• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI LARUTAN NON-ELEKTROLIT DAN ELEKTROLIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI LARUTAN NON-ELEKTROLIT DAN ELEKTROLIT"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP

PADA MATERI LARUTAN NON-ELEKTROLIT DAN ELEKTROLIT

Oleh EKA FITRIANA

Hasil observasi di SMA Negeri 1 Bukit Kemuning ternyata penguasaan konsep siswa pada materi larutan non-elekrolit dan elektrolit masih rendah. Hal ini disebabkan pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran konvensional dimana guru lebih berperan aktif dan siswa berperan pasif sehingga kemampuan belajar siswa kurang dapat berkembang. Oleh karena itu, dirancang pembelajaran dengan menerapkan model LC 3E.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran LC 3E dalam meningkatkan penguasaan konsep pada materi pokok larutan non-elektrolit dan non-elektrolit. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Bukit Kemuning semester genap Tahun 2012-2013 dengan kelas X3 dan X4 sebagai sampel. Metode penelitian adalah kuasi eksperimen dengan Non Equivalent (Pretest and Posttest) Control Group Design.

(3)

rendah dibandingkan penguasaan konsep pembelajaran LC 3E. Berdasarkan uji hipotesis, diketahui bahwa kelas dengan model pembelajaran konvensional memiliki penguasaan konsep siswa lebih rendah dibandingkan kelas dengan pembelajaran LC 3E.

Hasil penelitian menunjukkan nilai rerata n-Gain penguasaan konsep untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-masing 0,37 dan 0,54 berdasarkan kriteria n-Gain

maka termasuk kategori sedang. Nilai t hitung (2,23) > t tabel(1,68). N-Gain kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran LC 3E lebih efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa dibandingkan pembelajaran konvensional.

(4)
(5)
(6)

iii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Teori Belajar Perkembangan Kognitif Piaget ... 7

B. Efektivitas Pembelajaran ... 8

C. Pembelajaran Konstruktivisme... 10

D. Pembelajaran Konvensional ... 13

E. Learning Cycle 3E ... 14

F. Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit ... 17

G. Penguasaan Konsep ... 19

H. Lembar Kerja Siswa ... 20

I. Kerangka Pemikiran ... 22

(7)

iv

K. Hipotesis Umum ... 24

III. METODE PENELITIAN ... 25

A. Populasi ... 25

B. Sampel Penelitian ... 25

C. Jenis dan Sumber data ... 26

D. Metode dan Desain dan Penelitian ... 26

E. Variabel Penelitian ... 27

F. Instrumen Penelitian dan Validitasnya ... 28

G. Validitas ... 29

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 29

I. Analisis Data Penelitian ... 32

1. Hipotesis kerja ... 32

2. Hipotesis statistik ... 32

3. Teknik analisis data ... 33

a. Perhitungan n-Gain ... 34

b. Uji normalitas ... 34

c. Uji homogenitas dua varians ... 35

d. Pengujian hipotesis ... 36

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 39

B. Pembahasan ... 47

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 52

A. Simpulan ... 52

B. Saran ... 52

(8)

v

2. RPP Kelas Eksperimen ... 63

3. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ... 89

4. Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest.... 104

5. Soal Pretest... 106

6. Penskoran Penilaian Pretes ... 112

7. Soal Posttest ... 113

8. Penskoran Penilaian Posttest ... 114

9. Lembar Observarsi Kinerja Guru Kelas Eksperimen... 120

10. Lembar Observasi Kinerja Guru Kelas Kontrol ... 123

11. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 126

13. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas... 132

14. Tabel Data Nilai Pretest, Posttest dan n-Gain Kelas Eksperimen... 138

(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari IPA yang mempelajari struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi. Dalam pembelajaran sains termasuk kimia, cenderung hanya menghadir-kan konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori secara hafalan saja tanpa menyuguhkan proses ditemukannya konsep, hukum, dan teori tersebut sehingga tidak menumbuhkan sikap ilmiah pada diri siswa. Akibatnya pembelajaran kimia menjadi kehilangan daya tariknya dan lepas relevansinya dengan dunia nyata yang seharusnya menjadi objek ilmu pengetahuan tersebut (Depdiknas, 2003).

(10)

Untuk meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Kegiatan pembelajaran KTSP dirancang berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar, kemampuan peserta didik, daerah dan lingkungan sekitar. Proses pembelajaran KTSP menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran (student centered). Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator. KTSP menuntut siswa untuk memiliki kompetensi dalam semua mata pelajaran setelah proses pembelajaran.

Berdasarkan kurikulum tersebut siswa harus memiliki standar kompetensi pada setiap jenjang pendidikannya, standar kompetensi ini dijabarkan dalam bentuk kompetensi dasar. Salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh siswa kelas X semester genap adalah mengidentifikasi sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasil percobaan, membedakan larutan elektrolit dan larutan non elektrolit dan menjelaskan hantaran listrik melalui larutan atau lelehan. Materi pokok untuk kompetensi dasar tersebut adalah larutan non-elektrolit dan non-elektrolit.

(11)

3

siswa berperan pasif, akibatnya penguasaan konsep siswa rendah. Atas dasar tersebut perlu usaha memperbaiki metode mengajar supaya siswa lebih aktif dan penguasaan konsep siswa lebih tinggi.

Berdasarkan masalah yang dialami, peneliti ingin mengatasi masalah tersebut maka peneliti mengadakan studi pustaka. Studi pustaka tersebut diperoleh bebe-rapa hasil penelitian antara lain : (1) Fitri (2010) yang dilakukan pada siswa SMA Budaya Bandar Lampung kelas X, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan penerapan model pembelajaran LC 3E mampu meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan penguasaan konsep pada materi reaksi oksidasi reduksi. (2) Sahputra (2011) melakukan penelitian tentang penerapan model pembelajaran siklus belajar Learning Cycle untuk meningkatkan prestasi belajar kimia kelas X di SMK Piri 1 Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan kondisi pembelajaran kimia (minat siswa), dan ada kecende-rungan peningkatan hasil belajar proses siswa daya serap kelas dengan indikator pada siklus I= 63,64% (cukup) dan siklus 2= 96,97% (tinggi).

(12)

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka penulis melakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Learning Cycle 3E dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep pada Materi Larutan Non-Elektrolit dan Larutan Elektrolit”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah model pembelajaran LC 3E efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep pada materi pokok larutan non-elektrolit dan elektrolit?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran LC 3E dalam meningkatkan penguasaan konsep pada materi pokok larutan non-elektrolit dan elektolit siswa kelas X.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Siswa:

(13)

5

2. Guru dan calon Guru:

Memberi inspirasi dan pengalaman secara langsung bagi guru dalam membe-lajarkan materi kimia dengan menerapkan model pembelajaran LC 3E, terutama pada materi larutan non-elektrolit dan elektrolit.

3. Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif bagi sekolah sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penilitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah ;

1. Model pembelajaran LC 3E dikatakan efektif apabila hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang signifikan).

2. Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam menguasai materi larutan elektrolit dan non elektrolit dilihat dari nilai siswa diperoleh melalui pretest

dan posttest dengan sub materi (1) perbedaan larutan non-elektrolit dan elektrolit, (2) pengaruh jumlah zat terlarut terhadap daya hantar listrik larutan, (3) kemampuan larutan menghantarkan listrik, (4) elektrolit senyawa ion dan (5) elektrolit senyawa kovalen polar.

(14)

4. Model pembelajaran LC 3E adalah salah satu model pembelajaran berbasis konstruktivisme yang terdiri dari 3 fase yaitu 1) Fase eksplorasi (exploration); (2) Fase penjelasan konsep (explaination); (3) Fase penerapan konsep

(elaboration). Dalam penerapan pembelajaran ini menggunakan media LKS.

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Belajar Perkembangan Kognitif Piaget

Teori kognitif adalah teori yang mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diukur dan diamati. Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis.

Menurut Jean Piaget dalam Bell (1994), belajar adalah:

Interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan. Artinya, pe-ngetahuan itu suatu proses, bukannya suatu “barang”. Karena itu untuk me- mahami pengetahuan orang dituntut untuk mengenali dan menjelaskan ber-bagai cara ber-bagaimana individu berinteraksi dengan lingkungannya.

(16)

Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkem-bangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sis-tem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka.

Menurut Jean Piagiet, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu :

a. Asimilasiyaitu proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Contoh, bagi siswa yang sudah mengetahui prinsip penjumlahan, jika gurunya

memperkenalkan prinsip perkalian, maka proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dalam benak siswa), dengan prinsip perkalian (sebagai informasi baru) itu yang disebut asimilasi.

b. Akomodasiyaitu penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Contoh, jika siswa diberi soal perkalian, maka berarti pemakaian (aplikasi) prinsip perkalian tersebut dalam situasi yang baru dan spesifik itu yang disebut akomodasi.

c. Equilibrasi (penyeimbangan) yaitu penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Contoh, agar siswa tersebut dapat terus berkembang dan menambah ilmunya, maka yang bersangkutan menjaga stabilitas mental dalam dirinya yang memerlukan proses penyeimbangan antara “dunia dalam” dan “dunia luar”.

B. Efektivitas Pembelajaran

(17)

9

Menurut Miarso (Warsita, 2008) :

Pembelajaran yang efektif adalah belajar yang bermanfaat dan bertujuan bagi peserta didik, melalui pemakaian prosedur yang tepat.

Dalam suatu pembelajaran selalu memiliki tujuan pembelajaran. Diantaranya untuk meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan keterampilan berpikir. Sehingga dalam pembelajaran perlu diperhatikan aktivitas siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Semakin siswa aktif maka pembelajaran akan efektif. Selain aktivitas siswa juga dibutuhkan minat siswa, untuk menumbuhkan minat siswa tersebut maka guru harus menggunakan teknik pembelajaran sehingga akan tercipta pembelajaran yang efektif

Ciri pembelajaran yang efektif menurut Eggen dan Kauchak (Warsita 2008) : 1. Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya

melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan, dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan.

2. Guru menyediakan materi sebagai fokus berfikir dan berinteraksi dalam pelajaran.

3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pengkajian. 4. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada

peserta didik dalam menganalisis informasi.

5. Orientasi pembelajaran penguasaan ini pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir.

6. Guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya pembelajaran guru.

(18)

Kriteria keefektifan menurut Wicaksono (2008) mengacu pada:

a. Ketuntasan belajar, pembelajaran, dapat dikatakan tuntas apabila

sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 60 dalam peningkatan hasil belajar.

b. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah

pembelajaran (gain yang signifikan).

c. Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih

termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.

Dalam penelitian ini, model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara nilai pretest dan posttest (gain yang signifikan).

C. Pembelajaran Konstruktivisme

Menurut Von Glasefeld (Suparno, 1996), kontruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan (kontruksi) kita sendiri. pengetahuan bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan hasil dari kontruksi kognitif melalui melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan baru.

Menurut Aunur Rahman (2009), konstruktivisme pembelajaran ialah desain pembelajaran yang menekankan kemampuan peserta didik dalam

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, bukan serta merta pendidik yang selalu menjadi senter penerang di kala gelap melanda.

Menurut Slavin (Trianto, 2010) teori pembelajaran konstruktivisme: merupakan teori pembelajaran kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan

(19)

11

aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.

Setiap peserta didik secara individual harus dan layak memiliki kemampuan untuk memperdayakan fungsi-fungsi psikis dan mental yang dimilikinya yaitu kemam-puan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman yang lalu, memban-dingkan dan mengambil sebuah keputusan dan kemampuan yang lebih menyukai satu dari yang lainnya.

Padangan kontruktivistik mengemukakan bahwa realitas ada pada pikiran sese-orang. Manusia mengkonstruksi pengalamannya. Konstruktivistik mengarahkan perhatiannya pada bagaimana seseorang mengkonstruksi pengetahuan dari

pengalamannya, struktur mental, dan keyakinan yang digunakan untuk menginter-pretasikan objek dan peristiwa-peristiwa. Pandangan konstruktivistik mengakui bahwa pikiran dalah instrumen penting dalam menginterpretasikan kejadian, objek, dan pandangan dunia nyata, di mana interpretasi tersebut terdiri dari pengetahuan dasar manusia secara individual.

(20)

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain: (1)Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif

(2)Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa (3)Mengajar adalah membantu siswa belajar

(4) Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir (5) Kurikulum menekankan partisipasi siswa; dan

(6)Guru adalah fasilitator.

Ciri atau prinsip dalam belajar menurut Suparno (1997) sebagai berikut: 1. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa

yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.

2. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus,

3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri,

4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya,

5. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.

Ciri pembelajaran kontruktivisme secara umum menurut Good & Brophy (Kauchack & Eggen, 1998) sebagai berikut :

1. Siswa membangun sendiri pemahamannya

2. Belajar yang baru bergantung pada pemahaman sebelumnya 3. Belajar difasilitasi oleh interaksi sosial

4. Belajar yang bermakna terjadi didalam tugas-tugas belajar mandiri

(21)

13

nyata. Landasan berfikir konstruktivisme adalah lebih menekankan pada strategi memperoleh dan mengingat pengetahuan.

D. Pembelajaran Konvensional

Burrowes (Juliantara, 2009) menyampaikan bahwa pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata. Lebih lanjut dinyatakan bahwa pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri, yaitu: (1) pembelajaran berpusat pada guru, (2) terjadi passive learning, (3) interaksi di antara siswa kurang, (4) tidak ada kelompok-kelompok kooperatif, dan (5) penilaian bersifat sporadis. Metode yang digunakan dalam pembelajaran konvensional adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan pemberian tugas.

Menurut Djamarah dan Zain (2006) pembelajaran konvensional adalah pembela-jaran tradisional, karena sejak dulu model pembelapembela-jaran ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran.

(22)

pem-belajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai pentransfer ilmu, semen-tara siswa lebih pasif sebagai penerima ilmu.

Menurut Djamarah dan Zain (2006) kelebihan dan kelemahan metode ceramah : a. Guru mudah menguasai kelas.

b. Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas . c. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar. d. Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya. e. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik. Kelemahan metode ceramah :

a. Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).

b. Bila selalu digunakan dan terlalu lama akan membosankan.

c. Guru sukar sekali menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya ini.

d. Menyebabkan siswa menjadi pasif.

E. Learning Cycle 3E (LC 3E)

Learning Cycle merupakan model pembelajaran yang dilandasi oleh filsafat kon-struktivisme. Karplus (Wena, 2009) menyatakan bahwa pembelajaran siklus merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendeketan konstruktivis. Siklus belajar merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis.

(23)

15

Pada fase eksplorasi (exploration), guru menyajikan fakta atau fenomena yang berkaitan dengan konsep yang akan diajarkan. Siswa menyelidiki fenomena tersebut dengan bimbingan sehingga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat mereka pecahkan dengan pola penalaran yang biasa mereka lakukan. Fase ini menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menggunakan pengetahuan awalnya dalam mengobservasi, memahami, serta mengkomunikasikan pada orang lain berdasarkan konsep-konsep yang telah mereka ketahui. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melibatkan siswa secara aktif dalam suatu aktivitas yang dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dan motivasi belajar. Di samping itu kegiatan pada fase ini memungkinkan siswa menyadari konsep yang telah dimilikinya.

Pada fase pengenalan konsep (explaination), siswa mengemukakan gagasan-gagasan kemudian didiskusikan dalam konteks apa yang telah diamati selama fase eksplorasi. Guru memberikan penguatan terhadap jawaban atau gagasan yang di ungkapkan siswa. Selain itu, guru mengenalkan istilah-istilah, penjelasan, meng-usulkan alternatif pemecahan, atau memperbaiki miskonsepsi siswa. Siswa dengan bimbingan guru mengorganisasikan datanya untuk menemukan keteraturan atau hubungan antar konsep.

(24)

membantu menginterpretasikan dan menggeneralisasi hasil pengalaman siswa. Siswa memperoleh penguatan dan pengembangan struktur mental yang baru.

Menurut Hudojo (2001) implementasi LC 3E dalam pembelajaran sesuai dengan pandangan konstruktivis:

1. Siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa,

2. Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa. informasi baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu, 3. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang

merupakan pemecahan masalah.

Dilihat dari dimensi guru, penerapan strategi ini memperluas wawasan dan meningkatkan kreativitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran. Di-tinjau dari dimensi pebelajar, penerapan strategi ini memberi keunggulan sebagai berikut:

a. Meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran,

b. Membantu mengembangkan sikap ilmiah pebelajar, c. Pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Adapun kekurangan penerapan strategi ini yang harus selalu diantisipasi diperkirakan sebagai berikut Soebagio (Fajaroh, 2007):

a. Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran,

b. Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melak-sanakan proses pembelajaran,

(25)

17

d. Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.

Lingkungan belajar yang perlu diupayakan agar LC 3E berlangsung secara konstruktivistik adalah:

a. Tersedianya pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa,

b. Tersedianya berbagai alternatif pengalaman belajar jika memungkinkan, c. Terjadinya transmisi sosial, yakni interaksi dan kerja sama individu dengan

lingkungannya,

d. Tersedianya media pembelajaran,

e. Kaitkan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa sehingga siswa terlibat secara emosional dan sosial yang menjadikan pembelajaran berlangsung menarik dan menyenangkan.

F. Larutan Non-Elektrolit dan Elektrolit

(26)

non-elek-trolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Contoh larutan non-elektrolit yaitu larutan gula, larutan urea, larutan alkohol, dan larutan glukosa.

Menurut Arrhenius, larutan elektrolit mempunyai ion-ion yang bergerak bebas. Keberadaan ion-ion inilah yang akan menghantarkan arus listrik. Ion-ion ber-gerak bebas karena zat-zat elektrolit yang dilarutkan dalam air akan terionisasi (terurai menjadi ion-ion) yaitu ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Sedangkan pada pelarutan zat-zat non elektrolit dalam air tidak akan terjadi ionisasi zat terlarut dalam air, sehingga tidak dapat menghantarkan arus listrik. Pada larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion atau senyawa kovalen polar. Senyawa ion terdiri atas ion-ion. Jika senyawa ini dilarutkan, ion-ion dapat ber-gerak bebas sehingga larutan dapat menghantarkan listrik. Namun, kristal senya-wa ion tidak dapat menghantarkan arus listrik sebab dalam bentuk kristal ion-ion tidak dapat bergerak bebas karena terikat sangat kuat. Sedangkan senyawa kova-len polar antara molekul-molekul polar yang terjadi tarik menarik sangat kuat sehingga dapat memutuskan salah satu ikatan dan membentuk ion. Lelehan senyawa kovalen polar tidak dapat menghantarkan arus listrik karena lelehan tersebut terdiri atas molekul-molekul netral.

G. Penguasaan Konsep

(27)

19

terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan.

Menurut Soetardjo (1998) definisi konsep adalah ide yang menggabungkan banyak fakta menjadi satu kesatuan. Perolehan konsep pada umumnya memerlukan keterlibatan aktif dengan obyek-obyek nyata, eksplorasi, mendapatkan fakta-fakta, pemanipulasi ide-ide. Konsep diperlukan untuk memperoleh dan mengkomunikasikan pengetahuan, karena dengan menguasai konsep kemungkinan memperoleh pengetahuan baru tidak terbatas.

Menurut Sagala (2010) definisi konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak.

Setiap konsep tidak berdiri sendiri melainkan berhubungan satu sama lain. Oleh karena itu siswa dituntut tidak hanya menghafal konsep saja, tetapi hendaknya memperhatikan hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya.

Piaget (Dimyati dan Mudjiono, 2002) menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.

(28)

dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pembelajaran yang

digunakan guru dalam kelas. Dalam belajar dituntut juga adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan penguasaan materi.

Materi pelajaran kimia terdiri atas konsep-konsep yang cukup banyak jumlahnya dan antara konsep yang satu dengan yang lain saling berkaitan, dalam mempela-jari ilmu kimia diperlukan penguasaan konsep sebagai dasar untuk mempelamempela-jari konsep-konsep berikutnya yang lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari. Penguasaan terhadap suatu konsep tidak mungkin baik jika siswa tidak belajar karena siswa tidak akan tahu banyak tentang materi pelajaran. Sebagian besar materi pelajaran yang dipelajari disekolah terdiri dari konsep-konsep. Semakin banyak konsep yang dimiliki seseorang, semakin banyak alternatif yang dapat dipilih dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

H. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kerja siswa berisi materi pelajaran, tujuan percobaan, alat dan bahan, petunjuk percobaan, hasil

(29)

21

Menurut Sriyono (1992) Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Menurut Sriyono (1992) LKS dibagi ke dalam 3 jenis, yaitu :

a. LKS Fakta, LKS ini merupakan tugas yang sifatnya hanya mengarahkan siswa untuk mencari fakta atau hal-hal yang berhubungan dengan bahan yang akan diajarkan.

b. LKS Pengkajian, LKS ini merupakan penggalian pengertian tentang bahan ke arah pemahaman, dapat berupa tugas, baik untuk bereksperimen maupun untuk mengamati.

c. LKS Pemantapan/Kesimpulan, LKS ini sifatnya untuk memantapkan materi pelajaran yang telah dikaji dalam diskusi kelas dimana kebenaran atau kesimpulannya telah ditemukan dan diterima oleh semua peserta diskusi, dapat berupa tugas untuk mengarang, merangkum, membuat paper menyusun bagan yang dikerjakan secara individual.

Menurut Sudjana (Djamarah dan Zain, 2000), fungsi LKS adalah :

a. Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

b. Sebagai alat bantu untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menari perhatian siswa.

c. Untuk mempercepat proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi lebih aktif dalam pembelajaran. e. Menumbuhakan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada

siswa.

f. Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar, karena hasil belajar yang dicapai siswa akan tahan lama karena siswa dituntut untuk

mengemukakan pendapat dan menganalisis pertanyaan dalam LKS sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi.

Menurut Priyanto dan Harnoko (1997), manfaat dan tujuan LKS adalah : a. Mengefektifkan siswa dalam proses belajar mengajar

b. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.

(30)

d. Sebagai pedoman bagi guru dan siswa dalam melaksanakan proes pembelajaran.

e. Membantu guru dalam menyusun pelajaran.

f. Membantu siswa dalam menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar.

g. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

h. Memadukan konsep-konsep terdahulu hingga ditemukan konssep-konsep baru.

Pada proses pembelajaran, LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk menuntun siswa dari suatu materi pokok atau sub materi pokok yang telah atau sedang disajikan. Melalui LKS siswa dituntut mengemukakan pendapat dan mampu mengambil kesimpulan. Dalam hal ini LKS merupakan salah satu media pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

I. Kerangka Pemikiran

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa ada kaitannya dengan kegiatan pembelajaran yang direncanakan oleh seorang guru. Dengan perencanaan yang matang sebelum melakukan kegiatan pembelajaran akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran LC 3Edalam meningkatkan penguasaan konsep pada materi pokok larutan non-elektrolit dan non-elektrolit. Sebagai variabel bebasnya adalah model pembelajaran dan variabel terikatnya adalah penguasaan konsep pada materi pokok larutan non-elektrolit dan non-elektrolit. Data diambil dari dua kelas, satu kelas sebagai

(31)

23

perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran LC 3Edan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.

Masing-masing kelas diberi soal pretest yang sama. Soal pretest yang diberikan disusun untuk mengukur penguasaan konsep siswa dengan model pembelajaran yang mereka alami sebelumnya. Pembelajaran konvensional memiliki beberapa kelebihan antara lain, lebih mudah direncanakan, siswa juga dapat secara cepat memperoleh informasi dari gurunya dalam proses pembelajaran, latihan soal pada pembelajaran konvensional dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru, dapat merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar, namun pembelajaran konvensional cenderung membosankan karena hanya menekankan pada materi pelajaran sehingga siswa tidak dapat mengembangkan keterampilan sains siswa. Siswa lebih cenderung menghafal materi, bukan

memahami. Selain itu, siswa menjadi pasif dalam pembelajaran karena guru lebih mendominasi.

Model Pembelajaran LC 3E memiliki beberapa kelebihan antara lain dapat meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran dalam artian siswa lebih mendominasi dibandingkan guru sehingga siswa dapat mengembangkan ide-ide atau daya pikir yang mereka miliki,

(32)

pembelajaran menjadi lebih bermakna karena pembelajaran dilakukan secara bertahap dimulai dari eksplorasi, penjelasan konsep dan penerapan konsep.

Berdasarkan uraian diatas apabila pada pembelajaran kimia digunakan model pembelajaran LC 3E diharapkan efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep sehingga perlu dilakukan penelitian tentang efektivitas model pembelajaran LC 3E pada materi larutan non-elektrolit dan elektrolit siswa SMA Negeri 1 Bukit Kemuning.

J. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah :

1. Siswa kelas X semester genap SMA Negeri 1 Bukit Kemuning tahun pelajaran 2012/2013 yang menjadi objek penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam penguasaan konsep.

2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan penguasaan konsep siswa kelas X semester genap SMA Negeri 1 Bukit Kemuning tahun pelajaran 2012/2013 diabaikan.

K. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah:

(33)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 1 Bukit Kemuning tahun ajaran 2012-2013 yang berjumlah 280 siswa dan tersebar dalam delapan kelas yaitu X1 - X8.

B. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang sama dengan popu-lasi. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X3 dan X4 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dikenal juga sebagai sampling pertimbanganyaitu pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan (berdasarkan saran dari ahli). Purposif sampling akan baik hasilnya ditangan seorang ahli yang mengenal populasi (Sudjana, 2005). Dalam pelaksanaannya peneliti meminta bantuan pihak sekolah, yaitu guru bidang studi kimia yang memahami karakteristik siswa di sekolah tersebut untuk menentukan kelas yang akan dijadikan sampel dan penulis

(34)

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat kuantitatif yaitu data hasil test sebelum belajar (pretest) dan hasil test setelah belajar (posttest).

Adapun sumber data dibagi menjadi dua kelompok yaitu :

1. Data hasil pretest dan posttest kelas eksperimen yaitu kelas X3 ; dan 2. Data hasil pretest dan posttest kelas kontrol yaitu kelas X4

D. Metode Penelitian dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan Non Equivalent (Pretest-Posttest) Control Group Design. Di dalam penelitian ini tes dilakukan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan LC 3E. Tes yang dilakukan sebelum perlakuan disebut pretest dan sesudah perlakuan disebut posttest. Kegiatan dalam tahap pelaksanaan ini meliputi:

a. Pelaksanaan Pretest untuk mengetahui keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep awal siswa. Soal Pretest terdiri dari 20 soal pilihan jamak. b. Pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan jadwal penyajian materi pokok dan

dilaksanakan dalam rentang waktu yang telah ditentukan.

(35)

27

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan Non-Equivalen Pretest-Posttest Control Group Design (Sugiyono, 2002). Desain penelitian ini melihat perbedaan pretest

[image:35.595.119.454.235.304.2]

maupun posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 1 Desain Penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Kelas eksperimen O1 X1 O2

Kelas kontrol O1 X2 O2

Keterangan :

O1 = Pretest yang diberikan sebelum perlakuan O2 = Posttest yang diberikan setelah perlakuan

X1 = Perlakuan berupa penerapan model pembelajaran LC 3E X2 = Perlakuan berupa penerapan pembelajaran konvensional.

E. Variabel Penelitian

(36)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan suatu penelitian. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data.

Bentuk instrumen pada penelitian ini adalah :

1. Pada kelas eksperimen ada 3 LKS dengan model pembelajaran LC 3E. Pada kelas kontrol menggunakan LKS biasa.

2. Kedua kelas memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran yang berbeda. Pada kelas eksperimen menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran LC 3E dan pada kelas kontrol

menggunakan rencana pelaksaan pembelajaraan konvensional.

3. Soal pretest dan posttest untuk menjaring pemahaman konsep siswa sebelum dan sesudah evaluasi pembelajaran.

a. Pretest

Pretest merupakan uji awal sebelum dilakukan eksperimen pada sampel penelitian. Soal pretes terdiri dari20 butir soal jamak untuk penguasaan konsep.

b. Posttest

Posttest yaitu tes yang dilaksanakan setelah perlakuan. Tujuan posttest

(37)

29

G. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrument. Sebuah instrument dikatan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Validitas penelitian ini menggunakan validitas isi. Adapun pengujian validitas isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi soal, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan peng-ukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang ber-sangkutan. Dalam penelitian ini dilakukan oleh dosen pembimbing untuk mengujinya.

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap Prapenelitian

a. Mengadakan observasi ke sekolah SMA Negeri 1 Bukit Kemuning untuk mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah, data siswa, data nilai siswa kelas X, model pembelajaran yang digunakan, jadwal dan tata tertib sekolah, serta sarana prasarana di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.

b. Menentukan dua kelas sebagai sampel

c. Membuat perangkat pembelajaran yang digunakan selama proses

(38)

dengan materi pokok yang diteliti yaitu materi pokok larutan elektrolit dan non elektrolit dan (d) membuat kisi-kisi soal pretest dan posttest

d. Membuat soal pretest dan posttest.

e. Memvalidasi soal pretest dan posttest

2. Tahap Penelitian

Prosedur pelaksanaan di kelas dikelompokkan menjadi dua yaitu pembelajaran LC 3Edan pembelajaran konvensional. Pada kelas X3 diterapkan LC 3E dan kelas X4 diterapkan pembelajaran konvensional. Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:

a. Melakukan pretes dengan soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pretest dilakukan pada pertemuan pertama dan di luar jam

pelajaran.

b. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa.

c. Membimbing siswa menemukan konsep larutan non-elektrolit dan elektrolit yang akan dicapai dengan menggunakan LKS pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

d. Membimbing siswa menyimpulkan materi pembelajaran larutan non-elektrolit dan non-elektrolit pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

e. Memberikan posttest dengan soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Posttests dilakukan di luar jam pelajaran.

f. Analisis data

(39)

31

[image:39.595.114.504.138.676.2]

Supaya proses penelitian tersebut menjadi lebih jelas, maka dibuat alur sebagai berikut :

Gambar 1. Alur Penelitian Tahap persiapan (observasi, menentukan sampel,membuat perangkat pembelajaran)

Validasi Soal

Pretest

Kelas Kontrol (Metode Konvensional) Kelas Eksperimen

(Metode LC 3E)

Pembelajaran

Learning Cycle 3E Pretest

Kesimpulan Analisis Data

Pembelajaran Konvensional

(40)

I. Analisis Data Penelitian

1. Hipotesis Kerja

Dari pengertian hipotesis umum, dikembangkan hipotesis kerja. Ada 2 hipotesis kerja :

1. Hipotesis pertama :

Terdapat perbedaan hasil rata-rata penguasaan konsep larutan non-elektrolit dan non-elektrolit antara pembelajaran LC 3E dengan pembelajaran konvensional dari siswa SMA Negeri 1 Bukit Kemuning.

2. Hipotesis kedua :

Rata-rata penguasaan konsep materi pokok larutan non-elektrolit dan elek-trolit yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran LC 3E lebih tinggi dari rata-rata penguasaan konsep yang diberi pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional.

2. Hipotesis Statistik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1). Sehingga rumusan hipotesis menjadi:

1. Hipotesis penguasaan konsep

H0 : Rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi pokok larutan non-elektrolit dan non-elektrolit dengan model pembelajaran LC 3E lebih rendah atau sama dengan rata-rata penguasaan konsep dengan pembelajaran konvensional.

(41)

33

H1 : Rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi pokok larutan non-elektrolit dan non-elektrolit dengan model pembelajaran LC 3E lebih tinggi daripada rata-rata penguasaan konsep dengan pembelajaran konvensional.

H1 : µ1x ≥ µ2x

Keterangan:

µ1 = Rata-rata penguasaan konsep pada kelas yang diterapkan pembelajaran LC 3E

µ2 = Rata-rata penguasaan konsep pada kelas dengan pembelajaran konvensional

x = Penguasaan konsep.

3. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Nilai akhir pretest atau posttest dirumuskan sebagai berikut:

……….(1)

(42)

a. Perhitungan n-Gain

Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran LC 3E terhadap peningkatan penguasaan konsep pada materi larutan non-elektrolit dan elektrolit, maka dilakukan analisis nilai Gain ternormalisasi. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai pretest dan postest dari kedua kelas. Rumus n-Gain

(g) menurut Hake (1999) adalah sebagai berikut:

………….. (2)

[image:42.595.122.371.369.457.2]

Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi dari Hake seperti terdapat pada tabel berikut :

Tabel 2. Klasifikasi Gain (g)

Besarnya g Interpretasi

g > 0,7 Tinggi

0,3 < g ≤ 0,7 Sedang

g ≤ 0,3 Rendah

b. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak.

Hipotesis untuk uji normalitas :

H0 = data penelitian berdistribusi normal H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal

Untuk uji normalitas data, digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005) :

(43)

35

Keterangan : χ2

= uji Chi- kuadrat Oi = frekuensi observasi Ei = frekuensi harapan

Kriteria : Terima H0 atau data berdistribusi normal jika χ2hitung χ2tabel

c. Uji Homogenitas Dua Varians

Pengujian homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Rumusan hipotesis

H0: σ12 = σ22 (Sampel mempunyai varians yang homogen) H1 : σ12 ≠ σ22 (Sampel mempunyai varians yang tidak homogen) Keterangan:

varians skor kelompok I

varians skor kelompok II dimana dk1 = (n1-1) dan dk2 = (n2-1)

b. Rumus statistik yang digunakan adalah pengujian-F:

………..(4)

Keterangan :

F = Kesamaan dua varians

(44)

Kriteria uji:

Terima H0 jika Fhitung Ftabel, dan tolak sebaliknya (Sudjana, 2005).

d. Pengujian Hipotesis

Untuk data sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal, maka uji hipo-tesis yang digunakan adalah uji parametrik (Sudjana, 1996). Teknik pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik yaitu uji perbedaan dua rata - rata, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1) seperti yang telah dikemukakan sebelumnya di hipotesis statistik.

1). Uji perbedaan dua rata-rata

Pengujian perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui kemampuan penguasaan konsep siswa pada materi larutan non-elektrolit dan elektrolit mana yang lebih tinggi antara pembelajaran LC 3E dengan pembelajaran konvensional. Hipotesis penguasaan konsep

(45)

37

H1 : µ1x > µ2x :Rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa pada materi pokok larutan non-elektrolit dan elektrolit dengan model pembelajaran LC 3E lebih tinggi dari pada rata-rata penguasaan konsep dengan pembelajaran konvensional siswa SMA Negeri 1 Bukit

Kemuning. Keterangan:

µ1 = Rata-rata n-Gain penguasaan konsep pada kelas yang diterapkan pembelajaran LC 3E

µ2 = Rata-rata n-Gain penguasaan konsep pada kelas dengan pembelajaran konvensional

x = Penguasaan konsep

Dalam penelitian ini data yang diperoleh terdistribusi normal dan homogen, maka pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t

(Sudjana, 2005):

Rumus statistik yang digunakan adalah :

Jika varians kedua kelas sama (homogen) , maka rumus yang digunakan adalah:

………(5)

Keterangan:

thitung = Kesamaan dua rata-rata

= Rata-rata gain penguasaan konsep pada kelas eksperimen = Rata-rata gain penguasaan konsep pada kelas kontrol.

(46)

= Jumlah siswa pada kelas eksperimen = Jumlah siswa pada kelas kontrol

= Simpangan baku gain pada kelas eksperimen

= Simpangan baku gain pada kelas kontrol Dengan kriteria uji :

(47)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam

penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata nilai n-Gain penguasaan konsep siswa dengan model LC 3Elebih tinggi dari pada rata-rata nilai n-Gain penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran konvensional pada materi larutan non-elektrolit dan elektrolit.

2. Model pembelajaran LC 3E lebih efektif dibandingkan pembelajaran

konvensional dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi

larutan non-elektrolit dan elektrolit.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Model pembelajaran LC 3Edapat dipakai sebagai alternatif model pembelajaran bagi guru dalam membelajarkan materi pokok larutan non-elektrolit dan non-elektrolit dan materi lain dengan karakteristik yang sama.

2. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar penerapan pembelajaran LC 3E berjalan efektif, hendaknya guru menguasai kelas dengan

baik, pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran menjadi maksimal dan

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, S.B dan Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Fajaroh, F dan Dasna, I.W. 2007. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle). Universitas Negeri Malang. Malang.

Fitri, U. N. 2010. Efektivitas Pembelajaran Learning Cycle 3 E untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi dan Penguasaan Konsep Oksidasi Reduksi (Skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung.

Hake, R. R. 1999. Analyzing Change / Gain Scores. [online]. Tersedia: http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=area-d&&P=R6855. Diakses pukul 02.00 pm tanggal 8 Oktober 2012.

Hudojo, H. 2001. Pembelajaran Menurut Pandangan Konstruktivisme. Makalah Semlok Konstruktivisme sebagai Rangkaian Kegiatan Piloting JICA.

FMIPA UM.

Juliantara, K. 2009. Pendekatan Pembelajaran Konvensional.

http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/20/pendekatan-pembelajaran-konvensional. Diakses pukul 08.00 am tanggal 10 oktober 2012.

Kauchack, D.P., dan Eggen, P.D. 1998. Learning and Teaching: Research-Based Methods 3rd edition. Allyn and Bacon. Boston. Diakses tanggal 5 Oktober 2012

Priyanto dan Harnoko.1997. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta. Purba, M. 2006. KIMIA SMA Kelas X. Erlangga. Jakarta.

(49)

Sahputra, H. 2011. Peranan Ilmu Kimia Dalam Meningkatkan Kemandirian Bangsa. Prosiding Seminar Nasional Kimia V. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Soetardjo. 1998. Proses Belajar Mengajar Dengan Metode Pendekatan Keterampilan Proses. SIC. Surabaya.

Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Suparno, P.2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:

Penerbit Kanisius.

Tim Penyusun.2006. Panduan Penyusunan Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.BSNP.Jakarta.

Trianto. 2007. Model-ModelPembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Warsita. 2008. Efektivitas Perangkat Pembelajaran. http://id.shvoong.com/ social-sciences/education/2198130-efektivitas-perangkat-pembelajaran. Diakses tanggal 5 Oktober 2012.

Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Bumi Aksara. Jakarta

Wicaksono, A. 2008. Efektivitas Pembelajaran. Agung (ed). 5 April 2008. Diakses tanggal 5 oktober 2012

Gambar

Tabel 1 Desain Penelitian
Gambar 1.  Alur Penelitian
Tabel 2. Klasifikasi Gain (g)

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil struktur mikro sampel baja pegas daun dengan pendinginan secara lambat menghasilkan butir-butir ferit dan perlit sedangkan pada baja yang original

Contoh tumbuhan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan air, ditunjukkan oleh

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dengan variasi kadar CaCO3, sehingga diperoleh informasi kadar CaCO3 relatif paling baik dalam pembentukan fase Bi-2223

Kepribadian yang positif dari pengurus, manajer dan anggota akan melahirkan.. “self-esteem” yang tinggi dalam

Pada umumnya, kita semua dapat lebih sabar, ikhlas, dan menjadi pemaaf di saat kita diuji oleh Allah Swt. dengan berbagai hal yang menyenangkan. Akan tetapi, saat diuji dengan

Penilaian ‘indah’ terhadap bunyi yang dihasilkan oleh angklung tersebut tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai yang berlaku dalam

Kepala sekolah selaku pimpinan yang mengatur semua yang ada di sekolah, mempunyai peranan sangat penting untuk kemajuan pendidikan. Tujuan dari penelitian ini

Landasan politik Nefo Oldefo adalah pembagian kekuatan politik dunia yaitu Old Established Forces (Oldefo) dan New Emerging Force (Nefo). Indonesia sebagai negara yang anti