TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA, KEPUASAN
PERKAWINAN, DAN KUALITAS HIDUP
KELUARGA LANSIA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN
ANDRIELINA FIRDAUSIH
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Tugas Perkembangan Keluarga, Kepuasan Perkawinan, dan Kualitas Hidup Keluarga Lansia di Perdesaan dan Perkotaan adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir diskripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Andrielina Firdausih NIM I24100043
ABSTRAK
ANDRIELINA FIRDAUSIH. Tugas Perkembangan Keluarga, Kepuasan Perkawinan, dan Kulaitas Hidup Keluarga Lansia di Perdesaan dan Perkotaan. Dibimbing oleh TIN HERAWATI
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi meningkatkan kemampuan hidup manusia yang lebih lama sehingga jumlah lansia dan masalah terkait dengan lansia semakin meningkat. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh pemenuhan tugas perkembangan keluarga dan kepuasan perkawinan terhadap kualitas hidup lansia yang berada di perdesaan dan di perkotaan. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional study. Penelitian bertempat di Desa Leuwimekar (Kecamatan Leuwiliang) dan Kelurahan Empang (Kecamatan Bogor Selatan). Tugas perkembangan keluarga dan kepuasan perkawinan berhubungan positif. Pendapatan keluarga dan pendidikan suami berpengaruh positif terhadap perkembangan keluarga, sedangkan cacat fisik berpengaruh negatif terhadap tugas perkembangan keluarga. Tugas perkembangan keluarga dan kepuasan perkawinan berpengaruh positif terhadap kualitas hidup subyektif.
Kata kunci: kepuasan perkawinan, kualitas hidup lansia, tugas perkembangan keluarga
ABSTRACT
ANDRIELINA FIRDAUSIH. Family Task Development, Marital Satisfaction, and The Quality Life Of Elderly in Rural and Urban Areas. Supervised by TIN HERAWATI.
The Advancement in science and technology could increase the human ability to life longer, and make the number of elderly and the problem related to them increased along with. It is means that elderly problems need to be analyzed. This research aimed to analyze the effect of family task development and marital satisfaction toward elderly life quality in rural and urban areas. The design of this study was cross sectional study. This research conducted in Leuwimekar District (Leuwiliang Subdistrict) and Empang District (South Bogor Subdistrict). Family task development were positively related to marital satisfaction. Family income and rate education of husband were affecting positive the family task development, while phisycal disability of husband was affecting negative the family task development. Family task development and marital satisfaction were affecting positive the subjective life quality of elderly.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA, KEPUASAN
PERKAWINAN, DAN KUALITAS HIDUP
KELUARGA LANSIA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Tugas Perkembangan Keluarga, Kepuasan Perkawinan, dan Kualitas Hidup Keluarga Lansia di Perdesaan dan Perkotaan Nama : Andrielina Firdausih
NIM : I24100043
Disetujui oleh
Dr Tin Herawati, SP M Si Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Ujang Sumarwan, MSc Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Tugas Perkembangan Keluarga, Kepuasan Perkawinan, dan Kualitas Hidup Keluarga Lansia di Perdesaan dan Perkotaan” ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Tin Herawati, SP M Si selaku dosen pembimbing skripsi atas dukungan, doa dan arahan yang diberikan kepada penulis. Dr Ir Lilik Noor Yuliati, MFSA selaku dosen pemandu seminar hasil atas kritik dan saran yang diberikan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini. Ir MD Jamaludin, M Sc selaku dosen penguji 1 dan Dr Ir Retnaningsih, SP M Si selaku dosen penguji 2 atas kritik dan saran untuk perbaikan bagi skripsi ini.Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Megawati Simanjuntak SP M Si selaku wali akademik yang senantiasa mengarahkan dan membimbing penulis selama menjalani perkuliahan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Yuyun dan Ibu Else selaku kader posyandu RW 9 Desa Leuwimekar Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, serta Ibu Titin kader posyandu RW 15 Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor yang telah membantu penulis selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayahanda Moh. Arifin dan ibunda Naning Luana, adik Aprilia Nurannisa Arifin, serta seluruh keluarga, atas segala motivasi, doa dan kasih sayangnya. Terakhir penulis sampaikan salam semangat dan terima kasih atas segala dukungan dari rekan-rekan satu bimbingan (Triyani, Shoima, Lisa, dan Indah), rekan-rekan Ilmu Keluarga dan Konsumen 47, Hurriyatun, Icha, Leni, , Yunita, Mila, Iip, Rana, Diah, Rumah Ceria, Nurul Fitri, HIMAIKO, dan IMJB atas kebersamaan dan kerjasamanya selama penulis kuliah di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 2
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
KERANGKA PEMIKIRAN 4
METODE PENELITIAN 6
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 6
Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 7
Pengolahan dan Analisis Data 8
Definisi Operasional 9
HASIL
Karakteristik Keluarga 10
Tugas perkembangan keluarga 11
Kepuasan Perkawinan 13
Kualitas Hidup Subjektif 13
Hubungan Tugas Perkembangan Keluarga dengan Kepuasan Perkawinan 14
Pengaruh Karakteristik Keluarga terhadap Tugas Perkembangan Keluarga 14
Pengaruh Karakteristik Keluarga, Tugas Perkembangan Keluarga, dan Kepuasaan Perkawinan terhadap Kualitas Hidup Subjektif 15
PEMBAHASAN 16
SIMPULAN DAN SARAN 19
Simpulan 19
Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 22
DAFTAR TABEL
1. Jenis dan cara pengumpulan data karakteristik responden
dan keluarga 7
2. Sebaran keluarga berdasarkan kategori usia 11 3. Sebaran keluarga berdasarkan status pekerjaan 11 4. Sebaran keluarga berdasarkan besar keluarga 11 5. Sebaran keluarga berdasarkan tugas perkembangan keluarga 12 6. Sebaran keluarga berdasarkan kepuasan perkawinan 13 7. Sebaran responden berdasarkan kualitas hidup subjektif 14 8. Sebaran koefisien korelasi pemenuhan tugas
perkembangan keluarga dengan kepuasan perkawinan 14 9. Sebaran koefisien regresi karakteristik keluarga
terhadap tugas perkembangan keluarga 15
10. Sebaran koefisien regresi karakteristik keluarga,
tugas perkembangan keluarga dan kepuasa perkawinan
terhadap kualitas hidup subjektif. 16
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pemikiran tugas perkembangan keluarga,
kepuasan perkawinan, dan kualitas hidup lansia 5 2. Skema cara penarikan contoh 6
DAFTAR LAMPIRAN
1. Sebaran pertanyaan tugas perkembangan umum istri 22 2. Sebaran pertanyaan tugas perkembangan umum suami 23 3. Sebaran pertanyaan tugas perkembangan istri 26 4. Sebaran pertanyaan tugas perkembangan suami 28 5. Sebaran pertanyaan kepuasan perkawinan istri 29 6. Sebaran pertanyaan kepuasan perkawinan suami 30 7. Sebaran pertanyaan kualitas hidup subjektif istri 31 8. Sebaran pertanyaan kualitas hidup subjektif suami 33 9. Sebaran Jumlah keluhan penyakit dan pendapatan keluarga 35 10.Sebaran data pendidikan dan cacat fisik 36
11.Sebaran berdasarkan jenis pekerjaan 36
Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi meningkatkan kemampuan hidup manusia yang lebih lama. World Health Organization (WHO) menyatakan saat ini di dunia terdapat 600 juta penduduk berusia 60 tahun ke atas. Pada tahun 2025 jumlah tersebut akan berlipat ganda dan akan berjumlah dua milyar pada tahun 2050. Kondisi tersebut mengakibatkan jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas lebih banyak dibandingkan penduduk berusia di bawah 15 tahun. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 mendefinisikan lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Abikusno 2010).
Lanjut usia ditandai dengan perubahan fisik dan psikologi tertentu (Hurlock 1980). Perubahan fisik dapat dilihat dari hilangnya fungsi panca indera lansia (Papalia et al. 2008). Lanjut usia merupakan tahap yang merefleksi kehidupan masa lalu dimana seorang lansia akan merasa puas dengan terpenuhinya tugas perkembangan pada tahap sebelumnya dengan baik (Santrock 2003).
Tugas perkembangan pada tahap lansia diperankan oleh seseorang yang telah memiliki posisi sebagai suami, istri, kakek, nenek, dan janda, serta tugas perkembangan keluarga juga disesuaikan dengan siklus kehidupan keluarga (Duvall 1971). Kesehatan yang memburuk dan kemunduran perkembangan pada lansia menjadi penghalang bagi penguasaan atau pelaksanaan tugas perkembangan (Hurlock 1980). Oleh karena itu, lansia perlu melakukan penyesuaian diri terhadap perubahan dan kemunduran yang dialami untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan (Papalia et al. 2008).
Tugas perkembangan yang terpenuhi akan mengarahkan pada tugas-tugas perkembangan selanjutnya dan mengarahkan pada kebahagiaan serta kesuksesan keluarga (Duvall 1971). Tugas perkembangan pada siklus hidup keluarga berhubungan dengan kepuasan perkawinan (Kapinus dan Johnson 2003). Kepuasan perkawinan adalah evaluasi terhadap keseluruhan tahapan perkembangan yang sudah dilewati dan refleksi dari kebahagiaan serta refleksi fungsi perkawinan (Schoen et al. 2002 dalam Rostami 2013).
Tingkat kepuasan perkawinan akan memengaruhi kualitas hidup (Shek 1995; Sfutzer dan Frey 2006; Rostami 2013). Kualitas hidup dapat dilihat secara makro atau objektif dan secara mikro atau subjektif (Bowling dan Windsor 2001 dalam Rosenberg 1992 dalam Rostami 2013). Hasil penelitian oleh Pitriana (2013) menunjukkan bahwa usia berpengaruh positif terhadap kualitas hidup total dan kualitas hidup objektif lansia. Kualitas hidup sering digambarkan dengan dimensi kualitas hidup subjektif dan kualitas hidup objektif (Netuveli dan Blane 2008). Kualitas hidup subjektif berkaitan dengan perasaan baik dan puas, sedangkan kualitas hidup objektif berkaitan dengan pemenuhan akan materi dan status sosial (Puspitawati 2012).
kemunduran untuk mencapai kualitas hidup yang baik. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai pemenuhan tugas perkembangan keluarga, kepuasan perkawinan, dan kualitas hidup keluarga lansia yang dilihat dari keberadaan lansia di perdesaan dan perkotaan.
Perumusan Masalah
Lanjut usia (lansia) disebut sebagai periode kemunduran, sebagian kemunduran datang dari faktor fisik dan beberapa dari faktor psikologis (Hurlock 1980). Lanjut usia secara umum mengalami masalah dalam hubungan keluarga, hubungan sosial (mengisolasi diri), menurunnya daya tahan tubuh, akses transportasi yang tidak ramah lanjut usia, dan selain itu pekerjaan rumah yang harus dilakukan sendiri (Abikusno 2010). Hal tersebut sesuai dengan hasil survei kesehatan rumah tangga tahun 2002, bahwa keterbatasan fungsi tubuh lansia sangatlah tinggi (88.9%). Kesehatan yang memburuk dan tidak adanya dukungan dari sekitar, merupakan bagian dari faktor penghalang dalam pemenuhan tugas perkembangan (Hurlock 1980).
Tugas perkembangan keluarga menyesuaikan dengan keberadaan tahapan keluarga, salah satu tugas perkembangan keluarga lansia adalah pemenuhan rumah yang sesuai untuk akhir kehidupan (Duvall 1971). Penelitian kondisi sosial-ekonomi kesehatan lansia di Indonesia tahun 2006 menunjukkan bahwa 40.6% lansia tinggal di lingkungan rumah padat dan 27.1% tinggal di rumah yang beranggotakan lebih dari enam orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa keluarga lansia belum sepenuhnya memenuhi tugas perkembangan keluarga.
Tugas perkembangan pada siklus hidup keluarga memiliki keterkaitan dengan kepuasan perkawinan (Kapinus dan Johnson 2003), dan tingkat kepuasan perkawinan akan memengaruhi kualitas hidup (Shek 1995 dalam Sfutzer dan Frey 2006 dalam Rostami 2013). Kualitas hidup sering digambarkan dengan menggunakan dua dimensi, yaitu kualitas hidup subjektif dan kualitas hidup objektif, selain itu untuk mengevaluasi kualitas hidup dapat dilakukan atas dasar kontak sosial, ketergantungan, kesehatan, dan perbandingan sosial (Netuveli dan Blane 2008). Kualitas hidup dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah kelemahan fisik dan kekuatan otot yang lemah (Abikusno 2010). Keadaan fisik lansia yang menurun ditandai dengan berkurangnya pendengaran, penglihatan, dan munculnya penyakit (Abikusno 2010)
Perumahan perdesaan dianggap lebih baik menurut beberapa lansia karena lansia yang tinggal di perdesaan lebih mudah mendapat kehangatan, makanan, dan dapat melakukan aktivitas rumah (Georgiou 2009). Hal ini sesuai dengan data penduduk lansia tahun 2012 yang menunjukkan bahwa lansia lebih banyak tinggal di perdesaan (7.63%) daripada di perkotaan (7.49%) (Susenas 2012, BPS RI). Hal tersebut didukung oleh kondisi kekeluargaan di perdesaan yang selalu ingin hidup bersama keluarga inti maupun keluarga besar (Sumardjo 2010). Oleh karena itu, kajian mengenai tugas perkembangan keluarga, kepuasan perkawinan, dan kualitas hidup keluarga lansia di perdesaan dan perkotaan menarik untuk diteliti.
2. Apakah terdapat perbedaan pada tugas perkembangan keluarga, kepuasan perkawinan, dan kualitas hidup keluarga lansia di perdesaan dan perkotaan? 3. Apakah terdapat hubungan antara tugas perkembangan keluarga dan
kepuasan perkawinan di perdesaan dan perkotaan?
4. Apakah terdapat pengaruh karakteristik lansia dan karakteristik keluarga terhadap tugas perkembangan keluarga?
5. Apakah terdapat pengaruh karakteristik keluarga lansia, tugas
perkembangan keluarga, dan kepuasan perkawinan terhadap kualitas hidup keluarga lansia?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh tugas perkembangan keluarga dan kepuasan perkawinan terhadap kualitas hidup lansia yang berada di perdesaan dan di perkotaan.
Tujuan Khusus
1. Menganalisis karakteristik keluarga lansia, tugas perkembangan keluarga, kepuasan perkawinan, kualitas hidup keluarga lansia di perdesaan dan perkotaan.
2. Menganalisis perbedaan tugas perkembangan keluarga, kepuasan perkawinan, dan kualitas hidup keluarga lansia di perdesaan dan perkotaan. 3. Menganalisis hubungan antara tugas perkembangan keluarga dengan
kepuasan perkawinan di perdesaan dan perkotaan.
4. Menganalisis pengaruh karakteristik lansia dan karakteristik keluarga terhadap tugas perkembangan keluarga.
5. Menganalisis pengaruh karakteristik lansia, karakteristik keluarga, tugas perkembangan keluarga, dan kepuasan perkawinan terhadap kualitas hidup keluarga lansia.
Manfaat Penelitian
KERANGKA PEMIKIRAN
Keluarga lansia berada pada tahap akhir (aging parents) berdasarkan tahapan perkembangan keluarga (Duvall 1971). Karakteristik lansia terdiri atas usia dan jenis kelamin. Usia lansia dimulai sejak seseorang berada pada usia 60 tahun keatas menurut UU No.13 tahun 1998. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa lansia wanita hidup lebih lama dibandingkan lansia pria (Kinsella dan Velkoff dalam Papalia et al. 2008).
Tugas perkembangan memiliki dua keutamaan, yaitu kematangan fisik pribadi dan dukungan dari lingkungan sekitar. Keluarga dan teman sering memberikan bantuan saat terjadi kesulitan dalam pemenuhan tugas perkembangan. Lingkungan sekitar memberikan hukuman dan pujian yang menuntun agar pemenuhan tugas perkembangan disesuaikan dengan cara yang ditentukan dalam budaya lingkungan sekitar (Duvall 1971).
Tugas perkembangan keluarga disesuaikan dengan keberadaan tahapan siklus hidup keluarga (Duvall 1971). Tugas perkembangan di tahap perkembangan keluarga berhubungan dengan usia (Kapinus dan Johnson 2003). Keluarga pada posisi tahapan keluarga lansia yang mengalami pensiun berdampak pada pendapatan yang menurun. Hal tersebut menuntut lansia untuk mencari pendapatan lain dengan mencari pekerjaan lain, tetapi seringkali lansia mengalami diskriminasi karena kondisi lansia yang dianggap mengalami penurunan fisik (Schiamberg dan Smith 1982). Kesehatan yang memburuk, cacat tubuh, dan tingkat kecerdasan rendah menghalangi pemenuhan tugas-tugas perkembangan (Hurlock 1980). Hal ini menunjukkan bahwa penting untuk diteliti karakteristik usia, status pekerjaan, pendapatan, kondisi kesehatan, cacat tubuh, pendidikan, status tempat tinggal, dan besar keluarga lansia dalam memengaruhi tugas perkembangan keluarga.
Pemenuhan tugas perkembangan keluarga pada siklus kehidupan keluarga berhubungan dengan kepuasan perkawinan. Kepuasan perkawinan juga berhubungan dengan kualitas hidup (Rostami 2013). Seseorang yang memiliki kualitas hidup baik adalah seseorang yang memiliki pandangan positif, kesejahteraan fisik dan mental serta berhubungan baik dengan teman dan keluarga (Bowling dalam Prastiwi 2012). Kualitas hidup dipengaruhi oleh usia dan pekerjaan, semakin tua umur seseorang maka semakin buruk kualitas hidupnya (Sutikno 2011). Faktor lain yang memengaruhi kualitas hidup adalah keluarga, keadaan rumah, dan interaksi dalam keluarga (Ross dan Willigen 1997).
METODE PENELITIAN
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah Desa Leuwimekar, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor dan Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor yang dipilih secara purposive dengan mempertimbangkan Bogor Selatan sebagai kecamatan kedua yang memiliki jumlah lansia terbanyak dan Kecamatan Leuwiliang memiliki jumlah lansia terbanyak di Kabupaten Bogor (BPS 2013). Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2014.
Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berada di wilayah Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Contoh dalam penelitian adalah pasangan suami istri dengan usia suami lebih dari sama dengan 60 tahun. Jumlah contoh dalam penelitian ini adalah 70 pasangan suami istri. Data pasangan suami istri di dapatkan dari data kependudukan desa dan kelurahan masing-masing yaitu data keaktifan dalam Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu). Pengambilan contoh di desa dan kelurahan dilakukan dengan metode purposive sampling. Total contoh yang terlibat dalam penelitian sebanyak 35 pasangan suami istri di Desa Leuwimekar dan 35 pasangan suami istri di Kelurahan Empang.
Purposive, berdasarkan jumlah lansia terbanyak dari data BPS 2013
Purposive, berdasarkan jumlah lansia terbanyak dari data BPS 2013
Bogor
Kota Bogor Kabupaten Bogor
Kecamatan Bogor Selatan
Kecamatan Leuwiliang
Kelurahan Empang
Desa Leuwimekar
35 pasangan suami istri
35 pasangan suami istri
Purposive, berdasarkan jumlah keluarga lansia yang aktif dalam posbindu
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik keluarga lansia (usia istri, usia suami, status pekerjaan istri, status pekerjaan suami, pendidikan istri, pendidikan suami, cacat fisik suami dan istri, jumlah keluhan penyakit suami dan istri, pendapatan keluarga, besar keluarga, status tempat tinggal), tugas perkembangan keluarga (tugas perkembangan umum istri dan suami, tugas perkembangan istri, dan tugas perkembangan suami), kepuasan perkawinan, dan kualitas hidup subjektif (kepuasan hidup, kebahagiaan, menilai diri sendiri). Data primer diambil melalui wawancara menggunakan kueisoner. Kueisoner tugas perkembangan keluarga mengacu pada pendekatan tugas perkembangan keluarga Duvall (1971) dengan
Cronchbbach’s alpha 0.74, kuesioner kualitas hidup berdasarkan pendekatan
Lawton (2001) dengan Cronchbach’s alpha 0.81, dan modifikasi kuisoner kepuasan perkawinan The Marital satisfaction Questionnaire For Older Persons (MSQFOP) dengan Cronchbach’s alpha 0.88. Data sekunder merupakan data gambaran umum lokasi penelitian dan jumlah populasi penduduk lansia yang tinggal di Kecamatan Bogor Selatan dan Kecamatan Leuwimekar.
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data karakteristik responden dan keluarga
No Variabel Skala Kategori
1 Karakteristik keluarga lansia
Usia istri dan usia suami Rasio Menurut WHO
1. Usia pertengahan
(middle age) usia 45-59 tahun
Status pekerjaan suami dan istri Nominal 1. Bekerja
2. Tidak bekerja
Jumlah keluhan penyakit istri dan suami
Rasio
-
Cacat fisik suami dan istri Nominal 1. Cacat
2. Tidak cacat
Pendidikan suami dan istri Nominal 1. Kurang dari sama dengan enam
tahun
2. Lebih dari enam tahun
Pendapatan keluarga Rasio -
Status tempat tinggal Nominal 1. Perdesaan
2. Perkotaan
2 Tugas perkembangan umum
keluarga lansia
Ordinal Tingkat kategori :
1 = Rendah 2 = Sedang 3 = Tinggi Rumah yang memuaskan
Penyesuaian dengan pendapatan Rutinitas rumah tangga nyaman Suami-istri saling menjaga Kehilangan pasangan Merawat lansia lain
Tabel 2 Jenis dan cara pengumpulan data karakteristik responden dan keluarga (Lanjutan)
3 Tugas perkembangan oleh suami Ordinal Tingkat kategori :
1 = Rendah 2 = Sedang 3 = Tinggi Makna hidup setelah pensiun
Penyesuaian tingkat pendapatan Pengaturan hidup memuaskan Kontak sosial dan tanggung jawab sosial
Kepuasan emosi Menghadapi kematian
4 Tugas perkembangan oleh istri Ordinal Tingkat kategori :
1= Rendah 2 = Sedang 3 = Tinggi
Membantu pemaknaan hidup
suami
Penyesuaian tingkat pendapatan
Rumah menyenangkan dan
nyaman Merawat fisik
Kehidupan sosial dan aktif Tumbuh secara emosional Hidup sehat
Melihat kematian 5 Kepuasan perkawinan
(Haynes et al. 1992)
Ordinal Tingkat kategori :
1= rendah 2 = sedang 3 = tinggi 6 Kualitas hidup subjektif Ordinal Tingkat kategori :
1= rendah
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry data, cleaning data dan analisis data. Pengolahan data dilakukan menggunakan program Microsoft Excel for Windows dan SPSS for Windows. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensia. Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik keluarga, tugas perkembangan keluarga, kepuasan perkawinan, dan kualitas hidup subjektif. Analisis inferensia (uji korelasi Spearman untuk variabel tugas perkembangan keluarga dan kepuasan perkawinan, uji regresi linear berganda untuk karakteristik keluarga lansia, tugas perkembangan keluarga, dan kepuasan perkawinan terhadap kualitas hidup subjektif, dan uji independent sample T-test untuk variable tugas perkembangan keluarga, kepuasan perkawinan, kualitas hidup subjektif).
Variabel tugas perkembangan keluarga, kepuasan perkawinan dan kualitas hidup subjektif menggunakan skoring berdasarkan skala Likert yaitu skor 1-4 (1= sangat tidak setuju, 2= tidak setuju, 3=setuju, 4=sangat setuju) yang kemudian skor totalnya ditransformasikan menjadi skor indeks. Skor indeks dikategorikan berdasarkan rata-rata dan St.deviasi (SD), yaitu kategori tinggi (skor aktual >rata-rata+SD), rendah (skor aktual ≤ rata-rata-SD) dan sedang (rata-rata- SD≤skor aktual< rata-rata+SD).
Rumus indeks = S a a − i i
S a i −S i i
Uji korelasi dalam penelitian adalah uji korelasi Spearman yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara pemenuhan tugas perkembangan keluarga dengan kepuasan perkawinan. Uji independent sample T-test digunakan untuk menganalisis perbedaan tugas perkembangan keluarga, kepuasan perkawinan, dan kualitas hidup subjektif di perdesaan dan perkotaan.
Uji regresi linear berganda dilakukan untuk menganalisis pengaruh karakteristik keluarga terhadap tugas perkembangan keluarga dengan rumus sebagai berikut:
Y1= α + � � +� � +� � +� � +� � +� � +� � +� � +� � + � � +� � +� � +� � +ε
Selanjutnya, uji regresi linear berganda model kedua untuk melihat pengaruh karakteristik keluarga, tugas perkembangan keluarga, kepuasan perkawinan terhadap kualitas hidup subjektif dengan rumus sebagai berikut:
Y2= α + � � +� � +� � +� � +� � +� � +� � +� � +� � + � � +� � +� � +� � +� � +� � +ε
Keterangan :
Y1 = Tugas perkembangan keluarga Y2 = Kualitas hidup subjektif
α = Konstanta regresi � = Koefisien regresi
� = Usia istri
� = Status pekerjaan istri � = Usia suami
� = Status pekerjaan suami � = Status pendidikan suami � = Status pendidikan istri � = Cacat fisik pada istri � = Cacat fisik pada suami
� = Jumlah keluhan penyakit pada istri � = Jumlah keluhan penyakit pada suami � = Besar keluarga
� = Pendapatan keluarga � = Status tempat tinggal
� = Tugas perkembangan keluarga � = Kepuasan perkawinan
� = Eror
Definisi Operasional
Usia adalah lama hidup yang dihitung sampai waktu wawancara dalam satuan tahun. Pekerjaan adalah kegiatan yang menghasilkan uang oleh istri saat ini baik sebelum dan saat di wawancara.
Cacat adalah kondisi tubuh dan panca indera yang tidak dapat berfungsi secara normal.
Jumlah keluhan penyakit adalah jumlah keseluruhan penyakit yang diderita saat pelaksanaan wawancara dan beberapa tahun terakhir sebelum pelaksanaan wawancara.
Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang tinggal didalam rumah, dengan kategori berdasarkan BKKBN (1998) yaitu keluarga kecil (≤4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (≥8 orang).
Pendapatan Keluarga adalah jumlah pendapatan dari suami dan istri yang diperoleh dari bekerja, usaha keluarga, uang dari anak, atau bantuan dari keluarga besar dan bantuan pemerintah.
Status tempat tinggal adalah keberadaan tempat tinggal keluarga saat ini di perdesaan atau di perkotaan.
Tugas perkembangan umum adalah tugas perkembangan keluarga yang perlu dipenuhi oleh pasangan suami dan istri pada tahap keluarga lansia (aging).
Tugas perkembangan keluarga oleh suami adalah tugas yang dimiliki oleh suami yang berada pada tahap keluarga lansia (aging).
Tugas perkembangan keluarga oleh istri adalah tugas yang dimiliki oleh istri yang berada pada tahap keluarga lansia (aging).
Kepuasan perkawinan adalah penilaian contoh terhadap kehidupan keluarga dengan melihat dari dimensi komunikasi, kesehatan, penyesuaian perkawinan, kepuasan hidup, persepsi pasangan, dan rentang dari komunikasi perkawinan hingga waktu pelaksanaan wawancara.
Kualitas hidup adalah kualitas hidup yang dilihat dari kualitas hidup subjektif yang dilihat dari penilaian contoh terhadap hidup yang sudah dijalani hingga pelaksanaan wawancara berlangsung, dilihat dari aspek kepuasan hidup, kebahagian, dan penilaian diri.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Karakteristik Keluarga
Tabel 3 Sebaran keluarga berdasarkan kategori usia
Hasil penelitian pada Tabel 3 menunjukkan bahwa suami di perdesaan lebih banyak berstatus bekerja (62.9%) dan suami di perkotaan lebih banyak yang tidak bekerja (65.7%). Jenis pekerjaan yang banyak (28.6%) ditekuni oleh suami di perdesaan adalah sebagai tukang ojek dan pengepul sampah (Lampiran 1). Istri di perdesaan (51.4%) dan di perkotaan (82.9%) lebih banyak berstatus tidak bekerja. Beberapa istri di perdesaan dan perkotaan tetap berjualan dengan memiliki toko di rumah (Lampiran 10).
Tabel 4 Sebaran keluarga berdasarkan status pekerjaan
Status pekerjaan lebih besar (7 orang) dibandingkan dengan besar keluarga di perkotaan (6 orang). Sebanyak 45.7 % keluarga di perdesaan dan di perkotaan memiliki besar keluarga yang terdiri atas lima sampai tujuh anggota keluarga. Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan (p-value=0.023) antara besar keluarga di pedesaan dan di perkotaan.
Tabel 5 Sebaran keluarga berdasarkan besar keluarga
Besar keluarga Perdesaan Perkotaan Total
n % n % n %
*signifikansi pada p< 0.05
Tugas Perkembangan Keluarga
menunjukkan bahwa tidak semua tugas perkembangan umum suami dan istri serta tugas perkembangan istri dan tugas perkembangan suami terpenuhi oleh keluarga di perdesaan dan perkotaan. Tugas perkembangan umum yang tidak dapat terpenuhi oleh keluarga di perdesaan diantaranya adalah tetap berbelanja meski kondisi keuangan terbatas, tidak saling mengingatkan terhadap makanan yang berbahaya bagi penyakit, dan tidak memiliki jadwal untuk menemui dan menelpon cucu yang tinggal berjauhan. Sedangkan tugas perkembangan keluarga di perkotaan yang tidak terpenuhi diantaranya adalah bergantung pada pinjaman uang dari kerabat untuk memenuhi kebutuhan, tidak mempunyai usaha atau pekerjaan yang dapat menghasilkan uang, tidak mempunyai perencanaan keuangan, antar pasangan tidak saling mengingatkan tentang makanan yang dilarang untuk dimakan, dan tidak lagi terlibat dalam keputusan di dalam lingkungan sekitar (Lampiran 1).
Tugas perkembangan istri baik di perdesaan (80.0%) dan perkotaan (48.6%) banyak berada pada kategori sedang. Tugas perkembangan istri dengan kategori rendah lebih banyak terjadi pada istri di perkotaan (25.7%) dibandingkan di perdesaan (8.6). Hal ini menunjukkan adanya tugas perkembangan istri yang belum bisa terpenuhi, seperti istri tidak mengajak suami untuk mengunjungi cucu, istri tidak pernah mengajak suami untuk berolah raga bersama, dan istri tidak lagi terlibat dalam pengambilan keputusan lingkungan sosial sekitar (Lampiran 3).
Hal yang sama terjadi pada tugas perkembangan suami dimana tugas perkembangan suami di perdesaan (68.6%) dan di perkotaan (77.1%) banyak berada pada kategori sedang. Tugas perkembangan suami yang berhasil dipenuhi diantaranya adalah meningkatnya silaturahmi setelah pensiun, mampu melakukan penghematan setelah mengalami pensiun, hidup dengan disiplin dan tidak merepotkan istri, dan merasa senang dengan hubungan yang dijalin bersama anak dan cucu (Lampiran 4). Tugas perkembangan keluarga di perdesaan dan perkotaan tidak berbeda nyata (p-value= 0.737).
Tabel 6 Sebaran keluarga berdasarkan tugas perkembangan keluarga Kategori Tugas Perkembangan
Rata-rata±SD 58.6±7.7 56.5±4.3 58.5±5.7 65.0±9.1
Min-mak 42.2-77.8 45.9-66.7 45.2-72.6 46.9-88.9
Kategori Tugas Perkembangan
Rata-rata±SD 56,8±8,9 59.4±7.2 60.1±8.1 63.9±8.6
Min-mak 37,8-72,6 45.9-74.1 45.2-73.8 45.7-81.5
p-value 0.737
*TPUI= Tugas perkembangan umum istri; TPUS= Tugas perkembangan umum suami; TPI= Tugas perkembangan istri; TPS= Tugas perkembangan suami
*Rendah TPUI= ≤49,4; Sedang TPUI= 49,4-66,0 ; Tinggi TPUI= >66,0
*Rendah TPUS= ≤51,9 ; Sedang TPUS= 51,9-64,0; tinggi TPUS= >64,0
*Rendah TPI= ≤52.4; sedang TPI= 52.4-66.2; tinggi TPI= >66.2
Kepuasan Perkawinan
Hasil penelitian pada Tabel 6 menunjukkan bahwa lebih dari separuh keluarga di perdesaan (71.4%) dan di perkotaan (71.4%) berada pada kategori sedang. Kepuasan perkawinan dengan kategori tinggi banyak dirasakan oleh keluarga di perkotaan (17.1%) dibandingkan keluarga di perdesaan (11.4%). Hal ini berkaitan dengan kondisi keluarga di perdesaan yang lebih banyak menyatakan tidak setuju bahwa dirinya merasakan puas dengan hal-hal yang berkaitan dengan pasangan dibandingkan keluarga di perkotaan, seperti jumlah waktu yang dilakukan bersama pasangan, kepribadian pasangan, sikap pasangan dalam mengambil keputusan, cara pasangan dalam menyatakan kasih sayang, reaksi pasangan setelah mendengarkan cerita atau masalah, cara menyelesaikan perbedaan pendapat, latar belakang pasangan, nilai kehidupan yang ditanamkan pasangan, kondisi kesehatan pasangan, sikap pasangan saat mengobrol, dan cara pengambilan keputusan (Lampiran 4 dan 5). Selain itu, keluarga di perkotaan juga lebih banyak (28.6%) yang merasakan sangat puas dengan keseluruhan kehidupan perkawinan dibandingkan keluarga di perdesaan (8.6%) (Lampiran 5 dan 6). Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan (p-value= 0.733) antara kepuasan perkawinan keluarga di perdesaan dan perkotaan.
Tabel 7 Sebaran keluarga berdasarkan kepuasan perkawinan
Kategori Kepuasan Perkawinan Perdesaan Perkotaan
n % n %
Rendah (≤58.5) 6 17.1 4 11.4
Sedang (<58.5 dan >77.3) 25 71.4 25 71.4
Tinggi (>77.3) 4 11.4 6 17.1
Total 35 100.0 35 100.0
Rata-rata ± SD 67.5±9.3 68.3±9.6
Min-mak 42.9-83.3 42.1-83.3
p-value 0.733
Kualitas Hidup Subjektif
Tabel 8 Sebaran responden terhadap kualitas hidup subjektif
Kategori kualitas hidup subjektif Perdesaan Perkotaan
n % n %
Minimum-maksimum 56.9-79.7 52.0-87.4
p-value 0.175
Hubungan Tugas Perkembangan Keluarga dengan Kepuasan Perkawinan Tugas perkembangan istri di perdesaan memiliki hubungan positif signifikan (0.418) dengan kepuasan perkawinan bagi keluarga di perdesaan. Artinya, semakin baik pemenuhan tugas perkembangan istri maka semakin tinggi tingkat kepuasan perkawinan. Hal ini dapat dilihat dari pemenuhan tugas perkembangan istri yang cukup terpenuhi (80.0%) oleh istri di perdesaan sehingga banyak keluarga di perdesaan yang merasa cukup puas terhadap perkawinan. Tugas perkembangan istri yang banyak terpenuhi oleh istri di perdesaan, diantaranya istri mampu menyesuaikan antara kebutuhan dengan kondisi keuangan dan istri tetap berinteraksi baik dengan suami dan anggota keluarga lainnya
Kepuasan perkawinan di perkotaan tidak hanya berhubungan positif sangat signifikan dengan tugas perkembangan istri (0.549), melainkan juga berhubungan positif sangat signifikan dengan tugas perkembangan umum (0.716) dan tugas perkembangan suami (0.620). Hal ini terbukti pada hasil Tabel 5 yang menunjukkan keluarga di perkotaan berada pada kategori sedang dalam pemenuhan tugas perkembangan umum. Keluarga di perkotaan khususnya suami merasa lebih puas dibandingkan istri dengan jumlah waktu yang dilalui bersama pasangan, sikap berbagi dengan pasangan, kondisi kesehatan pasangan, dan nilai-nilai kehidupan yang diambil oleh pasangan (Tabel 8).
Tabel 9 Sebaran koefisien korelasi pemenuhan tugas perkembangan keluarga dengan kepuasan perkawinan
Variabel Kepuasan Perkawinan
Perdesaan Perkotaan
Tugas perkembangan umum 0.265 0.716**
Tugas perkembangan istri 0.418 0.549**
Tugas perkembangan suami 0.315 0.620**
*signifikansi pada p< 0.05; **signifikansi pada p<0.01
Tabel 10 Sebaran koefisien regresi karakteristik keluarga terhadap tugas perkembangan keluarga
Variabel Koefisien Tidak
Terstandarisasi (B)
Status pekerjaan istri (0=tidak bekerja; 1= bekerja)
-0.731 -0.066 0.616
Usia suami (tahun) -0.099 -0.126 0.361
Status pekerjaan suami (0=tidak bekerja; 1 bekerja)
-0.357 -0.034 0.800
Jumlah keluhan penyakit istri 0.787 0.209 0.086
Jumlah keluhan penyakit suami -0.686 -0.149 0.194
Pendidikan istri (0= kurang dari sama dengan 6 tahun; 1= lebih dari 6 tahun)
0.169 0.016 0.903
Pendidikan suami (0= kurang dari sama dengan 6 tahun; 1= lebih dari 6 tahun)
3.302 0.311 0.026*
Cacat fisik suami (0= tidak cacat; 1=cacat fisik)
-5.147 -0.245 0.025*
Cacat fisik istri (0= tidak cacat; 1=cacat fisik)
4.498 0.174 0.172
Besar keluarga (orang) -0.381 -0.153 0.283
Pendapatan keluarga (Rp/kapita/bln)
1.0376E-6 0.378 0.002**
Status tempat tinggal (0= perdesaan, 1=perkotaan)
1.585 0.152 0.321
Adjusted R square 0.245
F 2.719
Sig 0.005**
*signifikansi pada p< 0.05; **signifikansi pada p< 0,01
Pengaruh Karakteristik Keluarga, Tugas Perkembangan Keluarga, dan Kepuasan Perkawinan Terhadap Kualitas Hidup Subjektif
Tabel 11 Sebaran koefisien regresi karakteristik keluarga, tugas perkembangan keluarga dan kepuasa perkawinan terhadap kualitas hidup subjektif.
Variabel Koefisien Tidak
Terstandarisasi (B)
Status pekerjaan istri (0= tidak bekerja; 1= bekerja)
0.508 0.036 0.760
Usia suami (tahun) -0.101 -0.101 0.419
Status pekerjaan suami (0=tidak bekerja; 1 bekerja)
0.420 0.032 0.791
Jumlah keluhan penyakit istri -0.537 -0.113 0.320
Jumlah keluhan penyakit suami -0.268 -0.047 0.649
Pendidikan istri (0= kurang dari sama dengan 6 tahun; 1= lebih dari 6 tahun)
-0.921 -0.070 0.557
Pendidikan suami (0= kurang dari sama dengan 6 tahun; 1= lebih dari 6 tahun)
0.485 0.036 0.777
Cacat fisik suami (0= tidak cacat; 1=cacat fisik)
1.923 0.075 0.467
Cacat fisik istri (0= tidak cacat; 1=cacat fisik
0.409 0.013 0.913
Besar keluarga (orang) 0.191 0.061 0.634
Pendapatan keluarga (Rp/kapita/bln)
-5.328 -0.148 0.186
Status tempat tinggal (0= perdesaan, 1=perkotaan)
2.145 0.162 0.238
Kepuasan perkawinan 0.274 0.386 0.006**
Tugas perkembangan keluarga 0.579 0.457 0.003**
Adjusted R Square 0.408
F 4.171
Sig 0.000**
*signifikansi pada p< 0.05; **signifikansi pada p<0,01
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata lansia di perkotaan berusia lebih tua dibandingkan lansia di perdesaan. Perbedaan tersebut diakibatkan dari perekonomian, pemenuhan gizi, dan pelayanan kesehatan di perkotaan yang lebih baik dibandingkan di perdesaan, sehingga memengaruhi kemampuan hidup lansia di perkotaan lebih lama dan pada akhirnya banyak didapati lansia di perkotaan berusia lebih tua daripada di perdesaan (Notzon dalam Papalia et al. 2008).
yang menunjukkan bahwa lansia memilih untuk tetap bekerja khususnya lansia di perdesaan. Alasan yang menyebabkan lansia di perdesaan lebih banyak yang bekerja dibandingkan di perkotaan menurut Mudey et al. (2011), karena tuntutan ekonomi di perdesaan untuk pemenuhan kebutuhan dan interaksi di perdesaan yang masih menghargai kinerja lansia.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata besar keluarga di perdesaan lebih besar (7 orang) dibandingkan dengan besar keluarga di perkotaan (6 orang). Hal tersebut sesuai dengan ungkapan Hinggibotham (2009) yang menyatakan bahwa besar keluarga di perkotaan lebih kecil dibandingkan dengan di perdesaan. Hal serupa juga terjadi pada penelitian di India, rata-rata besar keluarga di perdesaan ( >5orang ) dan rata-rata besar keluarga di perkotaan (<5 orang) (Maity 2014). Perbedaan tersebut menurut Maity (2014) diakibatkan oleh perbedaan tingkat pendidikan di perdesaan dan perkotaan, sehingga dengan pengetahuan yang dimiliki keluarga lansia di perkotaan mengakibatkan keluarga menyesuaikan pendapatan dengan besar keluarga, sedangkan keluarga di perdesaan tidak menghiraukan hal tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir keseluruhan keluarga di perdesaan dan di perkotaan berada pada kategori sedang dalam pemenuhan tugas perkembangan umum keluarga, tugas perkembangan istri dan suami. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua tugas-tugas perkembangan umum keluarga dapat di penuhi oleh keluarga di perdesaan dan di perkotaan. Tugas perkembangan umum yang tidak dapat dipenuhi oleh keluarga di perdesaan diantaranya adalah tetap berbelanja meski kondisi keuangan terbatas, tidak saling mengingatkan terhadap makanan yang berbahaya bagi penyakit, dan tidak memiliki jadwal untuk menemui dan menelpon cucu yang tinggal berjauhan. Sedangkan tugas perkembangan keluarga di perkotaan yang tidak terpenuhi diantaranya adalah bergantung pada pinjaman uang dari kerabat untuk memenuhi kebutuhan, tidak mempunyai usaha atau pekerjaan yang dapat menghasilkan uang, tidak mempunyai perencanaan keuangan, antar pasangan tidak saling mengingatkan tentang makanan yang dilarang untuk dimakan, dan tidak lagi terlibat dalam keputusan didalam lingkungan sekitar (Lampiran 1). Hal tersebut menurut Newby (1996) disebabkan oleh penurunan kesehatan pada masa lansia, sehingga tugas perkembangan keluarga tidak bisa terlaksana secara keseluruhan. Sementara itu, menurut Hill (1963) bahwa faktor yang dapat memengaruhi terpenuhinya tugas perkembangan keluarga adalah keberhasilan pada tahap sebelumnya dan kemampuan dalam menangani masalah yang terjadi.
ukuran besar keluarga, maka semakin bertambah kebutuhan keluarga yang perlu dipenuhi (Edatali dan Redzuan 2010). Selain itu, Bramlett dan Mosher (2002) dalam Edatali dan Redzuan (2010) menyatakan pendidikan rendah berdampak pada kesulitan dalam mencari pekerjaan dan berdampak pada pendapatan yang berpengaruh terhadap kesulitan pemenuhan kebutuhan. Permasalahan pendidikan, pendapatan dan besar keluarga menurut Zainah, Nazis, dan Noraini (2012) mempengaruhi kepuasan perkawinan.
Hasil penelitian menunjukkan tugas perkembangan istri berhubungan positif signifikan terhadap kepuasan perkawinan keluarga lansia di perdesaan. Hal tersebut dapat dikaitan bahw pada lansia, istri memiliki kesehatan yang lebih baik dibandingkan suami (Kinsella dan velkoff dalam Papalia et al. 2008), sehingga pemenuhan tugas perkembangan istri dapat dilakukan dengan baik (Spainer et al. 1979 dalam Kapinus dan Johnson 2003). Tugas perkembangan istri menuntut istri untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi suami dan mengajak suami untuk lebih memaknai hidup (Duvall 1971), sehingga istri di perdesaan perlu memenuhi tugas perkembangan dengan baik karena kondisi ekonomi dan kesehatan di perdesaan yang lebih buruk dibandingkan di perkotaan. Alasan lain diungkapkan oleh Edatali dan Redzuan (2010) yang menyatakan bahwa istri di perdesaan lebih banyak yang tetap menanamkan nilai tradisional dibandingkan istri di perkotaan, dimana pekerjaan rumah oleh keluarga di perdesaan diselesaikan oleh istri tanpa adanya bantuan dari suami seperti di kota yang terdapat pembagian tugas sehingga suami juga berperan dalam pekerjaan rumah.
Hasil berbeda terjadi pada keluarga perkotaan yang menunjukkan bahwa pemenuhan semua tugas perkembangan keluarga lansia di perkotaan (tugas perkembangan umum keluarga, tugas perkembangan istri, dan tugas perkembangan suami ) berubungan positif dengan kepuasan perkawinan. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Kapinus dan Johnson (2003) yang menyatakan Pemenuhan tugas perkembangan keluarga berhubungan positif dengan kepuasan perkawinan, artinya semakin baik pemenuhan tugas perkembangan keluarga maka semakin tinggi penilaian terhadap kepuasan perkawinan. Kondisi tersebut diakibatkan oleh keterkaitan kondisi keluarga lansia di perkotaan yang menunjukkan kesehatan dan pendapatan di perkotaan lebih baik dibandingkan di perdesaan menurut Higginbotham (2009), sehingga mempengaruhi pe(menuhan tugas perkembangan keluarga dapat dilakukan dengan baik (Spainer et al. 1979 dalam Kapinus dan Johnson 2003).
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa cacat fisik suami berpengaruh negatif terhadap tugas perkembangan keluarga. Kondisi tersebut menurut Maity (2014) karena cacat fisik dapat berdampak negatif pada kondisi sosial, ekonomi dan fungsi keluarga. Kondisi fisik yang memburuk menurut Maity (2014) memerlukan adaptasi dalam interaksi dengan anggota keluarga yang berdampak pada tugas perkembangan keluarga. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa kepuasan perkawinan dan tugas perkembangan keluarga berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas hidup subjektif. Pemenuhan tugas perkembangan keluarga yang baik berhubungan dengan kepuasan perkawinan, dan kepuasan perkawinan yang baik akan mempengaruhi kualitas hidup (Rostami 2013).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Rata-rata lansia di perkotaan memiliki usia lebih tua dibandingkan lansia di perdesaan dan lebih dari separuh lansia di perdesaan dan di perkotaan sudah tidak bekerja saat pelaksanaan wawancara. Keluarga di perdesaan memiliki besar keluarga lebih besar dibandingkan keluarga di perkotaan. Tugas perkembangan keluarga dari hampir keseluruhan keluarga di perdesaan dan perkotaan berada pada kategori sedang. Lebih dari separuh kepuasan perkawinan antara di perdesaan dan di perkotaan berada pada kategori sedang, dimana proporsi kepuasan perkawinan berkategori rendah lebih banyak dirasakan oleh keluarga lansia perdesaan. Lebih dari separuh keluarga di perdesaan dan perkotaan juga memiliki kategori kualitas hidup subjektif sedang. Kepuasan perkawinan di perdesaan memiliki hubungan positif signifikan dengan tugas perkembangan istri. Kepuasan perkawinan di perkotaan tidak hanya berhubungan positif signifikan dengan tugas perkembangan umum saja, melainkan juga berhubungan postif signifikan dengan tugas perkembangan istri dan tugas perkembangan suami. Pendapatan keluarga dan pendidikan suami berpengaruh positif terhadap tugas perkembangan keluarga, sedangkan cacat fisik suami berpengaruh negatif terhadap tugas perkembangan keluarga. Kepuasan perkawinan dan tugas perkembangan keluarga berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas hidup subjektif .
Saran
dan perkotaan, maka dipilih dengan karakteristik demografi yang berbeda sehingga dapat terlihat perbedaa dari kedua wilayah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abikusno N. 2010. Pedoman Active Agieng (Penuaan Aktif) bagi Pengelola Dan Masyarakat. Jakarta (ID): Komisi Nasional Lanjut Usia.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Provinsi Jawa Barat [internet].[diunduh pada 2014 Mei 15]. Tersedia pada: www. Jabar.bps.go.id/subyek-jumlah-dan-presentase-penduduk-miskin-dan garis kemiskinan-menurut kabupatenkota-2011.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Kecamtan Bogor Selatan dalam Angka [internet].[diunduh pada 2014 Mei 15]. Tersedia pada: http://bogorkota.bps.go.id/publikasi/kecamatan-bogor-selatan-dalam-angka-2013.
[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2013. Kecamatan Leuwiliang dan Angka [internet]. [diunduh pada 2014 mei 15]. Tersedia pada; http://bogorkab.bps.go.id/publikasi?field_publikasi_kelompok_value=All &field_publikasi_thn_terbit_value_selective=All&page=8&kelompok=All &field_publikasi_thn_tid=All
Duvall EM. 1971. Family Development. Ed ke-4. New York (US): J B Lippincott Company.
Edatali A dan Redzuan M. 2010. Perception of women towards family values and their marital satisfaction. J American Science. 6(4): 132-137.
Geourgiou J. 2009. Quality of life indicators: the objective-subjective interrelationship that exists within one’s’ place of residence’ in old age. J Asian Social Science. 5(9): 3-20.
Haynes SN, Floyd FJ, Lemsky C, Rogers E, Winemiller D, Nancy H, Werle M, Murphy T, Cardone L. 1992. The marital satisfaction questionnaire for older persons. Association for The Advancement of Retired Persons. 4(4): 473-482.
Higginbotham BJ. 2009. Economic predictors of marital quality among newby remarried rural and urban couples. Family Science Association.14(2): 18-29.
Hill R. 1963. Family development. Familiy Mobility in Our Dynamic Society. Amerika Serikat (US): Iowa State University.
Hurlock. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Ed ke-5. Terjemahan Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Developmental Psycology A life-Span Approach, Ed ke-5.
Kapinus CA dan Johnson MP. 2003. The utility of family life cycle as a theoretical and empirical tool commitmen and family life-cycle stage. J Family Issues. 24(2): 155-184.
Lee S, Park MH, Montalto CP. 2000. The effect of family life cycle and financial management practices on household saving patterns. J Korean Home Economics Association English Edition. 1 (1): 79-93.
Maity M dan Mukhopadhyay B. 2014. Cognitive health of the elderly. J Psychol Clin Psychiatry. 1 (1):
Mudey A, Ambekar S, Goyal RM, agarekar S, Wagh VS. 2011. Assessment of quality of life among rural and urban elderly population of Wardha district, Maharashtr, India. Ethno Med. 5 (2): 89-93.
Netuveli G dan Blane D. 2008. Quality of life in older ages. British Medical Buletin. 85:113-126.
Neugarten BL. 1996. The Meanings of Age Selected Papers. London (GB): The University of Chicago. [diunduh 2014 Apr 21]. Tersedia pada: http://books.google.co.id/books
Newby NM. 1996. Chronic illness and the family life cycle. J Advanced Nursing. 23: 786-791.
Papalia DE, Old SW, Feldman R D. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan).AK Anwar, penerjemah. Jakarta (ID) : Kencana. Ed ke-9. Pitriana RIK. 2013. Pengaruh kerentanan, perubahan, dan stabilisasi berdasarkan
siklus perkembangan keluarga terhadap kualitas hidup lanjut usia [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor (ID).
Prastiwi TF. 2012. Kualitas hidup penderita kanker. J Psikologi. 1(1): 21-27 Puspitawati H. 2012. Gender dan Keluarga: Konsep dan Realitas di Indonesia.
Bogor (ID): IPB Pr.
Rogers RH dan White JM. 1993. Family development theory. Di dalam: Boss PG, Doherty WJ, Larossa R, Schumm WR, Steinmetz SK, editor. Sourcebook of Family Theories and Methods; New York (US): Plenum Pr. Hlm 225-257.
Ross CE, Willigen MV. 1997. Education and the subjective quality of life. J of Health and Social Behaviour. 38(september): 275-297.
Rostami A. 2013. Marital satisfaction in relation to social support, coping, and quality of life in medical staff in Tehran, Iran [Tesis]. Sweden (SE): Umea University
Santrock JW. 2003. Adolecence. Ed-ke 6. Adelar SB dan Saragih S, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Adolecence.
Schiamberg LB dan Smith KU. 1982. Human Development. New York (US): Macmillan Publishing Co,.Inc.
Sumardjo. 2010. Karakteristik wilayah perperdesaanan. Di dalam: Syukur M, editor. Pembangunan Perperdesaanan dalam rangka Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat; Bogor (ID) : IPB Pr.hlm 9-28.
Sutikno E. 2011. Hubungan antara fungsi keluarga dan kualitas hidup lansia. J Kedokteran Indonesia. 2(1): 73-79.
Zainah AZ, Nasir R, Hashim RS, Yusuf NMd. 2010. Effects of demographic variabel on marital satisfaction. Asian Social Science. 8(9): 46-49. doi: 10.5539/1ss.v8n946.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Sebaran pertanyaan tugas perkembangan umum istri
Menemukan rumah yang Tetap berbelanja meski keadaan
uang terbatas 0.0 51.4 42.9 5.7 5.7 28.6 37.1 28.6
Membangun rutinitas rumah tangga yang nyaman
Saling membantu untuk
merawat rumah. 25.7 28.6 34.3 11.4 31.4 37.1 22.9 8.6 Menonton tv bersama pasangan
saya. 8.6 28.6 57.1 5.7 11.4 22.9 40.0 25.7 melakukan aktivitas makan
bersama. 17.1 31.4 40.0 11.4 11.4 25.7 37.1 25.7 membicarakan atau mengobrol
situasi yang terjadi dirumah. 8.6 0.0 14.3 77.1 8.6 5.7 48.6 37.1
Suami istri saling menjaga satu sama lain
merawat pasangan saat sakit 0.0 5.7 48.6 45.7 0.0 8.6 37.1 54.3 lebih banyak diam saat pasangan
sakit karena sudah ada anak-anak dan cucu yang merawat.*
0.0 14.3 71.4 14.3 0.0 11.4 31.4 57.1
membujuk pasangan untuk
pergi berobat 2.9 37.1 54.3 5.7 2.9 34.3 54.3 8.6 mengingatkan agar pasangan
(suami/istri ) menjauhi makanan yang tidak boleh di makan.
2.9 51.4 31.4 14.3 14.3 40.0 34.3 11.4
Saya dan pasangan saya sibuk dengan penyakit pada diri kita masing-masing.*
0.0 11.4 71.4 17.1 8.6 14.3 34.3 42.9
Menghadapai kehilangan pasangan
Menerima jika pasangan lebih
dahulu dipanggil tuhan. 0.0 0.0 60.0 40.0 0.0 0.0 25.7 74.3 Tetap menjalani hidup dengan
baik, meski tanpa pasangan. 0.0 14.3 71.4 14.3 0.0 0.0 85.7 14.3 Merasa kehilangan dan stress
jika pasangan meninggalkan saya didunia.
28.6 51.4 17.1 2.9 8.6 22.9 31.4 37.1
Kesepian karena kehilangan
Merawat saudara yang juga lansia
Merawat orang tua atau saudara saya yang juga lansia dan sedang sakit.
8.6 80.0 11.4 0.0 54.3 25.7 17.1 2.9
Mengajak orang tua dan saudara
yang lansia tinggal bersama . 20.0 62.9 14.3 2.9 54.3 28.6 14.3 2.9 Memenuhi kebutuhan orang tua
dan saudara saya yang tidak mampu.
14.3 71.4 14.3 0.0 62.9 20.0 14.3 2.9
Mempertahankan kontak dengan anak-anak dan cucu
Memiliki jadwal bertemu cucu
setiap minggu atau bulan. 2.9 45.7 37.1 14.3 17.1 5.7 40.0 37.1 Sering menelepon cucu karena
rumah kita berjauhan. 5.7 54.3 34.3 5.7 37.1 28.6 17.1 17.1 Mengunjungi cucu dan bermain
bersama kurang lebih satu bulan sekali.
5.7 51.4 40.0 2.9 25.7 31.4 5.7 37.1
Jarang mengunjungi, karena
jarak rumah yang berjauhan.* 11.4 37.1 48.6 2.9 14.3 51.4 22.9 11.4
Tidak saling berbicara jika tidak
ada kepentingan* 0.0 22.9 74.3 2.9 0.0 45.7 51.4 2.9
Senang bermain dan
mendengarkan cerita cucu. 0.0 14.3 48.6 37.1 8.6 14.3 14.3 62.9 Sering mengajak cucu pergi. 2.9 34.3 42.9 20.0 17.1 31.4 25.7 25.7
Menjaga minat pada orang diluar keluarga
Tetap mengikuti kegiatan diluar
rumah. 5.7 17.1 60.0 17.1 11.4 11.4 51.4 25.7 Lebih suka dirumah daripada
bertemu dengan teman-teman lainnya*
14.3 34.3 48.6 2.9 14.3 51.4 20.0 14.3
Malas untuk melakukan kegiatan selain bersama keluarga dirumah.*
2.9 22.9 62.9 11.4 5.7 14.3 45.7 34.3
Tetap berkomunikasi dan pergi
keluar rumah bersama teman. 0.0 17.1 77.1 5.7 20.0 31.4 45.7 2.9 Aktif mengikuti organisasi atau
perkumpulan-perkumpulan. 0.0 22.9 71.4 5.7 20.0 25.7 48.6 5.7
Menemukan makna hidup
Saya belajar dari pengalaman
hidup dimasa lalu. 0.0 20.0 62.9 17.1 0.0 5.7 48.6 45.7 menjadi lebih baik dibandingkan
dimasa lalu. 0.0 5.7 80.0 14.3 0.0 0.0 62.9 37.1
Lampiran 2 Sebaran pertanyaan tugas perkembangan umum suami
Pertanyaan
Perdesaan Perkotaan
1 2 3 4 1 2 3 4
Menemukan makna kehidupan setelah pensiun
Setelah pensiun, memiliki
waktu luang untuk
bersilaturahmi dengan
saudara-saudara.
Memiliki waktu luang
bermain bersama cucu. 0.0 0.0 5.7 34.3 5.7 17.1 37.1 40.0
Mengisi waktu dengan
melakukan hal-hal yang
disukai.
2.9 5
7.1
3
7.1 2.9 2.9 60.0 22.9 14.3
Aktif melaukan aktivitas
dirumah dan diluar rumah setelah pensiun, sehingga
keberadaan saya masih
dirasakan oleh orang-orang disekitar.
2.9 7.1 1.4 8.6 8.6 8.6 71.4 11.4
menyesuaikan tingkat pendapatan sebagai seorang yang telah pensiun
Kebutuhan terpenuhi sesuai kondisi keuangan setelah saya pensiun.
0.0 2.9 7.1 20.0 0.0 0.0 45.7 54.3
Menerima kondisi keuangan
saya saat ini. 0.0 5.7 5.7 48.6 0.0 0.0 60.0 40.0
Tidak dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari karena uang gaji berkurang.*
2.9 8.6 2.9 5.7 11.4 22.9 57.1 8.6
Hidup hemat dengan kondisi
keuangan saya saat ini 0.0 5.7 5.7 8.6 0.0 2.9 45.7 51.4
Terlibat dan membantu istri saya menyelesaikan pekerjaan rumah.
14.3 5.7 7.1 22.9 17.1 22.9 34.3 25.7
Menjaga dengan baik dan merawat fisik dirinya sendiri.
Berolah raga agar kesehatan
tubuh tetap terjaga 2.9 4.3 1.4 11.4 37.1 28.6 8.6 25.7
Memilih makanan yang
bermanfaat bagi kesehatan dan menghindari makanan
pantangan bagi penyaikt
yang diderita
8.6 4.3 4.3 22.9 40.0 28.6 11.4 20.0
Rutin untuk melakukan
chek-up atau mengunjungi
posbindu secara berkala.
7.1 7.1 25.7 20.0 17.1 25.7 14.3 42.9
Mempertahankan kontak sosial dan tanggung jawab sosial
Tetap mengikuti kegiatan
seperti pengajian atau
perkumpulan lainnya
2.9 0.0 5.7 31.4 11.4 28.6 22.9 37.1
Lebih banyak berdiam diri
dirumah, karena tubuh
melemah*
7.1 2.9 4.3 25.7 14.3 40.0 28.6 17.1
Menerapkan budaya saling
tolong-menolong dengan
lingkungan sekitar.
0.0 0.0 5.7 54.3 2.9 8.6 31.4 57.1
Terlibat dalam mengambil keputusan dalam masalah lingkungan sosial.
Senang dengan perlakuan anak dan cucu yang penuh kehangatan.
0.0 28.6 8.6 42.9 0.0 5.7 54.3 40.0
Senang dan puas dengan hubungan istri, anak, dan cucu.
Siap menerima kematian
yang akan datang menjemput 0.0 0.0 1.4 68.6 0.0 2.9 48.6 48.6
dengan mendekatkan diri
kepada Tuhan, tidak
memiliki hutan, dan selalu berbuat baik terhadap sekitar
Lampiran 3 Sebaran pertanyaan tugas perkembangan istri
Memberikan pujian dan
semangat kepada suami
bahwa kebahagian tidak
hanya diukur dari materi
8.6 37.1 42.9 11.4 22.9 28.6 34.3 14.3 berolah raga bersama atau pergi rekreasi.
Lebih hemat setelah suami
dipensiun. 0.0 82.6 54.3 17.1 0.0 17.1 31.4 51.4
Menyesuaikan kebutuhan
dan keadaan uang. 0.0 2.9 85.7 11.4 0.0 0.0 71.4 28.6
Kekurangan uang dan sering kali mengharapkan uang dari anak-anak maupun saudara.*
Berolah raga agar kesehatan
tubuh tetap terjaga 14.3 51.4 28.6 5.7 48.6 40.0 11.4 0.0
Memilih makanan yang
bermanfaat bagi kesehatan dan menghindari makanan
pantangan bagi penyaikt
yang diderita.
2.9 48.6 40.0 8.6 11.4 5.7 20.0 22.9
Rutin untuk melakukan chek-up atau mengunjungi posbindu secara berkala.
2.9 62.9 25.7 8.6 20.0 20.0 22.9 37.1
Menjaga kehidupan sosial dan aktif
Tetap mengikuti kegiatan
seperti pengajian atau
perkumpulan lainnya
Interaksi dengan suami,
anak, dan cucu saya dengan
baik, sehingga merasa
kepuasan hidup pada diri.
0.0 5.7 71.4 22.9 2.9 0.0 65.7 31.4
Merasakan kasih sayang dari
keluarga saya. 0.0 2.9 80.0 17.1 0.0 0.0 54.3 45.7
Menikmati sisa hidup dengan tetap menjaga hubungan baik dengan keluarga.
0.0 5.7 80.0 14.3 0.0 2.9 62.9 34.3
Hidup dengan sehat setelah sepeninggalan sang suami. makan sehat meski tidak ada suami.
0.0 11.4 77.1 11.4 0.0 22.9 42.9 34.3
Tetap melakukan chek up
atau berkunjung ke posbindu meski tidak ada suami
8.6 5.7 74.3 11.5 2.9 20.0 45.7 31.4
Melihat kematian sebagai hal yang tidak bisa dihindari dan bagian dari kehidupan.
Kematian adalah hal yang pasti terjadi dalam kehidupan seseorang.
0.0 0.0 48.6 51.4 0.0 0.0 34.3 65.7
Percaya bahwa kematian bisa datang kapan saja dan kepada siapa saja.
Lampiran 4 Sebaran pertanyaan tugas perkembangan suami
Pertanyaan Perdesaan Perkotaan
1 2 3 4 1 2 3 4
Menemukan makna
kehidupan setelah pensiun. STS TS S SS STS TS S SS
Saya memiliki waktu luang untuk bersilaturahmi dengan saudara-saudara.
2.9 8.6 7.1 31.4 8.6 20.0 22.9 48.6
Memiliki waktu luang
bermain bersama cucu. 0.0 20.0 45.7 34.3 5.7 17.1 37.1 40.0
Mengisi waktu dengan
melakukan hal-hal yang saya sukai.
2.9 57.1 37.1 2.9 2.9 60.0 22.9 14.3
Tetap aktif melakukan
aktivitas dirumah dan diluar rumah setelah pensiun.
2.9 37.1 51.4 8.6 8.6 8.6 71.4 11.4
Menyesuaikan tingkat
pendapatan sebagai
seorang yang telah pensiun
Memenuhi kebutuhan sesuai
kondisi keuangan. 0.0 2.9 77.1 20.0 0.0 0.0 45.7 34.3
Menerima kondisi keuangan
saat ini. 0.0 5.7 45.7 48.6 0.0 0.0 60.0 40.0
Tidak dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari.* 22.9 28.6 42.9 5.7 11.4 22.9 57.1 8.6
Hemat dengan kondisi
keuangan saya saat ini. 0.0 5.7 85.7 8.6 0.0 2.9 45.7 51.4
Membuat pengaturan
hidup yang memuaskan dengan sang istri merawat fisik dirinya sendiri.
Berolah raga agar kesehatan
tubuh tetap terjaga. 22.9 34.3 31.4 11.4 37.1 28.6 8.6 25.7
Memilih makanan yang
bermanfaat bagi kesehatan dan menghindari makanan
pantangan bagi penyaikt
yang diderita.
8.6 54.3 14.3 22.9 40.0 28.6 11.4 20.0
Rutin untuk melakukan
chek-up atau mengunjungi
posbindu secara berkala.
17.1 37.1 25.7 20.0 17.1 25.7 14.3 42.9
mempertahankan kontak sosial dan tanggung jawab sosial
Tetap mengikuti kegiatan
seperti pengajian atau
perkumpulan lainnya.
Terlibat dalam mengambil keputusan dalam masalah lingkungan sosial.
Senang dengan perlakuan
anak dan cucu. 0.0 8.6 48.6 42.9 0.0 5.7 54.3 40.0
Merasa senang dan puas dengan hubungan yang saya miliki dengan istri, anak, dan cucu saya.
2.9 0.0 62.9 34.3 0.0 5.7 48.6 45.7
Menghadapi kemungkinan kematian dengan cara yang konstruktif
Siap menerima kematian
yang akan menjemput. 0.0 0.0 31.4 68.6 0.0 2.9 48.6 48.6
Mempersiapkan diri dalam
menghadapi kematian,
(contohnya membagi
warisan dengan adil).
11.4 34.3 25.7 28.6 20.0 40.0 28.6 11.4
Mempersiapkan kematian
dengan mendekatkan diri
kepada Tuhan, berusaha
tidak memiliki hutang .
8.6 25.7 40.0 25.7 11.4 20.0 40.0 28.6
Lampiran 5 Sebaran pertanyaan kepuasan perkawinan istri
Pertanyaan Perdesaan Perkotaan
1 2 3 4 1 2 3 4
Jumlah waktu bersama-sama
pasangan. 0.0 20.0 65.7 14.3 0.0 5.7 65.7 28.6
Sikap pasangan yang mau
berbagi tentang sesuatu. 0.0 25.7 68.6 5.7 0.0 28.6 54.3 17.1
Dukungan dan dorongan oleh
pasangan. 0.0 2.57 60.0 14.3 2.9 22.9 37.1 0.0
Kondisi kesehatan pasangan. 0.0 14.3 74.3 11.4 2.9 14.3 62.9 0.0
Sikap pasangan dalam
meotivasi. 0.0 28.6 68.6 2.9 2.9 11.4 57.1 0.0
Keseluruhan kepribadian
pasangan. 2.9 34.3 54.3 8.6 0.0 11.4 68.6 20.0
sikap pasangan dalam
pertimbangan. 0.0 37.1 57.1 5.7 0.0 14.3 74.3 11.4
Cara pasangan dalam
menyatakan bentuk kasih sayangnya.
Reaksi yang ditunjukkan
Nilai-nilai kehidupan yang pasangan tanamkan dalam sehari-hari.
Berapa persenkah anda
memberikan nilai pada
perhatian yang diberikan oleh pasangan anda?
2.9 17.1 25.7 54.3 2.9 14.3 45.7 37.1
Pandangan terhadap
perkawinan 2.9 14.3 74.3 8.6 2.9 14.3 54.3 28.6
Seberapa sering mengalami masalah keluarga ditahun terakhir ini?
2.9 2.9 57.1 37.1 0.0 8.6 68.6 22.9
Jika dibandikan dengan 5 tahun yang lalu, seberapa puaskah dengan pernikahan anda saat ini?
0.0 31.4 62.9 5.7 2.9 25.7 40.0 31.4
Lampiran 6 Sebaran pertanyaan kepuasan perkawinan suami
Item pertanyaan Perdesaan Perkotaan
1 2 3 4 1 2 3 4
Jumlah waktu bersama-sama pasangan.
Sikap pasangan tentang
sesuatu yang disukai tau dimintai.
0.0 0.0 97.1 2.9 0.0 5.7 77.1 17.1
Dukungan dan dorongan oleh
pasangan. 0.0 17.1 34.3 48.6 0.0 2.9 60.0 37.1
Kondisi kesehatan pasangan. 0.0 14.3 71.4 14.3 0.0 5.7 60.0 34.3
Sikap pasangan dalam
memotivasi. 0.0 20.0 28.6 51.4 0.0 2.9 60.0 37.1
menyatakan bentuk kasih sayangnya.
0.0 8.6 60.0 31.4 0.0 5.7 57.1 37.1
Reaksi yang ditunjukkan
pasangan setelah
mendengarkan cerita atau
masalah yang sedang
rasakan.
Cara penyelesaian pasangan
Nilai-nilai kehidupan yang pasangan tanamkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berapa persenkah anda
memberikan nilai pada
perhatian yang diberikan oleh pasangan anda?
0.0 8.6 22.9 68.6 0.0 0.0 40.0 60.0
Pandangan keseluruhan
terhadap perkawinan 0.0 5.7 60.0 34.3 0.0 0.0 60.0 40.0
Seberapa sering mengalami masalah keluarga ditahun terakhir ini?
0.0 0.0 45.7 54.3 0.0 8.6 62.9 28.6
Jika dibandikan dengan 5 tahun yang lalu, seberapa
puaskah anda dengan
pernikahan anda saat ini?
5.7 14.3 54.3 25.7 11.4 31.4 25.7 31.4
Lampiran 7 Sebaran pertanyaan kualitas hidup subjektif istri
Pertanyaan Perdesaan Perkotaan
1 2 3 4 1 2 3 4
Kepuasan hidup
Senang dengan aktivitas
yang dilakukan sehari-hari 2.9 14.3 48.6 34.3 2.9 11.4 45.7 40.0
Senang dengan aktivitas yang saya lakukan setiap hari.
0.0 17.1 57.1 25.7 2.9 11.4 37.1 48.6
Tidak senang beraktivitas
karena mudah lelah* 5.7 11.4 57.1 25.7 2.9 28.6 42.9 25.7 lebih banyak menonton tv atau berdiam diri.*
8.6 14.3 74.3 2.9 5.7 45.7 40.0 8.6
Malas untuk menggerakan badan, sehingga sering meminta bantuan orang lain atau menyuruh orang lain. *
2.9 5.7 2.9 8.6 0.0 22.9 54.3 22.9
Menganggap hidup penuh arti
Hidup dengan semangat. 0.0 0.0 94.3 5.7 0.0 0.0 80.0 20.0