• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi pengembangan lahan rawa lebak untuk perluasan lahan padi di Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potensi pengembangan lahan rawa lebak untuk perluasan lahan padi di Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan"

Copied!
195
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI PENGEMBANGAN LAHAN RAWA LEBAK UNTUK

PERLUASAN LAHAN PADI DI KABUPATEN HULU SUNGAI

UTARA KALIMANTAN SELATAN

SRI JAMIATUL KHAIRAH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Potensi Pengembangan Lahan Rawa Lebak untuk Perluasan Lahan Padi di Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Maret 2011

(3)

ABSTRACT

SRI JAMIATUL KHAIRAH. The Potential of Nontidal Swamps Land Development for Rice Field Expansion in Hulu Sungai Utara District South Kalimantan Province. Under direction of KOMARSA GANDASASMITA and ATANG SUTANDI.

Agricultural development has an important position for national food security. Increased food security is pursued through the improvement of rice production. The island of Java as the biggest rice producers continue to decrease in size field rice area, so another rice field alternative outside of Java is needed. One of them is nontidal swamp land that is still very wide, such as in Hulu Sungai Utara District South Kalimantan Province. The purpose of this study was to identify suitable land for paddy cultivation and development as well as conservation areas to safeguard the sustainability of farming, knowing the center of rice production and priority directions of development policy. Identify potential rice field using land suitability analysis by remote sensing data and processing data done in ArcGIS 9.3. Land suitability analysis using ArcGIS 9.3 with reference to the criteria established by the Department of Agriculture. Conservation area determined by reference to the Presidential Decree 32 of year 1990 on protected areas. Potential development for rice field is done by overlay spesific analysis of land suitability result and existing landuse are interpreted from the ALOS AVNIR, Landsat and Google Earth images. Centralization of activities carried out by Location Quetion Analysis and policy priorities with SWOT Analysis. The results showed that the potential development of land for rice field is still very widespread, especially in Danau Panggang Subdistrict and Paminggir Subdistrict. Peatland conservation areas are in northern and lake buffer areas in Danau Panggang Subdistrict . River buffer areas spread across the district. Policy priorities are directed to the appropriate utilization of the potential area for rice in the base region with the expansion of paddy fields.

(4)

Perluasan Lahan Padi di Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan. Dibimbing oleh KOMARSA GANDASASMITA dan ATANG SUTANDI.

Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pada pembangunan pertanian secara khusus dan pembangunan ekonomi secara umum, sub sektor pertanian tanaman pangan mempunyai posisi yang strategis sebagai penghasil bahan makanan pokok untuk ketahanan pangan nasional. Untuk itu perlu diupayakan melalui peningkatan produksi beras terutama yang dihasilkan dari lahan sawah. Namun pulau jawa yang merupakan wilayah produksi beras terbesar terus mengalami penyusutan luas areal sawah akibat konversi yang terus meningkat. Hal ini menuntut alternatif wilayah lain yang potensial untuk dikembangkan, salah satunya adalah lahan rawa, terutama rawa lebak yang tersebar di beberapa pulau besar di Indonesia. Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah salah satu yang memiliki lahan rawa lebak yang luas dan potensial untuk dikembangkan. Namun dalam pengembangan budidaya pertanian di lahan rawa lebak harus diperhatikan keseimbangan ekosistem agar keberlanjutan budidaya tetap terjaga.

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui potensi lahan yang ada apakah menunjang untuk budidaya padi, (2) mengetahui sentra produksi padi berdasarkan keunggulan komparatif, (3) mengetahui penatagunaaan lahan yang harus dilakukan untuk pengembangan wilayah sentra produksi padi dan wilayah yang harus tetap dipertahankan sebagai wilayah konservasi (lindung) untuk menjaga keberlanjutan budidaya, dan (4) merumuskan prioritas kebijakan dalam pengembangan padi di Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Metode untuk mendapatkan peta penggunaan lahan Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah dengan melakukan interpretasi dari data penginderaan jauh yaitu citra ALOS AVNIR, Landsat dan Geoeye tahun 2010 dengan menggunakan on screen digitation. Analisis kesesuaian lahan padi dilakukan dengan overlay dan query terhadap peta-peta yang diperlukan menggunakan ArcGIS 9.3. Analisis wilayah konservasi ditentukan dengan melihat kesatuan wilayah secara fungsional yang mengacu kepada Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung. Potensi pengembangan lahan untuk padi didapat dengan melakukan matching (overlay) antara peta kesesuaian lahan padi dengan peta penggunaan lahan existing tahun 2010. Untuk mengetahui lokasi pemusatan/basis aktivitas digunakan Analisis Location Question (LQ), sedangkan arahan prioritas kebijakan dilakukan dengan analisis SWOT.

Berdasarkan hasil interpretasi citra, terdapat sembilan kelas penggunaan lahan, yaitu belukar rawa (32,4%), hutan rawa sekunder (15,2%), kebun campuran (2,2%), perkebunan (4,1%), permukiman (3,3%), rawa (11,6%), sawah (26,9%), tanah terbuka (3,5%) dan tubuh air (0,7%). Luasan terbesar adalah belukar rawa, yang berarti mempunyai potensi besar untuk pengembangan sawah.

(5)

tanah dan kondisi genangan. Kelas kesesuaian lahan potensial S2 sebesar 41.485 ha (46,2%), S3 sebesar 16.229 ha (18,1%), dan N sebesar 32.138 ha (35,8%). Potensi pengembangan terbesar terdapat di Kecamatan Paminggir. Hasil pengamatan (ground check) pada 84 titik menunjukkan bahwa areal yang secara aktual sesuai untuk padi sawah juga dinyatakan masyarakat cocok untuk budidaya padi karena memberikan hasil yang bagus, demikian sebaliknya. Kecuali di Kec. Paminggir kebanyakan judgement masyarakatnya menyatakan tidak sesuai karena mereka belum pernah mengusahakannya, padahal tempat tersebut memiliki potensi yang besar untuk budidaya padi.

Berdasarkan penggunaan lahan, area yang berpotensi untuk dijadikan sawah adalah belukar/semak rawa dan rawa. Berdasarkan hasil analisis didapatkan wilayah yang eksisting sawah sebesar 24.205 ha (26,7%), yang berpotensi dikembangkan (eksisting belukar rawa dan rawa) sebesar 25.565 ha (28,5%) dan yang tidak potensial sebesar 40.082 ha (44,6%).

Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa padi sawah merupakan komoditi tanaman pangan yang unggul di Kabupaten Hulu Sungai Utara, karena memiliki nilai LQ>1 terbanyak yang artinya diusahakan hampir di semua kecamatan. pemusatan wilayah budidaya padi terdapat di sekitar aliran dua sungai yang melintas di Kabupaten Hulu Sungai Utara yang tersebar di Kecamatan Amuntai Utara, Amuntai Selatan, Babirik, Sungai Pandan, Sungai Tabukan, Haur Gading, dan Danau Panggang.

Wilayah yang dijadikan sebagai kawasan lindung adalah wilayah dengan ketebalan gambut 100-600 cm dengan luas 19.528 ha di bagian utara dengan pertimbangan untuk buffer wilayah budidaya di sekitarnya dan juga karena wilayah ini masih berupa hutan rawa sekunder. Sempadan untuk Sungai Barito (sungai besar) adalah 100 m, Sungai Paminggir (sungai di luar pemukiman) 50 m serta Sungai Tabalong dan Sungai Balangan (sungai di dalam pemukiman) 10 m. Sedangkan untuk sempadan Danau adalah 50 m.

Arahan penatagunaan lahan di Kabupaten Hulu Sungai Utara direkomendasikan sebagai berikut : (1) lahan eksisting sawah tetap dipertahankan seluas 24.146 ha (26,9%), (2) pengembangan sawah pada wilayah basis seluas 8.271 ha (9,2%), (3) pengembangan sawah pada wilayah non basis seluas 16.723 ha (18,6%), (4) lahan tidak potensial untuk sawah seluas 19.792 ha (22,0%), (5) kawasan lindung gambut seluas 18.388 ha (20,5%), (6) kawasan lindung sempadan danau seluas 1.147 ha (1,3%) dan (7) kawasan lindung sempadan sungai seluas 1.386 ha (1,5%).

Berdasarkan analisis SWOT arahan prioritas kebijakan dalam pengembangan wilayah untuk pengembangan padi di Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah memanfaatkan potensi wilayah yang lahannya sesuai secara fisik yang ada di daerah sektor basis dengan kebijakan pemerintah untuk pengembangan padi. Kebijakan selanjutnya adalah meningkatkan nilai tambah dengan menjual kelebihan produksi berupa beras bukan gabah.

(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(7)

POTENSI PENGEMBANGAN LAHAN RAWA LEBAK UNTUK

PERLUASAN LAHAN PADI DI KABUPATEN HULU SUNGAI

UTARA KALIMANTAN SELATAN

SRI JAMIATUL KHAIRAH

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Tesis : Potensi Pengembangan Lahan Rawa Lebak untuk Perluasan Lahan Padi di Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan

Nama : Sri Jamiatul Khairah NRP : A156090214

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc. Ir. Atang Sutandi, M.Si. Ph.D

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Ilmu Perencanaan Wilayah

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Agr.Sc.

(10)

Kupersembahkan karya kecil ini untuk

semua orang yang mencintaiku…

Untuk Abah (H.M. Idris A.) dan Mama (Hj. Sapiah N.) atas segala pengorbanan,

kasih sayang, dan doanya yang selalu menyertai hidupku…

Untuk ading-adingku (Misyawaliadi Noor dan Rabiaturrahmah) yang selalu

memberikan semangat dan menghiasi hari-

hariku…

Untuk semua saudara serta sahabat yang senantiasa mengeratkan tali

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunia-Nya karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang mengambil tema tentang pengembangan wilayah ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2010 dan diberi judul “Potensi Pengembangan Lahan Rawa Lebak untuk Perluasan Lahan Padi di Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan”.

Dalam penelitian hingga penulisan karya ilmiah ini penulis mendapat banyak bantuan, dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis menghaturkan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Dr. Ir Komarsa Gandasasmita, M.Sc. selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Atang Sutandi, M.Si, Ph.D selaku anggota komisi pembimbing atas segala motivasi, arahan dan bimbingan yang diberikan mulai dari tahap awal hinga penyelesaian tesis ini, serta Dr. Ir. Setia Hadi, M.Si.,

selaku penguji luar komisi yang telah memberikan koreksi dan masukan bagi penyempurnaan tesis ini. Disamping itu, penghargaan dan terima kasih disampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M. Agr selaku ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah beserta segenap staf pengajar dan manajemen Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah IPB. Selanjutnya juga kepada peneliti dan staf P4W IPB (Pusat Pengembangan Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah) atas bantuan data remote sensing serta diskusi dan masukannya. Pimpinan dan staf Pusbindiklatren Bappenas

atas kesempatan beasiswa yang diberikan bagi penulis.

Selain itu terima kasih yang sebesar-besarnya juga disampaikan kepada Pemerintah Daerah Kab. Hulu Sungai Utara yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti program ini. Secara khusus kepada Bapak Ir. H.

Supomo, M.Si selaku Kepala Bappeda Kab. Hulu Sungai Utara dan Bapak Ir.

Ilman Hadi selaku Kepala Dinas Pertanian TPH Kab. Hulu Sungai Utara beserta

staf yang telah memberikan bantuan selama proses penelitian. Sahabat-sahabatku, Erva Noorrahmah, Eva Agustina, Zainal Abdi, Syahrifuddin, dan

Akhmad Marfuan, yang telah banyak membantu selama penulis penelitian dan

menjalani pendidikan, serta Muslina Herliyani yang telah dengan rela menemani dan membantu selama survey dan ground check.

Terima kasih tak terhingga juga buat K’Ardhy, M’Anna (dan B’Ridwan),

Dian, Tina, dan Gun yang banyak memberikan masukan selama pengolahan

data dan penulisan tesis serta rekan-rekan PWL kelas khusus Bappenas angkatan 2009 lainnya atas segala doa, dukungan dan kebersamaannya yang kompak selama ini. Tak lupa pula buat teman-teman PWL kelas reguler angkatan 2009 atas segala bantuan dan kebersamaannya.

Akhirnya ucapan terima kasih dan penghargaan yang utama dan pertama serta setinggi-tinginya disampaikan kepada kedua orang tua (abah dan mama),

adik-adikku, dan seluruh keluarga atas segala doa, dukungan, pengertian dan

kasih sayangnya selama ini. Terima kasih juga disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah membantu selama penelitian dan penyelesaian tesis ini.

Semoga penelitian ini bermanfaat dan menjadikan maslahat buat masyarakat. Amien…

(12)

H.M. Idris A. dan Hj. Sapiah N. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan SD hingga SMA diselesaikan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalsel, sedangkan pendidikan sarjana ditempuh pada Program Studi Teknologi Pangan dan Gizi Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor dan lulus tahun 2001. Kesempatan untuk melanjutkan pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor diperoleh pada tahun 2009 dan diterima pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah melalui beasiswa pendidikan dari Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Perencana (Pusbindiklatren) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ……...……….

DAFTAR GAMBAR …...………

DAFTAR LAMPIRAN ...

iii iv v

PENDAHULUAN………..

Latar Belakang……….

Perumusan Masalah……… Tujuan dan Manfaat Penelitian………...

1 1 4 4

TINJAUAN PUSTAKA………

Pengembangan Wilayah……….

Lahan Rawa Lebak dan Pemanfaatannya ………..

Ketahanan Pangan………..

Kesesuaian Penggunaan Lahan..……….

Pemanfaatan SIG dalam Perencanaan Penggunaan Lahan ……….. Prioritas Pembangunan……….. 6 6 7 8 9 11 12

METODE PENELITIAN………..

Kerangka Pemikiran……… Lokasi dan Waktu Penelitian………..

Metode Pengumpulan Data……… Metode Analisis Data………...

a. Analisis Kesesuaian Lahan Rawa Lebak ……….……… b. Analisis Wilayah Konservasi ………. c. Analisis Location Question (LQ)……….

d. Analisis SWOT………..

13 13 16 16 16 19 19 20 21

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN……….

Kondisi Geografis……….………

Kependudukan ………..………..

Ketenagakerjaan………..……… Pendapatan Regional ..………...

(14)

Potensi Sektor Pertanian ………... 32

HASIL DAN PEMBAHASAN ………...……….

Penggunaan Lahan Eksisting Tahun 2010……….……….

Identifikasi Kesesuaian Lahan untuk Padi…………..……….

Potensi Pengembangan Lahan untuk Budidaya Padi ………..………

Keunggulan Komparatif Wilayah Sentra Produksi Padi ………

Identifikasi Wilayah yang Harus Dilindungi (Kawasan Konservasi) ………

Arahan Penatagunaan Lahan di Kabupaten Hulu Sungai Utara …………. Analisis SWOT ………

34 34 39 49 52 55 60 64

KESIMPULAN DAN SARAN …..………..

Kesimpulan ……….……….

Saran …………..……….

71 71 71

DAFTAR PUSTAKA...……….. 72

(15)

iii

DAFTAR TABEL

1. Distribusi persentase PDRB berdasarkan lapangan usaha atas dasar

harga konstan ……… 3

2. Matriks analisis penelitian ……… 17

3. Matriks SWOT ……… 22

4. Nama kecamatan, desa/kelurahan dan luas wilayah ……….. 24

5. Drainase tanah di Kabupaten Hulu Sungai Utara ……… 26

6. Kedalaman efektif tanah di Kabupaten Hulu Sungai Utara ……… 27

7. Persebaran jenis tanah di Kabupaten Hulu Sungai Utara ……….. 28

8. Jumlah rumah tangga dan penduduk Kabupaten Hulu Sungai Utara tahun 2008 ……….. 29

9. PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan Kabupaten Hulu Sungai Utara tahun 2006-2009 dalam ribuan rupiah ………. 31

10. Potensi lahan untuk tanaman pangan, luas fungsional dan rawa belum dimanfaatkan di Kabupaten Hulu Sungai Utara tahun 2008 ……….. 32

11. Areal tanam, panen dan produksi padi di Kabupaten Hulu Sungai Utara tahun 2005 s/d 2009 (GKG) ………. 33

12. Klasifikasi penggunaan lahan di Kabupaten Hulu Sungai Utara ………... 35

13. Luas kelas kesesuaian lahan padi aktual di Kabupaten Hulu Sungai Utara ……… 41

14. Luas kelas kesesuaian lahan padi potensial di Kabupaten Hulu Sungai Utara ……… 44

15. Luas potensi pengembangan lahan untuk budidaya padi ……….. 49

16. Nilai LQ luas areal tanam tanaman pangan Kabupaten Hulu Sungai Utara ……… 53

17. Ketebalan gambut di Kabupaten Hulu Sungai Utara ………... 56

18. Luas arahan penatagunaan lahan untuk padi di Kabupaten Hulu Sungai Utara ……… 62

19. Penilaian tingkat kepentingan SWOT ……… 67

20. Matriks SWOT ……… 68

(16)

DAFTAR GAMBAR

1. Diagram alur kerangka pikir penelitian ……… 15

2. Diagram alir tahapan penelitian ……….…. 18

3. Peta administrasi Kabupaten Hulu Sungai Utara ………. 25

4. Peta penggunaan lahan Kabupaten Hulu Sungai Utara ……….... 36

5. Persentase kelas penutupan lahan ……… 37

6. Kondisi penggunaan lahan eksisting ………. 38

7. Peta jenis tanah Kabupaten Hulu Sungai Utara ………... 40

8. Kondisi rawa dan belukar rawa di Kecamatan Paminggir ……….. 42

9. Peta kelas kesesuaian lahan aktual untuk padi sawah ………... 43

10. Persentase kesesuaian lahan aktual dan potensial ………. 45

11. Peta kelas kesesuaian lahan potensial untuk padi sawah ……….… 46

12. Peta Titik pengamatan (ground check) untuk kesesuaian lahan padi sawah ... 48

13. Persentase Kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk budidaya padi … 50 14. Peta potensi pengembangan lahan untuk padi ……… 51

15. Peta wilayah basis budidaya padi ……….. 54

16. Kondisi eksisting di kawasan hidrologis gambut ………. 57

17. Peta kesatuan hidrologis gambut Kalteng-Kalsel ………. 58

18. Peta kawasan lindung, sempadan sungai dan sempadan danau ………. 59

19. Persentase luas arahan penatagunaan lahan untuk padi ……….. 61

(17)

v

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kesesuaian lahan padi lebak ……….……… 75 2. Luas Areal Tanam Tanaman Pangan Kabupaten Hulu Sungai Utara

(18)

Latar Belakang

Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa aspek, yaitu pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan serta keberlanjutan yang memperhatikan kelestarian sumberdaya dan lingkungan. Keberhasilan pembangunan memerlukan kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak dan menuntut peranan masing-masing sektor. Melihat potensi yang ada, maka pertanian adalah sektor yang paling dominan dan berpotensi untuk dikembangkan. Sektor pertanian dengan segala potensinya mempunyai peranan dan kontribusi yang sangat berarti terhadap pencapaian pembangunan ekonomi bila dikelola dengan baik.

Pada pembangunan pertanian secara khusus dan pembangunan ekonomi secara umum, sub sektor pertanian tanaman pangan mempunyai posisi yang strategis sebagai penghasil bahan makanan pokok. Kondisi sekarang ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan merupakan hal penting yang harus diperhatikan bagi tercapainya ketahanan ekonomi maupun ketahanan politik. Oleh karena itu pengembangan potensi wilayah untuk meningkatkan ketahanan pangan diperlukan sesuai dengan kondisi geobiofisik dan spesifik wilayah agar menjadikan pembangunan yang berkelanjutan.

Peningkatan ketahanan pangan merupakan salah satu tujuan pembanguan nasional. Dari sisi produksi, peningkatan ketahanan pangan tersebut diupayakan melalui peningkatan produksi beras terutama yang dihasilkan dari lahan sawah. Pertimbangan yang melatarbelakangi kebijakan tersebut adalah bahwa beras merupakan bahan pangan pokok penduduk yang memiliki sumbangan paling besar terhadap konsumsi kalori.

(19)

2

padi. Lahan rawa, terutama rawa lebak yang tersebar di beberapa pulau besar di Indonesia merupakan alternatif yang dapat dipilih.

Menurut Ritung dan Hidayat (2007) potensi pengembangan sawah di Indonesia yang terluas terdapat di Papua, Kalimantan dan Sumatera, masing-masing dengan luas 5,19 juta ha, 1,39 juta ha, dan 0,96 juta ha. Lahan potensial dan tersedia untuk perluasan areal sawah di Kalimantan terdiri atas lahan rawa 0,73 juta ha dan non rawa 0,66 juta ha. Lahan potensial tersebut terdapat di Kalimantan Tengah 0,65 juta ha, Kalimantan Selatan 0,33 juta ha, Kalimanatan Timur 0,23 juta ha, dan Kalimantan Barat 0,18 juta ha. Hal ini menunjukkan bahwa Kalimantan Selatan merupakan wilayah yang potensial untuk pengembangan lahan sawah, yang salah satunya adalah Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Kabupaten Hulu sungai Utara mempunyai luas wilayah 892,7 km2, yaitu sebesar 2,38% luas Kalimantan Selatan. Secara geografis sebagian besar lahan di Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah rawa lebak. Jika diamati dari segi pemanfaatan lahan, maka sebagian besar wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara masih berupa hutan rawa yaitu seluas 29.711 ha (32,52%) dan persawahan 25.492 ha (27,91%). Adapun yang dimanfaatkan untuk pemukiman hanya sebesar 4.285 ha (4,69%), selebihnya 31.862 ha (34,88%) atau lebih dari sepertiga luas wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara masih berupa hamparan rumput rawa dan danau (BPS Kabupaten Hulu Sungai Utara, 2009). Berdasarkan Laporan Tahunan Dinas Pertanian TPH Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2010, luas lahan potensial sawah pada tahun 2009 sebesar 35.782 ha dan luas lahan fungsional yang telah diusahakan sebesar 30.610 ha dengan rata-rata produktivitas 5,86 ton/ha.

(20)

Tabel 1 Distribusi persentase PDRB berdasarkan lapangan usaha atas dasar harga konstan

No Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pertanian

Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan

Listrik dan Air Minum Bangunan

Perdagangan, Restoran dan Perhotelan Pengangkutan dan Komunikasi

Bank dan Lembaga Keuangan lainnya Jasa-jasa 33,83 0,02 10,96 0,54 6,23 19,95 7,19 3,99 18,28 34,13 0,02 10,51 0,55 6,10 19,68 7,14 3,91 17,99 34,87 0,02 10,13 0,53 6,08 19,55 6,98 3,93 17,89 35,00 0,02 9,90 0,53 6,30 19,28 6,88 4,09 18,01 Sumber data : BPS Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2010

Dari gambaran di atas terlihat bahwa berdasarkan karakteristik wilayah, data potensi pertanian padi serta data PDRB, Kabupaten Hulu Sungai Utara mempunyai potensi pertanian yang cukup besar. Namun dalam pengembangan budidaya pertanian di lahan rawa lebak tetap harus diperhatikan keseimbangan ekosistem yang ada agar keberlanjutan budidaya dan pemanfaatan lainnya tetap terjaga.

(21)

4

swasembada berkelanjutan dan peningkatan pendapatan petani melalui peningkatan efisiensi produksi dan peningkatan nilai tambah untuk masyarakat khususnya petani.

Perumusan Masalah

Salah satu program sektor pertanian dalam kaitannya dengan tujuan pembangunan nasional adalah peningkatan ketahanan pangan, dimana diharapkan dapat tercapainya swasembada beras. Dalam hal ini dilakukan upaya peningkatan produksi beras untuk mengimbangi peningkatan jumlah penduduk yang terus bertambah. Salah satu cara untuk mencapai target tersebut adalah dengan perluasan areal sawah. Namun luas lahan sawah di pulau Jawa sebagai sentra produksi beras selama ini terus mengalami penyusutan karena konversi lahan. Akibatnya alternatif untuk perluasan areal sawah yang dapat dilakukan adalah di luar pulau jawa, seperti Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Papua.

Di Kalimantan Selatan lahan yang mempunyai luasan besar dan berpotensi untuk dikembangkan adalah lahan rawa lebak. Agar pengembangan lahan untuk padi sesuai dengan daya dukungnya untuk keberlanjutan budidaya, maka diperlukan arahan pengembangan yang memperhatikan kepentingan ekonomi maupun ekologi. Berdasarkan uraian di atas, maka beberapa permasalahan pokok dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan berikut :

a. Apakah lahan yang ada menunjang untuk budidaya padi dan bagaimana keberlanjutannya?

b. Bagaimana penatagunaaan lahan yang harus dilakukan untuk pengembangan wilayah sentra produksi padi dan wilayah yang harus tetap dipertahankan sebagai wilayah konservasi (lindung) untuk menjaga keberlanjutan budidaya?

c. Bagaimana prioritas arahan pengembangan padi di Kabupaten Hulu Sungai Utara?

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

(22)

3. Mengetahui penatagunaaan lahan yang harus dilakukan untuk pengembangan wilayah sentra produksi padi dan wilayah yang harus tetap dipertahankan sebagai wilayah konservasi (lindung) untuk menjaga keberlanjutan budidaya;

4. Merumuskan prioritas kebijakan dalam pengembangan padi di Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai masukan untuk kebijakan program ketahanan pangan di Kabupaten Hulu Sungai Utara;

2. Sebagai masukan dalam menentukan arahan pengembangan padi untuk peningkatan produksi;

(23)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai tujuan agar wilayah itu berkembang menuju tingkat perkembangan yang diinginkan. Pengembangan wilayah dilaksanakan melalui optimasi pemanfaatan sumberdaya yang dimilikinya secara harmonis, serasi dan terpadu melalui pendekatan yang bersifat komprehensif mencakup aspek fisik, ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan hidup untuk pembangunan berkelanjutan. Prinsip ini juga sering disebut dengan pembangunan berkelanjutan dengan basis pendekatan penataan ruang wilayah. Pembangunan berkelanjutan dengan prinsip seperti ini harus dijadikan tujuan utama bagi pembuat keputusan kebijakan public untuk setiap tingkatan pemerintahan yang berbeda tipenya (Francis, 2001 diacu dalam Djakapermana, 2010).

Dalam pengembangan wilayah, perlu terlebih dahulu dilakukan perencanaan penggunaan lahan yang strategis yang dapat memberikan keuntungan ekonomi wilayah (strategic land-use development planning). Perencanaan penggunaan lahan yang strategis bagi pembangunan merupakan salah satu kegiatan dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lahan. Hal ini penting untuk mengetahui potensi pengembangan wilayah, daya dukung dan manfaat ruang wilayah melalui proses inventarisasi dan penilaian keadaan/kondisi lahan, potensi, dan pembatas-pembatas suatu daerah tertentu (Djakapermana, 2010).

Menurut Rustiadi et al. (2006) pembangunan berbasis pengembangan wilayah memandang penting keterpaduan antar sektoral, antar spasial, serta antar pelaku pembangunan di dalam maupun antar daerah. Keterpaduan sektoral menuntut adanya keterkaitan fungsional dan sinergis antar sektor pembangunan sehingga setiap program pembangunan sektoral selalu dilaksanakan dalam kerangka pembangunan wilayah. Pembangunan sendiri pada dasarnya dapat dianggap sebagai proses perubahan yang disusun secara

“sengaja” dan terencana untuk mencapai situasi yang sendinya terdapat proses

(24)

Lahan Rawa Lebak dan Pemanfaatannya

Menurut Noor (2007) rawa lebak diartikan sebagai kawasan rawa dengan bentuk wilayah berupa cekungan dan merupakan wilayah yang dibatasi oleh satu atau dua tanggul sungai (levee) atau antara dataran tinggi dengan tanggul sungai. Lahan rawa lebak memiliki topografi berupa cekungan dan merupakan dataran banjir dengan masa genangan lebih panjang. Pengaruh arus pasang surut dari air laut sangat lemah bahkan hampir nihil. Ketentuan umum untuk dikategorikan sebagai rawa lebak adalah apabila genangan air minimal 50 cm dan lamanya genangan minimal 3 bulan. Bentang alam (landscape) wilayah rawa lebak meliputi wilayah tanggul sungai, dataran banjir (flood-plain) sampai lahan burit (hinterland), termasuk sebagian wilayah rawa pedalaman atau rawa belakang (back swamp).

Luas lahan rawa lebak di Indonesia diperkirakan mencapai 13,28 juta ha yang terdiri atas lebak dangkal 4,167 juta ha, lebak tengahan 6,075 juta ha, dan lebak dalam 3,038 juta ha. Lahan lebak yang berpotensi untuk areal pertanian diperkirakan seluas 10,19 juta ha tetapi yang dibuka baru seluas 1,55 juta ha sedangkan yang dimanfaatkan untuk pertanian sekitar 0,729 juta ha. Dari lahan yang telah dimanfaatkan tersebut, yang ditanami padi hanya sekitar 694.291 ha dan yang ditanami padi 2 kali setahun baru sekitar 62.844 ha. Dengan demikian masih terdapat areal lahan sangat luas yang bisa dimanfaatkan untuk pertanian (Alihamsyah, 2005). Lahan rawa lebak ini utamanya tersebar di tiga pulau besar yaitu Sumatra, Kalimantan dan Papua. Sisanya tersebar di Pulau Sulawesi dan sebagian kecil Pulau Jawa. Namun dari luasan rawa lebak 13,28 juta hektar tersebut baru 730 ribu hektar yang telah direklamasi dan dimanfaatkan umumnya untuk pertanian, sisanya masih berupa lahan hutan atau rawa monoton (Balittra, 2001 diacu dalam Noor, 2007).

(25)

8

pengelolaan lahan dan tanaman terpadu, dan (b) perluasan areal tanaman pada areal lahan tidur dan pembukaan lahan baru melalui penerapan teknologi reklamasi lahan.

Ditinjau dari aspek potensi, secara umum lahan lebak sebenarnya lebih baik dari lahan pasang surut, oleh karena tanah lahan lebak tersusun dari endapan sungai (fluviatil), yang tidak mengandung bahan sulfidik/pirit. Terkecuali tentunya pada zona peralihan antara lahan lebak dan lahan pasang surut. Bagian yang potensial untuk pertanian dari lahan lebak adalah pematang (atau lebak dangkal), dan lebak tengahan, yang umumnya dijadikan persawahan lebak dengan pertanaman palawija dan sayuran pada galengan sawah, atau di bagian guludan/bedengan pada sistem surjan, terutama pada lebak pematang. Sementara lebak dalam, karena bentuknya mirip suatu cekungan, kondisi airnya relatif masih tetap dalam walaupun di musim kemarau, sehingga lebih sesuai untuk budidaya perikanan tawar (Subagyo, 2006).

Menurut Adimihardja et al. (2006) dalam pengelolaan lahan rawa ada dua prinsip yang harus dipertimbangkan, yaitu (a) apakah lahan rawa akan direklamasi secara total (total reclaimed) atau (b) hanya direklamasi sebagian (minimum disturbance). Kedua prinsip tersebut perlu ditetapkan sebelum memutuskan untuk mengelola lahan rawa, baik untuk pertanian, pemukiman transmigran maupun untuk penggunaan yang lainnya. Strategi yang akan dikembangkan di dalam mengelola lahan rawa berbeda antara kedua prinsip tersebut.

Selain sebagai sumber pertumbuhan produksi pertanian, rawa lebak juga mempunyai fungsi lingkungan, antara lain sebagai pengendali banjir, pengendali kekeringan, penyimpan dan pendaur air, penawar pencemaran lingkungan, dan penghasil bahan bakar (kayu arang, gambut). Manfaat rawa ini sebagai penyangga lingkungan, sehingga rawa sejatinya harus ditempatkan dalam suatu rancangan pengelolaan terpadu antara dua kepentingan yang saling menguntungkan, antara kepentingan produksi dengan kepentingan ekologi atau lingkungan sehingga tercapai upaya pengembangan yang seimbang dan berkelanjutan (Noor, 2007).

Ketahanan Pangan

(26)

pangan merupakan prioritas utama dalam pembangunan, karena pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi manusia, sehingga pangan sangat berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional (Wiganda, 2004).

Ketahanan pangan merupakan terjemahan dari food security mencakup banyak aspek dan luas, sehingga setiap orang mencoba menerjemahkan sesuai dengan tujuan dan ketersediaan data. Definisi ketahanan pangan berubah dari satu periode waktu ke periode waktu lainnya. Pada tahun 1970-an ketahanan pangan lebih banyak memberikan perhatian pada ketersediaan pangan tingkat global dan nasional. Sementara pada tahun 1980-an ketahanan pangan beralih ke akses pangan pada tingkat rumah tangga dan individu (Wiganda, 2004).

Pengertian ketahanan pangan yang mencakup aspek lebih luas dan bersifat universal dicetuskan dalam siding komisi ketahanan pangan FAO pada

tahun 1991 yang mendefinisikan bahwa : “Ketahanan pangan adalah suatu

kondisi ketersediaan pangan yang cukup bagi setiap orang pada setiap saat, dan setiap individu memiliki akses untuk memperolehnya baik secara fisik maupun

ekonomi”. Berdasarkan definisi tersebut, maka permasalahan substantif

ketahanan pangan tidak hanya mencakup aspek kuantitas ketersediaan pangan secara memadai, tetapi menyangkut pula aspek stabilitas ketersediaan pangan menurut waktu dan aspek aksesibilitas penduduk terhadap bahan pangan yang dibutuhkan (Soetrisno, 1998).

Kesesuaian Penggunaan Lahan

Sumberdaya lahan adalah bagian dari bentang lahan (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi, termasuk keadaan vegetasi alam yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Hal ini dapat menentukan tipe penggunaan lahan yang akan dikembangkan atau diusahakan di suatu wilayah dilihat dari karakteristik dan kualitas lahan. Aktifitas pengelolaan sumberdaya lahan pada dasarnya merupakan upaya penyesuaian antara kondisi lahan yang ada dengan persyaratan bagi komoditas pertanian (Sitorus, 2004a). Untuk itu perlu pertimbangan yang matang dalam mengambil keputusan tentang pemanfaatan lahan.

(27)

10

akan diterapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini, maka akan diketahui potensi lahan atau kelas kesesuaian/kemampuan lahan untuk tipe penggunaan lahan tersebut. Tujuan evaluasi lahan (Land evaluation atau Land Assesment) adalah menentukan nilai suatu lahan untuk tujuan tertentu. Menurut FAO (1976), dalam evaluasi lahan perlu memperhatikan aspek ekonomi, sosial, serta lingkungan yang berkaitan dengan perencanaan tataguna lahan.

Sitorus (2004b) mengemukakan bahwa metode evaluasi lahan secara langsung untuk keperluan pertanian pada dasarnya dilakukan melalui percobaan, pengumpulan dan pengolahan data hasil tanaman atau pengukuran komponen produktifitas pertanian lainnya. Produktivitas dapat diukur melalui pengumpulan data hasil tanaman yang umum dibudidayakan atau melalui penghitungan keuntungan kegiatan usaha tani pada sebidang lahan tertentu. Hasil evaluasi lahan ini menurut Ritung et al. (2007) akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Pelaksanaan evaluasi lahan dibedakan ke dalam tiga tingkatan, yaitu : tingkat tinjau dengan skala kecil hingga 1 : 250.000, semi detil dengan skala 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000, dan detil dengan skala 1 : 25.000 sampai 1 : 10.000 atau lebih besar.

Menurut Ritung et al. (2007) evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumberdaya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan untuk memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Kesesuaian lahan dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial). Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya

lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan-masukan yang diperlukan

untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan

iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi.

Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan

dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan.

(28)

dikembangkan. Menurut Sitorus (2004b) pada dasarnya evaluasi sumberdaya lahan membutuhkan keterangan-keterangan yang menyangkut tiga aspek utama yaitu : lahan, penggunaan lahan, dan aspek ekonomis. Lebih jauh dijelaskan bahwa manfaat mendasar dari evaluasi sumberdaya lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan penggunaan lahan yang akan dilakukan.

Pemanfaatan SIG dalam Perencanaan Penggunaan Lahan

Sistem Informasi Geografis (SIG) menurut Barus dan Wiradisastra adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat geografi. Sistem Informasi Geografi (SIG) atau Geographic Information System (GIS) merupakan suatu sistem komputer untuk menangkap, mengatur, mengintegrasi, memanipulasi, menganalisis dan menyajikan data yang bereferensi ke bumi. Dengan kata lain SIG adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk data yang bereferensi spasial bersamaan dengan seperangkat operasi kerja.

Peranan Sistem Informasi Geografi (SIG) dewasa ini semakin penting diberbagai aspek kehidupan. Melalui SIG berbagai macam informasi dapat dikumpulkan, diolah dan dianalisis serta dikaitkan dengan letaknya di muka bumi. Menurut Danudoro (2006) SIG tumbuh sebagai respon atas kebutuhan akan pengelolaan data keruangan yang lebih efisien dan mampu menyelesaikan masalah-masalah keruangan. Secara garis besar perkembangan SIG dipicu oleh setidak-tidaknya tiga hal utama, yaitu : (a) perkembangan teknologi komputer dan sistem informasi, (b) perkembangan metode analisis spasial di bidang geografi dan ilmu keruanngan lainnya, dan (c) tuntutan kebutuhan aplikasi yang menginginkan kemampuan pemecahan masalah di bidang masing-masing, yang terkait dengan aspek keruangan (spasial).

(29)

12

kemampuan untuk mengintegrasikan berbagai data termasuk data digital dan data penginderaan jauh, (d) potensi untuk pemetaan perubahan melalui program pemantauan, dan (e) kemampuan untuk mengintegrasikan pemodelan.

Prioritas Pembangunan

Sektor prioritas merupakan sektor basis yang memiliki potensi optimal dalam pembangunan daerah. Sektor prioritas atau sektor strategis merupakan sektor yang memberikan sumbangan besar dalam perekonomian wilayah serta keterkaitan sektoral dan aspek spasialnya, mengingat besarnya sumbangan sektor prioritas dalam perekonomian wilayah maka program-program pembangunan diarahkan kepada sektor ini untuk memperoleh hasil pembangunan yang optimal (Anwar dan Rustiadi, 2000).

(30)

Kerangka Pemikiran

Pembangunan yang dilaksanakan di suatu wilayah merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mengelola sumberdaya yang dimiliki. Untuk itu dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan potensi wilayah dan berbagai faktor seperti sumberdaya alam, sumberdaya manusia, modal, teknologi dan kelembagaan. Pengembangan wilayah diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Oleh karena itu perlu diperhatikan prioritas sektor-sektor yang semestinya dikembangkan, yaitu yang mampu memberikan kontribusi besar bagi pembangunan wilayah.

Sektor yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah sektor pertanian khususnya padi sebagai tanaman pangan yang merupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Potensi pengembangan padi yang besar ini karena adanya lahan rawa lebak yang masih sangat luas dan belum dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu diperlukan penelitian dengan tujuan mengidentifikasi dan menganalisis pengembangan wilayah untuk perluasan lahan padi berdasarkan pada potensi wilayah yang mengacu pada tiga aspek yaitu aspek spasial, aspek biofisik dan aspek sosial ekonomi. Aspek spasial berhubungan dengan lahan yang diprioritaskan dalam pengembangan wilayah berdasarkan potensi pertanian padi. Aspek biofisik merupakan lahan yang sesuai secara aktual maupun potensial untuk padi berdasarkan kesesuaian lahan. Aspek sosial ekonomi adalah aspek yang menyangkut input dalam produksi padi termasuk sarana/prasarana sehingga usaha tani padi dinilai menguntungkan.

(31)

14

dilakukan overlay dan query terhadap peta jenis tanah dan peta ketebalan gambut, sehingga dihasilkan peta kesesuaian lahan. Setelah diketahui wilayah yang sesuai untuk budidaya padi dan dibuat peta kesesuaian lahannya dilakukan overlay dengan peta penggunaan lahan saat ini (landuse existing).

Penentuan wilayah yang menjadi prioritas pengembangan padi menggunakan pendekatan basis ekonomi dengan analisis Location Question (LQ). Dengan analisis ini didapatkan kecamatan yang menjadi basis produksi padi dan non-basis dengan indikator luas tanam pertanian tanaman pangan. Bila hasil LQ suatu wilayah lebih dari satu maka wilayah tersebut merupakan wilayah yang cocok untuk pengembangan pertanian padi (wilayah basis), demikian sebaliknya.

Analisis SWOT digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan berdasarkan analisis penulis dan mengkombinasikan dengan pendapat berbagai kalangan terutama para pembuat kebijakan di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara. Dari sini didapatkan arahan prioritas pengembangan lahan padi di Kabupaten Hulu Sungai Utara yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan ketahanan pangan.

Dalam penentuan areal pengembangan wilayah untuk produksi padi juga diperhatikan wilayah konservasi yang harus dilindungi demi keberlanjutan produksi pertanian dan kelestarian lingkungan. Hal yang paling berperan dalam hal ini adalah wilayah gambut. Untuk itu dilakukan analisis wilayah yang harus dilindungi (konservasi) berdasarkan data penggunaan lahan existing, kondisi kesatuan hidrologis gambut dan keadaan wilayah (spasial dan biofisik) dengan memperhatikan kawasan lindung gambut, sempadan sungai, dan sempadan danau. Dalam hal ini harus dilihat satu kesatuan wilayah fungsional daerah aliran sungai dan sekitarnya.

(32)

Potensi Wilayah

- Aspek Spasial - Aspek Biofisik

- Aspek Sosial Ekonomi

Analisis wilayah basis/sentra

Sentra Wilayah Komoditas Padi - Peta jenis tanah

- Peta ketebalan gambut - Pengamatan lapangan - Wawancara dengan

penduduk setempat

Analisis Kesesuaian Lahan

Kelas Kesesuaian Lahan Padi Penggunaan Lahan Existing

(Landuse/Landcover)

Areal Pengembangan Wilayah untuk

Produksi Padi

Analisis SWOT Sesuai aktual Tidak Sesuai

Perbaikan faktor pembatas

Arahan :

- Wilayah Pengembangan Budidaya Padi - Wilayah konservasi untuk keberlanjutan

budidaya dan kelestarian lingkungan

- Prioritas kebijakan dalam pengembangan padi

[image:32.595.85.545.74.762.2]

Survey responden

Gambar 1 Diagram alur kerangka pikir penelitian. Analisis Wilayah yang

harus dilindungi (Konservasi)

Wilayah yang harus dilindungi

(Konservasi)

Citra Alos

(33)

16

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Hulu Sungai Utara Propinsi Kalimantan Selatan yang secara geografis terletak pada 2o17’ sampai 2o33’ Lintang Selatan dan antara 114o52’ sampai 115o24’ Bujur Timur. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus – Desember 2010.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara : a. Studi data sekunder

Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura serta instansi-instansi lain yang berkompeten dengan data-data yang diperlukan. Data-data tersebut diantaranya adalah Peta administrasi, Peta jenis tanah, data luas lahan dan produksi pertanian tanaman padi serta data pokok Kab. Hulu Sungai Utara.

b. Wawancara, pengisian kuesioner dan ground check

Wawancara dilakukan dengan berbagai pihak dan stakeholder, diantaranya pihak pemerintah (Bappeda, Dinas Pertanian TPH, Dinas Perkebunan, Badan Penyuluh Pertanian, Peternakan, Perikanan, Perkebunan dan Kehutanan), petani, pengusaha penggilingan padi serta tokoh masyarakat.

Metode Analisis Data

(34)

Tabel 2 Matriks analisis penelitian

No. Tujuan Metode

Analisis Data Output

1. Mengklasifikasikan penggunaan lahan tahun 2010 On screen digitation Citra ALOS AVNIR, Landsat dan Geoeye (Google Earth) Peta penggunaan lahan tahun 2010

2. Mengidentifikasi potensi lahan untuk pemanfaatan lahan padi Analisis kesesuaian lahan

 Peta jenis tanah Peta gambut  Peta

penggunaan lahan tahun 2010

 Peta kesesuaian lahan padi aktual

 Peta kesesuaian lahan padi potensial  Peta potensi

pengembangan lahan padi

3. Mengidentifikasi wilayah yang harus dilindungi (konservasi) Analisis wilayah yang harus dilindungi (konservasi)

 Peta

penggunaan lahan tahun 2010

 Peta gambut  Data-data

pendukung (sempadan sungai, sempadan danau) Peta wilayah konservasi

4. Mengetahui sentra produksi padi berdasarkan keunggulan komparatif Analisis Location Question (LQ)

Luas areal tanam tanaman pangan per kecamatan tahun 2009 Mengetahui wilayah basis komoditas padi

5. Merumuskan prioritas kebijakan dalam

pengembangan padi di Kab. HSU

(35)

18

Gambar 2 Diagram alir tahapan penelitian. Peta Jenis Tanah

Peta Gambut

Analisis kesesuaian lahan (overlay, dll)

Kelas kesesuaian lahan padi aktual

Peta Penggunaan Lahan Existing (LULC)

Peta potensi pengembangan padi

Sentra produksi Padi (Analisis LQ)

Peta basis pengembangan padi

Peta Potensi pengembangan padi berdasarkan kesesuaian lahan, wilayah konservasi, penggunaan lahan existing

Analisis SWOT

- Peta penatagunaan lahan untuk wilayah pengembangan budidaya padi dan wilayah konservasi

- Prioritas kebijakan dalam pengembangan padi Klasifikasi

Wilayah Konservasi Citra ALOS AVNIR

Landsat Geoeye

Wilayah Gambut Sempadan Sungai Sempadan Danau

(36)

Beberapa analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Analisis Kesesuaian Lahan Rawa Lebak

Analisis ini menilai kesesuaian lahan padi pada rawa lebak. Untuk mengidentifikasi kesesuaian lahan padi di rawa lebak ini dilakukan klasifikasi kesesuaian lahan berdasarkan Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian Balai Besar Penelitian Tanah Departemen Pertanian tahun 2003. Data yang digunakan untuk klasifikasi ini adalah peta jenis tanah tingkat sub group dengan skala 1 : 50.000. Dalam hal ini dilakukan overlay dan query terhadap peta jenis tanah dan peta ketebalan gambut, sehingga dihasilkan peta kesesuaian lahan aktual. Setelah diketahui wilayah yang sesuai untuk budidaya padi dan dibuat peta kesesuaian lahannya dilakukan overlay (tumpang tindih) dengan peta administrasi skala 1:50.000. Adapun untuk kesesuaian lahan potensial pengembangan padi dilakukan dengan menaikkan kelas kesesuaian yang memungkinkan untuk dinaikkan satu tingkat karena faktor pembatas yang masih dimungkinkan untuk diatasi. Secara teknis hal yang dilakukan sama seperti analisis kesesuaian lahan aktual.

Untuk melihat potensi pengembangan dilakukan overlay antara peta kesesuaian lahan potensial dengan peta penggunaan lahan existing tahun 2010 yang diperoleh berdasarkan hasil klasifikasi landuse/landcover dari citra ALOS AVNIR, landsat dan geoeye (google earth) dan hasil pengamatan serta wawancara di lapangan. Dalam hal ini dilakukan dengan memetakan lahan sawah yang sudah eksisting dan lahan-lahan selain sawah yang berpotensi untuk pengembangan padi yaitu belukar rawa dan rawa.

b. Analisis Wilayah Konservasi

(37)

20

sempadan sungai dan sempadan danau. Kawasan lindung gambut, sempadan sungai dan sempadan danau yang akan dijadikan wilayah lindung mengacu kepada Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung. Dalam hal ini dilakukan query terhadap kawasan hidrologis gambut yang mempunyai ketebalan gambut sesuai untuk kawasan lindung. Untuk sempadan sungai dan danau dilakukan buffer terhadap sungai dan danau dengan jarak yang sesuai dengan aturan di atas.

c. Analisis Location Question (LQ)

Analisis LQ digunakan untuk mengetahui lokasi pemusatan/basis aktivitas dan menunjukkan peranan sektor dan mengetahui kapasitas ekspor perekonomian wilayah serta tingkat kecukupan barang/jasa dari produksi suatu wilayah. Untuk komoditas yang berbasis lahan seperti tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan, perhitungannya didasarkan pada lahan pertanian (luas panen atau luas tanam), produksi atau produktivitas (Hendayana, 2003). Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah (1) kondisi geografis relative seragam, (2) pola-pola aktivitas bersifat seragam dan (3) setiap aktivitas menghasilkan produk yang sama. Nilai LQ diketahui dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

= Nilai LQ untuk aktivitas ke-j di wilayah ke-i = derajat aktivitas ke –j pada wilayah ke-i = derajat aktivitas total pada wilayah ke-i = derajat aktifitas ke-j pada total wilayah = derajat aktifitas total wilayah

i = wilayah/kecamatan yang diteliti j = aktivitas ekonomi yang dilakukan

Metode LQ pada penelitian ini digunakan untuk :

 Menganalisis keunggulan komparatif sub sektor tanaman pangan pertanian di tiap wilayah (kecamatan).

(38)

Interpretasi hasil analisis adalah sebagai berikut :

 Jika nilai > 1, komoditi tanaman pangan ke-i memiliki keunggulan komparatif untuk dikembangkan di suatu wilayah (kecamatan)

 Jika nilai < 1, komoditi tanaman pangan ke-i tidak memiliki keunggulan komparatif untuk dikembangkan di suatu wilayah (kecamatan)

d. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis guna merumuskan strategi atau kebijakan, dimana analisis SWOT ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threat). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan (Rangkuti, 2008). Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

Menurut Iskandarini (2002), proses penyusunan strategis dengan metode SWOT dilakukan dengan melalui tiga tahap analisis, yaitu tahap analisis masukan, tahap analisis pencocokan, dan tahap analisis pengambilan keputusan. Keputusannya didasarkan atas justifikasi yang dibuat secara kualitatif maupun kuantitatif, terstruktur maupun tidak terstruktur, sehingga dapat diambil keputusan yang signifikan dengan kondisi yang ada.

(39)

22

Tahap kedua adalah tahap analisis pencocokan yaitu tahap yang mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap pengembangan wilayah berdasarkan potensi pertanian padi dengan menyusun hasil inventarisasi faktor peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang akan dimasukkan dalam faktor internal dan faktor eksternal. Langkah berikutnya adalah pencocokan dengan menggunakan matriks SWOT (Tabel 3).

Tabel 3 Matriks SWOT Internal Eksternal

Kekuatan (Strength)

Kelemahan (Weakness) Peluang

(Oppurtunity) Strategi SO Strategi WO Ancaman

(Threat) Strategi ST Strategi WT

Dari hasil analisis pencocokan faktor internal dan eksternal, diperoleh empat tipe strategi yaitu:

1. Strategi SO, menggunakan kekuatan internal untuk meraih dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada

2. Strategi WO, strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada

3. Strategi ST, adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasai ancaman

4. Strategi WT, merupakan taktik untuk bertahan yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan-kelemahan intemal serta menghindar dari ancaman-ancaman lingkungan.

Tahap ketiga yaitu tahap analisis pengambilan keputusan. Langkah ini adalah tahap terakhir dalam menentukan alternatif strategi terpilih yang mungkin dapat diimplementasikan. Teknik analisis yang dipakai yaitu menyusun daftar prioritas yang harus diimplementasikan.

Adapun tahapan analisis adalah sebagai berikut :

Tahap 1 : Memahami situasi dan informasi yang ada

(40)

Tahap 3 :Menciptakan berbagai alternatif dan memberikan berbagai alternatif pemecahan

Tahap 4 : Evaluasi pilihan alternatif dan pilih alternatif yang terbaik.

(41)

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kondisi Geografis

Kabupaten Hulu Sungai Utara memiliki luas wilayah seluruhnya 892,7 km persegi atau hanya 2,38 % dari luas propinsi Kalimantan Selatan. Secara umum Kabupaten Hulu Sungai Utara terletak pada koordinat 2 sampai 3 Lintang Selatan dan 115 sampai 116 Bujur Timur. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebelah Utara berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Tengah dan kabupaten Tabalong; sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah; sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Balangan; dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Barito Selatan Propinsi Kalimantan Tengah.

Dari total luas wilayah yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Utara, sebagian besar terdiri atas dataran rendah yang digenangi oleh lahan rawa baik yang tergenang secara monoton maupun yang tergenang secara periodik. Kurang lebih 570 km persegi adalah merupakan lahan rawa dan sebagian besar belum termanfaatkan secara optimal.

[image:41.595.114.509.510.744.2]

Kabupaten Hulu Sungai Utara dengan ibukota Amuntai secara administrasi wilayah terbagi dalam 10 kecamatan, dengan 219 desa dan 5 kelurahan yang ada seperti yan terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Nama kecamatan, desa/kelurahan dan luas wilayah No Kecamatan Ibukota Kecamatan Jumlah Desa/

Kelurahan

Luas Wilayah (km2) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Danau Panggang B a b i r i k Sungai Pandan Amuntai Selatan Amuntai Tengah B a n j a n g Amuntai Utara Haur Gading Sungai Tabukan Paminggir

Danau Panggang B a b i r i k A l a b i o Telaga Silaba A m u n t a i B a n j a n g Sungai Turak Haur Gading Sungai Tabukan Paminggir 16 23 33 30 29 20 26 18 17 7 224,49 77,44 45,00 183,16 57,00 41,00 45,09 34,15 29,24 156,13

J U M L A H 219 892,70

(42)
[image:42.842.127.769.68.468.2]
(43)

26

Kabupaten Hulu Sungai Utara merupakan wilayah yang terdiri dari dataran rendah dengan ketinggian berkisar antara 0-7 m dari permukaan laut. Daerah yang tersisa dari pemekaran wilayah dengan Kabupaten Balangan adalah daerah yang didominasi oleh lahan rawa baik yang tergenang terus-menerus maupun tergenang secara periodik. Adapun untuk kelerengan tanah di Kabupaten Hulu Sungai Utara hanya ada satu, yaitu kelas lereng yaitu 0 – 2% untuk seluruh luas wilayah, sehingga dapat dikatakan bahwa Kabupaten Hulu Sungai Utara mempunyai lahan yang landai pada seluruh wilayah. Kelas lereng ini sangat cocok untuk budidaya pertanian.

[image:43.595.110.506.474.730.2]

Drainase tanah perlu diketahui untuk menentukan dan memilih jenis komoditi yang akan dibudidayakan dalam bidang pertanian. Drainase tanah terdiri dari tiga kelas, yaitu tidak pernah tergenang (A), tergenang periodik (B), dan tergenang terus-menerus (C). Drainase tanah di Kabupaten Hulu Sungai Utara yang paling dominan adalah tergenang secara periodik yang mencapai luas 87.916 ha atau 98,48% dari luas wilayah. Sedangkan yang tergenang terus-menerus seluas 1.239 ha atau 1,39% dari luas wilayah, yang terdapat di Kecamatan Danau Panggang dan Amuntai Selatan, dan yang tidak pernah tergenang hanya terdapat di Kecamatan Amuntai Utara seluas 115 ha atau 0,13% dari luas wilayah.

Tabel 5 Drainase tanah di Kabupaten Hulu Sungai Utara

Kecamatan Drainase Tanah (ha) Jumlah (ha)

A B C

Danau Panggang Paminggir

B a b i r i k Sungai Pandan Sungai Tabukan Amuntai Selatan Amuntai Tengah B a n j a n g Amuntai Utara Haur Gading

- - - - - - - 115 - 22.449 14.953 7.744 4.500 2.924 17.746 5.699 4.101 4.385 3.415 - 669 - - - 570 - - - - 22.449 15.622 7.744 4.500 2.924 18.316 5.699 4.101 4.500 3.415

Jumlah 115 87.916 1.239 89.270

(44)
[image:44.595.71.483.283.561.2]

Kedalaman efektif tanah di Kabupaten Hulu Sungai Utara termasuk baik, hal ini terlihat dari besarnya luas tanah yang memiliki kedalaman efektif lebih dari 90 cm yaitu mencapai 54.167 ha atau 60,88% dari luas wilayah. Pada kondisi ini semua tanaman dapat tumbuh dengan baik. Kedalaman efektif tanah 60 – 90 cm seluas 850 ha atau 0,95% dari luas wilayah, dapat dimanfaatkan untuk budidaya kering dan basah. Sedangkan kedalaman efektif tanah 30 – 60 cm, seluas 34.253 ha atau 38,37% dari luas wilayah, dapat dimanfaatkan untuk budidaya basah dan kering, tetapi hanya untuk jenis tanaman tertentu. Luas kedalaman efektif tersebut secara rinci dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 6 Kedalaman efektif tanah di Kabupaten Hulu Sungai Utara K e c a m a t a n

Kedalaman Efektif Tanah (ha)

Jumlah (ha) 30 – 60 cm 60 – 90 cm > 90 cm

Danau Panggang dan Paminggir B a b i r i k

Sungai Pandan dan Sungai Tabukan

Amuntai Selatan Amuntai Tengah B a n j a n g Amuntai Utara dan Haur Gading 25.688 4.690 - 3.875 - - - - - - - - - 850 12.374 3.054 7.424 14.441 5.699 4.101 7.074 38.062 7.744 7.424 18.316 5.699 4.101 7.924

J u m l a h 34.253 850 54.167 89.270

Sumber : Bappeda Kab. Hulu Sungai Utara, 2009

Ada 4 (empat) jenis tanah yang terdapat di kabupaten Hulu Sungai Utara yaitu kompleks podsolik merah kuning dan latosol, podsolik merah kuning, alluvial, dan organosol gleihumus. Tabel berikut menggambarkan persebaran jenis tanah pada masing-masing kecamatan di Hulu Sungai Utara

.

(45)

28

Tabel 7 Persebaran jenis tanah di Kabupaten Hulu Sungai Utara

K e c a m a t a n

Jenis Tanah (ha)

Jumlah (ha)

1 2 3 4

Danau Panggang dan Paminggir

B a b i r i k

Sungai Pandan dan Sungai Tabukan Amuntai Selatan Amuntai Tengah B a n j a n g

Amuntai Utara dan Haur Gading - - - - - - 605 - - - - 2.330 - - 19.182 7.744 7.424 7.396 7.470 - 6.724 18.880 - - 10.920 - - 595 38.062 7.744 7.424 18.316 9.800 - 7.924

J u m l a h 605 2.330 55.940 30.395 89.270

Sumber data : Bappeda Kab. Hulu Sungai Utara, 2009

Keterangan : 1 : kompleks podsolik merah kuning dan latosol

2 : podsolik merah kuning

3 : alluvial

4 : organosol gleihumus

Secara keseluruhan jenis tanah yang terbanyak ditemukan di kabupaten Hulu Sungai Utara adalah alluvial yakni seluas 55.940 ha. Jenis tanah alluvial ini terdapat pada seluruh kecamatan yang ada dimana yang terluas di kecamatan Danau Panggang dan Paminggir seluas 19.182 ha. Pada kecamatan lain juga umumnya didominasi oleh jenis tanah ini dibandingkan dengan jenis tanah lainnya.

Jenis tanah lainnya yang agak dominan selain alluvial adalah organosol gleihumus yang terdapat di kecamatan Amuntai Utara seluas 595 ha, Amuntai Selatan seluas 10.920 ha, dan Danau Panggang dengan luas persebaran 18.880 ha. Untuk jenis tanah kompleks podsolik merah kuning dan latosol hanya terdapat di kecamatan Amuntai Utara seluas 605 ha, dan jenis tanah podsolik merah kuning terdapat hanya di Amuntai Tengah dengan luas 2.330 ha.

(46)

propinsi. Selain itu air sungai digunakan sebagai sumber air untuk keperluan pertanian di Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Sungai-sungai besar yang mempunyai potensi dan peranan yang cukup besar bagi masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah Sungai Tabalong (mengalir dari arah Kabupaten Tabalong), Sungai Balangan (mengalir dari arah Kabupaten Balangan) dan Sungai Nagara serta sungai-sungai kecil lainnya.

Kependudukan

Berdasarkan data dari BPS kabupaten Hulu Sungai Utara tahun 2009, jumlah penduduk di kabupaten Hulu Sungai Utara berjumlah 216.181 jiwa yang tersebar pada 10 kecamatan, 219 desa/kelurahan dan terdiri dari 53.679 rumah tangga. Pada tabel berikut dapat dilihat penyebaran penduduk di kabupaten Hulu Sungai Utara berdasarkan masing-masing kecamatan.

Tabel 8 Jumlah rumah tangga dan penduduk Kabupaten Hulu Sungai Utara tahun 2008

Kecamatan Rumah Tangga

Jenis Kelamin

Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan

Danau Panggang B a b i r i k Sungai Pandan Amuntai Selatan Amuntai Tengah B a n j a n g Amuntai Utara Haur gading Sungai Tabukan Paminggir 4.837 4912 6864 7504 11.387 3678 5224 3585 3936 1752 10551 9552 13.125 13.088 23.292 8.440 10.138 7.595 7945 3597 10340 9413 13697 13457 23339 8179 11124 7980 7760 3569 20.891 18.965 26.822 26.545 46.631 16.619 21.262 15.575 15.705 7.165 J u m l a h 53.679 107.324 108.857 216.181

Sumber data : BPS Kab. Hulu Sungai Utara, 2009

(47)

30

Pandan merupakan kecamatan berpenduduk terpadat kedua dengan jumlah penduduk sebesar 26.822 jiwa, dan diikuti oleh kecamatan Amuntai Selatan sebagai kecamatan ketiga terpadat dengan jumlah penduduk 26.545 di kabupaten Hulu Sungai Utara. Kecamatan Paminggir merupakan kecamatan berpenduduk paling sedikit yakni masing-masing berjumlah 7.165 jiwa. Secara keseluruhan jumlah penduduk dengan jenis kelamin laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan penduduk perempuan dengan sex ratio sebesar 98,59. Dari total luas wilayah di kabupaten Hulu Sungai Utara, maka terdapat kepadatan penduduk rata-rata per km2 adalah sebesar 236 jiwa.

Pertumbuhan penduduk di kabupaten Hulu Sungai Utara selama 11 tahun terakhir relatif kecil. Dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2005 terjadi pertambahan jumlah penduduk di bawah 1% pertahun, kecuali pada tahun 2003 terjadi pertumbuhan yang cukup besar mencapai 3,33%.

Ketenagakerjaan

Di Kabupaten Hulu Sungai Utara, penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) sekitar 73,90% merupakan angkatan kerja. Dari jumlah tersebut 70,36% adalah mereka yang bekerja sedangkan 3,54% merupakan pengangguran yang didalamnya adalah termasuk mereka yang sedang mencari pekerjaan, sedang mempersiapkan usaha, dan mereka yang sudah mendapat pekerjaan tapi belum mulai bekerja.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) didefinisikan sebagai perbandingan antara penduduk yang terlihat dengan kegiatan ekonomi atau yang disebut angkatan kerja (berumur 15 tahun ke atas). Sedangkan Tingkat Pengagguran Terbuka (TPT) adalah perbandingan antara penduduk yang mencari pekerjaan dengan angkatan kerja. Besar kecilnya TPAK dan TPT dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain struktur umur, tingkat pendidikan dan kesempatan kerja. TPAK Hulu Sungai Utara adalah sebesar 73,90%, dimana TPAK perempuan ( 65,11% ) lebih kecil dibanding TPAK laki-laki ( 83,64% ). Hal ini kemungkinan disebabkan karena penduduk perempuan lebih banyak memilih tugas sebagai ibu rumah tangga, selain itu karena rata-rata pendidikan penduduk perempuan yang lebih rendah dari penduduk laki-laki , lebih membatasi peluang perempuan untuk bersaing dengan laki-laki di pasar kerja.

(48)

tidak mendapat perhatian yang serius , maka bisa menimbulkan masalah sosial dalam masyarakat di samping sulitnya mencapai keberhasilan pembangunan / kesejahteraan masyarakat.

Pendapatan Regional

Kondisi perekonomian suatu daerah sangat tergantung pada potensi sumberdaya alam yang dimiliki dan kemampuan daerah tersebut untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Semua kebijakan, program dan kegiatan dalam rangka pembangunan dilaksanakan. Hasil yang dapat dilihat salah satunya melalui PDRB. Berikut adalah PDRB Kabupaten Hulu Sungai Utara dari tahun 2006 hingga 2009.

Tabel 9 PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan kabupaten Hulu Sungai Utara tahun 2006 – 2009 dalam ribuan rupiah.

Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009

1. Pertanian 2. Pertambangan &

Penggalian

3. Industri pengolahan 4. Listrik dan air

minum 5. Bangunan 6. Perdagangan,

Hotel & Restoran 7. Angkutan dan

Komunikasi 8. Bank & Lembaga

Keuangan lainnya 9. Jasa-jasa

230.056.136 145.518 76.822.553 3.813.626 43.656.566 139.886.105 50.435.146 27.968.094 124.591.455 253.295.516 149.444 78.011.900 4.040.932 45.302.292 146.015.355 52.892.312 29.015.165 133.469.262 275.563.276 155.102 80.055.090 4.223.558 48.081.208 154.605.806 55.202.391 31.143.824 141.444.882 291.105.400 160.147 82.348.719 4.408.328 52.430.414 160.385.861 57.266.586 34.029.255 149.834.393

TOTAL PDRB 700.956.621 742.192.179 790.475.137 831.969.107

Sumber data : BPS Kab. Hulu Sungai Utara, 2010

[image:48.595.72.479.346.583.2]
(49)

32

Potensi Sektor Pertanian

Kabupaten Hulu Sungai Utara dengan kondisi wilayahnya yang banyak digenangi oleh rawa baik yang tergenang secara monoton atau secara periodik (pasang surut) memerlukan pengaturan kedalaman air untuk dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Selama ini telah banyak digunakan sistem polder untuk mengatur elevasi air sesuai dengan kebutuhan penggunaan lahan yang akan diusahakan.

Di kabupaten Hulu Sungai Utara terdapat 8 polder dengan luas areal keseluruhan adalah 18.198 hektar. Adapun yang efektif diairi adalah Polder Alabio seluas 6.000 ha, Polder Bakar seluas 2.400 ha, Polder Simpang Empat seluas 1.346 ha, Polder Padang Gusti seluas 471 ha, Polder Pakacangan seluas 1.831 ha, Polder Murung Bayur seluas 1.750 ha, Polder Kaludan seluas 2.400 ha, dan polder Rawa Pinang Habang seluas 2.000 ha.

Luas potensi lahan di Kabupaten Hulu Sungai Utara tahun 2008 yang dapat digunakan untuk tanaman pangan mencapai lebih kurang 61.067 Ha, sedangkan fungsional lahan seluas 32.164 Ha. Potensi lahan untuk tanaman pangan, luas yang sudah dimanfaatkan dan yang belum dimanfaatkan dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10 Potensi Lahan untuk Tanaman Pangan, Luas Fungsional dan rawa belum dimanfaatkan di Kabupaten Hulu Sungai Utara tahuin 2008

No Kecamatan

Potensi untuk tanaman Pangan Jumlah Fungsional Tanaman Pangan Jumlah Lahan Sawah Bukan sawah Rawa belum di usahakan Lahan Sawah Bukan Sawah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Dn.Panggang Paminggir Babirik Sei.Pandan Sei.Tabukan Amt.Selatan Amt.Tengah Banjang Amt.Utara Haur gading 3.840 300 6.150 3.958 2.426 7.113 3.627 3.385 2.997 1.978 76 5.376 180 192 125 1.864 389 381 643 670 5.721 1.457 5 - 135 7.739 24 - 203 105 9.637 7.133 6.343 4.150 2.686 16.716 4.040 3.766 3.843 2.753 2.826 - 5.464 3.605 2.356 4.224 3.627 3.373 2.392 1.779 76 24 157 192 125 540 366 381 381 276 2.902 24 5.621 3.797 2.481 4.763 3.993 3.754 2.773 2.055

Jumlah 35.782 9.896 15.389 61.067 29.646 2.518 32.164

[image:49.595.70.534.474.737.2]
(50)

Produksi padi di Kabupaten Hulu Sungai Utara tahun 2008 sebesar 161.343 ton GKG diperoleh dari luas panen 28.629 Ha dengan rata-rata hasil 56,36 Ku/ha. Pencapaian produksi padi tahun 2009 s

Gambar

Gambar 1  Diagram alur kerangka  pikir penelitian.
Tabel 4  Nama kecamatan, desa/kelurahan dan luas  wilayah
Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Hulu Sungai Utara
Tabel 5  Drainase tanah di Kabupaten Hulu Sungai Utara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi lahan potensial untuk ekstensifikasi sawah, (2) mengetahui wilayah sentra produksi padi sawah berdasarkan keunggulan

Dari gambaran di atas terlihat bahwa lahan rawa lebak memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai lahan usahatani dengan potensi daya saing yang

Untuk menambah pilihan petani pada agro- ekosistem lahan rawa, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) telah menghasilkan galur harapan padi rawa yang memiliki potensi

Untuk menjawab tujuan ketiga yaitu menganalisis pengeluaran konsumsi dan ketahanan pangan rumah tangga petani padi lahan rawa lebak di Sumatera Selatan maka

Produksi padi pada lahan rawa lebak di Lampung masih berpeluang ditingkatkan dengan meningkatkan indeks pertanaman dan produktivitas dengan menerapkan inovasi pengelolaan

Luas pemilikan lahan lebak rata-rata petani 2,25 ha dengan kisaran 0,5 – 4 ha dan kisaran usahatani adalah 0,5 – 2,0 ha semen- tara luas pertanaman jagung adalah 0,15 - 0,4

Hasil produksi padi organik mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 untuk meramalkan produksi padi organik tahun 2016 sampai dengan tahun 2021 dan

Berdasarkan hasil analisis pembagian kerja untuk aktivitas usahatani padi, sayuran dan ternak itik yang ditampilkan pada Tabel 2, 3 dan 4 terlihat bahwa peran dan kontribusi laki-laki