siswa pada penelitian ini sebesar

54,5%, sedangkan sumbangan sebesar 45,6% terdapat pada faktor lain.

Sesuai dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Nurhayati (2015) yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara adversity quotient dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar

matematika di SMA TUGU IBU 1. Siswa yang memiliki adversity quotient tinggi akan

mampu menyelesaikan hambatan dihadapannya dan meraih prestasi dalam belajarnya termasuk dalam pelajaran matematika.

Keterbatasan pada penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada subjek penelitian dimana penelitian terdahulu menggunakan subjek remaja (siswa sekolah) sedangkan penelitian ini pada subjek masa dewasa awal (mahasiswa). Menurut Piaget (Santrock, 2002) fase kognitif remaja yaitu pemikiran mereka semakin abstrak, logis, dan idealistis; lebih mampu menguji pemikiran diri sendiri, pemikiran orang lain, dan apa yang orang lain pikirkan tentang diri mereka; serta cenderung menginterpretasikan dan memantau dunia sosial.

Sedangkan menurut Schaie (Santrock, 2002) masa dewasa awal adalah fase mencapai prestasi (achieving stage) dimana pada masa ini melibatkan penerapan intelektualitas pada situasi

yang memiliki konsekuensi besar dalam mencapai tujuan jangka panjang, seperti pencapaian karir dan pengetahuan.

(16)

6

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah hubungan adversity quotient dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa yang

mengikuti organisasi intra (BEMFA). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar hubungan adversity quotient dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa yang mengikuti

organisasi intra (BEMFA) di Universitas Muhammadiyah Malang. Melalui penelitian ini diharapkan mahasiswa-mahasiswa kelak yang akan menjadi generasi penerus bangsa mengetahui sejauh mana tingkat adversity quotient mereka sehingga tidak cepat menyerah

dalam mencapai kesuksesan sebelum mengerahkan seluruh tenaga dan kemampuan mereka. Jika mereka masih dikategori quitters dan campers maka dapat ditingkatkan lagi menjadi climbers. Manfaat lainnya yaitu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran diri mahasiswa

dalam mencapai prestasi di bidang non akademik untuk memperoleh soft skill guna menjalani

kehidupan setelah kuliah.

Motivasi Berprestasi

Gunarsa (2002) motivasi berprestasi adalah sesuatu yang ada dan menjadi ciri dari kepribadian seseorang dan dibawa dari lahir yang kemudian ditumbuhkan dan dikembangkan melalui interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Murray (Ross, 1998) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai usaha untuk mencapai keinginan, dengan mengerahkan segala kemampuan dan kekuatan, berusaha dengan baik dalam setiap sesuatu dengan cepat dan tepat.

Menurut Chaplin (Gunarsa, 2002) motivasi berprestasi adalah kecendrungan seseorang untuk mencapai kesuksesan atau memperoleh apa yang menjadi tujuan akhir yang dikehendaki, keterlibatan diri individu terhadap suatu tugas, harapan untuk berhasil dalam suatu tugas yang diberikan, serta dorongan untuk mengatasi rintangan-rintangan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sulit secara cepat dan tepat.

McClelland (1953) mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi merupakan motif yang mengarahkan perilaku seseorang dengan menitik beratkan kepada pencapaian prestasi tertentu.

Aspek-Aspek Motivasi Berprestasi

McClelland (1953) menyatakan bahwa orang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Menyukai resiko yang moderat

Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung mempertimbangkan resiko yang akan dihadapinya sebelum memulai pekerjaan. Ia akan memilih tugas dengan derajat kesukaran sedang, yang menantang kemampuannya, namun masih memungkinkan untuk berhasil menyelesaikan dengan baik

2. Tanggung jawab pribadi yang besar

Individu dengan motivasi berprestasi tinggi merasa dirinya bertanggung jawab terhadap tugas yang dikerjakannya. Seseorang akan berusaha untuk menyelesaikan setiap tugas yang dilakukan dan tidak akan meninggalkannya sebelum menyelesaikan tugasnya.

3. Menyukai umpan balik atas kinerjanya

Pada individu dengan motivasi berprestasi tinggi, pemberian umpan balik atas hasil usaha atau kerjanya yang telah dilakukan sangat disukai dan berusaha untuk melakukan perbaikan hasil kerja yang akan datang.

(17)

7

Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung bertindak kreatif, dengan mencari cara baru untuk menyelesaikan tugas seefektif dan seefisien mungkin.

Adversity Quotient

Menurut Stoltz (2000) adversity quotient (AQ) adalah kecerdasan yang dapat memberikan

gambaran kepada individual berkaitan dengan seberapa jauh individual mampu bertahan menghadapi kesulitan dan mampu untuk mengatasinya; siapa yang mampu mengatasi kesulitan dan siapa yang akan hancur; siapa yang akan melampaui harapan-harapan atas kinerja dan potensi individual serta siapa yang akan gagal; serta siapa yang akan menyerah dan siapa yang akan bertahan.

Aspek-aspek Adversity Quotient

Stoltz (2000) menyatakan bahwa adversity quotient mepunyai empat aspek yaitu sebagai

berikut: 1. Control

Kendali seseorang atas suatu masalah. C mempertanyakan: Berapa banyak kendali yang dirasakan terhadap sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan? Dimensi AQ ini merupakan salah satu awal yang paling penting dan tambahan untuk teori optimisme Seligman.

2. Origin & Ownership

Pandangan seseorang terhadap suatu masalah dan pengakuan atas akibat yang ditimbulkan seseorang pada masalah tertentu. O mempertanyakan: Siapa atau apa yang menjadi asal usul kesulitan? Dan sampai sejauh manakah seseorang mengakui akibat-akibat kesulitan itu? Sampai sejauh mana seseorang bersedia mengakui akibat kesulitan itu.

3. Reach

Jangkauan pengaruh masalah yang dialami seseorang dalam aspek-aspek kehidupan lainnya. R mempertanyakan: Sejauh manakah kesulitan akan menjangkau bagian-bagian lain dari kehidupan seseorang? Respons-respons dengan AQ yang rendah akan membuat kesulitan merembes ke segi-segi lain dari kehidupan seseorang.

4. Endurance

Pandangan seseorang terhadap jangka waktu berlangsungnya suatu masalah. E mempertanyakan: Berapa lama kesulitan akan berlangsung? Dan berapa lama penyebab kesulitan itu akan berlangsung?

Stoltz (2000) mengungkapkan adversity quotient dapat dikategorikan menjadi tiga kategori

yaitu:

1. Quitters (individu yang berhenti)

Disebut dengan individu yang memiliki Low-AQ. Individu pada kategori ini

cenderung memilih keluar, menghindari kewajiban, mundur dan berhenti, tidak ada dorongan untuk mencoba mendaki.

2. Campers (individu yang berkemah)

Disebut juga Moderat-AQ. Individu yang tergolong pada kategori ini menanggapi

tantangan walaupun hanya mencapai tahapan tertentu dan tidak berusaha untuk mencapai tujuan akhir, individu sudah merasa cukup puas dengan apa yang ada dan melepaskan kemungkinan peluang yang masih bisa diraihnya, sesungguhnya kesuksesan masih mungkin bisa dicapai akan tetapi tidak mampu mengarahkan potensi dan energinya.

(18)

8

Disebut juga High-AQ. Individu yang membangkitkan dirinya untuk terus mendaki

dan akan selalu memikirkan kemungkinan dan selalu mengembangkan potensinya, memotivasi diri dengan semangat yang tinggi untuk berjuang mendapatkan yang terbaik dalam hidup tanpa menghiraukan segala tantangan dan hambatan yang menghalang.

Faktor Pembentuk Adversity Quotient

Menurut Stolz (2000) faktor-faktor pembentuk adversity quotient adalah kinerja, motivasi,

pemberdayaan, kreativitas, produktivitas, pengetahuan, ketekunan, daya tahan, perbaikan, tingkah laku, respons terhadap perubahan.

Hubungan antara Adversity Quotient dengan Motivasi Berprestasi

Mahasiswa organisasi BEMFA cenderung mengalami penurunan motivasi berprestasi seiring berjalannya waktu kepengurusan dimana awal mereka masuk organisasi BEMFA masih sering aktif mengikuti kegiatan organisasi namun masuk pertengahan sampai akhir mulai terlihat penurunan motivasi berprestasi sedangkan jika dikaitkan dengan adversity quotient

mereka yang mulai turun motivasinya dapat dikategorikan rendah karena tidak dapat mengatasi masalah yang ada dihadapannya, sedangkan yang dapat bertahan namun mulai kurang aktif dalam kegiatan organisasi dikategorikan sedang, dan yang dapat bertahan serta tetap aktif mengikuti seluruh kegiatan organisasi dikategorikan tinggi.

Menurut penelitian Warapsari (2015) mahasiswa berprestasi memiliki kemampuan adversity quotient, dimana mahasiswa berprestasi mampu menyelesaikan kesulitan yang dihadapinya,

meskipun kesulitan yang dihadapi tiap mahasiswa berprestasi berbeda, akan tetapi mahasiswa berprestasi mampu bertahan dan tetap gigih dan penuh semangat serta memiliki motivasi yang tinggi sehingga membuat mereka optimis dalam menyelesaikan kesulitan dan segala kegiatan yang dilakukan.

Aspek control sebagai kemampuan seseorang dalam mengendalikan segala tantangan atau

kesulitan dalam hidupnya. Individu yang mempunyai motivasi berprestasi menyukai resiko yang moderat, tanggung jawab pribadi yang besar, menyukai umpan balik atas kinerjanya, dan cenderung bertindak kreatif dan inovatif. Dengan demikian control rendah individu

cenderung tidak berdaya pada kondisi perubahan di dalam organisasi. Ketika menghadapi tantangan atau kesulitan individu tidak mampu dalam mencari solusi dari kesulitan tersebut, individu cenderung pasif didalam organisasi. Individu dengan control sedang, tidak mudah

putus asa dalam menghadapi tantangan yang dapat diselesaikan namun akan mudah putus asa jika menghadapi tantangan yang tidak dapat diselesaikan. Individu dengan control tinggi

melihat segala kesulitan dengan sebagai sesuatu yang dapat diselesaikan. Individu akan mencari berbagai solusi untuk menyelesaikan kesulitan tersebut. Dalam hal ini, aspek control

berkaitan dengan aspek motivasi berprestasi atas individu yang menyukai resiko mederat dimana individu mampu untuk mengendalikan segala masalah yang ada di hidupnya.

Aspek origin & ownership yaitu kemampuan individu untuk melihat masalah yang ada dan

kemampuan individu untuk mengakui akibat dari masalah yang muncul. Individu yang mempunyai motivasi berprestasi menyukai resiko yang moderat, tanggung jawab pribadi yang besar, menyukai umpan balik atas kinerjanya, dan cenderung bertindak kreatif dan inovatif. Dengan demikian invididu dengan origin & ownership rendah akan menolak atau

menghindari tanggung jawab pekerjaan, cenderung bersikap ragu-ragu dan menarik diri dari tantangan yang lebih besar. Individu dengan origin & ownership sedang ikut bertanggung

(19)

9

menyalahkan diri sendiri dan mampu menempatkan diri untuk bertanggung jawab. Mampu mencari solusi walaupun sumber masalah bukan dari dirinya. Dalam hal ini, aspek origin & ownership berkaitan dengan aspek motivasi berprestasi atas individu yang mempunyai

tanggung jawab yang besar dimana individu mampu untuk mengakui akibat dari masalah yang muncul.

Aspek reach yaitu kemampuan individu untuk membatasi masalah sehingga tidak

mempengaruhi bagian lain dari hidup individu. Individu yang mempunyai motivasi berprestasi menyukai resiko yang moderat, tanggung jawab pribadi yang besar, menyukai umpan balik atas kinerjanya, dan cenderung bertindak kreatif dan inovatif. Dengan demikian individu dengan reach rendah individu merasa tidak memiliki kemampuan untuk mengatasi

suatu masalah. Individu dengan reach sedang akan menganggap masalah terkadang sebagai

suatu bencana. Namun individu mampu membatasi masalah agar tidak mempengaruhi hal lain. Sedangkan individu dengan reach tinggi cenderung merespon kesulitan sebagai hal yang

bersifat sementara. Dalam hal ini, aspek reach berkaitan dengan aspek motivasi berprestasi

menyukai umpan balik atas kinerjanya dimana individu mampu untuk membatasi masalah berdasarkan kritik dan saran atau feedback dari orang lain sehingga tidak mempengaruhi

bagian lain dari hidupnya.

Aspek endurance yaitu kemampuan individu untuk merasakan jangka waktu berlangsungnya

suatu masalah. Individu yang mempunyai motivasi berprestasi menyukai resiko yang moderat, tanggung jawab pribadi yang besar, menyukai umpan balik atas kinerjanya, dan cenderung bertindak kreatif dan inovatif. Individu dengan endurance rendah akan merespon

kesulitan sebagai sesuatu yang terus menerus ada. Individu dengan endurance sedang akan

melihat kesulitan sebagai sesuatu yang bertahan lama. Individu akan lama dalam mengambil keputusan untuk perubahan ketika menghadapi kesulitan. Sedangkan individu dengan

endurance tinggi akan menganggap kesulitan sebagai sesuatu yang dapat diselesaikan. Dalam

hal ini, aspek endurance berkaitan dengan aspek motivasi berprestasi atas individu yang

bertindak kreatif dan inovatif dimana individu mampu untuk bertindak secara kreatif dalam menghadapi kesulitan yang ada di hidupnya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan terdapat hubungan antara kedua variabel dimana semakin tinggi variabel x maka semakin tinggi pula variabel y begitu juga sebaliknya jika variabel x rendah maka dibarengi pula dengan varibel y yang rendah.

Hipotesa

(20)

10 METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental yaitu jenis penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dimana penelitian ini menghubungkan pendekatan-pendekatan terhadap empiris untuk mengukur, menganalisa, mengumpulkan, dan menampilkan data dalam bentuk numerik daripada naratif secara akurat. Penilitian ini berusaha untuk melihat hubungan antar variabel yang diteliti dengan menggunakan metode perhitungan statistik. Adapun pengukuran dilakukan dengan menggunakan dua skala yaitu skala adversity quotient dan skala motivasi berprestasi serta data identitas diri subjek.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa yang terdaftar sebagai bagian dari organsisasi intra badan eksekutif mahasiswa fakultas (BEMFA) di Universitas Muhammadiyah Malang. BEMFA sendiri terbagi terdiri dari 10 fakultas dengan total populasi sebanyak 325 orang kemudian dikerucutkan berdasarkan tabel Isaac dan Michael menjadi 262 subjek. Pengambilan subjek ini menggunakan teknik cluster random sampling. Tujuan dari

penggunaan teknik pengambilan sampel ini adalah untuk mempermudah peneliti dalam pengambilan sampel subjek berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

Variabel dan Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yakni variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). adapun yang menjadi variabel bebas (X) yaitu adversity quotient dan variabel variabel

terikatnya (Y) adalah motivasti berprestasi.

Adversity quotient sebagai kemampuan yang dimiliki individu untuk merespon segala

kesulitan ataupun tantangan yang ada di dalam hidupnya yang didasari oleh aspek control, origin & ownership, reach, endurance. Skala pengukuran adversity quotient dibuat oleh

peneliti sendiri dengan menggunakan aspek-aspek adversity quotient oleh Stoltz sebagai

acuan. Adapun aspek-aspek tersebut ialah aspek control sebagai kemampuan seseorang dalam

mengendalikan suatu masalah yang datang. Aspek origin & ownership menjelaskan mengenai

kemampuan seseorang memandang sumber masalah yang ada dan mengakui akibat dari masalah yang timbul terlepas dari sumber masalah tersebut dari dirinya maupun orang lain. Aspek reach menjelaskan dampak suatu masalah yang muncul tanpa mempengaruhi bagian

kehidupannya. Aspek endurance sebagai kemampuan individu untuk menilai jangka waktu

berlangsungnya masalah yang muncul. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan skala, yaitu skala jenis likert. Pada skala adversity quotient ini dibedakan

berdasarkan item yang positif (favourable) dan item negatif (unfavourable). Skala jenis likert

terdiri atas empat pilihan pernyataan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Salah satu contoh itemnya adalah “Kesalahan yang saya telah perbuat akan menghancurkan harga diri saya dihadapan teman-teman”. Adapun hasil try out

(21)

11 Tabel 2 Hasil Try Out Skala Adversity Quotient

Instrumen Jumlah Item

Diujikan Item Valid Jumlah Validitas Indeks (Cronbach’s Alpha) Nilai Reliabilitas Adversity Quotient 0.32 – 0.74 0.93

Dari hasil uji coba pada skala adversity quotient yang telah dilakukan kepada subjek sebanyak

30 mahasiswa organisasi terdapat beberapa item yang dieliminasi karena tidak valid yaitu sebanyak 15 item, sehingga jumlah keseluruhan dari 50 item menjadi 35 item serta hasil indeks validitas dengan rentangan 0.32 – 0.74 dan nilai konsistensi reliabilitas sebesar 0.93 (Cronbach’s Alpha).

Motivasi berprestasi merupakan dorongan untuk berbuat sebaik mungkin, agar memperoleh hasil yang terbaik sesuai dengan kondisi yang diharapkan, dengan cara berusaha keras berdasarkan standar yang telah ditetapkan di dalam organisasi. Penelitian ini menggunakan instrumen yang dibuat oleh peneliti sendiri dengan menggunakan aspek-aspek motivasi berprestasi dari McClelland yaitu menyukai resiko yang moderat, mempunyai tanggung jawab yang besar, menyukai umpan balik atas kinerjanya dan bertindak secara kreatif dan inovatif. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan skala, yaitu skala jenis likert. Pada skala motivasi berprestasi ini dibedakan berdasarkan item yang positif (favourable) dan

item negatif (unfavourable). Skala jenis likert terdiri atas empat pilihan pernyataan yaitu

sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Salah satu contoh itemnya adalah “Saya berusaha mengerjakan tugas yang diberikan dari hasil rapat organisasi”. Adapun hasil try out pada skala motivasi berprestasiadalah sebagai berikut:

Tabel 3 Hasil Try Out Skala Motivasi Berprestasi

Instrumen Jumlah Item

Diujikan Item Valid Jumlah Validitas Indeks (Cronbach’s Alpha) Nilai Reliabilitas Motivasi Berprestasi 0.31 – 0.69 0.93

Dari hasil uji coba pada skala adversity quotient yang telah dilakukan kepada subjek sebanyak

(22)

12

indeks validitas dengan rentangan 0.31 – 0.69 dan nilai konsistensi reliabilitas sebesar 0.93 (Cronbach’s Alpha).

Prosedur dan Analisa Data

Tahap pertama, tahap pertama atau persiapan ini dimulai dari peneliti menyusun skala motivasi berprestasi dan skala adversity quotient,

Tahap kedua yaitu try out untuk menguji validitas dan reliabilitas skala motivasi dan skala

adversity quotient,

Tahap ketiga setelah didapatkan validitas dan reliabilitas yaitu membagikan skala kepada subjek penelitian yang merupakan bagian dari organasisasi intra badan eksekutif mahasiswa (BEMFA) di Universitas Muhammadiyah Malang,

Tahap keempat yaitu analisa data hasil dari keseluruhan skala yang telah dibagikan kepada subjek penelitian. Data-data yang telah diperoleh dari kedua skala tersebut akan diinput dan diolah dengan menggunakan program SPSS dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson. Terakhir, peneliti mengambil kesimpulan penelitian.

HASIL PENELITIAN

Setelah penelitian ini dilakukan, diperoleh beberapa hasil yang akan dipaparkan dengan tabel-tabel berikut. Tabel yang pertama pada bab hasil penelitian ini merupakan data deskripsi subjek yang turut serta dalam penelitian. Adapun data deskripsi subjek adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Data Deskripsi Subjek

Kriteria Jumlah Persentase

Usia

(23)

13 Tabel 5. Adversity Quotient dan Motivasi Berprestasi Berdasarkan Usia

Kriteria Adversity QuotientKategori Total Motivasi Berprestasi Kategori Total

Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi

18

Berdasarkan tabel 5 diketahui sebanyak 38 subjek dengan usia 18 tahun mempunyai adversity quotient kategori rendah sebanyak 1 subjek, kategori sedang sebanyak 29 subjek dan kategori

tinggi sebanyak 8 subjek, sedangkan motivasi berprestasi kategori rendah sebanyak 4 subjek, kategori sedang sebanyak 29 subjek, kategori tinggi sebanyak 5 subjek. Kemudian sebanyak 52 subjek dengan usia 19 tahun mempunyai adversity quotient kategori rendah sebanyak 6

subjek, kategori sedang sebanyak 37 subjek dan kategori tinggi sebanyak 9 subjek, sedangkan motivasi berprestasi kategori rendah sebanyak 4 subjek, kategori sedang sebanyak 39 subjek, kategori tinggi sebanyak 9 subjek. Kemudian sebanyak 97 subjek dengan usia 20 tahun mempunyai adversity quotient kategori rendah sebanyak 14 subjek, kategori sedang sebanyak

74 subjek dan kategori tinggi sebanyak 9 subjek, sedangkan motivasi berprestasi kategori rendah sebanyak 19 subjek, kategori sedang sebanyak 71 subjek, kategori tinggi sebanyak 7 subjek. Dan terakhir sebanyak 75 subjek dengan usia 21 tahun mempunyai adversity quotient

kategori rendah sebanyak 12 subjek, kategori sedang sebanyak 45 subjek dan kategori tinggi sebanyak 18 subjek, sedangkan motivasi berprestasi kategori rendah sebanyak 17 subjek, kategori sedang sebanyak 47 subjek, kategori tinggi sebanyak 11 subjek.

Tabel 6. Adversity Quotient dan Motivasi Berprestasi Berdasarkan Jenis Kelamin

Kriteria Adversity QuotientKategori Total Motivasi Berprestasi Kategori Total

Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi

Pria 23

Berdasarkan tabel 6 diketahui sebanyak 141 subjek dengan jenis kelamin pria mempunyai

adversity quotient kategori rendah sebanyak 23 subjek, kategori sedang 94 subjek, dan

(24)

14

subjek dengan jenis kelamin wanita mempunyai adversity quotient kategori rendah sebanyak

10 subjek, kategori sedang 91 subjek, dan kategori tinggi sebanyak 20 subjek, sedangkan motivasi berprestasi kategori rendah sebanyak 17 subjek, kategori sedang 89 subjek, dan kategori tinggi 15 subjek.

Berdasarkan hasil uji korelasi product moment pearson, diperoleh nilai koefisien korelasi (r)

sebesar 0.458 yang berarti adversity quotient memiliki hubungan timbal balik dengan

motivasi berprestasi. Selain itu, nilai signifikan (p) dari hasil analisa data menunjukkan 0.000 < 0.01 dengan taraf kesalahan (alpha) 0.01 serta berada pada taraf kepercayaan 99.% yang

artinya kedua variabel tersebut menunjukkan hubungan positif yang signifikan, dimana semakin tinggi adversity quotient maka akan semakin tinggi pula motivasi berprestasi,

begitupun sebaliknya, semakin rendah adversity quotient maka akan semakin rendah pula

motivasi berprestasi. Adapun adversity quotient mempengaruhi motivasi berprestasi sebesar

20.9%. Hal tersebut dapat dilihat dari koefisien determinasi (r2) sebesar 0.209, sementara

sisanya 79.1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

DISKUSI

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara adversity quotient dengan

motivasi berprestasi dengan nilai korelasi 0.000 < 0.01. Hal ini membuktikan bahwa hipotesis diterima, dimana semakin tinggi adversity quotient maka akan semakin tinggi pula motivasi

berprestasi, begitupun sebaliknya, semakin rendah adversity quotient maka akan semakin

rendah pula motivasi berprestasi. Hal ini berkesesuaian dengan teori motivasi berprestasi yang menjelaskan bahwa motivasi berprestasi sebagai keinginan untuk sukses dalam kompetisi, yang berkeinginan untuk mengungguli orang lain dengan mencapai suatu prestasi atau suatu standar yang dianggap berhasil (McClelland, 1987). Maka dari hal tersebut diketahui mahasiswa yang mengikuti organisasi mempunyai motivasi berprestasi dalam keinginan mengungguli orang lain dengan mencapai suatu standar yang dianggap berhasil.

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini ialah subjek dengan rentang usia 18-22 tahun sebagaimana menurut Piaget (Santrock, 2002) individu dengan rentang usia sekian memasuki fase kognitif dimana pemikiran mereka semakin abstrak, logis, dan idealistis; lebih mampu menguji pemikiran diri sendiri, pemikiran orang lain, dan apa yang orang lain pikirkan tentang diri mereka; serta cenderung menginterpretasikan dan memantau dunia social.

Sedangkan menurut Schaie (Santrock, 2002) masa dewasa awal adalah fase mencapai prestasi (achieving stage) dimana pada masa ini melibatkan penerapan intelektualitas pada situasi

yang memiliki konsekuensi besar dalam mencapai tujuan jangka panjang, seperti pencapaian karir dan pengetahuan. Ditinjau dari kemampuan perkembangan tersebut, maka tidak heran jika mereka mempunyai adversity quotient yang tinggi maka mereka akan mampu dalam

memecahkan permasalahan ataupun tantangan yang sedang dihadapinya sehingga hal tersebut akan mendorong motivasi berprestasi mereka untuk selalu ingin mencapai suatu prestasi yang ingin diraihnya.

Dari tabel 5 terlihat bahwa dari rentang usia 18-21 tahun mempunyai adversity quotient yang

(25)

15

(70.9%). Adapun analisis berdasarkan jenis kelamin yaitu sebanyak 94 subjek jenis kelamin pria (35.8%) mempunyai adversity quotient yang sedang dan 97 subjek pria (37.0%)

mempunyai motivasi berprestasi yang sedang. Sedangkan sebanyak 91 subjek jenis kelamin wanita (34.7%) mempunyai adversity quotient yang sedang dan 89 subjek wanita (33.9%)

mempunyai motivasi berprestasi yang sedang.

Penelitian Kaye dan Grace (2015) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara adversity quotient dan strategi coping oleh mahasiswa. Responden menilai diri mereka

bahwa mereka dapat mempengaruhi adversity quotient mereka sampai batas moderat. Strategi

coping responden dikategorikan dalam kemampuan mereka untuk menentukan kesengsaraan yang mereka hadapi, kecepatan mengatasi situasi apapun, membangun kembali kepercayaan diri dan bangkit kembali setelah kemalangan menimpa. Dari hari pertama mereka dilahirkan sampai sekarang, mahasiswa menghadapi berbagai tingkat kesulitan. Kesulitan mungkin penyakit, nilai kuliah yang rendah, atau kehilangan orang yang dicintai. Bagaimana mereka menangani tantangan ini akan menentukan pencapaian yang lebih besar di hidup mereka. Dengan tetap fokus, bertekad, dan berkonsentrasi pada hal yang positif berkali-kali maka mereka bisa menjadi lebih kuat. Hal ini berarti, dengan strategi coping yang baik berarti individu tersebut juga memiliki adversity quotient yang baik sehingga akan meningkatkan

motivasi berprestasi menjadi lebih baik pula.

Penelitian lain oleh Haryani dan Tairas (2014) menyatakan bahwa adanya faktor intrinsik dan ekstrinsik yang berpengaruh dalam motivasi berprestasi pada mahasiswa tidak mampu secara ekonomi. Kondisi ekonomi keluarga mereka yang berasal dari keluarga tidak mampu secara ekonomi membuat mereka ingin berhasil dan pada akhirnya mampu memperbaiki kondisi ekonomi keluarga. Hal ini dapat dikaitkan dengan adversity quotient dimana mahasiswa tidak

mampu secara ekonomi mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi untuk menghadapi masalah yang ada dihadapannya.

Hasil analisa didapatkan koefisien determinasi (r2) dari kedua variabel tersebut adalah 0.209.

Artinya adversity quotient memiliki pengaruh sebesar 20.9% dalam mempengaruhi motivasi

berprestasi dan 79.1% dipengaruhi oleh faktor lain. Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi adversity quotient yaitu kinerja, motivasi, pemberdayaan, kreativitas,

produktivitas, pengetahuan, ketekunan, daya tahan, perbaikan, tingkah laku, respons terhadap perubahan (Stoltz, 2000).

Hasil penelitian yang telah dilakukan berlawanan dengan penelitian oleh Huijuan (2009) yang bertujuan untuk melihat hubungan adversity quotient dan performa akademik. Hasil

penelitiannya menyatakan sebanyak 171 subjek (61.07%) mempunyai adversity quotient yang

rendah, 62 subjek (22.14%) mempunyai adversity quotient yang dibawah rata-rata, 43 subjek

(15.36%) mempunyai adversity quotient yang rata-rata, 2 subjek (0.71%) mempunyai adversity quotient yang diatas rata-rata dan 2 subjek (0.71%) mempunyai adversity quotient

(26)

16

mereka tidak akan pernah bisa menikmati pemandangan indah yang hanya bisa dilihat dari atas gunung (Stoltz, 1997).

Menurut Stoltz (1997) adversity quotient adalah kecerdasan yang dapat memberikan

gambaran kepada individual berkaitan dengan seberapa jauh individual mampu bertahan menghadapi kesulitan dan mampu untuk mengatasinya. Adversity quotient sendiri mempunyai

empat aspek yaitu control, kendali seseorang atas suatu masalah, origin&ownership,

pandangan seseorang terhadap suatu masalah dan pengakuan atas akibat yang ditimbulkan seseorang pada masalah tertentu, reach, jangkauan pengaruh masalah yang dialami seseorang

dalam aspek-aspek kehidupan lainnya, endurance, pandangan seseorang terhadap jangka

waktu berlangsungnya suatu masalah.Individu-individu dengan keempat aspek tersebut jika dikaitkan dengan ciri-ciri motivasi berprestasi yaitu menyukai resiko yang moderat, mempunyai tanggung jawab yang besar, menyukai umpan balik atas kinerjanya, cenderung bertindak kreatif dan inovatif (McClelland, 1953). Maka kedua hal tersebut akan membuat mahasiswa mempunyai kemampuan dalam memecahkan permasalahan ataupun tantangan apapun yang sedang dihadapinya sehingga hal tersebut akan mendorong motivasi berprestasi mereka untuk selalu ingin mencapai suatu prestasi yang ingin diraihnya.

Akan tetapi bukan berarti penelitian ini tidak memiliki kekurangan. Berbagai hambatan juga dialami oleh peneliti saat melakukan penelitian ini. Pada saat penelitian ini, hal ini dibarengi dengan kegiatan tahunan kampus yaitu rector cup dimana seluruh organisasi intra (BEMFA) turut ikut andil dalam pelaksanaan kegiatan tersebut kemudian juga dibarengi dengan waktu Ujian Tengah Semester (UTS) sehingga subjek penelitian ini sangat sibuk dan harus fokus pada kedua hal tersebut. Hal ini berkaitan dengan validitas dan reliabilitas yang dikhawatirkan dengan kesibukkan tersebut akan terjadi pengisian skala yang tidak diisi dengan bersungguh-sungguh.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan jika adversity quotient

memiliki hubungan yang positif dengan motivasi berprestasi yang berarti hipotesis diterima. Hal tersebut ditandai dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0.458. Selain itu dilihat dari nilai signifikan (p) dimana p = 0.000 < 0.01 adversity quotient memiliki hubungan positif

yang signifikan dengan taraf kesalahan (alpha) 0.01 dan berada pada tahap kepercayaan 99%.

Yang artinya semakin tinggi adversity quotient maka akan semakin tinggi pula motivasi

berprestasi, begitupun sebaliknya, semakin rendah adversity quotient maka akan semakin

rendah pula motivasi berprestasi. adalah 0.209. Adapun adversity quotient memiliki pengaruh

sebesar 20.9% (r2 = 0.209) dalam mempengaruhi motivasi berprestasi dan 79.1% dipengaruhi

oleh faktor lain yang tidak diteliti.

Implikasi dari penelitian ini bagi mahasiswa yaitu diharapkan mahasiswa mempunyai

adversity quotient yang tinggi atau dalam penyebutan kategori oleh Stoltz yaitu climbers

dimana mereka dapat terus mengembangkan potensi dalam dirinya, memotivasi diri dengan semangat yang tinggi untuk menghadapi segala tantangan maupun permasalahan dengan mencari solusi atas permasalahan yang sedang menimpa dirinya agar dapat mencapai segala prestasi yang diinginkannya. Serta diharapkan lulusan mahasiswa-mahasiswa tersebut dapat menjadi sosok yang berkualitas dan diharapkan di dunia kerja dengan banyaknya pengalaman dan soft skill yang sudah mereka dapatkan di dalam organisasi. Adapun cara kongkrit untuk

(27)

pelatihan-17

pelatihan yang ditawarkan oleh jasa-jasa dari intansi pengembangan sumber daya manusia. Kemudian bagi peneliti selanjutnya yang mempunyai kesamaan atau kemiripan dengan penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan penelitiannya dengan lebih luas dan kreatif seperti pemilihan subjek yang lebih akurat, menambahkan beberapa kriteria, menggunakan sampel yang lebih bervariasi, mempertimbangkan karakteristik demografi, menganalisis sesuai dengan klasifikasi adversity quotient, dll.

REFERENSI

Arif, Karolina. 2013. Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dan Flow Akademik. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol. 2 No. 1. http://journal.ubaya.ac.id 15

November 2015

Baswedan, Anies. 2014. Pesan Anies Baswedan Untuk Mahasiswa Baru.

http://aniesbaswedan.com 15 November 2015

Buck, Ross. 1988. Human Motivation and Emotion. Jhon Wiley & Son, Inc. The United

States of America

Gunarsa, S. D., & Gunarsa, Y. S. D. 2002. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.

Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia

Hastono, S. P. 2001. Analisis Data. Jakarta: FKM-UI

Haryani, Ratna & Tairas, M. M. W. 2014. Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa Berprestasi Dari Keluarga Tidak Mampu Secara Ekonomi. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan. Vol. 03 No. 01

Huijuan, Zhou. 2009. The Adversity Quotient and Academic Performance Among College Students at ST. Joseph’s College, Quezon City. An Undergraduate Thesis. Quezon City: The Departments of Arts and Sciences

Kaye, D. D. & Grace, M. A. 2015. Adversity Quotient and Coping Strategies of College Students in Lyceum of the Philippines University. Asia Pasific Journal of Education, Arts and Sciences. Vol. 2 No. 3

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman

Umum Organisasi Kemahasiswaan.

http://www.dikti.go.id/Archieve2007.Org.Mhs.html 15 November 2015

McClelland, D. C., Atkinson, J. W., Clark, R. A., & Lowell, E. L. 1953. The Achievement Mottive. New York: Appleton-Century-Crofts, Inc.

McClelland, D. C. 1987. Human Motivation. New York: Cambridge University Press

Moore, L. L., Grabsch, D. K., & Rotter, C. 2010. Using Achievement Motivation Theory to Explain Student Participation in a Residential Leadership Learning Community.

Journal of Leadership Education. Vol. 9 Issue 2.

Nurhayati. 2015. Pengaruh Advetsity Quotient (AQ) dan Motivasi Berprestasi Terhadap

Prestasi Belajar Matematika. Jurnal Formatif. 3(1): 72-77

Putra, I. S, & Pratiwi A. (2005). Sukses Dengan Soft Skills. Bandung: Direktorat Pendidikan

(28)

18

Rumiani. 2006. Prokrastinasi Akademik Ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan Stres Mahasiswa. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. Vol. 3 No. 2.

http://ejournal.undip.ac.id 15 November 2015

Santoso, S. 1999. SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: Gramedia

Santrock, J. W. 2002. Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Stoltz, P. G. 2000. Adversity Quotient. Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta:

Gransindo

Sugiyanto. 2013. Pentingnya Motivasi Berprestasi dalam Mencapai Keberhasilan Akademik siswa.

Syahid, Nur. 2014. Hubungan Antara Advesity Quotient dan Motivasi Berprestasi Siswa Kelas

XI MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta. Skripsi. (tidak dipublikasikan). Yogyakarta:

Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga

Wahyono, Teguh. 2012. Analisis Statistik Mudah dengan SPSS 20. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo

Warapsari, L. F. 2015. Adversity Quotient pada Mahasiswa Berprestasi. Skripsi. (tidak

(29)

19

LAMPIRAN I

(30)

20

Assalamu’alaikum wr.wb.

Nama saya Edwin Ridho dari jurusan Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang melalui instrumen ini meminta kesediaan Anda untuk meluangkan waktu mengisi skala ini demi penelitian skripsi saya.

Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan. Anda diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan diri Anda, dengan cara memberi tanda centang

(√) pada salah satu kolom pilihan jawaban yang tersedia. Adapun pilihan jawaban tersebut adalah:

SS : Apabila pernyataan Sangat Sesuai dengan diri Anda

S : Apabila pernyataan Sesuai dengan diri Anda

TS : Apabila pernyataan Tidak Sesuai dengan diri Anda

STS : Apabila pernyataan Sangat Tidak Sesuai dengan diri Anda

Setiap orang dapat memiliki jawaban yang berbeda. Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda, sebab tidak ada jawaban yang dinilai benar atau salah maupun penilaian baik atau buruk. Oleh karena itu, sangat dihargai jawaban yang jujur, tebuka, dan apa adanya. Pastikan agar tidak ada satupun jawaban yang terlewatkan.

Saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya atas kesediaan Anda mengisi skala ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Identitas Anda semata-mata hanya untuk kepentingan penelitian, dan kerahasiaan identitas Anda dijamin oleh peneliti.

(31)

21 Skala 1: Adversity Quotient

NO PERNYATAAN PILIHAN JAWABAN

SS S TS STS

1 Saya merasa yakin dapat mengatasi setiap masalah yang menghanpiri saya

2 Kesalahan yang saya telah perbuat akan menghancurkan harga diri saya dihadapan teman-teman

3 Permasalahan yang saya hadapi tidak akan mengganggu kegiatan saya yang lain

4 Saya rasa, saya tidak berdaya jika menghadapi tugas yang menumpuk ketika saya lelah

5 Saya akan mencari jalan keluar agar permasalahan yang saya hadapi dapat segera terselesaikan

6 Beban yang saya tanggung terasa sangat berat, ketika saya menghadapi suatu masalah

7 Saya merasa tidak mampu menghadapi masalah yang terjadi dalam kehidupan ini

8 Selama ini saya merasa selalu melaksanakan kewajiban saya dengan baik

9 Saya merasa kewalahan setiap kali menghadapi masalah 10 Sampai kapanpun hidup saya akan sama saja, tidak akan

mengalami kemajuan

11 Saya menganggap bahwa kesulitan yang saya alami merupakan permasalahan yang wajar, yang dialami juga oleh orang lain

12 Masalah yang saya hadapi tidak akan berdampak negatif pada hubungan saya dengan teman-teman

13 Benar kata orang, saya memang tidak dapat melakukan apapun

14 Saya adalah orang yang tidak mudah putus asa

15 Saya yakin permasalahan yang saya hadapi akan segera berakhir

(32)

22

saya telah merusaknya

17 Saya tetap bisa mengambil keputusan yang tepat walaupun masalah yang saya hadapi begitu berat

18 Saya yakin bahwa saya memiliki kemampuan yang sama dengan yang lain untuk mencapai prestasi

19 Saya menjauh dari teman-teman ketika saya mengalami kegagalan

20 Saya berani mengungkapkan pendapat saya di depan orang banyak

21 Tidak ada seorangpun yang dapat memprediksi terjadinya suatu masalah

22 Saya merasa tidak berdaya dalam melawan kesulitan 23 Saya mendapat kritik buruk dari teman-teman karena saya

kurang mampu memberikan yang terbaik

24 Padatnya aktivitas tidak akan mempengaruhi keinginan saya untuk mencapai prestasi

25 Saya yakin dengan segenap kemampuan yang saya miliki dapat mengatasi kesulitan yang saya hadapi

26 Saat mendapat kesulitan saya tetap berusaha mencari solusi agar saya bisa melaluinya

27 Saya merasa takut untuk menanggung resiko atas keputusan yang saya ambil

28 Saya merasa bahwa kritikan yang disampaikan oleh teman akan menjatuhkan harga diri saya

29 Saya sering panik ketika berada pada suatu kesulitan sehingga sering mengambil keputusan yang kurang tepat

30 Kesetiaan bukan berarti harus ikut menanggung akibat dari permasalahan yang bukan berasal dari diri saya

31 Saya merasa bahwa kemampuan yang saya miliki berada di bawah kemampuan teman lainnya

32 Saya bisa berkonsentrasi ketika belajar meskipun saya sedang mempunyai masalah

(33)

23

sampai tuntas, saya tidak mau hanya setengah-setengah

34 Saya merasa gugup ketika diminta untuk mengungkapkan pendapat di depan umum

35 Saya memilih menghindar dari suatu permasalahan, karena saya merasa permasalahan tersebut bisa berdampak negatif untuk diri saya

36 Saya tidak dapat mencari solusi saat ditimpa masalah yang berat

37 Jika telah melakukan kesalahan, saya akan segera memperbaikinya tanpa harus menyesal dalam waktu yang lama

38 Saya mampu mengambil keputusan yang tepat meskipun saya mengalami konflik dengan teman-teman saya

39 Saya sering merasa bahwa kesulitan yang saya alami akibat kebodohan yang saya lakukan

40 Saya merasa malu bergaul dengan teman karena ketidakmampuan saya dalam mengatasi situasi yang sulit

41 Saya berusaha supaya tidak menunda segala tugas yang harus saya kerjakan

42 Ketika mengalami kegagalan, saya merasa hidup ini telah hancur

43 Saat mendapat masalah saya merasa tidak perlu menyalahkan diri secara berlebihan

44 Ketika masalah tidak kunjung berakhir, saya merasa bahwa diri saya lemah

45 Saya akan tunjukkan ketidak setujuan pendapat apabila pendapat tersebut saya rasa tidak tepat

46 Jika gagal menggunakan cara pertama, saya akan segera mencari cara lain untuk menyelesaikan suatu tugas

47 Saya merasa kegiatan yang saya lakukan selama ini merupakan kegiatan yang sia-sia dan tidak berguna

48 Kegagalan bukanlah hal yang menyakitkan bagi saya

(34)

24

50 Semangat saya hancur ketika saya mengetahui tugas yang harus saya kerjakan bertumpuk-tumpuk

Skala 2: Motivasi Berprestasi

NO PERNYATAAN PILIHAN JAWABAN

SS S TS STS

1 Saya berusaha mengerjakan tugas yang diberikan dari hasil rapat organisasi

2 Saya merasa terbantu bila mendapatkan saran atau masukan saat berdiskusi

3 Saya lebih menyukai tugas yang lebih sulit daripada tugas yang mudah di dalam organisasi

4 Saya senang menemukan cara-cara yang baru dalam

7 Saya akan bermain walaupun tugas-tugas organisasi belum saya selesaikan

8 Saya meminta bantuan teman untuk menyelesaikan tugas yang sulit saya atasi

9 Saya senang dengan keberhasilan menyelesaikan tugas-tugas organisasi

10 Saya merasa kecewa bila hasil kerja saya mendapat nilai buruk dari teman-teman yang lain

11 Saya tidak suka menerima perintah dari ketua organisasi 12 Saya tertarik untuk mempelajari sesuatu yang baru di

lingkungan saya

13 Saya suka menjatuhkan teman yang lain dengan berbagai cara agar saya dapat menjadi nomor satu

(35)

25

15 Saya tidak yakin bisa menyelesaikan tugas yang sulit dari organisasi

16 Saya senang mengerjakan tugas tanpa usaha yang keras

17 Saya selalu mengerjakan tugas yang diberikan organisasi sesulit apapun tugas tersebut

18 Saya senang mendapatkan saran dari ketua organisasi agar prestasi saya lebih baik lagi

19 Walaupun pernah gagal dalam suatu tugas, saya yakin suatu saat akan berhasil

20 Saya mengerjakan tugas organisasi jauh-jauh hari sebelum hari yang ditentukan

21 Keberhasilan yang saya peroleh merupakan keberuntungan semata

22 Saya lebih suka menerima tugas dengan pengalaman baru daripada mengerjakan tugas yang pernah saya lakukan sebelumnya

23 Saya lebih memilih mengerjakan tugas yang mudah dan tidak menentang daripada mengerjakan tugas yang sulit saya selesaikan

24 Saya tidak suka menyelesaikan tugas hal dengan cara mencoba cara-cara yang lebih efektif

25 Saya berusaha menyelesaikan tugas organisasi tepat waktu karena bagi saya hasilnya sama saja

30 Adanya masukan bagi saya sama saja karena tidak berpengaruh terhadap prestasi saya

(36)

26

meskipun saya mungkin bisa melakukannya

32 Saat mengikuti rapat, saya malas untuk mencari solusi atas permasalahan yang harus diselesaikan

33 Saya siap menerima hukuman bila melanggar aturan dari organisasi

34 Kritikan dari luar dapat menjadi masukan bagi saya untuk memperbaiki diri

35 Saya yakin dapat mengerjakan tugas dari organisasi dengan sebaik-baiknya

36 Saya merasa bosan terhadap rutinitas yang monoton setiap hari

37 Saya selalu tepat waktu dalam menyelesaikan tugas dari organisasi

38 Saran dari orang lain bukanlah hal yang penting bagi saya 39 Saya tidak mengerjakan tugas dari organisasi apabila

tidak dikenakan sanksi bagi anggota yang tidak mengerjakan tugas tersebut

40 Untuk mengatasi kegiatan yang padat, saya merasa tidak perlu pintar dan bijak dalam mengatur waktu saya

41 Jika lalai mengerjakan tugas yang diberikan organisasi, saya siap menerima sanksi yang akan diberikan

42 Tugas yang sulit menjadikan saya mengerahkan seluruh kemampuan yang saya miliki

43 Saya harus pandai dalam mengelola waktu untuk organisasi dan kegiatan lain

44 Saya tidak suka bersaing dalam mengejar prestasi

45 Saat melakukan presentasi saat rapat, saya lebih suka bila banyak teman yang bertanya mengenai hal yang saya sampaikan

46 Saya yakin dapat melalui segala tantangan dalam organisasi dengan baik

(37)

27

48 Saya tidak akan meraih sukses walaupun sudah berusaha dengan maksimal

49 Saat orang-orang di sekitar saya memberikan masukan terhadap saya, saya merasa senang karena ini menunjukkan bahwa mereka peduli terhadap saya

50 Saya tidak terbiasa menggunakan kritikan sebagai acuan dalam mengevaluasi diri

51 Saya tidak tertarik untuk melakukan aktifitas-aktifitas yang lebih menantang

52 Saya tidak siap menerima resiko atas tugas yang saya kerjakan

53 Saya merasa malas untuk mempelajari informasi baru yang positif

54 Tidak masalah bagi saya bila tidak mengerjakan tugas dari organisasi

55 Saya merasa bahwa kritikan yang disampaikan oleh teman akan menjatuhkan harga diri saya

(38)

28

LAMPIRAN II

(39)

29

Output Skala Adversity Quotient

Case Processing Summary

a. Listwise deletion based on all variables in the

(40)
(41)
(42)

32

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

(43)
(44)

34

a. Listwise deletion based on all variables in the

(45)
(46)

36

a. Listwise deletion based on all variables in the

(47)
(48)

38

Output Skala Motivasi Berprestasi

Case Processing Summary

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

(49)
(50)
(51)
(52)

42 a. Listwise deletion based on all variables in the

(53)
(54)

44

a. Listwise deletion based on all variables in the

(55)

Gambar

Tabel 3. Hasil Try Out Skala Motivasi Berprestasi  ....................................................
Tabel 1. Hasil Survei NACE USA Mengenai Kualitas Lulusan Perguruan Tinggi yang Diharapkan di Dunia Kerja
Gambaran lainnya yaitu pada saat mengadakan acara-acara di fakultas beberapa anggota
gambaran kepada individual berkaitan dengan seberapa jauh individual mampu bertahan
+5

Referensi

Dokumen terkait

carboxymethyl cellulose dan baking powder yang telah direbus dapat dilihat pada Tabel. Semua nilai yang dicantumkan adalah nilai rata-rata ±

[r]

Finally, the experimental and control groups were given post-test again on listening of oral narrative text in order to know the significant difference in listening

Bahwa dalam rangka kelancaran proses Belajar Mengajar untuk Program Studi D-ll PGSD Penjas Swadana kelas B, E dan F FIK-UNY Kampus Yogyakarta perlu ditetapkan nama Dosen pengajar

10 Dalam setahun tidak bisa dihitung lagi seberapa sering saya mengonsumsi minuman beralkohol 11 Saya sudah berhenti mengonsumsi alkohol sejak. setahun

menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN DAN KREATIVITAS GURU DALAM MENGAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh store atmospherics, visual merchandizing, pleasant atmosphere, dan store design pada minat beli

a. Menunjukkan dan mendemostrasikan materi pembelajaran yang disampaikan secara langsung kepada peserta didik, akan memberikan kemudahan bagi siswa untuk dapat