ABSTRAK
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI
STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE
PEER LESSONS
DENGAN MEDIA
FLIP CHART
PADA SISWA KELAS IVA SD
NEGERI 1 NUNGGALREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh
FERI KUSNUN CAHYO
Berdasarkan hasil observasi dan studi dokumen yang dilaksanakan bersama antara
peneliti dengan guru kelas IVA SD Negeri 1 Nunggalrejo, diketahui bahwa
motivasi dan hasil belajar siswa rendah. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa melalui penerapan strategi
pembelajaran aktif tipe
peer lessons
dengan media
flip chart
.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan dengan 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan
teknik non tes dan teknik tes. Alat pengumpul data berupa lembar observasi
motivasi belajar, lembar observasi sikap, lembar observasi psikomotor siswa, tes
hasil belajar siswa, dan instrumen penilaian kinerja guru (IPKG). Teknik analisis
data menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui strategi pembelajaran aktif tipe
peer
lessons
dengan media
flip chart
dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata motivasi belajar siswa pada siklus I
60,61 dengan kategori kurang, dan pada siklus II 74,24 dengan kategori baik.
Selain itu, persentase ketuntasan hasil belajar siswa baik pada aspek afektif,
psikomotor dan kognitif meningkat pada siklus I sebesar 63,64% dengan nilai
rata-rata 69,61, dan pada siklus II sebesar 86,36% dengan nilai rata-rata 78,2.
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Kerangka Penelitian ... 38
3.1 Alur Siklus PTK. ... 40
4.1 Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Kinerja Guru... 92
4.2 Grafik Peningkatan Motivasi Belajar Siswa ... 94
4.3 Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa... 95
v
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... v
DAFTAR GAMBAR. ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN. ... 1
A. Latar Belakang Masalah. ... 1
B. Identifikasi Masalah... 6
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
TINDAKAN ... 9
A. Kajian Pustaka ... 9
1. Strategi Pembelajaran ... 9
a. Pengertian Strategi Pembelajaran ... 9
b. Strategi Pembelajaran Aktif ... 10
c. Strategi Pembelajaran Aktif tipe
Peer Lessons
... 13
2. Media Pembelajaran ... 20
a. Pengertian Media Pembelajaran. ... 20
b. Media
Flip Chart
... 22
3. Belajar ... 24
a. Pengertian Belajar... 24
b. Motivasi Belajar. ... 25
c. Hasil Belajar ... 27
d. Penilaian Otentik ... 29
4. Pembelajaran. ... 32
a. Pengertian Pembelajaran ... 32
b. Pembelajaran Tematik ... 33
c.
Scientific Approach
(Pendekatan Ilmiah) dalam
Pembelajaran Tematik ... 34
5. Penelitian yang Relevan ... 35
B. Kerangka Pikir ... 37
vi
A. Jenis Penelitian ... 39
B. Setting Penelitian ... 40
1. Subjek Penelitian ... 40
2. Tempat Penelitian. ... 41
3. Waktu Penelitian ... 41
C. Teknik Pengumpulan Data. ... 41
1. Teknik Non Tes. ... 41
2. Teknik Tes. ... 41
D. Alat Pengumpul Data. ... 42
1. Instrumen Penilaian Kinerja Guru . ... 42
2. Lembar Observasi Motivasi. ... 42
3. Tes Hasil Belajar ... 43
E. Teknik Analisis Data ... 44
1. Analisis Kualitatif... 44
2. Analisis Kuantitatif ... 47
F. Prosedur Penelitian. ... 48
G. Indikator Keberhasilan ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54
A. Hasil Penelitian... 54
1. Profil SD Negeri 1 Nunggalrejo ... 54
2. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian Siklus I. ... 55
3. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian Siklus II ... 73
B. Pembahasan. ... 91
1. Kinerja Guru... 91
2. Motivasi Belajar Siswa ... 93
3. Hasil Belajar Siswa... 94
BAB V KESIMPULAN. ... 97
A. Kesimpulan ... 97
B. Saran. ... 98
DAFTAR PUSTAKA. ... 100
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
Surat- surat ... 103
Perangkat Pembelajaran ... 110
Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa ... 158
Lembar Observasi Sikap Siswa ... 167
Lembar Observasi Psikomotor Siswa ... 176
Lembar Hasil Belajar Kognitif ... 185
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.1 Nilai Hasil Belajar Kelas IVA Semester Ganjil SD Negeri 1
Nunggalrejo TP.2013/.2014... 4
3.1 Kategori Motivasi ... 45
3.2 Kategori Kinerja Guru Mengajar Berdasarkan Pemerolehan Nilai ... 45
3.3 Kategori Sikap Siswa ... 46
3.4 Kategori Hasil Belajar Psikomotor ... 47
3.5 Kriteria Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa dalam Persen (%) ... 48
4.1 Kinerja Guru pada Siklus I Pertemuan 1 ... 61
4.2 Kinerja Guru pada Siklus I Pertemuan 2 ... 62
4.3 Motivasi Belajar pada Siklus I Pertemuan 1 ... 63
4.4 Motivasi Belajar pada Siklus I Pertemuan 2 ... 64
4.5 Afektif pada Siklus I Pertemuan 1 ... 65
4.6 Afektif pada Siklus I Pertemuan 2 ... 66
4.7 Psikomotor pada Siklus I Pertemuan 1 ... 67
4.8 Psikomotor pada Siklus I Pertemuan 2 ... 68
4.9 Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus I ... 70
4.10 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Siklus I ... 71
4.11 Kinerja Guru pada Siklus II Pertemuan 1... 80
4.15 Afektif pada Siklus II Pertemuan 1 ... 84
4.16 Afektif pada Siklus II Pertemuan 2 ... 84
4.17 Psikomotor pada Siklus II Pertemuan 1 ... 86
4.18 Psikomotor pada Siklus II Pertemuan 2 ... 87
4.19 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Siklus II ... 90
4.20 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Kinerja Guru ... 91
4.21 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Motivasi Belajar Siswa ... 93
4.22 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa ... 94
MOT T O
Ber buat lah unt uk duniamu seakan engkau akan hidup
selamanya & ber buat lah unt uk akhir at mu seakan engkau akan
mat i besok pagi.
(I bnu Umar )
Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar -sukar nya
yang boleh dir ebut oleh manusia ialah menundukkan dir i
sendir i.
(I bu Kar t ini)
J ika t ak ada bahu unt uk ber sandar , masih ada lant ai unt uk
ber suj ud.
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbilalamiin, dengan penuh rasa syukur atas nikmat dan karunia
Allah SWT yang telah memberi kemudahan jalanku untuk menyelesaikan skripsi
ini. Aku persembahkan karyaku ini kepada:
1.
Bapak dan Ibu tercinta, yang selalu memberikan kasih sayang , dukungan
serta doa yang tak pernah berhenti berucap untuk kebaikan, kebahagiaan,
dan kesuksesanku.
2.
Adik-adikku tercinta yang selalu membagi keceriaan.
3.
Keluarga besar yang selalu memberikan doa, dukungan dan motivasi demi
terwujudnya cita-citaku.
4.
Diah Nuraini, yang selalu memberikan dukungan dan perhatian.
5.
Sahabat-sahabatku yang selalu menjadi inspirasi di setiap langkahku.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Metro, pada tanggal 18 Februari 1991,
merupakan putra pertama dari Bapak Kusmanto dan Ibu Nun
Ichwati. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari Taman
Kanak-kanak (TK) Aisyiyah Metro Pusat, kemudian
dilanjutkan di Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah 1 Metro
Pusat yang diselesaikan tahun 2003. Selanjutnya penulis menempuh pendidikan di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kartikatama yang diselesaikan pada tahun
2006, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Kartikatama pada tahun 2009.
Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung pada
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu
SANWACANA
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Melalui Strategi
Pembelajaran Aktif Tipe
Peer Lessons
dengan Media
Flip Chart
pada
Pembelajaran Tematik Kelas IVA SD Negeri 1 Nunggalrejo Tahun Pelajaran
2013/2014” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pendidikan di Universitas Lampung.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan serta bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih
kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Hariyanto, M. S., selaku Rektor Universitas
Lampung yang telah banyak berjasa dan membawa nama Universitas
Lampung menjadi yang terbaik;
2.
Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Unila yang
telah memberikan semangat serta dorongan untuk memajukan program
studi PGSD;
3.
Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan sumbangsih
untuk kemajuan program studi PGSD;
4.
Bapak Dr. Darsono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD yang telah
memberikan semangat serta dorongan untuk memajukan program studi
bimbingan, saran, kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
6.
Bapak Dr. Alben Ambarita, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik
sekaligus Dosen Pembimbing Satu yang telah bersedia memberikan
bimbingan, saran, kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
7.
Bapak Drs. Supriyadi, M. Pd., selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan dan saran-saran yang membangun untuk
kesempurnaan skripsi ini;
8.
Bapak dan Ibu Dosen serta Staf PS PGSD UPP Metro yang telah
memberikan
banyak
ilmu
pengetahuan
kepada peneliti
selama
melaksanakan perkuliahan;
9.
Ibu Rumyati S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri 1 Nunggalrejo yang
telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan
penelitian di SD Negeri 1 Nunggalrejo;
10.
Ibu Herawati Eka WS, S.Pd., selaku Guru Kelas IVA SD Negeri 1
Nunggalrejo dan teman sejawat yang telah berkenan untuk bekerja sama
dan memberikan bimbingan sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar;
11.
Siswa-siswi kelas IVB SD Negeri 1 Nunggalrejo yang telah berpartisipasi
aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik;
12.
Sahabat-sahabatku (Ivan, Akhlis, Grandis, Habibie, Mey, Fajar, Ica, Joni,
Sandi, Deasy, Seven Step, Syaiful, Suhardi, Fauzi, Ana, Andel, Om Sapto,
Keybi, Mak Heni, Mas Ujang, Heru, Aris, Mas Azis), terima kasih untuk
bantuan dan dukungannya;
13.
Rekan-rekan senasib dan seperjuangan, mahasiswa Program S-1 PGSD
angkatan 2010 khususnya untuk kelas A, terimakasih atas kebersamaan dan
dukungan yang telah diberikan selama ini; dan
14.
Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya satu per satu
yang telah banyak membantu peneliti.
Peneliti menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
Akhirnya Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi
peneliti, Amin Ya Rabbal‘Alamin.
Metro, Juni 2014
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan menjadi salah satu sarana untuk membantu manusia menjadi insan
yang lebih baik. Adapun tujuan pendidikan nasional menurut UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang tercantum dalam Pasal 31 ayat 3
disebutkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur
dengan undang-undang.
Selain itu, Amri (2013: 241) menyatakan tujuan pendidikan adalah
menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki
pandangan yang luas ke depan untuk mencapai cita-cita yang diharapkan dan
mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, Pemerintah melalui Kementrian
Pendidikan telah melakukan berbagai perubahan terhadap kurikulum
pendidikan di Indonesia. Perubahan terakhir ialah dengan pemberlakuan
kurikulum 2013 untuk menggantikan kurikulum 2006 yang lebih dikenal
67 tahun 2013, menyatakan bahwa tujuan kurikulum adalah untuk
mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai
pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif/berkarakter serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang standar proses menyebutkan bahwa
karakteristik pembelajaran kurikulum 2013 adalah menggunakan pendekatan
tematik terpadu. Menurut Trianto (2010: 78) pembelajaran tematik dimaknai
sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam
pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran yang dikaitkan.
Dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa
prinsip dasar yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) bersifat terintegrasi dengan
lingkungan, (2) bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, dan (3)
efesiensi.
Menurut Kemendikbud (2013: 216), kurikulum 2013 menekankan pada
dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran yaitu pendekatan ilmiah
(scientific approach). Pendekatan ilmiah dimaksudkan untuk memberikan
pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi
menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana
saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh
karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk
mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber informasi, bukan
berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Dalam kurikulum 2013, penilaian
dilakukan secara komprehensif untuk menilai dari masukan (input), proses,
dan keluaran (output) pembelajaran. Hal ini karena proses pembelajaran harus
menyentuh tiga ranah, yaitu sikap (attitude), keterampilan (skill) dan
pengetahuan (knowledge). Penilaian yang dimaksud adalah penilaian otentik.
Dalam penilaian ini, guru dapat mengetahui perkembangan siswa baik dalam
proses maupun hasil belajar secara utuh.
Menurut Kunandar (2013: 35) penilaian otentik adalah kegiatan menilai siswa
yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil
dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan
kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI)
dan Kompetensi Dasar (KD). Hal ini berarti guru bukan hanya menilai pada
hasilnya saja, tetapi juga sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa penilaian otentik merupakan penilaian yang
memiliki relevansi terhadap pembelajaran tematik dan pendekatan ilmiah
(scientific approach).
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada hari Jum’at, 10 Januari
2014 di SD Negeri 1 Nunggalrejo, diperoleh fakta bahwa motivasi belajar
yang ditunjukkan oleh siswa masih rendah. Hal tersebut didukung oleh
pernyataan guru kelas IVA yang menyatakan bahwa motivasi belajar siswa
kelas IVA masih perlu ditingkatkan. Indikasi kuat yang menunjukkan motivasi
belajar siswa IV A rendah adalah: (1) beberapa siswa tidak memperhatikan
kelompok diskusi masih rendah, dan (3) beberapa siswa dalam kelompok
diskusi masih belum mampu mengajukan ide atau gagasan.
Selanjutnya, peneliti dibantu oleh guru kelas mengumpulkan dokumen tentang
hasil belajar siswa kelas IVA pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.
Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat 13 orang siswa yang hasil
belajarnya belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar. Hal ini dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 1.1 Nilai Hasil Belajar Kelas IVA Semester Ganjil SD Negeri 1 Nunggalrejo TP 2013/2014
No Nilai Keterangan Jumlah Persentase
1 ≥ 66 Tuntas 9 Siswa 40,9% 2 < 66 Belum Tuntas 13 Siswa 59,1% Jumlah 22 Siswa 100%
Data yang diperoleh dari 22 orang siswa kelas IV A ternyata hanya 9 orang
siswa yang tuntas, sedangkan 13 orang siswa lainnya atau 59,1% masih belum
tuntas. Peneliti memandang masalah di atas perlu untuk segera diperbaiki,
karena akan mempengaruhi hasil belajar pada pembelajaran berikutnya. Oleh
karena itu, perlu dikembangkan strategi dan media pembelajaran yang tepat,
menarik dan efektif sehingga dapat meningkatkan motivasi serta hasil belajar
siswa. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif yaitu
pembelajaran aktif (active learning) tipe peer lessons dengan menggunakan
media pembelajaran flip chart.
Strategi pembelajaran aktif diterapkan untuk membuat suasana belajar lebih
hidup, atau lebih mengarah pada keaktifan siswa. Sehingga dapat mengubah
menjadi berpusat pada siswa (student centered). Pada pembelajaran aktif,
siswa diwajibkan untuk aktif dalam kegiatan belajar.
Menurut Zaini, dkk (2009: 65) strategi pembelajaran yang paling baik adalah
dengan mengajarkan kepada orang lain. Strategi peer lessons menekankan
pada kemampuan siswa untuk menguasai suatu topik dengan berpikir kritis
sehingga dapat menyampaikan topik yang telah dikuasai kepada
teman-temannya dengan berbagai cara dan menggunakan media yang relevan.
Penggunaan media dalam pembelajaran merupakan bagian integral dari proses
belajar mengajar, oleh sebab itu dalam pemilihan media harus melihat semua
komponen dari perencanaan pembelajaran seperti tujuan, materi, pendekatan,
dan metode, serta bentuk evaluasi termasuk tingkat perkembangan intelektual
siswa (Umaedi dalam Ariesta 2011: 6)
Flip chart atau yang sering disebut sebagai bagan balik adalah salah satu
media pembelajaran berupa lembaran kertas yang berisi bahan pelajaran yang
tersusun rapi dan baik. Penggunaan flip chart sebagai media pembelajaran
diharapkan dapat menyajikan materi secara keseluruhan dimulai dari materi
yang relatif mudah pada lembaran pertama hingga materi yang sulit pada
lembaran terakhir. Beberapa keunggulan flip chart yaitu: (1) mampu
menyajikan pesan pembelajaran secara ringkas dan praktis, (2) dapat
digunakan di dalam maupun di luar ruangan, (3) bahan pembuatan relatif
Berdasarkan paparan di atas maka peneliti akan melakukan perbaikan
pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan judul : “Peningkatan
Motivasi dan Hasil Belajar Melalui Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Peer
Lessons dengan Media Flip Chart pada Pembelajaran Tematik Kelas IVASD
Negeri 1 Nunggalrejo Tahun Pelajaran 2013/2014”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Motivasi belajar siswa kelas IV A SD Negeri 1 Nunggalrejo pada saat
proses pembelajaran berlangsung masih rendah.
2. Hasil belajar siswa kelas IV A tergolong rendah yaitu 13 orang (59,1%)
dari jumlah 22 orang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar, dengan
kriteria ketuntasan yang ditentukan yaitu 66.
3. Guru mengalami kesulitan dalam penggunaan pendekatan ilmiah dan
penilaian otentik dalam pembelajaran tematik.
4. Guru belum menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan
pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tematik.
5. Guru belum menggunakan media pembelajaran yang mendukung
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka disusun rumusan masalah dalam
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah strategi peer lessons dengan media flip chart dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar dalam pembelajaran tematik
pada siswa kelas IVA SD Negeri 1 Nunggalrejo?
2. Apakah strategi peer lessons dengan media flip chart dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar pembelajaran tematik pada
siswa kelas IVA SD Negeri 1 Nunggalrejo?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran tematik melalui strategi
pembelajaran aktif tipe peer lessons dengan media flip chart pada siswa
kelas IVA SD Negeri 1 Nunggalrejo.
2. Meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran tematik melalui strategi
pembelajaran aktif tipe peer lessons dengan media flip chart pada siswa
kelas IVA SD Negeri 1 Nunggalrejo.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi Siswa.
Meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa dari ranah kognitif,
ranah afektif, dan ranah psikomotor melalui strategi pembelajaran aktif
2. Bagi Guru.
Mendorong dan memotivasi guru untuk mengubah paradigma
pembelajaran yang konvensional menjadi pembelajaran aktif yang terpusat
pada siswa. Serta memanfaatkan media flip chart agar proses penyampaian
materi pembelajaran lebih menarik.
3. Bagi Sekolah.
Memberikan masukan kepada sekolah dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif dan
inovatif, serta menggunakan media yang kreatif.
4. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang penerapan strategi
pembelajaran aktif tipe peer lessons dan media flip chart pada
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Pustaka
1. Strategi Pembelajaran
a. Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk
menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran
tertentu. Menurut Hartono (2013: 43-44) strategi dalam dunia pendidikan
diartikan sebagai sebuah proses perencanaan yang memuat serangkaian
kegiatan yang telah didesain dengan baik untuk mencapai tujuan
pendidikan. Sedangkan Kemp (dalam Rahman dan Amri, 2013: 24)
menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran
yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Dick dan Carey (dalam Sanjaya, 2007: 25) menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran terdiri dari seluruh komponen materi pembelajaran dan
prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan oleh guru dalam
Gerlach dan Ely (dalam Amri 2013: 25) menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan
materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu.
Selanjutnya, dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran
dimaksud meliputi; sifat, lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran yang
dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa.
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan sebuah proses
perencanaan yang memuat serangkaian kegiatan yang terdiri dari seluruh
komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan
belajar yang dikerjakan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien.
b.Strategi Pembelajaran Aktif
1) Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif
Konfucius (dalam Hartono dkk, 2012: 40) mengungkapkan ada tiga
pernyataan sederhana, yakni sebagai berikut:
Apa yang saya dengar, saya lupa Apa yang sayalihat, saya ingat Apa yang saya lakukan, saya paham
Kemudian Silberman (2006: ) memodifikasi dan memperluas
pernyataan Konfucius di atas menjadi apa yang disebutnya dengan
belajar aktif (active learning), yaitu :
Apa yang saya dengar, saya lupa.
Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham.
Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.
Dalam hal ini Hartono dkk. (2012: 39) mengungkapkan
pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk
mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh
siswa, sehingga semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang
memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki.
Uno dan Mohamad (2013: 77) mengungkapkan strategi
pembelajaran yang aktif dalam proses pembelajaran adalah siswa
diharapkan aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk
berpikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba, menemukan konsep
baru atau menghasilkan suatu karya. Keterlibatan siswa dapat
mendorong aktivitas mereka untuk berpikir, menganalisa, dan
mengaplikasikan apa yang mereka pelajari dan bukan hanya sekedar
pendengar yang pasif.
Menurut Zaini dkk (2008: xiv), pembelajaran aktif adalah suatu
pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Ketika
siswa belajar dengan aktif, berarti mereka mendominasi aktivitas
pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak,
baik untuk menemukan ide pokok dari materi, memecahkan
persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru saja mereka pelajari
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, peneliti
dapat menyimpulkan bahwa strategi pembelajaran aktif merupakan
seperangkat rencana yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan
materi pelajaran dengan melibatkan siswa secara aktif di dalam
pembelajaran agar tercapainya tujuan pembelajaran.
2) Tipe-tipe Strategi Pembelajaran Aktif
a) Critical Incident (Pengalaman Penting)
Strategi ini digunakan untuk memulai kegiatan pembelajaran.
Tujuan dari penggunaan strategi ini adalah untuk melibatkan
siswa sejak awal dengan melihat pengalaman mereka.
b) Question Student Have (Pertanyaan dari Siswa)
Strategi ini merupakan strategi yang tidak menakutkan yang dapat
dipakai untuk mengetahui kebutuhan dan harapan siswa. Strategi
ini menggunakan elisitasi dalam memperoleh partisipasi siswa
secara tertulis.
c) True or False (Benar atau Salah)
Strategi ini merupakan aktivitas kolaboratif yang dapat mengajak
siswa untuk dapat terlibat ke dalam materi pelajaran dengan
segera. Strategi ini menumbuhkan kerjasama tim, berbagi
pengetahuan dan belajar secara langsung.
d) Listening Teams (Tim Pendengar)
Strategi ini membantu siswa untuk tetap konsentrasi dan fokus
dalam pembelajaran yang menggunakan metode ceramah.
mempunyai tugas dan tanggung jawab tertentu berkaitan dengan
materi pelajaran.
e) Peer Lessons (Belajar dari Teman)
Strategi ini baik digunakan untuk menggairahkan kemauan siswa
untuk mengajarkan materi kepada temannya. Jika selama ini ada
pameo yang mengatakan bahwa metode belajar yang paling baik
adalah dengan mengajarkan kepada orang lain, maka strategi ini
akan sangat membantu siswa di dalam mengajarkan materi
kepada teman-teman kelasnya.
Berdasarkan beberapa tipe yang telah dijelaskan di atas, maka
peneliti memilih strategi pembelajaran aktif tipe peer lessons yang
bertujuan untuk membantu siswa di dalam mengajarkan materi
kepada teman-teman kelasnya.
c. Strategi Pembelajaran Aktif tipe Peer Lessons
1) Pengertian Strategi Peer Lessons
Siswa perlu menyadari tentang tanggung jawab mereka dalam proses
pembelajaran, karena merekalah yang melakukan aktivitas-aktivitas
pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran
(Hartono dkk, 2012: 16).
Menurut Hartono dkk (2012: 44) pembelajaran aktif pada dasarnya
berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respon
hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi
mereka.
Peer lessons adalah suatu strategi pembelajaran yang merupakan
bagian dari active learning (pembelajaran aktif). Secara singkat
menurut Silberman (2009: 55) strategi peer lessons merupakan
strategi untuk mendukung pengajaran sesama siswa di dalam kelas.
Strategi ini menempatkan seluruh tanggung jawab pengajaran kepada
seluruh anggota kelas.
Menurut Zaini (2008: 62) strategi ini baik digunakan untuk
menggairahkan kemauan siswa untuk mengajarkan materi kepada
temannya. Karena dalam strategi ini akan membantu siswa di dalam
mengajarkan materi kepada teman-teman sekelas.
Berdasarkan penejelasan yang telah dikemukakan di atas, maka
peneliti menyimpulkan bahwa strategi peer lessons merupakan
bagian dari pembelajaran aktif (active learning) yaitu pembelajaran
teman sebaya yang menekankan pada kemampuan siswa untuk
menguasai suatu topik dengan berfikir kritis sehingga dapat
menyampaikan topik yang telah dikuasai kepada teman-temannya
2) Kelebihan dan Kekurangan Peer Lessons
Seperti metode atau strategi pembelajaran yang lain, strategi
kekurangan. Adapun kelebihan dari strategi peer lessons menurut
Sunandar ( dalam http://m4y-a5a.blogspot.com/) diantaranya adalah:
a) Siswa diajarkan untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia
kawan yang tinggi. Artinya dalam pelaksanaan pembelajaran,
anak yang dianggap pintar bisa mengajari atau menjadi tutor
bagi siswa yang kurang pandai atau ketinggalan.
b) Siswa lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah
yang dihadapi sehingga siswa yang bersangkutan terpacu
semangatnya untuk mempelajari materi ajar dengan baik.
c) Membuat siswa yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak
malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara
bebas.
d) Membantu siswa yang kurang mampu atau kurang cepat
menerima pelajaran dari gurunya. Kegiatan tutor sebaya bagi
siswa merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman yang
sebenarnya merupkan kebutuhan siswa itu sendiri. Karena lebih
menekankan pada kepercayaan seorang rekan.
e) Tutor maupun rekannya sama-sama diuntungkan, bagi tutor
akan mendapat pengalaman, sedang rekannya akan lebih kreatif
dalam menerima pelajaran.
f) Siswa bisa memperoleh pengetahuan baru dan melatih
keterampilan penting melalui berbagi pribadi, kesadaran
individu dan sosial, pembelajaran kelompok terfokus, dan
g) Mengajak siswa untuk belajar aktif tanpa adanya faktor
pendorong dari guru dan peran guru hanya menjadi pendamping.
h) Untuk menjadikan siswa penuh perhatian, pendengar aktif dan
memberikan umpan balik positif.
i) Menguntungkan siswa diseluruh kehidupan mereka saat mereka
mengembangkan keterampilan untuk berkolaborasi dan
informasi menguraikan.
Adapun kekurangan strategi Peer Lessons adalah:
a) Tidak semua siswa dapat menyampaikan materi dengan jelas
kepada temannya.
b) Tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan temannya.
c) Terkadang ada siswa yang meremehkan, karena yang mengajar
adalah teman sendiri.
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa strategi peer lessons memiliki kelebihan dan
kekurangan seperti strategi pembelajaran lainnya, kelebihan strategi
ini antara lain (1) siswa diajarkan untuk mandiri, (2) siswa lebih
mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi, (3)
membuat siswa yang kurang aktif menjadi aktif, (4) mengajak siswa
untuk belajar aktif. Adapun kekurangan strategi ini adalah (1) tidak
semua siswa mampu menyampaikan materi dengan jelas kepada
temannya, (2) tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan
temannya, (3) terkadang ada siswa yang meremehkan, karena yang
3) Langkah-langkah Pembelajaran Peer Lessons
Menurut Zaini dkk (2009; 65-66) secara umum strategi pembelajaran
peer lessons diimplementasikan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a) Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil sebanyak
segmen materi yang disampaikan.
b)Masing-masing kelompok kecil diberi tugas untuk mempelajari
satu topik materi, kemudian mengajarkannya kepada kelompok
lain. Topik-topik yang diberikan harus saling berhubungan.
c) Guru meminta setiap kelompok menyiapkan strategi untuk
menyampaikan materi atau hasil diskusi kepada teman-teman
sekelas. Guru menyarankan kepada siswa untuk tidak
menggunakan metode ceramah seperti membaca laporan.
d)Guru membuat beberapa saran seperti :
1)Menggunakan alat bantu visual berupa gambar-gambar
2)Menyiapkan media pengajaran yang diperlukan untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok
3)Menggunakan contoh-contoh relevan dalam menjelaskan materi
yang akan dipresentasikan
4)Memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk bertanya.
e) Guru memberikan waktu yang cukup kepada kelompok untuk
f) Setelah semua kelompok melaksanakan tugas yang diberikan guru,
guru memberi kesimpulan dan klasifikasikan sekiranya ada yang
perlu diluruskan dari pemahaman siswa.
Dari setiap langkah di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai
berikut menurut Zaini dkk (2009: 68-69) :
a) Fase pertama, pengenalan konsep. Fase ini guru mulai
mengenalkan suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada
hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan di dapat dari
keterangan guru, buku paket, atau media lain dan mempersiapkan
sesuatunya baik alat bantu atau medianya maupun contoh-contoh
untuk tahap kedua/ eksplorasi.
b) Fase kedua, eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang
pada siswa untuk mengungkapkan pengetahuan dan menjelaskan
fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru. Hal ini
menyebabkan fase ini dapat menciptakan konflik kognitif pada diri
mereka dan berusaha untuk berfikir kritis dalam melakukan
pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskannya. Tujuan fase ini
untuk membangkitkan minat, rasa ingin tahu siswa.
c) Fase ketiga, elaborasi dan publikasi. Pada fase ini siswa
mengkomunikasikan hasil temuan-temuan dan memperagakan
tentang materi yang dibahas. Penemuan itu dapat bersifat sesuatu
yang baru atau sekedar membuktikan hasil pengamatan untuk
diketahui oleh teman-teman sekelasnya. Siswa siap menerima
Berdasarkan kajian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa strategi
peer lessons dilaksanakan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai
berikut: 1) guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari siswa yang memiliki kecerdasan heterogen (tinggi,
sedang, rendah), Masing-masing kelompok diberi tugas untuk mempelajari
satu topik materi, topik-topik tersebut harus saling berhubungan antara
kelompok satu dengan lainnya, 2) guru meminta setiap kelompok
menyiapkan strategi untuk menyampaikan materi atau hasil diskusi kepada
teman-teman sekelas, 3) Selama diskusi berlangsung, guru memberikan
beberapa saran: (a. guru menyarankan kepada siswa untuk tidak
menggunakan metode ceramah seperti membaca laporan, b. menggunakan
alat bantu visual seperti gambar-gambar, c. menyiapkan media flip chart
untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok, d. menggunakan
contoh-contoh relevan dalam menjelaskan materi yang akan dipresentasikan), 4)
guru memberikan waktu yang cukup kepada kelompok untuk menyajikan
hasil diskusi, 5) setelah semua kelompok melaksanakan tugas yang
diberikan oleh guru, guru memberi kesimpulan. Selanjutnya,
langkah-langkah pembelajaran tersebut lebih ditekankan agar mengarah pada
pembelajaran secara ilmiah yang meliputi mengamati, mempertanyakan,
mencobakan, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk
2. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata “media” berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata
“medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau
pengantar. Pada awal sejarah pembelajaran, media hanyalah merupakan
alat bantu yang dipergunakan oleh seorang guru dalam menerangkan
pelajaran (Susilana dan Riyana, 2009: 7).
Rohman dan Amri (2013: 156) menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan media pembelajaran secara umum adalah segala alat pengajaran
yang digunakan untuk membantu guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran kepada siswa.
Sementara itu, Hamalik (dalam Rohman dan Amri, 2013: 161)
menyatakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan
membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa.
Didalam bukunya, Rohman dan Amri menuliskan pendapat Seels dan
Glasgow (dalam Arsyad, 2002:33) dari segi perkembangan teknologi,
media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua kategori luas,
yaitu pilihan media tradisional dan pilihan media teknologi mutakhir.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pilihan media tradisional dapat
1). Visual diam yang diproyeksikan, misalnya proyeksi opaque (tak
tembus pandang).
2). Visual yang tidak diproyeksikan, misalnya gambar, poster, foto, flip
chart, grafik, diagram dan papan info.
3). Penyajian multimedia, misalnya slide plus suara (tape) dan
multi-image.
4). Visual dinamis yang diproyeksikan, misalnya film, televisi dan
video.
5). Cetak, misalnya buku teks, modul, teks terprogram, workbook,
majalah ilmiah/berkala dn lembar lepas(hand-out).
6). Permainan, misalnya teka-teki, simulasi dan permainan papan.
7). Realita, misalnya model, spesimen (contoh) dan manipulatif (peta,
boneka)
Sedangkan pilihan media teknologi mutakhir dibedakan menjadi:
1). Media berbasis telekomunikasi, misalnya teleconference, kuliah
jarak jauh.
2). Media berbasis mikroprosesor, misalnya computer-assisted
instruction, pemainan komputer, sistem tutor intelegent, interaktif,
hypermedia, dan compact (video) disc.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala alat pengajaran
yang digunakan untuk membantu guru dalam menyampaikan materi
rangsangan kegiatan belajar. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
media flip chart yang merupakan media visual yang tidak diproyeksikan
b.Media Flip Chart
1)Pengertian Media Flip Chart
Flip chart merupakan suatu media yang menggunakan gambar-gambar
yang digantung pada suatu tiang gantungan kecil dan cara
menunjukkan dengan membalik satu per satu (Anitah, 2008: 20).
Menurut Susilana dan Riyana (2009: 87) penggunaan flip chart
merupakan salah satu cara guru dalam menghemat waktunya untuk
menulis di papan tulis.
Penggunaan flip chart sebagai media pembelajaran diharapkan dapat
menyajikan materi secara keseluruhan dimulai dengan materi secara
keseluruhan dimulai dengan materi yang relatif mudah pada lembaran
pertama hingga materi yang sulit pada lembaran terakhir. Materi secara
keseluruhan yang sudah tercantum dalam gambar kemudian
lembaran-lembaran tersebut dijadikan satu dengan cara digantung.
2)Kelebihan dan Kekurangan Menggunakan Media Flip Chart
Kelebihan menggunakan flip chart sebagai media pembelajaran
menurut Susilana dan Riyana (2009: 88-89), yakni sebagai berikut:
a) Mampu menyajikan pesan pembelajaran secara ringkas dan praktis
b) Flip chart dapat digunakan dalam metode pembelajaran apapun.
c) Dapat digunakan di dalam maupun di luar ruangan
d) Bahan pembuatan relatif murah
e) Mudah dibawa
f) Meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar siswa.
Adapun kekurangan yang dimiliki media flip chart sebagai media
pembelajaran yakni:
a) Sukar dibaca karena keterbatasan tulisan
b) Pengajar atau pembicara cenderung memunggungi peserta
c) Biasanya kertas flip chart hanya dapat digunakan untuk satu kali
saja
d) Tidak cocok untuk pembelajaran di kelompok besar.
Berdasarkan beberapa kajian di atas, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa media flip chart memiliki beberapa kelebihan
dan kekurangan. Kelebihan yang dimiliki media ini antar lain (1) dapat
digunakan dalam metode pembelajaran apapun, (2) dapat digunakan di
dalam maupun luar ruangan, (3) bahan pembuatan relatif murah, (4)
mudah dibawa. Sedangkan kekurangan yang terdapat pada media ini
memunggungi peserta, (3) tidak cocok digunakan untuk kelompok
besar.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa media flip chart adalah lembaran kertas yang
berisi pesan atau bahan pelajaran yang tersusun rapi dan baik yang
digantung pada suatu tiang gantungan kecil dan cara menunjukkannya
adalah dengan membalik satu per satu.
3. Belajar
a. Pengertian Belajar
Kegiatan pokok yang terdapat dalam proses pendidikan di sekolah
adalah belajar. Hakim (2005: 1) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu
proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut
ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah
laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan lainya.
Adapun Arikunto (2002: 2) mendefinisikan belajar sebagai aktivitas
individu secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang
telah dipelajari sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan
sekitarnya. Dilihat dari segi pendidikan, apabila seseorang telah belajar
sesuatu, maka ia akan berubah kesiapannya dalam menghadapi
lingkungannya.
seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksinya dengan lingkungan sekitar yang berhubungan dengan aspek
kognitif, afektif dan psikomotor.
b. Motivasi Belajar
Tiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang di dorong oleh suatu
kekuatan baik dari luar maupun dalam diri seseorang tersebut. Kekuatan
pendorong inilah yang dinamakan motivasi. Kata motivasi berasal dari
bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move).
Uno (2007: 23) Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; dan (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.
Begitu pula dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Nashar (2004: 38)
melalui proses pembelajaran akan berkembang secara sempurna atau
tercapai hasil yang optimal bila guru maupun siswa terlibat aktif dan
169) mengungkapkan bahwa motivasi dapat menentukan baik tidaknya
dalam mencapai tujuan. Sehingga semakin besar motivasinya akan
semakin besar kesuksesan belajarnya.
Sudjana (2010: 61) mengemukakan bahwa keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar yang ditunjukkan oleh para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Hal ini dapat dilihat dalam hal;
1) Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran.
2) Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya.
3) Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya.
4) Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru.
5) Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran
yang disampaikan, membaca materi sehingga bisa memahaminya, dan
menggunakan strategi-strategi belajar tertentu yang mendukung. Selain
itu, siswa juga memiliki keterlibatan yang intens dalam aktivitas belajar
tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari bahan-bahan yang
berkaitan untuk memahami suatu topik, dan menyelesaikan tugas yang
diberikan.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa
motivasi belajar adalah dorongan baik dari dalam diri seseorang maupun
dorongan dari luar yang menggerakkan seseorang untuk belajar. Adapun
indikasi motivasi belajar yang ditunjukkan oleh siswa dapat dilihat dari:
minat siswa yang meliputi perasaan senang, ketertarikan, dan perhatian
siswa dalam pembelajaran, serta keikutsertaan siswa dalam mengajukan
c. Hasil Belajar
Akibat yang ditimbulkan dari kegiatan belajar adalah mengarahkan
seseorang pada suatu perubahan yang dapat berupa perubahan tingkah
laku, pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan perilaku sebagai
akibat adanya proses belajar yang tetap, sehingga pada akhirnya di dapat
suatu hasil belajar yang berupa perubahan tingkah laku tersebut.
Hamalik (2001: 30) mendefinisikan hasil belajar adalah bila seseorang
telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari yang tidak mengerti
menjadi mengerti. Dalam hal ini kegiatan belajar akan menimbulkan
pembaharuan dalam tingkah laku dan kecakapan pada seseorang.
Dalam pendidikan di sekolah, hasil belajar sangat berguna baik bagi
siswa maupun guru sebagai pengelola pendidikan. Hasil belajar tersebut
merupakan kemampuan yang dicapai siswa setelah mengikuti program
belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan (Nashar,
2004: 95).
Menurut Nasution (2006: 36) hasil belajar adalah hasil dari suatu
interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai
tes yang diberikan guru. Sementara menurut Sudjana (2004: 22) hasil
belajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu: (1) Keterampilan dan
kebiasaan; (2) pengetahuan dan pengertian; dan (3) sikap dan cita-cita
yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada
Ranah kognitif adalah pencapaian atau penguasaan siswa dalam aspek
pengetahuan yang meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman, penerapan
atau aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Kunandar, 2013: 159).
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,
emosi, atau nilai. Kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan
sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerja sama, disiplin,
komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan
kemampuan mengendalikan diri (Kunandar, 2013: 100). Ranah
psikomotor berkenaan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak
setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu (Kunandar, 2013: 249).
Penilaian merupakan salah satu bagian penting dalam proses pengolahan
hasil belajar. Sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013, penilaian yang
memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah (scientific approach)
dalam pembelajaran tematik adalah penilaian otentik (authentic
assessment). Karena, asesmen semacam ini mampu menggambarkan
peningkatan hasil belajar siswa, baik dalam rangka mengamati,
mempertanyakan, mencobakan, mengolah, menyajikan, menyimpulkan,
dan menciptauntuk semua mata pelajaran.
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti
menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan yang
diperoleh siswa baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Adapun indikator ketiga aspek tersebut: 1) indikator hasil belajar pada
tertulis, tes lisan dan penugasan yang diberikan oleh guru, 2) indikator
hasil belajar ranah afektif pada sikap tanggung jawab adalah meliputi
melaksanakan kewajiban, melaksanakan tugas yang diberikan, menaati
tata tertib sekolah, memelihara fasilitas sekolah dan menjaga kebersihan
lingkungan. Sedangkan indikator sikap percaya diri adalah pantang
menyerah, berani menyatakan pendapat, berani bertanya, dan
mengerjakan tugas individu secara mandiri. 3) indikator hasil belajar
pada ranah psikomotor adalah terampil menganalisis gambar yang
ditampilkan, aktif berkomunikasi saat kegiatan diskusi, dan terampil
dalam menyajikan data hasil diskusi.
d. Penilaian Otentik
Menurut Komalasari (2011: 148) penilaian otentik adalah suatu
penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks dunia nyata,
yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan
masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa
mempunyai lebih dari satu macam pemecahan.
Selanjutnya Kunandar (2013: 35) mendefinisikan penilaian otentik
adalah kegiatan menilai siswa yang menekankan pada apa yang
seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen
penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di
Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi
tetapi juga sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Kemendikbud
(2013: 8-12) menyebutkan teknik-teknik yang dilakukan di SD yaitu:
1) Penilaian pada ranah kognitif yaitu dapat dilakukan dengan cara tes
tulis, tes lisan dan penugasan.
a) Tes tulis, yaitu tes yang soal dan jawabannya tertulis berupa
pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan dan uraian.
b) Tes lisan, yaitu tes yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan guru secara ucap dan siswa merespon pertanyaan
tersebut secara terucap juga.
c) Penugasan, yaitu penilaian yang dilakukan guru berupa
pekerjaan rumah, baik secara individu maupun kelompok.
2) Penilaian pada ranah afektif yang dapat dilakukan melalui
observasi, penilaian diri, penilaian antar teman dan jurnal.
b. Observasi, yaitu teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara
langsung maupun tidak langsung menggunakan format
observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
c. Penilaian diri, yaitu teknik penilaian dengan cara meminta
siswa untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan
nya dalam konteks pencapaian kompetensi.
d. Penilaian antar teman, yaitu teknik penilaian dengan cara
meminta siswa untuk saling menilai terkait dengan sikap dan
e. Jurnal, merupakan penilaian guru terhadap siswa baik di dalam
dan di luar kelas yang berisi tentang informasi mengenai sikap
dan perilaku.
3) Penilaian ranah psikomotor yang dapat dinilai dengan kinerja,
projek dan portofolio.
a) Kinerja adalah suatu penilaian yang meminta siswa untuk
melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan. Contohnya memainkan alat musik, membaca cerita
dan bermain peran.
b) Projek adalah penilaian terhadap tugas yang mengandung
investigasi dan harus diselesaikan dalam waktu tertentu.
c) Portofolio merupakan penilaian yang diambil melalui catatan
tentang siswa yang diperoleh melalui serangkaian proses yang
panjang. Contohnya memberikan catatan tentang hasil
percobaan.
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti
menyimpulkan bahwa penilaian otentik merupakan penilaian tentang
hasil belajar di dalam pendekatan ilmiah (scientific approach), penilaian
tersebut meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang
4. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar. Dalam dunia pendidikan, pembelajaran adalah
proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Prastowo (2013: 57) mendefinisikan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses atau upaya menciptakan kondisi
belajar dalam mengembangkan kemampuan minat dan bakat siswa
secara optimal, sehingga kompetensi dan tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
Menurut Warsita (2008: 85) pembelajaran adalah suatu usaha untuk
membuat siswa belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan siswa.
Susilana dan Riyana (2009: 1) mendefinisikan pembelajaran adalah
suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan
memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan
ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar
dengan baik.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan dari
guru kepada siswa melalui berbagai sumber belajar dalam suatu
lingkungan belajar.
b. Pembelajaran Tematik
1) Konsep Pembelajaran Tematik
Berdasarkan Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang standar
proses disebutkan bahwa karakteristik pembelajaran kurikulum 2013
adalah menggunakan pendekatan tematik terpadu. Menurut Trianto
(2010: 78) pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran
yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam
pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran yang
dikaitkan .
Menurut Sukandi, dkk (dalam Trianto, 2010: 82), pengajaran terpadu pada dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan cara ini dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran disajikan tiap pertemuan.
Dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada
beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) bersifat
terintegrasi dengan lingkungan, (2) bentuk belajar dirancang agar
siswa menemukan tema, dan (3) efesiensi.
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran tematik terpadu adalah
pembelajaran yang dalam pelaksanaannya menggunakan prinsip
pembelajaran terpadu, yaitu menggunakan tema sebagai pemersatu
kegiatan pembelajarannya sehingga memberikan pengalaman yang
bermakna bagi siswa.
2) Scientific Approach (Pendekatan Ilmiah) dalam Pembelajaran
Tematik
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang
pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah
(scientific approach). Pendekatan ilmiah ini disebut-sebut sebagai
ciri khas keberadaan kurikulum 2013. Pendekatan ilmiah (scientific
approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud ini meliputi
mengamati, mempertanyakan, mencobakan, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran
(Kemendikbud, 2013:4).
Melalui pendekatan ilmiah (scientific approach), selain dapat
menjadikan siswa lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan
penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau
kejadian. Artinya, dalam proses pembelajaran, siswa dibelajarkan
dan dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
ilmiah (scientific approach) adalah sebuah pendekatan yang
bertujuan untuk menjadikan siswa lebih aktif dalam proses
pembelajaran, karena pada pendekatan ini siswa lebih ditekankan
pada pembelajaran secara ilmiah meliputi mengamati,
mempertanyakan, mencobakan, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, dan menciptauntuk semua mata pelajaran.
5. Penelitian yang Relevan
a. Aryani Ima, 2008. Subjek : (L Education General ; Edisi IV) Jurnal
Nasional tahun 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dari hasil pembahasan
dapat dinyatakan bahwa rata-rata hasil belajar siklus III lebih tinggi dari
siklus I dan siklus II, baik dilihat dari aspek kognitif (81,15 > 71,1 >
64,9) maupun afektif (21,65 > 18,65 > 17,075). Kesimpulan dari
penelitian ini adalah penerapan strategi Peer Lessons dalam
pembelajaran biologi dapat meningkatkan hasil belajar biologi pada
siswa kelas VIII E SMP Negeri I Masaran tahun ajaran 2008/2009.
b. Fauzia Meina, 2008. Subjek : (L Education General ; Edisi IV) Jurnal
Nasional Tahun 2008. Hasil penelitiannya menunjukkan terdapat
oleh pembelajaran menggunakan strategi Peer Lessons dengan
pembelajaran menggunakan strategi LSQ dengan th = 2,107. Lebih
lanjut dikatakan bahwa prestasi belajar Matematika dengan
pembelajaran menggunakan strategi Peer Lessons lebih baik daripada
prestasi belajar Matematika dengan menggunakan strategi LSQ. Hal ini
ditunjukkan pada hasil nilai rata-rata untuk kelas eksperimen 85,55 dan
kelas kontrol 74,30 pada pokok bahasan persegi panjang dan persegi.
c. Freddy Ariesta, 2011. Jurnal Nasional Tahun 2011. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Dari hasil
pembahasan dapat dinyatakan bahwa rata-rata hasil belajar siklus III
lebih tinggi dari siklus I dan siklus II, baik dilihat dari aktivitas (83,3% >
74% > 59%) maupun hasil (78,6% > 70,7% > 68,5%). Kesimpulan dari
penelitian ini adalah penerapan strategi Peer Lessons dan Media Ular
Tangga dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas IV SD Negeri Pakintelan 03 Kota Semarang.
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan
kelas yang telah dilakukan oleh peneliti melalui strategi pembelajaran
aktif tipe peer lessons berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya menggunakan strategi pembelajaran serupa,
perbedaan yang dimaksud adalah pada subjek penelitian yaitu SD Negeri
1 Nunggalrejo Lampung Tengah, penggunaan media pembelajaran flip
chart, dan hasil penelitian yang menunjukkan persentase peningkatan
motivasi belajar pada siklus I sebesar 54,54%, pada siklus II sebesar
afektif, psikomotor dan kognitif pada siklus I sebesar 63,64%, pada
siklus II sebesar 86,36%. Sedangkan persamaan penelitian ini dengan
penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu bahwa
strategi pembelajaran aktif tipe peer lessons dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
B. Kerangka Pikir
Adapun kerangka pikir dari penelitian ini berupa input (kondisi awal),
tindakan, dan output (kondisi akhir). Kondisi awal yang menjadi sebab
dilakukannya penelitian ini adalah terdapat masalah dalam pembelajaran
tematik pada saat pembelajaran berlangsung, yakni (1) siswa belum mampu
mengajukan pertanyaan, (2) kerjasama siswa di dalam kelompok diskusi
masih rendah, dan (3) beberapa siswa di dalam kelompok diskusi belum
mampu mengajukan ide atau gagasan. Oleh karena itu, peneliti melakukan
perbaikan dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe peer lessons
dengan media pembelajaran flip chart.
Strategi peer lessons merupakan bagian dari pembelajaran aktif (active
learning) yaitu pembelajaran teman sebaya yang menempatkan tanggung
jawab pengajaran kepada seluruh anggota kelas untuk menyampaikan materi
yang telah mereka pahami kepada temannya. Strategi ini menuntut keaktifan
siswa di dalam pembelajaran. Sedangkan flip chart merupakan alat bantu
visual yang menyajikan materi secara keseluruhan dalam gambar dan tulisan
lessons dan media flip chart pada pembelajaran tematik, diharapkan mampu
menjadikan siswa lebih termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran, sehingga
dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajarnya.
Secara sederhana, kerangka pikir dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
[image:55.612.131.489.204.457.2]sebagai berikut:
Gambar 2.1 KerangkaPenelitian
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah, “Apabila dalam pembelajaran
tematik menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe peer lessons dengan
menggunakan media flip chart, maka dapat meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa kelas IVA SD Negeri 1 Nunggalrejo”.
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
1. Motivasi belajar siswa meningkat, yang
ditandai dengan indikator pada aspek minat dan partisipasi.
2. Hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor meningkat. Ditandai dengan indikator berikut: hasil belajar pada ranah kognitif, tanggung jawab dan percaya diri pada aspek afektif, analisis gambar, komunikasi, serta menyajikan data pada aspek psikomotor.
Penerapan strategi Peer Lessons dengan
media Flip Chart
1. Pembelajaran terkesan monoton
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas yang
difokuskan pada situasi kelas yang dikenal dengan classroom action research,
yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas dengan penekanan pada
penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktik pembelajaran sehingga
hasil belajar siswa meningkat.
Menurut Hopkins (dalam Arikunto, dkk, 2006: 58) daur ulang penelitian
tindakan kelas diawali dengan perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan
tindakan (action), mengobservasi tindakan (observing) dan melakukan refleksi
(reflection) dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang
diharapkan tercapai.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap dengan dua siklus, yang
masing-masing siklus terdiri dari empat tahap kegiatan yaitu: perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pada akhir kegiatan diadakan tes formatif.
Gambar 3.1 Alur Siklus PTK
Adaptasi dari Arikunto (2004: 16)
B.Setting Penelitian
1. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif
antara peneliti dengan guru kelas IVA SD Negeri 1 Nunggalrejo. Subjek
penelitian adalah siswa kelas IVA SD Negeri 1 Nunggalrejo yang
berju