ANALISIS KELEMBAGAAN DAN STRATEGI
PENINGKATAN DAYA SAING KOMODITAS KUBIS
(
Brassica oleracea L.
) KABUPATEN AGAM
ACHMAD MUTTAQIN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelembagaan dan Strategi Peningkatan Daya Saing Komoditas Kubis (Brassica oleracea L.) Kabupaten Agam adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, April 2015
Achmad Muttaqin
ABSTRAK
ACHMAD MUTTAQIN. Analisis Kelembagaan dan Strategi Peningkatan Daya Saing Komoditas Kubis (Brassica oleracea L.) Kabupaten Agam. Dibimbing oleh LINDAWATI KARTIKA.
Sumatera Barat adalah salah satu daerah penghasil sayuran dataran tinggi di Indonesia. Kabupaten Agam merupakan salah satu pemasok sayuran dataran tinggi di Sumatera Barat dengan komoditas unggulan sayuran kubis. Tujuan penelitian ini mengetahui rantai pasok dan kelembagaan komoditas kubis, menganalisis indikator kinerja utama serta merumuskan strategi dalam meningkatkan daya saing kubis. Metode penelitian yang digunakan diantaranya: Analisis Deskriptif, Analisis SWOT, The House Model, Indikator Kinerja Utama (IKU). Hasil penelitian menghasilkan tiga pilar strategi yang berfokus pada: Produk dan mutu, Sarana prasarana dan infrastuktur, dan Kelembagaan dengan tiga prioritas bobot, yaitu: a). Peningkatan jumlah produksi kubis; b). Peningkatan jumlah produktivitas kubis; dan c). Peningkatan jumlah petani dan penyuluh menerima pelatihan dan pembinaan.
Kata Kunci: Rantai Pasok, Kelembagaan, Indikator Kinerja Utama. ABSTRACT
ACHMAD MUTTAQIN. Institutional Analysis and Strategy for Increasing Competitiveness Cabbage (Brassica oleracea L.) Commodities in Agam Regency. Supervised by LINDAWATI KARTIKA.
West Sumatera is one of the areas in Indonesia producing highland vegetables. Agam is a regency on West Sumatera which supplies many highland vegetables with the cabbage as the leading commodity. The purposes of this research are to find supply chain channels and institutional analysis, Key Performance Indicators (KPIs) basic analysis, to fomulate strategy to increase competitiveness of cabbage. The methods used in this research were: Descriptive analysis, SWOT analysis, The House Model, Key Performance Indicators (KPIs). The result of this research are resulted focus on the 3 pillars, those are: Product and Quality, Infrastructure and Institutional with 3 weighted priorities to be achieved, those are: a. Increase in the production of cabbage; b. Increase the productivity of cabbage; c. Increase in the number of farmer and agricultural extension workers who receives training and guidance.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen
ANALISIS KELEMBAGAAN DAN STRATEGI
PENINGKATAN DAYA SAING KOMODITAS KUBIS
(
Brassica oleracea L.
) KABUPATEN AGAM
ACHMAD MUTTAQIN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September hingga Desember 2014 ini ialah daya saing, dengan judul Analisis Kelembagaan dan Strategi Peningkatan Daya Saing Komoditas Kubis (Brassica oleracea L.) Kabupaten Agam. Bagian dari penelitian ini telah dipublikasikan dalam paper
dengan judul Desain Indikator Kinerja Utama Sayuran Komoditas Unggulan dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Sektor Pertanian di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Paper tersebut di presentasikan dalam Simposium dan Seminar Nasional Perhimpunan Agronomi Indonesia di Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tanggal 13–14 November 2014.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional atas Hibah Kompetitif Penelitian Strategis Nasional dengan judul Grand Design Rancang Bangun Sayuran Dataran Tinggi Nasional Nomor: 046/SP2H/PL/Dit.Litabmas/III/2012. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lindawati Kartika, SE, M.Si selaku pembimbing, Bapak Dr. Ir. M. Syamsun, M.Sc dan Bapak M. Syaefudin Andrianto, S.TP, M.Si selaku dosen penguji 1 dan 2. Di samping itu, penulis juga berterima kasih kepada Bagian Statistik Pertanian Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan Kabupaten Agam Ibu Dwi, Kepala BP4K2P Kabupaten Agam, Penyuluh UPT BP4K2P Kecamatan Baso Kabupaten Agam Ibu Gusneti dan Bapak Hendrik Kasmadiharja, Ketua Kelompok Tani Lembaga Keuangan Mikro-Agribisnis Bapak Ulta Dusri, Ketua Gabungan Kelompok Tani Bapak Ridwan, Kepala Seksi Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran, Buah, Daun, dan Umbi Direktorat Jenderal Hortikultura Bapak Lukman Dani Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB Bapak Dr. Ir. Agus selaku pakar. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Mursalih dan Ibu Saodah selaku orang tua serta seluruh keluarga, Laras, Ayu, Hana, Hanna, Silmi, Adi, Rian, Karin, Marlon dan sahabat Manajemen 48, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, 9 April 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 4
Rantai Pasok 4
Kelembagaan 4
Strategi 5
Penelitian Terdahulu 5
METODE PENELITIAN 6
Kerangka Pemikiran 7
Tahapan Penelitian 9
Lokasi dan Waktu Penelitian 9
Jenis dan Sumber Data Penelitian 9
Metode dan Penentuan Ukuran Sampel 10
Metode Pengolahan dan Analisis Data 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 12
Gambaran Umum Kabupaten Agam 12
Analisis Rantai Pasok Komoditas Kubis 14
Analisis Kelembagaan Rantai Pasok Kubis 16
Analisis SWOT 19
The House Model Komoditas Kubis 21
Indikator Kinerja Utama Komoditas Kubis 22
Implikasi Manajerial 23
SIMPULAN DAN SARAN 25
Simpulan 25
Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN 28
DAFTAR TABEL
1 Skala penilaian perbandingan berpasangan 12
2 Grade sayuran kubis yang di distribusikan di Kabupaten Agam 14 3 Analisi rantai pasok sayuran kubis Kabupaten Agam 15 4 Interaksi kelembagaan Pemerintah, Kelembagaan Komunitas,
dan Kelembagaan Pasar di Kabupaten Agam 17
5 Matriks SWOT 20
6 Desain indikator kinerja utama kubis Kabupaten Agam 22 7 Bobot dan Prioritas Bobot Indikator Kinerja Utama (IKU) Kubis 23
8 Implikasi Manajerial 24
DAFTAR GAMBAR
1 Statistik sayuran hortikultura Sumatera Barat tahun 2010-2013 1 2 Jumlah produksi sayuran dataran tinggi Kabupaten Agam (Ton) 2 3 Produktivitas sayuran dataran tinggi di Kec. Baso 2013 3
4 Ilustrasi model supply chain (Pujawan, 2005) 5
5 Kerangka Pemikiran Penelitian 7
6 Tahapan Penelitian 8
7 Kerangka The House Model (Horovitz dan Corbooz, 2007) 11 8 Struktur aliran rantai pasok sayuran kubis di Kabupaten Agam 14
9 The House Model untuk peningkatan daya saing sayuran kubis 21
DAFTAR LAMPIRAN
1. Instrumen wawancara narasumber 29
2. Kuisioner pakar (Kuisioner pembobotan IKU peningkatan daya saing
komoditas kubis di Kabupaten Agam) 31
0 20000 40000 60000 80000 100000 120000
2010 2011 2012 2013
Kubis Kentang Tomat Bawang Merah Wortel Cabai Merah Volume (Ton)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumatera Barat adalah salah satu daerah penghasil sayuran dataran tinggi di Indonesia selain Sumatera Utara, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Sayuran hortikultura yang dihasilkan oleh Sumatera Barat memiliki banyak keragaman sehingga diperlukan upaya pengembangan agar sayuran yang dihasilkan oleh Sumatera Barat dapat bersaing dengan sayuran dari provinsi atau negara lain. Berikut hasil produksi sayuran yang dihasilkan oleh Sumatera Barat (Gambar 1).
Gambar 1 Statistik sayuran hortikultura Sumatera Barat tahun 2009-2013 (Ton). (Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumatera Barat 2014)
Gambar 1 menunjukkan bahwa sayuran dataran tinggi yang dihasilkan Sumatera Barat diantaranya kubis, kentang, tomat, bawang merah, wortel, dan cabai merah. Hasil dari statistik menunjukkan bahwa komoditas kubis dan tomat memiliki produksi yang cukup tinggi dibandingkan dengan sayuran dan tanaman lain meski fluktuatif dan mengalami penurunan produksi di tahun 2011. Produk-produk sayuran yang dihasilkan oleh Sumatera Barat dihasilkan oleh 12 Kabupaten. Salah satu penghasil sayuran dataran tinggi di Sumatera Barat adalah Kabupaten Agam.
Kabupaten Agam memiliki luas lahan pesawahan dan perkebunan mencapai 71,74%, dimana mayoritas masyarakat memiliki pekerjaan sebagai petani, pedagang pengumpul / besar, pedagang kecil, dan berbagai jenis pekerjaan lainnya yang menunjang pertanian di wilayah Agam. Kabupaten Agam memiliki dua buah gunung, yaitu Gunung Marapi mencakup Kecamatan Baso, Ampek Angkek, dan Sungai Pua serta Gunung Singgalang yang mencakup Kecamatan IV Koto dan Candung (Dipertahornak Kabupaten Agam 2014). Kelima Kecamatan tersebut merupakan daerah penghasil dan pemasok sayuran dataran tinggi di Kabupaten Agam dan daerah sekitar. Sayuran yang dihasilkan didaerah tersebut meliputi kubis, kentang, tomat, dan bawang merah dapat dilihat pada Gambar 2.
2
Gambar 2 Jumlah produksi sayuran dataran tinggi Kabupaten Agam (Ton).
(Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan Kab. Agam 2013).
Berdasarkan hasil produksi yang telah dijabarkan, produksi tertinggi sayuran dataran tinggi yang dihasilkan oleh Kabupaten Agam adalah sayuran kubis (Brassica oleracea L.), sementara bawang merah mengalami produksi paling rendah dibandingkan dengan sayuran lain. Menurut Kusumawardhani (2014), aliran distribusi sayuran dataran tinggi di Kabupaten Agam meliputi 3 aliran yaitu: 1). Petani ke pasar tradisional, 2). Petani ke pedagang pengumpul, dan 3). Petani ke pedagang pengumpul lalu ke pasar luar provinsi. Dengan saluran distribusi yang terbatas menunjukkan bahwa perlu adanya peningkatan mulai dari kelembagaan, produksi sayuran, serta peningkatan sumberdaya manusia agar saluran distribusi dapat meningkat dan sayuran yang dihasilkan Kabupaten Agam mampu bersaing dengan sayuran dari daerah lain.
Daerah penghasil kubis di Kabupaten Agam terdiri dari lima kecamatan. Sektor pertanian sayuran dataran tinggi khusunya kubis menjadi unggulan di wilayah tersebut. Produktivitas kubis yang dihasilkan oleh masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Gambar 3.
Kubis Kentang Tomat Bawang Merah
2010 2536 1494 4598 651
2011 4780 2082 4792 695
2012 7026 2447 5471 797
2013 7498 2587 6572 1099
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
Juml
ah
Pr
o
d
u
ksi
(
to
n
3
Gambar 3 Produktivitas kubis Kecamatan di Kabupaten Agam Tahun 2013 (kw/ha)
(Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan Kab. Agam 2013).
Produktivitas tertinggi komoditas kubis dihasilkan oleh Kecamatan Sungai Puar, IV Koto dan Baso. Kecamatan Baso dipilih sebagai lokasi penelitian karena penghasil kubis terbesar ketiga di Agam dan memiliki gapoktan yang meraih penghargaan tingkat nasional. Oleh karena itu, sangat memungkinkan meningkatkan daya saing kubis Kabupaten Agam agar mampu bersaing dengan kubis dari daerah lain mengingat sumber saya manusia yang dimiliki di kecamatan tersebut cukup memadai seperti tersedianya penyuluh, petani, dan gapoktan.
Perumusan Masalah
Berbekalkan latar belakang dan kerangka pikir, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1). Bagaimana rantai pasok komoditas kubis di Kabupaten Agam, Sumatera barat; 2). Bagaimana peran kelembagaan dalam meningkatkan produksi komoditas kubis; 3). Bagaimana rancang model peningkatan daya saing komoditas Kubis; 4). Bagaimana perumusan Indikator Kinerja Utama peningkatan daya saing dan strategi apa yang menjadi prioritas dalam meningkatkan daya saing komoditas kubis di Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1). Mengetahui saluran rantai pasok komoditas kubis yang digunakan; 2). Menganalisis peran kelembagaan dalam meningkatkan produksi komoditas kubis; 3). Menganalisis rancang model peningkatan daya saing komoditas Kubis; 4). Menganalisis Indikator Kinerja Utama peningkatan daya saing dan merumuskan strategi apa yang menjadi prioritas dalam meningkatkan daya saing komoditas kubis di Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
14.45
16.78
12.31 13.45 14.33
IV Koto Sungai Puar Ampek Angkek Candung Baso 0
4
Manfaat Penelitian
Penelitian ini semoga dapat bermanfaat dan dapat digunakan bagi pihak-pihak yang membutuhkan diantaranya: 1). Bagi Petani di wilayah Kabupaten Agam, Sumatera Barat, penelitian ini dapat memberikan masukan terhadap petani terkait pemilihan rantai pasok distribusi penjualan sayuran yang lebih efektif guna meningkatkan daya saing kubis dan nilai tambah petani. 2). Bagi Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani), Dipertahornak Kabupaten Agam (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan), BP4K2P (Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Perikanan Kehutanan dan Ketahanan Pangan), UPT BP4K2P (Unit Pelayanan Teknis Balai Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Perikanan Kehutanan dan Ketahanan Pangan), LKM-A Kabupaten Agam agar dapat membuat kebijakan dan srategi dalam meningkatkan daya saing sayuran kubis, serta mengoptimalkan peran kelembagaan/mitra usaha pertanian, 3). Bagi Masyarakat Ilmiah, menjadikan penelitian ini sebagai rujukan dalam penelitian selanjutnya untuk dijadikan referensi dalam membuat program-program pertanian yang terkait dengan pencapaian strategi untuk meningkatkan daya saing sayuran kubis di wilayah Kabupaten Agam, dan pengaruh peran kelembagaan terhadap nilai tambah petani sayuran kubis.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada analisis kelembagaan dan strategi peningkatkan daya saing komoditas kubis Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Objek penelitian ini adalah petani di wilayah Agam, Kelompok Tani Bumi Harapan, BP4K2P, UPT BP4K2P, dan Dipertahornak Kabupaten Agam. Variabel yang dikaji adalah peran kelembagaan, aliran rantai pasok sayuran yang efektif. Pada tahap analisis struktur rantai pasok dilakukan dengan analisis deskriptif-kualitatif yang dikembangkan oleh Van Der Vorst 2006. Sedangkan analisis kelembagaan menggunakan metode pilar kelembagaan yang dikemukakan oleh Uphoff 1986. Lingkup selanjutnya adalah dengan merumuskan strategi peningkatan daya saing komoditas kubis menggunakan analisis SWOT dan The House Model. Sasaran strategi yang dihasilkan oleh The House Model dibutuhkan untuk merumuskan Indikator Kinerja Utama (IKU) dengan menambahkan metode pairwise comparison untuk menentukan bobot prioritas. Dimana, perancangan indikator kinerja utama harus sesuai dengan prinsip SMART-C (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bounded, Continously).
TINJAUAN PUSTAKA
Rantai Pasok
5 aliran yang harus dikelola dalam rantai pasok. Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu ke hilir. kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. ketiga adalah aliran informasi yang mengalir dari hulu ke hilir atau sebaliknya. Ilustrasi konseptual sebuah rantai pasok akan dijelaskan pada Gambar 4.
Daya Saing
Menurut The Institute for Management Development (IMD) dalam Zuhal (2010), daya saing adalah suatu kemampuan organisasi untuk menjaga dan membuat lingkungan organisasi berdaya saing dan berkesinambungan.
Kelembagaan
Menurut Nasution (2001), kelembagaan adalah wadah dan sebagai norma. Lembaga atau institusi adalah seperangkat aturan, prosedur, norma, perilaku individual dan sangat penting artinya bagi pengembangan pertanian. Sedangkan menurut Uphoff (1986), kelembagaan memiliki tiga pilar, yaitu private sector
(kelembagaan pasar/ekonomi), voluntary sector (kelembagaan komunitas), dan
public sector (kelembagaan pemerintah). Strategi
Strategi merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi. Definisi strategi menurut Hamel dan Prahalad seperti yang dikutip oleh Rangkuti (2005) menyatakan bahwa strategi merupakan tindakan yang bersifat
incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh pelanggan di masa depan.
Penelitian Terdahulu
Mahani (2014), dalam skripsinya yang berjudul Strategi Peningkatan Daya Saing Petani Komoditas Kentang melalui Analisis Beban Kerja menyatakan bahwa beban kerja aktivitas petani kentang pada musim tanam lebih padat dibandingkan dengan beban kerja aktivitas petani pada musim panen. Keadaan ini memerlukan pengelolaan waktu tanam dan waktu panen yang lebih sistematis agar tercapai kestabilan hasil produksi pertanian. Selain itu, peran aktif
stakeholder dalam memajukan kegiatan pertanian juda perlu dikembangkan guna peningkatan daya saing petani secara berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan metode analisis beban kerja, pendekatan model Interpretive Structural Modeling
(ISM).
Keterangan: Arus Uang Arus Barang Arus Informasi
Supplier Manufacturer Distributor Retail
6
Rizqiah dan Setiawan (2013), dalam jurnal manajemen dan organisasi yang berjudul Analisis Nilai Tambah dan Penentuan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Pepaya Calina di PT Sewu Segar Nusantara menyatakan bahwa nilai tambah merupakan aspek penting yang mempengaruhi kinerja rantai pasok pepaya Calina karena menunjukkan kontribusi dari masing-masing anggota dalam menghantarkan kepuasan kepada konsumen. Desain metrik pengukuran kinerja untuk rantai pasok pepaya Calina ditunjukkan untuk penerapan sustainable supply chain yang terdiri atas tiga cluster masing-masing adalah dimensi, aktor, dan indikator. Indikator yang paling berpengaruh oleh para pakar untuk menetukan
sustainable supply chain adalah kualitas. Penelitian ini menggunakan metode analisis Deskriptif, Asian Productivity Organization (APO), metode Hayami, dan
Analytic Network Process (ANP).
Lopulalan (2009), dalam disertasinya yang berjudul Kapasitas Kelembagaan Kemitraan Perikanan Tangkap dalam Pemberdayaan Nelayan di Kota Ambon menyatakan bahwa konsep kelembagaan kemitraan melalui program PEMP di Kota Ambon menerapkan pola inti plasma. Pola ini para nelayan berkesempatan mendapatkan bantuan fasilitas penangkapan dan pembinaan dari pihak pemerintah Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon melalui KMK dan TPD. Implementasi dari program PEMP lebih bersifat top down dengan bentuk organisasi sitem kontrak. Penelitian ini menggunakan alat analisis Konsep Kemitraan, analisis Pelaksanaan Kemitraan, analisis Bentuk dan Karakteristik Kemitraan, dan analisis Kinerja Kelembagaan Kemitraan.
Purnaningsih dan Sugihen (2008), dalam jurnal penyuluhan IPB yang berjudul Manfaat Keterlibatan Petani dalam Pola Kemitraan Agribisnis Sayuran di Jawa Barat menjelaskan bahwa keterlibatan petani dalam pola kemitraan memberi manfaat baik secara teknis maupun secara ekonomi. Manfaat ekonomi yang diperoleh petani dari keterlibatannya dalam pola kemitraaan selain pendapatan yang lebih tinggi, adalah harga yang lebih pasti, produktivitas lahan lebih tinggi, penyerapan tenaga kerja dan modal yang lebih tinggi, dan resiko usaha ditanggung bersama. Manfaat teknis yang diperoleh petani dari pola kemitraan adalah penggunaan teknologi yang lebih baik dalam rangka mencapai mutu produk yang lebih baik sesuai harapan konsumen. Manfaat sosial yang diperoleh petani dari pola kemitraan adalah adanya kesinambungan kerjasama antara petani dan perusahaan, koperasi maupun pedagang pengumpul, serta pola kemitraan mempunyai kontribusi terhadap kelestarian lingkungan. Penelitian ini menggunakan metode simple random sampling dengan alat analisis regresi linier.
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Penelitian
7 meningkatkan daya saing komoditas kubis di Kabupaten Agam. Adapun kerangka pemikiran penelitian dituangkan pada Gambar 5.
Pembahasan dan pengkajian dari implikasi manajerial bertujuan untuk merumuskan strategi yang digunakan untuk menciptakan komoditas kubis yang berdaya saing dan direkomendasikan kepada Dipertahornak Kabupatem Agam.
Tahapan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap pra penelitian, pengumpulan data, analisis data, dan penutup. Pada tahap pra penelitian, dimulai dengan penentuan topik penelitian melalui grand design bangun sayuran dataran tinggi nasional. Kemudian penentuan lokasi penelitian di Kabupaten Agam dengan menganalisis struktur rantai pasok, analisis kelembagaan serta pembentukan strategi guna meningkatkan daya saing sayuran kubis di Kabupaten Agam. Tahapan penelitian disajikan pada Gambar 6.
Dinas Pertanian Kabupaten Agam
Gambar 5 Kerangka Pemikiran Penelitian Komoditas Unggulan Sumatera Barat
Komoditas unggulan sayuran dataran tinggi Agam
Identifikasi Rantai Pasok Komoditas Kubis (Van Der
Vorst 2006)
Analisis kelembagaan (Uphoff 1986): 1. Kelembagaan pemerintah 2. kelembagaan pasar 3. Kelembagan komunitas
Perumusan Indikator Kinerja Utama (IKU) dengan menggunakan metode pairwise comparison sebagai penentu bobot prioritas
Implikasi Manajerial & Rekomendasi
Perumusan strategi peningkatan daya saing kubis menggunakan analisis SWOT Tomat
Kentang Cabai Bawang Merah Kubis
Perancangan peningkatan daya saing kubis menggunakan The House Model
Keterangan:
Ruang lingkup penelitian
8
Pengumpulan Data:
Penentuan topik penelitian Studi literatur, pustaka, dan diskusi
Penentuan topik penelitian melalui grand design rancang bangun sayuran dataran tinggi nasional
Kab. Agam Kab. Wonosobo n Kab. Karo Kab. Banjarnegara
Kab. Garut
Perumusan Masalah:
1. Bagaimana struktur rantai pasok kubis di Kab. Agam? 2. Bagaimana sistem kelembagaan petani kubis Kab. Agam? 3. Bagaimana strategi guna meningkatkan daya saing sayuran kubis?
Rancangan Pengumpulan Data:
Identifikasi data yang dibutuhkan, metode pengumpulan data, teknik analisis data
Pra Penelitian
(1) Studi literatur; (2) Studi Pustaka; (3) Pakar
Penyesuaian desain riset
Pengumpulan Data
Pengolahan Data:
1. Informasi dan Tabulasi Data 2. Identifikasi Struktur Rantai Pasok 3. Identifikasi Kelembagaan 4. Identifikasi IKU
1. Analisis Kelembagaan – Analisis Deskriptif 2. Analisis rantai Pasok – Analisis Deskriptif
3. Perumusan strategi peningkatan daya saing kubis menggunakan analisis SWOT 4. Perencanaan sasaran strategi menggunakan The House Model
5. Penyusunan IKU –pairwise comparison
(1). Implikasi Manjerial ; (2). Kesimpulan dan Saran
Analisis Data
Gambar 6 Tahapan Penelitian
Data Primer: 1. Observasi, Wawancara
2. wawancara narasumber & pakar (kuisioner)
Data Sekunder:
1. Data Statatistik Dipertahornak Kab. Agam
2. Dokumen BP4K2P Kab. Agam, UPT BP4K2P Kec. Baso
9 Tahap pengumpulan data pada Gambar 6 menggunakan studi literatur, studi pustaka dan diskusi pakar. Pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui observasi, wawancara narasumber, dan wawancara pakar melalui kuisioner. Sedangkan data sekunder didapat melalui data statistik Dipertahornak Kabupaten Agam, dokumen BP4K2P, dan bahan pustaka. Pada tahap pengolahan data dimulai dengan mengidentifikasi rantai pasok yang. Kemudian dilakukan analisis kelembagaan sesuai dengan peran masing-masing. Bobot yang dihasilkan indikator kinerja utama berasal dari perhitungan pairwise comparison, Selanjutnya dirumuskan indikator kinerja utama komoditas kubis. Pada tahap ini menggunakan analisis SWOT, The House Model dan Indikator Kinerja Utama untuk merumuskan strategi. Pada penutup akan menghasilkan implikasi manajerial berupa tindakan-tindakan yang diperlukan guna mencapai sayuran kubis yang berkualitas.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan September – Desember 2014. Diawali pada tahap pembuatan proposal penelitian di awal bulan September, dilanjutkan pada pertengahan bulan September melakukan kegiatan turun lapang ke lokasi penelitian yaitu untuk memperoleh data primer dan sekunder yang dengan melibatkan Dipertahornak Kabupaten Agam, BP4K2P Kabupaten Agam, Gapoktan Bersaudara, LKM-A Prima Tani (Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis), Gapoktan Bersaudara (Gabungan Kelompok Tani), UD I Love Mom, dan Pasar Sayur Aur Kuning. Pengambilan data sekunder lainnya dilakukan di Kementrian Pertanian yang berlokasi di Pasar Minggu, Jakarta. Adapun direktorat jendral yang terlibat dalam memperoleh dokumen-dokumen penting diantaranya: Dirjen Hortikultura, Dirjen PSP (Prasarana dan Sarana Pertanian), Dirjen Benih yang dilaksanakan pada bulan Oktober. Selama bulan November kegiatan pengisian kuisioner oleh pakar meliputi: penyuluh, ketua LKM-A, dan akademisi. Mengingat aktivitas yang dimiliki berbeda-beda dari masing-masing pakar, maka dalam pengisian kuisioner ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Pengolahan data kuisioner dilakukan pada bulan Desember.
Jenis dan Sumber Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer yaitu berasal dari kuisioner pakar (Lampiran 2) dan kuisioner narasumber (Lampiran 1). Data sekunder penelitian ini berasal dari dokumen-dokumen dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan Kabupaten Agam, dokumen-dokumen dari BP4K2P (Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Perikanan Kehutanan dan Ketahanan Pangan) Kabupaten Agam. Bahan pustaka yang digunakan diantaranya buku The House Model “a Dream with a Deadlien”
karangan Horivitz dan Carbooz, buku Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok karangan Marimin dan Maghfiroh, Buku Supply
Chain Management karangan Pujawan, buku laporan Pengembangan
10
Metode dan Penentuan Ukuran Sampel
Penelitian ini menggunakan metode Non Probability Sampling dengan teknik Purposive Sampling untuk menentukan pakar-pakar yang memiliki kriteria (Nasution, 2007). Pakar yang dijadikan sebagai responden diantaranya: Penyuluh Pertanian Agam, Ketua LKM-A Prima Tani, Ketua jurusan Agronomi dan Hortikultura IPB selaku pakar dibidang Akademisi.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Hasil data penelitian yang didapat melalui kuisioner yang diberikan kepada para pakar dan narasumber, observasi lapang dan hasil wawancara. Hasil yang didapat dari data sekunder berupa dokumen-dokumen yang berasal dari Dipertahornak Kabupaten Agam, BP4K2P Kabupaten Agam, dan UPT BP4K2P Kecamatan Baso. Analisis data yang akan digunakan untuk mengolah data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Analisis Deskriptif Kualitatif, Analisis SWOT, The House Model, dan Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Pairwise Comparison.
Analisis Deskriptif – Kualitatif
Menurut Nazir (2005), analisis deskriptif merupakan suatu alat analisis yang meneliti kelompok objek, sistem pemikiran, dan kelompok manusia pada suatu peristiwa di masa sekarang. Objek dalam penelitian kualitatif ini adalah objek yang alamiah dimana objek bersifat apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki objek, setelah berada di objek dan setelah keluar dari objek relatif tidak berubah (Sugiyono, 2010).
Metode pengolahan ini berisi tentang bahasan kualitatif yang didapatkan dari hasil wawancara dengan sumber-sumber yang relevan dimana data-data dan sumber informasi terkait objek penelitian telah dilakukan sampai tahap evaluasi. Hasil akhir penelitian ini adalah berupa menganalisis rantai pasok dan kemebagaan pertanian di Kabupaten Agam.
Analisis SWOT
Menurut Rangkuti (2005), lingkungan organisasi atau perusahaan terbagi menjadi dua, lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal terdiri dari kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Sedangkan lingkungan eksternal terdiri dari peluang (Opportunity) dan Ancaman (Threath). Didalam menentukan suatu indikator, dibutuhkan sasaran strategi yang menyangkut kombinasi antara peluang, kelemahan-peluang, kekuatan-tantangan, dan kelemahan-tantangan yang kemudian dibentuk dalam suatu matriks. The House Model
11
Menurut Horovitz dan Corboz (2007) menyatakan bahwa terdapat tiga komponen untuk membangun visi yang baik dimana impian yang terletak di atap, pilar terdiri dari cara-cara utama untuk mencapai visi tersebut, dan pondasi berupa indikator utama peningkatan kinerja dan perilaku pendukung.
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Key Performance Indicator atau Indikator Kinerja Utama (IKU) merupakan suatu alat ukur keberhasilan suatu organisasi, IKU berkaitan dengan sasaran strategis suatu perusahaan, dimana sasaran strategis berkaitan dengan visi, misi, dan tujuan perusahaan. Menurut Moeheriono (2012), visi, misi, dan tujuan adalah sesuatu yang perlu ditetapkan pertama kali sebelum menjalankan manajemen strategik. Visi adalah apa yang akan diinginkan perusahaan di masa depan, dan visi harus dapat memberikan aspirasi, motivasi, dan sebagai panduan dalam menyusun strategi perusahaan. Sedangkan misi mengandung tujuan pokok perusahaan dan merupakan sebuah ekspresi dari ambisi untuk mengembangkan perusahaan menjadi berkembang. Dalam perumusan IKU menurut Kaplan dan Norton (1996) harus memenuhi kriteria SMART-C (Spesific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bounded, Continously) agar menghasilkan indikator kinerja yang baik dan ideal. Adapun kriteria SMART-C sebagai berikut:
1. Spesific, yaitu IKU yang mudah diinterpretasikan dalam menilai kinerja karena memiliki sesuatu yang khas.
2. Measurable, yaitu IKU yang dapat diukur dengan jelas dan memiliki satuan pengukuran serta jelas cara pengukurannya.
3. Achievable, yaitu IKU yang dapat dicapai dan bermanfaat (Unit in Charge).
4. Relevant, yaitu IKU harus relevan dengan visi, misi dan sasaran strategis yang dibuat oleh organisasi yang dapat menggambarkan hubungan sebab akibat diantara indikator lainnya
5. Time-Bounded, yaitu IKU yang memiliki batas waktu pencapaian. Gambar 7 Kerangka The House Model (Horovitz dan Corboz, 2007)
Dream with a deadline (mimpi dengan batas waktu)
12
6. Continously, yaitu IKU harus menyesuaikan dengan perkembangan dan perubahan strategi organisasi.
Pairwise Comparison
Menurut Marimin dan Maghfiroh (2013), terdapat prinsip kerja dalam
pairwise comparison, diantaranya adalah penyusunan hierarki, penilaian kriteria dan alternatif, penentuan prioritas, dan konsistensi logis. Pada tahap hierarki ditentukan oleh permasalahan yang kompleks kemudian diuraikan kedalam bagian bagian lebih kecil secara hierarki. Pada tahap penilaian kriteria dan alternatif
ditentukan pada setiap level hierarki yang dinilai melalui perbandingan skala. Menurut Saaty (2008), perbandingan berpasangan tergantung pada penilaian
seorang ahli atau pakar dalam menentukan skala prioritas. Informasi yang bersifat
intangible digunakan untuk mengukur secara absolut seberapa besar suatu elemen mendominasi elemen yang lain. Level penilaian rasio pada model AHP dapat dilihat padaTabel 1.
Tabel 1 Skala penilaian perbandingan berpasangan Saaty (2008)
Nilai Definisi Keterangan
1 Sama penting Dua kegiatan berkontribusi sama terhadap tujuannya 3 Sedikit lebih penting Pengalaman dan penilaian suatu kegiatan sedikit
berkontribusi atas yang lain
5 Lebih penting Pengalaman dan penilaian suatu kegiatan berkontribusi sangat kuat atas yang lain, menunjukkan dominasinya atas praktek
7 Sangat lebih penting Suatu kegiatan yang favorit berkontribusi sangat kuat atas yang lain; menunjukkan dominasinya dalam praktek
9 Mutlak penting Bukti yang menguntungkan satu kegiatan di atas yang lain merupakan kemungkinan urutan afirmasi tertinggi
2, 4, 6, 8 Untuk kompromi antara nilai-nilai di
atas
Kadang-kadang perlu melakukan interpolasi penilaian kompromi secara numeric kerna tidak ada istilah yang tepat unruk menggambarkan hal tersebut
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kabupaten Agam
13 Profil Kelompok Tani Bumi Harapan
Salah satu penghasil sayuran dan tanaman hortikultura adalah Kecamatan Baso. Kecamatan Baso memiliki kelompok tani yang pendiriannya bertujuan untuk meningkatkan pembangunan pertanian serta menambah ilmu pengetahuan di wilayah tersebut. Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Bersaudara berdiri pada tanggal 21 Januari 2010. Pendirian Gapoktan ini didasari atas keinginan dan kebutuhan kelompok tani yang bergerak di bidang pertanian organik. Saat ini, Gapoktan bersaudara memiliki beberapa anggota, diantaranya adalah Kelompok Tani Bumi Harapan, Amanah, Tunas Budaya, Tunas Baru, dan Solok Agro. Masing-masing anggota memiliki keinginan untuk bergerak dibidang pertanian organik.
Kelompok Tani Bumi Harapan berdiri pada tanggal 27 Maret 2006. Menurut informan, tujuan dan sasaran yang dibuat diakibatkan oleh beberapa tahun terakhir dalam penggunaan pupuk anorganik dan pestisida kimia menyebabkan meningkatnya berbagai penyakit tanaman serta serangan hama. Selain itu kondisi tanah yang semula subur menjadi tandus dan lingkungan pertanian mulai tercemar oleh berbagai racun yang mematikan. Sehingga, Tujuan didirikannya Kelompok Tani Bumi Harapan adalah:
1. Pengembangan pertanian organik yang terpadu sehingga mampu meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan petani.
2. Pengembangan peternakan yang lebih baik.
3. Mengurangi dan menhentikan pemakaian bahan kimia dalam usaha tani. 4. Memadukan pola bertani dan beternak.
Sasaran yang dibuat oleh Kelompok Tani Bumi Harapan adalah dengan terciptanya masyarakat petani organik dan peternak sehingga tercapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Sayuran dan tanaman pangan yang dihasilkan oleh Kelompok Tani Bumi Harapan adalah Sayuran Organik, Kubis, Brokoli, Wortel, Buncis dan Jeruk Madu. Untuk meningkatkan produksi serta kualitas sayuran, Kelompok Tani Bumi Harapan mengikuti berbagai macam pelatihan dan penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi anggotanya.
Analisis Rantai Pasok Komoditas Kubis
Menurut Marimin dan Maghfiroh (2013), struktur rantai pasok produk pertanian memiliki keunikan karena aliran rantai pasok mengalir sesuai kehendak pelaku usaha. Seperti petani dapat langsung menjual hasil pertaniannya langsung ke pasar selaku retail. Manufaktur juga tidak harus memasok produk lewat distributornya ke retail tetapi bisa langsung ke pelanggan.
14
Tabel 2 Grade sayuran kubis yang di distribusikan di Kabupaten Agam
Grade Varietas Unggulan Ukuran (kg)
A Master Green, Green Nova 4 kg
B Master Green, Green Nova 2-3 kg
C Master Green, Green Nova 0,5 – 1 kg
Sumber: UPT BP4K2P Kecamatan Baso Kabupaten Agam, 2013.
Secara garis besar, dari ketiga grade kubis yang dihasilkan berasal dari dua varietas bibit unggulan yang digunakan yaitu Master Green dan Green Nova. Aliran rantai produk sayuran kubis Kabupaten Agam dimulai dari petani/kelompok tani yang dikirim ke pedagang pengumpul, atau langsung ke pasar tradisional lokal, kemudian sayuran kubis dari pedagang pengumpul dikirim ke pasar tradisional lokal dan ke pasar luar provinsi. Sebaliknya aliran uang dan informasi mengalir dari pasar luar provinsi dan pasar lokal ke pedagang pengumpul, kemudian dari pedagang pengumpul ke petani/kelompok tani kubis yang dapat dilihat dalam Gambar 8.
Aliran rantai sayuran kubis pada model rantai pasokan sayuran dibagi menjadi beberapa saluran rantai (Marimin dan Maghfiroh 2013). Aliran distribusi sayuran kubis melewati beberapa saluran rantai pasok, diantaranya:
1. Saluran Rantai 1
Petani Kelompok Tani Pasar Lokal (Tradisional)
Petani menjual langsung sayuran kubisnya ke pasar Baso dan untuk pasar Sayur Aur Kuning petani menjual sayuran kubis pada hari tertentu yaitu jumat dan hari selasa. Saluran rantai pasok ini dipilih karena jumlah produksi yang dihasilkan sedikit. Sayuran dikumpulkan ke kelompok tani yang kemudian didistribusikan ke pasar. Hal tersebut untuk menghindarkan petani dari penurunan harga jual kubis jika dijual ke pedagang pengumpul.
2. Saluran Rantai 2
Petani Pedagang Pengumpul Pasar Luar Provinsi 1)
Petani Kelompok Tani Pasar Tradisional Agam
2)
Petani Pengumpul (Riau, Pekanbaru, Jambi) Pasar Luar Provinsi
3)
Petani Pengumpul Pasar Tradisional Agam
4)
Petani Pasar Tradisional Agam
Gambar 8 Struktur aliran rantai pasok sayuran kubis di Kabupaten Agam.
15 Petani Kecamatan Baso umumnya menjual sayuran kubis dalam jumlah besar ke pedagang pengumpul, salah satunya (UD I Love Mom). Setelah kubis dijual ke pedagang pengumpul maka pedagang pengumpul kemudian melakukan pembersihan, sortasi, dan packaging. Sayuran kubis yang telah siap kemudian dikirim ke tiga daerah di luar Kabupaten Agam, diantaranya ke distributor Riau (UD Dedi), distributor Jambi, dan distributor Pekanbaru. UD Dedi mendistribusikan sayuran kubis ke tiga pasar lokal, yaitu: Pasar Sorek, Pasar Pangkalan dan Pasar Kerinci. Selain itu, sayuran kubis didistribusikan ke Pekanbaru dan pasar tradisional Riau, yaitu: Pasar Loket dan Pasar Pusat.
3. Saluran Rantai 3
Petani Pedagang Pengumpul Pasar Lokal (Tradisional)
Petani menjual kubis langsung ke pedagang pengumpul secara langsung, transaksi berlangsung atas dasar kepercayaan antara petani dengan pedagang pengumpul (UD I Love Mom). Kemudian pedagang menjual kubis ke pasar pasar tradisional di Kabupaten Agam diantaranya pasar Baso, pasar Sayur Aur Kuning.
4. Saluran Rantai 4
Petani Pasar Tradisional Kab. Agam
Saluran ini terjadi apabila jumlah kubis yang dihasilkan petani mengalami penurunan produksi, sehingga petani menjual langsung ke pasar tradisional untuk mengurangi kerugian yang diterima oleh petani kubis.
Saluran rantai pasok kubis yang dominan dilakukan oleh petani adalah rantai pasok satu. Pola kemitraan yang berlaku merupakan jenis pola dagang umum. Menurut Saptana et al (2006), Sumatera Utara menerapkan kemitraan perdagangan umum pada sektor produksi, output, serta pemberian pinjaman untuk membeli sarana produksi pertanian.
Analisis Kondisi Rantai Pasok Sayuran Kubis
Analisis kondisi rantai pasok sayuran kubis menggunakan metode deskriptif-kualitatif yang dikembangkan oleh Van Der Vorst (2006). Analisis ini berdasarkan pendapat dari narasumber berdasarkan aspek-aspek pada struktur rantai, sasaran rantai, sumber daya rantai, manajemen rantai, dan proses bisnis rantai pasok sayuran kubis. Analisis kondisi rantai pasok sayuran kubis Kabupaten Agam dapat dilihat dalam Tabel 3.
Tabel 3 Analisis rantai pasok sayuran kubis Kabupaten Agam
Analisis
Deskriptif Komoditas Sayuran Dataran Tinggi Unggulan (Kubis)
Struktur Rantai
Anggota rantai pasok terdiri dari: produsen (petani/kelompok tani kubis), distributor (pedagang pengumpul, pedagang pasar tradisional), pasar tradisional sebagai konsumen.
Sasaran Rantai
1. Sasaran pasar berdasarkan kualitas produk berdasarkan ukuran / grade A dan B
2. Memperluas saluran distribusi mulai ke banyak provinsi hingga ekspor, memperluas area produksi, menambah mitra tani
Manajemen Rantai
1. Kepercayaan terhadap mitra tani (pedagang pengumpul) masih berdasarkan asas keluarga dan kepercayaan.
16
Tabel 3. Analisis rantai pasok sayuran kubis Kabupaten Agam (Lanjutan)
Analisis
Deskriptif Komoditas Sayuran Dataran Tinggi Unggulan (Kubis) Sumber Daya
Rantai
Luas panen kubis di Kabupaten Agam adalah 505 Ha, dengan produksi Kubis 7498 ton, dan produktivitas 14,85 kubis Kw/Ha
Proses Bisnis Rantai
1. Pola distribusi mengikuti pola distributor storage with package carrier delivery (kubis dikirim kepada konsumen melalui jasa pedagang pengumpul)
2. Pola distribusi langsung antara petani/kelompok tani kubis langsung ke pasar sebagai konsumen akhir
Permasalahan
1. Jalur distribusi yang pendek
2. Tidak tersedianya unit pengolahan pasca panen kubis
3. Musim panen tiba, harga kubis di pasar Tradisional rendah, maka petani merugi.
Keunggulan
1. Jika produksi kubis menurun, maka petani langsung menjual kubis ke pasar untuk mengoptimumkan pendapatan.
2. Harga kubis di pasar Agam menurun, maka kubis dijual ke pedagang pengumpul untuk menghindari kerugian berlebih.
Analisis Kelembagaan Rantai Pasok Komoditas Kubis
Kelembagaan sangat dibutuhkan dalam pengembangan usaha pertanian, khususnya dalam melakukan kerjasama yang terintegrasi antara petani dengan pelaku/mitra usaha pertanian agar produk pertanian yang dihasilkan memiliki daya saing yang tinggi. Menurut Syahyuti (2004), kelembagaan memiliki tiga pilar, diantaranya private sector (kelembagaan pasar), voluntary sector
17 Tabel 4 Interaksi pilar kelembagaan di Kabupaten Agam.
Sectors Actors Pra During Post Problems Superiority
Komunitas sistem bagi hasil
1. Modal yang
18
Lanjutan Tabel 4
Sectors Actors Pra During Post Problems Superiority
19
Berdasarkan hasil penjelasan Tabel 4, analisis kelembagaan menghasilkan berbagai keunggulan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang digunakan untuk pengolahan data selanjutnya (analisis SWOT). Kelembagaan pemerintah terdiri dari Dipertahornak dan BP4K2P Kabupaten Agam yang memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada gapoktan dan kelompok tani meliputi kegiatan pra produksi, produksi dan pasca produksi. Permasalahan yang dimiliki Dipertahornak dan BP4K2P Kabupaten Agam adalah sumber daya penyuluh terbatas dan kinerja serta keterampilan aparatur yang dimiliki belum maksimal. Menurut Waridin dan DWP Sucihatiningsih (2009), penyuluh yang berperan di model kelembagaan desentralisasi lebih meningkatkan informasi yang diberikan ke petani dibandingkan dengan sentralisasi. Selain itu, pemerintah membantu dalam modal usaha petani dibuktikan dengan tingginya daya serap penerimaan dana PUAP yang diterima oleh 88 gapoktan atau 1089 kelompok tani di Kabupaten Agam (Sumber: Penyelia Mitra Tani BP4K2P Kabupaten Agam, 2014).
Kelembagaan pasar yang tersedia di Kabupaten Agam adalah salah satunya pedagang pengumpul (UD I Love Mom). Permasalahan yang dihadapi adalah terbatasnya SDM dan modal yang dimiliki. Namun, tidak adanya kontrak formal antara petani menyebabkan pedagang pengumpul mampu bekerja sama dengan pihak manapun. Kelembagaan komunitas terdiri dari petani, LKM-A Prima Tani, dan Kelompok Tani Bumi Harapan yang masuk dalam anggota Gapoktan Bersaudara. Permasalahan yang dihadapi oleh petani produsen adalah terbatasnya SDM, SDA, akses pasar, dan modal yang dimiliki. Namun, tidak adanya kontrak formal antara petani dengan pihak lain menjadikan petani sebagai price maker. Keunggulan LKM-A adalah dengan penerapan sistem bagi hasil atas keuntungan yang diperoleh. Sedangkan Keunggulan yang dimiliki oleh Kelompok Tani Bumi Harapan adalah sebagai anggota dari Gapoktan Bersaudara yang merupakan peraih penghargaan sebagai tiga besar kelompok tani berprestasi tingkat nasional.
Analisis SWOT
20
Tabel 5 Matriks SWOT
Hasil dari analisis SWOT menghasilkan empat strategi yaitu S-O, S-T, W-O, dan S-T. Strategi S-O terdiri dari: 1). Peningkatan produksi kubis dan penggunaan lahan tidur untuk optimalisasi produksi kubis, 2). Ketersediaan bibit unggul. Strategi S-T menghasilkan: 1). Pembatasan penggunaan pestisida anorganik, 2). Mendorong penggunaan pupuk organik. Strategi W-O menghasilkan: 1). Pembinaan dan pelatihan penyuluh dan petani secara terpadu, 2). Peningkatan penerimaan pengembangan usaha agribisnis pedesaan (PUAP). Sedangkan strategi W-T menghasilkan: 1). Penyediaan sarana dan prasarana serta alsintan, 2). Peningkatan saluran distribusi kubis, 3). Kerjasama antar mitra usaha pertanian.
Analisis Internal
Analisis Eksternal
Kekuatan (S):
a. Kondisi topografi dan geografis yang sesuai
a. Modal usaha / pembiayaan petani terbatas
b. Kinerja dan keterampilan aparatur yang belum maksimal
c. SDM petani yang masih terbatas
d. Jalur distribusi pendek mengingat sayuran kubis yang mudah rusak
e. Tidak tersedianya unit pengolahan pasca panen kubis Peluang (O):
a. Jalur distribusi kubis yang luas
b. Permintaan pasar kubis yang terus meningkat c. Lahan tidur yang masih
tersedia untuk
meningkatkan produksi d. Pertanian berbasis organik
yang ramah lingkungan e. Meningkatkan pendapatan
petani kubis
Strategi S-O:
1. Peningkatan produksi kubis dan penggunaan
1. Pembinaan dan pelatihan penyuluh pertanian dan petani secara terpadu. (Wb,Wc ; Oa,Od,Oc)
a. Bersaing dengan sayuran kubis yang berasal dari daerah lain
b. Akses pemasaran yang belum berkembang c. Kerusakan lahan akibat
penggunaan pestisida kimia
d. Kelas kelompok tani yang menurun prasarana pertanian dan alsintan. (We,Wd ; Ta,Tc) 2. Peningkatan saluran distribusi
kubis (Wd ; Ta,Tb)
21
The House Model Sayuran Kubis Kabupaten Agam
Hasil dari analisis SWOT yang terdiri dari strategi SO, strategi WO, strategi ST, dan strategi WT menghasilkan tiga sasaran utama untuk menghasilkan komoditas kubis yang berkualitas dan bersaya saing, yaitu: Produk dan mutu kubis, Sarana Prasarana dan Infrastruktur, serta Kelembagaan. Dengan merujuk teori The House Model Horovitz and Corboz (2007) menghasilkan sasaran strategis yang ingin dicapai komoditas kubis Kabupaten Agam yang dapat dilihat pada Gambar 9.
Strategi The House Model untuk mencapai visi/dream berupa komoditas kubis yang berkualitas dan berdaya saing menghasilkan fokus pada strategi produk dan mutu, sarana dan prasarana serta infrastruktur, dan kelembagaan. Dari segi produk dan mutu, diperlukan aksi berupa: 1). Pengawasan penggunaan pupuk anorganik dan pestisida, 2). Penggunaan bibit unggul, 3). Penggunaan pestisida nabati, 4) Penggunaan pupuk organik dan pestisida nabati.
Sarana prasarana, dan infrastruktur diperlukan tindakan seperti: 1). Perluasan saluran distribusi sayuran kubis, dan 2). Ketersediaan alat pertanian dan pengolahan pupuk organik. Peran kelembagaan yang perlu ditingkatkan adalah: 1). program pelatihan dan pembinaanpetani dan penyuluh pertanian; 2). Akses mudah penerimaan sumber daya modal usaha pertanian; 3). Peningkatan kelas kemampuan kelompok tani; 4). Kerjasama mitra dalam peningkatan saluran distribusi kubis. ketiga sasaran strategis diatas dapat dilaksanakan dengan upaya peningkatan kapasitas kemampuan kelompok tani dan petani dalam meningkatkan inovasi produk kubis yang dihasilkan.
Kelembagaan Sarana dan Prasarana,
Infrastruktur
Gambar 9 The House Model untuk peningkatan daya saing komoditas kubis Komoditas sayuran kubis yang
berkualitas dan berdaya saing.
Produk dan Mutu
3. Penggunaan bibit unggul 4. Pengunaan pupuk organik
1. Perluasan saluran
Peningkatan kapasitas kemampuan kelompok tani, petani produsen, pemerintah dan pihak swasta dalam meningkatkan daya saing produk pertanian
22
Indikator Kinerja Utama (IKU) Sayuran Kubis
Sasaran strategis yang dihasilkan oleh The House Model pada tahapan sebelumnya menghasilkan tiga buah sasaran strategis utama, yaitu: fokus pada produk dan mutu kubis, sarana prasarana dan infrastruktur yang tersedia, dan peran kelembagaan. Ketiga sasaran tersebut difokuskan untuk mengoptimalkan rantai pasok kubis yang sering digunakan petani yaitu saluran rantai 1. Selain itu, ketiga sasaran tersebut juga berperan dalam membantu Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan Kabupaten Agam dalam membuat kebijakan terkait dengan komoditas kubis. Berikut desain indikator kinerja utama kubis yang dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Desain indikator kinerja utama kubis Kabupaten Agam
Sasaran Strategis IKU Pemicu IKU Hasil Satuan
Meningkatnya produksi kubis berdaya saing
Peningkatan jumlah produksi
kubis optimal per tahun Ton/Ha Peningkatan luas lahan panen
kubis per tahun Ha
Peningkatan jumlah
produktitivitas kubis per tahun % Pengawasan penggunaan pupuk
anorganik
Persentase pengurangan jumlah penggunaan pupuk anorganik sayuran kubis
%
Meningkatkan penggunaan pestisida alami
Persentase peningkatan jumlah penggunaan pestisida nabati % Meningkatkan penyediaan bibit
unggul kubis tersertifikasi
Peningkatan penggunaan bibit
unggul kubis Kg
Peningkatan saluran distribusi sayuran kubis
Peningkatan jumlah saluran distribusi sayuran kubis (luar provinsi, ekspor)
Unit
Peningkatan ketersediaan alsintan dan pengolahan pasca panen sayuran kubis
Peningkatan jumlah kepemilikan alsintan alat pengolahan pasca panen kubis oleh petani
Unit
Peningkatan petani dan menyuluh mengikuti pelatihan dan penyuluhan
Penigkatan jumlah petani dan penyuluh menerima pembinaan dan pelatihan
Orang
Akses sumber daya modal bagi petani kubis
Peningkatan jumlah kelompok tani
penerima modal usaha pertanian Unit Peningkatan kerjasama mitra
usaha tani
Peningkatan jumlah kerjasama mitra untuk optimalisasi jalur distribusi kubis
23
Penentuan Bobot dan Hasil Prioritas Bobot Indikator kinerja Utama (IKU) Berdasarkan hasil perumusan indikator kinerja utama komoditas kubis Kabupaten Agam menghasilkan tiga sasaran strategis dengan sebelas indikator hasil. Tahap selanjutnya adalah menentukan prioritas bobot dari masing masing indikator menggunakan metode pairwise comparison. Masing-masing perhitungan sasaran strategis dan indikator kinerja dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Bobot dan Prioritas Bobot Indikator Kinerja Utama (IKU) Kubis
No IKU Hasil Bobot Prioritas
Bobot 1 Peningkatan jumlah produksi kubis optimal per tahun 0,186 2 2 Peningkatan luas lahan panen kubis per tahun 0,047 8 3 Jumlah produktitivitas kubis per tahun 0,225 1 4 Persentase pengurangan jumlah penggunaan pupuk
anorganik sayuran kubis 0,036 9
5 Persentase peningkatan jumlah penggunaan pestisida
nabati 0,034 10
6 Peningkatan jumlah penggunaan bibit unggul kubis 0,09 5 7 Peningkatan jumlah saluran distribusi sayuran kubis (luar
provinsi, ekspor) 0,1 4
8 Peningkatan jumlah kepemilikan alsintan pertanian oleh
petani 0,049 7
9 Peningkatan jumlah petani dan penyuluh menerima
pembinaan dan pelatihan 0,142 3
10 Peningkatan jumlah kelompok tani penerima modal usaha
pertanian 0,062 6
11 Peningkatan jumlah kerjasama mitra untuk optimalisasi
jalur distribusi kubis 0,028 11
Desain indikator kinerja utama kubis Kabupaten Agam menghasilkan tiga indikator kinerja prioritas utama. Ketiga prioritas utama diantaranya: 1). Peningkatan produktivitas kubis pertahun sebesar 0,225; 2). Peningkatan jumlah produksi kubis sebesar 0,186; dan 3). Peningkatan jumlah petani dan penyuluh pertanian yang menerima pelatihan dan pembinaan sebesar 0,142. Prioritas tersebut menjadi bahan rekomendasi dalam strategi peningkatan daya saing sayuran kubis yang berfokus pada produk kubis dan kompetensi petani dan penyuluh.
Implikasi Manajerial
24
Tabel 8 Implikasi Manajerial
Pilar IKU Hasil Pihak Tindakan
1. Penyaluran program CSR dengan memberikan bibit unggul kubis (Master Green dan Green Nova), penyediaan gudang penyimpanan (Cool Storage), dan penyediaan alat pengolah pupuk organik dan alat produksi kubis
2. Bantuan pembuatan klinik benih sayuran mengingat jumlah yang tersedia di dataran tinggi Agam yang masih minim
Pemerintah
1. Melakukan kerja sama dengan perusahaan bibit dan pupuk sayuran kubis (master green dan green nova) dan sayuran lainnya
2. Melakukan kontrol harga bibit dan pupuk, serta melakukan subsidi jika terjadi kenaikan harga
Kelompok Tani/Petani kubis
1. Mengikuti program pelatihan (P4S) dan seminar yang dilakukan oleh pemerintah dan akademisi terkait budidaya kubis yang organik dan ramah lingkungan. (2) 2. Mengoptimalisasi lahan tidur untuk
dijadikan tempat produksi kubis
Akademisi Melakukan kegiatan rutin penelitian bagi mahasiswa terhadap sayuran dataran tinggi.
Kelem-
Bekerja sama dengan pemerintah terkait permudahan izin sertifikasi hasil produksi kubis.
Pemerintah
1. Menyalurkan program (PUAP) ke kelompok tani/Gapoktan yang tersedia di Agam.
2. Melakukan kerjasama dengan akademisi meliputi pelatihan (P4S), seminar dan pengembangan kepada petani dan penyuluh terkait sistem budidaya kubis. 3. Menfasilitasi kelompok tani dalam
mendaftarkan hasil produksi untuk mendapatkan sertifikasi produk yang berkualitas.
Kelompok tani/Petani Kubis
Mendaftarkan hasil produksi kubis ke lembaga sertifikasi seperti SUCOFINDO
Akademisi
Membantu pemerintah sebagai narasumber dalam pelatihan dan seminar terkait budidaya kubis. Serta mengadakan event tahunan yang berkerja sama dengan pemerintah untuk mempromosikan sayuran kubis Agam dan sayuran lainnya.
25
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil penelitian analisis kelembagaan dan strategi peningkatan daya saing sayuran dataran tinggi Kabupaten Agam menghasilkan beberapa simpulan, yaitu:
1. Komoditas unggulan Kabupaten Agam adalah sayuran Kubis, dikarenakan mudah dibudidayakan dan jumlah produksi sayuran kubis lebih besar dibandingkan dengan sayuran jenis lain. Aliran rantai pasok sayuran kubis yang dominan dilakukan petani adalah jenis saluran rantai satu dengan menjual kubis kelompok tani untuk memaksimalkan harga jual sayuran kubis.
2. Peran kelembagaan yang terlibat terdiri dari pemerintah yaitu: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan Kabupaten Agam (Dipertahornak), BP4K2P Kabupaten Agam. Kelembagaan komunitas terdiri dari: petani kubis, LKM-A Prima Tani, Kelompok Tani Bumi Harapan, Gapoktan Bersaudara. Sedangkan kelembagaan pasar berasal dari pedagang pengumpul UD I Love Mom. 3. The House Model yang didapat dari Analisis SWOT menghasilkan atap dengan
visi Komoditas kubis yang berkualitas dan berdaya saing. Tiga sasaran strategis yaitu produk dan mutu, sarana prasarana dan infrastruktur, dan kelembagaan. Tindakan pendukungnya adalah peningkatan kapasitas kemampuan kelompok tani, petani produsen, pemerintah dan pihak swasta dalam meningkatkan daya saing produk kubis.
4. Hasil perhitungan indikator kinerja utama berdasarkan metode pairwise comparison menghasilkan tiga bobot prioritas secara berurutan dimulai dari bobot dengan jumlah paling tinggi, yaitu: a). Jumlah produksi kubis optimum per tahun, b). Jumlah produktivitas kubis per tahun, dan c). Jumlah petani dan penyuluh penerima pembinaan dan pelatihan. Prioritas indikator kinerja utama hasil dengan bobot tertinggi adalah jumlah produktivitas kubis per tahun.
Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pertanian Sumatera Barat. 2014. Statistik Sayur [Internet]. [Diunduh 2014 Oktober 11]. Tersedia pada: http//diperta.sumbarprov.go.id/statis-35-statistiksayur.html.
[DIPERTAHORNAK] Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan Kabupaten Agam. 2013. Database Sayuran Sinas Pertanian Kabupaten Agam. Agam (ID): DIPERTAHORNAK Kabupaten Agam.
Horovitz J, Ohlsson-Corboz. 2007. A Dream with a Deadline: Turning Strategy into Action. Harlow (GB). FT Prentice Hall.
Kaplan RS, Norton DP. 1996. The Balanced Scorecard, Translating Strategy Into Action. Harvard Business press; Boston
Kusumawardhani Y. 2014. Model Optimasi dan Manjemen Risiko pada Saluran Distribusi Rantai Pasok Sayuran Dataran Tinggi di Sumatera Barat dan Sumatera Utara [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Lopulalan Y. 2009. Kapasitas Kelembagaan Kemitraan Perikanan Tangkap dalam Pemberdayaan Nelatyan di Kota Ambon [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mahani UH. 2014. Strategi Peningkatan Daya Saing Petani Komoditas Kentang Melalui Analisis Beban Kerja [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Moeheriono. 2012. Indikator Kinerja Utama (IKU): Perencanaan, Aplikasi, dan
Pengembangan. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada.
Marimin, Maghfiroh. 2013. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor (ID): IPB Press.
Nasution. 2001. Pengembangan Kelembagaan Koperasi Pedesaan untuk Agroindustri. Bogor (ID): IPB Press.
Nasution S. 2007. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta (ID): Bumi Aksara Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Bogor (ID): Ghalia Indonesia.
Pujawan IN. 2005. Supply Chain Management. Surabaya (ID): Penerbit Guna Widya. Purnaningsih N, Sugihen BG. 2008. Manfaat Keterlibatan Petani dalam Pola
Kemitraan Agribisnis Sayuran di Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan IPB. Vol 4(2): 80-91.
Rizqiah F, Setiawan SA. 2014. Analisis Nilai Tambah dan Penentuan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Pepaya Calina (Studi Kasus di PT Sewu Segar Nusantara). Jurnal Ilmiah Manajemen dan Organisasi FEM IPB. Vol. 5 No. 1: 71-86.
Rangkuti F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis – Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama
Saaty TL. 2008. Decision Making with The Analytic Hierarchy Process. International Journal Services Sciences. Vol. 1 No. 1: 83-98
27
Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung (ID): Penerbit Alfabeta. Syahyuti. 2004. Pemerintah, Pasar, dan Komunitas: Faktor Utama dalam
Pengembangan Agribisnis di Pedesaan. Forum Penelitian Agro Ekonomi.Vol. 22. No.1: 54-62.
Uphoff NT. 1986. Local Institutional Development: An Analytical Sourcebook with Cases. USA: Kumarian Press library of management for development.
[UPT BP4K2P] Unit Pelayanan Teknis Balai Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Perikanan Kehutanan dan Ketahanan Pangan Kecamatan Baso. 2013. Produksi dan Produktivitas Sayuran Kecamatan Baso Tahun 2013. Baso (ID): UPT BP4K2P Kecamatan Baso.
Vorst VD. 2006. Performance Measurement in Agrifood Supply Chain Networks : An Overview. Di dalam: CJM Ondeersteijn, JHM Wijnands, RBM Huirne, O van Kooten, editor. Quantifying The Agri-food Supply Chain. 2006. Netherland: Springer Science Business Media.
Waridin, Sucihatiningsih DWP. 2010. Model Penguatan Kapasitas Kelembagaan Penyuluh Pertanian dalam Meningkatkan Kinerja Usahatani melalui Transaction Cost. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 11 No. 1: 13-29.
28
29
Lampiran 1 Instrumen Wawancara Narasumber
INSTRUMEN WAWANCARA
Analisis Kelembagaan dan Strategi Peningkatan Daya Saing Sayuran Kubis di Kabupaten Agam, Sumatera Barat
Nama : Jabatan : No. Telp/Hp :
Identifikasi Komoditas Unggulan
2010 2011 2012 2013
Target pemerintah (Ton) Realisasi Produksi (Ton) Kontribusi Provinsi (%) Kontribusi Nasional (%)
Identifikasi Rantai Pasok Kubis di Kabupaten Agam
Petani Pengumpul Pasar Tradisional
Pasar luar
provinsi Supermarket Exportir Struktur 1
Arus barang Arus uang Struktur 2
Arus barang Arus uang Struktur 3
Arus barang Arus uang Struktur 4
30
Lanjutan Lampiran 1
Identifikasi Kelembagaan
Fungsi Komponen Pra During Post
SDM
Kualitas SDM Pertanian Identifikasi kelembagaan Struktur Kelembagaan Program Kelembagaan Pola interaksi kelembagaan
Produksi
Kondisi agrokilmat Proses produksi Kondisi lahan
Ketersediaan sarana dan prasarana Skala produksi
Hasil produksi (kualitas dan kuantitas)
Industri pengolahan yang menunjang
Pemanfaatan dan adaptasi teknologi Lembaga pendukung pembiayaan (Koperasi, Bank, BPR)
Jumlah dana yang diberikan untuk petani
Alokasi penggunaan dana
Pemasaran
Akses informasi pasar Strategi pemasaran
Pengembangan segmentasi pasar
Stakeholder
31
Lampiran 2 Kuisioner Pakar (Kuesioner pembobotan IKU) KUESIONER PEMBOBOTAN
DENGAN ANALISIS PAIRED COMPARISSON Strategi Peningkatan Daya Saing Sayuran Kubis
dengan Metode Balanced Scorecard
Responden yang Terhormat,
Dalam rangka perumusan strategi peningkatan daya saing sayuran dataran tinggi dengan metode Balanced Scorecard (BSC), maka diperlukan dukungan dari Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner yang bertujuan untuk mengetahui bobot dari setiap sasaran strategis dan Indikator BSC. Penentuan indikator dalam kuesioner ini merupakan hasil perumusan dari
focus group discussion (FGD) dari Penyuluh, Kelompok Tani, Petani dan FGD yang dilakukan di Dinas Pertanian Hortikultura. Informasi yang jujur, objektif dan akurat sangat diharapkan, agar informasi ilmiah yang disajikan benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya dalam mengisi kuesioner ini.
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Jabatan :
No. Telp/HP :
Email :
Tanda Tangan :
PETUNJUK PENGISIAN
1. Pada kuesioner ini, saudara diminta untuk membandingkan antara elemen-elemen di kiri (A) dan di kanan (B), lalu memberi tanda (x) atau (√) pada nilai perbandingannya. 2. Jawaban dari pertanyaan tersebut diberi nilai oleh responden berdasarkan tingkat
kepentingan dari elemen-elemen yang dibandingkan secara bersamaan.
3. Nilai perbandingan yang diberikan mempunyai skala 1-9. Definisi dari skala yang digunakan untuk menilai komparasi ditentukan sebagai berikut :
Nilai Komparasi (A dibandingkan
dengan B)
Definisi
1 A dan B Sama Penting
3 A Sedikit Lebih Penting dari B
5 A lebih penting dari B
7 A Sangat Jelas Lebih Penting dari B 9 A Mutlak lebih penting dari B 2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua pertimbangan
32
Lanjutan Lampiran 2 Contoh :
Saudara diminta untuk membandingkan tingkat kepentingan antara “Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas sayuran unggulan berdaya saing” dengan
„Peningkatan infrastruktur pertanian, sarana dan prasarana, serta alsintan”
1. Jika Saudara menganggap „Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas sayuran unggulan berdaya saing‟ sedikit lebih penting dari
„Peningkatan infrastruktur pertanian, sarana dan prasarana, serta alsintan‟, maka : Anda akan memberi tanda ceklis (√) pada nomor 3 di sebelah kiri (ke arah Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas sayuran unggulan berdaya saing)
A Nilai Perbandingan B
Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas sayuran unggulan berdaya saing
9 8 7 6 5 4 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Peningkatan infrastruktur pertanian, sarana dan prasarana, serta alsintan
2. Jika anda menganggap “Peningkatan infrastruktur pertanian, sarana dan prasarana, serta alsintan” sangat jelas lebih penting dari “Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas sayuran unggulan berdaya saing”, maka : Anda akan memberi tanda ceklis (√) pada nomor 7 ke sebelah kanan (ke arah Peningkatan infrastruktur pertanian, sarana dan prasarana, serta alsintan)
A Nilai Perbandingan B
Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas sayuran unggulan berdaya saing
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 8 9
33 Lanjutan Lampiran 2
A. Perbandingan Sasaran Strategis
Sasaran Strategis
Skala Tingkat Kepentingan
Sasaran Strategis
Lebih Penting <--- = ---Lebih Penting
Meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas sayuran kubis unggul berdaya saing Kabupaten Agam
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Meningkatnya mutu hasil komoditas sayuran kubis
Meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas sayuran kubis unggul berdaya saing Kabupaten Agam
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Meningkatnya infrastruktur, sarana dan prasarana sayuran kubis
Meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas sayuran kubis unggul berdaya saing Kabupaten Agam
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Meningkatnya pemberdayaan petani sayuran kubis, kelembagaan petani dan penyuluh pertanian
Meningkatnya mutu hasil
komoditas sayuran kubis 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Meningkatnya infrastruktur, sarana dan prasarana sayuran kubis
Meningkatnya mutu hasil
komoditas sayuran kubis 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Meningkatnya pemberdayaan petani sayuran kubis, kelembagaan petani dan penyuluh pertanian
Meningkatnya infrastruktur, sarana dan prasarana sayuran kubis
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9