POLITICAL MARKETING PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN
UMUM PRESIDEN 2009 DI SUMUT
Studi Kasus: DPD Sumut Partai Demokrat
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik
OLEH:
ZAFAR SIDDIK POHAN
060906036
DOSEN PEMBIMBING : Warjio.M.A
DOSEN PEMBACA : Indra Fauzan.SHI.M.Soc.Sc.
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul: Political Marketing Partai Politik Dalam Pemilihan
Umum Presiden 2009 di Sumut (Study Kasus: DPD Sumut Partai Demokrat)
Skripsi ini diajukan guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
pendidikan Strata Satu (S1) Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh penulis
terhadap Political Marketing Partai Politik Dalam Pemilihan Umum Presiden
2009 di Sumut (Study Kasus: DPD Sumut Partai Demokrat). Ketertarikan
penulis untuk membahas penelitian ini adalah untuk mengetahui secara mendalam
bagaimana sebenarnya Political marketing partai Demokrat pada pemilihan umum
presiden 2009 di Sumut dalam memenangkan pasangan Susilo Bambang
Yudhoyuno-Boediono dengan satu putaran.
Dalam skripsi ini penulis mencoba meneliti dengan menggunakan
penelitian deskripsi dan menggunakan metode wawancara yang berupa
pertanyaan kepada yang bersangkutan dengan Political marketing partai
Demokrat (Dewan Pimpinan Daerah) dan kemudian memaparkan hasil
penelitian.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belumlah sempurna. Oleh karena
itu dengan kerendahan hati mohon kritik dan saran yang sifatnya membangun
intelektualitas untuk perbaikan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Medan, Agustus 2010
DAFTAR ISI
Halaman judul... i
Kata pengantar... ii
Daftar isi... iii
Daftar tabel... iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan masalah...10
1.3 Tujuan Penelitian...10
1.4 Manfaat Penelitian………..…..10
1.5 Kerangka Teori………..…11
1.5.1 Pemasaran politik (political marketing)………..……...11
1.5.2 Strategi Pemasaran (Marketing Strategy)……….……..…………12
1.5.2.1 Segmentasi pasar………..….…………..13
1.5.2.2 Positioning ………..…………15
1.5.2.3 Targeting politik……….….………17
1.5.3 Strategi politik (Politic Strategy)…………..……….18
1.5.4. Komunikasi Politik……….….………21
1.5.5. Bauran Produk Politik………..………23
1.5.6. Proses strategi pendekatan pasar………..24
1.5.6.1 push marketing ……….………….24
1.5.6.2 pass—marketing ……….………..25
1.5.6.3 pull-marketing ……….….………….25
1.6. Metodologi Penelitian……….………26
1.6.2 Lokasi Penelitian……….………..……26
1.6.3 Populasi dan Sampel……….26
1.6.4 Teknik Pengumpulan Data...27
1.6.5 Teknik Analisis Data……….28
1.7 Sistematika Penulisan………..…….28
BAB II GAMBARAN UMUM PARTAI DEMOKRAT (PD) II.I. Sejarah Pembentukan dan Berdirinya Partai Demokrat……….29
II.1.1. Pengesahan Partai Demokrat………..32
II.2. Deskripsi Tentang Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara...33
II.3. Kewajiban Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara...35
II.4. Hak Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara...36
II.5. Visi, Misi dan tujuan DPD partai Demokrat provinsi sumatera utara...38
II.5.I. Visi partai Demokrat...38
II.5.2. Misi partai Demokrat...38
II.5.3. Tujuan Partai Demokrat ...39
II.6. Rancangan Program Kerja DPD Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara...40
II.6.1. Sasaran dan pokok-pokok program...42
II.6.2. Pokok-pokok kegiatan program...44
II.6.2.1. Pokok kegiatan konsolidasi...44
II.8. Struktur Kepengurusan DPD Partai Demokrat Provinsi Sumatera...62
II.9. Hasil perolehan suara pada pemilihan umum presiden dan wakil presiden di sumut tahun 2009...69
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA III.I. Political Marketing Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat Provinsi Sumatera Utara...74
III.2. Proses Strategi Pemasaran Partai………...……….79
III.2.I. Pemetaan Segmentasi Pasar Dalam Pemenangan Pemilihan Umum……….………..83
III.2.2. Pengembangan Sikap Dan Pandangan Masyarakat Terhadap Partai Demokrat...85
III.3. Pola Komunikasi Politik Partai...86
III.4. Peningkatan Kualitas Kerja Partai Dalam Pemilu Presiden...89
III.4.I. Mengadopsi pikiran pemilih...89
III.4.2. Peranan Team Dalam Pemenangan...92
III.5. Pendekatan Grend Strategis Pemenangan DPD Sumut Partai Demokrat...93
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN...96
SARAN...98
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Jenis pemilih dan alasan memilih………25
Tabel 2: hasil perolehan suara pada pemilihan umum presiden dan wakil presiden
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dalam sistem Demokrasi, eksistensi partai politik merupakan sebuah
keniscayaan, upaya demokratisasi membutuhkan sarana atau saluran politik yang
koheren dengan kebutuhan masyarakat di sebuah negara. Partai politik adalah
sebagai salah satu sarana yang dimaksud, yang memiliki ragam fungsi, platform
dan dasar pemikiran. Fungsi dan Platform itulah yang salah satunya bisa dijadikan
pertimbangan untuk menilai demokrasi tidaknya suatu pemerintahan. Atau paling
tidak bisa digunakan untuk menilai apakah proses demokrasi yang berjalan
disuatu negara menghasilkan output kebijakan untuk kepentingan rakyat atau
sebaliknya.
Secara historis, gagasan membentuk partai politik dengan segala prangkat
fungsionalnya telah dibicarakan pertama kali lahir di Eropa Barat sejak lama.1
Semula, partai politik yang berfungsi sebagai artikulasi yakni sebagai
fasilitator antara rakayat dan pemegang kebijakan. Dalam perkembanganya, partai
politik dianggap sebagai media yang cukup refresentatif untuk berfartispasi Ketika itu terdapat keinginan kuat untuk melahirkan suatu lembaga politik yang
mampu memadai aspirasi publik. Disinilah tampaknya tantangan modernisme
politik memang perlu segera direspon dengan cara menemukan wadah berpolitik.
Asumsi ini mulai berkembang melalui sebuah kenyataan bahwa rakyat merupakan
komponen penting dari sitem politik yang ingin diterapkan.rakyat harus dilibatkan
dalam proses politik yang ada.
dalam rangka menentukan kebijakan publik (publik policy) melalui sistem
ketatanegaraan yang memberikan kebebasan bagi warga negara untuk mendirikan
partai politik, pemerintahan mendapatkan masukan-masukan bagimana
seharusnya kebijakan publik diarahkan. Para ahli menyatakan, disinilah tempat
sesungguhnya bagaimana negara dan warga negara berinteraksi. Dalam
perkembangannya, inisiatif warga negara membentuk partai politik didasari oleh
berbagai macam kepentingan yang ingin disalurkan dalam kebijakan-kebijakan
pemerintah tersebut. Salah satu argumen yang mendasari dibentuknya partai
politik adalah idiologi-idiologi sebagai rumusan gagasan dan cita-cita atau
harapan masyarakat tertentu berkembang seiring dengan perkembangan manusia
itu sendiri. Adapun seperti yang dikemukakan oleh Samuel P.Huntington, dimana
prosedur utama demokrasi adalah pemilihan para pemimpin secara kompetitif
oleh rakyat yang akan dipimpin. Argumentasai Huntington menekakan kepada
pelaksanaan pemilihan umum dan diharapkan dapat menghasilkan
lembaga-lembaga demokrasi baru yang berisi para wakil rakyat yang pada akhirnya
berpihak serta berjuang oleh rakyat. Masyarakat bebas untuk menentukan partai
politik atau calon mana yang akan mereka dukung dan aktif mengikuti segala
kegiatan pemilihan2
2
Samuel P.Huntington.1995.gelombangdemokratisasi ketiga,Jakarta;Grafiti pers,hal,4.
. Pemilihan umum 2009 menjadi ajang bagi rakyat indonesia
bersama-sama menjadi aktor atau peserta demokrasi untuk memilih wakil-wakil
dilegislatif maupun eksekutif ada dua pergolakan pada pemilihan umum 2009
yakni Pertama: pemilihan legislatif dimana rakyat memilih dengan tanda gambar
dan tanda nama kontestan yang akan mengisi jabatan di Legislatif. Dewan
Perwakilan Daerah (DPD). Yang nantinya diharapkan dapat menjadi wakil dari
tingkat provinsi dan dapat menyuarakan kepantingan rakyat. Kedua: pemilihan
eksekutif dimana rakyat yang akan memilih secara langsung pimpinan tertinggi
yaitu: presiden dan wakil presiden yang akan menjalankan roda pemerintahan
selama lima tahun mendatang. Dimana eksekutif memiliki wewenang atau
kekuasaan yang mencakup beberapa bidang. Pertama: Administratif, yakni
kekuasaan untuk melaksakan undang-undang dan peraturan perundangan lainnya
yang menyelenggarkan administrator negara. Kedua: Legislatif, yaitu membiat
rancangan undang-undang dan membimbingnya dalam badan perwakilan rakyat
sampai menjadi undang-undang. Ketiga. Keamanan,artinya kekuasaan untuk
mengatur polisi dan angkatan bersenjata, menyelenggarakan perang, pertahanan
negara, serta keamanan dalam negeri. Keempat. Yudikatif, memberi grasi,
amnesti, dan sebagainnya. Kelima. Diplomatik, yaitu kekuasaaan untuk
menyelenggarakan hubungan diplomatik dengan negara-negara lain3
Pemilihan Presiden atau Wakil Presiden barangkali akan menjadi
peristiwa sejarah yang kedua dalam sistem tata negara selama Indonesia merdeka,
sebab pemilihan dilakukan secara langsung oleh rakyat, tidak seperti pemilihan
umum tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan oleh MPR
.
4
Keseluruhan tahapan pemilihan umum yang dilakukan secara langsung
dan transparan, dimana rakyat memilih partai politik dan figur kandidat yang
akan menjadi pemenang dalam pemilihan yang berlangsung baik itu pemilihan
umum legislatif maupun eksekutif. Pemilihan presiden dan wakil presiden .
3
Stong. Modern political Constitusions, hlm,233-234
4
diharapkan dapat meminimalisir praktek money politics maupun kecurangan
kecurangan-kecurangan dan memberikan pengaruh secara langsung kepada
masyarakat melalui pilihan demokratis. Dimana rakyat tidak lagi mau terjebak
dalam kecurangan.tetapi rakyat harus murni dan mampu memilih calon kandidat
mana yang paling dia pilih yang layak menjadi pemimpin suatu negara. Pemilihan
Umum Presiden dan Wakil Presiden yang akan berlangsung pada 8 Juli 2009
merupakan sebuah momen penting bagi bangsa Indonesia. Sebuah tahapan yang
akan menentukan nasib bangsa selama 5 tahun ke depan, apakah akan membawa
angin perubahan, kemajuan bangsa, atau justru akan menambah persoalan baru
yang membelit bangsa Indonesia. Ketika bangsa Indonesia melalui proses
demokrasi, diberikan hak suara untuk memilih sendiri calon pemimpin bangsa ini,
tentu saja membutuhkan pemahaman dan gambaran yang jelas, mengenai calon
Presiden dan Wakil Presiden, sehingga nantinya dapat memilih pemimpin yang
berkualitas. Tidak lupa pula tentunya pemahaman mengenai Pilpres 2009 itu
sendiri, terutama dalam proses pemungutan suara, sehingga tidak terjadi suara
yang sia-sia dikarenakan masyarakat tidak memperoleh informasi yang jelas5
Pahitnya kenyataan yang harus diterima partai poitik secara tidak
langsung telah mewarnai perubahan konfigurasi peta politik Nasional sebagai
akibat dari kejenuhan politik konsituen yang selama ini hanya ditungggangi oleh
kepentingan partai politik. Hal ini berdampak pada melemahnya kekuatan partai
kelas atas dan menengah yang selama ini dijagokan dengan mudah memenangkan
dalam pemilu pemilu sebelumnya. Dengan munculnya berbagai partai politik baru
5
akan mengalami tantangan baru bagi partai politik yang lama. Dalam hal ini akan
terjadi pergeseran perolehan suara dimana konstituen telah memiliki kesadaran
dan tingkat kecerdasan dalam menentukan sikap politiknya. Kompetisi ketat
antara partai politik dalam mengais suara pada pemilihan presiden dan wakil
presiden pada pemilu 2009 lalu telah memasuki masa kampanye ini utamannya
ditunjukkan beberapa parpol papan atas tengah melalui strategi dalam pemasaran
atau political marketing. Munculnnya partai politik baru yang memiliki kekuatan
yang cukup ternyata tidak membawa perubahan bagi partai besar seperti partai
Demokrat sendiri bagitu juga halnya munculnya partai politik baru yakni Hanura(
Hati Nurani Rakyat) dan Gerindra (Gerakan Indonesia Raya ) dimana partai baru
ini merupakan suatu parpol baru yang begitu cukup mengguncang partai politik
yang telah ada di Indonesia yang di ketahui dengan munculnya di media massa
yang berpotensi mengubah peta perpolitikan di Indonesia.
Partai Demokrat merupakan partai Besar yang berdiri pada tanggal 9
september 2002. Partai Demokrat memang mempunyai kedekatan historis dengan
sosok Susilo Bambang Yudhoyono. Selain ide pembentukan partai politik ini juga
merupakan sumbangan dari Susilo Bambang Yudhoyono sendiri. Tanggal
kelahiran partai juga sengaja diambil dari tanggal dan bulan kelahiran Susilo
Bambang Yudhoyono meskipun dengan demikian hingga akhir 2003 Susilo
Bambang Yudhoyono sendiri tidak duduk dalam kepengurusan partai. Akan tetapi
istrinya, Kristriani Herawati menjabat sebagai wakil ketua umum partai.
Setelah pendirian partai politik Demokrat pengurus partai politik ini
sayapnya. Dalam waktu sebulan pada tanggal 10 oktober 2001 terbentuklan
kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah Provinsi Sulawesi Barat ini merupakan
Dewan Pimpinan Daerah Demokrat yang pertama. Selanjutnya muncullah Dewan
Pimpinan Daerah lainnya yakni salah satunya Sumatera Utara. Dalam kurun
setahun terbentuklah sebanyak 29 Dewan Pimpinan Daerah diseluruh Indonesia.
Pada pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden partai politik seperti
Demokrat memperkuat politiknya demi memenangkan calon yang di jagokan
yakni pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono dimana Dewan Pimpinan
Daerah partai Demokrat banyak menguras waktu dan tenaga agar target yang
ingin di capai partai tercapai yaitu menang pada pemilihan umum 2009 yang lalu.
Dengan merujuk kepada political marketing, meski sebagai subyek
akademis political marketing relatif baru, dunia politik telah menerapkannya sejak
lama bahkan winston flatcher (1997) mengatakan bahwa political marketing
hampir dapat dipastikan sebagai betuk pemasaran tertua:’’liberte’’,
ealite,’fraternite. Yang dikumandangkan dalam revolusi prancis pada tahun 1789
adalah salah satu slogan terbaik dari sudut pandang disiplin pemasaran. Kemudian
pada tahun 1830-an seorang praktisi periklanan profsional charlesbarker telah
menciptakan iklan politik. Pada tahun 1930-an franklin delano roosevelt
menggunakan media penyiaran dengan meluncurkan ‘’fire side chats’’.6
Pada Era setelahnya penerapan disiplin penerapan memberikan kontribusi
dan warna signifikan dalam hingar-bingar persaingan politik disejumlah negara
6
maju. Disiplin pemasaran itu semakin berperan tatkala terbukannya peluang
memanfaatkan radio dan televisi untuk kampanye partai politik. Oleh sebab itu
maka dalam hal ini penggunaan political marketing yang dilakukan oleh Dewan
Pimpinan Daerah sumut partai Demokrat dapat menyalurkan dan memasarkan
inisiatif produk dalam politik gagasan politik, isu politik dan program kerja yang
akan ditawarkan terhadap masyarakat secara sistematis dan terencana sesuai
dengan kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat luas. Adapun potensi dalam
kemenangan daripada pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono dalam
pemilihan umum 2009 yang lalu adalah tidak terlepas dari kinerja Dewan
Pimpinan Daerah partai Demokrat Sumut yang begitu gigih dan konsisten dalam
Team pemenangan pasangan calon Presiden tersebut. Namun perlu diketahui juga
kemenangan partai Demokrat dalam pemilihan umum presiden dan wakil presiden
pada pemilu 2009 yang lalu yakni tidak terlepas dari pandangan partai akan hasil
pada pemilihan umum 2004 yang lalu dimana Dewan Pimpinan Daerah sumut
partai Demokrat yaitu dapat memenangkan perolehan suara mayoritas
dibandingkan dengan partai partai politik lainnya yang mengunggulkan calon
presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Muhammad Jusuf Kalla.
Political marketing memiliki peran untuk menentukan proses demokratisasi. Dinegara-negara maju, partai politik mengarahkan kemampuan
marketing mereka merebut sebanyak mungkin konstituen. Berbagai teknik yang
sebelumnya hanya dipakai dalam dunia bisnis, sekarang ini telah dicangkokkan
kedalam kehidupan politik7
7
Firmanzah 2007.Marketing Politik .jakarta:yayasan obor Indonesia.hal.311.
. Semakin canggih teknik marketing yang diterapkan
mereka dengan berbagai cara yang seringkali kita rasakan tak ada bedanya dengan
mengiklankan produk dimedia, mempromosikan outdor maupun indoor. Segala
teknik dipakai agar rating jago mereka tinggi dan rakyat memilihnya di bilik-bilik
suara. Selain itu, political marketing dapat memperbaiki kualitas hubungan antara
kontestan dengan pemilih. Pemilih adalah pihak yang harus dimengerti, dipahami
dan dicarikan jalan pemecahan dari setiap permasalahan yang dihadapi. political
marketing meletakkan bahwa pemilih adalah subjek, bukan sebagai objek
manipulasi dan eksploitasi. Berkembangnya pusat perhatian terhadap partai partai
politik terhadap penggunaan strategi political marketing merupakan alterlatif
dalam mempengaruhi iklim politik yang penuh persaingan terbuka dan transparan
ketika berhadapan dengan masyarakat untuk mendapatkan suara lebih yang
dilakukan Dewan Pimpinan Daerah Sumut partai demokrat dalam pemilihan
umum presiden dan wakil presiden 2009 yang lalu.
Alasan mengapa penulis tertarik memilih judul di bidang political
marketing karna melihat ancangan mengenai political marketing bertolak dari
makna (meanings). Bahwa pada dasarnya political marketing adalah serangkaian
aktivitas terencana, strategis tapi juga taktis berdimensi jangka panjang dan
jangka pendek, untuk menyebarkan makna politik kepada para pemilih.
Tujuannya membentuk dan menanamkan harapan, sikap, keyakinan, orientasi, dan
prilaku pemilih. Perilaku pemilih yang diharapakan adalah ekspresi mendukung
dengan beragai dimensinya, khususnya menjatuhkan pilihan pada partai atau
kandidat tertentu. Dua ahli perilaku konsumen, peter & olson (1993) memberi
sebuah batasan makna (meaning) yakni interpretasi seseorang terhadap stimulus
tidak hanya ditentukan oleh stimulus itu sendiri. Makna dari interpretasi itu
sendiri tergantung pada-dan berinterkasi dengan-pengetahuan, pengalaman, dan
keyakinan yang tertanam dalam benak orang yang melakukan interpretasinya.8
8
Adman nursal. 2004. Political Marketing Strategi Memenangkan Pemilu. Pt. gramedia pustaka utama gedung gramedia lt.2-3 hal,23-24
Maka jelas penulis tertarik meneliti khususnya Dewan Pimpinan Daerah Sumut
Partai Demokrat yakni: ingin mengetahui bagaimana cara Dewan Pimpinan
Daerah Sumut partai Demokrat dalam melakukan pemasaran politik dalam
konteks political marketing terhadap konstituen atau masyarakat sehingga dalam
kenyataannya partai Demokrat dapat memenangkan pasangan Susilo Bambang
Yudhoyono-Boediono pada pemilihan umum presiden dan wakil presiden tahun
2009 yang lalu dalam satu putaran saja. Kesuksesan Dewan Pimpinan Daerah
Partai Demokrat dalam meraut suara mayoritas dalam pemilihan umum Presiden
dan wakil presiden 2009, Dalam hal ini, pengurus Dewan Pimpinan Daerah
Sumatera Utara merupakan suatu peniliaian yang cukup mendapat apresiasi dari
kalangan-kalangan tertentu, alasannya kinerja yang dimiliki oleh Team
pemenangan yang tergabung didalam partai politik itu begitu solid didalam
bidangnya masing-masing. Partai Demokrat merupakan partai muda yang cukup
menarik hati para masyarakat luas dimana para pengurus-pengurus sangat fokus
dalam pemenangan seorang kandidat untuk memperoleh suara mutlak dalam suatu
pemilihan, baik pemilihan umum Presiden maupun pemilihan Legislatif. Oleh
karnanya jelas bahwasannya dalam penelitian ini peneliti ingin mencari dan
mengetahui bagaimana sebenarnya kinerja yang dimiliki oleh Dewan Pimpinan
Daerah dalam penyusunan political marketing dan strategi pemasaran partai
1.2 Rumusan masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana konsep-konsep political marketing Dewan Pimpinan
Daerah Sumut Partai Demokrat dalam pemilihan umum Presiden 2009.
2. Bagaimana strategi pemasaran Dewan Pimpinan Daerah sumut partai
Demokrat dalam pemenangan calon Presiden sehingga dapat
memenangkan dalam satu putaran.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana political marketing Dewan Pimpinan
Daerah sumut partai Demokrat dalam pemilihan umum presiden 2009
2. Untuk mengetahui strategi pemasaran partai politik Dewan Pimpinan
Daerah Partai Demokrat Sumut.
1.4 Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis, untuk mengembangkan kemampuan berpikir penulis
melalui karya ilmiah dan sebagai penerapan dari berbagai teori yang
penulis dapatkan selama dalam masa perkuliahan.
2. Sebagai bahan rujukan bagi mahasiswa Departemen ilmu politik yang
nantinnya berminat mengambil studi tentang political marketing.
3. Penelitian ini juga bermanfaat untuk menambah bahan refrensi
4. Penelitiaan ini dapat memberikan masukan kepada setiap partai politik
yang akan melakukan pemasaran polilitik ditengah kehidupan
masyarakat.
1.5 Kerangka Teori
Dasar penelitian yang paling paling besar perannya adalah teori karena
dengan dasar inilah peneliti mencoba memberikan penerapan tentang fenomena
sosial dan fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya. landasan teori
menguraikan jalan pikiran menurut kerangka teori yang logis. Artinnya
mendudukkan masalah penelitian yang telah di rumuskan didalam kerangka
teoritis relevan yang mampu menerangkan masalah tersebut. Upaya ini
dimaksudkan agar dapat menjawab dan menerangkan masalah yang telah
dirumuskan.
1.5.1 Pemasaran politik (political marketing)
Dalam kajian ilmu politik , political marketing menurut firmazah
merupakan sebagai suatu domain baru tidak terlepas dari polemik yang
menyertainya artinya, Political marketing merupakan penerapan ilmu marketing
dalam kehidupan politik. Dalam konteks politik dilihat sebagai seperangkat
metode yang dapat mempasilitasi kontestan (individu atau partai politik) yakni
dalam memasarkan inisiatif politik, gagasan politik, isu politik, idiologi partai,
dan juga karakteristikke pemimpinan partai politik pada program kerjanya kepada
masyarakat.9
Pandangan political marketing menurut Adman Nursal yakni: dimana
dalam kajian ilmu politik political marketing merupakan serangkaian aktivitas
9
terencana, strategis namun juga taktis dalam menyebarkan makna politik terhadap
masyarakat yang akan memilih bagi Nursal political marketing meliputi
unsur-unsur berupa strategi pemasaran, bauran politik, dan proses pemasaran (delivery
process).10
Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang akan diterapkan
dalam kampanye, atau lebih mudah dapat diartikan sebagai pendekatan yang
diambil untuk menuju pada suatu kondisi tertentu dari pada saat ini yang dibuat
political marketing telah menjadi suatu fenomena, tidak hanya dalam ilmu
politik, tetapi juga memunculkan berbagai ragam pertanyaan para marketer yang
selama ini sudah terbiasa dalam konteks dunia usaha. Tentuny terdapat beberapa
asumsi-asumsi yang mesti dilihat dapat memahami political marketing, karena
konteks dunia politik memang mengandung banyak perdebatan dengan dunia
usaha. Menurut O’Shaughnessy(2001), politik berbeda dengan produk retail,
sehingga akan berbeda pula muatan yang ada diantara keduanya politik terkait erat
dengan sebah nilai (value). Jadi, isu politik bukan sekedar produk yang
diperdagangkan, melainkan menyangkut pula keterikatan simbol dan nilai yang
menghubungkan individu-individu. Dalam hal ini politik lebih dilihat sebagai
aktivitas sosial untuk menegaskan identitas masyarakat.
Menurut lock dan harris (1996) terdapat beberapa karateristik mendasar
yang membedakan political marketing dengan marketing dalam dunia bisnis.
Perbedaan ini berasal dari kenyataan bahwa pada pemilihan umum memang
berbeda dengan konteks dunia usaha pada umumnya.
1.5.2 Strategi Pemasaran (Marketing Strategy)
10
Adman Nursal 2004 Political Marketing Strategi Memenangkan Pemilu:Studi Pendekatan Baru
berdasarkan analisis masalah dan tujun yang telah ditetapkan11
Segmentasi pasar adalah konsep yang sangat penting dalam aktifitas
pemasaran. Tidak saja dalam konteks pasar tetapi juga untuk kegiatan kegiatan
kemasyarakatan atau kegiatan-kegiatan nirlaba lainnya
. Dalam konteks
pemilu tujuan dari setiap strategi bukanlah kemenangan yang dangkal, tapi
perdamaian yang mendasar. Dalam istilah politik’’perdamaian’’ ini berarti
penerangan program—program yang tepat dan reformasi, jika tujuan jangka
panjang strategi ini tidak tampak, misi bagi kemenangan akan tampak sebagai
perjuangan bagi kekuasaan dan kekayaan pribadi sebagai sebuah perjuangan
untuk mencapai tujuan—tujuan yang telah di tetapkan.
Pemasaran menurut pandangan Philip kotler adalah kegiatan manusia yang
di arahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan malalui proses pertukaran.
Pada dasarnya strategi pemasaran merupakan proses menyusun nilai-nilai inti
yang sesuai dengan aspirasi para pemilih dan sumber daya kontestan yang
dipasarkan. Strategi pemasaran dalam domain merupakan perencanaan sebagai
langkah—langkah adaptasi terhadap semua gejala yang terjadi untuk
mendapatkan pemahaman apa yang dibutuhkan masyarakat (lingkungan politik).
Berdasarkan definisi strategi pemasaran dalam domain politik
hubungannya dengan kontestan politik maka dapat ditarik sebuah benang merah
yang disebut segmentasi , positioning dan targeting politik.
1.5.2.1 Segmentasi pasar
12
11
Venus.2004.Managemen Kampanye Panduan Teoritis dan Ppraktis Dalam Mengaktifkan
Kampanye Komunikasi.bandung;simbiosa rekatama.hal;15 12
Rhenald kasali; Membidik Passar Indonesia Target Positioning,Segmentasi.PT;Gramedia pustaka utama,cetakan ke-4,2000,hal,26
. Tidak terkecuali dalam
dalam suasana demokratis. Dalam kondisi dan ssituasi seperti ini, hal penting
yang wajib di penuhi oleh komunikator politik (baca;politicus, profesional politik,
dan semacamnya) adalah kemampuan untuk mengemas dan mengkomunikasikan
pesan politiknya yang disesuaikan dengan audience Yang tepat. Karena audience
sangat Heterogen, maka kemudian mengelompokkan mereka berdasarkan kepada
karakteristik tertentu, merupakan langkah yang paling strategis dalam rangka
efektifitas dan efesiensi kegiatan komunikasi politik baik dalam asfek budged
maupun capaian target pengelompokan audience berdasarkan pada karakteristik
tertentu tersebut, dalam konsep pemasaran, disebut sebagai segmentasi
pemasaran. Umumnya segmentasi dapat didasarkan pada beberapa kategori
aspektual yakni: Pertama; Goegrafi. Masyarkat dapat disegmentasi berdasarkan
geografi dan kerapatan (dencyty) populasi. Kedua: Demografi. Masyarakat dapat
dibedakan berdasarkan umur, agama, jenis kelamin, pendapatan, pendidikan,
pekerjaan dan kelas sosial. Masing-masing kategori memiliki karakteristik yang
berbeda tentang isu politik atau dengan yang lain. Sehingga perlu untuk
dikelompokkan berdasarkan kriteria demografi. ketiga; Psikografi. Memberikan
tambahan metode ini segmentasi berdasarkan geografi. Dalam metode ini,
segmentasi dilakukan berdasarkan kebiasaan, pola hidup, dan perilaku yang
mungkin terkait dalam isu-isu politik. Keempat; perilaku. Masyarakat dapat
dibedakan dan dikelompokkan berdasarkan proses pengambilan keputusan,
identitas ketertarikan dan keterlibatan dengan isu politik, loyalitas dan perhatian
terhadap permasalahan politik. Masing-masing kelompok memiliki perbedaan,
Sehingga perlu untuik diidentifikasi. Kelima; sosial budaya. Pengelompokan
seperti suku, agama, etnis, dan ritual spesifik seringkali membedakan intensitas,
kepentingan, dan perilaku terhadap isu-isu politik. Keenam; sebab-akibat. Selain
metode yang bersifat statis,metode ini mengelompokkan mesyarakat berdasarkan
perilaku yang muncul dari isu-isu politik. Sebab-akibat ini melandaskan metode
pengelompokkan berdasarkan perspektif pemilih(voters).13
Positioning pada dasarnya adalah strategi untuk memasuki jendela otak
konsumen (dalam konjteks politik, konsumen adalah voters). Positioning biasanya
tidak menjadi masalah dan tidak dianggap penting selama partai politik yang
bertarung dalam pemilu tidak banyak, dan persaingan belum menjadi sesuatu
yang penting. Positioning baru akan menjadi penting bila mana persaingannya
sudah sangat sengit
1.5.2.2 Positioning
14
Positioning adalah sesuatu yang dilakukan terhadap pikiran calon voters,
yakni menempatkan produk (partai politik atau kandidat) pada pikiran para calon
voters. Dalam ungkapan konsultan strategi pemasaran, positioning adalah
bagaimana anda membedakan diri anda sendiri dalam pikiran calon konsumen
anda. Dengan melakukan positioning maka partai politik atau kandidat berusaha
untuk menjaga fokus pikiran, orientasi, dan kesadaran voters atau masyarakat . Seperti sejumlah partai politik yang banyak dan memiliki
idiologi serta basis pemilih hampir sama. Seperti PPP, PBR, dan PKB. Yang
saling mengklaim sebagai partainnya wong cilik. dan ingkarnasi dari PNI.
Pada situasi dan kondisi seperti tersebut diatas maka kemampuan partai
politik untuk melakukan strategi positioning sangat menentukan keberhasilan
partai tersebut dalam persaingan merangkul dan memenangkan pilihan dari voters.
13
Firmanzah 2007.Marketing Politik .jakarta:yayasan obor Indonesia.hal 193
14
untuk tetap mmengingat serta mengarahkan refrensi utama tentang partai politik
atau kandidat yang akan mereka pilih. Adolf Hitler menerapkan positioning.
Begitu pula procter dan gamble (perusahaan terkemuka dunia-pen)dalam dunia
bisnis, dan pelaku politik lainnya.15
Positioning sebetulnya adalah kegiatan yang mengelola sisi psikologis
manusia. Dalam konteks ini, tema sentral yang direkayasa adalah aspek persepsi.
Proses terjadinya persepsi adalah dengan adanya tiga aktivitas, yaitu; seleksi,
organisasi, dan interpretasi. Kegiatan seleksi mencakup proses mulainya
diterimanya suatu sensasi yang dilanjutkan dengan adanya atensi, sedangkan
kegiatan organisasi melekat pada proses interpretasi16. Sensasi adalah penerimaan
stimulus lewat alat indra. Persepsi adalah penafsiran stimulus yang telah ada
didalam otak atau dengan kata lain merupakan pengertian sekarang berdasarkan
pengalaman dimasa lalu. Sensasi atau persepsi dapat kita analogikan seperti
sebuah potert pemandangan sebagai sensasi dan lukisan pemandangan sebagai
persepsi17. Persepsi adalah proses dengan mana individu-individu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indra mereka agar memberi makna
pada lingkungan mereka18
Dalam komunikasi politik, persepsi menjadi kajian sentral karena
hakikatnya semua pesan politik adalah produk politik yang lebih diarahkan pada
menciptakan persepsi (to create of perception) dalam pikiran masyarakat /voters.
Bebagaimana yang diungkapkan seorang politikus senior’’dalam berpolitik’’kata
15
Al Ries & jack trout,Positioning:The Bettle for Young Mind,salemba empat,2002,hal.3
16
Dedy mulyana.Ilmu Komunikasi ;Suatu Pengaantar,remaja roseda karya,edisi ke-4 2002,hal 169
17
M.dimyati mahmud, Psikologi Suatu Pengantar ,jilid.I,BPFE yogyakarta,1990,hal,41
18
john Lindsay,’’persepsi adalah realitas’’.19
Targeting atau menetapkan sasaran adalah satu atau beberapa segmen
yang akan dibidik untuk mencapai sasaran obyektif (segmentasi dasar) Salah satu konsultan strategi
pemasaran terkenal selalu menekankan sebuah pelajaran yang berbunyi:’’jangan
melawan persepsi dengan kenyataan. Persepsi saling menang’’.
1.5.2.3 Targeting politik
Targeting politik atau merupakan target audiens adalah tahap selanjutnya
dari analisis segmentasi. Produk dari targeting adalah target audiens (kelayakaan
sasaran), yaitu; satu atau beberapa segmen masyarakat yang akan menjadi fokus
kegiatan-kegiatan kampanye. Memang sebenarnya targeting adalah persoalan
bagimana memilih, menyeleksi, dan menjangkau masyarakat yang akan tetapkan
sebagai kalayak sasaran kegiatan pemasaran politik (baca kampanye).
20
19
Al Ries & jack trout,Positioning:The Bettle for Young Mind,salemba empat,2002,hal 13
20
Diolah dari Rheihal kasali.ibid.hal,372-373
.
Setidaknya ada tujuh pertanyaan yang harus disikapi dalam hal targeting,yaitu;
1.Apakah masyarakat (voters) telah berubah dalam beberapa waktu
terakhir
2.Apakah target audience yang sesunggguhnya sudah sesuai dengan yang
direncanakan ?mengapa berbeda?
3.Apa landasan / alasan memilih target audience /segmen
tersebut?mengapa bukan target audience /segmen yang lain?
4.Apa yang membedakan target audience /segmen tersebut dengan target
audience / segmen yang lain?proses apa yang digunakan untuk
5.Dapatkah membuktikan bahwa target audience / segmen tersebut
potensial dan menguntungkan?berapa lama membutuhkan waktu untuk
menggerakkan target audience /segmen ini untuk memberi
respon?apakah lingkungan politik tidk berubah ketika saatnya memetik
hasil?
6.Apakah yang akan dilakukan ketika target audience /segmen tidak
merespons?mengapa mereka tidak merespons?
7. Apakah ada target audience /segmen Lain yang lebih menguntungkan?
Pertanyaa-pertanyaan ini sudah harus disiapkan jawaban sebelum
mengeksekusi kegiatan pemasaran politik (kampaye). Banyak komunikatar yang
gagal karenamereka tidak menyiapkan langkah-langkah yang pas untuk membidik
target audience atau segmen yng sangat potensial dan menguntungkan.
1.5.3 Strategi politik (Politic Strategy)
Pendekatan dan komunikasi politik perlu dilakukan oleh para kontestan
untuk dapat memenangkan pemilu. Para kontestan perlu melakukan kajian untuk
mengidentifikasi besaran (size) pendukungnya: masa mengembang dan
pendukung konstanta lainnya. identifikasi ini perlu dilakukan untuk menganalisis
kekuatan dan potensi suara yang akan diperoleh pada pencoblosan, juga untuk
mengidentifikasi strategi pendekatan yang diperlukan terhadap masing-masing
kelompok pemilu. Strategi ini perlu dipikirkan oleh setiap kontestan karena
pesaing juga secara intens melakukan upaya-upaya untuk memenangkan
persaingan politik.sementara itu, cara masyarakat menentukan pilihannya juga
tergantung pada karakteistik masyarakat bersangkutan. Disatu sisi, terdapat
menimbang kontestan. Kemampuan kontestan dalam memecahkan persoalan
masyarakat menjadi titik perhatian kelompok masyarakat ini dipihak lain,
kedekatan idiologis juga menjadi kekuatan untuk menarik pemilih kedalam bilik
suara dan mencoblos kontestan yang beridiologi sama. Pemilih jenis ini tidak
begitu memedulikan program kerja apa yang ditawarkan partai politik
bersangkutan. Asal idiologi partai tersebut sama dengan idiologi pemilih, sudah
cukup alasan baginnya untuk memilih kontestan ini. Bauran antara karakteristik
alasan yang dipakai untuk menentukan pilihan dengan segmen-segmen pemilih
dapat dilihat dalam tabel.3.1
Table 3.1
Jenis pemilih dan alasan memilih
Problem-soffing
idiologi
Pembagian pemilih
Kontituen Non-partisan Pendukung lain
Penguatan dan
Sumber: firmanzah (2007). Hal. 125
Kontituen, Non-partisan dan pendukung pesaing membutuhkan
pendekatan yang berbeda satu dengan yang lain. Kontituen adalah kelompok
masyarakat yang diwakili dan memiliki kedekatan dengan suatu partai politik
kelompok masyarakat ini yang merupakan basis pendukung kontestan. Kontituen
memiliki loyalitas yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis pemilih yang
lain. Sementara Non-partisan adalah masa mengembang yang masih belum
memutuskan partai politik apa yang mereka dukung Non-partisan tidak
akan menjatuhkan pilihannya diakhir periode kampanye. Atau, mereka malahan
tidak memilih siapapun karena mereka tidak melihat satupun dari pilihan
kontestan yang sesuai dengan harapan mereka. Jenis pemilih terakhir adalah
pendukung atau kontituen partai politik lain.suatu partai politik atau kontestan
individu juga perlu mengembangkan hubungan dengan pendukung partai lain. Hal
ini dilakukan karena kontestan pemilu perlu menjaga stabilitas dan situasi yang
aman semasa priode kampanye memberikan informasi kepada pendukung partai
lain berkontribusi untuk mendirikan suasana persaingan. Selain itu, pesan positif
perlu dimunculkan kepada pendukung lain.sangat dimungkin pendukung lain akan
memberikan suarannya kepada suatu partai politik apabila terdapat konsesi dan
aliansi strategis di antara dua partai politik.
Strategi penguatan sangat dibutuhkan dalam hubungan antara partai politik
dengan kontituen mereka. Hal ini dilakukan agar ikatan baik diantara mereka yang
bersifat rasional maupun emosional tetap terjaga sangat diharapakan ikatan politik
antara partai politik dengan kontituen justru jadi sangat tinggi. Strategi penguatan
ini dilakukan juga agar ikatan diantara mereka tidak melemah dan untuk
menghindari masuknya pengaruh pesaing yang bisa menarik perhatian kontituen
mereka. Pendekatan yang dipergunakan tentu saja berbeda tergantung pada
apakah konstituen lebih mengedepankan aspek raional atau idiologis. Partai
politik perlu mengguankan penguatan yang bersifat rasional ketika mereka
berhadap dengan konstituen yang lebih mengedepankan problem-soving.ketika
pratai politik harus berhubungan dengan kostituen yang lebih melndaskan alasan
dilakukan.mengingatkan pesan, nilai, norma, dan paham partai perlu ditekankan
dalam hal ini.
Strategi menamakan keyakinan lebih sesuai untuk diterapkan pada jenis
pemilih yang Non-partisan, kepada jenis pemilih ini perlu diyakinkan bahwa
secara problem-soving atau pun idiologis, kontestan bersangkutan lebih baik
dibandingkan dengan para pesaingnya. Strategi komunikasi dan penyajian
informai juga perlu dilakukan untuk menyajikan para pemilih non-partisipan.
Kontestan harus menarik mereka keluar dari kebimbangan. Hal ini sulit dilakukan
tanpa adanya proses yang mencoba memberikan informsi dan menyediakan
Non-partisipan untuk memberikan suarannya kepada suatu partai politik tertentu.
Hal-hal yang hendak diyakinkan sangat tergantung pada karakteristik pemilih
non-partisan ini. Strategi pengenalan dan merebut dapat dilakukan suatu partai
terhadap jenis pemilih yang merupakan pendukung partai lain.pengenalan perlu
dilakukan agar perdukung partai lain ini tidak memandang negative.
Bagaimanapun, penciptaan iklim yang harmonis merupakan tanggungjawab
bersama.
1.5.4. Komunikasi Politik
Membangun suatu image politik tidak dapat dilakukan tanpa adanya
komunikasi politik. Komunikasi politik yang dimaksud dalam hal ini adalah
semua hal yang dilakukan oleh partai politik untuk mentransper sekaligus
menerima mpan balik tentang isu-isu politik yang berdasarkan semua aktivitas
yang dilakukannya terhadap masyarakat. Isu politik ini dilihat dalam perpektif
memposisikan dirinya dan membangun identitas dalam rangka memperkuat
imege-nya dalam benak mayararakat; isu politik tersebut dapat berupa idiologi
partai, program kerja partai, figure pemimpin partai, latar belakang pendirian
partai, visi dan tujuan jangka panjang partai, dan permasalahan yang
diungkapkannya.
Komunikasi dalam hal ini diartikan sebagai dyadic yaitu komunikasi dua
arah (barry & carnt, 1997). Dua arah berarti komunikasi yang tidak hanya
dilakukan oleh partai politik kepada masyarakat, tetapi juga dari masyarakat
kepada partai politik. Karena dari kondisi dari masyarakat yang beraneka ragam,
tersebar dan terkadang tidak terorganisir, akan sulit membayangkan adanya
sistematisasi komunikasi pesan yang dilakukan masyarakat kepada partai
politik21
21
Firmanzah 2007.Marketing Politik .jakarta:yayasan obor Indonesia.hal: 256
. Hal ini membuat partai politik sebagai organisasi yang terorganisir harus
mengambil inisiatif untuk mentransfer sekaligus merumuskan signal-signal atau
pesan yang disampaikan oleh masyarakat. Seringkali pesan-pesaan tersebut harus
melalui analisis dan pemahaman atas data dan fakta yang terbesar dalam banyak
peristiwa. Kekecewaan, kebahagiaan, impian, kesedihan, tangisan, dan
penderitaan masyarakat, baik yang sedang terjadi ataupun yang sedang
kemungkinan akan terjadi, harus ditemukan dan dianalisis berdasarkan data dan
peristiwa yang tercerai berai. Dalam hal ini, partai politik bertugas merangkum
dan menganalisis pesan-pesan tersembunyi dibalik peristiwa yang terjadi. Harus
diketahui bahwa pesan tersembunyi tersebut adalah pesan yang disampaikan oleh
masyarakat kepada elit politik dan harus segera ditanggapi. Tidak semua
permasalahan mereka yang sebenarnya. Konsekuensi, seringkali umpan balik
yang mereka berikan lebih banyak tersirat dibandingkan tersurat.
1.5.5. Bauran Produk Politik
David Kurtz dalam bukunya service marketing mengungkapkan bahwa
bauran politik merupakan kombinasi’’jasa’’yang ditawarkan kepada kelompok
sasaran 22. Jasa dalam political marketing diartikan sebagai kebutuhan produk
politik yang diperlukan oleh lingkungan masyarakat. Kebutuhan produk politik
tersebut dapat berupa gagasan politik, kebijakan partai, atau personal kandidat
figure politik untuk membentuk serangkaian makna politisi tertentu didalam
pikiran pemilih. Produk (product) yang ditawarkan institusi politik merupakan
sesuatu yang kompleks. Dimana pemilih akan menikmatinya setelah sebuah
partai atau seseorang kandidat (niffenegger,1989) arti penting sebuah produk
politik tidak hanya ditentukan oleh karakteristik produk itu sendiri. Pemahaman
pemilih juga memainkan peranan penting dalam memaknai dan
menginterpretasikan sebuah produk politik(dormedy &scullion,2001) niffenegger
(1989) membagi produk politik dalam tiga kategori:23
1. party platform (Platform partai)
2. passt record (catatan tentang hal-hal yang dilakukn dimasa lampau)
3. personal characteristic (ciri pribadi)
Dalam domain political marketing tentang bauran politik, adalah sebuah
institusi partai yang berisikan identitas idiologi, konsep, dan program kerja sebuah
institusi politik. Sedangkan partai politik menurut carl j.friedrich adalah 24
22
http//www.tarmizi.word press.com/2009
23
Firmanzah 2007.Marketing Politik .jakarta:yayasan obor Indonesia.hal 205
24
Miriam Budiardjo,Dasar-Dasar Imu Politik, penerbit PT,Gramedia pustaka utama,2008 ,hal,404
sekelompok menusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut dan
mempertahankan penguasaan pemerintahan bagi pemimpin partainnya dan
berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan
yang bersifat adil dan materil. Sementara partai politik menurut Sigmund
Neumann dalam buku karyanya, modern political parties mengemukan defenisi
sebagai berikut 25
Dalam pendekatan ini partai poitik berusaha mendapatkan dukungan
malalui stimulasi yang diberikan kepada pemilih. Masyarakat perlu mendapatkan
dorongan dan energi untuk pergi kebilik suara dan mencoblos suat kontestan.
Disamping itu partai politik perlu menyediakan sejumlah alasan yang rasional
maupun emosional kepada para pemilih untuk bisa memotivasi mereka agar
tergerak dan bersedia mendukung suatu kontestan.tanpa alasan-alasan ini, pemilih :
partai politik adalah: Organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha
untuk menguasai kekuasaan pemerintahan secara merebut dukungan rakyat
melalui persingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lainnya yang
mempunyai pandangan berbeda.
1.5.6. Proses strategi pendekatan pasar
Nursal 2004 mengategorikan tiga pendekatan yang dapat dilakukan oleh
partai politik untuk mencari dan mengembangkan pendukung selama proses
kampanye politik:
1.5.6.1 Push marketing
Menurut Nursal push-marketing adalah bagaimana penyampaian produk
politik langsung kepada para pemilih.
25
akan merasa ogah-ogahan karena mereka tidak punya cukup alasan untuk
menyuarakan aspirasi mereka.namun pada dasarnya push marketing adalah usaha
agar produk politik dapat menyentuh para pemilih secara langsung dengan cara
yang lebih personal26
Strategi seperti ini menitikberatkan pada pembentukan image politik yang
positif. Roboniwitz dan machdonald (1989) menganjurkan bahwa supaya simbol
dan image politik dapat memiliki dampak yang signifikan, kedua hal tersebut
harus mampu membangkitkan sentimen. Pemilih cenderung memilih partai atau
kontestan yang memiliki arah yang sama dengan apa yang mereka rasakan.
Pendekatan political marketing menurut nursal (2004) diawali dengan positioning,
kemudian dari situ dikembangkan.
1.5.6.2 Pass—marketing
Menurut Nursal pass-marketing adalah bagaimana penyampaian produk
politik dengan memanfaatkan media massa. Strategi ini menggunakan
individu-individu maupun kelompok yang dapat mempengaruhi opini pemilih. Sukses atau
tidak penggalangan massa akan sangat ditentukan oleh pemilihan para influencer
ini. Semakin tepat influencer yang terpilih, efek yang diraih pun akan menjadi
semakin besar dalam mempengaruhi pendapat, keyakinan dan pikiran public.
1.5.6.3 Pull-marketing
27
26
Adman Nursal.op.cit.hal.242-254
27
1.6 Metodologi Penelitian
1.6.1 Jenis Penelitian
Penulisan skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif.
Dimana penelitian ini bertujuan untuk mendeskrifsikan dan memahami dengan
cermat fenomena yang akan dilakukan dalam masyarakat.
Menurut Hadari Nawawi,28
Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian yang dapat berupa,
manusia, hewan, udara, tumbuhan, peristiwa, gejala, nilai, sehingga metode penelitian deskriptif dapat diartikan
sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan
atau melukiskan subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat dan
lain-lain pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya.
Pendekatan yang dilakukan oleh penulis dalam penyelesaian skripsi ini
adalah pendekatan kualitatif. Dimana dengan pendekatan kualitatif ini akan dapat
menghasilkan data yang tertulis maupun lisan dari orang-orang yang diamati
dilapangan.hal ini peneliti dalam memperoleh data maka harus terjun kelapangan.
Agar peneliti dapat melihat dan mengamati fenomena yang ada dalam partai
politik yakni political marketing Dewan Pimpinan Daerah Sumut partai Demokrat
terhadap kemenangan pada pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden 2009.
1.6.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi penelitian didaerah jln. Multatuli Blok FF
NO.39-40 (DPD Sumut partai Demokrat).
1.6.3. Populasi dan Sampel
28
subyek ini dapat menjadi sumber data penelitian. Oleh sebab itu yang menjadi
populasi dalam penelitian ini antara lain yakni: Kantor partai politik Demokrat.
Sampel adalah sebagian atau wakil yang di ambil dari populasi yang
menggunakan cara tertentu. Dalam penelitian ini sampel yang di ambil adalah
Pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Sumut partai Demokrat jln. Multatuli
Blok FF NO.39-40 Medan.
1.6.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan maka penulis
mlakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Metode wawancara
Peneliti membuat daftar pertanyaan yang akan ditanyakan di kantor tempat
peneliti menggali sumber sumber data. Pertanyaan berisi tentang biografi, visi
misi partai, pengalaman partai dalam pemenangan suara, dan mekanisme political
marketing partai dalam pemilihan umum presiden 2009 di Sumut.
2. Metode kepustakaan
Berdasarkan jawaban informan dan pengamatan yang dilakukan, peneliti
kemudian mengumpulkan metode pustaka sebagai kegiatan pengumpulan data
dan informasi dari berbagai macam pustka yang relevan dengan fenomena sosial
yang akan dicermati peneliti.dengan mencari sumber data dan informasi melalui
buku-buku, jurnal, internet dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.Metode pengambilan data
Peneliti menggunakan metode pengambilan data guna untuk mengetahui
gejala-gejala dan mempermudah dalam penelitian yang akan diteliti dilokasi
penelitian. Yakni bagaimana political marketing Dewan Pimpinan Daerah Sumut
pemilu 2009. Hasil pengambilan data yang dilobi dilokasi penelitian dan
selajutnya di analisis oleh peneliti sehingga dapat menjawab masalah penelitian.
1.6.5 Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian disusun, dianalisa dan disajikan
untuk memperoleh gambaran sistematis tentang kondisi dan situasi yang ada.
Data-data tersebut diolah dan dieksplorasi secara mendalam yang selanjutnya
akan menghasilkan kesimpulan yang menjelaskan masalah yang diteliti.
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I :PENDAHULUAN
Pada Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka
teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II :DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Pada Bab ini akan diuraikan gambaran umum dari lokasi
penelitian. Dimana peneliti akan memaparkan lokasi
penelitian antara lain peneliti mengambil lokasi kantor
Dewan Pimpinan Daerah Sumut partai Demokrat.
BAB III : PEMBAHASAN DAN PENYAJIAN DATA
Pada Bab ini data dan informasi disajikan dan dianalisis
secara sistematis berdasarkan penelitian yang dilakukan.
BAB II
GAMBARAN UMUM PARTAI DEMOKRAT (PD)
II.I. Sejarah Pembentukan dan Berdirinya Partai Demokrat29
Partai Demokrat didirikan atas inisiatif saudara Susilo Bambang
Yudhoyono yang terilhami oleh kekalahan terhormat saudara Susilo Bambang
Yudhoyono pada pemilihan Calon wakil Presiden dalam Sidang MPR tahun 2001.
Dari perolehan suara dalam pemilihan cawapres dan hasil pooling public yang
menunjukkan popularitas yang ada pada diri Susilo Bambang Yudhoyono
(selanjutnya disebut Susilo Bambang Yudhoyono), beberapa orang terpanggil
nuraninya untuk memikirkan bagaimana sosok Susilo Bambang Yudhoyono bisa
dibawa menjadi Pemimpin Bangsa dan bukan direncanakan untuk menjadi Wakil
Presiden RI tetapi menjadi Presiden RI untuk masa mendatang. Hasilnya adalah
beberapa orang diantaranya saudara Vence Rumangkang menyatakan
dukungannya untuk mengusung Susilo Bambang Yudhoyono ke kursi Presiden,
dan bahwa agar cita-cita tersebut bisa terlaksana, jalan satu-satunya adalah
mendirikan partai politik. Perumusan konsep dasar dan platform partai
sebagaimana yang diinginkan Susilo Bambang Yudhoyono dilakukan oleh Tim
Krisna Bambu Apus dan selanjutnya tehnis administrasi dirampungkan oleh Tim
yang dipimpin oleh saudara Vence Rumangkang. Juga terdapat diskusi-diskusi
tentang perlunya berdiri sebuah partai untuk mempromosikan Susilo Bambang
Yudhoyono menjadi Presiden, antara lain : Pada tanggal 12 Agustus 2001 pukul
17.00 diadakan rapat yang dipimpin langsung oleh Susilo Bambang Yudhoyono
29
di apartemen Hilton. Rapat tersebut membentuk tim pelaksana yang mengadakan
pertemuan secara marathon setiap hari. Tim itu terdiri dari : (1). Vence
Rumangkang, (2). Drs. A. Yani Wahid (Alm), (3). Achmad Kurnia, (4).
Adhiyaksa Dault, SH, (5).Baharuddin Tonti, (6). Shirato Syafei. Di lingkungan
kantor Menkopolkam pun diadakan diskusi-diskusi untuk pendirian sebuah partai
bagi kendaraan politik Susilo Bambang Yudhoyono dipimpin oleh Drs. A. Yani
Wachid (Almarhum). Pada tanggal 19 Agustus 2001, Susilo Bambang
Yudhoyono memimpin langsung pertemuan yang merupakan cikal bakal
pendirian dari Partai Demokrat. Dalam pertemuan tersebut, saudara Vence
Rumangkang menyatakan bahwa rencana pendirian partai akan tetap dilaksanakan
dan hasilnya akan dilaporkan kepada Susilo Bambang Yudhoyono.30
Selanjutnya pada tanggal 20 Agustus 2001, saudara Vence Rumangkang
yang dibantu oleh saudara Drs. Sutan Bhatoegana berupaya mengumpulkan
orang-orang untuk merealisasikan pembentukan sebuah partai politik. Pada
akhimya, terbentuklah Tim 9 yang beranggotakan 10 (sepuluh) orang yang
bertugas untuk mematangkan konsep-konsep pendirian sebuah partai politik
yakni: (1) Vence Rumangkang; (2) Dr. Ahmad Mubarok, MA.; (3) Drs. A. Yani
Wachid (almarhum); (4) Prof. Dr. Subur Budhisantoso; (5) Prof. Dr. Irzan
Tanjung; (6) RMH. Heroe Syswanto Ns.; (7) Prof. Dr. RF. Saragjh, SH., MH.; (8)
Prof. Dardji Darmodihardjo; (9) Prof. Dr. Ir. Rizald Max Rompas; dan (10) Prof.
Dr. T Rusli Ramli, MS. Disamping nama-nama tersebut, ada juga beberapa orang
yang sekali atau dua kali ikut berdiskusi. Diskusi Finalisasi konsep partai
dipimpin oleh Bapak Susilo Bambang Yudhoyono.
30
Untuk menjadi sebuah Partai yang disahkan oleh Undang- Undang
Kepartaian dibutuhkan minimal 50 (limapuluh) orang sebagai pendirinya, tetapi
muncul pemikiran agar jangan hanya 50 orang saja, tetapi dilengkapi saja menjadi
99 (sembilanpuluh sembilan) orang agar ada sambungan makna dengan Susilo
Bambang Yudhoyono sebagai penggagas, yakni Susilo Bambang Yudhoyono
lahir tanggal 9 bulan 9. Pada tanggal 9 September 2001, bertempat di Gedung
Graha Pratama Lantai XI, Jakarta Selatan dihadapan Notaris Aswendi Kamuli,
SH., 46 dari 99 orang menyatakan bersedia menjadi Pendiri Partai Demokrat dan
hadir menandatangani Akte Pendirian Partai Demokrat. 53 (lima puluh tiga) orang
selebihnya tidak hadir tetapi memberikan surat kuasa kepada saudara Vence
Rumangkang. Kepengurusanpun disusun dan disepakati bahwa Kriteria Calon
Ketua Umum adalah Putra Indonesia asli, kelahiran Jawa dan beragama Islam,
sedangkan Calon Sekretaris Jenderal adalah dari luar pulau jawa dan beragama
Kristen. Setelah diadakan penelitian, maka saudara Vence Rumangkang meminta
saudara Prof. Dr. Subur Budhisantoso sebagai Pejabat Ketua Umum dan saudara
Prof. Dr. Irsan Tandjung sebagai Pejabat Sekretaris Jenderal sementara Bendahara
Umum dijabat oleh saudara Vence Rumangkang31
Pada malam harinya pukul 20.30, saudara Vence Rumangkang
melaporkan segala sesuatu mengenai pembentukan Partai kepada Susilo Bambang
Yudhoyono di kediaman beliau yang saat itu sedang merayakan hari ulang tahun
ke 52 selaku koordinator penggagas, pencetus dan Pendiri Partai Demokrat.
Dalam laporannya, saudara Vence melaporkan bahwa Partai Demokrat akan .
31
didaftarkan kepada Departemen Kehakiman dan HAM pada esok hari yakni pada
tanggal 10 September 2001.
II.1.1. Pengesahan Partai Demokrat.32
Sejalan dengan deklarasi berdirinya Partai Demokrat, sebagai perangkat
organisasi dibuatlah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Pada tanggal 10 September 2001 jam 10.00 WIB Partai Demokrat
didaftarkan ke Departemen Kehakiman dan HAM RI oleh saudara Vence
Rumangkang, saudara Prof. Dr. Subur Budhisantoso, saudara Prof. Dr. Irsan
Tandjung, saudara Drs. Sutan Bhatogana MBA, saudara Prof. Dr. Rusli Ramli dan
saudara Prof. Dr. RF. Saragih, SH, MH dan diterima oleh Ka SUBDIT
Pendaftaran Departemen Kehakiman dan HAM. Kemudian pada tanggal 25
September 2001 terbitlah Surat Keputusan Menkeh & HAM Nomor
M.MU.06.08.-138 tentang pendaftaran dan pengesahan Partai Demokrat. Dengan
Surat Keputusan tersebut Partai Demokrat telah resmi menjadi salah satu partai
politik di Indonesia dan pada tanggal 9 Oktober 2001 Departemen Kehakiman dan
HAM RI mengeluarkan Lembaran Berita Negara Nomor : 81 Tahun 2001
Tentang Pengesahan. Partai Demokrat dan Lambang Partai Demokrat.
Selanjutnya pada tanggal 17 Oktober 2002 di Jakarta Hilton Convention Center
(JHCC), Partai Demokrat dideklarasikan dan dilanjutkan dengan Rapat Kerja
Nasional (Rakemas) Pertama pada tanggal 18-19 Oktober 2002 di Hotel Indonesia
yang dihadiri Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Cabang
(DPC) seluruh Indonesia.
32
Sebagai langkah awal maka pada tahun 2001 diterbitkan AD/ART yang pertama
sebagai peraturan sementara organisasi. Pada tahun. 2003 diadakan koreksi dan
revisi sekaligus didaftarkan ke Departemen Kehakiman dan HAM RI sebagai
Persyaratan berdirinya Partai Demokrat. Sejak pendaftaran tersebut, AD/ART
Partai Demokrat sudah bersifat tetap dan mengikat hingga ada perubahan oleh
forum Kongres ini.
II.2. Deskripsi Tentang Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat
Provinsi Sumatera Utara.33
Dewan pimpinan daerah provinsi sumatera utara di Jl. Multatuli indah
Blok FF. No. 39-40. Medan. Pada tahun 2009 ini, struktur organisasi partai
Demokrat di Provinsi sumatera utara terdiri dari 33 DPC (Dewan pimpinan
cabang) yang berada diseluruh kabupaten/kota Provinsi sumatera utara, DPC
kabupaten Asahan, DPC kota Binjai, DPC kabupaten Dairi, DPC Kabupaten Deli
serdang, DPC Kabupaten Humbang Hasundutan, DPC Kabupaten simalungun,
DPC Kabupaten Labuhan Batu, DPC Labuhan Batu Utara, DPC Kabupaten
Labuhan Batu Selatan, DPC kabupaten langkat, DPC Kabupaten Mandailing
Natal, DPC Kabupaten Medan, DPC Kabupaten Nias, DPC Kabupaten Nias
Selatan, DPC Kabupaten Nias barat, DPC Kabupaten Nias utara, DPC Kabupaten
kota Padang Sidimpuan, DPC Kabupaten Pakpak Barat, DPC Kabupaten
Pematang Siantar, DPC Kabupaten Samosir, DPC Kabupaten Serdang Bedagai,
DPC Kabupaten Sibolga, DPC Kabupaten Tanah Karo, DPC Kabupaten Tanjung
Balai, DPC Kabupaten Tapanuli Selatan, DPC Kabupaten Tapanuli Tengah, DPC
Kabupaten Tapanuli Utara, DPC Kabupaten Kota Tebing Tinggi, DPC Kabupaten
33
Toba Samosir, DPC Kabupaten Padang Lawas, DPC Kabupaten Padang Lawas
Utara, DPC Kabupaten Batu Bara, DPC Kabupaten Gunung Sitoli dan pada
tingkat kelurahan /desa partai Demokrat juga telah memiliki sebanyak 5785
DPAC yang berada diseluruh pedesaan/ desa.
Dewan pimpinan daerah adalah pelaksana partai ditingkat provinsi yang
kepengurusannya bersifat kolektif. Didalam suatu daerah kelurahan /desa atau
daerah yang dipersamakan tigkatannya dengan kelurahan/desa, atau daerah lain
yang karena keadaanya dapat dipersamakan dengan kelurahan /desa dan disana
terdapat Se kurang-kurangnnya 10 (sepuluh) orang anggota partai dapat dibentuk
kantor pimpinan Ranting. Pengesahan berdirinya pimpinan ranting di kelurahan
/desa ditetpakan oleh Dewan Pimpinan Anak Cabang.
Dalam suatu daerah kecamatan atau daerah yang dipersamakan tingkatnya
dengan kecamatan dapat dibentuk dewan pimpinan anak cabang pengasahan
berdirinya dewan pimpinan anak cabang ditetapkan oleh dewan pimpinan anak
cabang. Dewan Pimpinan Daerah memilki kewenangan untuk menentukan
kebijakan tingkat provinsi sesuai dengan angaran dasar, anggaran rumah tangga,
keputusan kongres, rapat tingkat nasional serta peraturan partai lainnya dan
berwenang untuk mensyahkan komposisi personalia dewan pimpinan cabang.
Dalam suatu daerah kabupaten/kota atau daerah-daerah yang karena
keadaanya dapat dipersamakan dengan kabupaten/kota dapat dibentuk dewan
pimpinan cabang. Pengesahan berdirinya dewan pimpinan cabang diitetapkan
oleh dewan pimpinan daerah. Bila mana terdapat kekosongan jabatan ketua dewan
pimpinan daerah (DPD) provinsi, maka dewan pimpinan daerah(DPD)
harian sampai ada ketentuan selanjutnya dari dewan pimpinan pusat(DPP) Dewan
pimpinn daerah berwenang untuk menuntukan kebijakan tingkat provinsi sesuai
denagn angggara dasar, anggaran rumah tangga, keputusan kongres, rapat tingkat
nasional serta peraturan partai lainnya. Mensyahkan komposisi personalia dewan
pimpinan cabang.
II.3. Kewajiban Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Provinsi
Sumatera Utara.34
1. Melaksanakan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, keputusan kongres
dan keputusan partai demokrat.
2. Menetapkan strategi dan perjuangan partai dan bimbingan pelaksanaan
garis-garis kebijaksanaan partai didaerahnya.
3. Memberikan petunjuk-petunjuk kepada cabang dan anak cabang didalam
melaksanakan keputusan dan garis-garis kebijaksanaan partai serta
ketentuan –ketentuan partai.
4. Memberikan arahan atas kegiatan-kegiatan fraksi didewan perwakilan
rakyat daerah provinsi.
5. Mengatur keseragaman, kerjasama dan koordinasi perjuangan partai
didalam dan diluar lembaga negara didaerahnya.
6. Menyampaikan laporan lengkap kepada musyawarah daerah dan pimpinan
pusat tentang seluruh kebijaksanaan dewan pimpinan daerah baik didalam
maupun keluar.
34
7. Menyampaikan pertanggungjawaban kepada musyawarah daerah tentang
pelaksanaan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, keputusan kongres,
peratuaran partai dan keputusan musyawarah daerah yang diamanatkan
kepada dewan pimpinan daerah maupun kebijaksanaan yang dijalankan
oleh dewan pimpinan daerah baik kedalam maupun keluar.
8. Mensyahkan susunan dewan pimpinan cabang.
9. Memberhentikan sementara seorang anggota atau anggota pimpinan partai
disemua tingkatan dibawahnya.
Dalam hal ini Dewan Pimpinan Daerah partai Demokrat memiliki kewajiban
yang sifatnya kolektif yakni kewajiban itu dilaksanakan secara efisien dan harus
dilaksanakan dengan seksama dan sesuai dengan hasil keputusan dalam
rapat-rapat terbuka.35
II.4. Hak Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Provinsi
Sumatera Utara.
Kewajiban itu harus yang ada pada diri dewan pimpinan daerah
tersebut tidak lah pula lari dari pada konsep yang telah di sepakati bersama
dimana didalamnya sudah tertuang beragam kewajiban atas kewenangan tersebut.
Seperti yang di katakan oleh Bapak Arip Suroso yakni kewenangan untuk
menentukan kebijakan tingkat provinsi sesuai dengan angaran dasar, anggaran
rumah tangga, keputusan kongres, rapat tingkat nasional serta peraturan partai
lainnya dan berwenang untuk mensyahkan komposisi personalia dewan pimpinan
cabang.
36
1. Membuat peraturan-peratuaran pelaksanaan anggaran dasar, anggaran
rumah tangga dan garis-garis kebijaksanaan bagi kelancaran usaha-usaha
35
Wawancara dengan bapak Arip Suroso di kantor partai Demokrat pada tanggal 29-juli-2010 pukul 10.00
36
partai dalam rangka pelaksanaan keputusan-keputusan kongres,
musyawarah daerah dan keputusan-keputusan partai.
2. Memberikan rekomendasi susunan dan komposisi dewan pimpinan cabang
kepada dewan pimpinan pusat untuk disyahkan.
3. Memberhentikan sementara seorang anggota atau anggota pimpinan partai
disemua tingkat yang berada dibawahnya.
4. Membatalkan suatu keputusan yang diambil oleh dewan pimpinan cabang
mapun dewan pimpian anak cabang ataupun keputusan musyawarah
cabang dan musyawarah anak cabang, apabila keputusan tersebut
nyata-nyata bertentangan dngan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
maupun membahayakan partai, negara dan bangsa.
5. Bertindak mewakili partai dalam menghadapi masalah-masalah daerah dan
dalam mengadakan hubungan kerjasama serta persahatan didaerahynya
sesuai petunjuk dari dewan pimpinan pusat(DPP)
Melihat dari pada hak atas partai sebenarnya tidak terlalu begitu
dipermasalhkan artinya: hak atas partai atau dewan pimpinan daerah partai
demokrat sebenarnya sudah tertkandung dalam dalam anggaran rumah tangga
partai yang berdasarkan etika berpartai namun dalam hal ini seperti yang diakatan
oleh Bapak Arip Suroso mengatakan hak atas partai atau Dewan Pimpinan Daerah
partai demokrat dapat membuat peraturan-peratuaran pelaksanaan Anggaran
dasar, anggaran rumah tangga dan garis-garis kebijaksanaan bagi kelancaran
usaha-usaha partai dalam rangka pelaksanaan keputusan-keputusan kongres,
musyawarah daerah dan keputusan-keputusan partai. Dan juga mampu
dewan pimpinan pusat untuk disyahkan. Serta dapat membatalkan suatu
keputusan yang diambil oleh Dewan Pimpinan Cabang mapun dewan pimpian
anak cabang ataupun keputusan musyawarah cabang dan musyawarah anak
cabang, apabila keputusan tersebut nyata-nyata bertentangan dngan anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga maupun membahayakan partai, negara dan
bangsa.37
II.5.I. Visi partai Demokrat.
II.5. Visi, Misi dan tujuan Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat
Provinsi Sumatera Utara.
38
1. Memberikan garis yang jelas agar partai berfungsi secara optimal dngan
peranan yang siknifikan didalam seluruh proses pembangunan indonesia
baru yang dijiwai oleh semangat reformasi serta pembaharuan didalam
semua bidang kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan
dalam pormasi semula sebagai mana telah di ikrarkan oleh para pejuang,
pendiri pencetus proklamasi kemerdekaan berdirinya negara kesatuan Partai Demokrat bersama masyarakat luas berperan mewujudkan
keinginan luhur rakyat indonesia agar mencapai percerahan dalam kehidupan
berbangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur, menjunjung tinggi
semangat nasionalisme, humanisme, dan internasionalisme, atas dasar ketakwaan
kepada Tuhan yang Maha Esa dalam tatanan Dunia baru yang damai, demokratis
dan sejahtera.
II.5.2. Misi partai Demokrat
37
Wawancara dengan Bapak Arip Suroso pada tanggal 29-juli-2010 pukul 10.00
38