• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Buku Cerita Bergambar Tradisi Pawang Hujan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Buku Cerita Bergambar Tradisi Pawang Hujan"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR TRADISI PAWANG HUJAN

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2013-2014

Oleh:

Fikri Hidayat 51910020

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Fikri Hidayat

Tempat Tanggal Lahir : Sukabumi, 12 April 1992

Pendidikan : Formal

English Course, LPBE LIA Galaxy.

Pengalaman :

a. Freelance Designer di Seven Dwarfs Jeans, Malang

b. Desainer Grafis di Straglam Magazine, Bandung. (1 Tahun)

(4)

vi BUKU CERITA ILUSTRASI PAWANG HUJAN ...5

II.1. Tinjauan Tentang Buku...5

(5)

vii

II.2 Ilustrasi... ...6

II.2.1 Fungsi dan Jenis Ilustrasi.. ...7

II.3 Tinjauan Tentang Budaya...8

II.3.1 Budaya Lokal...9

II.4 Pawang Hujan Sebagai Salah Satu Budaya Lokal...10

II.4.1 Persepsi Masyarakat Tentang Pawang Hujan...11

II.4.3 Fakta Tentang Pawang Hujan...12

II.4.3 Bukti Pawang Hujan Masih Ada Hingga Saat Ini...15

II.5 Buku Ilustrasi Tentang Budaya Lokal...17

II.6 Kesimpulan dan Solusi…...18

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP...20

III.1.1 Target Audiens...19

III.1.2 Pendekatan Komunikasi...20

III.1.3 Strategi Kreatif...23

III.1.4 Strategi Media...24

III.1.5 Strategi Distribusi...26

III.2 Konsep Visual...28

III.2.1 Format Desain...28

III.2.2 Tata Letak (Layout)...29

(6)

viii

III.2.3.1 Tipografi Judul...30

III.2.3.2 Tipografi Narasi dan, Dialog, dan Credit...30

III.2.4 Studi Ilustrasi...32

III.2.4.1 Studi Karakter...32

III.2.4.2 Studi Lokasi...,...32

III.2.4.3 Studi Properti...33

III.2.5 Studi Warna...38

BAB IV TEKNIK PRODUKSI MEDIA...35

IV.1 Media Utama...35

IV.2 Media Pendukung...38

IV.2.1 Poster...39

IV.2.2 Flyer...40

IV.2.3 T-Shirt... 41

IV.2.4 Pembatas Buku...42

IV.2.5 X-Banner...43

IV.2.6 Totebag...44

IV.2.7 Gantungan Kunci...45

IV.2.8 Stiker...46

DAFTAR PUSTAKA...47

(7)

47 DAFTAR PUSTAKA

Idham, L. (2012). Psikologi Persepsi. Bandung: Universitas Komputer Indonesia. Koentjaradiningrat (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Kusmiati, Artini R dkk. (1999). Teori Dasar Disain Komunikasi Visual. Jakarta:

Djambatan.

Kusrianto, Adi. (2007). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: C.V Andi

Muharram, Riksa. (2013). Perancangan buku cerita bergambar Semiramis. Journal from Computer University of Indonesia.

Mulyana, Deddy. (2007). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

(8)

48 DAFTAR PUSTAKA LAMAN INTERNET

Anonim. (2012). Menjaga Karst, Merawat Kehidupan. Diperoleh 1 Juli 2014,dari: http://tanahair.kompas.com/read/2012/09/10/15401781/Menjaga.Karst. Merawat.Kehidupan.

Ginulur. 2010 (10 Maret). Bandung Ulang Tahun, Panitia Siapkan 2 Pawang Hujan. Tersedia di:

http://news.okezone.com/read/2010/03/10/340/311092/bandung-ulang-tahun-panitia-siapkan-2-pawang-hujan.

Ichsan. 2013 (8 Januari). Promotor Siapkan Pawang Hujan Untuk Konser Weezer. Tersedia di:

http://hot.detik.com/music/read/2013/01/08/095238/2135828/228/promot or-siapkan-pawang-hujan-untuk-konser-weezer.

Icha. 2013 (23 Agustus). Pernikahan Atiqah Hasiholan di Pulau Kelor Dinilai Saling Menguntungkan. Tersedia di:

http://www.tabloidnova.com/Nova/Selebriti/Aktual/Pernikahan-Atiqah-Hasiholan-di-Pulau-Kelor-Dinilai-Saling-Menguntungkan/

Sudrajat, A. 2014 (30 Maret). Kampanye Demokrat di Bandung libatkan pawang hujan. Tersedia di:

http://www.antaranews.com/pemilu/berita/426845/kampanye-demokrat-di-bandung-libatkan-pawang-hujan

Wiratmo, Triyadi Guntur (2009). Transformasi Fungsi Gambar dalam Ilustrasi: Dari Dekorasi Visual, Interpretasi Visual, Jurnalis Visual sampai Opini Visual. Diperoleh 1 Juli 2014, dari:

(9)

v KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmad-Nya lah sehingga perancangan tugas akhir yang berjudul “Perancangan Buku Cerita Bergambar Tradisi Pawang Hujan” ini dapat diselesaikan.

Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi mata kuliah Tugas Akhir Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Desain Universitas Komputer Indonesia. Berbagai macam hambatan dan kesulitan banyak ditemui selama pengerjaan laporan ini. Namun atas bantuan, dorongan berbagai pihak, laporan ini dapat berhasil diselesaikan. Maka tak lupa ucapan terima kasih yang teramat tulus dan sedalam-dalamnya kepada:

- Bapak Gema Arifrahara, M.Ds selaku dosen pembimbing Prodi Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia, atas semua pengarahan dan bimbingan secara umum selama kegiatan mata kuliah kolokium berlangsung.

- Pak Taufan Hidayatullah, S.Sn., M.Ds selaku dosen wali, kelas DKV-1 Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia, atas semua bimbingan perkuliahan dari awal semester.

- Responden dan narasumber yang telah berjasa dan meluangkan waktu dalam memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

- Orang tua serta teman-teman yang selalu memberi dukungan dan terus berdoa demi kelancaran perkuliahan penulis.

Semoga perancangan buku cerita bergambar ini dapat bermanfaat, khususnya bagi

penulis sendiri dan umumnya bagi para pembaca.

Bandung, Agustus 2014

(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Beragam suku di Indonesia merupakan sebuah aset kekayaan budaya. Suku-suku yang tersebar luas diberbagai wilayah di Indonesia mempunyai ciri khas masing-masing. Kebudayaan yang meliputi berbagai bidang seperti kesenian, adat istiadat, agama dan lain-lain merupakan ragam yang banyak ditemukan di Indonesia. Seperti Suku Sunda dengan kesenian tari jaipong, suku betawi dengan kesenian ondel-ondel, suku jawa dengan wayang kulit dan lain sebagainya.

Budaya adalah sesuatu yang dilakukan secara turun-temurun dan menjadi sebuah kebiasaan dimasyarakat. Sayangnya perkembangan jaman dan teknologi mengikis perlahan kebudayaan-kebudayaan yang ada dan membuat kebudayaan tersebut terasingkan, bahkan di tempat asalnya sendiri yaitu di Indonesia. Di era globalisasi ini banyak budaya masuk dari berbagai aspek mempengaruhi kehidupan, juga mempengaruhi budaya terdahulu yang di anggap ‘kuno’. Alhasil indentitas sebuah negara dengan budaya aslinya makin menipis atau bahkan hilang saat perkembangan budaya barat masuk dan mempengaruhi budaya asli.

(11)

2 informasi. Bisa dinikmati oleh semua kalangan dari anak kecil hingga orang tua. Beragam jenis buku diciptakan karena informasi didalamnya perlu diabadikan dan juga agar informasi tersebut dapat terus disampaikan turun-temurun. Salah satunya adalah buku mengenai budaya. Di Indonesia banyak sekali buku yang membahas tentang budaya-budaya yang terdapat dari sabang sampai merauke. Namun jika diperhatikan secara lebih mendalam, buku berfokus pada buku ilustrasi tentang budaya lokal masih jarang ditemukan. Buku cerita bergambar tentang Indonesia lebih banyak berputar disekitaran cerita fiksi, legenda, mitos, dan sejenisnya saja. Sejarah ilustrasi di Indonesia sudah ada dari jaman dahulu kala dengan bukti ditemukan artifak-artifak visual yang muncul seperti pada wayang di daun lontar yang menandai era pra-modern, di era modern ilustrasi muncul berdampingan dengan cerita-cerita pendek pada media massa, seperti koran, majalah, dan sebagainya. Dengan berkembangnya jaman, ilustrasi sudah banyak yang dibukukan. Isi dalam buku ilustrasi dominan gambar dan hanya sedikit kata, sehingga ilustrasi dalam buku tersebut memegang peranan penting. Buku ilustrasi yang beredar di Indonesia banyak digemari oleh semua kalangan, akan tetapi fenomena cerita dari kejadian budaya lokal masih kurang diangkat sehingga masih jarang ditemui terutama didaerah perkotaan.

Di Kota Bandung sendiri masih jarang buku ilustrasi mengenai cerita adaptasi dari budaya lokal, terlihat dari sulitnya mancari buku-buku ilustrasi tersebut di toko-toko buku yang ada di Kota Bandung. Kebanyakan buku ilustrasi berisi tentang fabel, legenda, mitos, dongeng, dan cerita-cerita rakyat. Cerita tentang budaya khitanan, akikahan, tari-tarian, dan upacara-upacara adat masih sangat sedikit ditemui bahkan diperpustakan nasional sekalipun. Salah satunya adalah tradisi ritual pawang hujan yang hingga saat ini masih sering dijumpai dalam acara-acara luar ruangan yang diselenggarakan baik acara kecil hingga acara besar sekalipun, walaupun sebagian masyarakat sudah tidak percaya akan hal tersebut.

(12)

3 memindahkan ataupun membuat pergi awan-awan yang berpotensi hujan. Pawang Hujan sering dikait-kaitkan dengan hal-hal gaib, mistisisme dan supranatural. Dalam tugasnya, pawang hujan menggunakan cara metafisik, sehingga praktek yang dilakukan untuk memenuhi pesanan warga terlihat unik dan sulit diterjemahkan dengan logika. Dan buktinya, untuk menunda atau memindahkan hujan ke daerah lain bisa berhasil. Karena kinerjanya berhubungan dengan mistisme, hal-hal ghaib, dan metafisik, persepsi visual masyarakat terhadap pawang hujan sama seperti perdukunan. Berpakaian serba hitam, rokok, kemenyan, dan ritual-ritual ilmu hitam.

I.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah diatas dapat disimpulkan beberapa identifikasi masalah, diantaranya:

- Kebudayaan asli Indonesia terkikis perlahan oleh perkembangan jaman dan teknologi karena fenomena budaya lokal yang dianggap ketingalan jaman dan kurang menarik.

- Buku ilustrasi tentang tradisi budaya lokal masih jarang, dibanding dengan buku ilustrasi cerita tentang legenda, mitos, dan fabel.

- Pawang hujan adalah bagian dari fenomena tradisi budaya lokal yang masih ada dan masih dilakukan prakteknya.

I.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

(13)

4 I.4 Batasan Masalah

Setelah rumusan masalah diatas, maka batasan masalah yang digunakan adalah: - Mengingformasikan salah satu budaya lokal yaitu pawang hujan dengan

membuat cerita bergambar intisari dari fenomena budaya tersebut kedalam media buku ilustrasi.

- Remaja menjadi subjek uang akan diinformasikan karena remaja adalah cikal-bakal masa depan bangsa dan informasi tentang budaya yang dipunya bangsa sendiri akan sangat penting untuk mereka ketahui.

- Penelitian dilakukan pada tahun 2014 awal hingga pertengahan tahun.

I.5 Tujuan Perancangan

- Tujuan perancangan ini adalah untuk menginformasikan salah satu cerita budaya lokal turun temurun di Indonesia yaitu pawang hujan yang akan dikemas dengan cerita bergambar yang intisari ceritanya berasal dari tradisi budaya tersebut, melalui media buku ilustrasi yang menarik sehingga bisa dinikmati dan mendapatkan informasi berguna.

I.6 Manfaat Perancangan

- Manfaatnya adalah diharapkan bahwa cerita buku ilustrasi ini bisa menambah daftar dalam deretan buku ilustrasi cerita tradisi budaya lokal dan melestarikan salah satu budaya lokal yang diangkat.

- Masyarakat menjadi tahu fenomena ini adalah bagian dari sebuah kebudayaan yang dipunya oleh banga Indonesia.

(14)

5 BAB II

BUKU ILUSTRASI BUDAYA LOKAL INTISARI CERITA TRADISI RITUAL PAWANG HUJAN

II.1 Tinjauan Tentang Buku

Buku adalah terobosan revolusioner dalam teknologi, tanpa kabel, rangkaian listrik, baterai, tidak ada yang perlu dihubungkan atau dinyalakan. Sangat mudah dijalankan bahkan anak kecilpun dapat mengoperasikan dimana saja. Bahkan sampai duduk di kursi santai dekat perapian. Tetapi cukup canggih sehingga dapat menyimpan banyak informasi.(Maurice J. Elias, Steven E. Tobisa 22 dan Brian S. Friedlander; 2000; 72).

II.1.1 Jenis Cerita Dalam Buku

Menurut Sanjaya Yasin (sepert yang di kutip dari Muharram, 2011), secara garis besar menulis cerita ada 3 jenis. Yaitu menulis fiksi, nonfiksi, dan faksi. Masing-masing jenis dapat diuraikan sebagai berikut:

- Fiksi

Tulisan yang berangkat dari imajinasi dan khayalan. Penulis dapat bebas berimajinasi. Nama tokoh, peristiwa dan tempat merupakan hasil imajinasi penulis. Walaupun demikian tetap ada kemungkinan terjadi persamaan dalam setiap kejadian dengan kenyataan yang pernah terjadi disuatu tempat.

- Nonfiksi

(15)

6 - Faksi

Ada satu lagi jenis menulis yang belakangan ini banyak digunakan yaitu menulis faksi. Faksi (fakta-fiksi) ini memadukan dua jenis menulis fiksi dan nonfiksi, membuat cerita fiksi berdasarkan kisah nyata, membuat fakta menjadi sebuah karya fiksi. Dalam bentuk faksi ini, penulis diperbolehkan menambah

“bumbu-bumbu penyedap” agar cerita semakin enak dibaca.

II.2 Ilustrasi

Definisi ilustrasi adalah suatu gambar untuk membantu memperjelas isi buku, karangan dan untuk lebih memperjelas tulisan. Ilustrasi adalah seni gambar yang dipakai untuk memberikan penjelasan akan suatu tujuan atau maksud tertentu secara visual. (Kusrianto, 2007 h.140).

Ilustrasi sangat dekat sekali kaitannya dengan komik, bedanya ilustrasi hanya terdiri dari beberapa gambar yang melukiskan isi dari suatu cerita, namun komik adalah gambar-gambar yang memvisualkan keseluruhan isi cerita. Ilustrasi juga dikatakan sebagai gambaran pesan yang tak terbaca, namun bisa mengurai cerita. Dengan ilustrasi ini maka pesan yang disampaikan akan lebih berkesan karena pembaca akan lebih mudah mengingat gambar daripada kata-kata (Kusrianto,2007, h.154). Menurut Ensiklopedi Indonesia, Ilustrasi dalam bahasa latin illustrare, yaitu menerangi, menghias. Suatu bentuk penghiasan buku; dapat berupa ornamen-ornamen abstrak, ragam-ragam hias yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan, vignette/penggambaran beserta naskah yang menyertainya. Secara garis besar dapat diperinci sebagai berikut:

- Dalam pengertian umum, gambar-gambar dan foto-foto yang menyertai naskah dalam buku, majalah/ media masa untuk lebih menjelaskan naskah tersebut. - Dalam pengertian khusus yaitu ilustrasi diluar naskah maupun diantaranya juga

(16)

7 - Dengan pengertian yang lebih khusus dan historis dulu dipergunakan istilah iluminasi untuk gambar-gambar dan hiasan-hiasan yang keseluruhanya dikerjakan dengan tangan sebelum seni cetak ditemukan.

Sisi fungsi sangat melekat dalam kata ‘Ilustrasi’. Hal ini terjadi karena dalam sejarahnya kata “Illustrate” muncul akibat pembagian tugas fungsional antara teks dan gambar. Dari etimologinya Illustrate berasal dari kata ‘Lustrate’ bahasa Latin yang berarti memurnikan atau menerangi. Sedangkan kata ‘Lustrate’ sendiri merupakan turunan kata dari * leuk- (bahasa Indo-Eropa) yang berarti ‘cahaya’ (2001). Dalam konteks ini Ilustrasi adalah gambar yang dihadirkan untuk memperjelas sesuatu yang bersifat tekstual. (Grolier Multimedia Encyclopedia dikutip dari Wiratmo, 2009).

Jadi ilustrasi adalah suatu upaya untuk memberikan penjelasan atau gambaran atas sesuatu dengan maksud membeberkan informasi yang terkandung didalamnya. Ilustrasi berdampingan erat dengan tulisan dari sejak jaman dahulu. Yang artinya ilustrasi bisa jadi sama fungsinya dengan tulisan dimana keduanya memberikan informasi.

II.2.1 Fungsi dan Jenis Ilustrasi

Ilustrasi memiliki fungsi untuk menciptakan efek atau memperlihatkan suatu subyek dengan tujuan:

- Untuk menggambarkan suatu produk atau suatu ilusi yang belum pernah ada. - Menggambarkan kejadian atau peristiwa yang agak mustahil, misalnya gambar

sebuah pohon yang memakai sepatu.

- Mencoba menggambar ide abstrak, misalnya depresi.

- Memperjelas komentar, biasanya komentar editorial, dapat berbentuk kartun atau karikatur.

- Memperjelas suatu artikel untuk bidang medis atau teknik dengan gambar yang memperlihatkan bagaimana susunan otot atau cara kerja sebuah mesin.

(17)

8 - Membuat corak tertentu pada suatu tulisan yang menggambarkan masa atau zaman pada saat tulisan ini dibuat, misalnya masa “Victorian” digambarkan dengan bentuk yang lembut dan garis beroramen.

(kusmiati, 1999, h.47)

II.3 Tinjauan Tentang Budaya

Kata Kebudayaan berasal dari kata Sanserkerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari budhhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan hal yang bersangkutan dengan akal. (Koentjaradiningrat, 2009)

Menurut geertz dalam Mushowwir (2013), Manusia melengkapi dirinya dengan kebudayaan, yaitu perangkat pengendali berupa rencana, aturan, resep, dan intruksi yang digunakannya untuk mengatur terwujudnya tingkah laku dan tindakan tertentu.

Defisini menurut Wisseler, Kluckhohn, Davis, dan Hobel (Dikutip dari Koentjacadiningrat, 2009) Kebudayaan adalah segala sesuatu tindakan yang harus dibiasakan menusia dengan belajar.

Kebudayaan hidup dalam suatu masyarakat baik terwujud sebagai komunitas desa, kota, sebagai kelompok kekerabatan, atau kelompok adat yang lain, bisa menampilkan suatu corak khas yang terutama terlihat oleh orang luar warga masyarakat bersangkutan. (Koentjaradiningrat, 2009).

(18)

9 II.3.1 Budaya Lokal

Budaya lokal adalah budaya yang dihasilkan oleh daerah tertentu secara asli turun-temurun oleh suku atau bangsanya tersebut. Budaya lokal sering kali terjadi kesamaan dalam beberapa aspek dengan budaya lokal lainnya dikarenakan kedekatan wilayah budaya-budaya tersebut. Budaya lokal artinya kebudayaan yang dimiliki dan diakui oleh masyarakat suku bangsa setempat.

Menurut Koentjaraningrat (1988) Budaya lokal Indonesia banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Buddha, Islam, dan Eropa. Jumlah suku bangsa di Indonesia adalah 195 suku bangsa.

Contoh beberapa budaya lokal dalam konten kesenian di suku sunda seperti tari jaipong, gulat benjang, alat musik angklung dan sebagainya. Disamping budaya-budaya yang masih banyak dikenal di masyarakat tersebut, suku sunda mempunyai kebudayaan yang bersifat ritual untuk acara-acara tertentu seperti akikahan untuk anak yang baru lahir, injak telur dan mandi kembang saat prosesi pernikahan, selametan tujuh bulanan dan ritual-ritual upacara lainnya. Tidak hanya suku sunda saja, contoh lain budaya lokal yang dapat dikemukakan adalah upacara-upacara ritual di beberapa suku pedalaman di Indonesia seperti suku Asmat, suku Baduy, Dayak, dan beberapa suku lainnya yang mata pencahariannya adalah bertani, menangkap ikan di sungai atau di laut, atu berburu binatang.

Ritual-ritual yang terkadang bersifat mistik tersebut merupakan bagian dari sebuah komunikasi dimana masyarakat adalah sebagai pelaku utama yang mempunyai hasrat untuk berekspresif memenuhi kebutuhan tersebut sebagai salah satu simbolis tanda keberadaan mereka dalam bermasyarakat. Masyarakat masih memegang teguh dan menjalankan ritual-ritual tersebut karena pada dasarnya manusia tidak bisa lepas dari sebuah kebutuhan didalam diri.

(19)

10 komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa, negara, ideologi, atau agama mereka.

Oleh sebab itu, budaya-budaya lokal khususnya yang bersifat ritual masih eksis hingga saat ini. Hanya saja keberadaannya bergeser seiring dengan perkembangan jaman. Adapula ritual-ritual yang bersifat mistisisme seperti ritual pawang hujan, dukun beranak, dukun sunat (bengkong) dipandang kurang baik dikalangan masyarakat khususnya masyarakat perkotaan yang syarat akan perkembangan jaman dan teknologi.

II.4 Pawang Hujan Sebagai Salah Satu Budaya Lokal

Pawang hujan adalah nama yang diberikan oleh masyarakat kepada seseorang atau sekelompok orang yang bisa memindahkan dan menunda awan penghasil hujan. Seperti tanpa ada perjanjian tertulis untuk memanggil profesi tersebut dengan sebutan pawang hujan, masyarakat sudah sangat erat dengan sebutan tersebut. Seperti julukan yang diberikan oleh masyarakat. Di Indonesia sebagai negara yang mempunyai banyak konten budaya lokal tentunya juga punya banyak sekali pawang hujan dari seluruh penjuru Indonesia. Di setiap daerah tentunya mempunyai pawang hujan dengan keunikan masing-masing, entah keunikan dalam berpakaian, keunikan dalam ritual dan keunikan dalam menjalakan kehidupan sehari-hari saat tidak sedang menangani sebuah acara.

(20)

11 jasa pawang hujan saat mengadakan hajatan. Di kota-kota besarpun masih banyak pula yang percaya akan kemampuan seorang pawang hujan.

II.4.1 Persepsi Masyarakat Tentang Pawang Hujan.

Dalam penggambaran umum sekelompok pawang hujan dimata masyarakat ada berbagai macam. Persepsi setiap orang berbeda-beda sesuai apa yang pernah masing-masing individu alami. Menurut Lelywati (2012) “Manusia bertindak dan berpendapat atas dasar “informasi” yang diterima. Segala informasi sampai pada manusia. Dan pada saat itulah mulai mengenal peristiwa, kejadian didunia melalui alat-alat indera dalam bentuk pesan-pesan yang disebut penginderaan. Penginderaan memainkan peranan penting dalam membentuk persepsi yang menentukan tingkah laku kita pada akhirnya.”

Seperti halnya dalam kasus ini adalah persepsi masyarakat saat pertama kali mendengar kata pawang hujan. Segala informasi mengenai pawang hujan yang masyarakat ketahui selama masa hidupnya dituangkan dalam beberapa kata: Adapun beberapa alasan yang sering disebutkan oleh para masyarakat saat ditanyai pendapatnya mengenai visualisasi seorang pawang hujan, diantaranya:

Pawang Hujan Identik dengan Pakaian Serba Hitam, Rokok, dan Seram

(21)

12

Pawang Hujan Identik Dengan Ritual-Ritual dan Kemusyrikan

Hampir sebagian dari masyarakat berpendapat bahwa profesi pawang hujan berkaitan erat dengan ritual-ritual yang menyimpang. Memakai alat ritual yang aneh seperti kemenyan, celana dalam, sapu lidi, bunga-bunga, dan sebagainya. Menurut mereka yang berpendapat demikian, ritual adalah hal yang diharamkan oleh agama, sehingga apapun yang bersangkutan dengan ritual juga diharamkan, termasuk pawang hujan. Mereka berpendapat bahwa pawang hujan bertentangan dengan agama.

Data ini diperoleh saat mengadakan wawancara dan penyebaran kuisioner sebanyak 50 lembar kepada responden di berbagai daerah di Kota Bandung. Seperti Di Dago, Cibaduyut, Trunojoyo, dan Dipatiukur.

II.4.2 Fakta Tentang Pawang Hujan

(22)

13 Berikut adalah haril rangkuman dari kedua pelaku pawang hujan yang sempat penulis wawancara di dua tempat yang berbeda, yang pertama Pak Nanu Munanjar diwawancara dibandung tepatnya di sanggar tari di daerah Kampung Daun, Parompong, Bandung. Dan yang kedua adalah Bapak Akie Setiawan yang diwawancara langsung di lembaga pengobatan alternati Nursyifa di Jakarta.

Merangkum hasil wawancara dari Nanu Munajar Dahlan (2014), “Adapun jika menggunakan sesuatu seperti menyan untuk ritual, untuk zaman sekarang hal tersebut hanyalah sebuah simbolis semata. Jika diartikan maka jika ada api, maka ada asap. Jika ada usaha maka ada hasil yang didapatkannya. Bahkan untuk seorang yang ingin berusaha mempelajari ilmu pawang hujan ini, mereka bisa jika bersungguh-sungguh dalam mempelajarinya. Ada beberapa syarat sebelum mempelajari ilmu tersebut, yaitu hati harus bersih dari segala prasangka buruk.”

(23)

14 Gambar II. 1 Akie Setiawan bekerja di lembaga Nursyifa, penyedia jasa Pengobatan Alternatif dan Pawang Hujan. Sumber: http://www.youtube.com/watch?v=fWScRuxhtss (11 Juni 2014, 13:45)

\

(24)

15 II.4.3 Bukti Pawang Hujan Masih Ada Hingga Saat Ini.

Ada acara-acara tertentu yang menggunakan jasa pawang hujan karena melakukan acara duluar ruangan, berikut ini adalah beberapa artikel mengenai keterkaitan pawang hujan dengan acara-acara besar, sebagai bukti bahwa tradisi menggunakan pawang hujan masih ada hingga saat ini:

Gambar II. 3 Bandung Siapkan 2 Pawang Hujan Untuk Ulang Tahun. Sumber:

(25)

16 Gambar II. 4 Konser Weezer Memakai Jasa Pawang Hujan. Sumber:

http://musik.kapanlagi.com/berita/pawang-hujan-tanam-cabe-demi-konser-weezer-6b5ccd.html

(08 Januari 2013)

Gambar II. 5 Pernikahan Atiqah Hasiholan di Pulau Kelor Memakai Jasa Pawang Hujan.

Sumber:

(26)

17 Gambar II. 6 Kampanye Demokrat Libatkan Pawang Hujan. Sumber:

http://www.antaranews.com/pemilu/berita/426845/kampanye-demokrat-di-bandung-libatkan-pawang-hujan (30 Maret 2014)

II.5 Buku Ilustrasi Tentang Konten Budaya Lokal

Di era modern yang erat akan perkembangan jaman dan teknologi, kebudayaan tumbuh beriringan dengan hal tersebut. Budaya yang berkembang kini semakin membaur antara kebudayaan milik bangsa sendiri dengan kebudayaan asing yang masuk mempengaruhi budaya lokal. Hal ini membuat budaya lokal sebagai suatu identitas suatu bangsa terkikis perlahan dan bisa saja hilang, akhirnya identitas sebagai suatu ciri khas bangsa tidak lagi bisa dilihat dan dikenali.

(27)

18 II.6 Kesimpulan dan Solusi

Berdasarkan penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa buku cerita ilustrasi yang seharusnya menjadi salah satu media yang ampuh melestarikan sebuah budaya kurang dimanfaatkan. Terlihat dari masih sangat sedikit buku ilustrasi yang benar-benar mengangkat sebuah cerita dari sebuah budaya yang ada dan nyata serta masih dilakukan hingga saat ini di masyarakat. Terlebih lagi lebih banyak buku yang bercerita tentang legenda, mitos, dan fabel yang jelas-jelas belum tentu kebenarannya.

Pengangkatan cerita intisari dari fenomena budaya, tepatnya fenomena budaya ritual pawang hujan yang masih ada saat ini diharapkan menjadi solusi sebuah permasalahan

yang ada di Indonesia, khususnya di Kota Bandung, yang hasil survey dari tiga toko buku

besar disana tidak ditemukan buku bertemakan budaya lokal. Dan selain itu,

budaya-budaya ritual yang dipersepsikan kurang baik di masyarakat jaman sekarang bisa berubah

cara pandangnya menjadi sebuah ritual upacara bagian dari budaya lokal yang menarik dan

patut diketahui oleh bangsanya sendiri. Diharapkan juga perancangan media buku ilustrasi

(28)

19 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN

III.1 Strategi Perancangan

Strategi adalah siasat yang direncanakan dengan sebaik mungkin sehingga dalam sebuah pembuatan sesuatu akan berjalan dengan baik dan akan tepat sasaran. Dalam hal ini adalah membuat solusi media yang menarik tentang intisari cerita dari salah satu fenomena budaya lokal, yaitu ritual pwang hujan. Perancangan media akan menggunakan pendekatan jaman sekarang sehingga bisa diterima oleh masyarakat modern. Unsur lokalitas budaya juga diharapkan bisa merubah cara berfikir mistisisme praktek yang buruk menjadi praktek unik yang merupakan praktek yang masih ada di Indonesia. Dengan adanya perancangan ini diharapkan bisa menyumbang sebuah media berupa buku ilustrasi yang mengangkat tema budaya lokal yang sebelumnya masih jarang ditemui.

III.1.1 Target Audiens

Target Audiens dari media informasi buku cerita tentang pawang hujan ini adalah sebagai berikut:

a. Demografis

- Usia : Remaja 12-18 tahun - Status Ekonomi : Menengah Keatas

- Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan - Pekerjaan : Pelajar

- Pendidikan : SMP-SMA - Warga Negara : Indonesia

(29)

20 Indonesia bisa dimasukan, sehingga diharapkan dari sejak dini remaja telah mengetahui kekayaan ragam budaya yang dimiliki oleh bangsanya, khususnya tentang fenomena tradisi ritual pawang hujan ini. Sedangkan status ekonomi menengah keatas dipilih karena media informasi tentang pawang hujan ini cocok untuk diinformasikan kepada kalangan menengah keatas karena biasanya lebih banyak hidup diperkotaan dengan segala perkembangan teknologi yang ada yang bertolak belakang dengan budaya yang tradisional.

b. Psikografis

Media yang akan dibuat ditujukan kepada remaja yang menyukai cerita bergambar dan ilustrasi.

c. Geografis

Remaja yang berada di Indonesia khususnya wilayah perkotaan. Lebih spesifik lagi adalah di Kota Bandung.

d. Target Sekunder

Target sekunder dari buku cerita ilustrasi pawang hujan ini adalah para orang tua dari remaja yang suka mengunjungi toko buku dan mall.

III.1.2 Pendekatan Komunikasi

Dalam suatu penyampaian informasi dibutuhkan strategi untuk pendekatan komunikasinya agar mudah dimengerti oleh terget audiens. Penyampaian komunikasi bisa berupa komunikasi secara verbal maupun visual, bisa juga dengan keduanya. Pendekatan tersebut diharapkan memberikan efek ketertarikan kepada target audiens dengan komunikasi yang disajikan dalam media.

(30)

21 a. Tujuan Komunikasi

Memberikan informasi tentang aspek budaya lokal, yaitu keberadaan pawang hujan dengan cara pendekatan komunikasi jaman sekarang yang akan lebih bisa diterima remaja. Dan mengenalkan unsur-unsur lokalitas budaya yang berkaitan dengan pawang hujan. Sehingga dengan pendekatan jaman sekarang tersebut, pawang hujan sebagai salah satu budaya dan kearifan lokal diharapkan bisa lebih dipandang baik dan menjadi sebuah budaya yang patut diapresiasikan sebagai salah satu identitas dan ciri khas yang dipunya oleh Indonesia.

b. Materi Pesan

Butir-butir materi pesan yang akan disampaikan adalah sebagai berikut: - Ilmu pawang hujan didapat turun temurun.

- Praktek ritual masih bisa ditemukan hingga saat ini.

- Benda-benda yang masih dipercaya dan dipakai untuk menangkal hujan. - Penyajian cerita dengan unsur nilai moral membantu sesama yang dikemas

dalam cerita, sebagaimana profesi pawang hujan yang sebenarnya bersifat menolong sesama untuk sebuah acara ataupun suatu kejadian.

Mojo adalah seorang laki-laki dari sebuah desa di salah satu daerah di Indonesia. Desanya sebulan terakhir ini terus menerus diguyur hujan dan diselimuti awan gelap tanpa matahari.

Mojo mulai cemas ketika diketahui Emma, pacarnya sakit dan tak ada cara lagi yang bisa menyembuhkannya, selain tubuhnya harus terkena sinar matahari. Penyakit Emma yang aneh itu memaksa Mojo berfikir keras bagaimana cara Ia menghentikan hujan tersebut dan membuat matahari muncul kembali. Seperti hal yang mustahil!

(31)

22 c. Pendekatan Komunikasi Secara Visual

Pendekatan visual yang akan digunakan adalah gambar ilustrasi pada umumnya, namun disesuaikan dengan gaya gambar pribadi dan juga tentunya disesuaikan untuk target audiens. Sehingga informasi dapat diterima dengan baik oleh target audiens.

Gambar III.1 Refrensi gambar karya Tim Burton. Refrensi karakter (a), (b), dan (c).

Refrensi Latar (d) dan (e). Sumber www.fanpop.com (11 Juni 2014, 13:33)

d. Pendekatan Komunikasi Secara Verbal.

Komunikasi verbal yang digunakan adalah Bahasa Indonesia, karena target audiens adalah orang Indonesia. Tetapi bahasa yang digunakan tidak terlalu baku dan mengunakan bahasa sehari-hari sehingga mudah dimengerti dan informasi dapat tersampaikan dengan baik kepada target audiens.

(a) (b) (c)

(d)

(32)

23 III.1.3 Strategi Kreatif

Strategi kreatif media informasi tentang pawang hujan yang digunakan adalah penyampaian informasi dengan cerita bergambar, bersifat storytelling dan cerita dengan nilai moral didalamnya. Cerita juga mengandung unsur pertualangan dan eksplorasi yang sangat digemari oleh target audiens. Dengan begitu diharapkan setelah membaca, target audiens tidak hanya sekedar membaca tapi memperoleh nilai moral yang terkandung. Dan juga menilai pawang hujan dan ritual-ritualnya sebagai budaya lokal Indonesia yang unik dan menarik.

a. Gaya Ilustrasi

Gaya ilustrasi yang digunakan lebih sederhana, karakter memanfaatkan mata untuk sumber ekspresi, tanpa mulut dan hidung. Dilebih-lebihkan pula seperti ukuran kepala yang terlalu bulat, leher, pergelangan tangan, dan kaki yang kecil.

Berikut adalah gaya gambar penulis:

Gambar III.2 Gaya Ilustrasi yang Digunakan Dalam Buku Ilustrasi Mojo & Buku Ritual

Pawang Hujan. Sumber: Pribadi

b. Sinopsis

(33)

24 Mojo memutar otak, sebuah buku besar usang milik kakek. Setelah membuka dan membaca sekilas isi buku tersebut, Mojo tahu ini adalah jawaban untuk membuka awan gelap dan memunculkan kembali matahari agar Emma bisa sembuh.

Ada beberapa tahap yang harus dijalani. Seperti mencari garam air laut yang bisa diperoleh di Bukit kecil ditengah laut seberang desa. Potongan Cabai raksasa, yang dijaga oleh monster orang-orangan sawah. Lalu sebuah pakaian milik perempuan disebrang desa. Setelah itu ada juga syarat mengambil sebotol air sumur nenek tua yang dikenal sebagai nenek yang sangat galak dan hidup sendirian yang ditakuti oleh orang banyak.

Keempat syarat tersebut yang tertera pada buku harus ia dapatkan sebelum hari ini habis, karena Emma tak bisa bertahan lama lagi. Setelah berusaha menghadapi semua itu akhirnya Mojo mendapatkan keempat syarat yang harus dikumpulkan tersebut. Lalu ia bergegas melakukan ritual dan membaca-baca mantra-mantra yang ada dibuku.

Saat membaca mantra tiba-tiba seketika langit menjadi ricuh, angin gemuruh kencang meniup yang ada didepannya. Lambat laun kericuhan tersebut hilang bersama hujan dan awan gelap. Lalu tiba-tiba terlihat matahari mulai terlihat. Mojo seketika itu berlari kerumah dan mengajak Emma pergi ke bukit biasa mereka bertemu, dengan menggendong Emma, Mojo dengan semnagat berlari kecil menuju bukit. Akhirnya mereka sampai dan Emma dapat menikmati sinar yang perlahan membuat penyakitnya pergi jauh.

III.1.4 Strategi Media

(34)

25 Buku ilustrasi ini dipilih sebagai media utama karena buku ilustrasi banyak digemari oleh target audiens begitu pula dengan orang tua target audiens tersebut. Buku ilustrasi berisi tentang tradisi ritual pawang hujan juga masih sangat jarang ditemui. Materi disampaikan sesederhana mungkin sehingga informasi mudah dicerna dan dipahami oleh pembaca.

Adapun media pendukung yang digunakan dalam buk cerita ilustrasi pawang hujan adalah sebagai berikut:

a. Tahap Informasi - Flyer

Media yang bisa memberikan detail informasi dan bersifat personal. Terlebih lagi media ini bersifat luas dala penyebarannya.

- Poster A3

Poster yang berisikan untuk menarik perhatian yang bersifat mengajak baik target audiens primer maupun sekunder.

- X-Banner

Dipasang pada lokasi letak buku-buku ilustrasi sebagai media utama dipajang dan dipasarkan agar pembeli mudah melihat dari kejauhan.

b. Tahap Pengingat

Ditahap ini akan digunakan media-media yang sangat dekat dengan target audiens pada kesehariannya. Sehingga target audiens bisa selalu mengingat. Gimmick yang akan diberikan akan memberikan kesan tersendiri untuk target audiens. Media sebagai gimmick ini akan diberikan sebagai hadiah, souvenir dan semacamnya. Media yang akan digunakan adalah:

- Gantungan

(35)

26 - Totebag

Totebag banyak digunakan oleh semua kalangan karena mudah dan sederhana. Media ini bagian dari souvenir yang akan dijual selain media utama.

- Sticker

Sticker media yang bisa dimana saja diaplikasikan, maka dari itu stiker salah satu media pendukung yang tepat untuk dijadikan media pengingat. - T-Shirt

Media ini digunakan untuk souvenir yang akan dijual selain media utama. Dan juga sebagai hadia pada event-event tertentu.

- Pembatas Buku

Bagi seorang yang gemar membaca, pasti sangat erat denan pembatas buku yang selalu jadi pengingat dimana halaman terakhir dibaca. Pembatas buku didapatkan pada saat pembelian media utama.

III.1.5 Strategi Distribusi

(36)

27 Tabel III. 1 Tabel Distribusi Media Tahun 2014 Akhir

a Buku Ilustrasi Pawang Hujan

Dalam penjualan media utama yaitu buku ilustrasi cerita pawang hujan akan dibagi menjadi dua macam paket penjualan, yaitu:

- Paket Ekonomis

Pembeli dapat membeli hanya buku ilustrasinya saja sepeti membeli buku pada umumnya. Mendapatkan satu stiker dan satu pembatas buku yang terdapat didalam buku tersebut.

- Paket Istimewa

(37)

28

Gambar. III.3 Terdapat penjelasan paket istimewa pada cover depan, apa saja yang

didapat jika memesan paket istimewa.

III.2 Konsep Visual

Dalam sebuah media informasi yang menarik dan informatif, konsep visual sangat memegang peranan penting. Konsep visual dalam buku cerita ilustrasi pawang hujan ini menggunakan gaya gambar pribadi dan menggunakan metode menggambar manual dengan cat air. Cat air merupakan elemen penguat karena pawang hujan erat hubungannya dengan air, dan juga keyword yang digunakan pun salah satunya adalah air.

III.2.1 Format Desain

(38)

29 III.2.2 Tata Letak (Layout)

Tata letak yang baik berfungsi sebagai salah satu kenyamanan untuk pembaca, juga membuat elemen visual dan verbal menjadi lebih komunikatif. Format tata letak buku ilustrasi tentang pawang hujan ini berisikan 60-70% visual dan sisanya adalah kalimat-kalimat cerita.

Adapun tata letak buku ilustrasi tersebut, sebagai berikut:

Gambar III.4 Tata letak Buku Ilustrasi 1

(39)

30 Pada Gambar III.3 adalah ilustrasi untuk satu halaman, ukuran satu halaman dan pada Gambar III.4 adalah ilustrasi untuk dua halaman digabung menjadi satu. Cara membaca buku ilustrasi ini seperti membaca buku pada umumnya, yaitu dari kiri ke kanan seperti kebiasaan masyarakat Indonesia membaca buku.

III.2.3 Tipografi

Jenis huruf dan tipografi merupakan salah satu elemen penting dalam sebuah buku ilustrasi. Untuk pemilihan tipografi harus dipilih dengan seksama karena sangat mempengaruhi kenyamanan pembaca dalam membaca pesan yang disampaikan.

III.2.3.1 Tipografi Judul

Tipografi yang digunakan dalam judul buku ilustrasi pawang hujan ini adalah “Croissant One” untuk tulisan “Mojo”. Tipografi sub judul “& Buku Ritual

Pawang Hujan” menggunakan font Myriad Pro.

Gambar III. 6 Judul Buku Ilustrasi. Sumber: Pribadi.

III.2.3.2 Tipografi Narasi dan, Dialog, dan Credit

(40)

31

Gambar III. 7 Tipografi Judul

Gambar III. 8 Tipografi Sub Judul

(41)

32 III.2.4 Studi Ilustrasi

Gaya ilustrasi disesuaikan dengan pendekatan verbal yang menggunakan gaya bahasa sedikit puitis atau romantis, yaitu dengan gaya ilustrasi yang sederhana dan disetiap bagian cerita memunculkan ilustrasi dengan karakter ceritanya masing-masing.

III.2.4.1 Studi Karakter

Tokoh utama dalam buku cerita ini adalah Mojo. Diceritakan Mojo adalah seorang yang tinggal disebuah desa di Indonesia. Mojo mempunyai sifat pekerja keras, periang, dan pantang menyerah.

Gambar III. 10 Studi Karakter Tokoh Utama.

III.2.4.2 Studi Lokasi

Ada beberapa lokasi yang akan muncul dala buku ilustrasi pawang hujan, seperti pedesaan, hutan, rumah penduduk, dan pesisir pantai. Lokasi diambil berdasarkan hasil survey tentang praktek pawang hujan yang pelakunya biasa tinggal dipinggiran kota.

(42)

33

Gambar III. 11 Studi Latar

III.2.4.3 Studi Properti

Properti yang digunakan dalam buku ilustrasi pawang hujan ini adalah benda-benda yang ada dalam ritual pawang hujan yang masih dipercaya ampuh menangkal hujan. Properti-properti tersebut antara lain adalah garam, air sumur, celana dalam, cabai. Adapun properti lain seperti tas, sendal, payung dan masih banyak lagi.

(43)

34

Gambar III. 12 Studi Properti

III.2.5 Studi Warna

Teknik pewarnaa menggunakan cat air warna. Gaya pewarnaan didapat dari

keyword “air”. Pawang hujan identik dengan hujan dan hujan identik dengan air,

sehingga pewarnaan menggunakan cat air lebih tepat. Warna-warna bersifat natural, maksudnya adalah warna-warna yang ada di alam seperti hija, coklat, kuning, biru, dan sebagainya.

Berikut adalah warna-warna yang sering dignakan dan sering muncul dalam buku ilustrasi pawang hujan:

(44)

35 BAB IV

TEKNIK PRODUKSI MEDIA

IV.1 Media Utama

Media utama yang dipilih adalah buku cerita ilustrasi dengan isi cerita tradisi ritual pawang hujan, dimana isi cerita adalah cerita fiksi yang intisari cerita diambil dari keadaan fakta lapangan tentang masih adanya keberadaan pawang hujan jaman sekarang. Kemudian dilanjutkan oleh pembuatan konsep cerita, storyboard dan study visual mengenai tema. Storyboard mempermudah pengerjaan dan pengaturan skema tata letak cerita sehingga dari awal sudah bisa diperkirakan akan jadi berapa halaman nantinya buku ilustrasi ini dicetak. Sketsa dibuat dengan gambar tangan atau manual, begitu juga pewarnaan yang menggunakan cat air, menggunakan media kertas khusus cat air setebal 220 gsm. Setelah gambar dibuat, kemudian gambar tersebut di scan untuk di atur tata letak dan dimasukan teks cerita narasinya. Dengan sedikit bantuan Adobe Photoshop CS6 untuk mengatur tone warna sat setelah discan, gambar menjadi lebih bercorak dan halus.

(45)

36 Setelah ilustrasi dirubah dalam bentuk digital, kemudian dengan aplikasi Adobe Photoshop gambar di edit untuk pengaturan warna dan cahaya. Setelah itu gambar dimasukan pada aplikasi Adobe Indesign CS6 untuk dilakukan tata letak dan dimasukan teks narasi ditiap halamannya.

(46)

37 Gambar IV. 3 Memasukan teks narasi pada setiap halaman gambar ilustrasi.

Gambar disusun dengan ukuran 21x21 cm dan akan dicetak menggunakan kerta HVS 100 gsm. Sedangkan untuk cover dicetak pada kertas Art Papper 210 gsm yang diberi laminasi glossy. Dicetak menggunakan teknik cetak sparasi.

(47)

38 Gambar IV. 5 Salah satu bagian dari isi buku ilustrasi.

IV.2 Media Pendukung

(48)

39 IV.2.1 Poster

Gambar IV. 6 Poster

Layout berisi tentang penjelasan mengenai telah terbit buku ilustrasi ini, informasi tentang sinopsis cerita, dan informasi media sosial yang dapat dikunjungi. Poster dicetak dalam ukuran A3 yang akan ditempatkan di tempat-tempat terjangkau seperti sekolah dan kampus, juga pada toko buku yang menjual buku ini.

(49)

40 IV.2.2 Flyer

Gambar IV. 7 Flyer dua variasi.

Flyer memudahkan target audiens membaca informasi yang bersangkutan dengan media utama karena bersifat fleksibel dengan ukurannya yang kecil dapat dibawa kemana-mana. Desain sama dengan poster dengan tata letak disesuaikan dengan ukuran kertas.

(50)

41 IV.2.3 T-Shirt

Gambar IV. 8 Kaos sebagai bonus pada masap promosi dan merchandise pada saat masa promosi berakhir.

Kaos berfungsi sebagai bonus disetiap pembelian buku pada saat bulan pertama lauching dan masa promosi. Setelah masa promosi habis, baju akan dijadikan sebuah merchandise.

(51)

42 IV.2.4 Pembatas Buku

Gambar IV. 9 Pembatas Buku.

Pembatas buku masih berkaitan dengan media utama, pembatas buku berguna saat pembaca menandai dimana halaman terakhir dibaca. Berbentuk persegi panjang menjadikan pembatas buku ini tidak rentan rusak.

- Ukuran: 16 x 4 cm

(52)

43 IV.2.5 X-Banner

Gambar IV. 10 X-Banner

X-Banner berfungsi sebagai penanda keberadaan media utama dalam suatu lokasi, seperti lokasi rak pada toko buku. Dengan adanya x-banner memudahkan konsumen mencari buku ini.

- Ukuran: 60 x 160 cm - Material: Spanduk

(53)

44 IV.2.6 Totebag

Gambar IV. 11 Totebag

Tas kecil ini berfungsi sebagai wadah atau kemasan yang akan diberikan saat pembelian buku dengan paket lengkap. Totebag dijual terpisah jika tidak membeli buku dengan promosi paket lengkap.

- Ukuran: 40 x 28 cm - Material: Kanvas

(54)

45 IV.2.7 Gantungan Kunci

Gambar IV.12 Gantungan Kunci

Gantungan kunci adalah benda yang sederhana tetapi fleksibel dan tepat sebagai media pengingat. Sesuai dengan namanya, gantungan kunci akan selalu dibawa beriringan dengan kunci, dengan begitu makin sering konsumen mengingat media utama saat membawa gantungan kunci tersebut kemanapun mereka pergi.

- Ukuran: Diameter 5 cm

- Material: Art Papper laminasi canvas, di jepit alat khusus pembuat gantungan kunci.

(55)

46 IV.2.8 Stiker

Gambar IV. 13 Stiker Cromo

Stiker sama fleksibelnya dengan gantungan kecil, stiker bisa ditempel dimana-mana dan dibawa kedimana-mana-dimana-mana. Dan biasanya stiker akan ditempelkan pada benda kesayangan ataupun benda yang sering konsumen bawa. Sehingga konsumen akan terus ingat dengan media utama.

- Ukuran: Variatif - Material: Stiker Cromo

Gambar

Gambar II. 1 Akie Setiawan bekerja di lembaga Nursyifa, penyedia jasa Pengobatan Alternatif
Gambar II. 5 Pernikahan Atiqah Hasiholan di Pulau Kelor Memakai Jasa Pawang Hujan.
Gambar II. 6 Kampanye Demokrat Libatkan Pawang Hujan. Sumber:
Gambar III.1 Refrensi gambar karya Tim Burton. Refrensi karakter (a), (b), dan (c). Refrensi Latar (d) dan (e)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun permasalahan yang dikaji adalah (1) Bagaimana merancang buku cerita bergambar “ Backpacker Sang Penjelajah" dalam upaya mengenalkan budaya yang ada

Seperti yang dijelaskan sebelumnya pada buku cerita bergambar Bambang Pamungkas ilustrasi yang digunakan adalah gaya kartun dengan gaya pewarnaan mengacu pada comic japan

Bentuk media yang akan digunakan yaitu pembuatan ulang buku cerita bergambar. kisah Ramayana dengan kemasan baru, visualisasi yang di persimepl dan

Media utama yang dilakukan adalah melalui buku cerita bergambar untuk anak-anak yang berumur 9-13 tahun sebagai segmentasinya. Buku cerita bergambar merupakan salah satu

Dari rumusan masalah yang ada bahwa lebih populernya prodak buku bergambar luar negeri yang lebih di minati oleh anak-anak dibandingkan dengan prodak lokal maka tujuan

Buku cerita bergambar ini berukurang 20.5 cm x 26 cm, dengan tujuan agar mudah dinikmati baik secara tulisan maupun ilustrasinya, pada umumnya buku cerita

Menyatakan bahwa laporan Karya Tugas Akhir berjudul “Perancangan Buku Digital Cerita Bergambar ‘Trapsila’ Sebagai Media Pembelajaran Untuk Berpendapat Berdasarkan

Ketika pembaca selesai membaca perancangan buku cerita bergambar ini, mereka akan merasakan sebuah perbedaan mengenai pandangan mereka mengenai etnis Tionghoa, dan