KESEPAKATAN ANTARA INDONESIA DENGAN MALAYSIA SEBAGAI ANGGOTA ASSOCIATION OF SOUTH EAST ASIAN NATIONS
(ASEAN) DALAM MEMBERANTAS KEJAHATAN LINTAS NEGARA
S K R I P S I
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
NIM : 110200519
NINDYA CAESY AIDITA
DEPARTEMEN :INTERNASIONAL
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KESEPAKATAN ANTARA INDONESIA DENGAN MALAYSIA SEBAGAI ANGGOTA ASSOCIATION OF SOUTH EAST ASIAN NATIONS
(ASEAN) DALAM MEMBERANTAS KEJAHATAN LINTAS NEGARA
S K R I P S I
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
NIM 110200519 NINDYA CAESY AIDITA
DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL
DISETUJUI OLEH:
KETUA DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL
NIP. 195612101986012001 CHAIRUL BARIAH, SH.,M.Hum
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
ARIF SH.,M.Hum
ABSTRAK
Association of South East Asian Nation (ASEAN) terdiri atas
Negara-negara yang berkembang yang terletak di wilayah Asia Tenggara yang cukup strategis untuk melakukan interaksi dan kerja sama. Letak wilayah tersebut merupakan salah satu alasan mengapa sering terjadinya kasus Kejahatan Lintas Negara yang sedang marak-maraknya terjadi. Alasan lain mengapa kejahatan lintas Negara ini dapat terjadi karena semakin mudahnya interaksi dan komunikasi antar Negara yang membuat sekelompok orang ingin memanfaatkan situasi ini untuk keuntungan kepentingan pribadi. Pada era globalisasi ini, banyaknya kasus yang terjadi dalam lingkup Internasional menimbulkan dampak yang berkelajutan terlebih di wilayah ASEAN. Indonesia dan Malaysia yang merupakan Negara serumpun mempunyai kemiripan etnis dan kemudahan dalam berbahasa merupakan salah satu faktor mempermudah interaksi yang digunakan untuk kejahatan lintas Negara. Untuk lebih lanjutnya membahas tentang bagaimana pengaturan Hukum Internasional dan Hukum Nasional dalam mengatasi Kejahatan Lintas Negara ini.
Adapun penulisan ini membahas lebih dalam tentang kesepakatan yang dilakukan antara Indonesia dan Malaysia untuk memberantas kejahatan Lintas Negara sehingga dapat mempertahankan keamanan diantara kedua negara tersebut. Penulisan ini dengan menggunakan penelitian yang bersumber dari Konvensi dan perjanjian serta hukum dan undang-undang yang berlaku.
Berdasarkan hasil penyusunan ini didapatkan bahwa, Kejahatan Lintas Negara yang terjadi antara Indonesia dan Malaysia dapat diberantas seiring dengan kesepakatan kerja sama yang terjadi diantar kedua Negara tersebut dengan meningkatkan keamanan di wilayah nya masing-masing. Memorandum of
Understanding atau MoU adalah salah satu upaya yang didapat guna mempererat
kerjasama anatara Indonesia dan Malaysia yang menyepakati tentang perbatasan di laut antara Kepolisian Republik Indonesia dan Tentara Di Raja Malaysia
KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirrahim
Puji dan syukur kehadhirat Allah SWT atas limpahan rahmat, nikmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai
tugas akhir untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Tidak lupa shalawat beriring
salam saya sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menuntun
umatnya kejalan yang di ridhoi Allah SWT.
Adapun skripsi ini berjudul: “KESEPAKATAN ANTARA INDONESIA
DENGAN MALAYSIA SEBAGAI ANGGOTA ASSOCIATION OF SOUTH
EAST ASIAN NATIONS (ASEAN) DALAM MEMBERANTAS KEJAHATAN
LINTAS NEGARA”
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai banyak
kekurangan di dalam penulisannya, oleh karena itu penulis berharap adanya
masukan dan saran yang bersifat membangun untuk dimasa yang akan datang.
Pelaksanaan penulisan skripsi ini diakui banyak mengalami kesulitan dan
hambatan, namun berkat bimbingan, arahan, serta petunjuk dari dosen
pembimbing, maka penulisan ini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang banyak membantu, membimbing,
dan memberikan motivasi. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
1. Prof. Dr. Runtung, SH.M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, Prof. Dr. Budiman Ginting, SH.M.Hum selaku Wakil
Dekan I Universitas Sumatera Utara, Bapak Syafruddin, SH.MH.DFM
selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan
Bapak Dr. Saidin H.,SH.M.Hum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
2. Chairul Bariah SH.,M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum
Internasional Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah
banyak membantu penulis, dalam memberikan masukan, arahan-arahan,
serta bimbingan didalam pelaksanaan penulisan skripsi ini.
3. Arif SH.,M.Hum selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
membantu penulis, dalam memberikan masukan, arahan-arahan, serta
bimbingan didalam pelaksanaan penulisan skripsi ini
4. Dr. Jelly Leviza, SH.,M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang telah
banyak membantu penulis, dalam memberikan bimbingan selama
penulisan skripsi ini.
5. Kepada Ayahanda Tersayang Indra, SH, M.Ap dan Ibunda Tersayang
Dina Safitri, serta abang saya M. Randy Caesar Rio atas segala perhatian,
dukungan, doa dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
studi di Fakultas Hukum USU dan yang telah memberikan dukungan
6. Kepada keluarga besar, saudara dan sepupu saya Noya, Rini, Mami, Femi,
Dira, Nyunyuk dan Billy yang sering memotivasi dan memberikan
bimbingan
7. Seluruh Bapak dan Ibu staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
8. Kepada teman-teman saya tersayang Marisa, Fachri, Masyruf, Ekky,
Winda, Bulan, Uci, Inneke, Gina, Dina, Nabila, Shanny, Dendi, Wahyu,
Piki, Nopi, Mei, Sebrina, Feby, Haris, Fadel, Lia, Inal, Adi, Daniel,
Nanda, Lalak, Grup F dan Angkatan 2011 yang telah menceriakan
hari-hari
9. Dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini
baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan
satu persatu
Demikianlah yang dapat saya sampaikan, atas segala kesalahan dan kekurangan
saya mohon maaf. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Medan, Maret 2015
DAFTAR ISI ABSTRAK
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR SINGKATAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penulisan ... 8
D. Manfaat Penulisan ... 8
E. Keaslian Penulisan ... 8
F. Metode Penelitian ... 9
G. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II KEJAHATAN LINTAS BATAS DALAM LINGKUP ASEAN DAN PENGATURAN HUKUM INDONESIA A. Sejarah ASEAN……….14
B. Keanggotaan Indonesia dan Malaysia dalam ASEAN………..21
C. Pengertian Kejahatan Lintas Negara………..27
D. Faktor terjadinya Kejahatan Lintas Negara………...31
BAB III TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP TINDAK KEJAHATAN LINTAS BATAS ASEAN DAN INTERNASIONAL
A. Dasar Hukum Internasional tentang Kejahatan Lintas
Negara………....48
B. Konvensi PBB Kejahatan Lintas Negara Terorganisir (United
Nations Convention on Transnational Organized
Crime-UNTOC)………59
C. Konvensi Asia Tenggara Tentang Kejahatan Lintas Negara
(ASEAN Plan of Action to Combat Transnational Crimes
-PACTC)………..67
BAB IV UPAYA PEMBERANTASAN KEJAHATAN LINTAS
NEGARA DALAM LINGKUP REGIONAL ASEAN & LINGKUP BILATERAL ANTARA INDONESIA DAN MALAYSIA
A. Bentuk-bentuk kejahatan lintas Negara dalam lingkup
ASEAN………..69
B. Upaya Indonesia dan Malaysia dalam memberantas Kejahatan
Lintas Negara……….82
C. Kerjasama Bilateral antara Indonesia dan Malaysia.……….…90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
B. Saran………98
DAFTAR PUSTAKA………..99
Daftar Singkatan
ACCT : ASEAN Convention on Counter Terrorism
ADMM : ASEAN Defence Ministers Meeting
ASA : Association of South Asia
ASEAN : Association of South East Asian Nation
ASEAN-PACTC : Associaton of South East Asian Nation-Plan of Action to
Combat Transnasional Crime
ASEANAPOL : ASEAN National Police
CND : Commision on Narcotic Drugs
CCPCJ : Commission on Crime and Criminal Justice
ILEA : International Law Enforcement Academy
IOM : International Organization of Migration
JCLEC : Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation
KTT : Konferensi Tingkat Tinggi
MLA : Muatual Legal Assistance
MOU : Memorandum of Understanding
OKI : Organisasi Konferensi Islam
SEANWFZ : Southeast Asia Nuclear Weapon-Free Zone
SEARC-CT : South East Asia Regional Centre for Counter-Terrorism
TLDM : Tentara Laut Diraja Malaysia
TOC : Transnasional Organized Crimes
UNCLOS : United Nation Convention on the Law of the Sea
UNCAC : United Nations Convention Against Corruption
UNHCR : United Nation High Commissioner for Refugees
UNTOC : United Nation Transnational Organized Crimes
ZOPFAN : Zone of Peace, Freedom And Neutrality
ABSTRAK
Association of South East Asian Nation (ASEAN) terdiri atas
Negara-negara yang berkembang yang terletak di wilayah Asia Tenggara yang cukup strategis untuk melakukan interaksi dan kerja sama. Letak wilayah tersebut merupakan salah satu alasan mengapa sering terjadinya kasus Kejahatan Lintas Negara yang sedang marak-maraknya terjadi. Alasan lain mengapa kejahatan lintas Negara ini dapat terjadi karena semakin mudahnya interaksi dan komunikasi antar Negara yang membuat sekelompok orang ingin memanfaatkan situasi ini untuk keuntungan kepentingan pribadi. Pada era globalisasi ini, banyaknya kasus yang terjadi dalam lingkup Internasional menimbulkan dampak yang berkelajutan terlebih di wilayah ASEAN. Indonesia dan Malaysia yang merupakan Negara serumpun mempunyai kemiripan etnis dan kemudahan dalam berbahasa merupakan salah satu faktor mempermudah interaksi yang digunakan untuk kejahatan lintas Negara. Untuk lebih lanjutnya membahas tentang bagaimana pengaturan Hukum Internasional dan Hukum Nasional dalam mengatasi Kejahatan Lintas Negara ini.
Adapun penulisan ini membahas lebih dalam tentang kesepakatan yang dilakukan antara Indonesia dan Malaysia untuk memberantas kejahatan Lintas Negara sehingga dapat mempertahankan keamanan diantara kedua negara tersebut. Penulisan ini dengan menggunakan penelitian yang bersumber dari Konvensi dan perjanjian serta hukum dan undang-undang yang berlaku.
Berdasarkan hasil penyusunan ini didapatkan bahwa, Kejahatan Lintas Negara yang terjadi antara Indonesia dan Malaysia dapat diberantas seiring dengan kesepakatan kerja sama yang terjadi diantar kedua Negara tersebut dengan meningkatkan keamanan di wilayah nya masing-masing. Memorandum of
Understanding atau MoU adalah salah satu upaya yang didapat guna mempererat
kerjasama anatara Indonesia dan Malaysia yang menyepakati tentang perbatasan di laut antara Kepolisian Republik Indonesia dan Tentara Di Raja Malaysia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Letak Asia Tenggara yang sangat strategis serta memiliki kekayaan alam
yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk
menguasai wilayah di Asia Tenggara. Terbukti dengan Spanyol, Portugis, Inggris,
Prancis, Amerika Serikat dan Belanda datang ke wilayah Asia Tenggara tidak
hanya untuk berdagang, namun juga untuk menjajah beberapa wilayah di Asia
Tenggara. Sebagai contoh Indonesia di jajah bangsa Belanda, penjajahan bangsa
Inggris atas Malaysia, Singapura dan Myanmar, penjajahan yang dilakukan
bangsa Spanyol dan Amerika Serikat atas Filipina, penjajahan bangsa Prancis atas
Laos dan Vietnam serta penjajahan yang di lakukan bangsa Portugis menunjukkan
bahwa besarnya keinginan Negara-negara di Eropa untuk menguasai wilayah dari
Asia Tenggara1
Selanjutnya karena banyak persamaan yang ada di antara ke 5 negara Asia
Tenggara tersebut maka Filipina, Indonesia, Thailand, Malaysia dan Singapura
ingin membentuk suatu organisasi yang dapat membangun kembali Negara
mereka. Banyaknya kasus dan masalah, serta ingin tercapainya suatu kesuksesan,
kegotongroyongan, kebersamaan dan menjalin kerjasama dalam berbagai bidang
yang menciptakan suatu Negara kecil dapat menjadi kuat apabila bekerjasama
dengan Negara kecil lainnya, di mana sebagai contoh nyata adalah Negara-negara .
1 Tri Dewi Julian, “Makalah ASEAN” diakses dari
di Asia Tenggara2
1. Adam Malik yaitu Menteri Presidium Urusan Politik/Luar Negeri
Indonesia
. Maka antara beberapa anggota Negara di Asia Tenggara
bersatu dan membentuk suatu Organisasi yang di namakan Association of South
East Asian Nation (ASEAN). ASEAN merupakan suatu perhimpunan
bangsa-bangsa di Asia Tenggara yang di di rikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di
Bangkok, Thailand melalui penandatanganan Deklarasi Bangkok oleh Menteri
Luar Negeri Filipina, Indonesia, Thailand, Malaysia dan Singapura. Pertemuan itu
dilaksanakan di tepi Pantai Bangsaem Bangkok, Thailand. Pertemuan yang
dihadiri oleh lima orang yang merupakan wakil dari masing-masing. Kelima
orang tersebut adalah :
2. Tun Abdul Razak yaitu Wakil Perdana Menteri Pembangunan Malaysia
3. Tanat Khoman yaitu Menteri Luar Negeri Thailand
4. S. Rajaratnam yaitu Menteri Luar Negeri Singapura
5. Narciso Ramos, yaitu Menteri Luar Negeri Filipina
Pada tanggal 7 Januari 1984. Brunei Darussalam masuk sebagai anggota
baru ASEAN. Pada tanggal 28 Juli 1995 Vietnam masuk sebagai anggota
ASEAN. Myanmar dan Laos menjadi anggota ASEAN pada tanggal 28 Juli 1997
dan Kampuchea pada tanggal 16 Desember 1998 dengan demikian sampai
sekarang ASEAN beranggotakan 10 negara. Hasil pertemuan dari Negara-negara
tersebut menghasikan Deklarasi Bangkok. Deklarasi Bangkok adalah landasan
kesepakatan untuk mengadakan kerja sama regional dalam bidang ekonomi, sosial
dan kebudayaan di Asia Tenggara yang merupakan dasar dari ASEAN tersebut
yang berisi :
1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan
perkembangan kebudayaan di kawasan Asia Tenggara
2. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional
3. Meningkatkan kerjasama dan saling membantu untuk kepentingan
bersama dalam bidang ekonomi, sosial, teknik,ilmu pengetahuan, dan
administrasi
4. Memelihara kerjasama yang erat ditengah - tengah organisasi regional
dan Internasional yang ada
5. Meningkatkan kerjasama untuk memajukan pendidikan, latihan, dan
penelitian di kawasan Asia Tenggara
Demikian juga ASEAN mempunyai tujuan yaitu menciptakan
pemeliharaan dan peningkatan perdamaian, keamanan, ketahanan dan kawasan
bebas senjata nuklir dan senjata pemusnah massal. Selain itu, ASEAN
menciptakan kerja sama di bidang perdagangan, penanaman modal,
ketenagakerjaan, pengentasan masyarakat dari kemiskinan, dan pengurangan
kesenjangan pembangunan di kawasan Asia Tenggara. ASEAN juga ingin
menciptakan penguatan demokrasi, pemajuan dan pelindungan hak asasi manusia,
dan lingkungan hidup, serta penciptaan lingkungan yang aman dari narkoba.
Selain itu, ASEAN mengembangkan sumber daya manusia, meningkatkan
partisipasi masyarakat dan kesejahteraan rakyat. Selanjutnya, ASEAN juga
keanekaragaman budaya dan warisan kawasan, serta meneruskan peran proaktif
ASEAN dalam kerja sama dengan negara mitra wicara, yaitu negara dan
organisasi internasional yang menjadi mitra kerja sama ASEAN di berbagai
bidang. Dalam menjalin hubungan antarnegara anggota, ASEAN memiliki prinsip
sebagaimana yang di muat pada Piagam ASEAN, antara lain :
1. Menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, integritas wilayah,
dan identitas nasional seluruh Negara anggota ASEAN
2. Komitmen bersama dan tanggung jawab kolektif dalam meningkatkan
perdamaian, keamanan dan kemakmuran di kawasan Asia Tenggara
3. Menolak agresi, ancaman, penggunaan kekuatan, atau tindakan lainnya
dalam bentuk apa pun yang bertentangan dengan hukum internasional
Selain itu, ASEAN mengedepankan penyelesaian sengketa secara damai,
tidak mencampuri urusan dalam negeri negara anggota ASEAN, dan menghormati
kebebasan yang mendasar, pemajuan dan pelindungan hak asasi manusia, serta
pemajuan keadilan sosial. Dalam menjalin hubungan antarnegara anggota,
ASEAN memiliki prinsip sebagaimana yang di muat pada Piagam ASEAN, antara
lain:
1. Menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, integritas wilayah,
dan identitas nasional seluruh Negara-anggota ASEAN
2. Komitmen bersama dan tanggung jawab kolektif dalam meningkatkan
ancaman, penggunaan kekuatan, atau tindakan lainnya dalam bentuk apa
pun yang bertentangan dengan hukum internasional.3
Berdasarkan beberapa poin yang dimuat dalam Piagam ASEAN tersebut
maka untuk meningkatkan keamanan antara Negara sudah seharusnya
membangun kerjasama untuk memberantas kejahatan lintas Negara. Beberapa
faktor yang menunjang kompleksitas perkembangan kejahatan lintas batas negara
antara lain adalah globalisasi, migrasi atau pergerakan manusia, serta
perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi yang pesat.
Keadaan ekonomi dan politik global yang tidak stabil juga berperan menambah
kompleksitas tersebut.
Kejahatan lintas negara (Transnational Crimes) dewasa ini di pandang
sebagai salah satu ancaman serius terhadap keamanan global. Pada lingkup
multilateral, konsep yang dipakai adalah Transnational Organized Crimes (TOC)
yang disesuaikan dengan instrumen hukum internasional yang telah di sepakati
tahun 2000 yaitu Konvensi PBB mengenai Kejahatan Lintas Negara Terorganisir
(United Nations Convention on Transnational Organized Crime-UNTOC).4
Menurut G.O.W. Mueller, kejahatan transnasional adalah istilah yuridis
mengenai ilmu tentang kejahatan, yang diciptakan oleh perserikatan
bangsa-bangsa bidang pencegahan kejahatan dan peradilan pidana dalam hal
mengidentifikasikan fenomena pidana tertentu yang melampaui perbatasan
januari 2015 pukul 22.33 WIB
4 Mar HBBC, “Kejahatan Transnasional” diakses dari
internasional, melanggar hukum dari beberapa negara, atau memiliki dampak pada
negara lain.5
Bassiouni mengatakan bahwa kejahatan transnasional atau Transnational
Crime adalah kejahatan yang mempunyai dampak lebih dari satu negara,
kejahatan yang melibatkan atau memberikan dampak terhadap warga negara lebih
dari satu negara, sarana dan prasarana serta metoda-metoda yang dipergunakan
melampaui batas-batas teritorial suatu negara. Jadi istilah kejahatan transnasional
dimaksudkan untuk menunjukkan adanya kejahatan-kejahatan yang sebenarnya
nasional (di dalam batas wilayah negara), tetapi dalam beberapa hal terkait
kepentingan negara-negara lain. Sehingga tampak adanya dua atau lebih negara
yang berkepentingan atau yang terkait dengan kejahatan itu. Kejahatan
transnasional jelas menunjukkan perbedaannya dengan kejahatan atau tindak
pidana dalam pengertian nasional semata-mata. Demikian pula sifat
internasionalnya mulai semakin kabur oleh karena aspek-aspeknya sudah meliputi
individu, negara, benda, publik dan privat. Sifatnya yang transnasional yang
meliputi hampir semua aspek nasional maupun internasional, baik privat maupun
publik, politik maupun bukan politik.6
Khususnya hubungan antar Negara ASEAN yaitu Indonesia dengan
Malaysia sangat banyak kerjasama yang dilakukan antar kedua Negara untuk
5Hoegeng Sarijad, “Transnational Crime” diakses dari
Desember 2014 pukul 20.11 WIB
bersama menanggulangi kejahatan dan bekerjasama mencegah semakin banyak
nya kejahatan yang kemungkinan terjadi dikarenakan letak strategis antara kedua
Negara ini dan mudah nya komunikasi serta jarak yang sangat terjangkau
membuat kemungkinan mudahnya terjadinya kejahatan atau tindak kriminal yang
akan terjadi. Dalam hal ini seiring berkembangnya teknlogi dan zaman serta
semakin tingginya kebutuhan seseorang, maka semakin banyaknya terjadi kasus
kejahatan yang terjadi, Indonesia dan Malaysia berkesepakatan untuk
memberantas kejahatan lintas Negara. Berdasarkan uraian di atas maka dapat
dilihat betapa pentingnya penelitian tentang Kesepakatan antar Indonesia dengan
Malaysia dalam Memberantas Kejahatan Lintas Negara ini dibuat.
B. Perumusan Masalah
Permasalahan adalah merupakan kenyataan yang dihadapi dan harus
diselesaikan dalam penelitian. Dengan adanya rumusan masalah maka akan dapat
ditelaah secara maksimal ruang lingkup penelitian sehingga tidak mengarah pada
hal-hal di luar permasalahan.
Adapun Permasalahan yang di ajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaturan Hukum Nasional terhadap kejahatan lintas Negara
di Indonesia dan Malaysia dalam lingkup ASEAN?
2. Bagaimanakah aspek-aspek Hukum Internasional dalam keterkaitannya
terhadap kejahatan lintas Negara dalam lingkup ASEAN?
3. Bagaimana kesepakatan antara Indonesia dengan Malaysia dalam
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian skripsi yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kesepakatan antara Indonesia dan Malaysia
2. Untuk mengetahui sistem Hukum Indonesia dan Hukum di luar negeri
yang berlaku apabila terbukti melakukan Kejahatan Lintas Negara.
3. Untuk mengetahui posisi Indonesia di antara Negara-negara ASEAN
lainnya dalam memberantas Kejahatan Lintas Negara
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian skripsi yang akan dilakukan adalah:
a. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi kerjasama antara Indonesia dan
Malaysia sehingga dapat tetap mempertahankan keamanan di antara kedua
Negara tersebut.
b. Sebagai bahan masukan teoritis untuk menambah pengetahuan dan
pemahaman hukum Internasional serta perjanjian Internasional.
E. Keaslian Penulisan
Adapun judul tulisan ini adalah Kesepakatan antara Indonesia dengan
Malaysia dalam memberantas Kejahatan Lintas Negara. Judul skripsi ini belum
pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang sama, sehingga tulisan ini asli, atau
dengan kata lain tidak ada judul yang sama dengan judul skripsi mahasiswa
Fakultas Hukum USU. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat di
pertanggung jawabkan secara ilmiah.
Pengertian metode dapat dikatakan adalah proses, prinsip-prinsip dan tata
cara memecahkan suatu masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara
hati-hati, tekun dan tuntas terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan
manusia, maka metode penelitian dapat di artikan sebagai proses prinsip-prinsip
dan tata cara untuk mencegah masalah yang dihadapi dalam melakukan
penelitian7
Menurut Sutrisno Hadi, metode penelitian merupakan penelitian yang
menyajikan bagaimana caranya atau langkah-langkah yang harus di ambil dalam
suatu penelitian secara sistematis dan logis sehingga dapat di
pertanggungjawabkan kebenarannya.8
1. Tipe Penelitian
Dalam suatu penelitian guna menemukan dan mengembangkan kejelasan
dari sebuah pengetahuan maka diperlukan metode penelitian. Dengan
menggunakan metode penelitian akan memberikan kemudahan dalam mencapai
tujuan dari penelitian. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kepustakaan yang bersifat normatif, yaitu penelitian yang menggunakan
data sekunder. Data sekunder tersebut meliputi :
7
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Press, 1986), hlm 6
Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum normatif.9
a. Bahan hukum primer, dalam penelitian ini digunakan Konvensi
Internasional yang mengatur tentang Perjanjian Internasional seperti
United Nations Convention on Transnational Organized Crime (UNTOC)
dan Konvensi Wina tahun 1969 tentang Perjanjian Internasional
Langkah pertama di lakukan penelitian normatif yang didasarkan pada
bahan hukum primer, sekunder dan tertier :
b. Bahan hukum sekunder, berupa bacaan yang relevan dengan materi yang
diteliti seperti karya ilmiah dari para sarjana dan hasil penelitian.
c. Bahan hukum tertier, yaitu dengan menggunakan kamus hukum maupun
kamus umum dan website internet baik itu melalui Google maupun Yahoo.
2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka
di gunakan metode pengumpulan data dengan cara :
Studi Kepustakaan, yaitu mempelajari dan menganalisis secara digunakan
sistematis buku-buku, surat kabar, makalah ilmiah, jurnal Internasional, internet,
peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan
materi yang di bahas dalam skripsi ini.
3. Analisis Data
Metode yang di gunakan untuk menganalisis data adalah analisis
kualitatif, yaitu data yang diperoleh di kemudian disusun secara sistematis dan
selanjutnya di analisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang
akan dibahas dan hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi. Metode
kualitatif dilakukan guna mendapatkan data yang bersifat deskriptif analistis, yaitu
data-data yang akan diteliti dan dipelajari sesuatu yang utuh.10
G. Sistematika penulisan
Untuk memudahkan pemahaman terhadap materi dari skripsi ini dan agar
tidak terjadi nya kesimpangsiuran dalam penulisan skripsi ini, maka penulis
membaginya dalam beberapa bab dan tiap bab di bagi lagi ke dalam beberapa
sub-sub bab.
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab pertama ini merupakan bagian dari pendahuluan yang
menggambarkan tentang gambaran umum yang membahas latar belakang dari
perumusan masalah yang muncul serta tujuan dan mafaat dari penulisan yang
dapat diambil dari judul tersebut dan yang membuktian keasalian dari penulisan
ini serta bagaimana penelitian dan sistematik dari penulisan ini.
Selanjutnya, yang dibahas dalam bab kedua ini merupakan penjelasan dari
terbentuknya ASEANserta bagaimana hubungan antara anggota-anggota ASEAN
yang telah terjalin serta memberi pengertian apa itu kejahatan lintas Negara dan
apa yang memfaktori kejahatan lintas Negara tersebut dapat terjadi di lingkup
internasional.
Dalam bab ketiga ini merupakan pengantar yang melatarbelakangi
penjelasan tentang dasar-dasar peraturan antara Hukum Nasional dan Hukum
Internasional yang berlaku dan bagaimana pandangan Hukum Internasional
terhadap tindak kriminal yang terjadi anatara Indonesia dan Malaysia dimana
adanya Perjanjian Internasional dan kerjasama yang dilakukan antara kedua
Negara.
Selanjutnya, bab keempat membahas tentang pemberantasan kejahatan
lintas Negara dalam lingkup regional ASEAN yang menjelaskan bentuk-bentuk
kejahatan lintas Negara yang sering terjadi di ASEAN secara umum dan lingkup
bilateral antara Indonesia dan Malaysia sebagai anggota ASEAN untuk
memberantas kejahatan yang terjadi dalam lintas kedua Negara tersebut.
Bab kelima merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi ini,
dimana dalam bab lima ini berisikan kesimpulan dan saran-saran yang berkaitan
dengan judul penulisan skripsi ini.
BAB II
ASEAN DAN HUBUNGAN ANTAR ANGGOTA ASEAN DALAM LINGKUP INTERNASIONAL TERHADAP KEJAHATAN LINTAS
NEGARA
Semakin meningkatnya globalisasi yang pesat antar Negara-negara di Asia
Tenggara membat para anggota ASEAN bersiap menghadapi kemungkinan
kejahatan yang terjadi. Kemungkinan besar, beberapa pihak akan memanfaatkan
situasi untuk melakukan tindakan kejahatan tersebut. Maka dari itu,
Negara-negara organsiasi Asia Tenggara membentuk kesepakatan serta kerjasama untuk
menghindari kejahatan tersebut.
Dengan perkembangannya yang demikian pesat, kejahatan lintas negara
(Transnational Crimes) dewasa ini telah menjadi salah satu ancaman serius
terhadap keamanan global. Pada lingkup multilateral, konsep yang dipakai adalah
Transnational Organized Crimes (TOC) yang disesuaikan dengan instrumen
hukum internasional yang telah disepakati tahun 2000 yaitu Konvensi PBB
mengenai Kejahatan Lintas Negara Terorganisir (United Nations Convention on
Transnational Organized Crimes (UNTOC).
UNTOC menyebutkan bahwa Transnational Organized Crimes (TOC)
atau kejahatan lintas negara terorganisir adalah kejahatan lintas negara yang
dilakukan oleh suatu kelompok yang terstruktur, terdiri atas tiga orang atau lebih,
dalam kurun waktu tertentu dan dilakukan secara terorganisir dengan tujuan untuk
Konvensi dalam rangka memperoleh, secara langsung maupun tak langsung,
keuntungan finansial atau material lainnya.
Kejahatan lintas negara memiliki karakteristik yang sangat kompleks.
Beberapa faktor yang menunjang kompleksitas perkembangan kejahatan lintas
batas negara antara lain adalah globalisasi, migrasi atau pergerakan manusia, serta
perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi yang pesat.
Keadaan ekonomi dan politik global yang tidak stabil juga berperan menambah
kompleksitas tersebut.11
A. Sejarah ASEAN
Asia Tenggara merupakan letak wilayah yang strategis sehingga banyaknya
pedagang-pedagang asing yang mulai masuk ke daerah ini. Banyaknya serta
makmurnya hasil alam membuat kawasan di Asia Tenggara membuat penjajah
asing ingin menguasai banyak wilayah termasuk Indonesia untuk dimanfaatkan
hasil-hasil alamnya. Semakin mudahnya dan banyaknya akses untuk mencapai
wilayah ini sehingga penjajah menguasai beberapa wilayah di Asia Tenggara.
Penjajah yang berasal dari Belanda, Portugis, Inggris dan Jepang yang pernah
menduduki Indonesia, serta Malaysia, Singapura dan Brunei yang pernah di jajah
oleh Inggris, begitu juga dengan Filipina yang dijajah oleh bangsa Spanyol.
Persamaan nasib diantara kelima yang pernah dijajah oleh bangsa Barat tersebut
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan maka berkumpul nya wakil-wakil
dari setiap Negara untuk khusus membahas pembangunan serta jalur komunikasi
guna membuat kesepakatan-kesepakatan dan kerja sama untuk kemajuan dan
11
berkembangnya wilayah-wilayah di Asia Tenggara
dikenali sebagai Persatuan Asia Tenggara yaitu Association of Southeast Asia atau
ASA yang dianggotai oleh
merupakan asas kepada pembentukan yang lebih dikenal dengan ASEAN
sekarang.12 ASEAN merupakan salah satu organisasi di Perhimpunan
Bangsa-Bangsa di Asia Tenggara adalah organisasi yang mewadahi kerja sama antar
negara di Asia Tenggara sejak 196713. Pada tahun 1967 lima Negara Asia
Tenggara telah sepakat untuk mengadakan kerja sama dan ikatan sesuai dengan
kepentingan timbal balik antara bangsa satu wilayah. Lima Negara tersebut ialah
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Muangthai. Pada tanggal 8 Agustus
1967, Negara-negara tersebut menandatangani suatu Deklarasi di Bangkok yang
menadandai adanya suatu perhimpunan bangsa-bangsa di Asia Tenggara. Namun
demikian perhimpunan ini masih memberi kesempatan kepada Negara-negara lain
di wilayah Asia Tenggara untuk menjadi nggota baru ASEAN, sepanjang kelima
anggota perhimpunan tersebut meyetujuinya.14
a. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial serta
pengembangan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama Berdasarkan pengertian dan Deklarasi ASEAN (Bangkok 8 Agustus
1967), dicantumkan bahwa maksud dan tujuan perhimpunan ASEAN tersebut
adalah sebagai berikut :
12 http://ms.wikipedia.org/wiki/Sejarah_ASEAN
13www.kemlu.go.id diakses pada tanggal 13 February 2015
dalam semangat kesamaan dan persahanatan untuk Asia Tenggara
yang sejahtera dan damai;
b. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan
menghormati keadilan dan tertib hukum di dalam hubungan antara
Negara-negara di kawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam
Perserikatan Bangsa-Bangsa;
c. Meningkatkan kerja sama yang aktif serta saling membantu satu sama
yang lain di dalam masalah-masalah kepentingan bersama dalam
bidang ekonomi, sosial, budaya, teknik, ilmu pengetahuan dan
administrasi;
d. Saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana-sarana latihan dan
penelitian dalam bidang-bidang pendidikan, professional, teknik dan
administrasi
e. Bekerja sama dengan lebih efektif dalam meningkatkan penggunaan
pertanian serta industri, perluasan perdagangan komditi internasional,
perbaikan sarana-sarana pengangkutan dan komunikasi serta
peningkatan taraf hidup rakyat-rakyat merka;
f. Meningkatkan studi-studi tentang Asia Tenggara;
g. Memelihara kerja sama yang erat dan berguna dengan
organisasi-organisasi internasional dan regional yang ada dan bertujuan serupa,
dan untuk menjajangi segala kemungkinan untuk saling bekerja sama
Adapun selain itu, ASEAN memiliki struktur-struktur yang dapat
membantu proses kerja ASEAN sebelum dan sesudah Konperensi Tingkat Tinggi
Pertama di Bali 1976.
a. Sebelum Konperensi Tingkat Tinggi pertama di Bali 1976
Untuk memperlancar hubungan antarnegara-negara Asia Tenggara
dalam Deklarasi Bangkok 1967, menteri luar negeri dari kelima
Negara Asia Tenggara tersebut sepakat untuk membentuk suatu
wadah kerjasama regional yang disebut Association Of South East
Asian Nation (ASEAN) dengan struktur sebagai berikut :
1. Sidang Tahunan Para Menteri
Sidang ini merupakan sidang tertinggi yang dihadiri oleh para
Menteri Luar Negara-negara ASEAN yang diadapkan di setiap
Negara ASEAN menurut giliran abjad, apabila dipandang perlu
dapat diadakan sidang khusus luar negeri kelima Negara
anggota.
2. Standing Committee
Komite ini sebuah badan yang bersidang di antara dua sidang
Menteri-Menteri Luar Negeri ASEAN untung menangani
persoalan-persoalan yang memerlukan keputusan para Menteri,
badan ini dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Negara tempat
sidang bersangkutan akan didakan pada tahun berkutnya dan
beranggotakan para duta besar Negara-negara anggota ASEAN
3. Komite-komite tetap dan Komite-komite khusus
4. Sekretariat Nasional ASEAN pada setiap ibukota
Negara-negara anggota ASEAN
b. Sesudah KTT Bali 1976
Perkembangan kerja sama regional Negara-negara ASEAN
demikian pesatnya sehingga hubungan tersebut tidak hanya
terbatas sesame anggota ASEAN saja, melainkan meluas ke
Negara-negara Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), Negara-negara
ketiga yang sedang berkembang, dan Negara-negara yang sudah
berkembang seperti Amerika Serikat, Jepang, Kanada, Australia,
Selandia Baru dan sebagainya Oleh karena itu diperlukan lembaga
dan tata kerja yang efektif dan effisien dalam struktur organisasi
ASEAN, agar kegiatan-kegiatan dapat berjalan lancar.15
Latar belakang pembentukan Sekretariat ASEAN adalah dimana
kebutuhan akan suatu Sekretariat Tetap ASEAN yang akan mengkoordinasikan
segala kegiatan ASEAN mulai dirasakan setelah perhimpunan ASEAN berusaha
enam tahun yakni ketika para Menteri Luar Negeri ASEAN bertemu di Pattaya,
Thailand, bulan April 1973. Untuk mewujudkan gagasan tersebut dibentuklah
suatu Panitia Khusus yang terdiri dari para Sekjen ASEAN (sekarang Dirjen) dari
kelima Negara ASEAN guna membicarakan dan merumuskannya16
15 Ibid halaman 135 16 Ibid halaman 136
. Dalam
beberapa pengertian serta tugas yang sesuai dengan pasal 11 Piagam ASEAN
yang berbunyi sebagai berikut:
Sekretaris Jenderal Asean Dan Sekretariat Asean
1.Sekretaris Jenderal ASEAN diangkat oleh Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN untuk masa jabatan lima tahun yang tidak dapat diperbarui, yang dipilih dari warga negara dari Negara-Negara Anggota ASEAN berdasarkan rotasi secara alfabetis, dengan pertimbangan integritas, kemampuan dan pengalaman profesional, serta kesetaraan jender. 2. Sekretaris Jenderal ASEAN: Sekretaris Jenderal wajib:
a. Menjalankan tugas dan tanggung jawab jabatan tinggi ini sesuai dengan ketentuan-ketentuan Piagam ini dan instrumen-instrumen yang relevan, protokol-protokol, dan praktik-praktik yang berlaku; b. Memfasilitasi dan memonitor perkembangan dalam pelaksanaan
perjanjian-perjanjian dan keputusan-keputusan ASEAN, dan menyampaikan laporan tahunan mengenai hasil kerja ASEAN kepada KTT ASEAN;
c. Berpartisipasi dalam pertemuan-pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN, Dewan-Dewan Komunitas ASEAN, Dewan Koordinasi ASEAN, dan Badan-Badan Kementerian Sektoral ASEAN serta pertemuan-pertemuan ASEAN lain yang relevan; d. Menyampaikan pandangan-pandangan ASEAN dan berpartisipasi
dalam pertemuan-pertemuan dengan pihak-pihak eksternal yang sesuai dengan pedoman kebijakan yang telah disetujui dan mandat yang diberikan kepada Sekretaris Jenderal; dan
e. Merekomendasikan pengangkatan dan pengakhiran para Deputi Sekretaris Jenderal kepada Dewan Koordinasi ASEAN untuk mendapat persetujuan;
3. Sekretaris Jenderal juga menjabat sebagai Pejabat Kepala Administrasi ASEAN;
4. Sekretaris Jenderal dibantu oleh 4 (empat) Deputi Sekretaris Jenderal dengan pangkat dan status Deputi Menteri. PPara Deputi Sekretaris Jenderal bertanggung jawab kepada Sekretaris Jenderal dalam melaksanakan fungsifungsinya;
5. Keempat Deputi Sekretaris Jenderal berasal dari kewarganegaraan yang berbeda dengan Sekretaris Jenderal dan dari empat Negara Anggota ASEAN yang berbeda;
6. Keempat Deputi Sekretaris Jenderal terdiri atas:
b. dua Deputi Sekretaris Jenderal yang akan bertugas dalam jangka waktu tiga tahun, dapat diperpanjang untuk jangka waktu tiga tahun berikutnya. Kedua Deputi Sekretaris Jenderal ini akan direkrut secara terbuka, berdasarkan asas kepatutan.
7. Sekretariat ASEAN terdiri atas Sekretaris Jenderal dan staf sesuai dengan kebutuhan.
8. Sekretaris Jenderal dan staf wajib:
a. menegakkan standar tertinggi dalam hal integritas, efisiensi, dan kompetensi dalam kinerja tugas mereka;
b. tidak meminta atau menerima instruksi-instruksi dari pemerintah mana pun atau dari pihak eksternal di luar ASEAN; dan
c. menahan diri dari tindakan apa pun yang dapat merendahkan posisi mereka karena pejabat Sekretariat ASEAN hanya bertanggung jawab kepada ASEAN.
9. Negara Anggota ASEAN masing-masing menghormati karakter ASEAN yang eksklusif dalam hal tanggung jawab Sekretaris Jenderal ASEAN dan staf, serta tidak berusaha memengaruhi mereka untuk melepaskan tanggung jawabnya.17
Menurut Piagam ASEAN, maka sekretaris ini mempunyai kekebalan dan
hak istimewa sekretaris jenderal serta wakil tetap dan Pejabat yang menjalankan
tugas ASEAN yaitu :
1. Wakil Tetap dari Negara-Negara Anggota untuk ASEAN dan
pejabatpejabat dari Negara-Negara Anggota yang ikut serta dalam
kegiatan-kegiatan resmi ASEAN atau mewakili ASEAN di Negara-Negara
Anggota memiliki kekebalan-kekebalan dan hak-hak istimewa
sebagaimana diperlukan untuk melaksanakan fungsi-fungsinya.
2. Kekebalan-kekebalan dan hak-hak istimewa Wakil Tetap dan
pejabat-pejabat yang melaksanakan tugas ASEAN diatur oleh Konvensi Wina
tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik atau sesuai dengan hukum
nasional Negara Anggota ASEAN terkait.
B. Keanggotaan Indonesia dan Malaysia dalam ASEAN
Dalam ASEAN juga terjadi banyak konflik yang dapat melibatkan anggota
dari ASEAN tersebut atau pun dari Negara lain. Ada masalah internal ada juga
masalah eksternal di kawasan Asia Tenggara. Masalah internal kawasan Asia
Tenggara yang dimaksud adalah konflik (perang saudara) yang terjadi di daratan
Indocina misalnya (Vietnam, Laos, dan Kamboja). Ada juga sengketa-sengketa
wilayah antarnegara misalnya seperti yang pernah dialami oleh Malaysia dan
Filipina
Malaysia mengajukan usul agar semua kekuatan asing di masing-masing
negara ASEAN dikeluarkan. Selain itu, negara-negara Adikuasa kelak harus
diminta untuk menyetujui sifat netralitas kawasan Asia Tenggara. Negara-negara
super power juga diminta untuk menahan diri dan tidak membawa konflik di
negara manapun dalam kawasan Asia Tenggara. Terakhir, negara-negara super
power diminta untuk memikirkan sarana pengawasan demi menjamin kenetralan
kawasan Asia Tenggara. Masih dalam pembicaraan tentang menanggapi situasi
Eksternal, Indonesia dalam hal ini berbeda pandangan dengan Malaysia.
Bagi Indonesia, tidak ada landasan kuat untuk mempercayai
tuntutan-tuntutan seperti yang diusulkan Malaysia. Negara-negara super power itu sendiri
memang mengabaikan berbagai kekuatan tradisional negara-negara di kawasan
Asia Tenggara. Selain itu, dua negara super power juga dapat meninggalkan
negara-negara Asia Tenggara, lalu memecahkan masalahnya dengan cara-cara
mereka sendiri. Karena itu Indonesia berpandangan, bahwa dalam menanggapi
nasional”. Bagi Indonesia, sikap kelenturan nasional tersebut secara bertahap
dapat mengantarkan kepada ”kelenturan regional” yang lebih luas.
Akhir tahun 1975 pandangan tentang kelenturan nasional dan kelenturan
regional tersebut diterima dengan baik oleh negara-negara anggota ASEAN.
Pandangan ini kelak punya arti penting dalam keputusan-keputusan penting pada
KTT ASEAN pertama di Bali.18
Indonesia dan Malaysia mempunya peranan yang cukup penting dalam
organisasi ASEAN, dimana kedua Negara tersebut merupakan pendiri dari
ASEAN itu sendiri. Sementara itu, Indonesia berperan dalam menyelenggarakan
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN pertama di Bali yang menghasilkan
suatu kesepakatan pembentukan Sekretaris ASEAN di Jakarta adapun yang
menjadi Sekretariat Jenderal ASEAN pertama adalah H.R Dharsono wakil dari
Indonesia. Itu merupakan salah satu peran penting yang dilakukan Indonesia
sebagai awal dari pembentukan ASEAN itu sendiri. Selain itu, keanggotaan
Indonesia sebagai anggota ASEAN juga berperan dalam menciptakan perdamaian.
Indonesia banyak membantu negara-negara anggota Asean lain yang sedang
mengalami konflik. Indonesia pernah menjadi penengah konflik antara Vietnam
dan Kamboja. Konflik ini terjadi karena Vietnam menduduki Kamboja. Indonesia
menjadi penengah kedua belah pihak sejak tahun 1987. Akhirnya, pada
Konferensi Paris untuk Kamboja tahun 1991, Kamboja dan Vietnam menyepakati
perjanjian damai. Peran penting lainnya adalah saat Indonesia menjadi penengah
antara Pemerintah Filipina dan Moro National Front Liberation (MNLF). Baik
18
Pemerintah Filipina maupun MNLF sepakat untuk melakukan pertemuan di
Indonesia dan membuat perjanjian damai. Setelah itu, kemudian Indonesia
menjadi tempat KTT ASEAN ke-9 pada tanggal 7-8 Oktober 2003 di Bali,
kemudian Indonesia mengusulkan Komunitas ASEAN ( ASEAN Community)
yang mencakup bidang kemanaan, sosial-budaya dan ekonomi. Pada tahun 2004,
Indonesia menjadi negara yang memimpin ASEAN.
Selama memimpin, Indonesia menyelenggarakan serangkaian pertemuan.
Di antara pertemuan itu adalah Pertemuan Tingkat Menteri Asean (Asean
Ministerial Meeting), Forum Kawasan Asean (Asean Regional Forum),
Pertemuan Kementerian Kawasan mengenai Penanggulangan berbagai masalah
yang terjadi, dan beberapa pertemuan lainnya. Kemudian Indonesia menjadi tuan
rumah pertemuan khusus pasca Gempa Bumi dan Tsunami pada Januari 2005.
Pertemuan ini bertujuan untuk membicarakan tindakan-tindakan mengatasi
bencana Tsunami pada 26 Desember 2004. Negara Asean yang terkena tsunami
adalah Indonesia, Thailand, dan Malaysia. Pada bulan Agustus 2007 diresmikan
Asean Forum 2007 di Jakarta. Forum ini diselenggarakan untuk mendukung
terwujudnya Komunitas Asean 2015 diselenggarakan dalam rangka memperingati
hari jadi Asean ke-40. Pada KTT Asean ke 19 tanggal 17-19 November 2011
Indonesia kembali menjadi tuan rumah, salah satu catatan penting peran Indonesia
dalam ASEAN adalah kesepakatan Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara
atau Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ). Traktat yang
sebelumnya sudah disusun di Bangkok, Thailand akhirnya bisa diratifikasi selama
berkewajiban untuk tidak mengembangkan, memproduksi, atapun membeli,
mempunyai atau menguasai senjata nuklir.19
a. Kawasan Damai, Bebas Dan Netral (Zone of Peace, Freedom And
Neutrality/ZOPFAN) pada tahun 1971;
Dalam sektor politik dan keamanan, Indonesia juga mempunyai kerjasama
dengan Negara anggota ASEAN lainnya yaitu, seperti berikut ini:
b. Traktat Persahabatan dan kerja Sama (Treaty of Amity and
Cooperation/TAC in Southeast Asia) pada tahun 1976;
c. Kawasan Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara (Treaty on
Southeast Asia Nuclear Weapon-Free Zone/SEANWFZ) pada tahun
1971
Selain ketiga instrumen politik tersebut, terdapat pula forum kerja
sama dalam bidang politik dan keamanan yang disebut ASEAN Regional
Forum (ARF). Beberapa bentuk kerja sama politik dan keamanan di
ASEAN, antara lain sebagai berikut.
a. Traktat Bantuan Hukum Timbal Balik di Bidang Pidana (Treaty on
Mutual Legal Assistance in Criminal Matters/MLAT).
b. Konvensi ASEAN tentang Pemberantasan Terorisme (ASEAN
Convention on Counter Terrorism/ACCT).
c. Pertemuan para Menteri Pertahanan (Defence Ministers
Meeting/ADMM) yang bertujuan untuk mempromosikan perdamaian
19 Rina Asih Niasari “Keanggotaan Indonesia dalam ASEAN”
dan stabilitas kawasan melalui dialog serta kerja sama di bidang
pertahanan dan keamanan.
d. Penyelesaian sengketa Laut Cina Selatan.
e. Kerja sama pemberantasan kejahatan lintas negara yang mencakup
pemberantasan terorisme, perdagangan obat terlarang, pencucian uang,
penyelundupan dan perdagangan senjata ringan dan manusia, bajak
laut, kejahatan internet, dan kejahatan ekonomi internasional;
f. Kerja sama di bidang hukum; bidang imigrasi dan kekonsuleran; serta
kelembagaan antarparlemen20
Sementara itu, keanggotaan Malaysia dalam ASEAN juga sangat
penting. Malaysia juga merupakan salah satu Negara pendiri ASEAN.
Untuk menjamin kestabilan politik dan keamanan negara serantau, konsep
ZOPFAN telah diwujudkan melalui Deklarasi Kuala Lumpur pada 27
November 1971. Dimana konsep tersebut berisikan tentang:
a. Memelihara keamanan dan kestabilan politik di daerah Asia Tenggara
dengan menghindar campur tangan dari pihak luar seperti Rusia, Amerika
Serikat dan China dalam hal-hal bagian ini.
b. Menyediakan suatu cara untuk menyelesaikan pertikaian yang berlaku di
Asia Tenggara secara aman dan bukan menggunakan kekerasan.
c. Menghindari dari penglibatan dalam pertikaian antara kuasa besar.
d. Memberi peluang kepada negara anggota untuk menentukan nasib
Malaysia juga ikut dalam Zona Bebas Senjata Nuklir yang dibentuk pada
tanggal 16 Desember 1987 untuk memastikan bahwa daerah ASEAN bebas
daripada ancaman senjata nuklir yang berpeluang besar masuk ke wilayah
ASEAN. Selain itu, peranan Malaysia dalam keanggotaannya di ASEAN adalah
dalam bidang ekonomi. Kerjasama ekonomi bermula setelah beberapa perjanjian
seperti Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama (Treaty of Amity and Cooperation)
dan Deklarasi Kesepakatan ASEAN (Declaration of ASEAN Concord)
ditandatangani pada tahun 1976 di Bali sewaktu ASEAN pertama. Antara
kerjasama ekonomi negara-negara anggota ASEAN adalah seperti melaksanakan
projek-projek perindustrian seperti:
1. Projek Baja Urea ASEAN di Malaysia
2. Projek Fabrikasi Tembaga ASEAN di Filipina
3. Projek Vaksin Hepatitis B ASEAN di Singapura
4. Projek Garam Batuan-Abu Soda ASEAN di Thailand
5. Mengadakan usaha sama perindustrian ASEAN.
6. Mewujudkan Peraturan Perdagangan Istimewa 1977 untuk meningkatkan
perdagangan antara negara anggota. Keistimewaan yang diberikan
termasuk kontrak kuantiti jangka panjang, perolehan istimewa oleh
kerajaan, perluasan langkah-langkah bukan tarif dan perluasan tarif
istimewa.
7. Mengadakan kerjasama dalam sektor keuangan
8. Majlis Perbankan ASEAN (ASEAN Banking Council) ditubuhkan untuk
menyelaras kegiatan bank-bank perdagangan di wilayah ASEAN
9. Syarikat Keuangan ASEAN dibentuk untuk memberikan kemudahan
keuangan kepada negara-negara yang terlibat dalam projek-projek usaha
sama ASEAN.
10.Mengadakan kerjasama dalam bidang komunikasi
11.Pemasangan kabel laut ASEAN menghubungkan negara anggota
12.Mengadakan kerjasama dalam sektor makanan dan pertanian
13.Penubuhan Pusat Perancangan Pembangunan Pertanian ASEAN sebagai
bank data mengenai masalah pertanian
14. IMT-GT (Pertumbuhan Segi Tiga Indonesia-Malaysia-Thailand)22
Keanggotaan antara Indonesia dan Malaysia dalam ASEAN sangat penting
demi membangun ASEAN dan menjaga wilayah ASEAN dengan Negara anggota
lainnya maupun Negara di luar dari wilayah Asia Tenggara
C. Pengertian Kejahatan Lintas Negara
Kejahatan lintas Negara sekarang ini sudah berkembang seiring dengan
berkembangnya teknologi komunikasi serta globalisasi yang meningkat sangat
pesat yang dapat memicu seseorang untuk melakukan kejahatan antar Negara
karena dipermudahnya melakukan interaksi antara Negara satu dan Negara lain
nya yang membuat beberapa pihak harus serius dan siap menangani.
Transnational Crimes atau Kejahatan Lintas Negara ini memiliki beberapa
kepentingan yang menyebabkan beberapa Ahli merumuskan definisi
Transnational Crimes serta Radikalisme sangat bervariasi , namun secara gari
besar terdapat kata kunci yang dapat digunakan sebagai panduan dalam
merumuskan pengertian transnational crime adalah :
1. Suatu perbuatan sebagai suatu kejahatan.
2. Terjadi antar Negara atau Lintas Negara.
Kedua kata kunci tadi dapat dijelaskan bahwa Transnational Crime
merupakan suatu kejahatan yang terjadi lintas Negara dalam pengertian bahwa
suatu perbuatan dapat dikategorikan sebagai kejahatan apabila terdapat piranti
hukum yang dilanggar sehingga bisa saja terjadi suatu perbuatan yang
dirumuskan, dirancang, disiapkan, dilaksanakan dalam suatu Negara bisa saja
bukan merupakan kejahatan namun ketika hasil kejahatan yang diatur, disiapkan
melakukan lintas batas Negara untuk masuk ke yuridiksi Negara yang berbeda
lantas dikategorikan sebagai kejahatan Transnational Crimes.23
Namun sampai saat ini belum terdapat suatu ketentuan di dalam hukum
internasional, baik dalam perjanjian-perjanjan internasional maupun di dalam
kebiasaan internasional yang menetapkan istilah International Crimes. Perdebatan
ini mengenai istilah ini disebabkan oleh pengertian istilah International Crimes
telah membawa dampak yang lebih luas. Tidak hanya menyangkut perubahan
substansi, tetapi juga menyangkut masalah siapa yang dapat
dipertanggungjawabkan dalam hal terjadinya International Crimes tersebut.
23
Apalagi pelakunya tidak hanya orang perorangan atau kelompok, tetapi juga
sebuah Negara merdeka dan berdaulat.24
Dalam tingkat multilateral, PBB memprakarsai dan melakukan
langkah-langkah peningkatan kerjasama internasional memberantas kejahatan lintas
negara, sejalan dengan implementasi konvensi-konvensi terkait yang ada, seperti:
UNTOC dan 3 Protokolnya, UNCAC, Single Convention on Narcotics Drugs
1961, Convention on Psychotropic Substances 1971 dan United Nation
Convention AgainstIllicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances
1988. Terkait dengan itu, juga telah dibangun jejaring antar instansi focal point
masing-masing negara sebagaimana yang dimandatkan oleh masing-masing Seiring perkembangan jaman, terdapat berbagai kejahatan lintas negara
lainnya yang perlu ditangani secara bersama dalam kerangka multilateral, seperti
kejahatan pencurian dan penyelundupan obyek-obyek budaya, perdagangan organ
tubuh manusia, environmental crime (seperti illegal logging dan illegal fishing),
cyber crime dan identity’s-related crime.
Meskipun belum terdapat kesepakatan mengenai konsep dan definisi atas
beberapa kejahatan tersebut, secara umum kejahatan ini merujuk secara luas
kepada non-violent crime yang pada umumnya mengakibatkan kerugian finansial.
Semakin beragam dan meluasnya tindak kejahatan lintas negara tersebut
telah menarik perhatian dan mendorong negara-negara di dunia melakukan
kerjasama untuk menanggulangi kejahatan tersebut di tingkat bilateral, regional
dan multilateral.
Konvensi, yang diharapkan dapat mempercepat penanganan terhadap kejahatan
lintas negara.25
Menurut Romli Atmasasmitha, pengertian international crimes tidak
ditegaskan dalam konvensi internasional, tetapi berkembang dakan doktrin sarjana
hukum internasional. Doktrin tersebut merujuk pada pelanggaran terhadap
Chapter VII tentang “Threaten to the peace and security of mankind” yang
menjadi landasan hukum penyusunan Statuta Roma26
Begitu juga menurut Enny Soeprapto27 menyatakan bahwa sampai
sekarang ini tidak ada instrument hukum internasional yang mendefenisikan
istilah international crimes. Beliau memperkirakan keadaan ini akan berlanjut.
Lebih lanjut, dikemukakan bahwa suatu kejahatan yang dikategorikan sebagai
kejahatan internasional mempunyai sebagian atau semua ciri (karakteristik)
sebagai berikut28
1. Dinyatakannya secara eksplisit kejahatan yang bersangkutan
sebagai kejahatan internasional atau kejahatan menurut hukum
internasional dalam instrument hukum internasional yang
bersangkutan; :
2. Mewajibkan Negara tempat dilakukannya kejahatan yang
bersangkutan atau yang warga Negara atau penduduknya
25
Februari 2015
26 Romli atmasasmita, Pengantar mempelajari hukum pidana internasional (bahan penataran nasional hukum pidana dan kriminologi), disampaikan dalam penataran Nasional Hukum Pidana dan Kriminologi XI tahun 2005, kerja sama ASPEHUPIKI, FORUM 2004 dan UBAYA, tanggal 14-16 Maret 2005, Surabaya 2005, h.2
27 Enny Soeprapto, Kejahatan Perang, Kejahatan Terhadap Kemanusiaan, dan Kejahatan Genosida sebagai Kejahatan Internasional: beberapa catatan makalah yang disampaikan dalam sosialisasi peradilan HAM, FH Unpad, tanggal 5 Juni 2007, h.1
melakukannya untuk melakukan: penuntutan, penghukuman atau
ekstradisi dan kerja sama dengan Negara lain dalam penuntutan
dan penghukuman (termasuk bantuan yudisial dalam proses
pemidanaan)
3. Memberi hak kepada komunitas internasional untuk melakukan
penuntutan dan penghukuman dalam hal Negara tempat
dilakukannya kejahatan yang bersangkutan atau yang warga
Negara atau penduduknya melakukannya tidak mau atau tidak
mampu melakukan penuntutan dan penghukuman;
4. Berlakunya konsep pertanggungjawaban individual
5. Tidak dianutnya sistem pertanggungajawaban intitusional
6. Berlakunya sistem pertanggungjawaban atasan;
7. Tidak dapat digunakannya perintah atasan sebagai dasar untuk
menghindari pertanggungjawaban individual
8. Dapat dikesampingkannya asas legalitas
9. Dapat dikesampingkannya asas nonretroaktif; dan
10.Tidak berlakunya ketentuan kadaluwarsa bagi penuntutan
kejahatan yang bersangkutan
F. Faktor Terjadinya Kejahatan Lintas Negara
Banyak faktor yang memicu terjadinya kejahatan-kejahatan lintas Negara
antara lain karena wilayah Asia Tenggara yang strategis yang membuat
banyaknya imigran yang keluar-masuk. Komunikasi serta globalisasi adalah
tahunnya. Faktor-faktor ini menyebabkan meningkatnya kasus kriminalitas yang
terjadi antar Negara, khususnya di wilayah ASEAN. Ada beberapa faktor yang
menyebabka terjadinya kejahatan lintas Negara, antara lain:
1. Globalisasi
Globalisasi ialah merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa asing
yaitu kata globalization. Kata globalization merupakan berasal dari kata
global yang mempunyai arti universal atau menyeluruh. Yang mendapat
imbuhan –ization yang berarti proses. Maka globalization dapat diartikan
sebagai proses keseluruhan mau pun proses penyebaran dari sumber
informasi, gaya hidup, pemikiran mau pun teknologi secara mendunia.
Maka, globalisasi diartikan sebagai suatu proses dimana batas-batas suatu
negaramenjadi semakin sempit karena kemudahan interaksi antara negara
baik berupa pertukaran informasi, perdagangan, teknologi, gaya hidup
dan bentuk-bentuk interaksi yang lain.
Globalisasi juga bisa dimaknai sebagai proses dimana pengalaman
kehidupan sehari-hari, ide-ide dan informasi menjadi standar di seluruh
dunia. Proses tersebut diakibatkan oleh semakin canggihnya teknologi
komunikasi dan transportasi serta kegiatan ekonomi yang merambah
pasar dunia.29
29
Pengertian Globalisasi adalah proses integrasi
internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk,
pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya. Hal tersebut berkaitan
dengan adanya tingkat kemajuan infrastruktur transportasi dan
telekomunikasi, termasuk kemunculan telegraf dan Internet, merupakan
faktor utama dalam globalisasi yang semakin mendorong saling
ketergantungan (interdependensi) aktivitas ekonomi dan budaya.30
Era Globalisasi sangat erat kaitanya dengan transparansi atau
keterbukaan. Transparan berarti suatu keadaan di mana kondisi suatu
daerah secara mudah dapat diakses, dilihat, dan diterima oleh masyrakat
di daerah lain. Akibat transparansi atau keterbukaan, maka segala
pengaruh luar sangat mudah memasuki sebuah negara. Demikian pula
sebaliknya, transparansi telah memengaruhi berbagai sektor dalam
kehidupan, mulai dari bidang politik, pemerintahan, ekonomi, sosial
budaya, teknologi informasi, maupun pertahanan dan kemanan. Jadi era
globalisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:31
1. Adanya transparansi atau keterbukaan di berbagai bidang
kehidupan.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi yang pesat.
3. Berbagai peristiwa di suatu daerah atau negara mudah diakses di
daerah atau negara lain.
4. Arus komunikasi yang lancar seakan tanpa hambatan.
Globalisasi menurut para ahli mempunyai pengertian seperti berikut:
1. Selo Soemardjan mengatakan bahwa globalisasi adalah suatu proses
terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat di
30
tanggal 15 februari 2015
seluruh dunia. Tujuan globalisasi adalah untuk mengikuti sistem dan
kaidah-kaidah tertentu yang sama misalnya terbentuknya PBB,OKI
2. Beerkens berpendapat bahwa keterkaitan seluruh dunia antara
negara-bangsa menjadi dilengkapi dengan globalisasi sebagai sebuah proses
di mana pengaturan sosial dasar (seperti kekuasaan, budaya, pasar,
politik, hak, nilai, norma, ideologi, identitas, kewarganegaraan,
solidaritas) menjadi menjadi terikat satu sama lain karena percepatan
dan perluasan arus transnasional baik orang,produk, gambar maupun
informasi keuangan
3. Tom G. Palmer mengartikan globalisasi sebagai penyusutan atau
penghapusan negara-diberlakukan pembatasan pertukaran lintas batas
dan sistem global yang semakin terintegrasi dan kompleks produksi
dan pertukaran yang telah muncul sebagai akibat.
4. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses
menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap
individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum
memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working
definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya.
5. Thomas L. Friedman : Pengertian Globalisasi memiliki dimensi
ideologi dan teknlogi. Dimensi teknologi yaitu kapitalisme dan pasar
bebas, sedangkan dimensi teknologi adalah teknologi informasi yang
Globalisasi keberadaannya kini sangat mempengaruhi keadaan dunia,
maka secara tidak langsung globalisasi membawa dampak positif dan
negatif. Adapun hal-hal yang menjadi sarana mengapa globalisasi itu
sendiri dapat masuk ke Negara tersebut antara lain karena :
1. Melalui saluran lembaga pendidikan yang menyebar melalui
ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tersebut merupakan suatu
hasil dari proses globalisasi dimana informasi yang di dapat
selalu bertambah dan berganti setiap harinya
2. Tersebar melalui lembaga keagamaan
3. Melalui jalur lembaga indutri internasional ataupun lembaga
perdagangan.
4. Adanya lembaga wisata mancanegara.
5. Muncul melalui saluran komunikasi dan telekomunikasi
internasional.
6. Globalisasi muncul juga melalui lembaga internasional yang
mengatur peraturan internasional.
7. Muncul juga melalui saluran berupa lembaga kenegaraan
seperti hubungan diplomatik dan konsuler.32
2. Perkembangan IPTEK
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup pesat
sekarang ini sudah menjadi realita sehari-hari bahkan merupakan
32
tuntutan masyarakat yang tidak dapat ditawar lagi. Tujuan utama
perkembangan iptek adalah perubahan kehidupan masa depan manusia
yang lebih baik, mudah, murah, cepat dan aman. Perkembangan iptek,
terutama teknologi informasi seperti internet sangat menunjang setiap
orang mencapai tujuan hidupnya dalam waktu singkat, baik legal
maupun illegal dengan menghalalkan segala cara demi mendapatkan
keuntungan pribadi. Adanya penyalahgunaan teknologi informasi yang
merugikan kepentingan pihak lain sudah menjadi realitas sosial
dalam kehidupan masyarakat modern sebagai dampak dari pada
kemajuan iptek yang tidak dapat dihindarkan lagi bagi
bangsa-bangsa yang telah mengenal budaya teknologi.
Munculnya revolusi teknologi informasi dewasa ini dan masa
depan tidak hanya membawa dampak pada perkembangan teknologi itu
sendiri, akan tetapi juga akan mempengaruhi aspek kehidupan lain
seperti agama, kebudayaan, sosial, politik, kehidupan pribadi,
masyarakat bahkan bangsa dan negara. Jaringan informasi global atau
internet saat ini telah menjadi salah satu sarana untuk melakukan
kejahatan baik domestik maupun internasional. Internet menjadi
medium bagi pelaku kejahatan untuk melakukan kejahatan dengan
sifatnya yang mondial, internasional dan melampaui batas ataupun
kedaulatan suatu negara. Semua ini menjadi motif dan modus operandi
yang amat menarik bagi para penjahat digital. Manifestasi kejahatan
bentuk atau varian yang amat merugikan bagi kehidupan masyarakat
ataupun kepentingan suatu bangsa dan negara pada hubungan
internasional.
Kejahatan dunia maya dewasa ini mengalami perkembangan pesat
tanpa mengenal batas wilayah negara lagi (borderless state), karena
kemajuan teknologi yang digunakan para pelaku cukup canggih dalam
aksi kejahatannya. Para hacker dan cracker bisa melakukannya lewat
lintas Negara bahkan di negara-negara berkembang aparat penegak
hukum, khususnya kepolisian tidak mampu untuk menangkal dan
menanggulangi disebabkan keterbatasan sumber daya manusia, sarana
dan prasarana teknologi yang dimiliki.33
Migrasi Penduduk / migrasi manusia adalah perpindahan penduduk dari
suatu daerah ke daerah lain, berjarak jauh dan terbentuk dalam
kelompok yang besar yang tujuannya adalah menetap di suatu daerah.
Migrasi melintasi perbatasan wilayah, provinsi, negara, atau
internasional. Secara historis gerakan ini nomaden, sering menyebabkan
konflik yang signifikan dengan penduduk pribumi dan perpindahan
mereka atau asimilasi budaya. Hanya beberapa orang nomaden telah
mempertahankan bentuk gaya hidup di zaman modern. Migrasi terus C. Migrasi/Pergerakan manusia
dalam bentuk kedua migrasi sukarela dalam satu kawasan, negara, atau
di luar dan migrasi spontan (yang meliputi perdagangan budak,
perdagangan manusia dan pembersihan etnis). Orang-orang yang
bermigrasi ke wilayah yang disebut imigran, sementara pada titik
keberangkatan mereka disebut emigran. Populasi kecil bermigrasi untuk
mengembangkan suatu wilayah dianggap batal penyelesaian tergantung
pada latar belakang sejarah, kondisi dan perspektif disebut sebagai
pemukim atau koloni, sementara populasi pengungsi oleh imigrasi dan
kolonisasi disebut pengungsi.
Proses migrasi mempunya beberapa cara yaitu34
1. Proses migrasi ia menetap di suatu wilayah :
2. Proses migrasi hanya sementara diwilayah itu sewaktu-waktu ia
dapat kembali lagi ke wilayah tempat asalnya
3. Hanya sekedar berlibur di wilayah itu
Proses perpindahan penduduk ini menyebabkan banyaknnya pertukaran
penduduk serta pertukaran informasi dan juga perubahan kebudayaan
yang menyebabkan peluang terjadinya kejahatan lintas Negara ini lebih
besar karena peluang kerja atau peluang untuk berkecukupan hidup
yang kurang di tempat baru yang ia tempati.
D. Keadaan Ekonomi yang Tidak Stabil
Stabilitas ekonomi sangat penting dan merupakan faktor kuat apabila
ekonomi tersebut tidak seimbang karena dapat memicu terjadinya
tindakan kriminal. Dalam suatu Negara, stabilitas ekonomi sangat
berpengaruh dengan sistem politik. Misalnya sebuah negara yang
pembangunan ekonominya bagus dan kesejahteraan masyarakatnya
tercipta secara merata maka akan membuat masyarakat tersebut hidup
dalam ketentraman, sehingga bentuk-bentuk protes terhadap negara
dalam hal pengentasan kemiskinan, misalnya, kemungkinannya akan
lebih kecil terjadi. Demikian pula halnya dengan terciptanya stabilitas
politik bisa juga berpengaruh pada terciptanya kestabilan ekonomi atau
bahkan justru sebaliknya. Kondisi politik yang stabil membuat
pemerintah selaku pengelola negara bisa berkonsentrasi pada cita-cita
untuk mewujudkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Sedangkan
sebaliknya, situasi politik yang kacau membuat pemerintah terlebih
dahulu harus memprioritaskan terciptanya situasi kondusif sebelum
melakukan pembangunan. Pembangunan yang dilangsungkan di dalam
sebuah daerah konflik, misalnya, akan membuat pembangunan tersebut