GAMBARAN RADIOGRAFIS CALCIFYING EPITHELIAL
ODONTOGENIC TUMOR (PINDBORG TUMOR) PADA
MANDIBULA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
SYARIFAH ALIA NIM : 050600126
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Bagian Radiologi Dental
Tahun 2010
Syarifah Alia
Gambaran Radiografis Tumor Odontogenik Epitelial Berkalsifikasi (Tumor
Pidborg) pada Mandibula
ix + 22 halaman
Tumor odontogenik epitelial berkalsifikasi adalah tumor epithelial odontogenik jinak
yang sering terdapat pada bagian posterior dari rahang bawah serta bersifat agresif secara
lokal. Tumor Pindborg memiliki presentase sekitar 1% dari tumor odontogenik secara
keseluruhan.Tumor ini menjadi kontroversial karena mempunyai potensi menjadi ganas yang
dapat menyebabkan pembengkakan tanpa rasa sakit, mengekspansi tulang secara perlahan,
dan dapat meluas, menginfeksi dan menekan nervus alveolaris inferior.
Gambaran histologis dari tumor ini yaitu adanya penumpukan amiloid, yang dapat
disamakan dengan glikoprotein, lamina basal, keratin atau matriks enamel. Sedangkan dalam
pewarnaan tampak gambaran cincin Liesegang.
Gambaran radiografisnya memperlihatkan adanya destruksi tulang, multilokular, dan
kalsifikasi intratumoral yang membentuk pola honeycomb dan fokus radiopak yang
menyebar atau disebut juga driven snow. Perawatannya mulai dari enukleasi sederhana
hingga reseksi radikal. Prognosa perawatan baik, jika tumor di eksisi secara sempurna.
Diagnosa banding dari tumor ini adalah kista dentigerous, ameloblastoma, tumor
odontogenik adenomatoid, odontoma fibro ameloblastik, dan kista odontogenik berkalsifikasi
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 4 Maret 2010
Pembimbing : Tanda tangan
H. Asfan Bahri, drg …...……….
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
Pada tanggal 4 Maret 2010
TIM PENGUJI
KETUA : Trelia Boel, drg., M. Kes., Sp.RKG
ANGGOTA : 1. H. Asfan Bahri, drg., Sp. RKG
2. Amrin Tahir, drg
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan pertolongan-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis memberikan penghormatan teristimewa kepada
kedua orang tua penulis, Drs. Syariful Wajdi,Apt.,MBA dan Syarifah Husna. Terima kasih
banyak untuk sayang, didikan, dan dukungan berupa nasehat, doa dan materi yang diberikan
kepada penulis. Dan kepada saudara-saudara penulis : Syarifah Sorayya, Syarifah Syaikha,
Refa Alaydrus, Ozzi Alaydrus, Ulfa Alaydrus, Syarifah Nazira, terima kasih atas doa, kasih
saying, dan semangat yang diberikan selama ini.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak prof. Ismet Danial Nasution, drg., Sp.Pros., Ph.D, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG. selaku ketua Departemen Radiologi Dental
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak H. Asfan Bahri, drg., Sp.RKG selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan dan
arahan Bapak dalam proses penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Amrin Thahir, drg., dan Ibu Lidya Irani Nainggolan, drg. Selaku staf pengajar
Departemen Radiologi Dental dan tim penguji atas segala masukan dan saran yang
telah diberikan.
5. Bapak Darwis Aswal, drg selaku pembimbing akademik yang telah membimbing
6. Seluruh staf pegawai di Departemen Radiologi Dental Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
7. Kakak adik kost Tridarma 42 : Aya Amida, Syarifah Nazira, Darades Falana, Dias,
Jelita atas dukungan, bantuan dan saran-saran yang sangat berharga.
8. Teman-teman penulis : Dian, Zilby, Ira Ifada, Ririn, Dhani, atas dukungan dan doa
kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Semoga
Tuhan senantiasa melimpahkan berkat dan kasih karunia-Nya.
Medan, Maret 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN ...
HALAMAN PERSETUJUAN...
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI...
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, HISTOPATOLOGIS DARI PINDBORG TUMOR 2.1 Definisi Tumor Odontogenik Epitelial Berkalsifikasi ... 3
2.2 Etiologi Tumor Odontogenik Epitelial Berkalsifikasi ... 3
2.3 Histopatologi Tumor Odontogenik Epitelial Berkalsifikasi ... 4
BAB 3 GAMBARAN KLINIS PINDBORG TUMOR ... 8
BAB 4 GAMBARAN RADIOGRAFIS PINDBORG TUMOR ... 11
BAB 5 PERAWATAN DAN PROGNOSIS ... 15
BAB 6 KESIMPULAN... 20
DAFTAR RUJUKAN ... 21
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Penawaran Congo Red terlihat adanya Cincin Liesegang ... 4
2. Gambaran mikroskopik yang mengindikasikan sekelompok
Sel-sel negative pada perwarnaan PAS... 5
3. Gambaran Tumor Pinborg dengan cirri khasnya yaitu
Pengkalsifikasian cincin “Liesegang”... 6
4. Gambaran yang menunjukan eosinofilik aselular berubah
Menjadi modul dengan pengkalsifikasian yang ekstensif... 7
5. Tumor Pinborg
(a)-(b) Pandangan anterior ... 9 (c) Pandangan Lateral ... 9
6. Pandangan intra oral... 10
7. Gambaran radiografis pada tumor epitelial odontogonik
Berklasifikasi... 11
8. Gambaran panoramik menggambarkan multilokular,
Lesi radiolusen-radiopak berbatas jelas ... 12
9. Foto Panoramic yang menggambarkan lesi radiopak-
radiolusen tidak berlokulasi dan berbatas tidak jelas... 13
10. Foto Panoramik yang menunjukkan adanya masa pada
Kiri bawah mandibula, akibat premolar tidak erupsi ... 13
11. Gambaran Panoramic menunjukkan lesi litik yang
Besar dan luas ... 14
12. Massa tumor yang direseksi ... 15
13. Gambaran makroskopis dari spesimen tumor yang
Direkseksi... 16
14. Ortopantomografi setelah pembedahan, terlihat
15. Gambaran radiografis sebelum dilakukan operasi
Pengangkatan tumor... 17
16. Gambaran radiografis sesudah dilakukan operasi... 18
17. Gambaran makroskopis dari reseksi bedah tumor
Fakultas Kedokteran Gigi
Bagian Radiologi Dental
Tahun 2010
Syarifah Alia
Gambaran Radiografis Tumor Odontogenik Epitelial Berkalsifikasi (Tumor
Pidborg) pada Mandibula
ix + 22 halaman
Tumor odontogenik epitelial berkalsifikasi adalah tumor epithelial odontogenik jinak
yang sering terdapat pada bagian posterior dari rahang bawah serta bersifat agresif secara
lokal. Tumor Pindborg memiliki presentase sekitar 1% dari tumor odontogenik secara
keseluruhan.Tumor ini menjadi kontroversial karena mempunyai potensi menjadi ganas yang
dapat menyebabkan pembengkakan tanpa rasa sakit, mengekspansi tulang secara perlahan,
dan dapat meluas, menginfeksi dan menekan nervus alveolaris inferior.
Gambaran histologis dari tumor ini yaitu adanya penumpukan amiloid, yang dapat
disamakan dengan glikoprotein, lamina basal, keratin atau matriks enamel. Sedangkan dalam
pewarnaan tampak gambaran cincin Liesegang.
Gambaran radiografisnya memperlihatkan adanya destruksi tulang, multilokular, dan
kalsifikasi intratumoral yang membentuk pola honeycomb dan fokus radiopak yang
menyebar atau disebut juga driven snow. Perawatannya mulai dari enukleasi sederhana
hingga reseksi radikal. Prognosa perawatan baik, jika tumor di eksisi secara sempurna.
Diagnosa banding dari tumor ini adalah kista dentigerous, ameloblastoma, tumor
odontogenik adenomatoid, odontoma fibro ameloblastik, dan kista odontogenik berkalsifikasi
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 1995 telah di laporkan ada 200 kasus dari tumor odontogenik
epithelial berkalsifikasi ini sejak Pindborg memisahkan tumor ini sebagai suatu
keadaan patologis yang berbeda. Tumor ini diidentifikasikan menjadi denominasi
yang berbeda, seperti ameloblastoma dengan kalsifikasi yang tidak lazim,
ameloblastoma berkalsifikasi,odontoma maligna, odontoma kista kompleks dan juga
di perkirakan sebagai fariasi dari ameloblastoma sederhana.1
Tumor Pindborg biasanya terjadi di dalam tulang rahang (intraosseus),
maskipun demikian terkadang terdapat pula di luar tulang (extraosseus). Ciri khas
dari tumor Pindborg yaitu adanya massa berkalsifikasi atau aselular homogenus
diantara epitel tumor dan stroma. Distribusi tumor ini lebih banyak terdapat pada
mandibula dibanding dengan maksila, dan lebih banyak dijumpai pada region
premolar dan molar. 2,3,4
Gambaran klinis yang paling sering dijumpai yaitu adanya pembengkakan
tanpa rasa sakit, dapat manyebabkan ekspansi pada tulang secara perlahan.
Pembengkakan ini dapat meluas, menginfeksi dan menekan nervus alveolaris
inferior.Tumor Pindborg paling sering tampak sebagai massa sessile atau bertangkai
non spesifik pada jaringan lunak gingiva anterior jika tumor terjadi di ekstraosseus.3,4
Tumor odontogenik epithelial berkalsifikasi menghasilkan gambaran
radiografis yang bermacam-macam. Gambaran yang umumnya tampak dari tumor ini
lainnya adalah campuran radiopak-radiolusen, radiopak yang padat, unilokular atau
multilokular, berbatas jelas atau menyebar.5
Dalam skripsi ini penulis akan mendeskripsikan mengenai definisi, etiologi,
histopatologis, patologis, gambaran klinis, dan gambaran radiografis tumor
odontogeik epithelial berkalsifikasi. Adapun skripsi ini bertujuan memberikan
BAB 2
DEFINISI, ETIOLOGI, HISTOPATOLOGIS DARI PINDBORG TUMOR
2.1 Definisi Tumor Odontogenik Epitelial Berkalsifikasi
Tumor odontogenik epitelial berkalsifikasi, adalah tumor odontogenik yang
jarang terjadi, jinak tetapi bersifat agresif secara lokal. Tumor tersebut diberi nama
tumor Pindborg karena ditemukan oleh seorang ahli patologi Denmark yaitu Jens
Pindborg pada tahun 1955. Tumor ini diperkirakan berasal dari sel–sel stratum
intermedium dari benih gigi. Pernyataan ini didasari oleh adanya kesamaan morfologi
sel tumor dengan sel dari stratum intermedium, dan aktivitas yang tinggi dari alkalin
fosfatase dan adenin trifosfat.1
Tumor ini memiliki presentase sekitar 1% dari tumor odontogenik secara
keseluruhan. Tumor Pindborg biasanya berlokasi di dalam tulang dan memproduksi
zat mineralisasi seperti zat amiloid. Tumor odontogenik epithelial berkalsifikasi ini
mempunyai gambaran mikroskopis yang khas dengan epitel yang menyerupai stratum
intermedium dari organ enamel.6
2.2 Etiologi Tumor Odontogenik Epitelial Berkalsifikasi
Menurut Shramana dkk, asal mula tumor Pindborg ini belum diketahui secara
pasti, namun pada umumnya para ilmuwan memperkirakan tumor Pindborg berasal
dari organ enamel dan telah dipostulatkan bahwa tumor ini berasal dari epitel
eksternal, stratum intermedium dari organ enamel atau dari sisa-sisa seluler lapisan
rahang bawah regio molar/premolar, dan dua pertiga ditemukan pada mandibula,
sisanya pada maksila. Tumor ini timbul dari epitel enamel yang berkurang dari gigi
yang tidak erupsi atau impaksi dalam 50% kasus.7,8
2.3 Histopatologi Tumor Odontogenik Epitelial berkalsifikasi
Secara histologis, gambaran dari tumor Pindborg terdiri atas sedikit stroma
yang menyokong sekelompok sel-sel epitel polihedral dengan sitoplasma eosinofilik.
Jembatan interseluler serta pengkalsifikasian yang kecil dan bulat yaitu Cincin
Liesegang diantara sel-sel epitel dan jaringan penghubung juga dapat ditemukan.
Disamping gambaran karakteristik ini terlihat juga substansi homogenus yang
dapat dikenali sebagai amiloid, glikoprotein, keratin, atau matriks enamel. Sel-sel
jernih dari tumor Pindborg ini pun sering tampak.Penampakan dari sel-sel jernih ini
dapat mengindikasikan bentuk progresif atau perubahan menjadi malignan jika
dibandingkan dengan gambaran histologis sel-sel yang tidak jernih.2,4
Perkembangan tumor Pindborg ini melalui berbagai tahapan yang dimulai
dengan degenerasi epitel dan perubahan filament keratin menjadi amiloid. Pada
awalnya, amiloid pada pewarnaan PAS (Periodic Acid Schiff) adalah negatif dan
pewarnaannya positif pada sitokeratin. Bagaimanapun, seiring bertambahnya waktu
dan deposit amiloid bergabung menjadi banyak globul, amiloid kehilangan
keimunoreaktifan dari sitokeratin dan menjadi PAS (Periodic Acid Schiff) positif.1
Gambar 2. Gambaran mikroskopis yang mengindikasikan sekelompok sel-sel negative pada pewarnaan PAS (Habibi dkk. Journal of Oral Science 2009;51:487) 4
Pada tahap ini,amiloid juga mengalami mineralisasi dan pengkalsifikasian
yang menunjukkan fenomena Cincin Liesegang. Dapat juga disimpulkan bahwa
diagnosa histologis dari tumor Pindborg ini adalah lapisan sel-sel polihedral, inti sel
pleomorfism, amiloid, kalsifikasi amiloid, sel-sel berbatas jelas, jembatan
Gambar 3. Gambaran Tumor Pindborg dengan ciri khasnya yaitu pengkalsifikasian Cincin ‘Liesegang’ . (Palau dkk. Rev Esp Cir Oral y Maxillofacial 2007;29:344) 9
Para histologis mengatakan bahwa dasar perkembangan sel-sel tumor
odontogenik epithelial berkalsifikasi adalah polyhedral dan banyaknya eosinofilik
sitoplasma yang biasanya berupa butiran halus. Inti sel sangat bervariasi dalam
bentuk dan ukuran, dan biasanya nucleolus terlihat menonjol. Tumor ini memiliki
gambaran histologist menyerupai adenokarsinoma atau karsinoma sel skuamous dan
memiliki sedikit kemiripan dengan ameloblastoma klasik. 10
Dalam beberapa kasus tumor, fokus kalsifikasi ini berlimpah bahkan menyatu
ke kumpulan kalkarus yang amorf dan dapat menghasilkan gambaran radiografis
yang mirip odontoma padat serta akan menggantikan sebagian besar selular.
Penumpukan amiloid atau massa kalsifikasi menunjukkan diagnosis yang tepat.
Kurangnya gambaran mitosis dalam zona seluler dapat membantu membedakan lesi
BAB 3
GAMBARAN KLINIS PINDBORG TUMOR
Tumor odontogenik epitelial berkalsifikasi adalah tumor yang kurang begitu
agresif jika dibandingkan dengan ameloblastoma dan ditemukan pada kelompok usia
yang sama. Tumor ini jarang terdapat di daerah ekstraosseus. Neoplasma ini terjadi
sedikit lebih banyak pada pria, dimana kisaran usianya ada pada umur 8 sampai 92
tahun dengan rata-rata sekitar 42 tahun. Ekspansi rahang adalah gambaran yang
umum dan dan hanya satu-satunya gejala, walaupun ditemukan juga pasien yang
merasakan parastesia ringan. Saat palpasi menunjukkan adanya tumor yang keras
yang menandakan tumor itu padat atau menyebar.11,12
Secara klinis pula tumor ini dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe sentral dan
tipe perifer. Pada tipe sentral, tumor Pindborg muncul dengan predileksi sebesar dua
pertiga lesi berada di rahang, biasanya di daerah molar dengan kecenderungan
muncul juga pada daerah premolar. Sedangkan pada tipe perifer, biasanya ditemukan
pada regio anterior dari maksila dan pembengkakan pada jaringan lunak. Tumor
Pindborg ini mempunyai diameter sekitar 1 – 3 cm. 12,13
Tumor odontogenik epitelial berkalsifikasi ini sering digambarkan dengan lesi
perikoronal yang berhubungan dengan gigi impaksi yang menyerupai kista
dentigerous, namun dapat dibedakan jika kista dentigerous sering berlokasi di molar
Pergeseran posisi gigi pada bagian perifer adalah hal lain yang sering tampak.
Pergeseran posisi gigi yang spesifik ini diakibatkan oleh pergeseran tumor ke arah
inferior, yaitu dengan penetrasi apeks ke arah korteks inferior. Walaupun frekwensi
terjadinya pergeseran gigi ini kecil, tetapi dapat menjadi indikasi dari tumor Pindborg
ini.5
(a) (b)
(c)
Gambar 5. (a)-(b) pandangan anterior (c) pandangan lateral 9
Dari literatur dilaporkan bahwa tumor ini bermanifestasi dengan adanya
pembengkakan tanpa rasa sakit yang menyebabkan ekspansi tulang secara perlahan.
Pembengkakan ini dapat meluas, menginfeksi dan menekan nervus alveolaris inferior
serta, penderita yang mengeluhkan sakit dan merasa tidak nyaman hanya berjumlah
13%.3
Jika tumor ini terjadi pada maksila maka akan menyebabkan proptosis,
epistaksis, dan gangguan jalan nafas pada penderita. Dan pada kasus yang terjadi
belakangan ini, ditemukan massa pada palatum keras dengan alterasi fasial.7,11
BAB 4
GAMBARAN RADIOGRAFIS PINDBORG TUMOR
Gambaran radiografis dari tumor Pindborg ini seringkali disalah tafsirkan
dengan kista dentigerous dan ameloblastoma. Dalam beberapa kasus, terlihat
gambaran radiopak yang sangat jelas dimana pada kasus yang lainnya terlihat
radiolusen. Tumor ini mempunyai banyak variasi dalam penggambaran
radiografisnya. Gambaran yang paling sering tampak adalah radiolusen pada
perikoronal, radiolusen pada perikoronal dengan sedikit radiopak, campuran lesi
radiolusen-radiopak yang tidak berhubungan dengan gigi yang tidak erupsi, falling
snow atau driven snow, serta gambaran radiopak yang padat. 2
Gambar 7. Gambaran radiografis pada tumor epithelial odontogenik berkalsifikasi (Palau dkk. Rev Esp Cir Oral y Maxillofacial 2007;29:343) 9
Pada tahap awal terjadinya tumor ini, terlihat gambaran radiolusen secara
total, yang menyerupai kista dentigerous karena berkaitan dengan gigi yang impaksi.
Pada tahap kedua, ditemukan gambaran kalsifikasi intratumoral yang kecil, dan
merupakan gambaran karakteristik tetapi tidak mutlak untuk menegakkan diagnosa.
Dan pada tahap akhir akan dijumpai destruksi tulang dan kalsifikasi tulang yang
membentuk pola honeycomb (sarang lebah). Lesi intraosseus yang berukuran besar
menjadi berlobus-lobus (multilobus) dan menyerupai gambaran radiografis dari
ameloblastoma.7
Untuk tumor Pindborg ekstraosseus, tulang berbatasan dengan tumor,
menunjukkan pola erosif superfisial. Dalam beberapa kasus tumor, terdapat tumor
yang durasi perkembangannya relatif singkat sehingga pengkalsifikasiannya sangat
sedikit dan mungkin tidak terdeteksi pada gambaran radiografis. Dan pada kondisi
tumor yang diakibatkan oleh gigi yang tidak erupsi, gambaran radiopak terlihat di
dekat mahkota gigi itu.2,3
Gambar 9 Foto panoramic menggambarkan lesi radiopak-radiolusen tidakberlokula- si dan berbatas tidak jelas (Kaplan dkk. Dentomaxillo facial radiology 2001;30:24) 5
Gambar 11. Gambaran panoramic menunjukkan lesi litik yang besar dan luas (Deboni dkk Braz Dent J 2006;17:172) 3
Dengan kata lain, tumor Pindborg ini dapat berbatas jelas (gambar 8) atau
samar (gambar 9), dan mempunyai gambaran lesi radiopak pada tumor ini
membentuk pola driven snow. Struktur internal dapat berupa unilokular atau
multilokular (honeycomb) dengan banyak fokus radiopak yang menyebar (driven
BAB 5
PERAWATAN DAN PROGNOSIS TUMOR PINDBORG
Perawatan tumor Pindborg ini tergantung dari ukuran, lokasi lesi dan besarnya
destruksi tulang yang terjadi. Perawatan tumor ini pun dapat dilakukan dalam
beberapa cara, dari teknik pengambilan tumor secara enukleasi sederhana hingga
reseksi radikal sebagian seperti pembuangan sebagian maksila (hemimaksilektomi)
atau mandibula (hemimandibulektomi).2,3
Gambar 12. Massa tumor yang direseksi (Thomas dkk. J of Indian academy of oral medicine and radiology 2008;20:29) 15
Pada mandibula, perawatan yang direkomendasikan adalah teknik enukleasi
dengan kuretase yang besar pada tahap awal. Tetapi ketika infiltrasi tulang makin
meluas, maka reseksi tumor dengan batas jaringan yang sehat menjadi perawatan
yang disarankan.Setelah dilakukan reseksi mandibula, diperlukan rekonstruksi plat
Pada saat pemeriksaan setelah dilakukan reseksi bedah akan ditemukan
kavitas yang berisi darah, dan massa tumoral ekstraosseus, dikelilingi oleh kapsul
miksomatous.Selama dilakukan biseksi dari spesimen tumor ini, partkel kalsifikasi
sering ditemukan suara renyah ketika pemotongan.3
Sedangkan pada maksila, para peneliti beranggapan bahwa penanganannya
harus lebih agresif karena lesi pada mandibula tumbuh lebih cepat dan berdekatan
dengan organ-organ vital. Mereka pun menyatakan bahwa tumor yang mengandung
lebih banyak jaringan amiloid dan pengkalsifikasian, lesi menjadi kurang agresif.2
Gambar 14. Ortopantomografi setelah pembedahan, terlihat ada rekonstruksi pada mandibula (Palau dkk. Rev Esp Cir Oral y Maxillo facial 2007;29:344) 9
Gambar 16 Gambaran radiografis sesudah dilakukannya operasi (Habibi dkk, Journal of Oral Scince 2009;51:486) 4
Gambar 17. Gambaran makroskopis dari reseksi bedah tumor mengenai area molar kedua dengan pendarahan (Deboni dkk.Braz Dent J 2006;17:172) 3
Prognosis dari tumor ini baik dengan rekurensi yang jarang terjadi.Rekurensi
dapat terjadi jika perawatan yang dilakukan tidak adekuat. Perubahan menjadi ganas
atau malignan jarang terjadi. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulang dalam jangka
waktu minimal lima tahun sejak diberi perawatan untuk menilai keberhasilan dari
perawatan tumor ini.Radioterapi adjuvant pun dapat dilakukan untuk menghambat
tumor berubah menjadi malignan atau ganas dan menghambat metastasis penyebaran.
Diagnosa banding dari tumor ini adalah kista dentigerous, ameloblastoma, tumor
odontogenik adenomatoid, odontoma fibro ameloblastik, dan kista odontogenik
BAB 6
KESIMPULAN
Tumor odontogenik epitelial berkalsifikasi adalah tumor odontogenik yang
jarang terjadi, jinak tetapi bersifat agresif local. Tumor odontogenik epithelial
berkalsifikasi umumnya terdapat didalam lubang (intraosseus) yang berkaitan dengan
gigi yang tidak erupsi atau gigi yang tertanam sebagian (odontoma), dapat terjadi juga
diluar tulang (extraosseus), meskipun hal itu jarang terjadi.
Tumor Pindborg ini mengandung kalsifikasi, karakteristiknya adalah
penumpukan amiloid, dan fenomena cincin Liesegang. Tumor Pindborg timbul dari
gigi yang tidak erupsi atau impaksi, merupakan neoplasma infiltrative dan
menyebabkan destruksi disertai perluasan secara local.
Secara radiografi, tumor Pindborg menunjukkan gambaran radiolusen secara
total. Pada tahap kedua ditemukan gambaran kalsifikasi intratumoral yang kecil, dan
pada tahap akhir akan dijumpai destruksi tulang, lesi menjadi multilokular dan
kalsifikasi tumoral yang membentuk pola honeycomb. Terkadang gambaran lesi
radiopak pada tumor ini membentuk pola driven snow.
Perawatan tumor Pindborg ini dapat dilakukan dengan teknik pengambilan
tumor secara enukleasi sederhana dan reseksi radikal yang merupakan pembuangan
DAFTAR RUJUKAN
1. Priya SS, Ravikumar A, Khrishnarathnam K, Rajendiran S. Intraosseous
calcifying epithelial odontogenic tumor in case with multiple myeloma.
Journal of Oral and Maxillo Facial Pathology 2009 ; 13 : 10-13
2. Khoo SP, Jalil N, Yaacob HB. Calcifying epithelia odontogenic tumor : case
report and review of the literature. Annals Dent Univ Malay 1997 ; 4 : 45-47
3. Debone MCZ, et al. Clinical, radiological and histological features of
calcifying epithelial odontogenic tumor : case report. Braz Dent J 2006;
17(2): 171-174
4. Habibi A, Saghravanian N, Zare R, Jafarzadeh H. Clear cell variant of
extraosseus calcifying epithelial odontogenic tumor : a case report. Journal of
Oral Science 2009 ; 51 : 485-488
5. Kaplan I, Buchner A, Calderon S, Kaffe I. Radiological and clinical features
of calcifying epithelial odontogenic tumor. Dentomaxillofacial Radiology
2001 ; 30 : 22-28
6. Stuart CW, Pharaoh MJ. Oral radiology : principles and interpretation.
Philadelphia : Mosby, 2004 : 423-4
7. Mandal S, et al. Calcifying epithelial odontogenic tumor : Report of two
cases. Ind J Pat M 2008 ; 51(3) : 397-8
8. Lim- Tabanagay, et al. Recurrent calcifying epithelial odontogenic tumor
9. Palau, et al. Tumor de Pindborg. Rev Esp Cir Oral y Maxillofacial 2007 ;29 :
342-7
10.Donald R, et al. Pinborg tumor : the so-called calcifying epithelial
odontogenic tumor 2006 ; 25 : 629-36
11.Stuart CW, Pharaoh MJ. Oral radiology : principles and interpretation.
Philadelphia : Mosby, 2009 : 377-8
12.Stuart CW, Pharaoh MJ. Radiographic interpretation of pathology. Missouri :
Mosby, 2000 : 393-5
13.Anonymous. Calcifying epithelial odontogenic tumor.
< http://en.wikipedia.org/wiki/Pindborg_tumor >
14.White E. Essentials of dental radiography and radiology. London : Elsevier,
2003 : 303,322
15.Thomas J, et al. Clear cell calcifying epithelial odontogenic tumor : a rare
case report. Journal of Indian Academy of Oral Medicine and Radiology 2008
; 20 : 28-31
16.Kumar SMd, et al. Pindborg tumor : a rare odontogenic neoplasm. 2008 ; 6(1)
LAMPIRAN
odontogenik : segala sesuatu yang ada hubungannya pembentukan dan
perkembangan gigi
intraosseus : di dalam tulang
ekstraosseus : diluar tulang
massa : gumpalan atau benda yang terbuat dari kohesi beberapa
partikel, gumpalan yang menyatu
aselular : tidak mengandung sel-sel
homogenous : memiliki kesamaan struktur karena berasal dari keturunan
yang sama
stroma : pola jaringan pendukung, terbentuk dari jaringan ikat
sessile : melekat pada dasarnya
kalkarus : berkenaan dengan atau mengandung kapur atau kalsium,
berkapur
driven snow : gambaran seperti salju yang diterbangkan
honey comb : jaringan sel heksagonal, terbuat dari lilin lebah, sesuatu yang
menyerupai struktur ini
stratum intermedium : lapisan sel-sel organ enamel gigi tepat di sebelah perifer
lapisan ameloblastik
polyhedral : sesuatu yang mempunyai enam atau lebih sisi
cincin liesegang : fenomena terlihat di banyak, atau sebagian besar, sistem
tertentu dan dalam ketiadaan konveksi
Congo Red : diwarnai dengan merah Congo
PAS : metode pewarnaan untuk mendeteksi glikogen pada jaringan
lunak
globul : massa atau badan sferis kecil
imunoreaktif : reaksi antara antigen dan antibodi
nodul : agregasi yang kecil dari sel
proptosis : protusio okuli yang abnormal
epistaksis : pendarahan dari dalam hidung, mimisan
alterasi : kehilangan rasa dan tidak peka terhadap rangsangan
korteks : lapisan terluar dari sebuah organ
perikoronal : sekitar mahkota gigi
superficial : berkenaan dengan atau terletak di dekat permukaan
miksomatous : mengalami pertumbuhan jaringan lunak dari jaringan ikat
mukus
enukleasi : mengangkat seluruh organ tumor
multilokular : memiliki banyak kompartemen kecil atau rongga
unilokular : memiliki satu kompartemen kecil atau rongga
adjuvant : terapi kombinasi dimana dilakukan dua medikasi untuk