( Penelitian Eksperimen Pada SD 14 Pondok Labu Jakarta)
Skripsi
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.I)
Oleh :
Siti Riana
NIM. 109018300088
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
i
(Quasi Eksperimen)”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Jurusan Kependidikan Islam, Fakutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan lingkungan terhadap hasil belajar siswa kelas V pada konsep benda dan sifatnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen. Penelitian ini dilakukan di MI. Tarbiyah Al-Islamiyah Jakarta. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang berjumlah 34 siswa dan kelompok kontrol yang juga berjumlah 34 siswa. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diajarkan dengan metode eksperimen verifikasi, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang diajarkan dengan metode demonstrasi. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 25 soal. Berdasarkan analisis data dengan uji-t yang dilakukan pada taraf kepercayaan 95% diperoleh hasil thitung > ttabel (9,26 > 2,00). Jadi dapat
disimpulkan bahwa pendekatan lingkungan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Kata Kunci: Pendekatan Lingkungan, hasil belajar siswa
ii
(quasi experiment)”. Thesis, Learning Assistance Program for Islamic Elementary Schools, Departement of Islamic Education, Fakulty of Tarbiyah and Teachers Training State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
The aims of this research is to determine the effect of Method Experiment
Environmental approach Againts Student Result Class V on the concept of Objects and properties. The method of research used quasi experiments. The research was conducted at Elementary school 14 Pondok Labu Jakarta. The sample in this study consisted of two groups: experimental groups totaling 34 students and a control group totaling 34 students too. The experimental group was taught to approach the method experiment, whereas the control group was taught to approach the method convensional. The research instrument used was a test instrument. Based on data analysis using the “t-test” with performed on a 95% confidence level indicates that the learning outcomes of students who were taught science approach to method experimen tvalues > ttable ( 9.26> 2.00). It can
be concluded that there was a significant effect between method exsperiment approach of student learning outcomes.
iii
rahmat kepada kita semua. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada baginda
rasul yaitu Nabi Muhammad SAW yang memberikan tauladan bagi umatnya
sehingga selamat di dunia dan akhirat.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Pendekatan
Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa
Kelas V Pada Materi Benda dan Sifatnya” ini merupakan salah satu syarat
mencapai Gelar Sarjana pada Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak akan
terealisasikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah
memberikan dorongan baik moril maupun materil kepada penulis. Untuk itu
perkenankanlah pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada yang tercinta:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Fauzan, MA, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dra. Raudhah, M.Pd, selakudosen penasehat akademik program studi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan bimbingan dan
motivasinya.
4. Iwan Permana Suwarna M. Pd, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktunya hingga terselesainya penulisan skripsi ini.
5. Dr. Didi Suprijadi dan Dr. Sita Ratnaningsih selaku dosen penguji
munaqosah.
6. Sri Kartini,S.Pd selaku kepala sekolah SDN 14 Jakarta yang telah
iv
8. Ayahandaku Madsani dan ibunda Juriah, yang tak henti-hentinya
memberikan do’a, dukungan moril serta materil kepada penulis dalam setiap
waktunya.
9. Kakak tersayang, Sri Mulyati dan Indriani, yang telah memberikan do’a dan motivasinya.
10. Teman seperjuanganku dari awal kuliah, Sintara dan Marisa , terima kasih
atas kebersamaannya.
11. Seluruh teman-teman PGMI angkatan 2009, semoga kita selalu tetap kompak.
Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga
bantuan, bimbingan, semangat, do’a dan dukungan yang diberikan pada penulis
dibalas oleh Allah S.W.T. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan pengalaman dan
pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran
serta masukkan yang membangun sebagai bahan perbaikan dari berbagai pihak.
Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya
bagi pembaca.
Jakarta, Februari 2014
iii
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ………. .. ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. LatarBelakangMasalah ... 1
B. IdentifikasiMasalah ... 5
C. PembatasanMasalah... 5
D. RumusanMasalah ... 6
E. TujuanPenelitian ... 6
F. ManfaatPenelitian ... 6
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 7
A. DeskripsiTeoritis ... 7
1. Hakikat Metode Eksperimen ... 7
a. Pengertian Pendekatan Lingkungan ……… 7
b. Pendekatan Lingkungan DalamPembelajaran ……… 8
c. KelebihandanKelemahanPendekatan Lingkungan ……... 14
2. HasilBelajar IPA ... 15
a. Pengertian Hasil Belajar IPA ... 15
b. Jenis-Jenis Hasil Belajar ... 18
c. Jenis Alat Penilaian Hasil Belajar IPA ... 22
iv
D. Pengajuan Hipotesis ... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35
A. Tempat dan Waktu Penelitian... 35
B. Metode dan Desain Penelitian ... 35
C. Populasi dan Sampel ... 36
D. Variabel Penelitian ... 37
E. Teknik Pengumpulan Data ... 37
F. Instrumen Penelitian ... 37
G. Uji Coba Instrumen ... 39
H. TeknikAnalisis Data ... 45
I. Hipotesis Statistik ... 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50
A. Hasil Penelitian ... 50
1. Hasil Analisis ... 54
a. HasilUjiPrasyaratAnalisis ... 54
1) Uji Normalitas ... ... 54
2) Uji Homogenitas ... ... 55
b. HasilUjiHipotesis ... 55
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 56
C. KeterbatasanPenelitian ………..59
BAB V PENUTUP ... 60
A. Kesimpulan ... 60
vi
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes ... 38
Tabel 3.3 HasilUjiValiditasInstrumen ... 40
Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas ... 42
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes ... 42
Tabel 3.6 KlasifikasiIndeksKesukaranSoal ... 43
Tabel 3.7 Hasil Analisis Tingkat KesukaranButirSoal ... 43
Tabel 3.8 KlasifikasiDayaPembeda ... 44
Tabel 3.9 Hasil AnalisisDayaPembedaSoal ... 44
Tabel 4.1 Rekapitulasi Data HasilPretest danPosttestKelasEksperimendanKelasKotrol ... 50
Tabel 4.2 Hasil Uji NormalitasPretest - Posttest ... 54
Tabel 4.3 Hasil UjiHomogenitasPretest - Posttest ... 55
vii
PretestBerdasarkanJenjangKognitifPemahamanKonsepSiswa 51
Gambar 4.2 Diagram Persentase Data
PosttestBerdasarkanJenjangKognitifPemahamanKonsepSiswa 52
Gambar 4.3 Diagram
PersentasePretestdanPosttestBerdasarkanJenjangKognitifPemaham anKonsepSiswaKelasEksperimendan
1
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dapat menumbuhkembangkan
potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Pengajaran
bertugas mengarahkan proses pendidikan agar sasaran dari pendidikan dapat
tercapai sesuai dengan apa yang diinginkan. Pendidikan bagi bangsa yang
sedang membangun seperti bangsa Indonesia saat ini merupakan kebutuhan
mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan pembangunan
secara tahap demi tahap.1Guru dapat menggunakan pendekatan pembelajaran
yang dapat digunakan di lingkungan dengan melibatkan peserta didik secara
penuh sehingga peserta didik memperoleh pengalaman dalam menuju
kedewasaan, serta dapat melatih kemandirian peserta didik dapat belajar dari
lingkungan kehidupannya Penggunaan pendekatan lingkungan dalam
pembelajaran akan mendorong terciptanya suasana belajar yang
menyenangkan serta meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Suatu
pembelajaran yang terstruktur akan membuat siswa merasa tertantang secara
mental. Hal ini akan membuat siswa melanjutkan usahanya sehingga
memperoleh hasil belajar yang memuaskan (Fuad Iksan).
IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari siswa di
sekolah dasar.IPA merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas
tentang fakta serta gejala alam.Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan
pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. IPA juga
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Hal ini
menunjukkan bahwa hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk
menciptakan pembelajaran IPA yang empirik, faktual dan sistematis dalam
rangka melatih kemampuan berpikir logis dan sistematis siswa tentang
bagaimana cara produk sains ditemukan. Maka dari itu, pembelajaran IPA
sangat perlu diajarkan di sekolah dasar agar siswa memiliki sikap logis, kritis
1
dan sistematis dalam menemukan fakta-fakta dan konsep-konsep dari IPA itu
sendiri.Dengan adanya pelajaran IPA ini diharapkan dapat menjadi wahana
bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri, alam sekitar, serta
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari.2
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada tingkat pendidikan
dasar dapat dipandang sebagai awal dari upaya formal untuk memberikan
bekal kemampuan tentang IPA kepada siswa pada tingkat pendidikan lanjutan.
Dengan pendidikan IPA yang berkualitas sehingga siswa berpikir kritis,
kreatif, logis, dan berinisiatif dalam menghadapi berbagai isu dalam
masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan IPA dan teknologi.
Konsep-konsep sains dan lingkungan sekitar siswa dengan mudah
dikuasai siswa melalui pengamatan pada situasi yang konkret. Dampak positif
dari penerapan pendekatan lingkungan yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa
keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di lingkunganya.
Berdasarkan hasil observasi di SD Negeri 14 Pagi Pondok Labu
sebagian besar guru hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja kepada siswa
tanpa berusaha untuk mengaitkan dengan lingkungan siswa dan pengetahuan
yang telah dimiliki siswa dari lingkungan disekitarnya dan pengalamannya
dengan pengetahuan yang akan dipelajari siswa di sekolah. Dengan demikian,
belajar hanya bersifat hafalan saja dan kurang bermakna. Untuk mengatasi
masalah tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
lingkungan sebagai sumber belajar sehingga dapat membuat pembelajaran
lebih bermakna.
Manusia hidup di bumi tidak sendirian, melainkan bersama makhluk
lain, yaitu tumbuhan, hewan, dan jasad renik, makhluk hidup lain itu bukanlah
sekedar kawan hidup yang hidup bersama netral atau pasif terhadap manusia,
malainkan hidup manusia itu terkait erat pada mereka.
2
Poppy Kamalia Devi, Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA untuk Guru SMP, Modul diakses dari
Penggunaan dan pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran
merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah. Banyak hal yang harus
dipelajari dalam pemanfaatan dan penggunaan agar dapat berhasil
menggunakannya, disamping perlu latihan-latihan penggunaan lingkungan
dalam pengajaran. Tentunya penggunaan lingkungan ini harus disesuaikan
dengan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa agar apa yang
dipelajarinya dapat dipahami dan dimengerti.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian dengan
mengggunakan pendekatan lingkungan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa dengan judul : Pengaruh Penggunaan Pendekatan Lingkungan
Sebagai Sumber Belajar Terhada hasil Belajar IPA Materi Benda dan
Sifatnya
B. Identifikasi Masalah
Dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat di peroleh
identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Guru kurang menghubungkan konsep IPA dengan lingkungan nyata
2. Kurangnya menggunakan model pembelajaran yang bervariatif sehingga
siswa mudah jenuh dan membosankan
3. Siswa mengalami kesulitan dalam belajar IPA
4. Masih sering menggunakan metode ceramah dan kegiatan belajar mengajar
masih berpusat pada guru
5. Masih sedikitnya penggunaan lingkungan sebagai pendekatan dalam
pembelajaran IPA
C. Perumusan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah maka penulis
merumuskan masalah yang akan dibahas, yaitu : “Apakah terdapat pengaruh
pendekatan lingkungan sebagai sumber belajarterhadap hasil belajar IPA siswa
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang ada peneliti ini bertujuan untuk
memperoleh data emperis dan dapat digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya “Pengaruh pengguanaan pendekatan lingkungan sebagai sumber
belajar terhadap hasil belajar IPA siswa materi benda dan sifatnya?
E. Pembatasan Masalah
Dari berbagai permasalahan yang muncul, dalam hal ini perlu adanya
pembatasan masalah yang akan diteliti yaitu pada :
1. Metode pembelajaran IPA yang membuat siswa aktif adalah dengan
menggunakan pendekatan lingkungan
2. Hasil belajar yang akan diukur adalah pada ranah konsep hubungan sifat
bahan dengan bahan penyusunnya dan perubahan sifat benda baik
perubahan kognitif dari tingkat mengingat (C1), memahami (C2),
menerapkan (C3).
3. Penelitian ini dilakukan di kelas V pada materi benda dan sifatnya.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang akan dilaksanakan
adalah sebagai berikut :
1. Bagi siswa dapat menguasai konsep konsep lingkungan sehingga dapat
diharapkan hasil belajar IPA dapat meningkat.
2. Bagipeneliti, sebagai calon pendidik agar dapat mengembangkan dan
meningkatkan hasil belajar melalui lingkungan sebagai sumber belajar
3. Menambah wawasan khususnya dalam memperbaiki model pembelajaran
4. Bagi pembaca, Memberikan infirmasi tentang pengaruh pembelajaran pendekatan
5
A. KAJIAN TEORI
1. Hakikat IPA
a. Pengertian IPA
IPA merupakan singkatan dari ilmu pengetahuan alam,
terjemahan dari Natural Science. Natural artinya alami yang berhubungan dengan alam dan Science berhubungan dengan Ilmu
Pengetahuan Alam.3 Jadi, IPA merupakan suatu kumpulan
pengetahuan tersusun secara sistematik secara umum terbatas pada
gejala alam.
IPA didasarkan pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa
alam raya ini dapat dipelajari, dipahami dan dijelaskan melalui proses
tertentu melalui observasi, eksperimen dan analisis rasional. Hal ini
sebagaimana dikemukakan oleh Patta Pandu, IPA merupakan aktivitas
pemecahan masalah oleh manusia yang termotivasi oleh keingintahuan
akan alam sekelilingnya dan keinginan memahami, mengetahui, dan
mengelolanya demi kebutuhannya.4
Sedangkan Usman Samatoa mengemukakan bahwa “IPA
merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan
yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan
observasi dan eksperimen.5
Dari beberapa pengertian di atas, jadi ilmu pengetahuan alam
(IPA), science itu pengertiannya dapat di sebut sebagai ilmu
3
Budhi Akbar dan Gufron Amirullah.2010. Bahan Materi IPA PLPG .Jakarta: UHAMKA. Hlm.37
4
Patta Bundu.2006,Penilaian keterampilan sains. Jakarta:Depdiknas. Hlm.10 5
pengetahuan alam. Ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa
alam.
b. Pembelajaran IPA di SD
IPA menurut Usman Samatoa6,pembelajaran IPA disekolah
dasar perlu didasari oleh pengalaman untuk membantu siswa pelajar
IPA dengan bertujuan membantu siswa memperoleh ide, pemahaman,
dan keterampilan yang esensial sebagai warga negara,dengan
kemampuan menggunakan alat tertentu, kemampuan mengamati benda
sekitarnya.
Pada dasarnya IPA adalah ilmu yang memperlajari cara
mencari tahu tentang alam semesta dan segala isinya secara sistematis,
IPA merupakan mata pelajaran yang berguna bagi kehidupan siswa,
selain untuk mengetahui segala sesuatu yang ada di alam semesta ini,
IPA yang dijadikan suatu wahana bagi peserta didik untuk mengetahui
dan mempelajari dirinya sendiri dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar.
Menurut permen No.22 Tahun 20067“mata pelajaran IPA perlu
diberikan kepada semua peserta didik dimulai dari sekolah dasar untuk
membekali peserta didik memenuhi kebutuhan manusia dengan
lingkungan. Dari pernyataan di atas terlihat jelas bahwa pelajaran IPA
memiliki peranan penting dalam menumbuhkan kemampuan berfikir
logis dan memerlukan keterampilan kerja siswa dalam memecahkan
masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
mewujudkan itu semua, kurikulum di Indonesia, yang di kenal dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merumuskan beberapa
tujuan penting yang ingin dicapai dalam pembelajaran IPA SD, yaitu :
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan dalam
ciptaan-Nya.
6
Usman Samatoa. 2010 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Hlm 3-4
7
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan keselarasan
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi anatara IPA,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperasaan dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkataknya kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagi salah satu cptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Berdasarkan tujuan tersebut tergambar dengan jelas bahwa arah
dan orientasi pembelajaran IPA adalah mengarahkan siswa untuk
mampu mengembangkan segala pengetahuan yang dimiliki untuk
memelihara dirinya sendiri, lingkungan serta jagad raya ini. Untuk
menilai ketercapaian semua tujuan diatas, dibutuhkan suatu bukti yang
menunjukkan tingkat penguasaan siswa terhadap konsep IPA yang
telah diajarkan, yang meliputi pengembangan keterampilan untuk
menyelidikai alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat
keputusan, serta meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan
segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan di muka bumi
ini. Bukti tersebut dapat ditunjukkan dengan pencapaian hasil belajar
yang dipisahkan menjadi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, hasil belajar adalah bukti
pencapaian kemampuan belajar yang diperoleh siswa setelah melalui
serangkaian kegiatan pembelajaran, yang bertujuan mengukur
ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Sedangkan
IPA, yang meliputi pengembangan keterampilan untuk menyelidiki
alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan, serta
meningkatkan kesadaran menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan dimuka bumi.
Dari pengertian di atas, berarti pembelajaran IPA di SD
diharapkan dapat membekali siswa dengan pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang diperlukanuntuk melanjutkan pendidikan dan untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan- perubahan disekelilingnya yaitu
dengan melibatkan siswa ke dalam kegiatan IPA sejak dini dan akan
menghasilkan generasi dewasa yang dapat menghadapi tantangan
hidup dalam dunia yang makin kompetitif.
2. Sumber Belajar
Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat di gunakan oleh peserta
didik dalam belajar, baik terkombinasi sehingga mempermudah peserta
didik dalam pencapaian tujuan belajar atau mencapaian komponen
tertentu.
Adapun para ahli mengemukakan pendapat tentang pengertian
sumber belajar sebagai berikut :
1. Menurut Yusufhadi Miarso8 adalah segala sesuatu yang meliputi
pesan orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan, baik secara
tersendiri maupun dapat memungkinkan terjadinya belajar.
2. Edgar Dale mengemukakan sumber belajar adalah segala sesuatu
yang dapat dimanfaatkan untuk mefasilitasi belajar seseorang.
3. Menurut Rohani sumber belajar adalah macam sumber yang ada di
luar diri seseorang ( peserta didik) dan yang memungkinkan terjadi
proses belajar.
a) Macam- macam sumber belajar
8
Sumber belajar diliputi pesan, orang, bahan, peralatan,
teknik dan lingkungan. Sumber belajar dapat berbentuk pesan,
contohnya cerita rakyat, dongeng, hikayat dan sebagainya, orang
seperti. contoh tokoh masyarakat, siswa, ahli, nara sumber,
masyarakat dan sebagainya
Sumber belajar yang bersumber dari bahan: seperti buku,
film, slide, gambar, arca, komik dan sebagainya
Sumber belajar yang besumber dari alat atau perlengkapan
seperti: komputer, radio, televisi, VCD/DVD, camera, mobil,
motor, alat listrik, obeng dan sebagainya.
Lingkungan seperti ruang kelas, studio, perpustakaan, aula,
taman, kebun, museum, pasar, toko, kantor dan sebagainya.
Sedangkan metode/ teknik seperti, diskusi, pemecahan masalah,
simulasi, permainan, nasehat, percakapan biasa, debat dan
sebagainya.
b) Manfaat sumber belajar
Menurut Rohan9i menfaat sumber belajar antara lain :
Memberikan pengalaman belajar secara langsung dan kongkret
kepada peserta didik.
1) Dapat menyajikan suatu yang tidak mungkin diadakan secara
langsung dan kongkrit
2) Dapat menambah dan meperluas pengalaman dalam kelas
3) Dapat memberika informasi yang akurat dan terbaru
4) Dapat membentu memecahkan masalah pendidikan baik dalam
lingkup mikro maupum makro
5) Dapat memberikan informasi positif
6) Dapat merangsang untuk berfikir, bersikap dan berkembang
lebih lanjut
9
c) Fuingsi sumber belajar
1) Mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk
menggunakan waktu secara lebih baik
2) Mengurangi beban dalam menyajikan informasi, sehingga lebih
banyak membina dan mengembangkan semangat
3) Mengurangi kontrol guru dan memberika kesempatan siswa
untuk berkembang sesuai kemampuannya.
Jadi pada dasarnya sumber belajar yang dipakai dalam
pendidikan adalah suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan bahan
atau sistuasi yang diciptakan dengan sengaja dan dibuat agar siswa
belajar secara individual.
a) Pengertian pendekatan lingkungan
Beberapa pendapat mengenai pengertian pendekatan lingkungan
adalah sebagai berikut:
a) Karli dan Margaretha, mengatakan bahwa: "Pendekatan lingkungan
adalah suatu strategi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan
sebagai sasaran belajar, sumber belajar, dan sarana belajar. Hal
tersebut dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah lingkungan,
dan untuk menanamkan sikap cinta lingkungan".
b) Penggunaan pendekatan lingkungan berarti mengaitkan lingkungan
dalam suatu proses belajar mengajar. Lingkungan digunakan sebagai
sumber belajar ".
c) Nasution, mengatakan bahwa: "Pendekatan lingkungan ialah
pendekatan melalui lingkungan siswa, mendasarkan pelajaran atas
keadaan tempat sehari-hari siswa seperti: kebun, sawah, hutan, sungai,
kampung, industri, alat-alat rumah dan lain sebagainya. Bahan
pelajaran disusun atas dasar lingkungan itu".
d) Pendekatan lingkungan atau karyawisata adalah pendekatan yang
berorientasi pada alam bebas dan nyata, tidak selalu harus ke tempat
Pemanfaatan lingkungan dalam pengajaran mempunyai
keuntungan praktis dan ekonomis. Keuntungan praktis karena mudah
diperoleh, sedangkan keuntungan ekonomis karena murah dan dapat
dijangkau oleh seluruh siswa. Dengan memanfaatkan lingkungan
sekaligus juga memanfaatkan kepedulian siswa untuk mencintai
lingkungan belajarnya. Hal ini akan lebih terasa bermakna, bermanfaat
dan langsung dapat dirasakan oleh siswa. Dengan demikian baik
sekolah yang sudah mempunyai laboratorium lengkap maupun yang
sama sekali belum memiliki laboratorium, sama-sama dapat
memanfaatkan laboratorium alam sebagai salah satu alternatif proses
belajar, terlebih-lebih bagi konteks materi pelajaran Ilmu Pendidikan
Alam (Sains).
d. Jenis-jenis Lingkungan untuk Pembelajaran
Berkaitan dengan pendekatan lingkungan ini, UNESCO,
Mulyasa10 mengemukakan jenis-jenis lingkungan yang dapat
didayagunakan oleh peserta didik untuk kepentingan pembelajaran
yaitu :
1) Lingkungan yang meliputi faktor-faktor fisik, biologi, sosio
ekonomi, dan budaya yang berpengaruh secara langsung maupun tidak
langsung, dan berinteraksi dengan kehidupan peserta didik.
2) Sumber masyarakat yang meliputi setiap unsur atau fasilitas yang
ada dalam suatu kelompok masyarakat.
3) Ahli-ahli setempat yang meliputi tokoh-tokoh masyarakat yang
memiliki pengetahuan khusus dan berkaitan dengan kepentingan
pembelajaran.
Pembelajaran berdasarkan pendekatan lingkungan dapat
dilakukan dengan dua cara :
10
1) Membawa peserta didik ke lingkungan untuk kepentingan
pembelajaran. Hal ini bisa dilakukan dengan metode karyawisata,
metode pemberian tugas, dan lai-lain.
2) Membawa sumber-sumber dari lingkungan ke sekolah (kelas) untuk
kepentingan pembelajaran. Sumber tersebut bisa sumber asli.Seperti
benda padat, cair dan gas. Bisa juga sumber tiruan seperti model, dan
gambar.
Guru sebagai pemandu pembelajaran dapat memilih
lingkungan dan menentukan cara-cara yang tepat untuk
mendayagunakan dalam kegiatan pembelajaran. Pemilihan tema dan
lingkungannya yang akan didayagunakan hendaknya didiskusikannya
dengan peserta didik.
e. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Lingkungan
1) Kelebihan Pendekatan Lingkungan
Manfaat pendekatan lingkungan dalam pembelajaran memiliki
banyak keuntungan. Beberapa keuntungan tersebut antara lain :
a) Menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah
ada di lingkungan.
b)Praktis dan mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus
seperti listrik.
c) Memberikan pengalaman yang nyata kepada siswa, pelajaran
menjadi lebih konkrit, tidak verbalistik.
d)Karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan siswa, maka
benda-benda tersebut akan sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan siswa. Hal ini juga sesuai dengan konsep pembelajaran
kontektual.
e) Pelajaran lebih aplikatif, maksudnya materi pelajaran yang
diperoleh siswa melalui lingkungan kemungkinan besar akan
dapat diaplikasikan langsung, karena siswa akan sering menemui
benda-benda atau peristiwa serupa dalam kehidupannya
f) Pendekatan lingkungan dalam pembelajaran memberikan
pengalaman langsung kepada siswa. Dengan pendekatan
lingkungan, siswa dapat berinteraksi secara langsung dengan
benda, lokasi atau peristiwa sesungguhnya secara alamiah.
g)Lebih komunikatif, sebab benda dan peristiwa yang ada di
lingkungan siswa mudah dicerna oleh siswa, dibandingkan dengan
media yang dikemas (didesain)”. f. Kelemahan pendekatan lingkungan
Disamping ada beberapa kelebihan yang diperoleh dari
penggunaan pendekatan lingkungan tersebut, penulis juga
memperkirakan beberapa kendala yang perlu dicari solusinya yaitu :
a) Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada
kebutuhan siswa padahal dalam kelas itu tingkat kemampuan
siswanya berbeda-beda sehingga guru akan kesulitan dalam
menentukan materi pelajaran karena tingkat pencapaian siswa tadi
tidak sama.
b) Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam
proses belajar mengajar.
c) Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran
menggunakan pendekatan lingkungan akan nampak jelas antara
siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian
menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang
kemampuannya.
d) Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan
menerapkan pembelajaran menggunakan pendekatan lingkungan
ini akan terus tertinggal dan sulit mengejar ketertinggalan, karena
dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari
keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti
setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman
e) Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan
mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan
pendekatan lingkungan.
f) Kemampuan yang didapat oleh siswa akan bereda-beda dan tidak
merata.
g) Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam
pendekatan lingkungan ini peran guru hanya sebagai pengarah dan
pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan
berusaha sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan
menemukan pengetahuan baru di lapangan.
g. Langkah-langkah Menggunakan Pendekatan Lingkungan
1) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih
bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik
3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4) Menghadirkan model sebagai contoh belajar
5) Melakukan refleksi diakhir pertemuan.
6) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Ciri kelas yang menggunakan pendekatan lingkungan :
1) Pengalaman nyata
2) Kerja sama, saling menunjang
3) Gembira, belajar dengan bergairah
4) Pembelajaran terintegrasi
5) Menggunakan berbagai sumber
6) Siswa aktif dan kritis
7) Menyenangkan, tidak membosankan
8) Sharing dengan teman
9) Guru kreatif
Tori belajar yang dapat digunakan untuk mendukung
belajar kontruktivisme menggambarkan bahwa siswa membentuk dan
membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan
lingkungannya. Teori kontruksivisme menyatakan bahwa
pengetahuan tidak dapat diberikan begitu saja dari seseorang kepada
orang lain (dari guru kepada siswa), tetapi harus dibangun oleh setiap
siswa melalui interprestasi informasi secara terus menerus.
Belajar berdasarkan teori kontruktivisme memiliki pengertian
sebagai interaksi antara konsep, masalah, siswa dan berbagai aspek
aspek dari lingkungan belajar. Jadi dalam belajar ada saling
keterkaitan antara aspek yang satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan masalah atau isu di masyarakat yang ditemukan
siswa, guru mengarahkan dengan suatu pendekatan dalam
pembelajaran sehingga siswa dapat mengkontruksi pengetahuannya
sendiri, misalnya dengan pendekatan lingkungan. Dengan cara ini
guru telah menerapkan paham kontruktivisme.
Penggunaan pendekatan lingkungan berarti mengkaitkan
lingkungan dalam suatu proses belajar mengajar. Lingkungan
digunakan sebagai sumber belajar. Untuk memahami materi yang erat
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari sering digunakan pendekatan
lingkungan, sebagai contoh untuk memahami lingkungan, dengan
mengambil contoh kejadian nyata dilingkungan sekitar, siswa dapat
lebih paham dari interaksi tersebut.
Lingkungan merupakan ilmu pengetahuan yang menjadi aspek
teori maupun aplikasi dari kehidupan manusia.11 Sehingga erat
kaitannya dengan kehidupan manusia(siswa) sehingga siswa dapat
lebih memahami apa yang dipelajari dan terjadi dilingkungannya.
Dalam proses pembelajaran tidak selalu siswa di ajak ke lingkungan
dapat juga guru memberikan informasi yan dikaitkan dengan
lingkungan , terutama lingkungan sekitar.
11
Pendekatan lingkungan, yaitu pendekatan pembelajaran yang
berusaha untuk meningkatkan keterlibatan siswa dengan melalui
lingkungan sebagai sumber belajar, atau dengan kata lain kegiatan
pembelajaran akan menarik perhatian siswa jika apa yang dipelajari
diangkat dari lingkungan sehingga apa yang dipelajari berhubungan
dengan kehidupan dan berfaedah bagi lingkungannya.12Pendekatan
lingkungan merupakan pembelajaran dimana siswa diajak secara
langung berhadapan dengan lingkungannya dimana fakta atau gejala
alam tersebut berada. Antoni Kola mengemukakan bahwa Pendekatan
lingkungan adalah proses pembelajaran yang dpat meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran tentang lingkungan dan maalahyang
terkait, sehingga dapat mengembangkan keterampilan dan keahlian
untuk mengetahui masalah lingkungan, sikap, motivasi, dan
komitmen untuk membut keputusan dan tindakan yang
bertanggungjawab terhadap masalah yang terjadi di lingkungan.13
Beberapa alasan untuk menggunakan pendekatan lingkungan
pada proses pembelajaran di kelas, adalah sebagai berikut14 :
1. Mendapatkan informasi berdasarkan pengalaman langsung
2. Mudah mencapai sasaran pembelajaran yang telah ditetapkan
3. Mengenal dan mencintai lingkungan yang pada akhirnya membuat
mengagumi penciptaannya
4. Membuat pelajaran lebih konkrit
5. Penerapan ilmu lebih mudah, sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa akan
merasakan belajar IPA lebih menarik dan lingkungan sangat
penting
12
Prisca Kurniawati, Memilih Se kolah untuk putra/putrid Anda.www.tunasdaud.com. 26 April 2007
13
Antoni Kola, effect ofEnvironmental Education Of African School Childeren’s wasres Disposal Practices. http/:www.allacademic.com/. 2008
14
Pemanfaatan lingkungan sangat penting dalam pembelajaran
IPA, karena lingkungan dapat dipandang sebagai sarana belajar atau
merupakan objek yang dipelajari anak. Lingkungan sebagai sumber
belajar, ada bermacam-macam sumber misalnya: buku, laboratorium,
tenaga ahli atau kebun sekitar sekolah. Lingkungan sebagai sarana
belajar IPA, lingkungan yang alami menyediakan berbagai
bahan-bahan yang tidak perlu membeli, misalnya air, udara, cahaya matahari,
tumbuhan, hewan dan sebagainya15
Banyak hal yang dapat dipelajari siswa dari lingkungan yang
ada disekitar. Lingkungan dapat meliputi dua aspek yaitu (1) keadaan
atau kondisi suatu lingkungan organisme atau kelompok organisme
dan (2) kondisi sosial dan budaya dari suatu kelompok individu.16
Dengan demikianapa yang ada dilingkungan baik kondisi lingkungan
secara fisik maupun lingkungan sosial budaya yang ada disekitar
siswa dpat dijadikan sebagai sumber belajar.
Menurut Semiawan ada empat sumber belajar yang berkenaan
langsung dengan lingkungan sebagai berikut.
a. Masyarakat kota atau desa disekelilingnya
b. Lingkungan fisik di sekitar sekolah
c. Bahan sisa yang sudah tidak terpakai yang dapat menimbulkan
pemahaman lingkungan
d. Peristiwa alam yang terjadi di manfaatkan cukup menarik perhatian
siswa.
Berdasarkan kutipan di atas maka dapat kita lihat bahwa
disekitar sekolah terdapat berbagai macam sumber belajar yang dapat
dimanfaatkan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan
demikian siswa dapat lebih mengenal lingkungannya. Pengetahuan
15
siswa akan lebih bermakna, serta siswa lebih aktif dan lebih banyak
belajar.
Pendekatan lingkungan merupakan pendekatan mengajar yang
erat kaitannya dengan apa yang diajarkan guru yaitu alam sekitar.
Dengan mengunakan pendekatan lingkungan, guru dapat mengajak
anak- anak untuk menyadari betapa besarnya kasih sayang Allah pada
makhluk-Nya, dan dengan demikian diharapkan merekapun mau
menghargai hasil ciptaan itu sebagai tanda syukur mereka kepada
Allah.
Pada dasarnya belajar merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dengan interaksi lingkungannya.
h. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Lingkungan
Dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional,
berkembangnya potensi peserta didik agar menajadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan bertanggungjawab. Untuk
mencapai hal tersebut. proses pembelajaran tidak hanya
mengembangkan kemampuan kognitif, tetapi juga mengembangkan
kecakapan aspek efektif dan psikomotorik. Selanjutnya akan
mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual
secara berimbang.
Penggunaan sumber belajar sangat efektif untuk menciptakan
suatu kegiatan belajar yang produktif. Sumber belajar memiliki
peranan lingkungan penting dalam proses belajar mengajar sehingga
siswa mudah memahami pelajaran.
Melalui pendekatan lingkungan, para siswa diajak memahami
konsep sains dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar.
Dengan demikian diharapkan memiliki kepedulian terhadap
melakukan tindakan nyata apabila mereka suatu ketika menghadapi
masalah dalam lingkungan mereka sendiri.
Selain itu, pengajaran lingkungan dapat menyatakan penjelasan
untuk memperbaiki pembelajaran siswa dikelas yang bertujuan
manyatukan antara lingkungan dengan konteks pembelajaran.17
Pembelajaran berdasarkan pendekatan lingkungan dapat
dilakukan dengan dua cara :18
1. Membawa peserta didik ke lingkungan untuk kepentingan
pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan denga metode karyawisata,
metode pemberian tugas, dan lain-lain
2. Membawa sumber-sumber dari lingkungan ke sekolah (kelas)
untuk kepentingan pembelajaran, sumber tersebut biasa berupa
model dan gambar.
Kedua jenis cara tersebut di atas tidak terlepassatu sama lain,
karena siswa biasanya sering mengunjungi lingkungan atau membawa
benda-benda dan contoh-contoh kedalam kelas.
i. Manfaat pendekatan lingkungan
Hasil dari proses pendidikan dan pembelajaran pada akhirnya
akan bermuara pada lingkungan. Manfaat keberhasilan pembelajaran
akan terasa jika apa yang kita peroleh dari pembelajaran dapt
diaplikasikan dan diimplementasikan dalam realitas kehidupan.19
Nilai dari suatu lingkungan sebagai sumber belajar bergantung
pada kecakapan memanfaatkannya. Setiap sumber belajar harus
dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan tertentu yaitu:20
17
Lynne Ferguson, Tony Angell dan Margaret Tudor, Better Test Scores Trough Enviromental Education?. http://clearingmagazine.org?.2001
18
Ray Suryo, Pendekatan Discovery, Inquiry dan STS dalam pembelajaran Fisika dalam
1. Membantu memecahkan masalah
2. Lebih dapat menjelaskan konsep dan prinsip-prinsip IPA
3. Memperbesar kecenderungan anak didik untuk menyelidiki alam
sekitar
Selain itu, beberapa keuntungan yang dapat diambil dari upaya
pemberdayaan lingkungan sebagai sumber belajar yaitu:21
a) Memberikan perubahan iklim dan suasana pembelajaran kepada
siswa.
b) Memberikan kesempatan kepada siswa melakukan pratikum
terhadap apa yang dipelajari dikelas
c) Memungkinkan siswa belajar mandiri, sehingga mengurangi
ketergantungan siswa terhadap guru
d) Memperluas wawasan tentang berbagai fakta keilmuan yang
ditemukan di alam nyata
Pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar
mempunyai beberapa keuntungan, yaitu:22
a) Alam sekitar merupakan sumber belajar yang sangat mudah di
jangkau
b) Objek dan permasalahannya beraneka ragam
c) Dapat memupuk kesadarn dan kecintaan anak terhadap alam sekitar
d) Pengetahuan yang diperoleh lebih bermakna dan sukar dilupakan
e) Anak akan dapat lebih banyak berlatih melakukan observasi dan
eksperimen
Pendekatan lingkungan merupakan pendekatan mengajar yang
erat dengan apa yang diajarkan guru yaitu alam sekitar. Dengan
menggunakan pendekatan ini, guru dpat mengajak anak-anak untuk
menyadari betapa besarnya Kasih Allah pada makhluk-Nya, dan
dengan demikian merekapun menghargai hasil ciptaannya itu, dan yang
21
Muh. Hamzah Zaidin , Sekolah Masa Depan, Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar, bulletin Pelangi Pendidikan, Vol 3 No.2 Tahun 2000 hal 44-45
22
paling diharapkan ialah sejak dini mereka mau mancuptakan
mengerjakan segala perintah ilahi sebagai tanda syukur pada-Nya.
Pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar yang
dikemas melalui keterampilan proses dapat disajikan dalam proses
pembelajaran IPA dan akan menciptakan interaksi yang lebih tinggi
karena fisik maupun mental siswa terlibat langsung di lingkungan.
Antara guru dan siswa dapat bekerja sama dalam proses belajar,
memilih lingkungan sekitar sebagai subyek atau sumber belajar
misalnya sawah, sungai, rawa atau hutan. Dampak positif penerapan
pendekatan lingkungan yaitu dapat memacu sikap rasa ingin tahu serta
partisipasi belajar siswa akan semakin meningkat.
Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa penggunaan
lingkungan sebagai sumber belajar dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa dalam pembelajaran IPA. Pemanfaatan lingkungan sekolah
sebagai sumber belajar dalam pembelajaran IPA sangat diperlukan
dalam memotivasi siswa belajar IPA.
Belajar pada hakekatnya adalah suatu interaksi antara individu
dengan lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan sebaliknya individu memberikan respons
terhadap lingkungan. Dalam proses interaksi dapat terjadi perubahan
pada diri individu berupa perubahan tingkah laku. Muhibin Syah23
mengatakan bahwa: "Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah
laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungannya yang melibatkan proses kognitif'. Hal
ini menunjukkan bahwa fungsi lingkungan merupakan faktor yang
penting dalam proses belajar mengajar”.
Berdasarkan Maria Habiba, “Berkaitan dengan pentingnya lingkungan dalam pengajaran, ada suatu asas dalam pengajaran yaitu
asas-asas didaktik atau asas-asas mengajar yang disebut dengan asas
23
lingkungan, yaitu suatu asas yang mengaitkan pengajaran dengan
lingkungan siswa. Bagi seorang guru, menguasai asas mengajar adalah
sangat penting dan merupakan suatu keharusan, karena dengan
menguasai asas-asas mengajar ini akan dapat membantu guru dalam
meningkatkan dan mengembangkan praktek pengajaran di kelas untuk
tercapainya tujuan pengajaran yang diharapkan. Akan tetapi dengan
hanya menguasai asas-asas mengajar belum merupakan suatu jaminan
bahwa guru dengan sendirinya akan berhasil dalam mengajarnya.
Dalam hal ini Nasution ,mengatakan bahwa: "Menguasai
asas-asas didaktik belum merupakan suatu jaminan bahwa seseorang dengan
sendirinya akan menjadi guru yang baik. Mengajar itu sangat kompleks
dan dipengaruhi oleh macam-macam faktor, antara lain pribadi guru
sendiri, suasana kelas, hubungan antar manusia di sekolah, keadaan
sosial ekonomi negara, organisasi kurikulum dan sebagainya. Akan
tetapi seseorang pasti tidak akan menjadi guru yang baik kalau
mengabaikan asas-asas didaktik. Itu sebabnya didaktik perlu dipelajari
oleh setiap pengajar ".
Berdasarkan Jurnal Pendidikan oleh Maria Habiba “bahwa
untuk menjadi guru yang baik salah satu usahanya ialah dengan
menguasai asas-asas didaktik atau asas-asas mengajar, dan salah satu
asas itu ialah asas lingkungan. Dalam pelaksanaannya asas lingkungan
ini digunakan melalui pendekatan lingkungan di dalam proses belajar
mengajar yang disesuaikan dengan tujuan dan materi pelajaran yang
telah ditetapkan. Betapa pentingnya penggunaan atau pemanfaatan
lingkungan dalam pengajaran. Namun demikian, dengan berbagai
alasan disinyalir masih banyak para guru yang melupakan pentingnya
lingkungan ini dalam pengajaran sebagai sumber belajar. Kiranya hal
ini merupakan hambatan dalam pembelajaran yang berlangsung di
sekolah, karena sebenarnya banyak keuntungan yang diperoleh dengan
Hasil penelitian oleh Anggaraini) “Apabila kita memperhatikan pembelajaran yang terjadi di sekolah sebagian besar guru hanya
menstransfer ilmu pengetahuan saja kepada siswa tanpa berusaha untuk
mengaitkannya dengan lingkungan siswa dan juga tidak berusaha
mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan pengetahuan
yang akan dipelajari siswa di sekolah. Dengan demikian belajar hanya
bersifat hafalan saja dan tidak bermakna. Untuk mengatasi masalah ini
salah satu upayanya ialah dengan menggunakan pendekatan lingkungan
dalam pembelajaran, yaitu menggunakan sesuatu yang ada di
lingkungan siswa sebagai sumber belajar sehingga dapat membuat
pembelajaran lebih bermakna.
Nasution mengemukakan bahwa: “Menggunakan atau
memanfaatkan lingkungan dalam pengajaran adalah suatu pekerjaan
yang tidak mudah. Banyak hal yang harus dipelajari agar dapat berhasil
menggunakannya, disamping perlu latihan-latihan penggunaan
lingkungan dalam pengajaran. Tentunya penggunaan lingkungan ini
harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan
kepada siswa.
Pemanfaatan lingkungan dalam pengajaran mempunyai
keuntungan praktis dan ekonomis. Keuntungan praktis karena mudah
diperoleh, sedangkan keuntungan ekonomis karena murah dan dapat
dijangkau oleh seluruh siswa. Dengan memanfaatkan lingkungan
sekaligus juga memanfaatkan kepedulian siswa untuk mencintai
lingkungan belajarnya. Hal ini akan lebih terasa bermakna, bermanfaat
dan langsung dapat dirasakan oleh siswa. Dengan demikian baik
sekolah yang sudah mempunyai laboratorium lengkap maupun yang
sama sekali belum memiliki laboratorium, sama-sama dapat
memanfaatkan laboratorium alam sebagai salah satu alternatif proses
belajar, terlebih-lebih bagi konteks materi pelajaran Ilmu Pendidikan
Alam (Sains).
Sujana, mengemukakan bahwa pengertian sumber belajar dapat
diartikan secara sempit dan secara luas. Pengertian secara sempit
diarahkan pada bahan-bahan cetak, sedangkan secara luas tidak lain adalah
data yang biasa digunakan untuk kepentingan proses belajar mengajar,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sekitar anak-anak kita merupakan salah satu sumber belajar yang
di optimalkan untuk pencapaian proses hasil pendidikan yang berkualitas.
Jumlah sumber yang belajar yang tersedia di lingkungan ini tidak terbatas,
pada umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk kepentingan
pendidikan.
Sumber belajar lingkungan ini akan semakin memperkaya
wawasan pengetahuan anak karena belajar tidak terbatas oleh tempat dan
didinding kelas. Selain itu kebenarannya juga akurat sebab anak dapat
mengalami secara langsung.
a) Pembelajaran di Luar Kelas
Proses belajar mengajar dalam kelas tidak selamanya efektif tanpa
adanya alat peraga sebagai pengalaman pengganti yang dpat memperkuat
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang diberikan, tetapi
minimnya alat peraga yang tersedia menyebabkan guru perlu menanamkan
materi. Sedangkan dilingkungan sekitar cukup potensial dijadikan sebagai
sumber belajar sebagai pengalaman langsung yang tidak begitu saja
dilupakan oleh siswa. Lingkungan sebagai sumber belajar dikemukankan
oleh Semiawan dkk, sebagai berikut : sebenarnya sumber belajar yang
terdapat dilingkungan kita, baik disekitar sekolah maupun di luar sekolah
sekurang-kurangnya memiliki empat jenisyang sangat bermanfaat, yaitu:
a) Masyarakat desa atau kota disekliling sekolah
b) Lingkungan fisik di sekitar sekolah
c) Bahan sisa yang tidak tepakai yang sudah terbuang, yang dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan namun bermanfat untuk proses
d) Peristiwa alam yang terjadi di masyarakat cukup menarik perhatian
siswa. Ada peristiwa yang mungkin tidak dapat dipastikan akan
terulang kembali dan tidak melewatkan untuk dicatat di buku atau
pikiran siswa
Cukup banyak tersedia sumber dan alat bantu belajar mengajar
diluar didinding sekolah kita, bawa sesuatu di lingkungan ke dalam kelas.
Bawalah siswa ke lingkungan luar. Biarkan mereka senang belajar dengan
lingkungannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan
lingkungan sangat baik bagi penanaman materi pembelajaran pada
siswa.Hanya saja perlu ditekankan bahwa media yang khusus disediakan
yaitu yang berhubungan dengan lingkungan fisik yang berada
dilingkungan sekitar mereka.
Sulaiman mengemukakan bahwa, tidak seperti pengalaman dengan
kata-kata, pengalaman nyata sangat efektif untuk mendapatkan suatu
pengertian, karena pengalaman nyata mengikuti sertakan semua indra dan
akal. Pengalaman nyata dan mempunyai kecerdasan yang dapat menyerap
yang menyeluruh dari segala segi tentang semua pengalaman itu, ia akan
sanggup mengembangkan pengertian yang sebaik-baiknya tentang semua
yang dialaminya itu.
Pengalaman langsung sangat bermanfaat sekali bagi pengajaran
yang memerlukan pembuktian di lapangan, tetapi pengalaman langsung ini
tidak semua sekolah dapat memanfaatkannya, karena tidak semua sekolah
memiliki lingkungan sesuai denga kebutuhan untuk memperkuat materi
pelajaran yang disampaikan sehingga sangat beruntung sekolah yang
memiliki lingkungan sesuai materi pelajaran.
Dengan demikian jelas bahwa pngajaran di luar kelas banyak
keuntungannya dibandingkan dengan pengajaran hanya di dalam kelas,
karena lingkungan yang ada di sekitar sekolah dan sekitar tempat tinggal
untuk melakukan pengajaran di luar kelas tersebut tanpa atau sedikit biaya
yang diperlukan, sehingga tidak memberatkan siswa untuk melakukannya.
Pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar
mengarahkan anak pada peristiwa atau keadaan yang sebenarnya.
1) Pengertian Hasil Belajar IPA
Usman Samatoa mengemukakan Ilmu pengetahuan alam
merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA).Berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science itu pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu-ilmu yang mempelajari
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.24
IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara
sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang
dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh
Powler yang dikutip oleh Usman Samatowa IPA merupakan ilmu yang
berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang
tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil
observasi dan eksperimen/sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu
tersusun dalam suatu system, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang
lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya
merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum artinya
pengetahuan itu tidak haya berlaku atau oleh seseorang atau beberapa
orang dengan cara eksperimentasi yag sama akan memperoleh hasil yang
sama atau konsisten.
IPA berfaedah bagi suatu bangsa. Kesejahteraan suatu bangsa
banyak sekali tergantung kepada kemampuan bangsa itu dalam bidang
IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi. Suatu teknologi tidak akan
24
berkembang pesat jika tidak didasari pengetahuan dasar yang memadai.
Sedangkan pengetahuan dasar untuk teknologi adalah IPA.25
IPA melatih anak berpikir kritis dan objektif. Pengetahuan yang
benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur kebenaran
ilmu, yaitu rasional dan objektif.Rasional artinya masuk akal atau logis,
diterima oleh akal sehat.Objektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai
dengan kenyataan atau sesuai dengan pengalaman pengamatan melalui
panca indera.
Dari pernyataan di atas, terlihat dengan jelas bahwa pelajaran IPA
memiliki peranan penting dalam menumbuhkan kemampuan berfikir logis
dalam memecahkan masalah yang muncul dalam kehidupan. Pembelajaran
IPA di sekolah dasar sangatlah penting diberikan agar peserta didik dapat
mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, teknologi, dan
lingkungan. Dengan IPA pula peserta didik dapat mengembangkan
keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah, dan membuat keputusan yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Berdasarkan tujuan yang telah disebutkan di atas tergambar dengan
jelas bahwa arah dan orientasi pembelajaran IPA adalah mengarahkan
siswa untuk mampu mengembangkan segala pengetahuan yang dimiliki
untuk memelihara dirinya sendiri, lingkungan serta jagad raya ini. Untuk
menilai ketercapaian semua tujuan tersebut, dibutuhkan suatu bukti yang
menunjukkan tingkat penguasaan siswa terhadap konsep IPA yang telah
diberikan. Bukti tersebut dapat ditunjukkan dengan pencapaian hasil
belajar yang diperoleh siswa setelah melewati serangkaian kegiatan
belajar.
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya yakni ”hasil” dan ”belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau
25
proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.26
Sedangkan pengertian belajar menurut Muhibbin Syah belajar adalah
kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental
dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.27 Sedangkan
menurut Alex Sobur belajar dapat diartikan sebagai perubahan perilaku
yang relatif tetap sebagai hasil adanya pengalaman.28 Sejalan dengan
pendapat Alex, pengertian belajar menurut Iskandarwassid adalah proses
perubahan tingkah laku pada peserta didik akibat adanya interaksi antara
individu dengan lingkungannya melalui pengalaman dan latihan.29
Pengertian belajar memang selalu berkaitan dengan perubahan, baik yang
meliputi keseluruhan tingkah laku individu maupun yang hanya terjadi
pada aspek dari kepribadian individu. Perubahan perilaku itu merupakan
perolehan yang menjadi hasil belajar. Jadi hasil belajar adalah perubahan
yang mengakibatkan individu (manusia) berubah dalam sikap dan tingkah
lakunya. Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena
kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil
pengalaman.
Sementara itu, menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya.30 Hasil belajar menurut Purwanto seringkali
digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang
menguasai bahan yang sudah diajarkan.31 Jadi hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar antara guru
dengan siswa yang diakhiri dengan proses evaluasi yang hasilnya itulah
merupakan hasil belajar siswa selama menerima pembelajaran.
26
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2011), hlm. 44 27
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Deangan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Cet.15 hlm. 87
28
Alex sobur, Psikologi Umum, (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2003), hlm. 218 29
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 5
30
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 22
31
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan bukti pencapaian kemampuan belajar yang diperoleh
siswa setelah melalui serangkaian kegiatan pembelajaran, yang bertujuan
untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Sedangkan IPA adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir logis dan sistematis dalam
memecahkan masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi, Hasil belajar IPA adalah bukti pencapaian pemahaman
terhadap konsep-konsep IPA yang diperoleh siswa setelah melalui proses
pembelajaran.
a) Jenis-Jenis Hasil Belajar
Howard kingsley membagi tiga jenis hasil belajar, yaitu
keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan
cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar yakni
informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan
keterampilan motoris.32Dalam bukunya, Muhibbin Syah membagi hasil
belajar kedalam tiga ranah sebagai berikut:33
1) Ranah cipta (kognitif), terdiri dari: pengamatan, ingatan, pemahaman,
penerapan, analisis (pemeriksaan dan pemilahan secara teliti), sintesis
(membuat paduan baru dan utuh).
2) Ranah rasa (afektif), terdiri dari: penerimaan, sambutan, apresiasi
(sikap menghargai), internalisasi (pendalaman), karakterisasi
(penghayatan).
3) Ranah karsa (psikomotorik), terdiri dari: keterampilan bergerak dan
bertindak, dan kecakapan ekspresi verbal dan non verbal.
Dalam dunia pendidikan di Indonesia jenis-jenis hasil belajar yang
paling dikenal dan paling sering digunakan adalah jenis-jenis belajar yang
dikemukakan oleh Benyamin S. Bloom atau yang sering dikenal dengan
“Taksonomi Bloom”. Benyamin S. Bloom dan kawan-kawannya itu
32
Nana Sudjana, loc.cit.
33
berpendapat bahwa taksonomi (pengelompokkan) tujuan pendidikan itu
harus senantiasa mengacu pada tiga domain (daerah binaan atau ranah)
yang melekat pada diri peserta didik, yaitu: ranah proses berpikir
(cognitive domain), ranah nilai atau sikap (affaective domain), ranah keterampilan (psychomotor domain).34
Menurut Bloom ranah kognitif adalah ranah yang mencakup
kegiatan mental (otak). Menurutnya, segala upaya yang menyangkut
aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.35 Domain kognitif
merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan
perkembagannya dari persepsi, intropeksi, atau memori siswa.36 Ranah
kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek, yakni:37
1) Pengetahuan atau ingatan; istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai
terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah
tersebut termasuk pula pengetahuan faktual.
2) Pemahaman; tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan
adalah pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya
sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya.
3) Aplikasi; penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi
khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk
teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi.
4) Analisis; usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau
bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya atau susunannya.
5) Sintesis; penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk
menyeluruh.
34
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011), Cet.11 hlm.
35
Anas Sudijono, op.cit, hlm. 49-50 36
Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 75
37
6) Evaluasi; pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin
dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, materi, dll.
Pada abad ke-21, Anderson dan Kratwohl menganggap bahwa
taksonomi kognitif Bloom sudah kurang relevan dengan tuntutan jaman.
Anderson dan Kratwohl sepakat untuk membuat sebuah tim untuk
merevisi taksonomi kognitif Bloom. Berikut perubahan taksonomi Bloom
taksonomi Bloom yang sudah direvisi oleh Anderson dan Kratwohl:38
No. Sebelum Direvisi Setelah Direvisi
1. Pengetahuan Mengingat (remember)
2. Pemahaman Memahami (understand)
3. Penerapan Menerapkan (apply)
4. Analisis Menganalisis (analyze)
5. Sintesis Mengevaluasi (evaluate)
6. Evaluasi Menciptakan (create)
Sehingga taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi
Anderson dan Kratwohl yakni:39
1) Mengingat (remember); merupakan usaha mendapatkan kembali
pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang
baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan.
2) Memahami (understand); berkaitan dengan membangun sebuah
pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi.
3) Menerapkan (apply); menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan
atau menyelesaikan masalah.
4) Menganalisis (analyze); memecahkan suatu permasalahan dengan
memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari
38
Zulfiani, op.cit, hlm. 66 39
Imam Gunawan dan Anggarini Retno Palupi, Taksonomi Bloom- Revisi Ranah Kognitif: Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Penilaian, diakses dari
keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana
keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan.
5) Mengevaluasi (evaluate); memberikan penilaian berdasarkan criteria dan standar yang sudah ada.
6) Menciptakan (create); meletakkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan dan mengarahkan siswa untuk
menghasilkan suatu produk baru.
Sementara itu ranah afektif menurut Anas Sudijono adalah yang
berkaitan dengan sikap dan nilai, yang terdiri dari lima aspek, yaitu:40
1) Menerima atau memperhatikan; kepekaan seseorang dalam menerima
rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam
bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.
2) Menanggapi; kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan
membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.
3) Menghargai; memberikan nilai atau memberikan penghargaan
terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak
dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.
4) Mengatur atau mengorganisasikan; merupakan pengembangan dari
nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan
satu nilai dengan nilai lain. Jadi mempertemukan perbedaan nilai
sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal.
5) Karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai; keterpaduan
semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi
pola kepribadian dan tingkah lakunya.
Sedangkan untuk ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan
dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang
40