• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Perilaku Remaja Yang Diawasi Ibu Kost Dan Yang Tidak Diawasi Ibu Kost Tentang Hubungan Seksual Pranikah Di Padang Bulan Medan Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Perilaku Remaja Yang Diawasi Ibu Kost Dan Yang Tidak Diawasi Ibu Kost Tentang Hubungan Seksual Pranikah Di Padang Bulan Medan Tahun 2009"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

GAMBARAN PERILAKU REMAJA YANG DIAWASI IBU KOST DAN YANG TIDAK DIAWASI IBU KOST TENTANG HUBUNGAN

SEKSUAL PRANIKAH DI PADANG BULAN MEDAN TAHUN 2009

SKRIPSI

Oleh :

NINING ANDRIATI NIM 061000263

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

ABSTRAK

Akibat buruk dari seksual pranikah dapat membawa remaja masuk pada hubungan seks pranikah dengan segala akibatnya, antara lain terjadi kehamilan remaja puteri diluar nikah, infeksi organ reproduksi, perdarahan, pengguguran kandungan yang tidak aman, resiko tertular penyakit seksual dan meningkatkan remaja putus sekolah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku remaja yang diawasi ibu kost dan yang tidak diawasi ibu kost tentang hubungan seksual pranikah. Populasi dari penelitian ini adalah semua remaja (mahasiswa) di Kelurahan Padang Bulan Lingkungan IV Medan sebanyak 78 orang dengan batasan 18-21 tahun yang diawasi ibu kost 39 orang dan yang tidak diawasi 39 orang baik laki-laki maupun perempuan.

Hasil penelitian ini adalah dari 78 remaja di Lingkungan IV Kelurahan Padang Bulan Medan yang memiliki pengetahuan baik tentang hubungan seksual pranikah pada remaja yang diawasi sebanyak 23 orang (59,0%), sedangkan remaja yang tidak diawasi dan memiliki pengetahuan baik tentang hubungan seksual pranikah sebanyak 19 orang (48,7%), sikap remaja kost yang diawasi terhadap hubungan seksual pranikah dengan kategori baik tidak melakukan hubungan seksual pranikah sebanyak 32 orang (82,1%) dan tidak diawasi ibu kost sebanyak 9 orang (23,1%), tindakan remaja yang diawasi ibu kost dan pernah melakukan hubungan seksual pranikah sebanyak 7 orang (17,9%) sedangkan remaja yang tidak diawasi dan pernah melakukan hubungan seksual pranikah ada 13 orang (33,3%).

Dari hasil penelitian diharapkan kepada Kepala Lingkungan IV Kelurahan Padang Bulan Medan untuk lebih meningkatkan pemantauan khususnya remaja yang tidak diawasi ibu kost untuk lebih tegas membuat peraturan, dan tamu wajib lapor 1 x 24 jam untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dan kepada pemilik kost terutama yang tidak diawasi agar menyediakan ruangan khusus untuk tamu agar tamu yang datang masuk ke kamar untuk mencegah terjadinya seksual pranikah. di tempat kost

(3)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

ABSTRAK

A result of bad sexual pranikah can bring young people enter the sex pranikah with all the consequences, among other, the occurrence of teenage pregnancy daughter outside of marriage, reproductive organ infection, bleeding, shedding of the womb is not safe, risk of contracting sexually transmitted disease and improve the youth dropped out of school.

This study is a descriptive survey type research that aims to find out a description of the adolescent mothers kost monitored and not monitored kost mother about sexual pranikah in Padang Bulan Medan in 2009. Population from this research were 78 people with the 18-21 year age restriction, and sampling techniques for sampling total.

Results of this research is of 78 teenagers in the Environment IV Kelurahan Medan Padang Bulan who have good knowledge about sexual pranikah the teenagers who supervised as many as 23 people (59,0%), while adolescentsare not monitored and have a good knowledge about sexual pranikah as many as 19 people (48,7%), attitudes of young people supervised kost against sexual relations with pranikah category does not make good sexual pranikah as many as 32 people (82,1%) and is not supervised as much as the mother kost 9 people (23,1%), action teenagers who supervised kost mother and never make sexual pranikah of 7 people (17,9%) while the teenagers are not supervised and never make sexual pranikah have 13 people (33,3%).

From the results of the research are expected to head to the Environment IV Kelurahan Medan Padang Bulan to improve monitoring, especially teenage mothers are not monitored kost to make more explicit regulations, guests must report 1x24 hours to prevent the things that are not desired and to the owner who does not particularly kost supervised in order to provide a special room for guests so that guests who do not come into the room to prevent the occurrence of sexual pranikah in the kost

(4)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nining Andriati

Tempat/Tanggal Lahir : Sidomulyo, 28 Pebruari 1983

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Jumlah Anggota Keluarga : Anak ke lima dari lima bersaudara

Alamat : Jalan D.I. Panjaitan No. 30 Lingkungan I

Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat (20813)

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1990 - 1996 : SD Neg. 054901 Stabat

2. Tahun 1996 – 1999 : MTS Ulumul Quran Stabat

3. Tahun 1999 – 2002 : SMU Persiapan Stabat

(5)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaiakan skripsi ini

dengan baik.

Penelitian ini dilakukan di Padang Bulan Medan dengan judul

“Gambaran Perilaku Remaja Kost yang Diawasi Ibu Kost dan yang Tidak Diawasi Ibu Kost Tentang Hubungan Seksual Pranikah di Padang Bulan Medan 2008”, ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penulisan ini skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil. Untuk itu

penulis ingin mnyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen

Penguji II.

2. Ibu dr. Yusniwarti Yusad, M.Si, selaku Ketua Departemen

Kependudukan dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Penguji III.

3. Ibu Asfriyati, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan

bimbingan, petunjuk dan saran kepada penulis, sehingga skripsi dapat

(6)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

4. Bapak Drs. Tukiman, MKM, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

banyak memberi bantuan, bimbingan, pengetahuan, saran bagi penulis

dalam penulisan skrips ini.

5. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK, selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang selalu memberikan petunjuk penulis mengikuti

pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

6. Seluruh staf pengajar Departemen Kependudukan dan Biostatistik

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Drs. Marin Karo-Karo sebagai Kepala Kelurahan di Padang

Bulan Medan dan Bapak Sinaga sebagai kepala lingkungan IV Padang

Bulan Medan yang telah memberikan ijin pada penulis untuk

melakukan penelitian.

8. Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda

tercinta Jumino dan Sudarti yang telah memberikan perhatian yang

tulus dan doa yang tiada henti

9. Abang-abang yang kusayangi : Dodi, Hendrik, Sigit dan Didik

terimakasih buat dukungannya.

10. Ibu dan Bapak kost serta teman satu kost (Vera, Ana, Jayanti, Sri dan

Neni) yang telh memberikan perhatian dan dukungannya.

11. Seluruh teman-teman kepeminatan Kependudukan dan Biostatistik

(7)

teman-Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih

atas bantuannya.

Semoga kebaikan semua pihak yang telah banyak membantu penulis

mendapat rahmat dan hidayah dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini

mungkin masih terdapat kekurangan yang dapat diperbaiki, maka penulis

mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang sifatnya membangun

dalam memperkaya skripsi ini.

Dan akhirnya semoga tulisan ini dapat memberi manfaat dan masukan

bagi kita semua. Amin.

Medan, Juni 2009

Penulis

(8)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Remaja ... 7

2.1.1. Perubahan Fisik Pada Masa Remaja ... 7

2.1.2. Perubahan Kejiwaan Pada Masa Remaja ... 10

2.2. Hubungan Seksual Pranikah ... 11

2.2.1. Pengertian Seksual Pranikah ... 11

2.2.2. Perkembangan Seksual Remaja ... 13

2.2.3. Pengaruh Akibat Terjadinya Hubungan Seks Pranikah ... 15

2.3. Kesehatan Reproduksi ... 16

2.3.1. Pembinaan Kesehatan Reproduksi Remaja ... 18

2.3.2. Berbagai Resiko Kesehatan Reproduksi ... 19

2.4. Perilaku ... 20

2.4.1. Pengertian Perilaku ... 20

2.4.2. Bentuk Perilaku ... 21

2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Seks Pranikah di Tempat Kost ... 26

(9)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian ... 31

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 31

3.2.2. Waktu Penelitian ... 31

3.3. Populasi dan Sampel ... 31

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 32

3.4.1. Data Primer ... 32

3.4.2. Data Sekunder ... 32

3.5. Definisi Operasional ... 32

3.6. Analisa Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 34

4.2. Data Demografi ... 34

4.3. Karakteristik Responden ... 34

4.4. Data Khusus Responden ... 35

4.4.1. Pengetahuan Remaja Kost Tentang Hubungan Seksual Pranikah 35 4.4.2. Sikap Remaja Tentang Hubungan Seksual Pranikah ... 41

4.4.3. Tindakan Hubungan Seksual Pranikah ... 44

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Perilaku ... 47

5.1.1. Pengetahuan Remaja Kost ... 47

5.1.2. Sikap Remaja Kost ... 48

5.1.3. Tindakan Remaja Tentang Hubungan Seksual Pranikah ... 49

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan ... 53

6.2. Saran ... 54

(10)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Remaja yang Diawasi Ibu Kost dan Tidak Diawasi ibu

Kost di Padang Bulan MedanTahun 2009 ... 35

Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan Remaja Kost yang Diawasi dan Tidak Diawasi ibu Kost TentangTanda-Tanda Perempuan

DewasaTahun 2009... 36

Tabel 4.3 Distribusi Pengetahuan Remaja Kost yang Diawasi dan Tidak Diawasi Ibu Kost Tentang Tanda-Tanda Laki-Laki Dewasa Tahun 2009 ... 37

Tabel 4.4. Distribusi Pengetahuan Remaja Kost yang Diawasi dan Tidak Diawasi Ibu Kost Tentang Penyakit-Penyakit Akibat Sering Berganti-ganti

Pasangan Tahun 2009 ... 37

Tabel 4.5. Distribusi h Pengetahuan Remaja Kost yang Diawasi dan Tidak Diawasi Ibu Kost Tentang Resiko Akibat Melakukan Hubungan Seksual Pranikah Tahun 2009 ... 38

Tabel 4.6. Distribusi Pengetahuan Remaja Kost yang Diawasi dan Tidak Diawasi Ibu Kost Tentang Penyebab Ingin Melakukan Hubungan Seksual

Pranikah Tahun 2009 ... 39

Tabel 4.7. Distribusi Pengetahuan Remaja Kost yang Diawasi dan Tidak Diawasi Ibu Kost Tentang Tempat Kost dapat untuk Melakukan Hubungan

Seksual Tahun 2009 ... 40

Tabel 4.8. Distribusi Remaja Kost yang Diawasi dan Tidak Diawasi Ibu Kost Berdasarkan Kategori Pengetahuan Tentang Hubungan Seksual

Tahun 2009 ... 40

Tabel 4.9. Distribusi Remaja Kost yang Diawasi dan Tidak Diawasi Ibu Kost Tentang Sikap untuk Melakukan Hubungan Seksual Pranikah

Tahun 2009. ... 41

Tabel 4.10. Distribusi Remaja Kost yang Diawasi dan Tidak Diawasi Ibu Kost Berdasarkan Kategori Sikap Tentang Hubungan Seksual Pranikah

(11)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Remaja Kost yang Diawasi dan Tidak Diawasi

Ibu Kost Di Padang Bulan Medan Tahun 2009 ... 42

Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Remaja Kost yang Diawasi dan Tidak Diawasi Ibu Kost Berdasarkan Tindakan Hubungan Seksual Pranikah di

(12)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(13)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penellitian

Lampiran 2 : Permohonan Izin Peninjauan Riset/Wawancara/on The Job Training dari Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

(14)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1. Latar Belakang

Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat

penting maka remaja berusaha mencari berbagai informasi mengenai hal

tersebut. Padahal pada masa remaja informasi tentang masalah seksual sudah

seharusnya mulai diberikan, agar remaja tidak mancari informasi dari orang

lain atau dari sumber-sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru sama sekali.

Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat

remaja berada dalam potensi seksual yang aktif (Mu’tadin, 2002).

Tidak heran bila masalah seksualitas sering kali muncul dalam

kehidupan remaja karena ingin mencoba-coba segala hal, termasuk yang

berhubungan dengan fungsi kebutuhan yang juga melibatkan pasangannya.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi seorang remaja melakukan seks

pranikah karena ia didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk

mencoba-coba segala hal yang belum diketahui. Kondisi ini tentu saja dapat

menimbulkan keadaan yang rawan dan berbahaya dalam perilaku seksual

remaja dewasa ini (Gunarsa,dkk, 2000).

Hubungan seks pranikah umumnya berawal dari masa awal pacaran.

Pada masa pacaran ini hubungan intim dilakukan kalangan remaja. Baik

pelajar, mahasiswa, pemuda-pemudi tidak sekolah, mereka yang tinggal di

(15)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

dan bila gejolak nafsu tidak terkendali berlanjutnya hubungan badan. Saat

pacaran, pemuda mulai mengarahkan rayuan gombal berhubungan seks

dengan coba-coba. Mulai dari raba-raba, cium, pelukan hingga hubungan

badan. Tempatnya bisa di bioskop yang gelap ditengah pemutaran film, di

tempat rekreasi, tempat kost, dirumah ketika orang tua tidak lagi ada, bahkan

sengaja menginap di hotel (Tanjung, 2007).

Berdasarkan survei dasar kesehatan reproduksi remaja (KKR) yang

dilakukan BKKBN di Jawa Barat terdapat 288 responden usia 14-24 tahun di

enam Kabupaten/Kota Jabar pada Mei 2002, diperoleh data 39,65% remaja

pernah melakukan seksual pranikah. Selain itu terungkap pula 83% responden

belum memiliki pengetahuan tentang konsep reproduksi, 40,6% tidak tahu

tentang seksual beresiko dan 42,42% tidak mengetahui tentang penyakit

menular seksual (PMS) (Sendjaja, 2002).

Sedangkan dari hasil poling LSM Sahara di Kota Bandung adalah

44,8% mahasiswi melakukan hubungan intim (seks). Sebagian besar

mahasiswa dan mahasiswi yang melakukan hubungan seksual tersebut berada

dirumah kost. Dari tahun 2000 sampai 2002, diketahui bahwa tempat yang

paling sering mereka melakukan hubungan intim di rumah kost (51,5%),

kemudian menyusul di rumah-rumah pribadi (sekitar 30%). Rumah yang jauh

dari kampus membuat banyak mahasiswa dan mahasiswi di Bandung memilih

hidup di tempat kost. Dampaknya adalah mereka menjadi mandiri dan

akhirnya bisa mengambil keputusan. Tapi disisi lain, lemahnya kontrol dari

(16)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

mahasiswa dan mahasiswi tersebut melakukan hubungan seksual di

kamar-kamar kost mereka (Tempo, 2006)

Akibat buruk dari seksual pranikah dapat membawa remaja masuk pada

hubungan seks pranikah dengan segala akibatnya, antara lain terjadi kehamilan

remaja puteri diluar nikah, infeksi organ reproduksi, perdarahan, pengguguran

kandungan yang tidak aman, resiko tertular penyakit seksual dan meningkatkan

remaja putus sekolah (Djaja, 2002).

Menurut Agus Mochtar yang dikutip oleh Wiyana (2006), bahwa

adanya pola hubungan yang tidak akrab antara pemilik rumah kost dengan

mahasiswa dan mahasiswi yang dimaksud yaitu tidak adanya komunikasi

antara anak kost dengan pemilik kost misalnya pemilik kost tidak mau tahu

apa yang dikerjakan oleh anak kost tersebut dan anak kostpun tidak mau tahu

juga dengan pemilik kost sehingga membuat kehidupan seksual di tempat

kost menjadi sangat bebas. Sebanyak 72,9% responden perempuan yang

mengaku hamil. Dan diantaranya mereka ada 91,5% telah melakukan aborsi.

Tindakan aborsi tersebut biasanya mengunakan dukun beranak, sebanyak

94,8% dan hanya terdapat 5,25% aborsi perempuan yang dilakukan dengan

adanya bantuan petugas paramedis. Selain itu, terdapat 33,2% (perempuan)

dan ada 16,8% (laki-laki) yang mengaku telah menderita penyakit seksual

kelamin akibat adanya hubungan seks bebas.

Hasil penelitian terhadap sejumlah remaja di DKI Jakarta dan

Banjarmasin ketika ditanya tentang model berpacarannya sekitar 61% sudah

(17)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

sudah meraba alat vital kelamin pasangannya. Yang sampai bersenggama

sekitar 1-2%. Begitu pula penelitian dr. Baren (1991) yang dikutip oleh

Tanjung (2007), menyatakan bahwa dari penelitian yang dilakukan terhadap

remaja di Medan sebagaimana dimuat di tabloid Wanita Indonesia,

memperlihatkan gambaran betapa remaja begitu gampangnya melakukan seks

tanpa melalui jenjang pernikahan sah. Penelitian ini menyebutkan, mereka

yang melewati masa pacaran 2-6 bulan sudah dipastikan melakukan hubungan

seks. Apalagi yang sudah berpacaran lebih dari setahun (Tanjung, 2007).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Kajian dan

Perlindungan Anak (PKPA), terdapat siswa/siswi SMU dan SMK yang

berbeda di 3 (tiga) kota yaitu Medan, Lubuk Pakam, Stabat menemukan

bahwa dari 910 responden, sebanyak 295 orang (32,4%) pernah melakukan

kegiatan seksual dalam bentuk variatif yakni 28 orang (9,4%) melakukan

dalam bentuk hubungan kelamin, 68 orang (23%) melakukan dalam bentuk

pelukan, 169 orang (57,2%) melakukan dalam bentuk ciuman dan yang

melakukan dengan meraba alat vital sebanyak 31 orang (10,5%) (Lubis,

2000).

Berdasarkan survai awal yang dilakukan peneliti di daerah Padang

Bulan banyak sekali terdapat tempat-tempat kost yang diperuntukkan bagi

pelajar dan mahasiswa bahkan tempat tersebut ada yang khusus untuk

perempuan atau laki, bahkan ada yang dihuni oleh perempuan dan

laki-laki (campur). Tempat kost yang dihuni ada yang diawasi oleh ibu kost

(18)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

tinggal satu rumah (bersama) dengan pemilik kost, dan pemilik kost tersebut

membuat peraturan-peraturan seperti jam berkunjung dibatasi hingga jam

21.00 WIB, dan menyediakan tempat khusus untuk menerima tamu.

Sedangkan tempat kost yang tidak diawasi tidak ada pemilik kostnya, karena

mereka bersama-sama temannya untuk kost dalam satu rumah baik itu

perempuan/laki-laki, dan rumah tersebut dibuat dengan banyak kamar-kamar

oleh pemiliknya, sehingga tidak ada peraturan-peraturan dan mereka dapat

berbuat sesuka hatinya. Tempat-tempat kost tersebut dapat membuka peluang

atau kesempatan untuk melakukan seks bebas, karena tidak adanya aturan

didalam tempat tersebut bahkan pelajar bebas untuk keluar masuk tanpa

adanya batasan waktu.

Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti pada bulan Desember 2008

terhadap sejumlah tempat-tempat kost yang ada di Padang Bulan di dapat

bahwa tempat kost khusus perempuan hanya 20%, yang dihuni khusus

laki-laki ada 20%, untuk tempat kost yang diawasi oleh pemilik kost juga 20%,

sedangkan yang penghuninya campur (laki-laki dan perempuan) ada 40% data

tersebut di dapat dari hasil wawancara terhadap kepala lingkungan yang ada

di daerah tersebut.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti

bagaimana perilaku remaja yang diawasi ibu kost dan yang tidak diawasi ibu

kost tentang hubungan seksual pranikah di wilayah Padang Bulan Medan

(19)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

Banyaknya tempat-tempat kost didaerah Padang Bulan Medan

membuat para remaja semakin bebas untuk memilih, seperti tempat kost yang

diawasi oleh ibu kost maupun tempat yang tidak diawasi, tempat kost yang

tidak diawasi oleh ibu kost akan dapat membuka peluang atau kesempatan

untuk melakukan seks bebas, sedangkan yang diawasi sedikit kemungkinan

dapat melakukan seks bebas karena adanya pengawasan dari ibu kost.

Berdasarkan latar belakang diatas bahwa masih ada remaja yang

melakukan seks bebas baik di kost-kosan maupun di tempat lain sehingga

peneliti tertarik untuk melihat perilaku remaja yang diawasi ibu kost dan

tidak diawasai ibu kost tentang hubungan seksual pranikah di wilayah Padang

Bulan Medan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran perilaku remaja yang diawasi ibu kost

dan yang tidak diawasi ibu kost tentang hubungan seksual pranikah di Padang

Bulan Medan Tahun 2009.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran remaja yang diawasi ibu kost dan yang

tidak diawasi ibu kost tentang hubungan seksual pranikah

2. Untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang hubungan seksual

pranikah.

3. Untuk mengetahui sikap remaja tentang hubungan seksual pranikah.

(20)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Kepala lingkungan agar mengawasi perilaku

anak kost yang tinggal di lingkungan tersebut.

2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan

penelitian yang sejenis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Remaja

Menurut Mohammad yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), mengemukakan

bahwa remaja adalah anak berusia 13-25 tahun, dimana usia 13 tahun merupakan

batas usia pubertas pada umumnya, yaitu ketika secara biologis sudah mengalami

kematangan seksual dan usia 25 tahun adalah usia ketika mereka pada umumnya

secara sosial dan psikologis mampu mandiri. Ada dua hal penting menyangkut

batasan remaja, yaitu mereka sedang mengalami perubahan tersebut menyangkut

perubahan fisik dan psikologis (Notoatmodjo, 2007).

Sedangkan menurut WHO remaja merupakan individu yang sedang

mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan

(21)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif mandiri.

Batasan usia remaja menurut WHO dibagi dalam dua bagian yaitu remaja awal 10-14

tahun dan remaja akhir 15-20 tahun (Djaja,dkk, 2002).

Menurut Gunarsa (1991), disebutkan perkembangan remaja dengan

batas-batas usia dikelompokkan menjadi :

1. Usia 12-14 tahun disebut remaja awal

2. Usia 15-17 tahun disebut remaja

3. Usia 18-21 tahun disebut remaja lanjut

2.1.1. Perubahan Fisik Pada Masa Remaja

Pada masa remaja terjadi perubahan fisik (organobiologik) secara cepat, yang

tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental, emosional). Perubahan yang

cukup besar ini dapat membingungkan remaja yang mengalaminya, karena itu mereka

memerlukan pengertian, bimbingan dan dukungan lingkungan disekitarnya, agar

tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang sehat baik jasmani maupun

mental dan psikososial (Depkes RI, 2001).

A. Ciri-Ciri Perkembangan Remaja

Menurut Depkes RI (2001), ciri perkembangannya, masa remaja dibagi

menjadi 3 (tiga) tahap yaitu :

1. Masa Remaja Awal (10-12 tahun), yang ditandai dengan :

- Lebih dekat dengan teman sebaya

- Ingin bebas

(22)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

2. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)

- Mencari identitas diri

- Timbulnya keinginan untuk kencan

- Mempunyai rasa cinta yang mendalam

- Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak dan berkhayal tentang aktifitas

seks

3. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)

- Pengungkapan kebebasan diri

- Lebih selektif dalam mencari teman sebaya

- Mempunyai citra jasmani dirinya

- Dapat mewujudkan rasa cinta dan mampu berpikir abstrak.

B. Perubahan Fisik pada Masa Remaja

Terjadinya pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan

organ-organ reproduksi (organ seksual) mencapai kematangan, sehingga munculnya

tanda-tanda sebagai berikut:

1. Tanda-tanda seks primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan organ seks.

a. Terjadinya haid pada remaja puteri.

b. Terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki.

2. Tanda-tanda seks sekunder yaitu:

a. Pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan

buah zakar bertambah besar, terjadi ereksi dan ejakulasi, dada lebih besar,

badan berotot, tumbuhnya kumis, jambang dan rambut disekitar kemaluan dan

(23)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

b. Pada remaja puteri pingul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara

membesar, tumbuh rambut di ketiak dan sekitar kemaluan (pubis) (Depkes,

2001).

Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan aktif dalam munculnya

permasalahan seksual pada remaja adalah sebagai berikut :

a. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja.

Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam

bentuk tingkah laku tertentu.

b. Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia

perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang

perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut

persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan,

persiapan mental, dan lain-lain).

c. Norma-norma yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk melakukan

hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri

memiliki kecenderungan untuk melanggar hal-hal tersebut.

d. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran

informasi dan rangsangan melalui media masa dengan teknologi yang canggih

(contoh : VCD, Photo, majalah, internet, dan lain-lain), menjadi tidak terbendung

lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan

meniru apa dilihat atau didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka

(24)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

e. Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang

masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka

tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam

masalah ini.

f. Adanya kecenderungan yang makin bebas antara laki-laki dan perempuan dalam

masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita,

sehingga kedudukan perempuan semakin sejajar dengan pria (Mu’tadin, 2002).

2.1.2. Perubahan Kejiwaan pada Masa Remaja

Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan

fisik, yang meliputi (Depkes RI, 2001) :

1. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi :

- Sensitif (mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa)

- Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh,

sehingga mudah terpengaruh, misalnya mudah berkelahi.

2. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi :

- Mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik

- Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba.

(25)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

Seks mempunyai arti jenis kelamin, sesuatu yang dapat dilihat dan ditunjuk.

Jenis kelamin adalah suatu sifat atau ciri yang membedakan antara laki-laki dan

perempuan. Sedangkan pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang

berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara

hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan (Mu’tadin, 2002).

Hubungan seksual ialah masuknya penis ke dalam vagina. Bila terjadi

ejakulasi (pengeluaran cairan mani yang didalamnya terdapat jutaan sperma)

dengan posisi alat kelamin laki-laki berada dalam vagina, memudahkan

pertemuan sperma dan sel telur yang menyebabkan terjadinya pembuahan dan

kehamilan. Melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan

wanita yang telah mencapai hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh

pasangan suami istri (Anonim, 2002).

Sedangkan hubungan seksual pranikah merupakan tindakan seksual

yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum

maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu Suatu

masalah selalu muncul dalam kehidupan remaja karena mereka ingin

mencoba-coba segala hal, termasuk yang berhubungan organ fungsi

kebutuhannya yang juga melibatkan pasangannya. Namun dibalik itu semua,

faktor internal yang paling mempengaruhi perilaku seksual remaja sehingga

mengarah pada perilaku seksual pranikah pada remaja adalah organ seksual

(Tempo, 2006).

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

(26)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga

tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Objek seksual dapat berupa

orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri

sendiri (Mu’tadin, 2002).

Berbagai perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk

melakukan hubungan seksual secara wajar antara lain di kenal sebagai

(Gunarsa, 2000) :

1. Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi

terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk

pemenuhan kenikmatan yang seringkali menimbulkan goncangan pribadi

dan emosi.

2. Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti

sentuhan, pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan

seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan

memuaskan dorongan seksual.

3. Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang

pada dasarnya menunjukan dorongan tersebut ke kegiatan lain yang

sebenarnya masih dapat dikerjakan. Contoh, menonton dan membaca buku

pornografi.

Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada

remaja, oleh karena itu bila tidak ada penyaluran yang sesuai (menikah) maka harus

dilakukan usaha untuk memberikan pengertian dan pengetahuan mengenai hal

(27)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

Perubahan perilaku seks pranikah remaja tidak terlepas dari:

1. Hasil percontohan (modeling). Salah satunya adalah terbukanya akses informasi,

dimana informasi dapat diperoleh melalui media elektronika seperti siaran

televisi, video, DVD dan media cetak bahkan teknologi moderen seperti internet.

2. Adanya anggapan informasi seks hanya menjadi otoritas kaum dewasa dan bukan

anak-anak dan remaja, sehingga seks yang hadir dalam kehidupan remaja tidak

dikenal secara utuh dan terpotong-potong, karena dalam keluarga seks tabu untuk

dibicarakan ke anak-anak.

3. Dengan munculnya sikap ingin tahu hubungan seks pranikah sebagai “gugatan’’

Keadaan ini dipicu pula karena oleh berbagai macam tayangan, terbitan media

cetak dan elektronik pasca reformasi sehingga muncul gaya hidup baru menuju

perilaku seks bebas (Widjanarko, M, 2002).

2.2.2. Perkembangan Seksual Remaja

Selama perkembangan masa remaja, tidak ada fenomena yang sedramatis dan

memiliki pengaruh besar sebagaimna perwujudan dari perkembangan perilaku

seksual pada remaja. Menurut Elyawati (2001), bahwa perkembangan seksual remaja

dapat ditelusuri melalui 3 (tiga) aspek yang mendukung yaitu :

1. Seksual fantasi.

Seksual awal remaja biasanya tidak lepas dari upaya remaja untuk berfantasi

mengenai seluk beluk masalah seksual sampai dengan mimpi basah. Adanya

berbagai alasan mengapa remaja melakukan fantasi seksual, yaitu untuk

menikmati aktivitas seksual secara pribadi untuk meggantikan penyaluran

(28)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

seksual dan untuk latihan sebelum perilaku seksual tersalurkan secara nyata.

Seksual fantasi ini berguna bagi eksistensi perilaku seksual remaja dimasa dewasa

nanti, dan dapat menimbulkan rasa percaya diri remaja saat hubungan seksual

yang sesungguhnya dilakukan.

2. Indepensi.

Keterdekatan remaja dengan kelompok bermainnya sangat membantu dalam

upaya mendapatkan dukungan dan bimbingan dari perilaku yang dilakukan,

walaupun tidak dipungkiri bahwa kelompok bermain itu sendiri memiliki pola

aturan yang spesifik dan tuntunan perilaku yang dikehendaki, namun remaja lebih

memilih teman sebayanya sebagai peralihan dari keterikatan dengan orang tua.

Jadi kemandirian yang ditunjukkan oleh remaja sebenarnya masih butuh topangan

bimbingan. Remaja umumnya menentang orang tua mengenai perilaku seksual

bebas, masalah kebebasan seksual inilah yang sering kali dijadikan senjata bagi

remaja untuk melarikan diri dari ikatan orang tua.

3. Reaksi orang tua

Sikap orang tua terhadap masalah seksual sangat berpengaruh terhadap sikap

seksual remaja, bila orang tua mengagungkan keperawanan maka biasanya

anaknya memiliki nilai yang sama mengenai keperawanan, walaupun tidak semua

orang tua memiliki sikap yang kaku dan keras terhadap perilaku seksual

remajanya, namun orang tua tidak membiarkan anaknya memiliki sikap seksual

yang bebas (Elyawati, 2001).

(29)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

Kematangan organ seks dapat berpengaruh buruk bila remaja tak mampu

mengendalikan rangsangan seksualnya, sehingga tergoda untuk melakukan hubungan

seks pranikah. Hal ini akan menimbulkan akibat yang dapat dirasakan bukan saja oleh

pasangan, khususnya remaja puteri, tetapi orang tua, keluarga bahkan masyarakat.

Akibat buruk dari hubungan seksual pranikah berpengaruh bukan saja bagi

pasangan khususnya remaja puteri, tetapi juga orang tua keluarga, bahkan

masyarakat.

1. Akibat bagi remaja

a. Menambah resiko tertular penyakit menular seksual (PMS), seperti kencing

nanah, sifilis, herpes pada alat kelamin, klamida, HIV/AIDS.

b. Remaja puteri terancam kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran

kandungan yang tidak aman, infeksi organ reproduksi, perdarahan,

kemandulan bahkan kematian.

c. Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri, rasa berdosa, hilang harapan masa

depan), remaja wanita menjadi tidak perawan, remaja pria menjadi tidak

perjaka.

d. Kemungkinan hilangnya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan

kesempatan bekerja, terutama bagi remaja perempuan.

e. Melahirkan bayi yang kurang / tidak sehat.

2. Akibat bagi keluarga

a. Menimbulkan aib keluarga.

(30)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

c. Pengaruh kejiwaan bagi anak yang dilahirkan akibat tekanan masyarakat di

lingkungannya (ejekan).

3. Akibat bagi masyarakat

a. Meningkatkan remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat menurun.

b. Meningkatkan angka kematian ibu dan bayi, sehingga derajat kesejahteraan

masyarakat menurun (Djaja, S, dkk, 2002)

Sementara akibat psikososial yang timbul akibat perilaku seksual antara lain

adalah ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah,

Misalnya pada kasus remaja yang hamil di luar nikah. Belum lagi tekanan dari

masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut. Selain itu resiko yang lain

adalah terganggunya kesehatan yang bersangkutan, resiko kelainan janin dan tingkat

kematian bayi yang tinggi. Disamping itu tingkat putus sekolah remaja hamil juga

sangat tinggi, hal ini disebabkan rasa malu remaja dan penolakan sekolah menerima

kenyataan adanya murid yang hamil diluar nikah. Masalah ekonomi juga akan

membuat permasalahan ini menjadi semakin rumit dan kompleks (Mu’tadin, 2002).

2.3. Kesehatan Reproduksi

Sesuai dengan definisi WHO (1992) dalam Anshor (2006), kesehatan

reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan

hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan

dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.

Kesehatan reproduksi (kespro) ialah suatu keadaan utuh secara fisik, mental

(31)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

sistem, fungsi dan proses reproduksi. Sehat secara fisik, mental dan sosial suatu

masyarakat tentu saja dipengaruhi oleh sudut pandang kehidupan (Anonim, 2003).

Sedangkan menurut WHO, kesehatan reproduksi adalah keadaan

kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang sempurna dan bukan sekedar tidak ada

penyakit atau kelemahan. Masa remaja dalam perjalanan hidup kita adalah suatu

periode transisi yang memiliki rentang dari masa anak-anak yang bebas dari tanggung

jawab sampai pencapaian tanggung jawab pada masa dewasa. Remaja secara umum

dianggap mencakup individu berusia antara 10 sampai 19 tahun, sehingga kesehatan

reproduksi remaja memperhatikan kebutuhan fisik, sosial, dan emosional kaum muda.

Remaja memiliki masalah yang berbeda dari orang dewasa sehingga program

kesehatan seksual dan keluarga berencana yang ditujukan kepada kaum muda harus

dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan mereka, bukan diadaptasi dari

program yang sudah ada ditujukan kepada orang dewasa (Glasie,dkk, 2006).

Dilihat dari dimensi biologis, seksualitas berkaitan dengan organ reproduksi,

termasuk bagaimana menjaga kesehatan organ reproduksi, menggunakannya secara

optimal sebagai alat untuk berprokreasi (berproduksi) den berekreasi dalam

mengekspresikan dorongan seksual. Sedangkan dilihat dari dimensi psikologis,

seksualitas berhubungan erat dengan identitas peran jenis, perasaan terhadap

seksualitas sendiri dan bagaimana menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual.

Dalam dimensi sosial, berkaitan dengan bagaimana seksualitas muncul, dalam relasi

antar manusia, bagaimana lingkungan berpengaruh dalam pembentukan pandangan

mengenai seksualitas dan pilihan perilaku seks (Kuswardani dan Risyanti, 2000).

(32)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja bertujuan untuk memberikan

informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan hidup sehat bagi remaja,

disamping mengatasi masalah yang ada. Pengetahuan dasar yang perlu diberikan

kepada remaja agar mereka mempunyai kesehatan reproduksi yang baik adalah

(Depkes RI, 2001) :

1. Perkembangan fisik, kejiwaan dan kematangan seksual remaja

Pembekalan pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara fisik, kejiwaan

dan kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk memahami serta

mengatasi berbagai keadaan yang membinggungkan. Informasi tentang haid dan

mimpi basah, serta tentang alat reproduksi remaja laki-laki dan perempuan perlu

diperoleh setiap remaja.

2. Proses reproduksi yang bertanggung jawab

Manusia secara biologis mempunyai kebutuhan seksual. Remaja perlu

mengendalikan naluri seksualnya dan menyalurkannya menjadi kegiatan yang

positif, seperti olah raga dan mengembangkan hobi yang membangun penyaluran

yang berupa hubungan seksual dilakukan setelah berkeluarga untuk melanjutkan

keturunan.

3. Pergaulan yang sehat antara remaja laki-laki dan perempuan, serta kewaspadaan

terhadap masalah remaja yang banyak ditemukan. Remaja memerlukan informasi

tersebut agar selalu waspada dan berperilaku reproduksi sehat dalam bergaul

(33)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

kiat-kiat untuk mempertahankan diri secara fisik maupun psikis dan mental dalam

menghadapi berbagai godaan, seperti ajakan untuk melakukan hubungan seksual

dengan penggunaan NAPZA.

4. Persiapan pernikahan

Informasi tentang hal ini diperlukan agar calon pengantin lebih siap secara mental

dan emosional dalam memasuki kehidupan berkeluarga.

5. Kehamilan dan persalinan, serta cara pencegahannya

Remaja perlu mendapatkan informasi tentang hal ini, sebagai persiapan bagi

remaja pria dan wanita dalam memasuki kehidupan berkeluarga di masa depan

(Depkes, 2001).

2.3.2. Berbagai Resiko Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh kehamilan, aborsi, penyakit

menular seksual (PMS), kekerasan seksual dan oleh sistem yang membatasi akses

terhadap informasi dan pelayanan klinis. Kesehatan reproduksi juga dipengaruhi oleh

: gizi, kesehatan psikologis, ekonomi dan ketidak-setaraan jender yang menyulitkan

remaja putri menghindari hubungan seks yang dipaksakan atau seks komersial

(Triswan, 2008).

Komponen penting yang kita perlukan untuk mengatasi masalah kesehatan

reproduksi remaja yaitu sebagai berikut :

1. Memberikan keterampilan untuk menjalani kehidupan (life skill education).

2. Memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi antara lain pendidikan

seksual, keluarga berencana, reproduksi, abstinensi, aborsi, PMS dan HIV/AIDS,

(34)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

3. Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi remaja (KRR) oleh petugas

kesehatan (Djaja, dkk, 2002).

2.4. Perilaku

Notoatmodjo (2003), menyatakan perilaku manusia dapat dilihat dari 3

(tiga) aspek, yaitu aspek fisik, psikis dan sosial yang secara rinci merupakan

repleksi gejolak kejiwaan seperti : pengetahuan, motivasi, persepsi sikap dan

sebahagian yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman,

keyakinan, cara fisik dan sosial budaya masyarakat.

2.4.1. Pengertian Perilaku

Menurut Skiner yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), merumuskan bahwa

perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

luar) oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap

organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skiner ini di

sebut teori Stimulus Organisme respon.

Sedangkan menurut Robert Kwick yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),

menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang

dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap

adalah suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek,

dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak

menyenangi objek tersebut, sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia.

(35)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan sutu respon

organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek.

Respon ini dibedakan menjadi 2 (dua) :

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau

tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas

pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi pada

orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas

oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut covert behavior atau unobservable

behavior, misal seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan,

seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan

seks, dan sebagainya.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan

atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh

orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behavior, tindakan nyata atau praktek

(practice) misal, seorang ibu memeriksa kehamilannya atau membawa

anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi dan sebagainya.

Sedangkan perilaku seks adalah segala bentuk aktivitas yang muncul

berkaitan dengan dorongan seks, dengan atau tanpa melibatkan orang lain

(pasangan). Perilaku seks muncul akibat keterlibatan pasangan misalnya :

(36)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

perilaku seks yang timbul tanpa melibatkan pasangan adalah masturbasi

(Kuswardani dan Risyanti, 2000).

Perilaku ingin mencoba hal-hal baru ini jika didorong oleh rangsangan

seksual dapat membawa remaja masuk kepada hubungan seks pranikah

dengan segala akibatnya, antara lain akibat kematangan organ seks maka

dapat terjadi kehamilan remaja putri diluar nikah, upaya abortus dan

penularan penyakit kelamin termasuk HIV/AIDS (Depkes RI, 2001).

A. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan,pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Overt Behaivour).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam)

tingkatan (Notoatmodjo, 2003).

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengigat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang

(37)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan,

dan sebagainya. Contoh : Seorang remaja putra maupun puteri mengetahui apa

arti dari hubungan seksual pranikah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan sebagai suatu

kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham

terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

Contohnya : remaja memahami efek-efek yang ditimbulkan seorang pria dan

wanita jika melakukan hubungan seksual pranikah.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Contohnya : seorang remaja

putra maupun puteri tidak akan melakukan hubungan seksual pranikah, karena

tahu dampak yang akan ditimbulkan dari hubungan seksual pranikah.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih

ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

(38)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

tahu jika pacaran terlalu intim, dan tidak diawasi oleh kedua orang tua, dapat

mengakibatkan hubungan seks pranikah.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada. Contohnya : bila remaja putri hamil

dalam keadaan masih sekolah maka pilihan untuk digugurkan (aborsi) atau

berhenti sekolah.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria

yang ditentukan sendiri, atau mengunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Contohnya : dapat menafsirkan sebab-sebab apabila remaja melakukan hubungan

seksual pranikah.

B. Sikap (attitude)

Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk

berespons (secara positif atau negatif) terhadap orang, obyek atau situasi

tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang,

benci, sedih dsb), disamping itu komponen kognitif (pengetahuan tentang

(39)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

pengertian sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003).

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan:

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan (objek)

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu tindakan dari sikap. Karena dari usaha untuk

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari

pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang itu menerima ide

tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko

merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara

langsung dapat dilakukan dengan :

1. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek yang

(40)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

2. Memberikan pendapat dengan menggunakan kata setuju atau tidak setuju

terhadap pertanyaan-pertanyaan terhadap objek dengan menggunakan skala

Guttman (Singarimbun dan Efendi, 1995).

C. Tindakan atau Praktek (Pratice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behavior).

Untuk mewujudkannya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah

fasilitas.

Tingkat-tingkat tindakan/praktek, yaitu :

1. Persepsi (perseption)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan

yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respons Terpimpin (guided respons)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai

dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia

sudah mencapai praktek tingkat tiga.

(41)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasinya sendiri

tanpa mengurangi

kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003).

2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Seks Pranikah di tempat Kost

Faktor-faktor yang mempengaruhi seks pranikah di tempat kost adalah

sebagai berikut :

1. Teman Sebaya

Pada masa remaja, kedekatannya dengan kelompok sebayanya sangat

tinggi karena selain ikatan peer-group mengantikan ikatan keluarga, maka

tidak heran bila remaja mempunyai kecenderungan untuk mengadopsi

informasi yang diterima oleh teman-temannya, tanpa memiliki dasar

informasi yang signifikan dari sumber yang lebih dapat dipercaya. Informasi

dari teman-temannya tersebut, dalam hal ini sehubungan dengan perilaku seks

pranikah, tak jarang menimbulkan rasa penasaran yang membentuk

serangkaian pertanyaan dalam diri remaja. Untuk menjawab pertanyaan itu

sekaligus membuktikan kebenaran informasi yang diterima, mereka

cenderung melakukan dan mengalami seks pranikah itu sendiri (Tempo,

2006).

Tekanan kelompok sebaya adalah desakan kuat dari seseorang atau

beberapa orang teman untuk menyesuaikan diri dan mau berperilaku seperti

yang mereka inginkan. Jenis-jenis tekanan kelompok sebaya ada dua macam

(42)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

a. Tekanan kelompok sebaya positif yaitu desakan yang kuat dari seseorang

atau beberapa orang untuk menyetujui dan berperilaku seperti yang

mereka inginkan, tetapi dalam kegiatan yang baik atau positif.

b. Tekanan kelompok sebaya negatif yaitu desakan yang kuat dari seseorang

atau beberapa orang untuk menyetujui atau berbuat seperti yang mereka

inginkan, namun keinginannya negative (Anonim, 2005).

2. Kondisi Rumah Kost

Sangat lemahnya pengawasan orang tua dalam membangun komunikasi

dengan sang anak, orang tua hanya berpikiran bagaimana mengirimkan uang

kuliah kepada anaknya yang kost. Biasanya remaja yang kost memasukan

pacarnya pada pagi hari dan keluar pada sekitar jam 9 malam hari, hal itu

agar tidak diketahui masyarakat sekitar atau pemilik rumah kost. Hal ini

didukung dengan adanya rumah kost campur, pria dan wanita. Kost campur

memang bukan hal baru, sebagian besar teman-teman kost mendukung

perilaku seks bebas. Ada penjaga kost yang mengizinkan tamu laki

dibolehkan masuk dan sebagian ibu kost tidak mengetahuinya. Dari segi

biaya dan citra, salah satu anak kost mengatakan seks bebas di kamar kost

tidak membutuhkan biaya. Perilaku seks bebas di kamar kost juga

meminimalkan image orang lain terhadap sebutan cewek nakal (Kompas,

2008).

Anak-anak kost merupakan komunitas yang rentan terhadap hal ini,

karena mereka memiliki kebebasan penuh dalam mengatur hidupnya tanpa

(43)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

bebas bergaul dengan siapa saja dan di lingkungan manapun termasuk

lingkungan negatif yang lambat laun akan mempengaruhi perilaku mereka

menjadi negatif pula. Pada umumnya perilaku negatif anak kost dipengaruhi

oleh tidak adanya pengawasan dari orang tua, lingkungan pergaulan yang

negatif dan kebebasan hidup ditempat kost (Natalia, dkk, 2008).

Mereka semakin enjoy dengan pergaulan seks bebas dan tanpa

kompromi dengan dosa, walaupun hanya french kiss atau petting, bahwa

mahasiswa melakukan seks di tempat kost karena beberapa faktor yang

menguntungkan yaitu sebagian besar teman-teman kost mendukung perilaku

bebas tersebut, dan bahkan ada penjaga kost yang mengijinkan atau

mengambil keuntungan dari perilaku seks tersebut. Contohnya dengan

menarik iuran penghuni kost apabila ada teman lawan jenis yang menginap.

Seks bebas di kamar kost tidak membutuhkan biaya, tetapi bila dilakukan di

hotel atau tempat umum akan membutuhkan biaya (Sugiyanto, 2008).

Perilaku seks bebas di kamar kost juga meminimalkan image orang

lain terhadap sebutan ”cewek nakal” atau ”cowok nakal”. Semakin banyak

mengerti atau punya pengalaman seks bebas, mereka semakin merasa dirinya

modern atau gaul. Hal ini didukung dengan adanya rumah kost campur, pria

dan wanita, karena kost campur bukan hal yang baru lagi. Rumah kost yang

diawasi kecil kemungkinan untuk dapat melakukan seks bebas, karena adanya

peraturan-peraturan yang dibuat oleh ibu kost seperti jam berkunjung yang

dibatasi, tidak boleh ada teman yang menginap bahkan apabila bepergian

(44)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

tidak diawasi adalah tidak ada pemilik kost tinggal bersama anak-anak

kostnya, mereka hanya bersama-sama temannya untuk kost dalam satu rumah

baik itu perempuan atau laki-laki, dan rumah tersebut dibuat dengan banyak

kamar-kamar oleh pemiliknya, sehingga tidak ada peraturan-peraturan dan

mereka dapat berbuat sesuka hatinya, sedangkan rumah kost yang diawasi

adalah anak-anak kost yang tinggal satu rumah (bersama) dengan pemilik

kost, dan pemilik kost tersebut membuat peraturan-peraturan dan dibuat

(45)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

2.6. Kerangka Konsep Penelitian

Remaja Kost yang Diawasi

Pengetahuan

Tindakan Remaja tentang Hubungan

Seksual Pranikah Sikap

Remaja Kost yang Tidak Diawasi

Pengetahuan

(46)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat survai deskriptif yaitu untuk mengetahui

gambaran perilaku remaja yang diawasi ibu kost dan yang tidak diawasi ibu

kost tentang hubungan seksual pranikah di Padang Bulan Medan Tahun 2008.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Sebagai lokasi dalam penelitian ini dilakukan di wilayah Padang Bulan

Medan. Alasan pemilihan lokasi ini karena :

1. Daerah Padang Bulan banyak terdapat tempat-tempat kost dan dekat

dengan lokasi kampus serta tempat wilayah penulis kost.

2. Belum pernah diadakan penelitian tentang seksual pranikah di daerah

tersebut.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu dalam penelitian dimulai dari bulan Juni 2008 sampai dengan

(47)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja berusia 18 – 21 tahun baik

remaja laki-laki dan remaja perempuan yang tinggal di tempat kost baik yang

diawasi maupun yang tidak diawasi oleh ibu kost dan berada di lingkungan

IV Padang Bulan Medan, sedangkan sampel dalam penelitian ini

menggunakan total sampling dengan jumlah 78 orang dengan batasan usia

18-21 tahun dan diawasi ibu kost ada 39 orang dan yang tidak diawasi 39 orang

sehingga sampel dalam penelitian ini berjumlah 78 orang baik remaja

laki-laki maupun permpuan.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden dengan

menggunakan kuesioner langsung yang dirancang sebelumnya.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui kepala lingkungan dan pemilik kost

yaitu berupa data remaja yang kost di Padang Bulan Medan.

3.5. Definisi Operasional

Sesuai dengan kerangka penelitian, maka definisi operasional sebagai

berikut:

A. Remaja yang diawasi ibu kost adalah remaja yang bertempat tinggal di

tempat kost dengan pengawasan dari pemilik kost.

B. Remaja yang tidak diawasi ibu kost yaitu remaja yang tinggal di tempat

(48)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang

hubungan seksual pranikah

2. Sikap adalah respon/tanggapan responden tentang hubungan seksual

pranikah.

3. Tindakan hubungan seksual pranikah adalah merupakan respon seseorang

terhadap stimulus dalam bentuk nyata atau terbuka. Ada dua hal

mengenai tindakan yaitu Ya, jika melakukan hubungan seksual pranikah,

dan tidak jika remaja tidak melakukan hubungan seksual pranikah.

3.6. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian adalah untuk mengukur perilaku

responden yang meliputi pengetahuan, sikap dan semua variabel, dimana

variabel pengukuran dijabarkan menjadi sub variabel dan kemudian sub

variabel dijabarkan menjadi komponen yang dapat diukur berdasarkan nilai

yang diberikan setiap pertanyaan.

1. Pengetahuan Remaja

Pengetahuan ini dapat diukur dengan memberikan jawaban dari kuesioner yang telah

diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 8, jika responden menjawab ya diberi skor 1, dan

yang menjawab tidak diberi skor 0 sehingga diperoleh skor tertinggi 8. Selanjutnya di

kategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut (Pratomo, 1986) :

a. Pengetahuan baik, apabila responden mengetahui sebagian besar atau seluruhnya

tentang hubungan seksual pranikah (skor jawaban responden benar > 75% atau

(49)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

b. Pengetahuan sedang, apabila responden mengetahui sebagian tentang hubungan

seksual pranikah (skor jawaban responden benar 40-75% atau memiliki skor 3-6)

c. Pengetahuan kurang, apabila jresponden mengetahui sebagian kecil tentang hubungan

seksual pranikah (skor jawaban responden < 40% atau memiliki skore < 3).

2. Sikap

Sikap diukur melalui 8 pertanyaan dari kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah

pertanyaan ada 8 buah, dengan masing-masing jawaban setuju akan diberi skor 1, sedangkan

tidak setuju diberi skor 0, sehingga skor tertinggi adalah 8, selanjutnya dikategorikan atas baik,

sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut :

a. Baik, apabila menyetujui sebagian besar atau sebagian tentang hubungan seksual

pranikah (skor jawaban responden benar > 75% dari nilai tertinggi yaitu > 6).

b. Sedang, apabila responden menyetujui sebagian besar atau sebagian tentang hubungan

seksual pranikah (skor jawaban responden benar 40-75% dari nilai tertinggi yaitu 3-6)

c. Kurang, apabila responden menyetujui sebagian kecil tentang hubungan seksual

pranikah (skor jawaban responden < 40% dari nilai tertinggi yaitu < 3) (Pratomo, 1986).

3. Tindakan Hubungan Seksual Pranikah,

Pengukuran tentang tindakan hubungan seksual pranikah berupa pertanyaan tertutup

dengan dua pilihan jawaban yaitu :

- Ya : jika remaja pernah melakukan hubungan seksual pranikah

- Tidak : jika remaja tidak pernah melakukan hubungan seksual pranikah

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisa Data 3.7.1. Teknik Pengolahan Data

(50)

Nining Andriati : G ambaran Perilaku R emaja Yang D iawasi Ibu Kos t D an Yang Tidak D iawasi Ibu Kos t Tentang H ubungan Seks ual Pranikah D i Padang Bulan Medan T ahun 2009, 2009.

1. Editing (pemeriksaan data).

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas

pertanyaan. Apabila terdapat jawaban yang belum lengkap atau terdapat kesalahan

maka data harus dilengkapi dengan cara wawancara kembali terhadap responden.

2. Coding (pemberian kode)

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian

diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan meng

Gambar

Tabel  2.1.
Tabel 4.1.   Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Remaja yang Diawasi Ibu Kost dan Tidak Diawasi Ibu Kost di
Tabel 4.2. Distribusi Pengetahuan Remaja Kost yang Diawasi dan Tidak Diawasi Ibu Kost Tentang Arti dan Akibat Hubungan Seksual
Tabel 4.4. Distribusi Pengetahuan Remaja Kost yang Diawasi dan Tidak Diawasi Ibu Kost Tentang Tanda-Tanda Laki-Laki Dewasa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan konotasi (connotation, evertone, evocatory) diartikan sebagai “aspe k makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran

1) Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 2) Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3) Jenis dinding tempat tinggal dari

Pegawai User Interface Business Library Data Acess Database 1.cari buku.. cari buku

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis spasial jaringan internet dan penyedia Internet Service Provider (ISP) dengan data spasial; Titik lokasi pengukuran,

Antena omni dapat digunakan sebagai penyebar atau pemancar sinyal dengan spesifikasi sesuai kebutuhan dan cakupan area serta frekuensinya.. Semakin panjang antena

Antena omni yang telah dibuat sudah memenuhi kriteria polarisasi dari sebuah antena Omni untuk frekuensi seluler GSM berdasarkan percobaan

Mesin Penyaji Beras secara digital dengan keluaran berat, harga dan rekap penjualan beras telah berhasil dirancang dan dibuat dengan menggunakan mikrokontroller

Selain itu, Sumber data yang diambil pada penelitian ini adalah obyek tanah wakaf yang bermasalah sengketa dan ahli waris yang mewakafkan ingin mengambil kembali tanah yang