Asuhan Keperawatan Klien dengan Masalah Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Oksigenasi Melalui Program DOTS di
Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
Winda Nur Adha
122500131
PROGRAM STUDI DIII
KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan
rahmat yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Klien dengan
Masalah Pemenuhan Kebutuhan Dasar Oksigenasi Melalui Program DOTS di
Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas “ yang disusun dalam rangka
menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan.
Selama penyelesaian KTI ini penulis telah banyak mendapat bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, untuk itu penulis
ingin menghantarkan penghargaan dan terimakasih kepada :
- Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
- Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp. MNS selaku dosen pembimbing KTI yang telah
membimbing dan memberi saran serta dorongan dengan kesabaran selama
penulisan dalam proses penyusunan sampai dengan penyelesaian KTI ini.
- Ibu Erniyati, SKp, MNS selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp. MNS selaku
Wakil Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Bapak
Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS selaku Wakil Dekan III Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara
- Bapak Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes selaku dosen penguji KTI ini
- Koordinator Program Studi DIII Ibu Nur Afi Darti S.Kp. M.Kep
- Kedua orangtua saya, Ibunda tercinta Endah Sumi Rahayu dan Ayahanda
Indra Rianto yang tiada henti-hentinya memberikan dukungan moril,
materil, doa dan bimbingan kepada penulis sekaligus sebagai motivator
terhebat bagi penulis serta kepada Adik tersayang Muhammad Ari Wandi
yang telah mendukung saya.
- Kakak saya Prawita Sari Indayu S.Pd yang telah banyak sekali mendukung
- Sahabat saya, Efriyanti, Mutma’innah, Sri Ayu Lestari, Kurnia Sugesti,
Anitaria Br Tarigan yang selama ini telah mendukung dan memotivasi
penulis dalam penyelesaian KTI ini.
- Teman-teman seperjuangan stambuk 2012 yang saling mendukung dalam
penyelesaian KTI ini.
Penulis tidak dapat memberikan balasan materi, tapi penulis berdoa
semoga Tuhan Yang Maha Pengasih memberikan rezeki berlimpah, kesehatan
yang prima, dan kebahagiaan lahir batin kepada semua pihak yang turut serta
dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.
Tak ada gading yang tak retak, demikian pula dengan Karya Tulis
Ilmiah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan sehingga penulis
mengharapkan saran dan kritikan untuk perbaikan penulisan selanjutnya.
Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi yang membaca terutama bagi
mahasiswa/i Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan USU yang
merupakan generasi penerus profesi perawat. Demikianlah Karya Tulis Ilmiah
ini disusun. Atas perhatian dan kerjasamanya penulis mengucapkan
terimakasih.
Medan, Juni 2015
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR
PEMGESAHAN………. i
KATAPENGANTAR………... ii
DAFTAR ISI……….. iv
Bab I Pendahuluan 1.1Latar Belakang ………. 1
1.2Tujuan……… 3
1.3Manfaat………... 3
Bab II Pengelolaan Kasus 2.1Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi pada Klien TB Paru di Komunitas……….. 5
2.2Konsep TB Paru………. 8
2.3Strategi DOTS……….. 10
2.4Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kasus 1. Pengkajian……….………. 12
2. Analisa Data………..………. 13
3. Rumusan Masalah……….. 14
4. Perencanaan Keperawatan……….. 14
2.5Asuhan Keperawatan Kasus Pada Klien TB Paru di Komunitas 1. Pengkajian………. 16
2. Analisa Data………..………. 26
3. Rumusan Masalah dan Diagnosa Keperawatan.… 27 4. Perencanaan Keperawatan………. 27
5. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan………. 31
Bab III Kesimpulan dan Saran
3.1Kesimpulan……….. 36
3.2Saran……… 36
DAFTAR PUSTAKA……….… 37
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Organ pernafasan merupakan hal yang vital bagi kelangsungan hidup
manusia. Menurut Maslow kebutuhan O2 ditempatkan pada kebutuhan dasar yang
paling utama. Dalam keadaan normal manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa
oksigen lebih dari 4-5 menit (Kozier, 1995).
Organ bernafas pada hakekatnya adalah untuk kelangsungan metabolisme
sel agar dapat melakukan aktivitas secara adekuat. Proses pernafasan merupakan
gabungan antara aktivitas berbagai mekanisme yang berperan dalam proses suplai
oksigen ke seluruh tubuh dan pembuangan karbondioksida sebagai hasil dari
pembakaran sel. Sesuai dengan fungsinya, yaitu menjamin tersedianya oksigen
untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan mengeluarkan karbondioksida
hasil metabolisme sel secara terus menerus (Kozier, 1995).
Dalam mewujudkan visi Indonesia sehat 2010 telah diterapkan misi
pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian
masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan
kesehatan bermutu, merata dan terjangkau serta memelihara dan meningkatkan
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. Seiring dengan cepatnya dalam
perkembangan era globalisasi serta adanya transisi demografi dan epidemiologi
penyakit akibat perilaku dan sosial budaya cenderung semakin kompleks,
perbaikannya tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan kesehatan, perbaikan
pada lingkungan dan merekayasa kependudukan yang selalu teoritis memiliki
andil 30%-50% terhadap derajat kesehatan (Notoadmodjo, 2007).
Mycobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk
dunia, menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian
3 juta orang per tahun (WHO, 1993). Di Negara berkembang kematian ini
merupakan 25 % dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan
pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TB berada di Negara-negara
berkembang, dengan munculnya epidemi HIV/AIDS di dunia jumlah penderita
karena kehamilan, persalinan serta nifas (WHO). WHO merancangkan keadaan
darurat global untuk penyakit TB pada tahun 1993 karena diperkirakan sepertiga
penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB (Suroso, 2007).
Penyakit TB menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif,
penderita TB kebanyakan dari kelompok sosio ekonomi rendah. Dari 1995-1998,
cakupan penderita TB paru dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment
ShortcourseChemotherapy) atau pengawasan langsung menelan obat jangka
pendek/setiap hari baru mencapai 36% dengan angka kesembuhan 87%. Sebelum
strategi DOTS (1969-1994) cakupannya sebesar 56% dengan angka kesembuhan
yang dapat dicapai hanya 40-60%. Karena pengobatan yang tidak teratur dan
kombinasi obat yang tidak cukup dimasa lalu kemungkinan telah timbul
kekebalan kuman TB terhadap OAT (obat anti tuberkulosis) secara meluas atau
multi drug resistance (MDR) (Suroso, 2007).
Di Indonesia tiap tahunnya terjadi 175.000 kematian akibat TB dan
terdapat 450.000 kasus TB paru (WHO). Di Kelurahan Harjosari penyakit TB
paru menduduki urutan ke 7 dari 10 urutan penyakit-penyakit lain, dimana data
ini didapatkan dari hasil survei di Puskesmas Kelurahan Harjosari dan ketika
dilakukan pengkajian tentang penyakit yang dialami masyarakat di lingkungan
tersebut, banyak sekali masyarakat yang menderita TB paru. Berkaitan dengan hal
tersebut, penulis tertarik untuk mengambil kasus tentang TB paru dan membuat
Karya Tulis Ilmiah berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Oksigenasi pada Kasus TB Paru Melalui Program
1.2Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan klien dengan masalah pemenuhan
kebutuhan dasar Oksigenasi pada kasus TB ParudiKelurahan Harjosari II
Medan Amplas.
2. Tujuan Khusus
a) Melakukan pengkajian pada klien dengan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi dengan diagnosa medis Tuberkulosis Paru di Kelurahan
Harjosari II Medan Amplas.
b) Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien pemenuhan kebutuhan
oksigenasi dengan diagnosa medis Tuberkulosis Paru di Kelurahan
Harjosari II Medan Amplas.
c) Menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi dengan diagnosa medis Tuberkulosis Paru di
Kelurahan Harjosari II Medan Amplas.
d) Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi dengan diagnosa medis Tuberkulosis Paru di
Kelurahan Harjosari II Medan Amplas.
e) Melakukan evaluasi Asuhan Keperawatan pada pasien dengan pemenuhan
kebutuhanoksigenasi dengan diagnosa medis Tuberkulosis Paru di
Kelurahan Harjosari II Medan Amplas.
f) Melakukan pendokumentasian Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan diagnosa medis Tuberkulosis
Paru di Kelurahan Harjosari II Medan Amplas.
1.3Manfaat Penulisan
1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat membantu klien dengan masalah pemenuhan
kebutuhan dasar oksigenasi pada kasus TB paru dengan memberikan
pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada kasus TB paru di Kelurahan
Harjosari II Medan Amplas.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat memperkarya konsep atau teori dalam
perkembangan ilmu pengetahuan yang terkait dengan asuhan keperawatan
pada klien dengan masalah pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada
kasus TB paru di Kelurahan Harjosari II Medan Amplas.
3. Bagi Penelitian Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data awal dan dapat
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
2.1Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi pada Klien TB Paru di Komunitas
1. Konsep dasar oksigenasi
Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel
dan jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme
tubuh secara terus menerus. Oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses
bernafas. Di atmosfer gas selain oksigen juga terdapat karbon dioksida (CO2),
nitrogen (N2), dan unsur-unsur lain seperti argon dan helium. Pemenuhan
kebutuhan oksigen tubuh sangat ditentukan oleh adekuatnya sistem
pernafasan, sistem kardiovaskuler, dan sistem hematologi (Asmadi, 2008).
Sistem pernafasan atau respirasi berperan dalam menjamin ketersediaan
oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas.
Proses oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen di atmosfer, kemudian
oksigen masuk melalui organ pernafasan bagian atas seperti hidung atau
mulut, faring, laring dan selanjutnya masuk ke organ pernafasan bagian bawah
seperti trakea, bronkus utama, bronkus sekunder, bronkus tersier, terminal
bronkiolus dan selanjutnya masuk ke alveoli.Proses bernafas merupakan
proses yang kompleks dan tergantung pada perubahan volume yang terjadi
pada rongga toraks dan perubahan tekanan. Adanya perbedaan tekanan yang
terjadi mengakibatkan perubahan rongga toraks menjadi lebih besar atau
mengecil.Inspirasi terjadi ketika tekanan alveoli di bawah tekanan atmosfer.
Otot yang paling penting dalam inspirasi adalah diafragma, ketika diafragma
berkontraksi bentuknya menjadi datar dan menekan bagian bawahnya yaitu isi
abdomen dan mengangkat iga. Keadaan ini menyebabkan pembesaran organ
toraks dan paru-paru.Selama pernafasan biasa, ekspirasi merupakan proses
pasif, tidak ada kontraksi otot-otot aktif. Pada akhir inspirasi, otot-otot
ekspirasi relaks, membiarkan elastisitas paru dan rongga dada untuk mengisi
volume paru. Ekspirasi terjadi ketika tekanan alveolus lebih tinggi dari
Relaksasi diafragma dan otot intcrosta eksterna mengakibatkan recoil
elastis dinding dada dan paru sehingga terjadi peningkatan tekanan alveolus
dan menurunkan volume paru. Dengan demikian, udara bergerak dari
paru-paru ke atmosfer.Sistem kardiovaskuler juga berperan dalam proses
oksigenasi ke jaringan tubuh, yaitu berperan dalam transfortasi oksigen.
Oksigen ditransportasikan ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Aliran darah
yang adekuat dapat terjadi apabila fungsi jantung normal, dengan demikian,
kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat ditentukan oleh adekuatnya
fungsi jantung. Fungsi jantung yang adekuat dapat dilihat dari kemampuan
jantung memompa darah dan perubahan tekanan darah.Sel darah yang sangat
berperan dalam oksigenasi adalah sel darah merah, karena di dalamnya
terdapat hemoglobin yang mampu mengikat oksigen. Setelah didifusi dari
kapiler pulmonal, oksigen dibawa ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi
sistemik. Setiap 100 ml darah yang meninggalkan kapiler alveolus membawa
20 ml oksigen. Molekul oksigen dibawa dalam darah melalui 2 jalur yaitu
melalui ikatan dengan hemoglobin sekitar 97% dan larut melalui plasma
sekitar 3%.Setiap sel darah mempunyai kira-kira 280 juta hemoglobin,
sehingga kemampuan sel darah untuk membawa oksigen sangat besar.
Persentase hemoglobin yang mengandung oksigen disebut saturasi
hemoglobin. Jika semua molekul Hb dapat mengikat oksigen maka
saturasinya menjadi 100%. Jika rata-rata setiap Hb membawa 2 molekul
oksigen, maka saturasinya menjadi 50%. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi ikatan hemoglobin dengan oksigen di antaranya tekanan
parsial oksigen dalam darah, Ph darah, temperatur dan aktifitas metabolism
dalam sel darah merah (Potter & Perry, 2010).
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap. Sewaktu-waktu tubuh
memerlukan oksigen yang banyak oleh karena suatu sebab. Kebutuhan
oksigen dalam tubuh di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain (Asmadi,
2008) :
a) Lingkungan
Pada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan terjadinya
vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke
kulit. Hal tersebut mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit.
oksigen meningkat. Sebaliknya pada lingkungan yang dingin, pembuluh
darah mengalami konstriksi dan penurunan tekanan darah sehingga
menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen
b) Latihan fisik
Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut
jantung dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin
tinggi
c) Emosi
Cemas, takut, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga
kebutuhan oksigen meningkat
d) Gaya hidup
Kebiasaan merokok akan mempengaruhi status oksigenasi seseorang
sebab merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh
darah arteri
e) Status kesehatan
Pada orang sehat, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi berfungsi
dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secara
adekuat. Sebaliknya, orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun
penyakit pernapasan dapat mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan oksigen tubuh
Faktor-faktor perkembangan dan proses penuaan yang normal
mempengaruhi oksigenasi jaringan yaitu (Potter & Perry, 2010).
a) Bayi dan anak-anak beresiko terkena infeksi saluran nafas atas karena
sering terpapar asap rokok. Infeksi saluran nafas atas biasanya tidak
berbahaya dan bayi atau anak-anak, dan dapat sembuh tanpa mengalami
kesulitan.
b) Anak-anak usia sekolah dan remaja usia terpapar infeksi pernafasan dan
fakto-faktor risiko pernapasan seperti asap rokok dan merokok. Individu
yang mulai merokok sejak remaja dan terus merokok sampai usia
pertengahan memiliki risiko tinggi untuk menderita penyakit
kardiopulmonal dan kanker paru.
c) Dewasa muda dan dewasa pertengahan merupakan faktor risiko
olahraga, stress, penggunaan obat bebas dan obat yang diresepkan yang
tidak sesuai dan merokok.
d) Lansia, sistem pernafasan dan jantung mengalami perubahan sepanjang
proses penuaan. Perubahan dihubungkan dengan klasifikasi katup jantung,
nodus SA, dan tulang rawan iga. Oestoporosis menyebabkan perubahan
ukuran dan bentuk toraks.
2.2Konsep TB Paru
TB paru adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis
(Mycobacterium Tuberculosis). Kuman ini masuk melalui saluran nafas, saluran
pencernaan dan lukaan terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis
terjadi melalui udara yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung
kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. TB paru disebabkan
oleh mycobacterium tuberculosis, kuman ini bersifat tahan asam dapat merupakan
organisme pathogen maupun saprofit (Price, 1995).
Mycobacterium tuberculosis merupakan penyebab dari TB paru, kuman
ini bersifat aerob sehingga sebagian besar kuman menyerang jaringan yang
memiliki konsentrasi tinggi seperti paru-paru. Kuman ini sejenis berbentuk batang
dengan ukuran panjang 1-4 μm dan tebal 0,3-0,6 μm , mempunyai sifat khusus
yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut sebagai Basil
Tahan Asam (BTA). Kuman ini cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi
dapat bertahan hidup sampai beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.
Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman (tertidur lama) selama beberapa
tahun (Aditama, 2002).
Faktor lain yang dapat menyebabkan seseorang terinfeksi oleh
mycobacterium tuberkulosis dapat terjadi oleh faktor Umur, faktor jenis kelamin,
tingkat pendidikan, dan kebiasaan merokok. Infeksi tuberkulosis aktif meningkat
secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya
mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru
adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun. Pada tahun 1996 jumlah
penderita TB Paru laki-laki hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah penderita
TB Paru pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9 % pada wanita.
Antara tahun 1985-1987 penderita TB paru laki-laki cenderung meningkat
paru Iebih banyak terjadi pada laki dibandingkan dengan wanita karena
laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan
terjangkitnya TB paru.Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi
terhadap pengetahuan seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi
syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit TB Paru, sehingga dengan
pengetahuan yang cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai
perilaku hidup bersin dan sehat. Selain itu tingkat pedidikan seseorang akan
mempengaruhi terhadap jenis pekerjaannya (Achmadi, 2000).
Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap
individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel debu
di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran
pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas,
terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernafasan dan umumnya TB Paru.
Merokok juga diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan resiko
untuk mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis kronik
dan kanker kandung kemih.Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk
terkena TB paru sebanyak 2,2 kali. Dengan adanya kebiasaan merokok akan
mempermudah untuk terjadinya infeksi TB Paru (Achmadi, 2005).
Gejala klinis TB paru ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu :
1. Gejala Sistemik
a) Demam
Gejala pertama TB paru, demam ini biasanya terjadi pada sore hari dan
malam hari dengan suhu 400C-410C
b) Malaise
Rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, sakit kepala, lelah, dan siklus haid bisa terganggu.
2. Gejala respiratorik
Batuk disertai sputum lebih dari 3 minggu, sesak nafas, nyeri dada dan
terkadang batuk darah.Adapun pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi
apakah seseorang menderita TB paru adalah kultur sputum, ziehl nelsheen,
test kulit (mantoux test), foto thorax dan pemeriksaan fungsi paru.Adapun
terapi obat-obatan, adapun cara melalui pendidikan kesehatan dengan isolasi
penderita untuk mencegah penyebaran infeksi, memakan obat dengan teratur,
meningkatkan kekebalan tubuh dengan vaksinasi BCG pada anak,
memperbaiki standart hidup dengan cara mengonsumsi makanan sehat,
perumahan dengan ventilasi yang baik, istirahat dan tidur yang cukup (Potter
& Perry, 2010).
Awalnya pengobatan jangka panjang (1,5-2 tahun), suntikan
streptomsysin INH dan etambutol. Saat ini pengobatan jangka pendek (6
bulan), dengan penggunaan OAT mengandung rifamfisin, pirazinamid,
sebagai panduan terapi awal : INH. Efektivitas tergantung pada panduan obat,
jalan obat dan lamanya dan kriteria keberhasilan pengobatan : konversi BTA
(-) setelah 2 bulan pengobatan (Depkes, 2005).
Tabel obat TB paru
Nama obat Dosis obat perhari Dosis maksimal perhari
Rifamfisin 10-20 mg/kg BB 450 mg
INH (isoniazid) 10 mg/kg BB 300 mg
Pirazinamide 30-35 mg/kg BB 1500 mg
Streptomisin 20-30 mg/kg BB 750 mg
Etambutol 15-20g/kg BB 800 mg
2.3Strategi DOTS
Fokus utama DOTS (Directly Observed
TreatmentShortcourseChemotherapy) adalah penemuan dan penyembuhan
penderita, prioritas diberikan kepada penderita TB tipe menular. Strategi ini
memutuskan penularan TB dan dengan demikian menurunkan insidens TB di
masyarakat. Menemukan dan menyembuhkan penderita merupakan cara terbaik
dalam upaya pencegahan penularan TB. Hal ini memerlukan pengelolaan yang
lebih spesifik, karena dibutuhkan kedisplinan dalam penerapan semua standar
prosedur operasional yang ditetapkan, disamping itu perlu adanya koordinator
dan terapi yang benar, dan dukungan yang kuat dari jajaran direksi rumah sakit
berupa komitmen dalam pengelolaan penanggulangan TB (Depkes, 2007).
Upaya penanggulangan TB dimulai pada awal tahun 1990-an WHO dan
IUALTD (International Union Against Tb and Lung Diseases) telah
mengembangkan strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai strategi
DOTS, dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis
paling efektif (cost efective). WHO telah merekomendasikan strategi DOTS
sebagai strategi dalam penanggulangan TB sejak tahun 1995. Bank dunia
menyatakan strategi DOTS sebagai salah satu intervensi kesehatan yang paling
efektif. Integrasi ke dalam pelayanan kesehatan dasar sangat dianjurkan demi
efisiensi dan efektifitasnya. Satu studi cost benefit yang dilakukan oleh WHO di
Indonesia menggambarkan bahwa dengan menggunakan strategi DOTS, strategi
DOTS terdiri atas 5 komponen, yaitu :
1. Dukungan institusi pelayanan kesehatan terkait dengan program DOTS
sebagai pengobatan TB paru
2. Mikroskop
Mikroskop merupakan komponen utama untuk mendiagnosa penyakit TB
melalui pemeriksaan dahak langsung pada penderita tersangka TB.
3. Pengawas Menelan Obat (PMO)
PMO ini yang akan ikut mengawasi penderita menelan obatnya,
keberadaannya untuk memastikan bahwa penderita betul menelan obatnya dan
bisa sembuh pada masa akhir pengobatannya. PMO haruslah dikenal dan
dipercaya oleh penderita maupun oleh petugas kesehatan yang berasal dari
petugas kesehatan sendiri, keluarga, tokoh masyarakat maupun agama.
4. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan ini merupakan bagian dari sistem surveilans
penyakit TB. Dengan rekam medik yang dicatat dengan baik dan benar akan
bisa dipantau kemajuan pengobatan penderita, pemeriksaan follow up,
sehingga akhirnya penderita dinyatakan sembuh atau selesai pengobatannya.
5. Panduan OAT jangka pendek
Panduan OAT jangka pendek yang benar, termasuk dosis dan jangka waktu
2.4Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kasus 1. Pengkajian
I. Identitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status
perkawinan.
II. Keluhan Utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB paru meminta
pertolongan dari tim kesehatan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a) Keluhan respiratoris
Batuk, nonproduktif/ produktif atau sputum bercampur darahBatuk
darah, jumlah darah yang keluar atau hanya berupa bloodstreak,
berupa garis, atau bercak-bercak darah, sesak napas, nyeri dada.
b) Keluhan sistematis
Demam, timbul pada sore atau malam hari mirip demam influenza,
hilang timbul, dan semakin lama semakin panjang serangannya,
sedangkan masa bebas serangan semakin pendek. Keluhan sistemis
lain: keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan, dan malaise.
III.Riwayat penyakit saat ini
Pada umumnya TBC sering mengalami panas lebih dari 2 minggu sering
terjadi bentuk berulang-ulang, anorexia, lemah, berkeringat banyak pada
malam hari dan hemaptoe
IV. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya
klien pernah menderita TB paru, keluhan batuk lama pada masa kecil,
tuberkulosis dari organ lain, pembesaran getah bening, dan penyakit lain
yang memperberat TB paru seperti diabetes mellitus. Tanyakan mengenai
obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu yang relevan,
obat-obat ini meliputi obat OAT dan antitusif. Catat adanya efek samping
yang terjai di masa lalu. Kaji lebih dalam tentang seberapa jauh penurunan
paru berhubungan erat dengan proses penyembuhan penyakit serta adanya
anoreksia dan mual yang sering disebabkan karena meminum.
V. Riwayat Penyakit Keluarga
Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu
menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga
lainnya sebagai faktor predisposisi di dalam rumah.
VI. Pengkajian Psiko-sosio-spiritual
Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Klien dengan TB paru sering
mengalami kecemasan bertingkat sesuai dengan keluhan yang dialaminya.
VII.Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan TB paru meliputi pemerikasaan fisik
umum per sistem dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda
vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel),
dan B6 (Bone) serta pemeriksaan yang fokus pada B2 dengan pemeriksaan
menyeluruh sistem pernapasan.
VIII.Keadaan Umum dan Tanda-tanda Vital
Keadaan umum pada klien dengan TB paru dapat dilakukan secara selintas
pandang dengan menilai keadaaan fisik setiap bagian tubuh. Selain itu,
perlu di nilai secara umum tentang kesadaran klien yang terdiri atas
compos mentis, apatis, somnolen, sopor, soporokoma, atau koma.Hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan TB paru biasanya
didapatkan peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas
meningkat apabila disertai sesak napas, denyut nadi biasanya meningkat
seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan.
2. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengaitkan data dan
dan objektif, dimana data subjektif ini didapatkan perawat dari keluhan yang
dirasakan klien pada saat sakit. Sedangkan data objektif ini didapatkan
perawat dari hasil pengamatan maupun dari hasil pemeriksaan yang dilakukan
terhadap klien seperti pemeriksaan tanda-tanda vital, sehingga dapat diketahui
apa masalah kesehatan ataupun masalah keperawatan yang dihadapi oleh klien
pada saat itu.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan analisa data yang diperoleh, maka dapat diketahui masalah
kesehatan dan masalah keperawatan yang dihadapi oleh klien yang
selanjutnya dapat dilakukan intervensi. Namun masalah yang telah
dirumuskan tidak mungkin dapat diatasi sekaligus. Oleh karena itu perawat
harus membuat prioritas masalah (Bambang,2009).
Dimana kriteria penentuan prioritas masalah keperawatan ini ditentukan
berdasarkan hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Abraham H. Maslow.
4. Perencanaan
Rencana keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan
diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan klien (Bambang, 2009).
Jadi perencanaan asuhan keperawatan klien disusun berdasarkan
diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan harus
mencakup elemen-elemen berikut ini :
1. Perumusan tujuan
Perumusan tujuan ini adalah sebagai patokan untuk mencapai hasil yang
sudah ditetapkan.
2. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
Adapun langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan antara lain
sebagai berikut :
a) Identifikasi tindakan alternative keperawatan
b) Tetapkan tekhnik dan prosedur yang akan dilakukan
c) Tindakan yang akan dilaksanakan harus memenuhi kebutuhan klien
e) Tindakan harus bersifat realistis
3. Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan
Kriteria hasil adalah suatu hasil yang diharapkan dari suatu tujuan dan
rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan.
1. Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN
KASUS :
Seorang klien bernama Tn.M, umur 45 tahun, jenis kelamin laki-laki,
agama Islam, suku bangsa Jawa, sehari-hari menggunakan Bahasa Indonesia,
pendidikan SMA, profesi sebagai tukang becak, status sudah menikah, alamat
jalan Bajak 2H Gg. Mushola Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas.
Saat dikaji klien mengeluh batuk lebih dari 30 hari dan mengeluarkan
sputum, batuk dengan rasa panas ditenggorokan, kadang Tn.M mengalami sesak
nafas serta nyeri dada. Setelah lewat dari 30 hari terdapat darah segar berwarna
merah muda pada batuknya. Selain itu Tn.M mengalami demam pada sore hari
dan malam hari disertai keringat malam, anoreksia, penurunan BB serta malaise
selama 2 hari sebelum berobat.
Tn.M sudah mendapatkan obat TBC dari dokter 2 hari yang lalu,
sehari-hari klien bekerja sebagai tukang becak siang maupun malam tanpa menggunakan
safety yang memadai. Tn.M kadang-kadang batuk ketika bekerja disertai nyeri
dada. Tn.M juga merupakan pecandu rokok yang berat, klien selalu merokok 2
bungkus/hari dan sering jajan sembarangan.
Klien hidup di tempat tinggalnya ada 5 orang yaitu klien sendiri, istrinya,
beserta 3 orang anaknya. Rumah pasien tergolong tidak sehat dan sempit, karena
berukuran panjang 9 m dan lebar 5 m, jadi luas rumahnya hanya 45m2 saja.
Setelah ditanyakan riwayat kesehatan keluarga, klien mengatakan bahwa tidak
ada anggota keluarganya yang menderita TB paru.
Klien terlihat letargi dengan BB klien sekarang 47 kg, TB 160 cm, TD
klien saat itu 110/80 mmHg, suhu 38,50C, denyut nadi 71x/menit dan frekuensi
nafas 18x/menit. Status gizi klien kurang baik / malnutrisi, mukosa bibir kering,
turgor kulit baik. Setelah klien berobat 2 hari yang lalu klien diberikan terapi
Berdasarkan penugasan sesuai dengan jadwal mahasiswa/i praktek pada
tanggal 18 Mei – 22 Mei di Komunitas yaitu di Kelurahan Harjosari II Kecamatan
Medan Amplas. Pada penugasan tersebut ditemukan seorang klien Tn.M dengan
masalah medis Tuberkulosis Paru dengan masalah keperawatan pasien tersebut
diangkat oleh penulis menjadi klien kelolaan.
Pengkajian keperawatan pertama kali dilakukan pada tanggal 19 Mei 2015
pada klien Tn.M. Seorang klien bernama Tn.M, umur 45 tahun, jenis kelamin
laki-laki, agama Islam, suku bangsa Jawa, sehari-hari menggunakan Bahasa
Indonesia, pendidikan SMA, profesi sebagai tukang becak, status sudah menikah,
alamat jalan Bajak 2H Gg. Mushola Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan
Amplas dengan masalah keperawatan gangguan kebutuhan dasar pada masalah
oksigenasi.
Saat dikaji klien mengeluh batuk lebih dari 30 hari dan mengeluarkan
sputum, batuk dengan rasa panas ditenggorokan, kadang Tn.M mengalami sesak
nafas serta nyeri dada. Setelah lewat dari 30 hari terdapat darah segar berwarna
merah muda pada batuknya. Selain itu Tn.M mengalami demam pada sore hari
dan malam hari disertai keringat malam, anoreksia, penurunan BB serta malaise
selama 2 hari sebelum berobat.
Tn.M sudah mendapatkan obat TBC dari dokter 2 hari yang lalu,
sehari-hari klien bekerja sebagai tukang becak siang maupun malam tanpa menggunakan
safety yang memadai. Tn.M kadang-kadang batuk ketika bekerja disertai nyeri
dada. Tn.M juga merupakan pecandu rokok yang berat, klien selalu merokok 2
bungkus/hari dan sering jajan sembarangan.
Klien hidup di tempat tinggalnya ada 5 orang yaitu klien sendiri, istrinya,
beserta 3 orang anaknya. Rumah pasien tergolong tidak sehat dan sempit, karena
berukuran panjang 9 m dan lebar 5 m, jadi luas rumahnya hanya 45m2 saja.
Setelah ditanyakan riwayat kesehatan keluarga, klien mengatakan bahwa tidak
ada anggota keluarganya yang menderita TB paru.
Pada pemeriksaan wajah warna kulit tampak sawo matang dengan struktur
wajah oval dan simetris dan tidak ada pembengkakan. Mata lengkap dan simetris
antara kiri dan kanan, palpebra tidak ada oedema, konjungtiva tidak anemis,
sklera coklat muda tidak ikterus, pupil merah dan coklat muda, kornea bulat
merata, iris simetris berbatas jelas, ketajaman penglihatan baik tekanan bola mata
Pada pemeriksaan hidung, tulang hidung tepat di tengah, posisi septum
nasi simetris, lubang hidung normal tidak ada polip atau sekret dan tidak ada
gangguan pada indera pembau, bersih dan tidak ada sumbatan, tidak ada
pernafasan cuping hidung. Bentuk daun telinga normal, dan simetris, ukuran
telinga simetris kiri dan kanan, lubang telinga paten dan bersih, ketajaman
pendengaran baik dan tidak ada gangguan pendengaran.
Pada pemeriksaan mulut dan faring didapati dengan keadaan mukosa bibir
kering ,dan gigi normal tidak ada pembengkakan dan tidak ada perdarahan pada
lidah atau stomatitis. Posisi trachea normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
suara normal. Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada distensi vena
jugularis, denyut nadi karotis teraba.
Pada pemeriksaan integumen kebersihan tampak sedikit bersih. Akral
hangat, warna kulit sawo matang, turgor kulit kembali pada 2 detik, kelembaban
dan kelainan pada kulit sering berkeringat dingin pada malam hari. Pada
pemeriksaan thoraks/dada normal, simetris, pernafasan (frekuensi, irama)
18x/menit . Klien tampak sulit bernafas akibat batuk dan sesak dan auskultasi
suara nafas ada suara tambahan yaitu wheezing.
Dari hasil pengkajian klien terlihat letargi dengan BB klien sekarang 47
kg, TB 160 cm, TD klien saat itu 110/80 mmHg, suhu 38,50C, denyut nadi
71x/menit dan frekuensi nafas 18x/menit. Status gizi klien kurang baik /
malnutrisi, mukosa bibir kering, turgor kulit baik. Setelah klien berobat 2 hari
yang lalu klien diberikan terapi isoniazid, pirazinamid, rifamfisin dan etambutol
PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN KOMUNITAS KELURAHAN HARJOSARI II MEDAN AMPLAS
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.M
Tempat/tanggal lahir : Medan, 22 Juni 1970
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 45 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tukang Becak
Alamat : Jln. Bajak 2H Gg. Mushola, Kelurahan
Harjosari II Kecamatan Medan Amplas.
Tanggal Pengkajian : 19 Mei 2015
Diagnosa Medis : Tuberkulosis Paru
II. KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh batuk lebih dari 30 hari dengan mengeluarkan sputum,
batuk dengan rasa panas ditenggorokan, kadang mengalami sesak nafas serta nyeri
dada. Setelah lewat 30 hari terdapat darah segar berwarna merah muda pada
batuknya. Selain itu klien mengalami demam pada sore hari dan malam hari
disertai dengan keringat malam, anoreksia, penurunan BB serta malaise selama 2
III.RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya
Klien mengeluh batuk lebih dari 30 hari dan mengeluarkan sputum, batuk
dengan rasa panas ditenggorokan dan klien juga merasakan sesak nafas
serta nyeri dada.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Selama 2 hari sebelum berobat klien diberikan obat TBC oleh dokter dan
sehari-hari klien bekerja sebagai tukang becak siang maupun malam sudah
menggunakan safety serta perlahan mengurangi merokok dan jajan
sembarangan.
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
Klien merasakan sesak nafas seperti tercekik dan batuk ketika bekerja
disertai nyeri dada
2. Bagaimana dilihat
Setelah dilihat/diamati ternyata klien pecandu rokok berat dalam sehari
klien bisa menghabiskan 2 bungkus rokok
C. Region
1. Dimana lokasinya
Sesak nafas pada pasien tuberkulosis disebabkan oleh penyakit yang luas
pada paru atau oleh penggumpalan cairan di rongga pleura sebagai
komplikasi TB paru
2. Apakah menyebar
Iya dapat menyebar atau menular dikarenakan ditularkan dari orang ke
orang, terutama melalui saluran nafas dengan menghisap atau menelan
tetes-tetes ludah/dahak (droplet infection) yang mengandung hasil dan
dibatukkan oleh penderita TBC
D. Severty
Sejauh ini klien merasakan sesak nafas saat bekerja sebagai tukang becak
menimbulkan respon batuk dan mengeluarkan sputumyang berulang selama 30
hari
E. Time
Klien mengeluh batuk lebih dari 30 hari dan mengeluarkan sputum, batuk
dengan rasa panas ditenggorokan, kadang mengalami sesak nafas serta nyeri
dada. Setelah lewat dari 30 hari terdapat darah segar berwarna merah muda
pada batuknya. Selain itu mengalami demam pada sore hari dan malam hari
disertai keringat malam, anoreksia, penurunan BB serta malaise selama 2 hari
sebelum berobat dan klien juga bekerja sebagai tukang becak siang maupun
malam tanpa menggunakan safety yang memadai. Klien juga merupakan
pecandu rokok yang berat, selalu merokok 2 bungkus/hari dan sering jajan
sembarangan.
IV.RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit parah dan tidak pernah dirawat
di Rumah Sakit, klien hanya menderita demam-demam biasa saja.
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan yang diderita keluarganya baik
orang tua atau saudara kandung , dan keluarga klien tidak ada yang menderita
penyakit TB paru.
VI.RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Klien merasa cemas dengan keadaan sekarang.
B. Konsep Diri :
- Gambaran diri :
Klien merasa dirinya adalah seorang anggota masyarakat yang baik dan
kepala keluarga yang baik.
- Ideal diri :
Klien tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai tukang becak karena sakit.
Klien merasa bahwa dirinya berharga bagi anggota keluarga yang lain dan
ingin segera cepat sembuh.
- Peran diri :
Klien bekerja sebagai tukang becak yang rajin dan sebagai kepala keluarga
yang baik bagi anggota keluarganya.
- Identitas :
Klien berjenis laki-laki dan senang dengan identitasnya sebagai laki-laki.
C. Keadaan emosi :
Klien mengatakan menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan dan tim medis
tentang kondisi penyakitnya, tingkat kecemasan ringan dengan tanda-tanda
klien menyerahkan kesembuhannya pada Tuhan Yang Maha Esa dan tim
medis, ekspresi wajah tampak tenang karena klien percaya dirinya bisa
disembuhkan.
D. Hubungan sosial :
Klien mengikuti kegiatan sosial yang ada di lingkungan rumahnya tersebut,
seperti perwiritan pada malam rabu. Hubungan dengan keluarga dan orang lain
baik.
E. Spiritual :
Klien melaksanakan sholat 5 waktu di rumah, dan klien sering ke mesjid
apabila sholat maghrib serta mengikuti perwiritan yang ada di lingkungan
rumahnya. Klien biasanya suka berkumpul-kumpul dengan tetangganya
apabila ada waktu luang, klien lebih senang bersosialisasi daripada di rumah
saja.
VII. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum
Klien tampak lemah, kurus, dan sering batuk-batuk.
B. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh : 38,50C
Nadi : 71 x/menit
Pernafasan : 18 x/menit
TB : 160 cm
BB : 47 kg
C. Pemeriksaan Head to toe Kepala dan rambut
- Bentuk : Bulat dan simetris
- Kulit kepala : Bersih, tidak berketombe dan tidak ada pembengkakan
Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut : Penyebaran rambut merata,
kebersihan terjaga dan rambut baik dan berwarna hitam
- Bau : Tidak adabau dan tidak kotor, klien rajin membersihkan
rambutnya
- Warna kulit: Sawo matang
Wajah
- Warna kulit : Sawo matang
- Struktur wajah : Simetris, tidak ada pembengkakan
Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan :Lengkap, simetris kiri dan kanan
- Palpebra :Tidak ada oedema
- Konjungtiva dan sclera :Konjungtiva tidak anemis, dan sklera
tidak ikterus
- Pupil :Ishokor, reflek tehadap cahaya positif
- Cornea dan iris :Tidak ada kelainan
Hidung
- Tulang hidung dan posisi septum nasi : Normal dengan letak medial
- Lubang hidung : Simetris, tidak ada polip atau sekret dan tidak ada
- Cuping hidung : Normal, klien bernafas tidak menggunakan cuping
hidung
Telinga
- Bentuk telinga : Simetris antara kanan dan kiri
- Ukuran telinga : Normal, tidak ada pembengkakan
- Lubang telinga :Tidak ada serumen dan tidak ada gangguan
pendengaran
Mulut
- Keadaan bibir : Simetris dengan keadaan mukosa bibir kering
- Keadaan gusi dan gigi : Normal dan tidak ada pembengkakan
- Keadaan lidah : Normal, tidak ada stomatitis
Leher
- Thyroid : Tidak ada pembesaran pembengkakan kelenjar tyroid
Pemeriksaan integument
- Kebersihan : Permukaan kulit tampak sedikit bersih
- Warna : Warna kulit sawo matang
- Turgor : Turgor pada kulit kembali dalam 2 detik
- Kelembaban : Akral hangat, sering berkeringat dingin
malam hari
- Kelainan pada kulit : Tidak ada edema, sianosis (-)
Pemeriksaan thoraks/dada
- Bentuk dada : Simetris antara kiri dan kanan
- Pernafasan : Frekuensi bernafas 18x/menit
- Tanda kesulitan bernafas : Klien tampak sulit bernafas akibat batuk dan
sesak.
Pemeriksaan paru
- Palpasi getaran suara : Normal
VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
a. Persepsi klien terhadap sehat sakit
Klien mengatakan bahwa sakit yang dideritanya akan dapat segera sembuh,
karena dirinya yakin bahwa obat yang diberikan oleh dokter tersebut bisa
menyembuhkan penyakit yang dideritanya.
b. Kebiasaan
Klien sering sekali tidak menggunakan safety yang aman ketika bekerja,
sering jajan sembarangan dan merokok sampai 2 bungkus perhari.
c. Pola nutrisi
Klien makan 3 kali sehari dengan porsi yang sedikit dan sering tidak habis,
sebab klien tidak begitu selera makan setelah menderita penyakit TB paru
tersebut. Klien minum sebanyak 5-6 gelas sehari.
d. Pola istirahat dan tidur
Klien tidur ± 7-8 jam/hari dari jam 22.00-06.00 WIB dan sebelum tidur
klien mempunyai kebiasaan menonton TV.
e. Pola eliminasi
Klien mengatakan BAB 1-2 kali/hari dan BAK 5-6 kali/hari
f. Kebiasaan olahraga
Klien mengatakan jarang melakukan kegiatan olahraga
g. Kemampuan melakukan aktifitas
Klien masih mampu melakukan aktifitas sehari-hari tanpa dibantu orang
lain, klien masih mampu mencari nafkah dengan bekerja sebagai tukang
becak.
h. Rekreasi
Klien mengatakan apabila ada hari libur klien dan keluarganya pergi
mengunjungi tempat rekreasi seperti ke kolam renang.
IX. RIWAYAT TERAPI
Pengobatan TB terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif dan fase lanjutan.
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap
intensif ini diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak
menular dalam kurun waktu 2 minggu. Pada umumnya lama pengobatan
dalam 2 bulan. Pada tahap lanjutan pasien diberikan obat oleh dokter sebanyak
5 macam, yaitu : isoniazid, pirazinamid, etambutol, rifamfisin dan multivitamin
tambahan. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.
2. ANALISA DATA
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 19 Mei – 21
Mei 2015, dari data-data yang diperoleh dilakukan analisa data dengan
mengelompokkan data objek dan data subjek.
Tabel 2.1. Analisa Data
No. Data Penyebab Masalah Keperawatan
1. DS : Klien mengatakan
sesak nafas dan nyeri dada
DO : Terdengar suara
tambahan wheezing, klien
tampak lemas dan terdapat
penarikan intercosta
Infeksi saluran nafas ↓
Filtrasi sel radang ↓
pada saluran nafas
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
2. DS : Klien mengatakan
tidak selera makan dan
nafsu makan menurun
DO : Klien tampak lemah,
kurus dan bibir tampak
Ansietas ↓ Cemas
↓
Peningkatan asam
lambung mual/muntah ↓
Intake in adekuat
3. RUMUSAN MASALAH
MASALAH KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)
Masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam bentuk diagnosa
keperawataan berdasarkan keterkaitan dan faktor-faktor yang menandai masalah
yaitu data subjek dan data objek yang telah di kaji. Dari hasil perumusan diperoleh
diagnosa keperawatan yaitu:
Tanggal 19 Mei 2015 ditegakkan diagnosa keperawatan:
a) Gangguan bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan sputum d/d klien
mengatakan sesak dan terdengar suara tambahan wheezing
Tanggal 20 Mei 2015 ditegakkan diagnosa keperawatan:
b) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
intake in adekuat d/d nafsu makan klien menurun, klien tampak lemah dan
bibir tampak kering
4. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL
Setelah melakukan pengkajian keperawatan, dari data yang diperoleh
dilakukan analisa dan menemukan masalah-masalah keperawatan kemudian
perencanaan tindakan keperawatan untuk memberi asuhan keperawatan kepada
Tn.M. Perencanaan keperawatan dan rasional dari setiap diagnosa dapat dilihat di
tabel berikut:
Tabel 2.2. Diagnosa keperawatan dan perencanaan keperawatan
Hari/
NOC : Menunjukkan/mempertahankan pembersihan jalan nafas
yang efektif
KH : Klien tidak sesak, klien mampu mengeluarkan secret
tanpa bantuan dan tidak terdapat otot intercosta.
Rencana Keperawatan Rasional
NIC : Manajemen jalan nafas
- Observasi fungsi pernafasan
klien
- Kaji suara nafas klien
- Memberikan penyuluhan
kesehatan mengenai penyakit
TBC, dan bagaimana cara
penularannya
- Anjurkan klien posisi semi
flower atau fowler apabila
- Penurunan bunyi
nafas dapat
- Klien mengerti
tentang penyakit TBC
dan cara penularan ke
orang lain
- Posisi membantu
tidur dan anjurkan untuk teknik
nafas dalam
- Anjurkan klien untuk intake
cairan minimal 2500ml per
hari
- Kaji kemampuan klien untuk
mengeluarkan secret, batuk
efektif, catat karakter, jumlah
sputum, adanya hemoptosis
ekspansi paru dan
menurunkan upaya
- Pengeluaran sulit bila
sekret tebal, sputum
berdarah akibat
kerusakan paru atau
luka bronchial yang
memerlukan
NOC : Meningkatkan perubahan / perilaku pola makan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi
KH:
Menunjukan peningkatan berat badan dan bebas dari tanda-tanda
malnutrisi
Mengerti faktor yang meningkatkan berat badan
Mengidentfifikasi tingkah laku dibawah kontrol klien
Memodifikasi diet dalam waktu yang lama untuk mengontrol
berat badan
Rencana Keperawatan Rasional NIC :
- Catan dan kaji status nutrisi,
klien, turgor kulit, berat badan
dan kekurangan berat badan,
- Berguna dalam
mendefinisikan
kemampuan atau tidak
kemampuan menelan, riwayat
mual dan muntah.
- Awasi masukan atau
pengeluaran dan berat badan
secara periodik
- Kaji pola diet yang disukai /
tidak disukai
- Monitor intake in adekuat
secara periodik
- Dorong klien untuk makan
sedikit tapi sering dengan
makan tinggi protein
karbohidrat
- Rujuk keahli diet untuk
menentukan komposisi diet
masalah dan pilihan
intervensi yang tepat.
- Berguna dalam
mengukur keektifan
nutrisi dan dukungan
cairan
- Membantu dalam
mengidentifikasi
- Berguna dalam
mengukur keefektifan
nutrisi dan dukungan
cairan
- Memaksimalakan
masukan nutrisi tanpa
kelemahan yang
perlu/kebutuhan energi
dari makanan yang
banyak menurunkan
iritasi gaster
- Memberikan bantuan
dalam perencanaan
diet dengan nutrisi
- Berikan perawatan mulut
sebelum dan sesudah tindakan
keperawatn
- Berikan obat penetralisir asam
lambung sesuai indikasi
kebutuhan metabolik
- Menurunkan rasa tidak
enak karena sisa
sputum atau obat
untuk pengobatan
respirasi merangsang
pusat muntah
- Dapat membantu
menurunkan insiden
mual dan muntah
sehingga dengan obat
atau efek pengobatan
pernapasan perut yang
penuh
5. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/tanggal No.Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Selasa
19 Mei 2015
1 1. Mengkaji fungsi
pernafasan klien
2. Mengkaji suara nafas
klien
3. Mengkaji kemampuan
klien untuk
mengeluarkan secret,
batuk efektif, jumlah
sputum dan adanya
hemoptosis
S: Klien mengatakan
masih sesak
O: Klien masih
kelihatan sulit bernafas
dan sputum masih
kental
TTV :
RR: 19x/menit
Temp: 370C
4. Memberitahu kepada
klien supaya
menghindari pemakaian
alat makan secara
bersamaan dan jangan
batuk serta
mengeluarkan sputum di
sembarang tempat
5. Menganjurkan klien
untuk melakukan posisi
fowler atau semi fowler
apabila tidur dan
menganjurkan untuk
tekhnik nafas dalam
6. Memberitahu kepada
keluarga supaya tidak
memakai alat makan
secara bersamaan
2. Mengkaji suara nafas
klien
3. Menganjurkan klien
untuk intake cairan
minimal 2500ml perhari
4. Menganjurkan keluarga
untuk mengawasi klien
dalam hal mengonsumsi
obat
5. Menganjurkan klien
untuk berhenti merokok
S: Klien mengatakan
sesak sudah sedikit
berkurang
O: Klien kelihatan
sudah tidak sesak
TTV :
RR: 19x/menit
HR: 72x/menit
TD: 110/70 mmHg
Temp: 370C
A: Masalah teratasi
sebagian
serta menjelaskan
2. Mengkaji suara nafas
klien
3. Menganjurkan klien
untuk memakai safety
yang aman guna untuk
menghindari infeksi
kepada orang lain
4. Memberikan penyuluhan
kesehatan mengenai
TBC, menjelaskan
defenisi, penyebab,
tanda dan gejala, serta
cara penularannya
5. Menganjurkan klien
bahwasannya jangan
sampai putus obat
sebelum waktu yang
ditentukan serta
menjelaskan bahaya
apabila putus obat
S: Klien mengatakan
semakin hari sesak
semakn berkurang
O: Klien kelihatan
sudah tidak sesak
sekali dan bunyi
nafasnya normal
A: Masalah teratasi
sebagian
nutrisi, klien, turgor
kulit, berat badan dan
kekurangan berat badan,
kemampuan atau tidak
kemampuan menelan,
S: Klien mengatakan
masih tidak selera
makan
O: Klien masih
kelihatan sulit makan
riwayat mual dan muntah
2. Mengawasi masukan
atau pengeluaran dan
berat badan secara
periodik
3. Mengkaji pola diet yang
disukai / tidak disukai
4. Memantau intake in
adekuat secara periodic
5. Mendorong klien untuk
makan sedikit tapi sering
dengan makan tinggi
protein karbohidrat
6. Merujuk keahli diet
untuk menentukan
komposisi diet
7. Memberikan obat
penetralisir asam
lambung sesuai indikasi
diberikan dan tampak
kurus, bibir tampak
kering
No. Dx.Kep Hari/tanggal Evaluasi
1 1 Jum’at
22 Mei 2015
Bersihan jalan nafas klien sudah mulai
efektif ditandai dengan sesak nafas
yang dirasakan klien semakin hari
semakin berkurang, dan bunyi
wheezing sudah tidak terdengar lagi,
masalah teratasi sebagian dan
intervensi dihentikan.
2 2 Jum’at
22 Mei 2015
Kebutuhan masalah resiko nutrisi
maka rencana tindakan keperawatan
selanjutnya adalah motivasi pasien
untuk makan sedikit tapi sering.
3 2 Jum’at
22 Mei 2015
Kebutuhan nutrisi klien belum
tercukupi ditandai dengan klien tampak
lemas, BB: 47 kg, masalah teratasi
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1Kesimpulan
Asuhan keperawatan yang meliputi, pengkajian, analisa data, rumusan
masalah, perencanaan, dan implementasi pada klien dengan masalah pemenuhan
kebutuhan dasar oksigenasi dengan kasus TB paru melalui program DOTS di
Kelurahan Harjosari II Medan Amplas sudah dilakukan sesuai dengan yang telah
ditetapkan dan setelah dilakukan asuhan keperawatan tersebut serta dilakukannya
pendidikan kesehatan pada klien maka kebutuhan oksigenasi klien sudah teratasi
sebagian ditandai dengan : sesak sedikit berkurang, bunyi nafas sudah kembali
normal dan bersihan jalan nafas klien sudah mendekati efektif.
Seiring dengan membaiknya fungsi pernafasan, klien sudah lebih mudah
untuk bernafas, sebab organ pernafasan hal yang vital bagi kelangsungan hidup
manusia, dimana orang bernafas pada hakekatnya adalah untuk kelangsungan
metabolisme sel agar dapat melakukan aktivitas secara adekuat.
3.2Saran
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus melakukan
intervensi dengan tepat dan sesuai dengan yang ditentukan.Setelah dilakukan
asuhan keperawatan pada klien tersebut, klien mengerti dan dapat menerapkannya
meskipun tidak ada perawat.Sebaiknya Karya Tulis Ilmiah ini dapat menambah
wawasan pengetahuan bagi penulis, bagi klien dan bagi institusi pendidikan
(pelayanan kesehatan, pendidikan keperawatan, penelitian keperawatan). Serta
tetap menjaga kesehatan dan memelihara bahkan meningkatkan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Chayatin, Nurul, (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori.
Edisi 1. Jakarta : Salemba Medika.
Doengoes, M, (1995). Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC
Maiyuda, S, (2010). Optimalisasi Penatalaksanaan Klien TB paru Melalui
ProgramDOTS di Wilyah Kerja Puskesmas Padang Bulan. Medan : PSIK USU
Potter dan Perry, (2005). Fundamental Keperawatan. Edisi 4 volume 2. Jakarta :
EGC
Tarwoto, (2007). Kebutuhan Dasar dan Proses Keperawatan. Edisi 3. Jakarta :
Salemba Medika
Judith M. W. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan ; Diagnosis
NANDA,Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Edisi 9. Jakarta : EGC
Hiswani, (2001). Pencegahanserta Pengobatan pada TB paru dan TB Ekstra
Paru. Edisi 1 . Jakarta : EGC
Price S. A. (1995). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC
Kozier B. (1995). Fundamental of Nursing, Concept and Process. INC California
Lampiran
CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No. Dx Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan
1 Rabu
19 Mei 2015
11.00
WIB
- Mengkaji fungsi pernafasan klien
- Mengkaji suara nafas klien
- Mengkaji kemampuan klien untuk
mengeluarkan sekret, batuk efektif,
jumlah sputum dan adanya
hemoptosis
- Menganjurkan klien posisi semi
fowler atau fowler apabila tidur
dan menganjurkan untuk tekhnik
nafas dalam
- Menganjurkan keluarga untuk
mengawasi klien dalam hal
mengonsumsi obat
No. Dx Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan
1 Kamis
20 Mei 2015
10.20
WIB
- Mengkaji fungsi pernafasan klien
- Mengkaji suara nafas klien
- Menganjurkan klien untuk intake
cairan minimal 2500 ml per hari
- Menganjurkan klien untuk berhenti
merokok, serta bahaya merokok
terhadap penyakit yang diderita
klien
No. Dx Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan
1 Jum’at
21 Mei 2015
11.30
WIB
- Mengkaji fungsi pernafasan klien
- Mengkaji suara nafas klien
- Memberikan penyuluhan kesehatan
mengenai TBC, menjelaskan cara
sampai putus obat sebelum waktu
yang ditentukan dan menganjurkan
kepada klien untuk makan
makanan bergizi
CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No. Dx Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan
2 Kamis
20 Mei
2015
10.0 WIB - Mencatat dan kaji status nutrisi,
klien, turgor kulit, berat badan dan
kekurangan berat badan,
kemampuan atau tidak kemampuan
menelan, riwayat mual dan muntah
- Mengawasi masukan atau
pengeluaran dan berat badan secara
periodik
- Mengkaji anoreksia, mual dan
muntah
- Memberikan perawatan mulut
sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan
- Menganjurkan makan sedikit tapi
sering dengan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
No. Dx Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan
2 Jum’at
22 Mei 2015
10.15
WIB
- Mengkaji status nutrisi, riwayat
mual dan muntah
- Mengkaji pola diet yang disukai /
tidak disukai
- Memantau intake in adekuat secara
periodik
sedikit tapi sering dengan makan
tinggi protein karbohidrat
- Merujuk keahli diet untuk
menentukan komposisi diet
- Memberikan obat penetralisir asam
Lampiran
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik : TB Paru
Sasaran : Klien (Tn.M) dan keluarga
Waktu : 15-20 menit
A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan, klien dan keluarga akan dapat mengerti
tentang penyakit TB paru.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah dilakukan penyuluhan klien Tn.M akan dapat :
a. Menyebutkan defenisi TB paru
b. Menyebutkan terjadinya TB paru
c. Menyebutkan cara penularan TB paru
d. Menyebutkan tanda dan gejala TB paru
e. Menjelaskan penatalaksanaan TB paru
B. Pokok Bahasan : TB paru C. Sub Pokok Bahasan
a. Defenisi TB paru
b. Penyebab terjadinya TB paru
c. Tanda dan gejala TB paru
d. Cara penularan TB paru
D. Kegiatan dan Media Penyuluhan
Tahap Kegiatan Penyuluhan
Pendahuluan 1. Memberi salam
2. Menjelaskan
secara ringkas
topik dan sub topik
3. Menyebutkan
Isi 1. Menjelaskan
defenisi TB paru
2. Menyebutkan
penyebab
terjadinya TB paru
3. Menyebutkan
tanda dan gejala
TB paru
4. Menyebutkan cara
penularan TB paru
5. Menyebutkan cara
mencegah dan
mengobati TB paru
6. Menjawab
Penutup 1. Menganjurkan
E. Evaluasi
1. Cara : Lisan
2. Bentuk pertanyaan :
a. Sebutkan defenisi TB paru
b. Sebutkan penyebab TB paru
c. Jelaskan cara penularan TB paru
d. Jelaskan tanda dan gejala TB paru
F. Lampiran Materi Penyuluhan