• Tidak ada hasil yang ditemukan

StudiKualitasPerairanSebagaiPengembanganBudidayaIkan di Sungai KeureutoKecamatanLhoksukon, Kabupaten Aceh Utara, ProvinsiNanggroe Aceh Darussalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "StudiKualitasPerairanSebagaiPengembanganBudidayaIkan di Sungai KeureutoKecamatanLhoksukon, Kabupaten Aceh Utara, ProvinsiNanggroe Aceh Darussalam"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KUALITAS PERAIRAN SEBAGAI PENGEMBANGAN

BUDIDAYA IKAN DISUNGAI KEUREUTO KECAMATAN

LHOKSUKON KABUPATEN ACEH UTARA PROVINSI

NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Khairatun Nisa’

110302013

PROGRAMSTUDI MANAJEMENSUMBERDAYAPERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

STUDI KUALITAS PERAIRAN SEBAGAI PENGEMBANGAN

BUDIDAYA IKAN DI SUNGAI KEUREUTO KECAMATAN

LHOKSUKON KABUPATEN ACEH UTARA PROVINSI

NANGGROE ACEH DARUSSALAM

SKRIPSI

KHAIRATUN NISA’

110302013

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYAPERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

STUDI KUALITAS PERAIRAN SEBAGAI PENGEMBANGAN

BUDIDAYA IKAN DISUNGAI KEUREUTO KECAMATAN

LHOKSUKON KABUPATEN ACEH UTARA PROVINSI

NANGGROE ACEH DARUSSALAM

SKRIPSI

KHAIRATUN NISA’

110302013

SkripsisebagaisatudiantarabeberapasyaratuntukmemperolehgelarSarjana Perikanan di Program StudiManajemenSumberdayaPerairan

FakultasPertanianUniversitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA

PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

JudulPenelitian

: StudiKualitasPerairanSebagaiPengembanganBudi dayaIkan di Sungai KeureutoKecamatanLhoksukon, Kabupaten Aceh Utara, ProvinsiNanggroe Aceh Darussalam

Nama : KhairatunNisa’

NIM : 110302013

Program Studi : ManajemenSumberdayaPerairan

DisetujuiOleh KomisiPembimbing

Prof. ZulkifliNasution, M. Sc. Ph. D Dr. Khadijah ELRamija, S.Pi, MP

Ketua Anggota

Mengetahui

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si

(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Khairatun Nisa’

NIM : 110302013

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul

StudiKualitasPerairanSebagaiPengembanganBudidayaIkan Di Sungai KeureutoKecamatanLhoksukonKabupaten Aceh Utara ProvinsiNanggroe Aceh Darussalamadalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapaun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber

data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka

dibagian akhir skripsi ini.

Medan, September 2015

(6)

ABSTRAK

KHAIRATUN NISA’. Studi Kualitas Perairan Sebagai Pengembangan Budidaya Ikan Di Sungai Keureuto Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dibimbing oleh ZULKIFLI NASUTION dan KHADIJAH EL RAMIJA.

Sungai selain dimanfaatkan sebagai sumber air minum dan pemenuhan kehidupan sehari-hari, juga dimanfaatkan untuk budidaya perikanan. Dalam melakukan suatu kegiatan budidaya perikanan, maka perairan sungai yang digunakan sebagai budidaya perikanan harus memenuhi persyaratan baik parameter fisika, parameter kimia dan parameter biologi perairan, maka perlu dilakukan studi kualitas perairan untuk mengetahui potensi pengembangan budidaya perikanan di Sungai Keureuto. Mengetahui kualitas perairan Sungai Keureuto untuk kegiatan budidaya perikanan adalah dengan membandingkan nilai kualitas perairan Sungai Keureuto yang telah diteliti dengan baku mutu PP. No. 82 tahun 2001dengan metode storet. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2015 di Sungai Keureuto. Metode yang digunakan adalah metode Purposive Sampling. Pengambilan sampel dilakukan pada 3 stasiun. Parameter fisika dan kimia perairan Sungai Keureto berdasarkan Baku Mutu PP. No. 82 tahun 2001 tergolong dalam baku mutu kelas III, dimana perairan Sungai Keureto masih sesuai untuk dilakukan budidaya perikanan.

(7)

ABSTRAK

KHAIRATUN NISA '. Study of Water Quality For Aquaculture Development in the Keureuto River Lhoksukon, North Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam Province. Under academic supervision byZULKIFLI NASUTION and KHADIJAH EL RAMIJA.

Rivers can be used as sources of drinking water and fulfillment of daily life, is also used for aquaculture. To implement an aquaculture activities, the river waters are used as aquaculture must meet the requirements of both physical parameters, chemical parameters and biological parameters of water. It is necessary to study the quality of the waters to determine the potential for development of aquaculture in River Keureuto. To determine the quality of the waters of the River Keureuto for aquaculture activities is by comparing the quality of the waters of the River Keureuto that have been studied with the quality standard PP. No. 82 2001 with storet method. This study was conducted in March-May 2015 in Keureuto River. The method used is purposive sampling method. Samples were taken at 3 stations. Physical and chemical parameters river waters keureto based Quality Standard PP. No. 82 2001 belong to the quality standard of Grade III, where the waters of the River Keureto still appropriate to do aquaculture.

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis Lahir Di Tanjung Mulia Pada Tanggal

08 Februari 1993. Anak Pertama dari dua bersaudara ini

merupakan putri dari pasangan Ibrahim, S.P dan

Maimunah S.Pt.

Pada tahun 2000 penulis diterima di SD 050678

Air Hitam, kemudian pada tahun 2005 penulis diterima

di MTs Negri Tanjung Pura. Pada tahun 2008 penulis diterima di MA Negri 2

Tanjung Pura dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011, penulis diterima di

Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan

Tinggi (SNMPTN) Undangan terdaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi

Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian.

Penulis mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Balai Penelitian

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T. karena berkat

rahmat dan petunjuknya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan

judul “Analisis Kualitas Perairan Sebagai Pengembangan Budidaya Ikan di

Sungai Keureuto, Kecamatan Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam”, yang merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya proposal penelitian ini

tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ucapkan terima kasih

dan penghargaan yang tulus kepada kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda

Ibrahim S.P dan Ibunda Maimunah S.Pt, yang penuh pengorbanan dalam

membesarkan, curahan kasih sayang, serta doa yang tak henti kepada penulis

selama mengikuti pendidikan hingga dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.

Serta saudara saya Siti Zakirah dan Khairil Fajar, S.E, terima kasih atas doa,

dukungan moril, dan motivasi yang senantiasa diberikan selama ini.

Terlepas dari keterbatasan penulis sebagai makhluk yang lemah, penulis

mengemukakan bahwa penyelesaian proposal penelitia ini tidak mungkin tercapai

tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen

(10)

2. Bapak Prof. Zulkifli Nasution, M. Sc. Ph.D selaku ketua komisi pembimbing

yang telah memberikan dukungan dan ilmu yang berharga bagi penulis.

3. Ibu Dr. Khadijah EL Ramija, S.Pi, MP selaku anggota komisi pembimbing

yang disela-sela kesibukannya bersedia meluangkan waktu untuk

memberikan bimbingan.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Dharma Bakti, M.S selaku Dekan Fakultas Pertanian.

5. Seluruh Dosen dan staf Fakultas Pertanian khususnya Program Studi

Manajemen Sumberdaya Perairan.

6. Patner terbaik, M. Irfansyah Harahap, terima kasih atas semua bantuan dan

dukungannya. Seluruh teman-teman MSP 2011 khususnya Rawiyatul

Hikmah, Febrina Rahmadanti Putri, Laily Dirda Fitrianingsih, Nurul

Fadillah, Julia Syahriani Hsb, Ainul Mardiah, Putri Widyawati, Syafrida

Siregar, Firza Annisa Nst, Mardiah Hsb, Emaliana, Kartika Dewi, M. Bobbie

Jhora Walker, Fahmi Fadhli Rais, Dede Yuanda, Ahmad Rizki, M. Ma’rufi

terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya.

Terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah

memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata semoga

skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang

Manajemen Sumberdaya Perairan.

Medan, 2015

(11)
(12)

6. Amoniak ... 15

Faktor Biologi Perairan (Plankton) ... 16

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

Alat dan Bahan ... 19

Prosedur Penelitian... 19

Deskripsi Area ... 19

Parameter yang Diukur ... 21

a. Pengukuran Biologi ... 21

b. Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan ... 22

Analisis Data ... 24

Parameter Fisika Kimia Perairan ... 27

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 29

Parameter Fisika Kimia ... 29

Parameter Biologi ... 34

(13)

DAFTAR TABEL

No.TeksHalaman

1. Klasifikasi Padatan di Perairan Berdasarkan Ukuran

Diameter… ... 12

2. Nilai Kualitas Air Kelas II untuk Budidaya Ikan Air Tawar Menurut Baku Mutu PP No. 82 Tahun 2001 ... 26

3. Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air ... 28

4. Nilai Rata-Rata Parameter Fisika Kimia Perairan yang Diukur ... 29

5. Nilai Kelimpahan (K) Plankton ... 34

6. Nilai Keanekaragaman (H′) Plankton ... 34

7. Nilai Indeks Keseragaman (E) ... 35

8. Nilai Dominansi (C) ... 35

9. Nilai Skor Kualitas Perairan Metode Storet ... 35

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 5

2. Lokasi Penelitian ... 18

3. Stasiun 1 ... 20

4. Stasiun 2 ... 20

5. Stasiun 3 ... 21

6. Nilai Rata-Rata Suhu Pada Setiap Stasiun ... 30

7. Nilai Rata-Rata Kecerahan Pada Setiap Stasiun ... 30

8. Nilai Rata-Rata Kecepatan Arus Pada Setiap Stasiun ... 31

9. Nilai Rata-Rata TSS Pada Setiap Stasiun ... 31

10. Nilai Rata-Rata pH Pada Setiap Stasiun ... 32

11. Nilai Rata-Rata DO Pada Setiap Stasiun ... 32

12. Nilai Rata-Rata DO Pada Setiap Stasiun ... 33

13. Nilai Rata-Rata Nitrat Pada Setiap Stasiun ... 33

(15)

ABSTRAK

KHAIRATUN NISA’. Studi Kualitas Perairan Sebagai Pengembangan Budidaya Ikan Di Sungai Keureuto Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dibimbing oleh ZULKIFLI NASUTION dan KHADIJAH EL RAMIJA.

Sungai selain dimanfaatkan sebagai sumber air minum dan pemenuhan kehidupan sehari-hari, juga dimanfaatkan untuk budidaya perikanan. Dalam melakukan suatu kegiatan budidaya perikanan, maka perairan sungai yang digunakan sebagai budidaya perikanan harus memenuhi persyaratan baik parameter fisika, parameter kimia dan parameter biologi perairan, maka perlu dilakukan studi kualitas perairan untuk mengetahui potensi pengembangan budidaya perikanan di Sungai Keureuto. Mengetahui kualitas perairan Sungai Keureuto untuk kegiatan budidaya perikanan adalah dengan membandingkan nilai kualitas perairan Sungai Keureuto yang telah diteliti dengan baku mutu PP. No. 82 tahun 2001dengan metode storet. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2015 di Sungai Keureuto. Metode yang digunakan adalah metode Purposive Sampling. Pengambilan sampel dilakukan pada 3 stasiun. Parameter fisika dan kimia perairan Sungai Keureto berdasarkan Baku Mutu PP. No. 82 tahun 2001 tergolong dalam baku mutu kelas III, dimana perairan Sungai Keureto masih sesuai untuk dilakukan budidaya perikanan.

(16)

ABSTRAK

KHAIRATUN NISA '. Study of Water Quality For Aquaculture Development in the Keureuto River Lhoksukon, North Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam Province. Under academic supervision byZULKIFLI NASUTION and KHADIJAH EL RAMIJA.

Rivers can be used as sources of drinking water and fulfillment of daily life, is also used for aquaculture. To implement an aquaculture activities, the river waters are used as aquaculture must meet the requirements of both physical parameters, chemical parameters and biological parameters of water. It is necessary to study the quality of the waters to determine the potential for development of aquaculture in River Keureuto. To determine the quality of the waters of the River Keureuto for aquaculture activities is by comparing the quality of the waters of the River Keureuto that have been studied with the quality standard PP. No. 82 2001 with storet method. This study was conducted in March-May 2015 in Keureuto River. The method used is purposive sampling method. Samples were taken at 3 stations. Physical and chemical parameters river waters keureto based Quality Standard PP. No. 82 2001 belong to the quality standard of Grade III, where the waters of the River Keureto still appropriate to do aquaculture.

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

NO. Teks Halaman

1. Gambar Bagan Kerja Metode Winkler ... 46

2. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur BOD5 ... 47

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secaraakan

tetapi ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan manusia relatif

sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor. Dari sekitar 1.386 juta km3 air yang

ada di bumi, sekitar 1.337 km3 (97,39%) berada di samudera atau lautan dan

hanya sekitar 35 juta km3 (25,53%) berupa air tawar di daratan dan sisanya dalam

bentuk gas/uap. Jumlah air tawar tersebut sebagian besar (69%) berupa gumpalan

es dan glasier yang terperangkap di daerah kutub, sekitar 30% berupa air tanah

dan hanya sekitar 1% terdapat dalam sungai, danau dan waduk (Suripin, 2002).

UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, dinyatakan bahwa

sungai merupakan salah satu bentuk alur air permukaan yang harus dikelola secara

menyeluruh, terpadu berwawasan lingkungan hidup dengan mewujudkan

(18)

kemakmuran rakyat. Berdasarkan hal tersebut sungai harus dilindungi dan dijaga

kelestariannya, ditingkatkan fungsi dan kemanfaatannya, dan dikendalikan

dampak negatif terhadap lingkungannya.

Sungai merupakan perairan mengalir (lotik) yang dicirikan oleh arus yang

searah dan relatif kencang, dengan kecepatan berkisar 0,1 – 1,0 m/detik, serta

sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim, bentang alam (topografi dan kemiringan),

jenis batuan dasar dan curah hujan. Semakin tinggi tingkat kemiringan, semakin

besar ukuran batuan dasar dan semakin banyak curah hujan, pergerakan air

semakin kuat dan kecepatan arus semakin cepat. Sungai bagian hulu dicirikan

dengan badan sungai yang dangkal dan sempit, tebing curam dan tinggi, berair

jernih dan mengalir cepat. Sungai sebagai penampung dan penyalur air yang

datang dari daerah hulu atas, akan sangat terpengaruh oleh tata guna lahan dan

luasnya daerah aliran sungai, sehingga pengaruhnya akan terlihat pada kualitas air

sungai (Odum, 1996).

Kegiatan pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

manusia yang menitik beratkan pada pertumbuhan ekonomi dengan

memanfaatkan sumber daya alam tanpa memperhatikan aspek lingkungan dapat

menimbulkan tekanan terhadap lingkungan. Berbagai aktivitas manusia dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya yang berasal dari kegiatan industri, rumah tangga,

dan pertanian akan menghasilkan limbah yang memberi sumbangan pada

penurunan kualitas air sungai (Suriawiria, 2003).

Kuantitas air di alam ini jumlahnya relatif tetap namun kualitasnya

semakin lama semakin menurun. Kuantitas/jumlah air umumnya dipengaruhi oleh

(19)

kualitas air sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial seperti kepadatan penduduk

dan kepadatan sosial (Effendi, 2003).

Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan diuji berdasarkan

parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor 115: Tahun 2003), kualitas air tersebut dapat dinyatakan dengan parameter

fisik karakteristik air dan kualitas air sungai. Parameter fisik menyatakan kondisi

fisik air atau keberadaan bahan-bahan yang dapat diamati secara visual/kasat

mata. Parameter fisik tersebut adalah kandungan partikel/padatan, warna, rasa,

bau, dan suhu. Sedangkan yang termasuk dalam karakteristik air sungai ini yaitu

sedimentasi dan salinitas (Supiyati, dkk., 2012).

Produksi perikanan budidaya (akuakultur) tumbuh pesat dalam 2-3 dekade

terakhir. Budidaya perikanan menyumbang sekitar sepertiga pasokan ikan dunia.

Indonesia berada diurutan keempat setelah Vietnam sebagai produsen perikanan

budidaya perairan. Padahal potensi perikanan budidaya Indonesia sangat besar.

Wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya perairan sangat luas, terdiri dari

laut (marine aquaculture), perairan tawar (freshwater aquaculture) dan tambak/air

payau (brackishwater aquaculture).Potensi produksi budidaya perairan Indonesia

mencapai 57,7 juta ton, terdiri dari 47 juta ton budidaya laut, 5 juta ton budidaya

tambak, dan 5,7 juta ton budidaya air tawar (Kordi K dan Andi, 2010).

Salah satu sungai di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang memiliki

potensi besar yaitu Sungai Kreung Keureuto dengan luas tangkapan ± 931 km2.

Luas total daerah aliran sungai (catcment area) adalah 916,31 km2, dengan

(20)

terletak di daerah Kabupaten Aceh Utara dan sebagian lagi masuk dalam wilayah

Kabupaten Aceh Tengah. Hulu Krueng Keurueto berada di Gunung Tungkuh Tige

dan bagian hilir melintas di tengah Kota Lhoksukon. Sungai sebagai penampung

dan penyalur air yang datang dari daerah hulu atas, akan sangat terpengaruh oleh

tata guna lahan dan luasnya daerah aliran sungai, sehingga pengaruhnya akan

terlihat pada kualitas air sungai Kualitas air sungai dipengaruhi oleh seluruh

aktivitas manusia, pemanfaatan jasa sungai, limbah, pertambangan, dan pertanian

di DAS. Sungai sebagai sumberdaya perairan belum dimanfaatkan masyarakat

untuk kegiatan usaha budidaya perikanan. Untuk mendukung perikanan Indonesia

diwilayah Sungai Keureuto ini sangat berpotensi untuk dilakukan usaha budidaya

perikanan.

Perumusan Masalah

Adapun rumusan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah kualitas perairan di Sungai Keureuto memenuhi baku mutu dalam PP

No. 82 tahun 2001?

2. Apakah di Sungai Keureuto layak dikembangkan budidaya ikan?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kualitas perairan Sungai Keureuto untuk pengembangan

budidaya ikan.

2. Untuk mengetahui pengaruh dari aktivitas masyarakat sekitar terhadap

(21)

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat sebagai informasi bagi masyarakat dan pihak

yang membutuhkan sebagai dasar pengembangan budidaya ikan di Sungai

Keureuto. Sebagai bahan lanjutan penelitian bagi yang membutuhkan data.

Kerangka Pemikiran

Sungai Keureuto merupakan sungai yang belum pernah diteliti bagaimana

kualitas perairannya. Beberapa aktivitas manusia merubah kualitas perairan sungai

ini, yaitu aktivitas pertanian, limbah domestik (rumah tangga), limbah

nondomestik (aktivitas pasar) dan penambangan gas mempengaruhi faktor fisika,

kimia dan biologi perairan Sungai Keureuto. Untuk itu perlu dilakukan uji kualitas

perairan Sungai Keureto, apakah sesuai dengan Baku Mutu PP RI No. 82 Tahun

2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, dan

apakah Sungai Keureuto ini berpotensi untuk dilakukan pengembangan budidaya

perairan atau tidak. Adapun kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

Akitivitas Manusia

Sungai Keureuto

Penambangan Limbah Domestik

(22)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Sungai

Ekosistem air tawar secara umum dibagi atas 2 yaitu perairan lentik

(perairan tenang) misalnya danau dan perairan lotik (perairan mengalir) yaitu

sungai. Perbedaan utama antara perairan lotik dan perairan lentik adalah arus,

dimana arus pada perairan lotik umumnya mempunyai kecepatan arus yang sangat

tinggi disertai perpindahan massa air yang berlangsung dengan cepat (Hutabarat,

2010).

Sungai adalah perairan umum yang airnya mengalir terus menerus pada

arah tertentu, berasal dari air tanah, air permukaan yang diakhiri bermuara ke laut.

Sungai sebagai perairan umum yang berlokasi di darat dan merupakan suatu

ekosistem terbuka yang berhubungan erat dengan sistem-sistem terestrial dan

lentik. Ciri-ciri umum daerah aliran sungai adalah semakin ke hulu daerahnya

(23)

gunung. Sungai adalah lingkungan alam yang banyak dihuni oleh organisme

(Odum, 1996).

Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Krueng Keureuto membentang pada

Kabupaten Aceh Tengah pada bagian hulu dan Kabupaten Aceh Utara pada

bagian hilir. Luas total daerah aliran sungai (catcment area) adalah 916,31 km2,

dengan panjang sungai 93,91 km. Sungai Krueng Keureuto menerima kontribusi

debit dari Hulu Sungai Krueng Keureuto (DAS 351,03 km2), Sungai Krueng Pirak

(DAS 88,85 km2), Sungai Krueng Ceuku (DAS 82,25 km2), Sungai Krueng Peuto

(DAS 276 km2), Aluleuhop (DAS 81,23 km2) dan Alueganto (DAS 37,28 km2)

(Dinas Kimpraswil 2001). Keadaan geometrik sungai ini terutama di bagian hilir

merupakan daerah daratan rendah dengan gejala meandering (anyaman) aktif dan

kapasitas tampungan yang relatif kecil dibandingkan dengan debit yang dialirkan.

Selain itu juga banyak terdapat belokan sungai yang tajam dengan kemiringan

yang relatif datar sehingga kemampuan mengalirkan debit menjadi kecil.

Sepanjang Sungai Krueng Keureuto ini tidak ada penambangan besar-besaran

terhadap material dasarnya, sehingga relatif tidak menganggu keseimbangan

angkutan sedimennya. Lhoksukon merupakan salah satu daerah yang menerima

konstribusi air secara langsung dari Sungai Krueng Keureuto ini, terutama untuk

kebutuhan irigasi dan tambak. Areal Lhoksukon meliputi perkampungan, areal

persawahan dan ladang di sebelah barat, utara dan timur dari Lhoksukon, hutan,

rawa, semak belukar dan perkebunan tebu di sebelah selatan Lhoksukon dan

sebagian kecil tambak masyarakat. Pada sungai ini terdapat beberapa anak sungai

diantaranya Krueng Pirak, Krueng Ceku, Alu Leuhop, Krueng Kreh, Krueng

(24)

dalam alur sungai Krueng Keureuto yang menyebabkan puncak banjir yang tinggi

di daerah hilir sungai(Syahyadi, 2012).

Budidaya Ikan

Ikan dan biota akuatik (air) umumnya merupakan bahan pangan bergizi

tinggi yang telah dimnfaatkan umat manusia sejak mulai berburu manusia yang

hidup disekitar sungai, danau, dan laut dapat menangkap dan memungut berbagai

biota akuatik untuk dikonsumsi, baik dalam keadaan mentah maupun dimasak.

Nenek moyang manusia yang hidup dilaut, didanau, dan disungai inilah yang

kemudian melahirkan peradaban saat ini (Kordi K, 2010).

Budidaya ikan sebenarnya sudah lama dikenal banyak orang namun

metode yang digunakan masih bersifat tradisional dan sederhana. Untuk

meningkatkan produksi ikan perlulah kiranya dilakukan pengembangan dibidang

metode budidaya ikan ini. Yang dimaksud dengan budidaya ikan disini adalah

usaha manusia dengan segala tenaga dan kemampuannya untuk memelihara ikan

dengan cara memasukkan ikan tersebut dalam tempat dengan kondisi tertentu atau

dengan cara menciptakan kondisi lingkungan alam yang cocok bagi ikan

(Afrianto dan Evi, 1988).

Pengembangan usaha budidaya perikanan adalah salah satu solusi untuk

mengatasi penurunan hasil tangkapan dan peningkatan harga minyak.

Pengembangan usaha ini akan dapat menjamin suplai ikan sepanjang tahun dan

hal ini akan memberikan dampak positif bagi kehidupan nelayan di masa depan

(25)

Salah satu sistem budidaya yang cocok dilakukan pada perairan sungai

adalah sistem karamba. Sistem karamba adalah sistem budidaya ikan yang

dilakukan dalam suatu wadah yang dibatasi oleh bambu atau jaring kawat.

Budidaya ikan dalam karamba telah dimulai untuk pertama kalinya di sungai

Cibunut, Bandung pada tahun 1940. Sejak itu, sistem karamba mulai menyebar ke

seluruh Jawa Barat. Saat ini, sistem karamba telah berkembang dengan pesat dan

telah mampu memberikan hasil ikan kurang lebih sebesar 600 ton setiap

hektarnya. Berdasarkan letaknya didalam perairan, maka karamba dapat dibagi

menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Karamba didasar perairan

2. Karamba dibawah permukaan air

3. Karamba pada permukaan

Jenis ikan air tawar yang sangat efisien dipelihra dengan sistem karamba

adalah ikan mas (Cyprinus carpio). Selain itu, ikan bandeng (Chanos chanos)

juga dapat dipelihara dengan sistem karamba diperairan payau. Akhir-akhir ini

banyak dicoba untuk membudidayakan jenis ikan yang lain dalam karamba.

Ternyata pemeliharaan ikan Lele (Clarias batrachus), Nila (Oreochromis

niloticus), dan mujair (Oreochromis mosambicus) didalam karamba telah

memberikan hasil yang baik (Afrianto dan Evi, 1988).

Kualitas Air

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 menyatakan bahwa Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, pasal 1, pencemaran air

(26)

energidan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga

kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat

berfungsi sesuai peruntukannya’’ (Rahmawati, 2011).

Klasifikasi dan kriteria mutu air mengacu pada Peraturan Pemerintah No.

82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran

air yang menetapkan mutu air kedalam empat kelas:

1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,

dan atau perutukan lain yang mempersyaratkan mutu air yangsama dengan

kegunaan tersebut.

2. Kelas dua, air yang peruntukaannya dapat digunakan untuk prasarana/ sarana

kegiatan rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk

mengairi pertamanan, dan atau peruntukan lainnya yang mempersyaratkan

mutu airyang sama dengan kegunaan tersebut.

3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan

air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan atau peruntukan

lainnya yang mempersyaratkan mutu airyang sama dengan kegunaan tersebut.

4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi

pertamanan dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang

sama dengan kegunaan tersebut (Rahmawati, 2011).

Kualitas air, yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau

komponen lain didalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter,

yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut, dan sebagainya),

parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam, dan sebagainya), dan

(27)

sumberdaya air sangat penting, agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan

dengan tingkat mutu yang diinginkan (Effendi, 2003).

Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi,

atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang

keberadaaannnya didalam air. Sedangkan kelas air adalah peringkat kualitas air

yang dinilai masih ayak untuk dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu

(Rahmawati, 2011).

Suatu sungai dikatakan tercemar jika kualitas airnya sudah tidak sesuai

dengan peruntukannya. Kualitas air ini didasarkan pada baku mutu kualitas air

sesuai kelas sungai berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Faktor Fisika Perairan 1. Suhu

Suhu memberi efek penting bagi ikan (organisme) untuk: ketahanan hidup

(survival), perkembangbiakan (reproduction), tumbuh (development of young

organism), dan kompetisi (competition) dengan yang lain (Nuitja, 2010).

Suhu sangat berpengaruh terhadap proses-proses yang terjadi dalam badan

air. Suhu air buangan kebanyakan lebih tinggi daripada suhu badan air. Hal ini

erat hubungannya dengan proses biodegradasi. Pengamatan suhu dimaksudkan

untuk mengetahui kondisi perairan dan interaksi antara suhu dengan aspek

kesehatan habitat dan biota air lainnya. Kenaikan suhu air akan menimbulkan

beberapa akibat sebagai berikut: (1) jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun,

(28)

terganggu, (4) jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air

lainnya akan mati (Fardiaz, 1992).

Setiap jenis fitoplankton memiliki suhu yang optimum tersendiri dan

sangat bergantung kepada faktor lain seperti cahaya. Menurut Effendi (2000),

kisaran suhu yang optimum bagi pertumbuhan fitoplankton diperairan adalah

20-30°C (Asriyana dan Yuliana, 2012).

Secara umum, laju fotosintesis plankton meningkat dengan meningkatnya

suhu perairan, tetapi akan menurun secara drastis setelah mencapai suatu titik

suhu tertentu. Hal ini disebabkan karena setiap spesies plankton selalu beradaptasi

terhadap suatu kisaran suhu tertentu (Aryawaty, 2007).

Menurut Odum (1993), Walaupun variasi suhu dalam air tidak sebesar di

udara, hal ini merupakan faktor pembatas utama karena organisme akuatik sering

kali mempunyai toleransi yang sempit (stenotermal). Menurut Haslan (1995)

dalam Effendi (2003), kisaran suhu optimal bagi pertumbuhan fitoplankton adalah

20°C – 30°C(Suryanto, 2011).

2. Kecerahan

Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan

merupakan ukuran tranparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan

menggunakan keeping secchi. Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter.

Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan,

dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran

(Effendi, 2003).

Effendi (2003) menyatakan bahwa perairan dengan nilai kecerahan kurang

(29)

dangkal (dekat oulet dan inlet) lebih rendah dari pada perairan yang dalam.

Walaupun variasi suhu dalam air tidak sebesar di udara, hal ini merupakan faktor

pembatas utama karena organisme akuatik sering kali mempunyai toleransi yang

sempit (stenotermal). Kisaran suhu optimal bagi pertumbuhan fitoplankton adalah

20 °C – 30 °C.

3. Total Suspended Sold (TSS)

Total suspended solid atau padatan tersuspensi (diameter >1 µm) yang

tertahan dengan diameter pori 0,45 µm. Padatan yang menyebabkan kekeruhan

air, tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap. TSS terdiri dari lumpur, pasir halus,

dan jasad renik akibat erosi tanah. Partikel menurunkan intensitas cahaya yang

tersuspensi dalam air (Rahmawati, 2011).

Padatan total adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami

evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu (APHA, 1989). Padatan yang

terdapat di perairan diklasifikasikan berdasarkan ukuran diameter partikel Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi Padatan di Perairan Berdasarkan Ukuran Diameter

Klasifiksi Padatan Ukuran Diameter (μm) Ukuran Diameter (mm)

Padatan terlarut

Arus dapat membantu penyebaran dan migrasi horizontalplankton, tetapi

jikaterlalu kuat dapat mengganggu keseimbangan ekologis perairan yang

(30)

karenapergerakannya sangat tergantung pada pergerakan air(Romimohtarto dan

Juwana,2004).

Kecepatan arus air dari suau badan air ikut, menentukan penyebaran

organisme yang hidup di badan air tersebut, penyebaran plankton, baik

fitoplankton maupun zooplankton, paling ditentukan oleh aliran air. Tingkah laku

hewan air juga ikut ditentukan oleh aliran air. Selain itu, aliran air juga ikut

berpengaruh terhadap terhadap kelarutan udara dan garam-garam dalam air,

sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kehidupan organisme

air (Suin, 2002).

Faktor Kimia Perairan 1. pH

pH yang ideal bagi kehidupan organisme aquatik termasuk plankton pada

umumnya berkisar antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat

asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme

karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi.

Disamping itu pH yang sangat rendah akan menyebabkan mobilitas berbagai

senyawa logam berat yang bersifat toksik semakin tinggi yang tentunya akan

mengancam kelangsungan hidup organisme akuatik. Sementara pH yang tinggi

akan menyebabkan keseimbangan antara amonium dan amoniak dalam air akan

terganggu, dimana kenaikan pH diatas normal akan meningkatkan konsentrasi

amoniak yang juga bersifat sangat toksik bagi organisme (Barus, 2004).

2. DO

Kelarutan oksigen jenuh dalam air pada 25°C dan tekanan 1 atmosfir

(31)

akan menurunkan tingkat nitrifikasi sehingga nilai NO3-N pada air sungai menjadi

rendah dengan TN dan NH4+-N yang tinggi. Hal ini yang dapat menghalangi self

purifikasi (pemurnian diri) pada permukaan air, dengan mengurangi laju proses

transformasi nitrifikasi-dentrifikasi pada air (Rahmawati, 2011).

Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 menyatakan bahwa nilai standar baku

untuk kegiatan perikanan sebesar 4 mg/l. Kandungan DO semakin menurun

seiring dengan kedalamannya, ini disebabkan semakin kedalam perairan semakin

berkurang cahaya matahari yang masuk sehingga proses fhotosintesis fitoplankton

kurang berjalan dengan baik (Hardiyanto, dkk., 2012).

3. BOD5

Menurut Mahida (1986) BOD akan semakin tinggi jika derajat pengotoran

limbah semakin besar. BOD merupakan indikator pencemaran penting untuk

menentukan kekuatan atau daya cemar air limbah, sampah industri, atau air yang

telah tercemar. BOD biasanya dihitung dalam 5 hari pada suhu 200°C. Nilai BOD

yang tinggi dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut tetapi syarat BOD air

limbah yang diperbolehkan dalam suatu perairan di Indonesia adalah sebesar 30

ppm.

4. Fosfat

Fosfor banyak digunakan sebagai pupuk, sabun atau detergen, bahan

industri keramik, minyak pelumas, produk minuman dan makanan, katalis dan

sebagainya. Kadar fosfat yang diperkenankan pada perairan alami berkisar antara

0,005-0,02 mg/l P-PO4 (Effendi, 2003).

Fosfat merupakan unsur zat hara yang berperan penting terrhadap

(32)

pembentukan protein, lemak dan metabolisme organisme. Menurut Joshimura di

dalam Nurhaniah (1998), tingkat kesuburan perairan dapat diduga berdasarkan

kandungan orthofosfat yang terlarut dalam perairan. Kesuburan perairan termasuk

rendah apabila kandungan orthofosfat (PO4) 0,100 – 0,200 mg/l. Asmawi (1994)

menyatakan bahwa dalam jumlah yang seimbang, fosfat dapat menstimulasi

pertumbuhan dari mikroorganisme perairan yang berfotosintesis(Hardiyanto, dkk.,

2012).

5. Nitrat

Zat hara sangat diperlukan fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang

biak, diantaranya adalah nitrogen dalam bentuk nitrat, serta perannya dalam

proses sintesa protein hewan dan tumbuh-tumbuhan. Menurut Wardoyo (1985),

berdasarkan kandungan nitrat kesuburan perairan dapat dibagi menjadi 3

golongan, yaitu kurang subur 0,0 – 0,1 mg NO3/l, sedang 0,1 – 5,0 mg NO3/l dan

subur 5,0 – 50,0 mg NO3/l (Hardiyanto, dkk., 2012).

Faktor Biologi Perairan (Fitoplankton)

Organisme yang hidup melayang-layang atau mengambang di dalam air

dan memiliki kemampuan gerak yang relatif terbatas disebut plankton. Plankton

mempunyai peranan penting dalam ekosistem perairan, karena plankton menjadi

bahan makanan bagi berbagai jenis organisme lainnya di ekosistem perairan

(33)

Keberadaan plankton di dalam perairan sangat ditentukan oleh kondisi

fisika dan kimia perairan tersebut. Plankton mempunyai batas toleransi tertentu

terhadap parameter lingkungan sehingga keanekaragamannya akan berbeda pada

kondisi parameter fisika dan kimia yang berbeda. Plankton adalah organisme air

yang hidup melayang-layang dan pergerakannya sangat dipengaruhi oleh gerakan

air. Plankton juga dibagi menjadi fitoplankton, yaitu organisme plankton yang

bersifat tumbuhan dan zooplankton, yaitu plankton yang bersifat hewan (Barus,

2004).

Faktor fisika-kimia lingkungan terutama unsur hara nitrat dan fosfat sangat

berpengaruh pada pertumbuhan plankton. Jika terjadi pencemaran oleh kedua

unsur tersebut dapat mengakibatkan peledakan jumlah populasi plankton tertentu

yang bisa mengeluarkan zat toksin ke dalam perairan. Hal tersebut sangat

merugikan bagi organisme yang ada disekitarnya (Wibisono, 2005).

Kelompok organisme yang selalu terbawa arus perairan ini dibagi menjadi

dua golongan utama yaitu Fitoplankton dan Zooplankton. Fitoplankton yang

sering juga disebut dengan plankton nabati merupakan organisme autotroph yang

sangat banyak dijumpai di ekosistem perairan. Sedangkan Zooplankton yang

sering disebut plankton hewani merupakan organisme heterotroph yang memiliki

ukuran lebih besar dari fitoplankton (Nybakken, 1988).

Fitoplankton merupakan kelompok yang memegang peranan sangat

penting dalam ekosistem air, karena kelompok ini dengan adanya kandungan

klorofil mampu melakukan fotosintesis. Proses fotosintesis pada ekosistem air

yang dilakukan oleh fitoplankton (produsen), merupakan sumber nutrisi utama

(34)

dari zooplankton dan diikuti oleh kelompok organisme air lainnya yang

membentuk rantai makanan (Barus, 2004).

Perkembangan fitoplankton sangat dipengaruhi oleh zooplankton dengan

mengemukakan teori grazing, yang menyatakan jika di suatu perairan terdapat

populasi zooplankton yang tinggi maka populasi fitoplankton akan menurun

karena dimangsa oleh zooplankton (Nybakken, 1988).

Fitoplankton memegang peranan yang sangat penting dalam suatu

perairan, fungsi ekologinya sebagai produsen primer dan awal mata rantai dalam

jaring makanan menyebabkan fitoplankton sering dijadikan skala ukuran

kesuburan suatu perairan. Tingkat berikutnya adalah pemindahan energi dari

produsen ke tingkat tropik yang lebih tinggi melalui rantai makanan. Zooplankton

merupakan konsumen pertama yang memanfaatkan produksi primer yang

dihasilkan fitoplankton. Peranan zooplankton sebagai mata rantai antara produsen

primer dengan karnivora besar dan kecil dapat mempengaruhi kompleksitas rantai

makanan dalam ekosistem perairan(Handayani dan Mufti, 2005).

Fitoplankton memegang peranan yang sangat penting dalam suatu

perairan, fungsi ekologinya sebagai produsen primer dan awal mata rantai dalam

jaring makanan menyebabkan fitoplankton sering dijadikan skala ukuran

kesuburan suatu perairan. Tingkat berikutnya adalah pemindahan energi dari

produsen ke tingkat tropik yang lebih tinggi melalui rantai makanan. Zooplankton

merupakan konsumen pertama yang memanfaatkan produksi primer yang

dihasilkan fitoplankton. Peranan zooplankton sebagai mata rantai antara produsen

primer dengan karnivora besar dan kecil dapat mempengaruhi kompleksitas rantai

(35)

perairan akan mempengaruhi keberadaan zooplankton baik langsung atautidak

langsung. Struktur komunitas dan pola penyebaran zooplankton dalam perairan

dapat dipakai sebagai salah satuindikator biologi dalam menentukan perubahan

kondisi perairan tersebut. Untuk mengkaji hal tersebut salah satuyang dapat

dilakukan yaitu dengan mengetahui komposisi, kelimpahan, dan keanekaragaman

zooplankton. Strukturkomunitas zooplankton di suatu perairan ditentukan oleh

kondisi lingkungan dan ketersediaan makanan dalam hal inifitoplankton. Apabila

kondisi lingkungan sesuai dengan kebutuhan zooplankton maka akan terjadi

proses pemangsaan fitoplankton oleh zooplankton(Handayani dan Mufti, 2005).

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai Juni 2015

disepanjang Sungai Keureuto Kecamatan Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara.

Pengukuran parameter kualitas air dilakukan 3 stasiun. Penelitian dilakukan

dengan 2 tahap yaitu, secara langsung (insitu) yaitu dilapangan dan tidak langsung

(exsitu) yaitu analisis sampel air dilakukan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan

dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) dan identifikasi plankton dilakukan di

Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan Terpadu. Adapun lokasi

(36)

perairan akan mempengaruhi keberadaan zooplankton baik langsung atautidak

langsung. Struktur komunitas dan pola penyebaran zooplankton dalam perairan

dapat dipakai sebagai salah satuindikator biologi dalam menentukan perubahan

kondisi perairan tersebut. Untuk mengkaji hal tersebut salah satuyang dapat

dilakukan yaitu dengan mengetahui komposisi, kelimpahan, dan keanekaragaman

zooplankton. Strukturkomunitas zooplankton di suatu perairan ditentukan oleh

kondisi lingkungan dan ketersediaan makanan dalam hal inifitoplankton. Apabila

kondisi lingkungan sesuai dengan kebutuhan zooplankton maka akan terjadi

proses pemangsaan fitoplankton oleh zooplankton(Handayani dan Mufti, 2005).

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai Juni 2015

disepanjang Sungai Keureuto Kecamatan Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara.

Pengukuran parameter kualitas air dilakukan 3 stasiun. Penelitian dilakukan

dengan 2 tahap yaitu, secara langsung (insitu) yaitu dilapangan dan tidak langsung

(exsitu) yaitu analisis sampel air dilakukan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan

dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) dan identifikasi plankton dilakukan di

Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan Terpadu. Adapun lokasi

(37)

Gambar 2. Lokasi Penelitian

Alat dan bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, ang water

sampel, botol sampel air, botol sampel plankton, botol winkler, buku identifikasi

plankton, cool box, ember 5 liter, GPS (Global Positioning System), kamera

digital, kertas label,lakban, mikroskop, object glass, pipet tetes, pH meter,

plankton net, secchi Disk, spidol, stopwatch, refraktometer, termometer, tali,

tissue.

Adapun bahan yang digunakan adalah amilum, aquades, H2SO4, KOH-KI,

MnSO4, NaSO3, lugol, dan es batu.

(38)

Metode yang digunakan dalam penentuan stasiun pengambilan sampel

kualitas air adalah “PurposiveSampling”. Terdapat 3 stasiun dengan 3 kali

ulangan pengambilan sampel. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Maret

2015 sampai April 2015, dengan interval waktu 2 minggu sekali.Pengambilan

sampel air dilakukan setelah matahari keluar sempura, yaitu pada pukul 09.00

WIB sampai 13.00 WIB. Pengambilan sampel dan penentuan stasiun didasarkan

pada aktivitas disekitar sungai.

Deskripsi Area

Sungai keureto merupakan Sungai yang yang berada di Kota Lhoksukon,

Aceh Utara. Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Krueng Keureuto membentang

padaKabupaten Aceh Tengah pada bagian hulu dan Kabupaten Aceh Utara pada

bagian hilir.Luas total daerah aliran sungai (catcment area) adalah 916,31 km2,

dengan panjangsungai 93,91 km.

Lokasi penelitian stasiun 1 berada dialiran sekitar daerah muara Sungai

Keureuto, di Desa Blang Pantee Kecamatan Paya Bakong. Stasiun ini berada pada

titik koordinat 05°01’90” LU dan 097°09’51,66” BT. Lokasi penelitian stasiun 1

(39)

Gambar 3. Stasiun 1

Lokasi stasiun 2 yaitu daerah penambangan gas. Terletak di Desa Parang

Sikureng Kecamatan Matang Kuli. Stasiun ini berada pada titik koordinat

05°02’8,16” LU dan 097°16’1,44” BT. Lokasi penelitian stasiun 2 dapat dilihat

pada Gambar 4.

Gambar 4. Stasiun 2

Lokasi stasiun 3 berada pada daerah pertanian yaitu sawah dan ladang.

Dan permukiman warga yang padat dan juga daerah perkotaan. Stasiun ini terletak

di Desa Meunasah Dayah Kecamatan Lhoksukon. Berada pada koordinat

05°02’28,86” LU dan 097°19’9,66” BT. Lokasi penelitian stasiun 3 dapat dilihat

(40)

Gambar 5. Stasiun 3

Parameter yang Diukur

a. Pengukuran Biologi (Plankton)

Pengambilan sampel plankton dilakukan langsung di tempat penelitian.

Prosedur pengambilan sampel plankton yakni sampel air dari permukaan diambil

dengan menggunakan Ang Water Sampel dengan 3 kali ulangan, kemudian

dituang kedalam plankton net. Sampel plankton yang terjaring dituang ke dalam

botol film dan diawetkan dengan menggunakan lugol sebanyak 3 tetes dan diberi

label.

Sampel diambil 1 ml menggunakan pipet tetes lalu dituang dan diamati

menggunakan Sedgwick Rafter berupa gelas preparat yang berbentuk empat

persegi panjang dan terdapat lekukan dengan panjang 50 mm, lebar 20 mm, dan

tinggi 1 mm kemudian ditutup menggunakan object glass. Pengamatan dilakukan

dengan 20 kali ulangan dan diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi

(41)

b. Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Perairan Faktor Fisika Perairan Yang Diukur Mencakup: Suhu

Suhu air diukur menggunakan termometer air raksa yang dimasukkan ke

dalam sampel air selama lebih kurang 10 menit. Kemudian dibaca skala pada

termometer tersebut. Pengukuran suhu air dilakukan setiap pengamatan di

lapangan. Adapun langkah kerja pengambilan sampel dapat dilihat pada Lampiran

10.

Kecepatan Arus

Pengukuran kecepatan arus menggunakan benda yang mengapung seperti

gabus dengan cara yang paling sederhana. Diambil jarak 5 m antara satu titik

dengan titik yang lain. Kemudian gabus diletakkan mengikuti arus pada titik awal,

lalu stopwatch dihidupkan sampai melewati titik akhir. Kemudian dicatat waktu

tempuh gabus. Pengukuran kecepatan arus dilakukan tiap stasiun dan setiap

pengamatan di lapangan.

Penetrasi Cahaya

Penetrasi cahaya dilakukan menggunakan Secchi Disk yang dimasukkan

ke dalam badan air sampai keping secchi tidak terlihat, kemudian diukur panjang

tali yang masuk ke dalam air.

Total Suspended Solid (TSS)

Total Suspended Solid (TSS) diukur dengan Spektrofotometri. Sampel air

yang diambil dari setiap stasiun dimasukkan kedalam botol kemudian dilakukan

analisis di Laboratorium.

(42)

pH (Derajat Keasaman)

Nilai pH diukur menggunakan pH meter dengan cara memasukkan pH

meter ke dalam sampel air yang diambil dari perairan sampai pembacaan pada alat

konstan dan dibaca angka yang tertera pada pH meter tersebut.

DO (Dissolved Oxygen)

Dissolved Oxygen (DO) diukur menggunakan metoda Winkler. Sampel air

diambil dari permukaan perairan dan dimasukkan ke dalam botol winkler

kemudian dilakukan pengukuran oksigen terlarut. Metode Winkler dapat dilihat

pada Lampiran 1.

BOD5(Biochemical Oxygen Demand)

Pengukuran BOD5 dilakukan dengan menggunakan metoda winkler.

Sampel air yang diambil dari permukaan perairan dimasukkan ke dalam botol

winkler. Kemudian diinkubasi selama 5 hari dalam suhu 20°C. Lalu dilakukan

pengukuran nilainya seperti bagan kerja pengukuran DO. Metode kerja BOD5

dapat dilihat pada Lampiran 2.

Fosfat

Pengukuran fosfat dilakukan dengan cara sampel air diambil langsung di

lapangan sebanyak 1 liter menggunakan botol sampel pada permukaan

airkemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisa menggunakan

spektrofotometer.

Nitrat

Pengukuran nitrat dilakukan dengan cara sampel air diambil langsung di

(43)

kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisa menggunakan

spektrofotometer.

Analisis Data

Kelimpahan Plankton (K)

Nilaikelimpahan fitoplankton dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut (modifikasi dari APHA 1995).

� = ������

������

Keterangan :

N : Kelimpahan plankton (sel/l) n : jumlah sel yang diamati (sel) Vs : Volume contoh air yang disaring (l)

Acg : Luas penampang permukaan Sedwgwick Rafter Counting Cell (mm2) Aa : Luas amatan (mm2)

Vt : Volume air yang tersaring (30 ml)

As : Volume konsentrasi dalam Sedgwick Rafter Counting Cell (ml)

Indeks Keanekaragaman Shannon–Wienner (H’)

Analisis dengan menggunakan rumus Shannon-Wienner digunakan untuk

mengetahui keanekaragaman jenis biota perairan. Jika keanekaragamannya tinggi,

berarti komunitas planktonnya di perairan makin beragam dan tidak didominasi

olehsatu atau dua jenis individu plankton Persamaan yang digunakan untuk

menghitung indeks ini adalah persamaan Shanon-Wienner, Untuk itu dilakukan

perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

H’ = -∑ pi ln pi

Keterangan :

H’ : Indeks Diversitas

pi : Jumlah individu masing-masing jenis (i=1,2,3,…) S : Jumlah jenis

(44)

ln : Logaritma nature

pi : Ʃ ni/N (Perhitungan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis)

Dengan nilai H’ :

0 < H’ < 2,302 = Keanekaragaman rendah 2,302 < H’ < 6,907 = Keanekaragaman sedang H’ > 6,907 = Keanekaragaman tinggi

Indeks Keseragaman (E)

Indeks keseragaman dihitung dengan formula dari Shannon-Wienner

(Odum, 1993), yaitu sebagai berikut:

� = H’

H max

Keterangan:

H’ : Nilai Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener H max : ln S

Keterangan:

0-1 atau mendekati 1 = Penyebaran tidak merata dan keseragaman rendah >1 = Penyebaran merata dan keseragaman tinggi

Indeks Dominansi (D)

Menurut Odum (1994) diacupada Fachrul (2007) untuk mengetahui

adanya dominansi jenis di perairan dapat digunakan indeks dominansi Simpson

dengan persamaan berikut:

(45)

atau struktur komunitas dalam keadaan stabil.

D ≈ 1 : berarti terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya atau struktur komunitas labil, karena terjadi tekanan ekologi (stres).

Parameter Fisika Kimia Perairan

Hasil pengamatan parameter fisika kimia perairan dibandingkan dengan

baku mutu kualitas air untuk budidaya ikan, apakah kualitas air tersebut berada

dibawah ambang batas atau diatas ambang batas untuk budidaya ikan. Kualitas air

menurut Baku Mutu PP No. 82 tahun 2001 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Kualitas Air Kelas Ii Untuk Budidaya Ikan Air Tawar Menurut Baku Mutu PP No. 82 Tahun 2001.

Metode Storet merupakan salah satu metode untuk menentukan status

mutu air yang umum digunakan. Dengan metode Storet dapat diketahui

parameter-parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Secara

(46)

baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status

mutu air. Cara untuk menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan

sistem nilai dari US-EPA (Environmental Protection Agency) dengan

mengklasifikasikan sebagai berikut:

1. Skor = 0  memenuhi baku mutu

2. Skor = -1 s/d -10  tercemar ringan

3. Skor = -11 s/d -30  tercemar sedang

4. Skor = ≤ -31  tercemar berat

Penentuan status mutu air dengan menggunakan metode Storet dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Lakukan pengumpulan data kualitas air secara periodik sehingga membentuk

data dari waktu ke waktu (time series data).

2. Bandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan

nilai baku mutu yang sesuai dengan kelas air.

3. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran ≤

baku mutu) maka diberi skor 0.

4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran >

baku mutu) maka diberi skor yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air

Jumlah Contoh Nilai Parameter

(47)

Minimum -2 -4

Rata-rata -6 -12

5. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya

dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan sistem nilai.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

(48)

Hasil penelitian parameter fisika kimia perairan Sungai Keureuto memiliki

nilai yang bervariasi tetapi tidak menunjukkan perbedaan nilai yang signifikan

antara masing-masing stasiun. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di

perairan Sungai Keureuto, Kabupaten Aceh Utara diperoleh nilai rata-rata

parameter fisika kimia perairan dan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai Rata-Rata Parameter Fisika Kimia Perairan yang Diukur

Parameter Satuan

Baku Mutu Kelas Stasiun

II III 1 2 3

*Berdasarkan PP Nomor 82 Tahun 2001 untuk Budidaya Ikan Air Tawar

Suhu

Nilai rata-rata suhu air berkisar antara 23,3°C – 24,6°C. Suhu tertinggi

yaitu 24,6°C pada stasiun 3 dan suhu terendah yaitu 23,3°C pada stasiun 1, hal ini

(49)

Perbedaan nilai suhu ini dikarenakan perbedaan substrat, lokasi dan waktu

pengambilan. Nilai rata-rata suhu dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Nilai Rata-Rata Suhu Pada Setiap Stasiun

Kecerahan

Nilai kecerahan pada Sungai Keureuto berkisar antara 20,66 – 48,33 cm.

Kecerahan tertinggi yaitu 48,33 cm terdapat pada stasiun 1 dan kecerahan

terendah yaitu 20,66 cm terdapat pada stasiun 3. Perbedaan nilai kecerahan ini

dikarenakan perbedaan kedalaman dan warna air serta substrat sungai, dimana

pada stasiun 1 substratnya adalah pasir berbatuan sedangkan pada stasiun 2 dan 3

substratnya adalah belumpur, dan pada stasiun 2 dan 3 kealaman sungai lebih

tinggi daripada stasiun 1. Nilai rata-rata kecerahan dapat dilihat pada gambar 7. 23,3

23,6

24,6

22,5 23 23,5 24 24,5 25

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

SU

H

(50)

Gambar 7. Nilai Rata-Rata Kecerahan Pada Setiap Stasiun

Kecepatan Arus

Nilai kecepatan arus pada Sungai Keureuto berkisar antara 0,4 – 1,4 m/s.

Kecepatan arus tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 1,4 m/s dan kecepatan arus

terendah terdapat pada stasiun 3 yaitu 0,4 m/s. Nilai rata-rata kecepatan arus

dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Nilai Rata-Rata Kecepatan Arus Pada Setiap Stasiun 48,33

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

K

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

(51)

TSS(Total Suspended Sold)

Nilai TSS pada Sungai Keureuto berkisar antara 22 – 93,33 mg/l. Nilai

TSS tertinggi yaitu 93,33 mg/l yang terdapat pada stasiun 3 dan nilai TSS

terendah yaitu 22 mg/l terdapat pada stasiun 1. Stasiun 1 memiliki nilai TSS yang

rendah dikarenakan memiliki kecepatan arus yang tinggi, sehingga

partikel-partikel padatan yang ada terbawa oleh arus, namun partikel-partikel-partikel-partikel yang ada

pada stasiun 1 masih sedikit. Nilai rata-rata TSS dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Nilai Rata-Rata TSS Pada Setiap Stasiun

pH

Nilai pH yang diukur pada masing-masing stasiun berkisar antara 7,5 –

7,9. Nilai pH tertinggi yaitu 7,9 terdapat pada stasiun 1 dan pH terendah yaitu 7,5

terdapat pada stasiun 2. Namun dari hasil penelitian dilihat bahwa nilai pH tidak

memiliki perbedaan yang sangat signifikan, secara umum nilai pH ini adalah

normal. Nilai rata-rata pH dapat dilihat pada Gambar 10. 22

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

TS

(52)

Gambar 10. Nilai Rata-Rata pH Pada Setiap Stasiun

DO

Nilai DO pada Sungai Keureuto berkisar antara 4,53 – 4,74 mg/l. Nilai DO

tertinggi yaitu 4,74 mg/l terdapat pada stasiun 2 dan nilai DO terendah terdapat

pada stasiun 1 yaitu 4,53 mg/l. Hal ini menunjukkan jumlah oksigen lebih banyak

pada stasiun 2. Nilai rata-rata DO dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Nilai Rata-Rata DO Pada Setiap Stasiun

7,9

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

pH

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

(53)

BOD5

Nilai BOD5 pada Sungai Keureuto berkisar antara 0,406 – 0,68 mg/l. Nilai

BOD5 tertinggi yaitu 0,68 mg/l terdapat pada stasiun 3, hal ini dikarenakan

semakin tinggi derajat pengotoran limbah maka BOD5akan semakin tinggi dan

nilai BOD5 terendah yaitu 0,406mg/lyang terdapat pada stasiun 1, hal ini

dikarenakan oleh perbedaan arus dan kedalaman sungai. Nilai rata-rata

BOD5dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Nilai Rata-Rata DO Pada Setiap Stasiun

Nitrat

Nilai Nitrat pada Sungai Keureuto berkisar 1 mg/l. Nitrat merupakan zat

hara yang menentukan subur atau tidaknya suatau perairan. Dari hasil penelitian

nilai nitrat yang terdapat pada sungai keureuto tidak terdapat perbedaan pada

setiap stasiun tidak terdapat perbedaan. Rata-rata nilai nitrat dapat dilihat pada

Gambar 13.

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

B

O

(54)

Gambar 13. Nilai Rata-Rata Nitrat Pada Setiap Stasiun

Pospat

Nilai pospat pada Sungai Keureuto berkisar antara 0,03 – 0,19 mg/l. Nilai

pospat tertinggi yaitu 0,19 mg/l terdapat pada stasiun 3 dan nilai pospat terendah

terdapat pada stasiun 1 yaitu 0,03 mg/l. Nilai rata-rata pospat dapat dilihat pada

Gambar 14.

Gambar 14. Nilai Rata-Rata Pospat Pada Setiap Stasiun

1 1 1

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

NI

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

PO

S

PA

(55)

Parameter Biologi

Tabel 5. Jenis Plankton yang ditemukan di Sungai Keureuto

Kelas Family Genus

Bacillariophyceae Achanthaceae Acanthes sp.

Fragilariaceae Fragilaria sp.

Synedra sp.

Cyanophyceae Oscillatoriaceae Oscillatoria sp.

Spirulina sp.

Desmidiaceae Closterium sp.

Ulothrix sp.

Oedogoniaceae Oedogonium sp.

Paramecium sp.

Cladophoraceae Cladopora sp.

Rotifera Keratella sp.

Dinorbryon sp.

Ceratiaceae Ceratium sp.

Mesotaeniacea Gonatozygon sp.

Zygnemataceae Mougeotia sp.

(56)

Kelimpahan Plankton

Setelah plankton diidentifikasi dan dihitung jumlahnya dengan

menggunakan rumus, maka diketahui jumlah kelimpahan plankton per stasiun

yang dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai Kelimpahan (K) Plankton

Titik Pengamatan Nilai Kelimpahan (K) (ind/ L)

Stasiun 1

Setelah dihitung jumlah kelimpahan plankton maka diketahui jumlah

indeks keanekaragaman plankton per stasiun yang dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Nilai Keanekaragaman (H′) Plankton

Titik Pengamatan Nilai Kelimpahan (H′)

Stasiun 1

Setelah dihitung jumlah Keanekaragaman plankton maka dapat diketahui

jumlah indeks keseragaman plankton per stasiun yang dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Nilai Indeks Keseragaman (E)

Titik Pengamatan Nilai Keseragaman (E)

(57)

Indeks Dominansi (C)

Setelah plankton diidentifikasi dan dihitung jumlahnya dengan

menggunakan rumus, maka dapat diketahui jumlah indeks dominansi plankton per

stasiun yang dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Nilai Dominansi (C)

Titik Pengamatan Nilai Dominansi

Stasiun 1

Kualitas air di perairan Sungai Keureuto berdasarkan parameter fisika

kimia menggunakan metode storet dengan baku mutu air menurut Peraturan

Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 (Lampiran) dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Nilai Skor Kualitas Perairan Metode Storet

Kelas Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Skor Kualitas Air Skor Kualitas Air Skor Kualitas Air

(58)

Pembahasan

Parameter Fisika dan Kimia Perairan Suhu

Hasil pengukuran suhu air di Sungai Keureuto berkisar antara 23,3°C –

24,6°C. Jika dibandingkan dengan baku mutu Suhu tertinggi yaitu 24,6°C pada

stasiun 3 pada daerah hilir sungai. Ini dikarenakan pengukuran suhu dilakukan

pada pukul 11.00 WIB dimana intensitas matahari yang cukup tinggi dan juga

lokasi stasiun 3 ini yg berada pada wilayah yang padat penduduk. Menurut

Hutabarat (2010) bahwa tingginya suhu disebabkan oleh tingginya cahaya dan

adanya pencampuran air, serta oleh faktor aktifitas yang ada pada stasiun tersebut.

Tingginya suhu air berkaitan dengan besarnya intensitas cahaya matahari yang

masuk keperairan, karena intensitas cahaya yang masuk menentukan derajat

panas. Semakin banyak sinar matahari yang masuk maka suhu semakin tinggi dan

bertambahnya kedalaman akan mengakibatkan suhu menurun.

Suhu terendah terjadi pada stasiun 1 yaitu pada daerah penambangan batu

dan terletak dihulu sungai. Aktivitas ini menyebabkan suhu perairan menjadi

menurun. Menurut Barus (2004) bahwa suhu suatu badan perairan dapat

dipengaruhi oleh waktu, cuaca, aliran serta kedalaman. Nilai suhu pada Sungai

Keureuto ini termasuk suhu yang optimum bagi biota dan layak untuk

pengembangan budidaya ikan sesuai dengan baku mutu air PP No. 82 Tahun

(59)

Kecerahan

Nilai kecerahan pada Sungai Keureuto berkisar antara 20,66 – 48,33 cm.

Nilai kecerahan ini dipengaruhi oleh aktifitas yang ada pada stasiun dan juga

kedalamannya. Kemampuan cahaya matahari untuk menembus sampai kedasara

perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air. Dari hasil penelitian bahwa

kecerahan di Sungai Keureuto masih tinggi dan cocok untuk pembudidayaan ikan.

Hal ini sesuai pernyataan Sumich (1992) diacu oleh Asmara (2005) bahwa

semakin tinggi kedalaman secci disksemakin dalam penetrasi cahaya kedalam air,

yang selanjutnya akan meningkatkan ketebalan lapisan air yang produktif.

Tebalnya lapisan air yang produktif memungkinkan terjadinya pemanfaatan unsur

hara secara kontinyu oleh produsen primer.

Kecepatan Arus

Nilai kecepatan arus pada Sungai Keureuto berkisar antara 0,4 – 1,4 m/s.

Kecepatan arus tertinggi yaitu sebesar 1,4 m/s yang terdapat pada stasiun 3 yaitu

daerah hulu yang terdapat penambangan batu. Dan terendah terdapat pada stasiun

3, dimana stasiun 3 kedalamannya lebih tinggi daripada stasiun1. Perbedaan

kecepatan arus ini umumnya dipengaruhi karena perbedaan substrat. Menurut

Nybakken (1992) diacu oleh Wijaya dan Riche (2010) bahwa kecepatan arus

dapat dipengaruhi oleh keberadaan angin dan sustrat yang terdapat didasar

(60)

TSS (Total Suspended Solid)

Nilai TSS pada Sungai Keureuto berkisar antara 22 – 93,33 mg/l. Nilai

TSS tertinggi yaitu pada stasiun 3. Adanya peningkatan TSS air Sungai Keureuto

pada stasiun 2 dan 3, dikarenakan banyaknya alih fungsi lahan menjadi

pemukiman warga dan terdapat penambangan gas dan juga limbah perkotaan yang

memasuki aliran sungai. Menurut Effendi (2003) yang diacu oleh Ali dkk., (2013)

bahwa untuk kepentingan perikanan dengan nilai TSS antara 25-80 mg/l,

pengaruhnya terhadap kepentingan perikanan adalah sedikit berpengaruh.

Sehingga dengan nilai TSS air sungai Keureto yang berkisar antara 22 – 93,33

mg/l menjadi sedikit berpengaruh untuk kepentingan perikanan.

pH

Nilai pH yang diukur pada masing-masing stasiun berkisar antara 7,5 –

7,9. Secara umum nilai pH ini adalah normal. Hal ini sesuai dengan pendapat

Barus (2004) bahwa nilai pH yang ideal untuk kehidupan organisme air pada

umumnya adalah 7 – 8,5. Berdasarkan standar baku mutu air PP No. 82 tahun

2001 (kelas II), pH yang baik untuk kegiatan budidaya ikan air tawar berkisar

antara 6 -9. Nilai pH ini menunjukkan bahwa di Sungai Keureuto ini masih layak

untuk dilakukan kegiatan budidaya perikanan sesuai dengan baku mutu PP no. 82

Tahun 2001.

DO

Nilai DO pada Sungai Keureuto berkisar antara 4,53 – 4,74 mg/l. Nilai DO

(61)

pertanian. Dari hasil ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai DO.

Menurut Tatangindatu dkk., (2013) bahwa DO yang seimbang untuk hewan

budidaya adalah 5 mg/l. Jika oksigen terlarut tidak seimbang akan menyebabkan

stress pada ikan karena otak tidak mendapat suplai oksigen yang cukup, serta

kematian akibat kekurangan oksigen (anoxia) yang disebabkan jaringan tubuh

tidak dapat mengikat oksigen yang terlarut dalam darah. Berdasarkan PP No. 82

Tahun 2001, batas minimum DO untuk kriteria air untuk budidaya ikan adalah

minimal 4. Hal ini menunjukkan kualitas air Sungai Keureto masih layak untuk

budidaya perairan.

BOD5

Nilai BOD5 pada Sungai Keureuto berkisar antara 0,406 – 0,68 mg/l. Nilai

BOD5 tertinggi yaitu sebesar 0,68 mg/l pada stasiun 3. Tingginya kadar BOD5 ini

dikarenakan banyaknya bahan organik yang dapat diurai oleh mikroorganisme

dalam proses dekomposisi. Bahan organik ini berasal dari limbah dan aktifitas

masyarakat serta lingkungan sekitar seperti perkebunan yang masuk kedalam

perairan Sungai Keureuto lalu terakumulasi di stasiun 3 ini, karena stasiun 3

merupakan hilir Sungai Keureuto. Menurut standar baku mutu kualitas perairan

PP No. 82 Tahun 2001 (kelas II), nilai BOD untuk kegiatan budidaya kurang dari

3 mg/l. Hal ini menunjukkan kualitas air Sungai Keureto masih layak untuk

(62)

Nitrat

Nilai Nitrat pada Sungai Keureuto berkisar 1 mg/l. Nilai nitrat yang

terdapat pada setiap stasiun adalah sama. Menurut Wardoyo (1985) yang diacu

oleh Hardiyanto, dkk., (2012) zat hara sangat diperlukan fitoplankton untuk

tumbuh dan berkembang biak, diantaranya adalah nitrogen dalam bentuk nitrat,

serta perannya dalam proses sintesa protein hewan dan tumbuh-tumbuhan.

berdasarkan kandungan nitrat kesuburan perairan dapat dibagi menjadi 3

golongan, yaitu kurang subur 0,0 – 0,1 mg/l, sedang 0,1 – 5,0 mg/l dan subur 5,0

– 50,0 mg/l.Oleh sebab itu perairan Sungai Keureuto tergolong perairan yang

subur dan layak dilakukan kegiatan budidaya perikanan, karena memenuhi standar

baku mutu kualitas perairan PP No. 82 Tahun 2001 (kelas II).

Pospat

Nilai pospat pada Sungai Keureuto berkisar 0,03 – 0,19 mg/l. Nilai pospat

tertinggi yaitu pada stasiun 3 sebesar 0,19 mg/l. Hal ini disebabkan terjadinya

pengadukan pada dasar perairan. Pospat yang ada diperairan sungai keureto ini

berasal dari hasil metabolisme organisme, limbah masyarakat. Namun nilai pospat

ini masih memenuhi baku mutu kualitas perairan PP No. 82 Tahun 2001 (kelas

II), sehingga layak untuk dikembangkan budidaya perikanan di Sungai Kereuto.

Menurut Effendi (2003) pospat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan

oleh tumbuhan. Karakteristik fosfor sangat berbeda dengan unsur – unsur lain

yang merupakan penyusun bioesfer karena unsur ini tidak terdapat diatmosfer.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian  TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2. Lokasi Penelitian  Alat dan bahan Penelitian
Gambar 4. Stasiun 2
Gambar 5. Stasiun 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan fenomena tersebut di atas, penelitian ini penting untuk dilakukan dalam penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis

Diawali dengan briefing pagi dari HR dan Legal, agenda saya hari ini yaitu melanjutkan membuat desain antar muka Fasapay Indonesia mobile.. Membuat ripple effect pada

Aloei Saboe Kota Gorontalo, setelah diukur dengan menggunakan chi square didapatkan bahwa tidak terdapat pengaruh dimana setelah diuji nilai X 2 yang diperoleh

Bagi masyarakat : sebagai bahan informasi untuk masyarakat bagaimana usaha Irzal Ilyas dalam mengembangkan karier politiknya dari seorang Pelaut hingga menjadi Walikota

Latar belakang inilah yang mendasari peneliti mengembangkan penelitian di wilayah Kota Kediri, dimana Kediri dikenal dengan ragam kearifan lokal dan budaya

UU No 3 tahun 2014 tentang perindustrian memberikan pengertian industri hijau sebagai “industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan

Jika Anda bertugas sebagai guru, jelaskan langkah yang dapat diambil untuk mengatasi

Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima, karena kewajiban tersebut