• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 2 KUPANG TEBA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 2 KUPANG TEBA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 2 KUPANG TEBA BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

OLEH

HJ. RATNA DEWY

Permasalahan penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 2 Kupang Teba Bandar Lampung. Siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hanya 16 siswa (47,1 %) dari jumlah keseluruhan 34 siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika siswa kelas IV SDN 2 Kupang Teba Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Objek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 2 Kupang Teba Bandar Lampung sebanyak 34 siswa. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru mengajar. Untuk data hasil belajar siswa terhadap materi yang dipelajari, maka digunakan soal pre tes dan post tes (evaluasi). Data yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik prosentase dengan membandingkan standar ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan yaitu

Dari hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas siswa siklus I adalah 29,5% dan pada siklus II 88,3%. Hasil belajar siswa siklus I diperoleh nilai rata-rata 65 dan pada siklus II meningkat menjadi 85. Ketuntasan belajar siswa pada siklus I belum tercapai yaitu 47% dan pada siklus II sudah tercapai dan meningkat menjadi 88%

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 2 Kupang Teba Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1 Model Kooperatif Tipe STAD ... 7

2.1.1 Komponen Utama Model Kooperatif Tipe STAD ... 8

2.1.2 Langkah-Langkah Model Kooperatif Tipe STAD ... 9

2.1.3 Keuntungan dan Kelemahan Model Kooperatif Tipe STAD . 10 2.2 Belajar dan Pembelajaran ... 11

2.2.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran ... 11

2.2.2 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 13

2.2.3 Hasil Belajar ... 14

2.3 Hipotesis Tindakan ... 15

BAB III METODE PENELITIAN... 16

3.1Setting Penelitian ... 16

3.2Prosedur Penelitian ... 16

3.3Teknik Pengambilan Data ... 19

3.4Teknik Analisis Data ... 22

3.5Indikator Keberhasilan ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Prosedur Penelitian ... 28

4.1.1 Profil Sekolah ... 28

4.1.2 Persiapan Pembelajaran ... 29

4.2 Hasil Penelitian ... 29

4.2.1 Hasil Penelitian Siklus I ... 30

4.2.2 Hasil Penelitian Siklus II ... 40

(7)
(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Sejak ditetapkannya Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi dan berikutnya Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), maka di sekolah-sekolah dari jenjang pendidikan dasar diterapkan kurikulum baru yang dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disingkat KTSP, sebagai penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004. KTSP menghembuskan perubahan dari model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) menjadi model pembelajaran yang berpusat pada subjek didik (students

centered), perubahan dari kegiatan mengajar menjadi kegiatan

membelajarkan.

(9)

kegiatan pembelajaran dikelas. Fathurrohman (2010: 14) menyatakan “Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan siswa terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya, dalam interaksi itu siswa yang lebih aktif, bukan guru”. Itu berarti bahwa kegiatan pembelajaran harus berpusat pada siswa, dan bukan pada guru.

Matematika merupakan ilmu yang dipelajari mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berfikir logis dan kreatif. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) matematika sekolah dasar, ada beberapa kajian materi yang harus dikuasai oleh siswa sekolah dasar meliputi bilangan, pengukuran, dan pengolahan data. Salah satu bidang kajian tersebut adalah pengukuran yang meliputi bangun datar. Seorang guru perlu menanamkan konsep dalam materi bangun datar kepada siswa dengan baik agar dapat dipahaminya, sehingga siswa mengerti dan memahami konsep tersebut dan dapat diaplikasikannya dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sehari-hari.

(10)

soal yang diberikan guru. Siswa kurang dilibatkan secara langsung untuk menemukan sendiri dan mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya, sehingga menyebabkan kurangnya penguasaan siswa terhadap konsep dalam materi bangun datar. Selain itu juga, dalam memberikan materi pembelajaran bangun datar, guru jarang mengarahkan siswa untuk bekerja dalam kelompok sehingga pembelajaran kurang menarik minat siswa. Padahal kerja dalam kelompok dapat digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika, siswa dapat saling bekerja sama dan membantu dalam memahami materi yang disampaikan guru.

(11)

diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi segitiga dan jajar genjang, karena dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD membantu guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran dengan lebih mudah.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran materi bangun datar masih berpusat pada guru dan guru kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.

2. Dalam memberikan materi pelajaran, guru jarang mengarahkan siswa bekerja dalam kelompok.

3. Metode dan cara yang digunakan guru dalam mengajar kurang menarik minat siswa karena guru masih menggunakan metode ceramah.

4. Hasil belajar siswa belum mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 60.

1.3. Rumusan Masalah

(12)

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah :

1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika dalam materi bangun datar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV SDN 2 Kupang Teba Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014. 2. Untuk meningkatkan hasil belajar matematika dalam materi bangun datar

melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV SDN 2 Kupang Teba Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.

1.5.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi siswa

1) Dapat memberikan motivasi belajar dan meningkatkan hasil belajar Matematika kepada siswa kelas IV SDN 2 Kupang Teba Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.

2) Meningkatkan proses belajar matematika dengan tidak hanya banyak mencatat tetapi lebih ke pemahaman konsep-konsep.

(13)

2. Bagi guru

1) Sebagai informasi dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelas, menambah pengetahuan guru serta mengembangkan kemampuan guru dalam mempersiapkan diri untuk menjadi guru yang profesional.

2) Berkreasi untuk memperbaiki citra proses pengajaran dan hasil belajar matematika.

3. Bagi SDN 2 Kupang Teba Bandar Lampung

1) Memberikan landasan kebijakan yang akan diambil sebagai upaya untuk perbaikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

2) Meningkatkan Standar Ketuntasan Minimal pada mata pelajaran matematika kelas IV.

3) Sebagai bahan masukan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 4. Bagi Peneliti

1) Agar lebih memahami dan mengerti langkah-langkah metode belajar dalam menyampaikan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

(14)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Model Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang berbeda-beda. Dimana model ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Metode ini paling awal ditemukan dan dikembangkan oleh para peneliti pendidikan di John Hopkins Universitas Amerika Serikat dengan menyediakan suatu bentuk belajar kooperatif. Di dalamnya siswa diberi kesempatan untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan” (Arindawati, 2004: 83-84).

(15)

pendapat temannya, dan bersama-sama membahas permasalahan atau tugas yang diberikan guru.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran yang berbentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan kerjasama, kreatif, berpikir kritis dan ada kemampuan untuk membantu teman serta merupakan pembelajaran kooperatif yang sangat sederhana.

1.1.1 Komponen Utama Pembelajaran kooperatif tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu : 1. Penyajian kelas

Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan penyajian kelas. Penyajian kelas tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing.

2. Kegiatan kelompok

Siswa mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan diharapkan saling membantu sesama anggota kelompok untuk memahami bahan pelajaran dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

3. Kuis (Quizzes)

Kuis adalah tes yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa setelah belajar kelompok. Hasil tes digunakan sebagai hasil perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan dan keberhasilan kelompok.

(16)

Skor kemajuan individu ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada beberapa jauh skor kuis terkini yang melampui rata-rata skor siswa yang lalu.

5. Penghargaan kelompok

Penghargaan keompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok. Skor kemajuan kelompok diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan masing-masing kelompok sehingga diperoleh skor rata-rata kelompok.

1.1.2 Langkah-Langkah Pembelajaran kooperatif tipe STAD

Tabel 2.1 Langkah-Langkah proses pembelajaran model kooperatif tipe STAD

No Tahap Tingkah Laku Guru

1. Tahap

pendahuluan

1. Guru memberikan informasi kepada siswa tentang materi yang akan mereka pelajari, tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi agar siswa tertarik pada materi.

2. Guru membentuk siswa kedalam kelompok yang sudah direncanakan.

3. Mensosialiasakan kepada siswa tentang model pembelajaran yang digunakan dengan tujuan agar siswa mengenal dan memahamimya.

4. Guru memberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.

2. Tahap

pengembangan

1. Guru mendemonstrasikan konsep atau keterampilan secara aktif dengan menggunakan alat bantu atau alat peraga.

2. Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) sebagai bahan diskusi kepada masing-masing kelompok.

3. Siswa diberikan kesempatan untuk mendiskusikan LKS bersama kelompoknya. 4. Guru memantau kerja dari tiap kelompok dan

(17)

No Tahap Tingkah Laku Guru 3 Tahap

penerapan

1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS dengan waktu yang ditentukan, siswa diharapkan bekerja secara individu tetapi tidak menutup kemungkinan mereka saling bertukar pikiran dengan anggota yang lainnya.

2. Setelah siswa selesai mengerjakan soal lembar jawaban, kemudian dikumpulkan untuk dinilai.

2.1.3 Keuntungan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Menurut Roestiyah (2001: 17), ada beberapa keuntungan dan kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD, antara lain yaitu :

1. Keuntungan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:

Keuntungan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:

a. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.

b. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.

c. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.

d. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya.

(18)

f. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.

2. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:

Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:

a. Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda. b. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada

umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.

2.2. Belajar dan Pembelajaran

2.2.1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

(19)

seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Menurut M. Sobry Sutikno (2010: 5) mengemukakan bahwa, “ belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Lebih lanjut dikemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori. Menurut Thursan Hakim (2002: 12) mengemukakan bahwa “belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian

manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuannya.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Dalam belajar yang terpenting adalah bukan hasil yang diperolehnya. Artinya, belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain atau guru hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar mengajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik.

2.2.2 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

(20)

1) Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung

2) Menumbuhkan keterampilan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika

3) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal melanjutkan ke SLTP

4) Membuat sikap logis, kritis, cermat, dan disiplin (Depdikbud, 1994: 25-26)

Mengajar matematika mengandung makna aktivitas guru mengatur kelas dengan sebaik-baiknya dan menciptakan kondisi yang kondusif sehingga siswa dapat belajar matematika dengan baik. Selain itu guru dituntut untuk menggunakan strategi pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam belajar matematika. Artinya belajar matematika bukan sekedar memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan dan mengkontruksikan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata.

(21)

2.2.3 Hasil Belajar

Menurut Oemar Hamalik (2002: 34) “hasil belajar adalah bila seseorang

telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 12) “hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud di sini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakuan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2004: 22) “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yanng dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap, dan pengetahuan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan guru sehingga dapat mengaplikasikan pengetahuan tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari.

2.3 Hipotesis Tindakan

(22)
(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SDN 2 Kupang Teba Bandar Lampung dengan jumlah siswa 34 orang yang terdiri dari 20 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN 2 Kupang Teba Bandar Lampung Jalan Cipto Mangunkusumo Gg. Cantik Manis No.95 Kupang Teba Bandar Lampung.

3. Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli-September pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

4. Lama Penelitian

Lama penelitian ini direncanakan selama 3 bulan.

3.2 Prosedur Penelitian

(24)

Gambar: Alur pelaksanaan tindakan kelas (Suharsimi: 2007)

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Dalam kegiatan perencanaan ini, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:

a) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.

b) Membuat Pemetaan, Silabus dan RPP. c) Menentukan skenario pembelajaran.

d) Mempersiapkan sumber, bahan dan alat bantu yang dibutuhkan. e) Menyusun lembar kerja siswa.

f) Mengembangkan format evaluasi untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang disajikan.

g) Menyiapkan analisis soal-soal tes.

IDENTIFIKASI

SIKLUS I

PERENCANAAN

TINDAKAN OBSERVASI

REFLEKSI

SIKLUS II

PERENCANAAN TINDAKAN

OBSERVASI REFLEKSI

(25)

2. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan kelas menerapkan kegiatan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD. Adapun urutan kegiatan direncanakan sebagai berikut:

a) Mengawali pembelajaran dengan pendahuluan yaitu apersepsi dan memberikan motivasi.

b) Membagi kelompok belajar yang terdiri dari 4-5 siswa sehingga terbagi kelompok belajar.

c) Di dalam kelompok siswa belajar sesuatu yang baru dengan cara melakukan kegiatan yang sudah dirancang oleh peneliti dalam kegiatan pembelajaran.

d) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

e) Menggunakan metode yang telah disiapkan peneliti untuk menjelaskan konsep-konsep materi yang akan dipelajari.

f) Melakukan kegiatan refleksi pada setiap akhir kegiatan.

g) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara, yaitu: kerjasama siswa dalam kelompok, cara menyampaikan jawaban hasil diskusi, lembar kerja siswa, latihan siswa dan tes pada setiap siklus.

3. Observasi

(26)

data hasil belajar siswa dengan memberikan angket pada setiap pembelajaran. Sedangkan untuk memperoleh data dan hasil belajar siswa diperoleh dari ulangan-ulangan pada setiap siklus.

4. Refleksi terhadap tindakan

Setelah melakukan tindakan dan pengamatan peneliti melakukan refleksi yang mencakup analisis dan penilaian. Dari hasil refleksi kemungkinan muncul permasalah yang perlu mendapat perhatian, sehingga peneliti melakukan perencanaan ulang, tindakan ulang dan pengamatan ulang serta refleksi ulang. Tahapan ini akan dilakukan secara berulang dan berkelanjutan sampai permasalahan sudah bisa diatasi dengan siklus, rencana, tindakan, observasi dan refleksi.

3.3 Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan dua teknik, yaitu: teknik tes dan teknik non tes. Sumber data penelitian akan diperoleh secara langsung dari respon siswa.

1. Alat pengumpulan data a) Instrumen observasi

(27)

b) Tes hasil belajar

Tes hasil belajar digunakan untuk mengumpulkan data mengenai hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada materi bangun datar.

2. Jenis data

Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. a) Data kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dengan menggunakan instrumen tes formatif pada siklus I dan II. Data kuantitatif ini diperoleh dengan menghitung rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa. Hasil tes formatif (tes akhir) dianalisis menggunakan rumus :

̅ ∑

Keterangan :

̅ : nilai rata-rata kelas ∑ : jumlah semua nilai siswa : banyak siswa

(Suharsimi, 2010:264)

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut :

(28)

juga dijadikan bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran atau bahkan mungkin sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan model pembelajaran yang tepat, Agip (2006: 41). Adapun kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa dalam % adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kriteria Tingkat Keberhasilan Siswa

Tingkat Keberhasilan Arti

>80 Sangat tinggi

60-79 Tinggi

40-59 Sedang

20-39 Rendah

>20 Sangat rendah

(Sumber: Agip, 2006: 41)

b) Data kualitatif

Data kualitatif adalah data yang diambil dari kegiatan observasi aktivitas. Data observasi untuk mengetahui kesulitan siswa dan guru selama proses pembelajaran. Analisis ini bertujuan untuk mengungkapkan semua prilaku siswa dan guru dalam pembelajaran siklus I dan II. Nilai aktivitas siswa diperoleh dengan rumus :

Keterangan :

(29)

Sm : skor maksimal observasi 100 : bilangan tetap

(Agip, 2006:42) 3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu kegiatan untuk mencermati setiap langkah yang dibuat mulai dari tahap persiapan, proses pembelajaran, hingga kegiatan akhir. Apakah setiap proses kegiatan sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Demikian juga dengan analisis data pada PTK adalah analisis terhadap hasil kegiatan pembelajaran. Analisis dilakukan untuk memperkirakan apakah semua aspek pembelajaran yang terlibat di dalamnya sudah sesuai dengan kapasitas. (Aunurrahman, dkk. 2009: 9). Analisis data yang dilakukan adalah:

a) Mengumpulkan semua data dari hasil pengamatan siklus 1. Baik data kualitatif maupun data kuantitatif dengan menggunakan rumus : ̅ ∑

b) Menganalisis data dengan membuat tabulasi persentase yang disajikan dalam bentuk tabel.

c) Menguji keberhasilan penelitian dengan cara membandingkan hasil pengolahan data dengan indikator keberhasilan antara tes siklus I, dan siklus II.

3.5 Prosedur Penelitian

(30)

terdiri dari 4 (empat) tahapan kegiatan yang terus berulang dan meningkat. Sejalan dengan itu maka prosedur pelaksanaan penelitian ini diwujudkan dalam bentuk tahapan-tahapan siklus yang berkesinambungan dan berkelanjutan, dimana untuk setiap siklus terdiri dari 4 (empat) tahapan langkah yang secara garis besar adalah: (1) membuat perencanaan tindakan /perbaikan; (2) implementasi atau pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan; (3) melakukan observasi atau pengamatan atas tindakan perbaikan yang dilakukan; dan (4) melakukan refleksi, termasuk di dalamnya analisis, interpretasi dan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan, sehingga bisa diketahui tindakan-tindakan mana yang sudah berhasil sesuai rencana dan tindakan mana yang masih perlu diperbaiki lebih lanjut pada siklus berikutnya.

Untuk lebih jelasnya, prosedur pelaksanaan penelitian ini bisa dipaparkan sebagai berikut:

Siklus 1:

a. Perencanaan Tindakan

1. Mempersiapkan perangkat pembelajaran. 2. Mempersiapkan skenario pembelajaran.

3. Mempersiapkan soal untuk model pembelajaran tipe STAD. b. Implementasi atau pelaksanaan tindakan

(31)

2. Guru memberikan penjelasan tentang cara mencari luas dan keliling bangun datar segitiga dan jajar genjang.

3. Membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari 5 siswa untuk tiap kelompok.

4. Guru memberi beberapa soal yang terkait dengan bangun datar segitiga dan jajar genjang kepada seluruh kelompok.

5. Masing-masing kelompok bekerja sama untuk memecahkan soal yang diberikan.

6. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil jawabannya ke depan kelas.

7. Guru dan siswa mendiskusikan jawaban yang diberikan.

8. Guru memberikan cara-cara termudah untuk menyelesaikan soal serupa.

9. Memberi PR kepada tiap-tiap kelompok tentang segitiga dan jajar genjang sebagai penguatan penguasaan materi dalam bentuk soal yang sederhana.

c. Observasi atau pengamatan terhadap tindakan

Observasi dilakukan bersamaan dengan tindakan. Untuk mengamati hal berikut ini:

1. Jumlah siswa yang aktif dan tidak aktif 2. Ketepatan waktu

(32)

d. Refleksi

Analisis, interpretasi dan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan, sehingga bisa diketahui tindakan-tindakan mana yang sudah berhasil sesuai rencana dan tindakan mana yang masih perlu diperbaiki lebih lanjut pada siklus berikutnya.

Siklus II

a. Perencanaan tindakan

1. Mempersiapkan perangkat pembelajaran. 2. Mempersiapkan skenario pembelajaran.

3. Mempersiapkan Mempersiapkan soal untuk pembelajaran kooperatif tipe STAD.

b. Tindakan

1. Guru dan siswa berdiskusi untuk mengkoreksi PR tentang bangun datar segitiga dan jajar genjang.

2. Guru memberikan penjelasan tentang cara mencari luas dan keliling bangun datar segitiga dan jajar genjang.

3. Membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari 5 siswa untuk tiap kelompok.

(33)

5. Masing-masing kelompok bekerja sama untuk memecahkan soal yang diberikan.

6. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil jawabannya kedepan kelas.

7. Guru dan siswa mendiskusikan jawaban yang diberikan.

8. Guru memberikan cara-cara termudah untuk menyelesaikan soal serupa.

9. Memberi PR kepada tiap-tiap kelompok tentang segitiga dan jajar genjang sebagai penguatan penguasaan materi dalam bentuk soal yang sederhana.

c. Observasi

Observasi dilakukan bersamaaan dengan tindakan. Untuk mengamati hal berikut ini:

1. Jumlah siswa yang aktif dan tidak aktif 2. Ketepatan waktu

3. Kendala yang dihadapi 4. Kondisi yang mendukung

d. Refleksi

(34)

3.6 Indikator Keberhasilan

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas IV SDN 2

Kupang Teba Bandar Lampung pada mata pelajaran matematika dalam materi bangun

datar dapat disimpulkan:

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika pada materi bangun datar dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 2 Kupang Teba Bandar Lampung. Hal ini sesuai dengan pengamatan teman sejawat yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I sampai siklus II, dan terjadi peningkatan di setiap siklusnya yaitu rata-rata siklus II meningkat dari siklus I yaitu 29,5% menjadi 88,3%.

(36)

ketuntasan belajar meningkat dari 47% di siklus I menjadi 88% di siklus II meskipun pada umumnya masih belum mendapat nilai yang sempurna.

5.2 Saran

1. Kepada siswa, untuk senantiasa menjaga dan memupuk motivasi belajar dengan demikian semangat belajar akan terus terbina yang secara otomatis akan membentuk budaya senang belajar.

2. Kepada guru, untuk senantiasa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran, karena dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa akan lebih mudah memahami berbagai materi pelajaran karena siswa dapat saling membantu dalam memahami pelajaran yang disampaikan. Selain itu model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menciptakan komunitas belajar (learning comunity) yang pada akhirnya menciptakan kebiasan belajar secara kontinyu, model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memberikan solusi cerdas dalam membantu siswa memahami materi pelajaran karena dapat mereka dapat membantu satu sama lain.

(37)
(38)

DAFTAR PUSTAKA

Agib., 2006. Penelitian Tindakan Kelas. CV Irama Widya. Bandung.

Arindawati., 2004. (online) http://www.sarjanaku.com/2011/03/pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html

Dimyati dan Mudjiono., 1999. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Fathurrohman, Pupuh., 2010. Strategi Belajar Mengajar, Refika Aditama,

Bandung.

Hakim, Thursan,. 2002. Belajar Secara Efektif. Sindur pres, Semarang

Hamalik, Oemar., 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. Ibrahim, M., dkk. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri

Surabaya.

Roestiyah.2001(online) http://www.sarjanaku.com/2011/03/pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html

Sudjana., 2004, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdikarya, Bandung

Gambar

Tabel 2.1
Gambar: Alur pelaksanaan tindakan kelas (Suharsimi: 2007)
Tabel 3.1 Kriteria Tingkat Keberhasilan Siswa

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH MODEL STUDENT TEAM ACHIVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA KELAS IVi. MATERI BANGUN RUANG DAN BANGUN DATAR DI SDN

Dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan alat peraga dan LKS diharapkan dapat membantu peserta didik dalam meningkatkan hasil belajar matematika pada materi

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika pokok behasan luas dan keliling bengun datar dan luas bangun datar dengan menggunakan

Berdasarkan pernyataan di atas, maka akan di lakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Metode Resitasi pada Materi Bangun

Dwi Prasetyo, Benidiktus. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN ALAT PERAGA TERHADAP HASIL BELAJAR. MATEMATIKA SISWA MATERI BANGUN DATAR DI KELAS

Salah satu solusi alternatif agar hasil belajar pada materi pemahaman konsep sifat-sifat bangun datar dapat meningkat, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran

Pada pembelajaran siklus I peneliti melaksanakan tindakan dengan menggunakan model kooperatif STAD untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik materi keliling