• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penambahan Minyak Ikan pada Pakan terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Komposisi Asam Lemak Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor McClelland, 1844)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penambahan Minyak Ikan pada Pakan terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Komposisi Asam Lemak Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor McClelland, 1844)"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN MINYAK IKAN PADA PAKAN

TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN DAN KOMPOSISI

ASAM LEMAK IKAN SIDAT (Anguilla bicolor bicolor

McClelland, 1844)

RETNO CAHYA MUKTI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Penambahan Minyak Ikan pada Pakan terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Komposisi Asam Lemak Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor McClelland, 1844) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

(4)

RINGKASAN

RETNO CAHYA MUKTI. Pengaruh Penambahan Minyak Ikan pada Pakan terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Komposisi Asam Lemak Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor McClelland, 1844). Dibimbing oleh NUR BAMBANG PRIYO UTOMO dan RIDWAN AFFANDI.

Ikan sidat (Anguilla sp.) merupakan komoditas ekspor dari sektor perikanan. Ikan sidat memiliki kandungan gizi tinggi diantaranya kandungan EPA dan DHA. Permasalahan utama pada budidaya ikan sidat adalah pertumbuhan lambat dan konversi pakan yang tinggi. Aspek pakan merupakan aspek utama yang paling mempengaruhi kinerja pertumbuhan. Keterbatasan pakan khusus ikan sidat di Indonesia menyebabkan para pembudidaya menggunakan alternatif pakan ikan lain yang mengandung protein sesuai dengan kebutuhan ikan sidat dengan penambahan beberapa bahan yang bertujuan untuk melengkapi kebutuhan nutrisi ikan sidat. Salah satu bahan yang ditambahkan yaitu minyak ikan sebagai salah satu sumber lemak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar penambahan minyak ikan terhadap kinerja pertumbuhan dan komposisi asam lemak ikan sidat Anguilla bicolor bicolor.

Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap terdiri atas empat perlakuan penambahan kadar minyak ikan pada pakan buatan yaitu 0%, 5%, 10%, dan 15% masing-masing perlakuan memakai 3 ulangan. Pakan buatan yang digunakan adalah pakan ikan kerapu dengan kandungan protein dan lemak sebesar 43% dan 9%. Pakan buatan yang telah ditepungkan kemudian ditambahkan minyak ikan dengan kadar tertentu sehingga kandungan dalam pakan sesuai perlakuan. Ikan sidat dengan bobot 9,9±0,05 g dipelihara dalam akuarium dengan volume 120 L dengan padat tebar 1 g/L (15 ekor/akuarium) selama 40 hari. Ikan diberikan pakan perlakuan sebanyak 4 kali sehari pada pukul 06.00, 11.00, 16.00 dan 21.00 sebesar 3% bobot biomassa. Setiap pagi dan sore hari dilakukan pengukuran suhu dan pH air, serta pergantian air sebanyak 20% dari volume media pemeliharaan. Parameter yang diuji adalah spesific growth rate, efisiensi pakan, retensi protein, retensi lemak, retensi energi, indeks hepatosomatik (HSI), tingkat kelangsungan hidup serta komposisi asam lemak tubuh akhir ikan sidat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan minyak ikan dalam pakan memberikan pengaruh yang berbeda (p<0,05) terhadap spesific growth rate (0,88%-1,36%), efisiensi pakan (30,18%-48,53%), retensi protein (14,57%-20,24%), retensi lemak (16,77%-52,49%), retensi energi (12,38%-20,10%) dan indeks hepatosomatik (1,72%-2,72) sedangkan tingkat kelangsungan hidup tidak menunjukkan adanya perbedaan (p>0,05) yaitu sebesar 100%. Pada komposisi asam lemak dihasilkan total komposisi asam lemak tidak jenuh (30,91%-40,95%), asam lemak n-3 (6,10%-8,19%), dan asam lemak n-6 (6,18%-8,19%) Kesimpulannya, penambahan minyak ikan dalam pakan ikan sidat Anguilla bicolor bicolor dapat dilakukan sampai dengan 5% (kadar lemak pakan 13%). Kata kunci: Anguilla bicolor bicolor, minyak ikan, kinerja pertumbuhan dan

(5)

SUMMARY

RETNO CAHYA MUKTI. Effect of Fish Oil Addition in the Diet on the Growth Performance and Fatty Acid Composition of Freshwater Eel (Anguilla bicolor bicolor McClelland, 1844). Supervised by NUR BAMBANG PRIYO UTOMO and RIDWAN AFFANDI.

Freshwater eel (Anguilla sp.) is an export commodity from the fisheries. Freshwater eel has a high nutrient content including EPA and DHA. The main problem in eel farming is slow growth and high feed conversion. Feed is a major aspect that most affect growth performance. Limitations of special feed eel in Indonesia, make farmers to the use of other alternative fish feed containing protein in accordance with the requirements eel with the addition of a few ingredients that aim to complement the nutritional needs of eels. One of the ingredients are added to the fish oil as a source of fat. This study aimed to determine the levels of addition of fish oil on growth performance and fatty acid composition of eel Anguilla bicolor bicolor.

Experiment using a completely randomized design consisting of four treatments the addition of fish oil levels on commercial feed at 0%, 5%, 10%, and 15%, respectively with 3 replications. Commercial feed that has been crushed and then added fish oil with a certain level so that the content in the feed according to treatment. Commercial feed used is grouper feed with protein content by 43% and fat content by 9%. Initial weighs is 9,9±0,05 g maintained in an aquarium with a volume of 120 L with a stocking density of 1g/L (15 fish/aquarium) for 40 days. Fish feed treatment given 4 times a day at 06:00, 11:00, 16:00 and 21:00 at 3% weight biomass. Every morning and evening measurements of water temperature and pH, as well as the water changes as much as 20% of the water volume. The parameters are tested are spesific growth rate, feed efficiency, protein retention, lipid retention, energy retention, hepatosomatic index (HSI), survival rate, and the fatty acid composition of the eel’s body.

The results showed that the addition of fish oil in the diet have different effects (p<0.05) on spesific growth rate (0,88%-1,36%), feed efficiency (30,18%-48,53%), protein retention (14,57%-20,24%), fat retention (16,77%-52,49%), energy retention (12,38%-20,20%) and hepatosomatic index (1,72%-2,72%) whereas the survival rate showed no difference (p>0.05) amounting to 100%. In the fatty acid composition is produced total of unsaturated fatty acid composition (30.91%-40.95%), n-3 fatty acids (6.10% -8.19%), and n-6 fatty acids (6.18%-8.19%). In conclusion, the addition of fish oil in the diet of freshwater eel Anguilla bicolor bicolor can be done up to 5% (13% fat content of diet).

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

v

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Akuakultur

PENGARUH PENAMBAHAN MINYAK IKAN PADA PAKAN

TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN DAN KOMPOSISI

ASAM LEMAK IKAN SIDAT (Anguilla bicolor bicolor

McClelland, 1844)

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(8)

vi

(9)

v Judul Tesis :aPengaruh Penambahan Minyak Ikan pada Pakan terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Komposisi Asam Lemak Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor McClelland, 1844)

Nama : Retno Cahya Mukti NIM : C151120161

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Nur Bambang Priyo Utomo, MSi Ketua

Prof Dr Ir Ridwan Affandi, DEA Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Ilmu Akuakultur

Dr Ir Widanarni, MSi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(10)

vi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini ialah nutrisi pakan ikan, dengan judul Pengaruh Penambahan Minyak Ikan pada Pakan terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Komposisi Asam Lemak Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor McClelland, 1844).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Nur Bambang Priyo Utomo, MSi dan Bapak Prof Dr Ir Ridwan Affandi, DEA selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan motivasi selama penelitian dan penyusunan tesis, ibu Dr Dinamella Wahjuningrum, SSi, MSi selaku dosen penguji dan ibu Dr Ir Widanarni, MSi selaku kepala Program Studi Ilmu Akuakultur. Penghargaan penulis ditujukan kepada kepada DIKTI atas dana bantuan pendidikan yang diberikan kepada penulis, CV Mitra Bina Usaha yang telah memberikan izin pelaksanaan penelitian.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayahanda Kaminudin, SE, ibunda Siti Noor Jannah, SPd, adik Zulhijariyanto dan Ridha Auliya serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya, kepada teman-teman SQUAD, Ilmu Akuakultur 2012, Bogor Science Club (BSC) dan Himmpunan Mahasiswa Muslim Pascasarjana (HIMMPAS) IPB, Eko Harianto, Sufal Diansyah, Amalia Safitri, Cyntia Agustin, Elvani Nur Ilmiah, Sahesti Fitria atas kerja samanya beserta seluruh staf Laboratorium Nutrisi Pakan Ikan, yang telah membantu selama penelitian ini berjalan atas semua dukungan yang telah diberikan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

2 METODE 3

Waktu dan Tempat Penelitian 3

Rancangan Penelitian 4

Prosedur Penelitian 4

Ikan Uji 4

Persiapan Wadah dan Media 4

Pakan Uji 5

Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data 5

Analisis Kimia 6

Parameter Pengamatan 6

Analisis Statistika 8

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Hasil 8

Pembahasan 11

5 KESIMPULAN DAN SARAN 14

Kesimpulan 14

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 19

(12)

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Hasil proksimat pakan (% bobot kering) ... 5

2. Spesific growth rate (SGR), efisiensi pakan (EP), retensi protein (RP), retensi lemak (RL), retensi energi (RE), hepatosomatikindeks (HSI), dan tingkat kelangsungan hidup (TKH) ikan sidat selama percobaan ... 9

3. Hasil analisis proksimat tubuh ikan sidat (% bobot kering) ... 9

4. Komposisi asam lemak tubuh ikan sidat pada akhir percobaan (%) ... 10

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Bobot rata-rata individu ikan sidat selama percobaan. ... 8

DAFTAR

LAMPIRAN

Halaman 1. Prosedur Analisis Proksimat (Takeuchi 1988) ... 18

2. Prosedur pengukuran asam lemak (AACC 1983) ... 20

3. Data bobot biomassa ikan sidat pada awal dan akhir percobaan ... 21

4. Komposisi asam lemak minyak ikan ... 22

5. Spesific growth rate (SGR), efisiensi pakan (EP), retensi protein (RP), retensi lemak (RL), retensi energi (RE), HSI ... 22

6. Analisis statistika ... 24

(13)

1

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan sidat (Anguilla sp.) merupakan komoditas ekspor dari sektor perikanan yang memiliki kandungan gizi tinggi. Suitha (2008) menyatakan bahwa dalam 100 gram daging ikan sidat mengandung vitamin A, asam lemak eikosapentanoat (EPA) dan dikosaheksanoat (DHA) masing-masing sebesar 4700 IU, 1337 mg dan 742 mg. Harga ikan sidat konsumsi mencapai Rp 100.000,00 - Rp 125.000,00/kg (KKP 2013). Menurut Affandi (2005), Indonesia memiliki sumber daya ikan sidat yang cukup melimpah baik dalam ukuran benih maupun ukuran konsumsi yang tersebar di wilayah yang berbatasan dengan laut dalam. Sutrisno (2008) menambahkan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar untuk pengembangan budidaya ikan sidat karena memiliki ketersediaan benih di alam, kondisi geografis, serta iklim yang sesuai dengan habitat aslinya. Akan tetapi potensi benih alam ikan sidat ini belum banyak dimanfaatkan secara optimal untuk dibudidayakan.

Budidaya ikan sidat di Indonesia sudah dilakukan, akan tetapi produksinya masih rendah dibandingkan dengan jenis ikan lainnya. Permasalahan utama pada budidaya ikan sidat adalah pertumbuhan lambat dan konversi pakan yang tinggi. Yudiarto et al. (2012) menyatakan bahwa waktu yang dibutuhkan ikan sidat ukuran 10-20 g untuk mencapai ukuran konsumsi yaitu sekitar 120 g/ekor adalah 8-9 bulan. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi ikan sidat yang dibudidayakan adalah dengan mempercepat pertumbuhannya melalui pemberian pakan buatan. Indonesia belum memproduksi pakan buatan khusus untuk ikan sidat. Pakan buatan untuk ikan sidat baru diproduksi di luar negeri. Oleh karena itu, banyak pembudidaya ikan sidat di Indonesia menggunakan pakan dengan kadar protein tinggi yang diperuntukan untuk ikan lain, seperti ikan kerapu, ikan kakap, serta udang. Akan tetapi kandungan nutrien pada pakan tersebut belum semua memenuhi nutrien yang dibututuhkan ikan sidat. Salah satunya adalah kandungan lemak yang belum mencukupi kebutuhan lemak ikan sidat.

Lemak merupakan komponen nutrien penyusun tubuh yang juga digunakan sebagai sumber energi untuk berbagai aktivitas. Lemak berfungsi untuk memelihara struktur dan fungsi membran, membantu dalam penyerapan vitamin yang larut dalam lemak dan untuk mempertahankan daya apung tubuh. Lemak mengandung energi 8-9 kkal/g (NRC 1993). Lemak dapat menyediakan energi untuk katabolisme, sehingga sebagian besar protein dapat dimanfaatkan untuk mendukung pertumbuhan. Lemak juga merupakan sumber asam lemak esensial (essential fatty acid = EFA) yang mempengaruhi pertumbuhan ikan. Ikan tidak mampu mensintesis asam lemak esensial di dalam tubuhnya, sehingga asam lemak esensial ini harus diperoleh dari pakan.

(14)

2

1990). Asam lemak tersebut memiliki peranan penting dalam metabolisme, komponen membran, senyawa awal prostaglandin, tromboksan, prostasiklin dan leukotrin (Bhagavan 1992). Selain itu, minyak ikan juga mengandung vitamin A dan D, dua jenis vitamin ini larut dalam lemak dalam jumlah tinggi. Kadar vitamin A dalam minyak ikan berkisar antara 1.000-1.000.000 IU/g sementara vitamin D sekitar 50-30.000 IU/g.

Beberapa informasi kebutuhan nutrien pada beberapa jenis ikan sidat yang telah dilaporkan antara lain kebutuhan lemak ikan sidat Jepang Anguilla japonica sebesar 4-10% (Arai et al. 1971), pengaruh asam lemak esensial terhadap metabolisme ikan A. japonica (Takeuchi et al. 1980), ikan sidat Eropa Anguilla anguilla (Pacolet et al. 1991) serta ikan sidat Amerika Anguilla rostrata (Gallagher et al. 1984). Informasi tentang pengaruh lemak terhadap kadar lemak tubuh dan kinerja pertumbuhan juga sudah dilaporkan oleh Watanabe (1980) bahwa kadar lemak 16% dapat mengurangi penggunaan protein dari 52% menjadi 41% pada ikan A. japonica. Degani et al. (1986) melaporkan bahwa ikan A. anguilla ukuran glass eel (0,3 g), mencapai tingkat pertumbuhan terbaik pada kadar lemak sebesar 20% dan menghasilkan kadar lemak tubuh paling tinggi dan Tibbets et al. (2000) melaporkan bahwa kadar lemak sebesar 16% dapat mengurangi penggunaan protein dari 51% menjadi 48% pada ikan A. rostrata ukuran 8 g dan menghasilkan kinerja pertumbuhan yang terbaik. Agradi et al. (1995) menyatakan bahwa ikan A. anguilla yang ditambahkan minyak ikan sebesar 15% menghasilkan komposisi asam lemak tak jenuh lebih tinggi dibandingkan ikan sidat yang diberikan pakan dengan penambahan minyak kelapa.

Informasi kebutuhan nutrien pada ikan sidat Anguilla bicolor bicolor masih sangat terbatas. Kamil (2000) melaporkan bahwa ikan A. bicolor bicolor ukuran 1,45 gmembutuhkan asam lemak n-6 sebesar 0,8-1,2% pada kadar lemak pakan sebesar 7%. Mahi (2000) menambahkan bahwa ikan A. bicolor bicolor ukuran 0,45 g mencapai pertumbuhan optimal pada kadar protein 50% dan rasio energi protein sebesar 8,0 kkal DE/kg. Dari pemahaman tentang pentingnya peranan lemak terhadap pertumbuhan ikan sidat dan masih terbatasnya informasi tentang kebutuhan nutrien ikan A. bicolor bicolor, maka perlu dilakukan penelitian. Dari penelitian tersebut diharapkan diperoleh informasi tentang kadar lemak yang tepat dalam pakan dengan cara menambahkan minyak ikan dalam rangka meningkatkan kinerja pertumbuhan dan komposisi asam lemak tubuh ikan sidat Anguilla bicolor bicolor.

Perumusan Masalah

(15)

3 Kalaupun ada di Indonesia, pakan tersebut memiliki harga yang cukup tinggi. Oleh karena itu, pembudidaya menggunakan alternatif pakan komersil berprotein tinggi yang diperuntukan bagi ikan lain seperti pakan komersil untuk ikan laut (ikan kerapu atau ikan kakap). Kandungan protein pakan kerapu sesuai dengan kebutuhan protein ikan sidat akan tetapi kandungan lemaknya belum mencukupi kebutuhan lemak ikan sidat. Oleh karena perlu dilakukan penambahan kadar lemak pakan menggunakan sumber lemak yang mengandung asam lemak esesnsial yang diperlukan oleh ikan sidat. Sumber lemak yang biasa digunakan adalah minyak ikan. Beberapa nutrisi yang terkandung dalam minyak ikan antara lain EPA dan DHA akan mempengaruhi jumlah pakan yang dimakan oleh ikan, komposisi asam lemak tubuh ikan, serta meningkatkan kandungan protein dan lemak yang dapat disimpan oleh tubuh sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan. Dengan demikian, perlu dilakukan uji pada berbagai tingkat penambahan kadar minyak ikan dalam pakan guna meningkatkan kadar lemak pakan. Selanjutnya juga perlu dilihat respon ikan sidat terhadap pertumbuhan, sintasan dan efisiensi pakan. Informasi yang dihasilkan ini diharapkan ikut berperan dalam peningkatan produksi dan efisiensi produksi ikan sidat.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar penambahan minyak ikan yang tepat pada pakan yang dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan dan komposisi asam lemak tubuh ikan sidat Anguilla bicolor bicolor.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan pada budidaya ikan sidat untuk meningkatkan pertumbuhan dan komposisi asam lemak tubuh ikan sidat Anguilla bicolor bicolor.

2

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

(16)

4

Pertanian Bogor. Sedangkan analisis asam lemak pakan serta ikan dilakukan di Laboratorium Kimia Terpadu, Institut Pertanian Bogor.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini terdiri atas empat perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan yang dilakukan adalah penambahan kadar minyak ikan yang berbeda dalam pakan buatan, yaitu:

1. Perlakuan A : Tanpa penambahan minyak ikan 2. Perlakuan B : Penambahan minyak ikan 5% 3. Perlakuan C : Penambahan minyak ikan 10% 4. Perlakuan D : Penambahan minyak ikan 15%

Prosedur Penelitian

Ikan Uji

Ikan uji yang digunakan adalah ikan sidat Anguilla bicolorbicolor dengan bobot rata-rata ikan awal 9,9±0,05 g/ekor. Ikan ini berasal dari hasil budidaya CV. Mitra Bina Usaha, Cimanggu, Bogor.

Persiapan Wadah dan Media

Wadah yang digunakan berupa akuarium berukuran 90x50x40 cm3 sebanyak 12 buah. Akuarium terdiri atas dua bagian yang dipisahkan dengan sekat untuk sistem resirkulasi. Sekat ini berfungsi untuk memisahkan bagian filter dan bagian untuk pemeliharaan. Bagian untuk filter berukuran 10x50x40 cm3 dan bagian untuk pemeliharaan adalah 80x50x30 cm3. Volume air yang digunakan untuk pemeliharaan sebesar 120 L. Tahapan persiapan wadah penelitian meliputi pembuatan konstruksi sistem resirkulasi, pembersihan wadah, penempatan wadah, pengisian wadah, dan stabilisasi air.

Pada sistem resirkulasi digunakan filter yang terdiri atas komponen filter fisik, kimia, dan biologi. Bahan filter yang digunakan terdiri dari kapas sintetis, karbon aktif, zeolit, karang jahe dan bioball. Air dari akuarium pemeliharaan masuk ke dalam filter melalui pipa serapan yang dialirkan secara gravitasi. Air yang keluar tersebut memasuki media filter secara berurutan, yaitu kapas, karbon aktif, zeolit, karang jahe dan bioball. Air yang telah melewati filter akan mengalir ke dalam sekat penampungan air. Selanjutnya, air tersebut dipompa ke dalam akuarium pemeliharaan melalui pipa inlet.

(17)

5 hari dengan kondisi resirkulasi aktif. Kemudian ditambahkan garam sebanyak 360 g kedalam 120 liter air untuk mendapatkan salinitas air 3 ppt. Masing-masing akuarium dilengkapi dengan shalter yang terbuat dari rafia sebagai tempat persembunyian dan berkumpulnya ikan.

Pakan Uji

Pakan yang digunakan pada penelitian ini adalah pakan buatan untuk ikan kerapu dengan kandungan protein 43% dan lemak 9%. Pakan komersil digrinding (ditepungkan) menggunakan mesin penepung. Setelah ditepungkan, pakan kemudian ditambahkan minyak ikan dengan kadar tertentu sehingga kandungan dalam pakan sesuai perlakuan. Pada perlakuan A (kontrol) dirancang sebagai pakan kontrol yaitu tidak ditambahkan minyak ikan, perlakuan B, C dan D pakan dirancang dengan ditambahkan minyak ikan masing-masing sebesar 5%, 10%, dan 15%. Pakan dianalisa proksimat sesudah ditambahkan minyak ikan. Hasil analisa proksimat pakan ditampilkan dalam Tabel 1. Pakan disimpan dalam wadah tertutup untuk mencegah terjadinya oksidasi.

Tabel 1 Hasil analisis proksimat pakan (% bobot kering)(1)

Analisis proksimat Perlakuan penambahan minyak ikan (%)

A (0) B (5) C (10) D (15) GE (kkal/kg)(3) 4451,39 4802,04 5143,55 5368,11

C/P(4) 10,22 11,10 11,89 12,34

Keterangan : (1) kadar air ; A (3,41%), B (3,14%), C (2,95%), D (2,58%) (2) BETN : bahan ekstrak tanpa nitrogen

(3) GE : Gross energy 1 g protein = 5,6 kkal GE, 1 g lemak= 9,4 kkal GE, 1 g BETN= 4,1 kkal GE (NRC 1993)

(4) C/P = energi protein rasio

Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data

(18)

6

Pemeliharaan ikan sidat dilakukan selama 40 hari. Sampling dilakukan setiap 10 hari sekali untuk mengukur pertumbuhan bobot, jumlah ikan hidup dan penyesuaian terhadap jumlah pakan yang diberikan. Pengukuran parameter fisika kimia air berupa suhu dan pH dilakukan setiap pagi dan sore hari, sedangkan pengukuran dissolved oxygen (DO), total amonia nitrogen (TAN), dan alkalinitas dilakukan pada awal, tengah dan akhir pemeliharaan. Untuk analisis proksimat tubuh ikan, indeks hepatosomatik (HSI) dan kompsosisi asam lemak tubuh ikan, dilakukan pengambilan sample ikan sebanyak 3 ekor di awal dan akhir penelitian.

Analisis Kimia

Analisis proksimat yang dilakukan meliputi analisis proksimat bahan pakan, pakan uji, tubuh ikan awal dan akhir percobaan, serta analisis beberapa parameter fisika kimia air. Analisis proksimat bahan pakan, pakan uji, dan tubuh ikan terdiri dari pengukuran protein, lemak, kadar abu, kadar air, BETN serta serat kasar. Analisis proksimat ini dilakukan dengan metode AOAC (1984) dalam Takeuchi (1988). Analisis asam lemak pakan dilakukan pada akhir percobaan. Analisis asam lemak dilakukan menggunakan metode Gas Chromatography (GC) (AACC 1983). Prosedur analisis proksimat dan asam lemak dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Pengukuran parameter fisika kimia air yang diukur seperti DO, TAN, dan alkalinitas dilakukan pada awal, tengah dan akhir percobaan.

Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati selama penelitian meliputi spesific growth rate (SGR), efisiensi pakan, retensi protein, retensi lemak, retensi energi, HSI, tingkat kelangsungan hidup, serta komposisi asam lemak tubuh ikan.

Spesific Growth Rate (SGR)

Spesific growth rate ikan uji dihitung dengan menggunakan persamaan yang dikemukakan oleh Steffens (1989), yaitu:

Keterangan :

SGR = Spesific growth rate (%)

Wt = Bobot rata-rata individu pada akhir pemeliharaan (g) W0 = Bobot rata-rata individu pada awal pemeliharaan (g)

t = Lama waktu pemeliharaan (hari)

Efisiensi Pakan (EP)

Efisiensi pakan dihitung menggunakan persamaan yang dikemukakan oleh Steffens (1989), yaitu:

SGR = ln Wt– ln W0 x 100 T

(19)

7 Keterangan :

EP = Efisiensi pakan (%)

F = Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (g) Wt = Biomassa ikan pada akhir pemeliharaan (g)

W0 = Biomassa ikan pada awal pemeliharaan (g)

Wd = Biomassa ikan yang mati selama pemeliharaan (g) Retensi Protein (RP)

Retensi protein dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Watanabe (1988), yaitu:

Keterangan :

RP = Retensi protein (%)

Pt = Jumlah protein tubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g)

P0 = Jumlah protein tubuh ikan pada awal pemeliharaan (g)

Pp = Jumlah protein yang dikonsumsi ikan (g) Retensi Lemak (RL)

Retensi lemak dihitung berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Watanabe (1988), yaitu:

Keterangan :

RL = Retensi protein (%)

Lt = Jumlah lemak tubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g)

L0 = Jumlah lemak tubuh ikan pada awal pemeliharaan (g)

Et = Jumlah energi tubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g)

E0 = Jumlah energi tubuh ikan pada awal pemeliharaan (g)

Ep = Jumlah energi yang dikonsumsi ikan (g) Indeks Hepatosomatik (HSI)

(20)

8

Tingkat kelangsungan hidup(TKH)

Tingkat kelangsungan hidup (TKH) diperoleh berdasarkan persamaan yang dikemukakan oleh Steffens (1989):

Keterangan: TKH = Tingkat kelangsungan hidup (%) Nt = Jumlah individu ikan akhir (ekor) No =Jumlah individu ikan awal (ekor)

Analisis Statistik

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Parameter yang dievaluasi dengan analisis statistik adalah spesific growth rate, efisiensi pakan, retensi protein, retensi lemak, retensi energi, indeks hepatosomatik, dan tingkat kelangsungan hidup. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap setiap parameter yang diuji maka digunakan analisis sidik ragam/uji F menggunakan program komputer SAS 9.1.3 pada tingkat kepercayaan 95%. Apabila berpengaruh nyata diuji lanjut menggunakan uji Duncan (Lampiran 6). Sedangkan parameter kadar asam lemak tubuh diamati secara deskriptif.

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Selama penelitian, terjadi peningkatan bobot rata-rata ikan uji pada semua perlakuan. Bobot rata-rata individu ikan sidat pada setiap perlakuan selama percobaan disajikan pada Gambar 1 sedangkan biomassa setiap perlakuan disajikan pada Lampiran 3.

Gambar 1 Bobot rata-rata individu ikan sidat selama percobaan

(21)

9

Pada Gambar 1, tampak bahwa bobot rata-rata individu ikan pada setiap perlakuan mengalami peningkatan dari 9,9±0,05 g menjadi 14,1-17,0 g. Bobot rata-rata individu tertinggi dicapai pada perlakuan B yaitu sebesar 17,0±1,2 g, sedangkan terendah pada perlakuan D yaitu sebesar 14,1±0,5 g.

Hasil analisis ragam dari kinerja pertumbuhan berupa spesific growth rate, efisiensi pakan, retensi protein, retensi lemak, retensi energi, HSI serta tingkat kelangsungan hidup disajikan pada Tabel 2. Perhitungan parameter kinerja pertumbuhan disajikan pada Lampiran 5 sedangkan analisis statistika disajikan pada Lampiran 6.

Tabel 2 Spesific growth rate (SGR), efisiensi pakan (EP), retensi protein (RP), retensi lemak (RL), retensi energi (RE), indeks hepatosomatik (HSI), dan tingkat kelangsungan hidup (TKH) ikan sidat selama percobaan

Parameter Perlakuan penambahan minyak ikan (%)

A (0) B (5) C (10) D (15)

Keterangan : huruf superscript yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05).

Pada Tabel 2 tampak bahwa spesific growth rate, efisiensi pakan, retensi protein, retensi lemak, retensi energi dan indeks hepatosomatik menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05) sedangkan tingkat kelangsungan hidup tidak menunjukkan perbedaan nyata (p>0,05). Nilai kinerja pertumbuhan cenderung turun dengan semakin banyaknya minyak ikan yang ditambahkan hingga batas 5%. Nilai spesific growth rate dan efisiensi pakan perlakuan A, B dan C menunjukkan hasil yang tidak berbeda dan menurun pada perlakuan D. Pada parameter retensi protein dan retensi energi pakan A dan B menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dan menurun pada perlakuann C dan D. Pada retensi lemak, perlakuan A menghasilkan nilai paling tinggi sedangkan HSI pada perlakuan B menunjukkan nilai yang paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.

(22)

10

Tabel 3 Hasil anaslisis proksimat tubuh ikan sidat (% bobot kering)(1) Proksimat Perlakuan penambahan minyak ikan (%)

Awal A (0) B(5) C (10) D (15) Keterangan: (1) Kadar air; Awal (71,46%), A (72,04%), B (71,62%), C (72,63%), D (70,70%)

Penambahan minyak ikan pada pakan dapat menghasilkan komposisi asam lemak tubuh yang berbeda. Untuk melihat pengaruh pakan percobaan terhadap komposisi asam lemak tubuh ikan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Komposisi asam lemak tubuh ikan sidat pada akhir percobaan (%)

Asam Lemak Perlakuan penambahan minyak ikan (%)

A (0) B (5) C (10) D (15)

Keterangan : Al* = Asam lemak

(23)

11

Pembahasan

Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa bobot rata-rata ikan pada masing-masing perlakuan mengalami pertambahan selama percobaan. Hal ini menunjukkan bahwa pakan yang telah diberikan selama percobaan telah melebihi kebutuhan pokok ikan itu sendiri untuk pemeliharaan tubuhnya (maintenance) sehingga selebihnya digunakan untuk pertumbuhan. Halver dan Hardy (2002) mengemukakan bahwa kebutuhan energi untuk maintenance harus terpenuhi dahulu sebelum terjadinya pertumbuhan.

Ikan membutuhkan energi untuk besar dalam memproduksi sel serta menjaga fungsi sel.Ketersediaan total energi yang tepat pada pakan menyebabkan protein dimanfaatkan dengan efisien untuk menyusun jaringan tubuh yang baru sehingga menghasilkan pertumbuhan yang tinggi. Berdasarkan Tabel 2, pada perlakuan A, B dan C yang mengandung energi dan rasio energi protein masing-masing sebesar 4451,39 kkal GE/kg, 10,22; 4802,04 kkal GE/kg; 11,10 dan 5143,55 kkal GE/kg, 11,89 (Tabel 1) menghasilkan laju pertumbuhan dan efisiensi pakan yang relatif sama dan menurun pada perlakuan D yang mengandung energi pakan dan rasio energi protein sebesar 5368,11 kkal GE/kg, 12,34. Hal ini sesuai dengan Lovell (1989) menyatakan bahwa pakan yang megandung energi terlalu tinggi dapat membatasi jumlah pakan yang dikonsumsi sehingga laju pertumbuhan menurun. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa ikan A. rostrata ukuran 8 g mencapai pertumbuhan optimal jika diberi pakan dengan kandungan energi serta rasio energi protein masing-masing sebesar 5112 kkal/kg dan 10,75 (Tibbetts et al. 2000). Mahi (2000) menambahkan bahwa ikan A. bicolor bicolor ukuran 0,45 g mencapai pertumbuhan optimal pada kandungan energi dan rasio energi protein masing-masing sebesar 4022,5 kkal DE/kgdan 8,0.

(24)

12

mengurangi penggunaan protein dan menghasilkan kinerja pertumbuhan yang baik pada lemak sebesar 16% ( Tibbets et al., 2000). Begitu juga Watanabe (1980) menambahkan bahwa kadar lemak 16% dapat mengurangi penggunaan protein dari 52% menjadi 41% pada ikan A. japonica dan menghasilkan pertumbuhan terbaik. Hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan yang berbeda..

Rendahnya nilai retensi protein dibandingkan retensi lemak membuktikan bahwa ikan sidat tidak dapat memanfaatkan lemak sebagai protein sparing effect dalam membentuk jaringan. Hal ini sesuai dengan Halver dan Hardy (2002) yang menyatakan bahwa ikan lebih efisien menggunakan protein sebagai sumber energi dibandingkan dengan lemak. Lemak cenderung disimpan dalam tubuh dibandingkan dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan. Affandi (2005) menambahkan bahwa ikan sidat merupakan ikan katadromus yang menyimpan lemak hingga batas tertentu sebagai cadangan energi ketika beruaya. Menurunnya kinerja pertumbuhan akibat dari tingginya kandungan lemak dan energi pakan juga diamati pada jenis ikan lainnya seperti pada ikan nila sebesar 19,5% dan 5904 kkal/kg (Lopez et al. 2006); juvenil ikan Cobia (Rachycentron canadum) sebesar 25% dan 5040 kkal/kg (Wang et al. 2005); ikan tigger puffer (Takifugu rubripes) sebesar 21% dan 5472 kkal/kg (Kikuchi et al. 2009).

Penambahan kadar minyak ikan yang berbeda pada pakan menghasilkan komposisi total asam lemak tubuh ikan yang bebeda. Hal ini dikarenakan minyak ikan mengandung asam lemak esensial PUFA (n-3) termasuk HUFA yaitu EPA dan DHA (Lampiran 4). Menurut Lim et al. (2011) menyatakan bahwa pemberian pakan dengan kandungan lemak yang berbeda dapat mempengaruhi komposisi asam lemak ikan nila. Secara umum komposisi total asam lemak tubuh ikan didominasi oleh asam lemak jenuh palmitat (16:0) dan asam lemak oleat (n-9) (Tabel 4). Kandungan asam lemak n-9 tubuh dipengaruhi oleh kandungan asam lemak n-3 dalam pakan. Minyak ikan mengandung asam lemak n-3 yang tinggi. Semakin banyaknya penambahan minyak ikan dalam pakan menyebabkan asam lemak n-9 tubuh semakin menurun. Ini terlihat pada perlakuan A dan B yang kadar penambahan minyak ikannya paling rendah mengandung asam lemak n-3 yang juga paling rendah mengakibatkan peningkatan asam lemak n-9 tubuh paling tinggi. Sebaliknya pada perlakuan C dan D yang kadar penambahan minyak ikannya paling tinggi menyebabkan kandungan asam lemak n-9 dalam tubuh menjadi rendah. Hal ini sesuai dengan Greene dan Selivonchick (1990) menyatakan bahwa ikan yang pakannya difisiensi akan asam lemak n-3 akan mengalami peningkatan asam lemak n-9 dalam tubuhnya, tetapi sebaliknya bila asam lemak n-3 tinggi dalam pakannya maka asam lemak n-9 dalam tubuh menjadi rendah. Keberadaan asam lemak n-3 dan n-6 dalam tubuh ikan akan menekan asam lemak n-9. Menurut Turchini et al. (2009) menyatakan bahwa setiap seri asam lemak bersaing menggunakan sistem enzim yang sama untuk bergabung membentuk trigliserida dan fospolipid, dan afinitasnya berkurang dari seri asam lemak n-3 ke n-9.

(25)

13 (Hepher 1990). Bhagavan (1992) menyatakan bahwa asam lemak esesnsial terutama kelompok PUFA dan HUFA mempunyai peranan yang penting untuk proses metabolisme sel di dalam tubuh. Mayes et al. (1999) menyatakan bahwa asam lemak esesnsial, terutama arakidonat (C20:4n-6) merupakan prekusor prostaglanding PGF2α yang dapat mempengaruhi replikasi sel. Selain itu, beberapa jenis prostaglandin lainnya mempunyai fungsi induksi dan pengaturan transpor ion, terutama pada bagian insang yang berhubungan dengan proses pengaturan mineral dan osmoregulasi. Adanya peranan asam lemak esensial tersebut secara keseluruhan dapat meingkatkan metabolisme dalam sel, yang secara tidak langsung akan menghasilkan penyimpanan protein tubuh yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan laju pertumbuhan harian.

Selanjutnya terjadi penurunan komposisi total asam lemak jenuh dan tidak jenuh pada perlakuan C dan D (penambahan minyak ikan 10% dan 15%). Begitu pula dengan pakan A yang juga mengandung komposisi total asam lemak yang rendah. Komposisi total asam lemak tidak jenuh, asam lemak n-3 dan n-6 tertinggi terdapat pada perlakuan B (penambahan minyak ikan 5%) yaitu masing-masing sebesar 40,95%; 8,19%; dan 8,19%. Rendahnya komposisi asam lemak 3 dan n-6 pada perlakuan A disebabkan karena ikan kekurangan asam lemak esesnsial sedangkan semakin menurunnya asam lemak n-3 dan n-6 pada perlakuan C dan D disebabkan karena tingginya kandungan asam lemak n-3 dalam pakan akibat semakin banyaknya minyak ikan yang ditambahkan. Hal ini membuktikan bahwa ikan sidat membutuhkan asam lemak n-3 dalam jumlah terbatas. Menurut Takeuchi et al. (1980) menyatakan bahwa ikan A. japonica membutuhkan asam lemak linoleat dan linolenat masing-masing sebesar 0,5% sedangkan Kamil (2000) menyatakan bahwa ikan A. bicolor bicolor ukuran 1,4 g membutuhkan asam lemak linoleat dan linolenat masing-masing sebesar 0,7% dan 0,8-1,2% pada kadar lemak 7%.

Berdasarkan Kikuchi et al. (2009), terjadi penurunan komposisi asam lemak EPA dan DHA ikan tiger puffer (Takifugu rubripes) pada kadar lemak pakan yang tinggi yaitu sebesar 21% dan 25%. Zhou et al. (2014) menambahkan bahwa terjadi penurunan asam lemak berupa monounsaturated fatty acid (MUFA) pada ikan Carassius auratus gibelio dengan meningkatnya kadar lemak pakan sebesar 8%. Ikan air tawar membutuhkan asam lemak 3 dan 6. Asam lemak n-3 dan n-6 diperlukan dalam proses biosintesis lemak sehingga apabila terjadi kekurangan atau kelebihan pada salah satu asam lemak pada maka menghambat laju biosintesis asam lemak yang lain sehingga akan mempengaruhi komposisi asam lemak tubuh ikan. Menurut Connor et al. (1992), tingginya asam lemak n-6 dapat menghambat laju biosintesis DHA dari asam n-3 sehingga proses biosintesis tersebut akan berjalan lambat dan kurang efisien. Sargent et al. (2002) menambahkan bahwa komposisi asam lemak tubuh ikan dipengaruhi oleh berbagai faktor metabolik antara lain β-oksidasi, aktivitas lipogenik seta aktivitas desaturasi dan elongase asam lemak. Selain itu juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan dan usia atau ukuran ikan.

(26)

14

lemak serta bobot hati ikan akan relatif turun (Takeuchi dan Watanabe 1979). Sargent et al. (2002) menambahkan bahwa asam lemak tidak jenuh rentan terhadap serangan oksigen dan radikal organik lainnya sehingga mudah teroksidasi. Begitu pula jika kekurangan asam lemak n-3. Kelebihan dan kekurangan asam lemak n-3 dapat mengurangi pertumbuhan dan efisiensi pakan. Hal ini dikarenakan terjadi ketidakseimbangan rasio n-3 dan n-6 sehingga menyebabkan terjadinya persaingan antara asam lemak n-3 dan n-6 dalam memanfaatkan enzim desaturase dalam proses metabolisme lemak sehingga menyebabkan pertumbuhan menurun. Hal ini dapat dilihat pada kinerja pertumbuhan dimana pakan A yang yang tidak ditambahkan minyak ikan menunjukkan kinerja pertumbuhan yang hampir sama dengan pakan C dan D yang ditambahkan minyak ikan dalam jumlah yang banyak sehingga laju pertumbuhan, efisiensi pakan serta retensi protein dan lemaknya menjadi rendah. Ng et al. (2001) menyatakan bahwa penambahan minyak ikan sebesar 10% dalam pakan dapat menurunkan pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan nila merah hibrida. Begitu juga pada ikan Carassius auratus gibelio yang ditambahkan minyak ikan dan minyak jagung masing-masing sebesar 5,2% (Zhou et al. 2014).

4

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa penambahan minyak ikan dalam pakan ikan sidat Anguilla bicolor bicolor dapat dilakukan sampai dengan 5% (kadar lemak pakan 13%).

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memaksimalkan pertumbuhan dan komposisi asam lemak ikan sidat Anguilla bicolor bicolor dengan penggunaan sumber lemak lain dalam pakan.

DAFTAR PUSTAKA

[AACC] American Association of Cereal Chemist. 1983. Approved Methods of The American Association of Cereal Chemist. Ed ke-8. USA (US): American Association of Cereal Chemist.

(27)

15 Agradi E, Bonomi L, Rigamonti E, Ligouri M. 1995. The effect of dietary lipids on tissue lipids and ammonia excretion in European eels (Anguilla anguilla). Camp. Biochem. Physiol. 3(3): 445-451.

Arai S, Nose T, Hashimoto Y. 1971. A purified test diet for the eel, Anguila javonica. Bull. Freshwater Fish. Res. Lab. Tokyo. 22(12): 161 -178. Bell MV, Henderson RJ Sargent JR. 1986. The role of polyunsaturated fatty acids

in fish. Mini Review. Com. Biochem Physiology. (83B): 711-719. Bhagavan NV. 1992. Medical Biochemistry. London (GB), Jones and Bartlett

publisher. 980 p.

Boyd CE. 1988. Water Quality in Warm Water Fish Ponds. Fourth Printing. Alabama (US): Auburn University Agriculture Experiment Station. 359 p.

Connor WE, Neuringer M, Reisbick S. 1992. Essential fatty acids: the importance of n-3 fatty acids in the retina and brain. Nutr. Rev 50: 21-29.

Degani G. 1986. Dietary effects of lipid source, lipid level and temperature on growth of glass eel (Anguilla anguilla). Aquaculture. 56: 207-214. Gallagher ML, Kane E. and Boringer R. (1984) Effect of size on composition of

the American eel, Anguilla rostrata. Comparative Biochemistry and Physiology. (78A): 533-536.

Grene DHS, Selivonchick DP. 1990. Effect of dietary vegetables and marine lipid on muscle lipid and hematology of rainbow trout (Onchorhynchus mykiss). Aquaculture. 89: 165-182.

Hasbullah. 1996. Pengaruh tingkat salinitas (0, 3, 6, dan 9 ppt) dan suhu (23, 26, 28, dan 32oC) terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan sidat Anguilla bicolor pada masa pemeliharaan 0-2 minggu setelah penangkapan dari alam [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hepher B. 1990. Nutrition of pond fishes. New York: Cambridge University

Press, Cambridge. 388 pp.

Huet M. 1975. Textbook of fish culture. Breeding and cultivation of fish. England (GB): Fishing News (Book) Ltd. p 201-333.

Kamil MT. 2000. Pengaruh Kadar Asam Lemak n-6 Yang Berbeda Pada Kadar Asam Lemak n-3 Tetap Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor). [Tesis]. Program Pascasarjana. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Kikuchi K, Furuta T, Iwata N, Onuki K, Noguchi T. 2009. Effect of dietary lipid levels on the growth, feed utilization, body composition and blood characteristics of tiger puffer Takifugu rubripes. Aquaculture (298): 111–117.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2013. Statistik perikanan budidaya kolam [Internet]. [diunduh 25 Maret 2014]. Tersedia pada http://sidatik.kkp.go.id

Lim C, Yildirim AM, Klesius P. 2011. Lipid and fatty acid requirements of tilapias. North American Journal of Aquaculture. 73: 188–193.

López LM, Torres AL, Duraz E, Drawbridge M, Bureau DP. 2006. Effects of lipid on growth and feed utilization of white seabass (Atractoscion nobilis) fingerlings. Aquaculture. (253): 557–563.

(28)

16

Luo Z, Liu Y, Mai K, Tian L, Liu D, Tan X, Lin H. 2005. Effect of dietary lipid level on growth performance, feed utilization and body composition of grouper Epinephelus coioides juveniles fed isonitrogenous diets in floating netcages. Aquacult. Int. 13 257–269

Mahi II. 2000. Pengaruh Kadar Protein dan Imbangan Energi Protein Pakan Berbeda Terhadap Retensi Protein dan Pertumbuhan Benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor). [Tesis]. Program Pascasarjana. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mayes PA, Martin DW, Rodwell VW, Granner DK. 1999. Biokimia Harper’s review of biochemestry. Penerjemah: Iyan Darmawan. EGC. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran. 722p.

Ng WK, Lim PK, Sidek H. 2001. The influence of a dietary lipid source on growth, muscle fatty acid composition and erythrocyte osmotic fragility of hybrid tilapia. Fish Physiology and Biochemistry. (25): 301–310. [NRC] National Research Council. 1993. Nutrien Requirement of Fish.

Washington DC (US): National Academy Press. 102 pp.

Pacolet W, Dyn dR, Fontaine F, Moshage H, de Schrijver S, Yap S. Ollevier F. derajat keasaman (pH) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sargent JR, Tocher DR, Bell JG. 2002. The lipids. In: Halver, J.E., Hardy, R.W.

(Eds Fish Nutrition). San Diego, CA (US): Academic Press, pp. 181– 257.

Steffens W. 1989. Principle of Fish Nutrition. Chichester (GB): Ellis Horwood Limited.

Suitha IM. 2008. Teknik Pendederan Glass Eel/Elver Ikan. Makalah yang disampaikan dalam Indonesian Aquaculture 2008 Tanggal 17-20 November 2008 di Hotel Inna Garuda, Daerah Istimewa Yogyakarta. Departemen Kelautan dan Perikanan.

Sutrisno. 2008. Penentuan salinitas air dan jenis pakan alami yang tepat dalam pemeliharaan benih ikan sidat Anguilla bicolor. Jurnal Akuakultur Indonesia. 7(1) : 71-77.

Takeuchi T, Watanabe T. 1979. Requirements of carp for essential fatty acid. Bull. Japan. Soc. Sci. Fish., 43 (5) : 541-551.

Takeuchi T, Arai S, Watanabe T, Shimma Y. 1980. Requirement of eel Anguilla japonica for essential fatty acids. Bulletin of the Japanese Society of Scientific Fisheries. 46: 345-353.

Takeuchi T. 1988. Laboratory work, chemical evaluation of dietary nutrition, In Watanabe T (ed). Fish nutrition and mariculture, JICA textbook the General Aquaculture Course. Tokyo (JP): Kanagawa International Fisheries Training Center. p.179 – 229.

(29)

17 Turchini GM, Torstensen BE, Ng WK. 2009. Fish oil replacement in finfish

nutrition. Rev. Aquac. 1, 10–57

Wang JT, Liu YJ, Tian LX, Mai KS, Du ZY, Wang Y, Yang HJ. 2005. Effect of dietary lipid level on growth performance, lipid deposition, hepatic lipogenesis in juvenile Cobia (Rachycentron canadum). Aquaculture (249): 439-447.

Watanabe T. 1980. Lipids. pp In Nutrition in Fish and Diet (Edited by Ogino C.), pp. 149-186Tokyo (JP):Koseisha-Koseikaku.

Watanabe T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture. Department of Aquatic Biosience. Tokyo (JP): Tokyo University of Fisheries. JICA. 223p. Yamagata Y, Niwa M. 1982. Acute and chronic toxicity of ammonia to eel

Anguilla japonica. Bull Jap Soc Sci Fish. 48 (2): 171-176.

Yudiarto S, Arief M, Agustono. 2012. Pengaruh penambahan atraktan yang berbeda dalam pakan pasta terhadap retensi protein, lemak dan energi benih ikan sidat (Anguilla bicolor) stadia elver. JIPK.4 (2): 135-140 Zhou JC, Hana D, Jina JY, Xie SQ, Yang YX, Zhua XM. 2014. Compared to fish

(30)

18

LAMPIRAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Proksimat (Takeuchi 1988)

A. Kadar Protein

Tahap Oksidasi

1. Sampel ditimbang sebanyak 0.5 gram dan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl. 2. Katalis (K2SO4+CuSo4.5H2O) dengan rasio 9:1 ditimbang sebanyak 3 gram

dan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl.

3. 10 ml H2SO4 pekat ditambahkan ke dalam labu Kjeldahl dan kemudian labu

tersebut dipanaskan dalam rak oksidasi/digestion pada suhu 400oC selama 3-4 au bening.

4. Larutan didinginkan lalu ditambahkan air destilasi 100 ml. Kemudian larutan dimasukkan ke dalam labu takar dan diencerkan dengan akuades sampai volume larutan mencapai 100 ml. Larutan sampel siap didestilasi.

Tahap Destilasi

1. Beberapa tetes H2SO4 dimsukkan ke dalam labu, sebelumnya labu diisi

setengahnya dengan akuades untuk menghindari kontaminasi oleh ammonia lingkungan. Kemudian didihkan selama 10 menit.

2. Erlenmeyer diisi 10 ml H2SO4 0.05 N dan ditambahkan 2 tetes indicator methyl

red diletakkan di bawah pipa pembuangan kondensor dengan cara dimiringkan sehingga ujung pipa tenggelam dalam cairan.

3. 5 ml larutan sampel dimasukkan ke dalam tabung destilasi melalui corong yang kemudian dibilas dengan akuades dan ditambahkan 10 ml NaOH 30% lalu dimasukkan melalui corong tersebut dan ditutup.

4. Campuran alkaline dalam labu destilasi disuling menjadi uap air selama 10 menit terjadi pengembunan pada kondensor.

5. Labu erlenmeyer diturunkan hingga ujung pipa kondensor berada di leher labu, diatas permukaan larutan. Kondensor dibilas dengan akuades selama 1-2 menit.

Tahap Titrasi

1. Larutan hasil destilasi ditritasi dengan larutan NaOH 0.05 N. 2. Volume hasil titrasi dicatat.

3. Prosedur yang sama juga dilakukan pada blanko.

Kadar Protein (%) = 0.0007 * x (Vb – Vs) x 6.25 ** x 20 x 100

S

Keterangan : Vb = Volume hasil titrasi blanko (ml) Vs = Volume hasil titrasi sampel (ml)

S = Bobot sampel (gram)

(31)

19

B. Kadar Lemak

Metode ekstraksi Soxhlet

1. Labu ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 110o dalam waktu 1 jam. Kemudian didiinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang bobot labu tersebut (X1)

2. Sampel ditimbang sebanyak 3-5 gram (A), dan dimasukkan ke dalam selongsong tabung filter dan dimasukkan ke dalam soxhlet dan pemberat diletakkan di atasnya.

3. N-hexan 100-150 ml dimasukkan ke dalam soxhlet sampai selongsong terendam dan sisa N-hexan dimasukkan ke dalam labu.

4. Labu yang telah dihubungkan dengan soxhlet dipanaskan di atas water bath sampai cairan yang merendam sampel dalam soxhlet berwarna bening.

5. Labu dilepaskan dan tetap dipanaskan hingga N-hexan menguap.

6. Labu dan lemak yang tersisa dipanakan dalam oven selama 15-60 menit, kemudian didinginkan dalam desikator selama 15-30 menit dan ditimbang (X2)

Metode Folch

1. Labu silinder dioven terlebih dahulu pada suhu 110oC selama 1 jam, didinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang (X1).

2. Sampel ditimbang sebanyak 2-3 gram (A) dan dimasukkan ke dalam gelas homogenize dan ditambahkan larutan kloroform / methanol (20xA) , sebagian disisakan untuk membilas pada saat penyaringan.

3. Sampel dihomogenizer selama 5 menit setelah itu disraing dengan vacuum pump.

4. Sampel yang telah disaring tersebut dimasukkan dalamlabu pemisah yang telah diberi larutan MgCl2 0.03 N(0.2xC), kemudian dikocok dengan kuat

minimal selama 1 menit kemudian ditutup dengan aluminium foil dan didiamkan selama 1 malam.

5. Lapisan bawa yang terdapat dalam labu pemisah disaring ke dalam labu silinder kemudian dievaporator sampai kering. Sisa kloroform / methanol yang terdpat dalam labu ditiup dengan menggunakan vacuum setelah itu ditimbang (X2)

Kadar Lemak (%) = X2–X1 x 100

A

C. Kadar Air

1. Cawan dipanaskan dalam oven pada suhu 100oC selama 1 jam dan kemudian dimasukkan dalam dessikator selama 30 menit dan ditimbang (X1)

2. Bahan ditimbang 2-3 gram (A)

3. Cawan dan bahan dipansakan dalam oven pada suhu 110oC selama 4 jam kemudian dimasukkan dalam desikator selam 30 menit dan ditimbang (X2)

Kadar Air (%) = (X1+A)-X2 x 100

(32)

20

D. Kadar Abu

1. Cawan dipanaskan dalam oven pada suhu 100oC selama 1 jam dan kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X1)

2. Bahan ditimbang 2-3 gram (A)

3. Cawan dan bahan dipansakan dalam tanur pada suhu 600oC sampai mnejadi abu kemudian dimasukkan dalam desikator selam 30 menit dan ditimbang (X2)

Kadar Abu (%) = X2–X1 x 100

A

E. Kadar Serat Kasar

1. Kertas filter dipanaskan dalam oven selama 1 jam pada suhu 110oC setelah itu didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang (X1)

2. Sampel ditimbang sebnayak 0.5 gram (A) dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml

3. H2SO4 0.3 N sebanyak 50 ml ditambahkan ke dalam Erlenmeyer kemudian

dipanaskan di atas pembakar Bunsen selama 30 menit. Setelah itu NaOH 1.5 N sebanyak 25 ml ditambahkan ke dalam Erlenmeyer dan dipanskan kembali selama 30 menit.

4. Larutan dan bahan yang telah dipanaskan kemudian disraing dalam corong Buchner dan dihubungkan pada vacuum pump untuk mempercepat filtrasi. 5. Larutan dan bahan yang ada pada corong Buchner kemudaian dibilas secara

berturut-turut dengan 50 ml air panas, 50 ml H2SO4 0.3 N, 50 ml air panas, dan

25 ml acetone.

6. Kertas saring dan isinya dimasukkan dalam cawan porselin, lalu dipanaskan dalam oven 105-110oC selama 1 jam kemudian didinginkan dalam desikator 5-15 menit dan ditimbang (X2).

7. Setelah itu dipanaskan dalam tanur 600oC hingga berwarna putih atau menjadi abu (± 4 jam). Kemudian dimasukkan dalam oven 105-110oC selama 15 menit, didinginkan dalam desikator selama 5-15 menit dan ditimbang (X3).

Kadar Serat Kasar (%) = (X2– X1– X3) x 100

A

Lampiran 2. Prosedur pengukuran asam lemak (AACC 1983)

Proses penyiapan analisis asam lemak Gas Liguid Chromatography (GLC) adalah sebagai berikut :

a. Ekstraksi lemak (metode Folch)

(33)

21 menit. Setelah tercampur merata, pada labu tadi diisikan gas nitrogen dan ditutup rapat. Campuran tersebut dibiarkan selama satu malam pada temperature kamar sampai terjadi dua lapisan cairan. Lapisan atas dibuang dan lapisan bawah dipisahkan kedalam labu didih yang sudah diketahui bobotnya. Larutan tersebut dikeringkan dalam keadaan vacum. Lemak yang terkumpul ditimbang.

b. Saponifikasi

Lemak hasil ekstraksi (50 mg – 5 g) tersebut diatas dimasukkan kedalam labu didih 100 ml dan ditambahkan 1-2 ml KOH 50%, etanol 15 ml dan 2-3 butir batu didih, serta hidroquinon 5% dari lemak kasar. Refluks campuran tersebut pada suhu 80° C selama 30-60 menit untuk saponifikasi. Setelah dingin pindahkan kedalam corong pemisah (200 – 300 ml) dan ditambahkan 40 ml aquades dan 30 ml heksan. Selanjutnya dikocok selama satu menit sampai terjadi dua lapisan cairan. Lapisan atas yang terjadi dibuang dan lapisan bawah dipindahkan ke dalam corong pemisah lainnya lalu diekstraksi dengan heksan 40 ml. Larutan dikocok selama satu menit sampai terjadi dua lapisan cairan. Lapisan atas dibuang dan lapisan bawah dipindahkan ke dalam corong pemisah, dan kemudian ditambahkan heksan 50 ml, 2-3 tetes metal jingga dan 10 ml HCL 2 N dan dikocok lagi selam satu menit sampai terjadi dua lapisan cairan. Lapisan bawah dibuang dan lapisan atas dicuci dengan aquades 3-5 kali (20, 30, 40 dan 50 ml) dan dikocok kembali selama 1 menit. Lapisan bawah dibuang dan lapisan atas dicek pH-nya sampai netral, lalu diuapkan dalam vacum evaporator. Asam lemak yang terbentuk ditimbang.

c. Preparasi metal ester asam lemak

Tujuan preparasi metal ester asam lemak ini adalah untuk mendapatkan kandungan asam lemak dalam bahan yang dianalaisi dalam bentuk metal ester asam lemaknya. Hasil saponifikasi dimasukkan kedalam labu didih (100 ml) dan 27 ditambahkan 5 ml campuran BF3-metanol 20%. Labu ditutup, kemudian dipanaskan pada suhu 45 °C selama 30 menit dan ditambahkan 0,4-0,8 ml NaCl jenuh. Campuran tersebut diekstrak dengan 0,4 ml petroleum eter. Hasil ekstraksi tersebut ditambahkan 1 ml heksan dan siap untuk disuntikkan pada GLC.

Lampiran 3 Data bobot biomassa ikan sidat pada awal dan akhir percobaan

Hari

Rata-rata 147±0,03 147,8±0,01 148,8±0,05 149,1±0,08

40 1 289,8 242,1 232,2 203,3

2 227,0 276,3 249,7 215,4

3 239,8 247,2 222,0 217,3

(34)

22

Lampiran 4 Komposisi asam lemak minyak ikan

Asam Lemak Komposisi Asam Lemak

Minyak Ikan (%)

12:0 0,09

14:0 6,34

16:0 20,26

18:0 3,55

16:1n 5,91

18:1n-9 16,91

18:2n-6 5,07

18:3n-3 0,82

20:1n 0,73

20:4n-6 1,10

20:5n-3 8,34

22:1n-9 0,15

22:6n-3 5,46

Total Al* jenuh 74,73

Total Al* tidak jenuh 119,22

Rasio Al* tidak jenuh/jenuh 1,60

Al* n-3 14,62

Al* n-6 6,17

Rasio Al* n3/n6 2,37

*Al: Asam Lemak

Lampiran 5 Spesific growth rate (SGR), efisiensi pakan (EP),retensi protein (RP), retensi lemak (RL), retensi energi (RE), HSI

a. Spesific Growth Rate (SGR)

Ulangan Perlakuan/ penambahan minyak ikan (%)

A (0) B (5%) C (10%) D (15%)

1 1,67 1,23 1,13 0,79

2 1,07 1,57 1,28 0,90

3 1,22 1,29 1,00 0,95

(35)

23 b. Efisiensi pakan

Ulangan Perlakuan/ penambahan minyak ikan (%)

A (0) B (5%) C (10%) D (15%)

1 72,92 50,84 46,94 32,19

2 49,18 71,92 51,45 36,37

3 55,39 54,96 41,12 43,52

Rata-rata 59,16±12,31 59,24±11,17 46,50±5,18 37,36±5,73 c. Retensi protein

Ulangan Perlakuan/ penambahan minyak ikan (%)

A (0) B (5%) C (10%) D (15%)

1 70,32 99,80 71,50 48,96

2 79,23 96,14 83,33 54,16

3 77,85 107,01 74,81 64,10

Rata-rata 75,80±4,80 100,98±5,53 76,55±6,10 55,74±7,69 d. Retensi Lemak

Ulangan Perlakuan/ penambahan minyak ikan (%)

A (0) B (5%) C (10%) D (15%)

1 203,32 209,50 101,42 64,26

2 231,75 204,31 131,76 64,22

3 192,68 203,11 131,06 73,82

Rata-rata 209,25±20,20 205,64±3,40 121,41±17,31 67,43±5,53 e. Retensi Energi

Ulangan Perlakuan/ penambahan minyak ikan (%)

A (0) B (5%) C (10%) D (15%)

1 70,53 100,97 67,76 47,44

2 74,20 103,81 64,02 46,61

3 74,29 99,97 73,17 46,82

Rata-rata 73,01±2,15 101,58±1,99 68,32±4,60 46,96±0,43 f. Indeks Hepatosomatik (HSI)

Ulangan Perlakuan/ penambahan minyak ikan (%)

A (0) B (5%) C (10%) D (15%)

1 1,59 2,66 2,03 1,73

2 1,61 3,00 1,82 1,21

3 1,97 2,49 1,77 2,29

(36)

24

Lampiran 6 Analisis statistika

a. Dependent Variable: Spesific growth rate

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 3 0.43496667 0.14498889 3.70 0.0617 Error 8 0.31353333 0.03919167

Corrected Total 11 0.74850000

Means with the same letter are not significantly different

Duncan Grouping Mean N Perlakuan

A 1.3633 3 B

A 1.3200 3 A

B A 1.1367 3 C

B A 0.8800 3 D

b. Dependent Variable: Efisiensi pakan

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 3 1020.168333 340.056111 4.05 0.0505 Error 8 672.106733 84.013342

Corrected Total 11 1692.275067

Means with the same letter are not significantly different

Duncan Grouping Mean N Perlakuan

A 59.240 3 B

A 59.163 3 A

B A 46.503 3 C

B 37.360 3 D

c. Dependent Variable: Retensi protein

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 3 3085.641492 1028.547164 27.43 0.0001 Error 8 300.029533 37.503692

Corrected Total 11 3385.671025

Means with the same letter are not significantly different

Duncan Grouping Mean N Perlakuan

A 100.983 3 B

B 76.547 3 A

B 75.800 3 C

(37)

25 d. Dependent Variable: Retensi lemak

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 3 42712.00016 14237.33339 75.93 <.0001 Error 8 1500.07933 187.50992

Corrected Total 11 44212.07949

Means with the same letter are not significantly different

Duncan Grouping Mean N Perlakuan

A 209.25 3 A

A 205.64 3 B

B 121.41 3 C

C 67.43 3 D

e. Dependent Variable: Retensi energi

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 3 4548.163425 1516.054475 202.68 <.0001 Error 8 59.840467 7.480058

Corrected Total 11 4608.003892

Means with the same letter are not significantly different

Duncan Grouping Mean N Perlakuan

A 101.583 3 B

B 73.007 3 A

B 68.317 3 C

C 46.957 3 D

f. Dependent Variable: HSI

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 3 2.01382500 0.67127500 6.33 0.0166 Error 8 0.84786667 0.10598333

Corrected Total 11 2.86169167

Means with the same letter are not significantly different

Duncan Grouping Mean N Perlakuan

A 2.7167 3 B

B 1.8733 3 C

B 1.7433 3 D

(38)

26

Lampiran 7 Data parameter fisika kimia air

Parameter

Perlakuan

A(0%) B(5%) C(10%) D(15%)

Nilai optimum Suhu (oC) 26,5-27,6 26,9-27,5 26,7-27,5 26,0-27,5 25-30a

pH (unit) 6,76-7,22 6,86-7,20 6,78-7,24 6,43-7,33 6,0-8,0 b

DO (mg/L) 5,1-7,3 5,1-7,0 5,1-7,3 5,1-7,4 >3 c

Amoniak (mg/L)

0,0005-0,002

0,0004-0,0001

0,0004-0,0001

0,0008-0,0001 <0,1 d

Alkalinitas (mg/L) 52-84 52-84 48-84 64-84 20-300e Keterangan: a : Hasbullah (2006)

b

: Ritonga (2014) c

: Huet (1975) d

: Yamagata dan Niwa (1982) e

(39)

27

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Way Jepara, Lampung Timur pada tanggal 27 Oktober 1989 dari Bapak Kaminudin, SE dan Ibu Siti Noor Jannah, SPd. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Pendidikan yang diselesaikan penulis untuk Sekolah Dasar pada tahun 2001 di SDN 1 Braja Sakti, Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2004 di SMP N 1 Way Jepara dan Sekolah Menengah Atas tahun 2007 di SMA N 1 Way Jepara. Tahun 2012 penulis telah menyelesaikan program sarjana pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi di Program Studi Ilmu Akuakultur, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan di Sekolah Pascasarjana, penulis aktif menjadi pengurus Bogor Science Club (BSC) dan Himpunan Mahasiswa Muslim Pascasarjana (HIMMPAS). Selain itu penulis juga pernah menjadi Pemakalah Oral pada Simposium Nasional Bioteknologi Akuakultur V pada tahun 2014.

Gambar

Tabel 1 Hasil analisis proksimat pakan (% bobot kering)(1)
Gambar 1 Bobot rata-rata individu ikan sidat selama percobaan
Tabel 2 Spesific growth rate (SGR), efisiensi pakan (EP), retensi protein (RP), retensi lemak (RL), retensi energi (RE), indeks hepatosomatik (HSI), dan tingkat kelangsungan hidup (TKH) ikan sidat selama percobaan
Tabel 3 Hasil anaslisis proksimat tubuh ikan sidat (% bobot kering)(1)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model CD- CCPS dalam perkuliahan Pendalaman IPA pada mahasiswa calon guru SD dapat lebih meningkatkan level pemahaman konsep

Ketika active router dari masing – masing VLAN sudah dapat kembali bekerja secara normal, kondisi ( state ) dari active router tersebut akan berubah menjadi dari Init menjadi

Penelitian ini juga menduga bahwa terdapat reverse causality, yakni perusahaan dengan nilai yang lebih tinggi akan mengadopsi praktik corporate governance yang lebih

ANALISIS KETERLAMBATAN PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH DENGAN KONSEP LEAN CONSTRUCTION.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa: (1) Peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif Tipe STAD lebih

Sebuah skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Sipil S1. © Mufqi Fauzi

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin menguji salah satu tanaman herbal yaitu daun sirsak (Annona muricata) sebagai bahan tambahan herbal dalam pasta gigi terhadap

Hal ini dapat dilihat pada waktu anak melakukan kegiatan menggambar, melukis, dan menulis permulaan di mana anak sudah dapat melakukan koordinasi yang baik antara