• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI SAWAH TADAH HUJAN (Oryza sativa L.) PADA LAHAN KELOMPOK TANI RUKUN TANI DESA BUMISARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI SAWAH TADAH HUJAN (Oryza sativa L.) PADA LAHAN KELOMPOK TANI RUKUN TANI DESA BUMISARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

Wiwi Mayasari

ABSTRAC

FITNESS EVALUATION QUANTITATIVE AND QUALITATIVE LAND PLANT RICE (Oryza sativa L.) TO LAND THE ARTICLE OF FARM

VILLAGE FARM BUMISARI NATAR SUB DISTRICT SOUTH LAMPUNG

By

WIWI MAYASARI

Indonesia is an agrarian country where the majority of the population

livelihood as afarmer so that the agricultural sector plays an important role as a provider of national food. Domestic food needs are increasing with a

(2)

Wiwi Mayasari

This study aims to evaluate the suitability of qualitative and quantitative by

calculating the fancial feasibility of the cropping of rainfed lowland rice (Oryza sativa.L) Village Farmer Pillars Bumisari Natar District of South Lampung Regency. The research was conducted using survey method with the approach of landevaluation in parallel, namely the physical analysis

environment based on physicalcriteria Djaenuddin et al. (2000) and analyzes the feasibility of cultivation of rainfed lowland rice to assess the Net Present

Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (net B /C) and Internal Rate of Return (IRR). Phased implementation of the survey are: the preparation phase, the main survey,and data analysis. Based on the results of research that has been done to study disimpulkan that landbelongs to the Village Farmer Pillars Bumisari Natar District of South Lampung regency have enough land

suitability classes according to the limiting factor is nutrient retention (S2nr). Financially, the cultivation of rainfed paddy crop of Farmers Group Five Pillars Farm Village District Bumisari Natar South Lampung regency of four growing seasons were observed (2009-2010) with total area of 10 ha is profitable and feasible to be developed. This is evidenced from the average count shows that the NPVRp 32,315,058, -. Net B / C 2.65 and IRR of 44.88% per month of greater value thanthe current rate is 1.25% per month.

(3)

ABSTRAK

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI SAWAH TADAH HUJAN (Oryza sativa L.) PADA

LAHAN KELOMPOK TANI RUKUN TANI DESA BUMISARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN

LAMPUNG SELATAN

Oleh

WIWI MAYASARI

Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

pencaharian sebagai petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting

sebagai penyedia pangan nasional. Kebutuhan pangan dalam negeri semakin

meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang terus bertambah sehingga untuk

mencukupi kebutuhan tersebut sudah merupakan masalah yang cukup besar. Oleh

karena itu, sektor pertanian harus dapat meningkatkan produksinya sehingga

mampu memenuhi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri. Upaya

peningkatkan produksi padi dihadapkan kepada berbagai kendala dan masalah,

salah satunya penurunan produktivitas lahan, sehingga kegiatan evaluasi lahan

sangat dianjurkan dalam rangka untuk merencanakan dan mengkoordinir upaya

perbaikan dan pengelolaan lahan pada masing-masing tipe penggunaan atau

usahatani. Kegiatan evaluasi lahan ini mensuplai petani dengan informasi secara

(4)

Wiwi Mayasari

yang diperlukan untuk pengelolaan lahannya agar produktivitas lahan menjadi

meningkat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan kualitatif dan

kuantitatif dengan cara menghitung tingkat kelayakan finansial pada

tanaman padi sawah tadah hujan (Oryza sativa.L) . Penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan metode survei dengan pendekatan evaluasi lahan secara

pararel, yaitu melakukan analisis fisik lingkungan berdasarkan kriteria fisik

Djaenuddin dkk. (2000) dan analisis kelayakan usaha budidaya tanaman padi

sawah tadah hujan dengan menilai Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost

Ratio (net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR). Pelaksanaan survei

dilakukan bertahap yaitu : tahap persiapan, survei utama, dan analisis data.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dismpulkan bahwa lahan

penelitian milik Kelompok Tani Rukun Tani Desa Bumisari Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan memiliki kelas kesesuaian lahan cukup sesuai

dengan faktor pembatas retensi hara (S2nr). Secara finansial, usaha budidaya

tanaman padi sawah tadah hujan Kelompok Tani Rukun Tani Desa Bumisari

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dari 4 musim tanam yang diamati (

2009 – 2010) dengan luas lahan 10 ha adalah menguntungkan dan layak untuk

dikembangkan. Hal ini dibuktikan dari hasil hitungan rata-rata yang menunjukkan

bahwa nilai NPV Rp 32.315.058,-. Net B/C 2,65 dan IRR 44,88 % per bulan

yang nilainya lebih besar dari tingkat suku yang berlaku saat ini yaitu 1,25 % per

bulan.

(5)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

pencaharian sebagai petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting

sebagai penyedia pangan nasional. Kebutuhan pangan dalam negeri semakin

meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang terus bertambah sehingga untuk

mencukupi kebutuhan tersebut sudah merupakan masalah yang cukup besar. Oleh

karena itu, sektor pertanian harus dapat meningkatkan produksinya sehingga

mampu memenuhi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri. Upaya

peningkatkan produksi padi dihadapkan kepada berbagai kendala dan masalah,

salah satunya penurunan produktivitas lahan, sehingga kegiatan evaluasi lahan

sangat dianjurkan dalam rangka untuk merencanakan dan mengkoordinir upaya

perbaikan dan pengelolaan lahan pada masing-masing tipe penggunaan atau

usahatani. Kegiatan evaluasi lahan ini mensuplai petani dengan informasi secara

tepat dan akurat tentang apa yang seharusnya dikerjakan, dan perbaikan apa saja

yang diperlukan untuk pengelolaan lahannya agar produktivitas lahan menjadi

meningkat.

Padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia.

(6)

2

produksi dunia), India (20%), dan Indonesia (9%). Produksi padi tahun 2009

mencapai 64,33 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Dibandingkan produksi

pada 2008, terjadi peningkatan sebanyak 4,00 juta ton atau 6,64 %. Produksi padi

di Provinsi Lampung tahun 2010 yaitu sebesar 2,81 juta ton Gabah Kering Giling

(GKG), meningkat 134 ribu ton dibandingkan produksi padi tahun 2009.

Peningkatan produksi padi tahun 2010 disebabkan adanya kenaikan luas panen

sebesar 20,19 ribu ha dan kenaikan produktivitas sebesar 0,67 kw ha-1

(BPS, 2010).

Evaluasi kesesuaian lahan merupakan penilaian kecocokan tipe lahan terhadap

tipe penggunaan lahan spesifik. Tujuan evaluasi lahan itu sendiri yaitu

memprediksi segala konsekuensi yang mungkin terjadi di dalam penggunaan

lahan. Evaluasi lahan dapat dilakukan secara paralel yaitu evaluasi kualitatif dan

kuantitatif dilakukan sacara bersamaan. Evaluasi kualitatif adalah evaluasi

kesesuaian lahan dengan mempertimbangkan semua aspek yang menjadi

pembatas dan dinyatakan dalam bentuk kualitatif yaitu sesuai, cukup sesuai,

sesuai marjinal, dan tidak sesuai. Evaluasi kesesuaian lahan kuantitatif adalah

menduga nilai produksi yang dihasilkan berdasarkan keuntungan atau kerugian

penggunaaam lahan tersebut (Mahi, 2005).

Penentuan kesesuaian lahan dilakukan dengan cara membandingkan karakteristik

dan kualitas lahan dengan persyaratan pengunaan lahan untuk suatu tanaman

tertentu. Nilai kesesuaian lahan ditentukan oleh adanya faktor penghambat dan

tingkat dari faktor penghambat tersebut. Semakin besar tingkatan faktor

(7)

3

Pada penelitian ini dilakukan cara penilaian kesesuaian lahan secara fisik

berdasarkan kriteria Djaenuddin dkk. (2000), sedangkan evaluasi kesesuaian lahan

kuantitatif dilakukan dengan menilai kelayakan finansial usaha tani tanaman padi

sawah tadah hujan (Oryza sativa L.) dengan cara menghitung NPV, Net B/C, dan

IRR.

Padi merupakan salah satu komoditas yang dibudidayakan petani di Desa

Bumisari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Pada kenyataannya

petani belum pernah melaksanakan kegiatan evaluasi lahan. Penggunaaan dan

pemanfaatan sumberdaya lahan yang optimal sesuai daya dukungnya dapat

dilakukan apabila tersedia informasi mengenai kesesuaian lahannya, serta

penggunaan lahan baru dapat dikatakan menguntungkan apabila dengan biaya

input yang dikeluarkan dapat menghasilkan jumlah produksi atau pendapatan

lebih besar dari biaya input yang dikeluarkan. Bedasarkan hal tersebut perlu

adanya penilaian kesesuaian lahan secara kualitatif dan kuantitatif pada lahan

pertanaman padi di Desa Bumisari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

agar mengetahui apakah lahan layak atau tidak untuk diusahakan.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menilai kesesuaian lahan kualitatif tanaman padi sawah tadah hujan

(Oryza sativa L.) Kelompok Tani Rukun Tani Desa Bumisari Kecamatan

Natar Kabupaten Lampung Selatan, berdasarkam kriteria Djaenuddin dkk.

(8)

4

2. Menilai kesesuaian lahan kuantitatif dengan menganalisis nilai kelayakan

finansial budidaya tanaman padi sawah tadah hujan (Oryza sativa L.) pada

lahan Kelompok Tani Rukun Tani Desa Bumisari Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan.

1.3 Kerangka Pemikiran

Evaluasi lahan adalah suatu proses dalam menduga kelas kesesuaian lahan dan

potensi lahan untuk penggunaan tertentu (Djaenuddin dkk., 2000). Selanjutnya

menurut Dent dan Young (1981) evaluasi lahan adalah suatu proses

pendayagunaan potensi lahan untuk berbagai alternatif penggunaan.

Evaluasi lahan meliputi evaluasi terhadap perubahan yang mungkin terjadi dan

pengaruh dari perubahan tersebut, ditinjau dari segi penggunaan lahannya

sendiri. Oleh karena itu, evaluasi lahan meliputi ekonomis tidaknya memulai

suatu usaha, konsekuensi merugikan atau menguntungkan bagi lingkungan

(Hardjowigeno, 1994).

Ciri dasar evaluasi lahan yaitu membandingkan potensi sumberdaya lahan

dengan kebutuhan macam penggunaan lahan. Pada kenyataannya berbagai

penggunaan lahan memerlukan potensi sumberdaya lahan yang berbeda. Oleh

karena itu, di dalam evaluasi lahan harus selalu memperhatikan pertimbangan

ekonomi, sosial, dan faktor lingkungan. Banyak kasus mengenai kerusakan

lahan dan kegagalan usaha dalam penggunaan lahan karena disebabkan

kesalahan dalam memperhatikan hubungan antara potensi lahan dengan

(9)

5

berfungsi untuk menghindari permasalahan tersebut dan menemukan

perencanaan pembangunan yang berkelanjutan dengan membandingkan

berbagai alternatif penggunaan lahan yang paling memberikan keuntungan baik

dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Menurut Djaenuddin dkk. (2000) lahan yang termasuk ke dalam kelas S1 (Sangat

Sesuai) untuk tanaman padi sawah tadah hujan (Oryza sativa L.) yaitu daerah

dengan temperatur udara 24 – 29 oC, drainase baik, tekstur tanah agak halus,

kemasaman tanah 5,5 – 8,2, KTK liat > 16 cmolc kg-1, kejenuhan basa >50 %,

kandungan C-organik < 1,5 %, dan lereng < 3%.

Desa Bumisari berjarak 30 km dari ibukota Provinsi Lampung (Bandarlampung).

Topografi wilayah Desa Bumisari datar dengan kemiringan < 3 %, ketinggian dari

permukaan laut 142 meter di atas permukaan laut (dpl), pH tanah 5, C-organik

1,03 % , kejenuhan basa 50,02 %, kesuburan tanah sedang sampai baik, drainase

sedang sampai baik, curah hujan 2000 - 3000 mm th-1 dan suhu rata-rata harian

26oC ( Profil Desa Bumisari, 2010 ).

Tanaman padi yang dibudidayakan oleh kelompok tani di Desa Bumisari

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan adalah varietas non-hibrida yaitu

Ciherang. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani Nasuha, mengemukakan

bahwa alasan petani menggunakan varietas Ciherang disebabkan varietas tersebut

tahan terhadap hama wereng. Selanjutnya dikemukakan bahwa petani padi

menghasilkan panen gabah kering giling 5 ton ha-1 dan pendapatan

(10)

6

Penilaian kesesuaian lahan yang dilakukan menggunakan kriteria biofisik yang

disusun oleh Djaenuddin dkk. (2000), sedangkan penilaian kelayakan

finansial budidaya tanaman padi dilakukan dengan menghitung nilai NPV, Net

B/C Ratio, dan IRR.

1.4 Hipotesis

Berdasarkan kondisi yang ada di daerah penelitian seperti yang dikemukakan

dalam kerangka pemikiran, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Kelas kesesuaian lahan tanaman padi sawah tadah hujan (Oryza sativa L.)

Kelompok Tani Rukun Tani Desa Bumisari Kecamatan Natar Kabupaten

Lampung Selatan adalah cukup sesuai dengan faktor pembatas pH (S2nr).

2. Usaha budidaya tanaman padi sawah tadah hujan (Oryza sativa L. )

Kelompok Tani Rukun Tani Desa Bumisari Kecamatan Natar Kabupaten

Lampung Selatan secara finansial menguntungkan dan layak untuk

(11)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Padi

Padi termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar

didaerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia.

Menurut Chevalier dan Neguier padi berasal dari dua benua Oryza fatua Koenig

dan Oryza sativa L. berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainya yaitu

Oryza stapfii Roschev dan Oryza glaberima Steund berasal dari Afrika barat. Padi

yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan Oryza

sativa f spontania. Di Indonesia pada mulanya tanaman padi diusahakan didaerah

tanah kering dengan sistim ladang, akhirnya orang berusaha memantapkan basil

usahanya dengan cara mengairi daerah yang curah hujannya kurang. Tanaman

padi yang dapat tumbuh dengan baik didaerah tropis ialah Indica, sedangkan

Japonica banyak diusakan didaerah sub tropika.

Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini

merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun

padi dapat digantikan oleh makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri

bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh

bahan makanan yang lain. Padi adalah salah satu bahan makanan yang

(12)

8

terkandung bahan yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu, padi

disebut juga makanan energi.

2.1.1 Syarat Tumbuh Tanaman Padi

Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak

mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau

lebih, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 -2000 mm. Suhu

yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Tinggi tempat yang cocok

untuk tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m dpl. Padi dapat tumbuh dengan

baik pada tanah dengan pH antara 4 -7 ( Siswoputranto, 1976 ).

2.1.2 Fase Pertumbuhan Padi.

Pertumbuhan tanaman padi dibagi ke dalam tiga fase (De Datta 1981) yaitu :

2.1.2.1 Vegetatif ( awal pertumbuhan sampai pembentukan malai)

a. Tahap 0 : Berkecambah sampai muncul kepermukaan.

Benih biasanya dikecambahkan melalui perendaman selama 24 jam dan

diinkubasi juga selama 24 jam. Setelah berkecambah bakal akar dan tunas

menonjol keluar menembus kulit gabah. Pada hari ke 2 atau ke 3 setelah benih

disebar dipesemaian, daun pertama menembus keluar melalui koleoptil. Akhir

tahap 0 memperlihatkan daun pertama yang muncul masih melengkung dan bakal

akar memanjang

(13)

9

b. Tahap 1 : Pertunasan.

Tahap pertunasan mulai benih berkecambah sampai dengan sebelum anakan

pertama muncul. Selama tahap ini, akar seminal dan lima daun terbentuk,

sementara tunas terus tumbuh, dua daun lagi terbentuk. Daun terus berkembang

pada kecepatan satu daun setiap 3 sampai 4 hari selama tahap awal pertumbuhan.

Kemunculan akar sekunder membentuk sistem perakaran serabut permanen

dengan cepat menggantikan radicula dan akar seminal sementara. Bibit umur 18

hari siap untuk di pindah tanam. Bibit memiliki 5 daun dan sistem perakaran

yang berkembang dengan cepat.

c. Tahap 2 : Anakan.

Tahap ini berlangsung sejak munculnya anakan pertama sampai pembentukan

anakan maksimum tercapai. Anakan muncul dari tunas aksial (axillary) pada

buku batang dan menggantikan tempat daun serta tumbuh dan berkembang.

Setelah tumbuh, anakan pertama memunculkan anakan sekunder. Ini terjadi pada

30 hari setelah pindah tanam. Selain sejumlah anakan primer dan sekunder,

anakan tertier tumbuh dari anakan sekunder seiring pertumbuhan tanaman yang

bertambah panjang dan besar. Pada tahap ini, anakan terus bertambah sampai

pada titik dimana sukar dipisahkan dari batang utama. Anakan terus berkembang

sampai tanaman memasuki tahap pertumbuhan berikutnya yaitu pemanjangan

batang.

d. Tahap 3 : Pemanjangan batang.

Tahapan ini terjadi sebelum pembentukan malai atau terjadi pada tahap akhir

(14)

10

dan 3. Anakan terus meningkat dalam jumlah dan tingginya. Periode waktu

pertumbuhan berkaitan nyata dengan memanjangnya batang. Batang lebih

panjang pada varietas yang jangka waktu pertumbuhannya lebih panjang. Anakan

maksimum, memanjangnya batang, dan pembentukan malai terjadi nyaris

simultan pada varietas umur genjah (105 – 120 hari). Pada varietas umur dalam

(150 hari), terdapat yang disebut lagi periode vegetatif dimana anakan maksimum

terjadi. Hal ini diikuti oleh memanjangnya batang (internode), dan akhirnya

sampai ke tahap pembentukan malai.

2.1.2.2 Reproduksi (pembentukan malai sampai pembungaaan)

a. Tahap 4 : Pembentukan malai sampai bunting.

Inisiasi primordia malai pada ujung tunas tumbuh menandai mulainya fase

reproduksi. Primordia malai menjadi kasat mata pada sekitar 10 hari setelah

inisiasi. Pada tahap ini, tiga daun masih akan muncul sebelum malai pada

akhirnya timbul ke permukaan. Pada varietas genjah, malai terlihat berupa

kerucut berbulu putih panjang 1,0 sampai 1,5 mm muncul pada ruas buku utama,

kemudian pada anakan dengan pola tidak teratur. Dapat terlihat dengan

membelah batang. Saat malai terus berkembang bulir terlihat dan dapat

dibedakan. Malai muda meningkat dalam ukuran dan berkembang ke atas di

dalam pelepah daun bendera menyebabkan pelepah daun menggembung.

Penggembungan daun bendera disebut bunting. Bunting terjadi pertama kali pada

ruas batang utama. Pada tahap bunting, ujung daun layu (menjadi tua dan mati)

(15)

11

b. Tahap 5 : Keluar malai.

Tahap keluar malai ditandai dengan kemunculan ujung malai dari pelepah daun

bendera. Malai terus berkembang sampai keluar seutuhnya dari pelepah daun.

c. Tahap 6 : Pembungaan.

Tahap pembungaan dimulai ketika serbuk sari menonjol keluar dari bulir dan

terjadi proses pembuahan. Pada pembungaan, kelopak bunga terbuka, antera

menyembul keluar dari kelopak bunga karena pemanjangan stamen dan serbuk

sari tumpah. Kelopak bunga kemudian menutup. Serbuk sari jatuh ke putik,

sehingga terjadi pembuahan. Struktur pistil berbulu dimana tube tepung sari dari

serbuk sari yang muncul akan mengembang ke ovari. Proses pembungaan

berlanjut sampai hampir semua spikelet pada malai mekar. Pembungaan terjadi

sehari setelah keluarnya malai. Pada umumnya kelopak bunga membuka pada

pagi hari. Semua spikelet pada malai membuka dalam 7 hari. Pada pembungaan,

3 sampai 5 daun masih aktif. Anakan pada tanaman padi ini telah dipisahkan

pada saat dimulainya pembungaan dan dikelompokkan ke dalam anakan produktif

dan non produktif.

2.1.2.3 Pematangan (pembungaan sampai gabah matang)

a. Tahap 7 : Gabah matang susu.

Pada tahap ini, gabah mulai terisi dengan cairan serupa susu. Gabah mulai terisi

dengan larutan putih susu, dapat dikeluarkan dengan menekan/ menjepit gabah di

(16)

12

dasar anakan berlanjut. Daun bendera dan daun dua daun di bawahnya tetap

hijau.

b. Tahap 8 : Gabah setengah matang.

Pada tahap ini, isi gabah yang menyerupai susu berubah menjadi gumpalan lunak

dan akhirnya mengeras. Gabah pada malai mulai menguning. Pelayuan

(senescense) dari anakan dan daun dibagian dasar tanaman nampak semakin jelas.

Pertanaman kelihatan menguning. Seiring menguningnya malai, ujung dua daun

terakhir pada setiap anakan mulai mengering.

c. Tahap 9 : Gabah matang penuh.

Setiap gabah matang, berkembang penuh, keras dan berwarna kuning. Daun

bagian atas mongering dengan cepat (daun dari sebagian varietas ada yang tetap

hijau). Sejumlah daun yang mati terakumulasi pada bagian dasar tanaman.

2.1.3 Teknik Budidaya Padi

Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil

yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak

dilakukan persemaian sampai tanaman itu bisa dipanen. Dalam proses

pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus dipelihara yang baik, terutama

harus diusahakan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit yang

sering kali menurunkan produksi (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten

(17)

13

2.1.3.1 Persemaian

Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan

persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab benih di

persemaian ini akan menentukan pertumbuhan padi di sawah, oleh karena itu

persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk

mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai.

(1) Penggunaan benih

 Benih unggul  Bersertifikat

 Kebutuhan benih 25 -30 kg / ha

(2) Persiapan lahan untuk persemaian

 Tanah harus subur  Cahaya matahari  Pengairan

 Pengawasan

(3) Pengolahan tanah calon persemaian

 Persemaian kering

Persemaian kering biasanya dilakukan pada tanah-tanah remah, banyak

terdapat didaerah sawah tadah hujan. Persemaian tanah kering harus

dilakukan dengan baik yaitu :

- Tanah dibersihkan dari rumput clan sisa -sisa jerami yang masih

(18)

14

- Tanah dibajak atau dicangkul lebih dalam dari pada apa yang

dilakukanpada persemaian basah, agar akar bibit bisa dapat

memasuki tanah lebih dalam, sehingga dapat menyerap hara lebih

banyak.

- Selanjutnya tanah digaru

Areal persemaian yang tanahnya sempit dapat dikerjakan dengan

cangkul, yang pada dasarnya pengolahan tanah ini bertujuan untuk

memperbaiki struktur tanah, agar tanah menjadi gembur.

Ukuran bedengan persemaian :

- Panjang bedengan : 500 -600 cm atau menurut kebutuhan, akan

tetapi perlu diupayakan agar bedengan tersebut tidak terlalu panjag.

- Lebar bedengan 100 -150 cm

- Tinggi bedengan 20 -30 cm

Diantara kedua bedengan yang berdekatan selokan, dengan ukuran lebar

30-40 cm. Pembuatan selokan ini dimaksud untuk mempermudah :

- Penaburan benih dan pencabutan bibit

- Pemeliharaan bibit dipersemaian meliputi :

 Penyiangan

 Pengairan

 Pemupukan

(19)

15

Persemaian diupayakan lebih dari 1/25 luas sawah yang akan ditanami,

penggunaan benih pada persemaian kering lebih banyak dari persemaian

basah.

 Persemaian basah

Perbedaan antara persemaian kering dan basah terletak pada

penggunaan air. Persemaian basah, sejak awal pengolahan tanah telah

membutuhkan genangan air. Fungsi genangan air :

- Air akan melunakan tanah

- Air dapat mematikan tanaman pengganggu ( rumput )

- Air dapat dipergunakan untuk memberantas serangga perusak bibit

Tanah yang telah cukup memperoleh genangan air akan menjadi lunak,

tanah yang sudah lunak ini diolah dengan bajak dan garu masing-masing

2 kali. Namun sebelum pengolahan tanah harus dilakukan perbaikan

pematang terlebih dahulu, kemudian petak sawah dibagi menurut

keperluan. Luas persemaian yang digunakan 1/20 dari areal pertanaman

yang akan ditanami.

 Persemaian sistem dapog

Di Filipina telah dikenal cara penyemaian dengan sistem dapog, sistem

tersebut di Kabupaten Bantul telah dipraktekan di Desa Pendowoharjo,

(20)

16

Cara penyemaian dengan sistem dapog :

- Persiapan persemaian seperti pada persemaian basah

- Petak yang akan ditebari benih ditutup dengan daun pisang

- Kemudian benih ditebarkan diatas daun pisang, sehingga pertumbuhan

benih dapat menyerap makanan dari putik lembaga

- Setiap hari daun pisang ditekan sedikit demi sedikit kebawah

- Air dimasukan sedikit demi sedikit hingga cukup sampai hari ke4

- Pada umur 10 hari daun pisang digulung dan dipindahkan

kepersemaian yang baru atau tempat penanaman disawah

(4) Penaburan benih

Perlakuan sebagai upaya persiapan

Benih terlebih dahulu direndam dalam air dengan maksud :

- Seleksi terhadap benih yang kurang baik, terapung, melayang harus

dibuang

- Agar terjadi proses tisiologis

Proses tisiologis berarti terjadinya perubahan didalam benih yang

akhimya benih cepat berkecambah. Terserap atau masuknya air

kedalam benih akan mempercepat proses tisiologis.

Lama perendaman benih

Benih direndam dalam air selama 24 jam, kemudian diperam ( sebelumnya

(21)

17

Lamanya pemeraman

Benih diperam selama 48 jam, agar didalam pemeraman tersebut benih

berkecambah.

Pelaksanaan menebar benih

Hal- hal yang hams diperhatikan dalam menebar benih adalah :

- Benih telah berkecambah dengan panjang kurang lebih 1 mm

- Benih tersebar rata

- Kerapatan benih harus sama

(5) Pemeliharaan persemaian

1) Pengairan

Pada pesemaian secara kering

Pengairan pada pesemaian kering dilakukan dengan cara mengalirkan

air keselokan yang berada diantara bedengan, agar terjadi perembesan

sehingga pertumbuhan tanaman dapat berlangsung, meskipun dalam hal

ini sering kali ditumbuhi oleh tumbuhan pengganggu atau rumput. Air

berperan menghambat atau bahkan menghentikan pertumbuhan tanaman

pengganggu / rumput. Perlu diketahui bahwa banyaknya air dan

kedalamanya merupakan faktor yang memperngaruhi perkembangan

(22)

18

Pada pesemaian basah

Pengairan pada pesemaian basah dilakukan dengan cara sebagai berikut :

- Bedengan digenangi air selama 24 jam

- Setelah genagan itu berlangsung selama 24 jam, kemudian air

dikurang hingga keadakan macak-macak (nyemek-nyemek),

kemudian benih mulai bisa disebar.

Pengurangan air pada pesemaian hingga keadaan air menjadi

macak-macak ini, dimaksudkan agar benih yang disebar dapat merata dan

mudah melekat ditanah sehingga akar mudah masuk kedalam tanah.

- Benih tidak busuk akibat genagan air

- Memudahkan benih bernafas / mengambil oksigen langsung dari

udara, sehingga proses perkecambahan lebih cepat

- Benih mendapat sinar matahari secara langsung

Agar benih dalam bedengan tidak hanyut, maka air harus diatur sesuai

dengan keadaan, misalnya : bila akan terjadi hujan maka bedengan perlu

digenangi air, agar benih tidak hanyut. Penggenangan air dilakukan lagi

pada saat menjelang pemindahan bibit dari pesemaian kelahan

pertanaman, untuk memudahkan pencabutan.

2) Pemupukan dipersemaian

Biasanya unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah besar ialah

(23)

19

TSP dll diberikan menjelang penyebaran benih dipesemaian, bila perlu

diberi zat pengatur tumbuh. Pemberian zat pengatur tumbuh pada benih

dilakukan menjelang benih disebar.

2.1.3.2 Persiapan dan pengolahan tanah sawah

Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat

tertentu hingga memperoleh susunan tanah ( struktur tanah ) yang dikehendaki

oleh tanaman. Pengolahan tanah sawah terdiri dari beberapa tahap :

(1) Pembersihan

- Selokan-selokan perlu dibersihkan

- Jerami yang ada perlu dibabat untuk pembuatan kompos

(2) Pencangkulan

Perbaikan pematang dan petak sawah yang sukar dibajak.

(3) Pembajakan

- Memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah

- Membalikkan tanah beserta tumbuhan rumput ( jerami ) sehingga

akhirnya membusuk.

- Proses pembusukan dengan bantuan mikro organisme yang ada

dalam tanah

(4) Penggaruan

- Meratakan dan menghancurkan gumpalan-gumpalan tanah

(24)

20

- Selama digaru saluran pemasukan dan pengeluaran air ditutup agar

lumpur tidak hanyut terbawa air keluar

- Penggaruan yang dilakukan berulang kali akan memberikan

keuntungan

* Permukaan tanah menjadi rata

* Air yang merembes kebawah menjadi berkurang -Sisa tanaman

atau rumput akan terbenam

* Penanaman menjadi mudah

* Meratakan pembagian pupuk dan pupuk terbenam

2.1.3.3 Penanaman

Dalam penanaman bibit padi, harus diperhatikan sebelumnya adalah :

(1) Persiapan lahan

Tanah yang sudah diolah dengan cara yang baik, akhirnya siap untuk

ditanami bibit padi.

(2) Umur bibit

Bila umur bibit sudah cukup sesuai dengan jenis padi, bibit tersebut segera

dapat dipindahkan dengan cara mencabut bibit

(3) Tahap penanaman

Tahap penanaman dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu:

1. Memindahkan bibit

(25)

21

jenis padinya, genjah / dalam ) dapat segera dipindahkan kelahan

yang telah disiapkan.

Syarat -syarat bibit yang siap dipindahkan ke sawah :

- Bibit telah berumur 17 -25 hari

- Bibit berdaun 5 -7 helai

- Batang bagian bawah besar, dan kuat

- Pertumbuhan bibit seragam ( pada jenis padi yang sama)

- Bibit tidak terserang hama dan penyakit

Bibit yang berumur lebih dari 25 hari kurang baik, bahkan

mungkin telah ada yang mempunyai anakan.

2. Menanam

Dalam menanam bibit padi, hal- hal yang harus diperhatikan

adalah:

 Sistim larikan ( cara tanam )

* Akan kelihatan rapi

* Memudahkan pemeliharaan terutama dalam penyiangan

* Pemupukan, pengendalian hama dan penyakit akan lebih

baik dan cepat

* Dan perlakuan-perlakuan lainnya

* Kebutuhan bibit/ pemakaian benih bisa diketahui dengan

(26)

22

 Jarak tanam

Faktor yang ikut menentukan jarak tanam pada tanaman padi,

tergantung pada :

- Jenis tanaman

- Kesuburan tanah

- Ketinggian tempat / musim

- Jenis tanaman

Jenis padi tertentu dapat menghasilkan banyak anakan.

Jumlah anakan yang banyak memerlukan jarak tanam

yang lebih besar, sebaliknya jenis padi yang memiliki

jumlah anakan sedikit memerlukan jarak tanam yang

lebih sempit.

- Kesuburan tanah

Penyerapan hara oleh akar tanaman padi akan

mempengaruhi penentuan jarak tanam, sebab

perkembangan akar atau tanaman itu sendiri pada tanah

yang subur lebih baik dari pada perkembangan akar /

tanaman pada tanah yang kurang subur. Oleh karena itu

jarak tanam yang dibutuhkan pada tanah yang suburpun

akan lebih lebar dari pada jarak tanam padah tanah yang

jurang subur.

- Ketinggian tempat.

(27)

23

pegunungan akan memerlikan jarakn tanam yang lebih rapat

dari pada jarak tanam didataran rendah, hal ini berhubungan

erat dengan penyediaan air. Tanaman padi varietas unggul

memerlukan jarak tanam 20 x 20 cm pada musim kemarau,

dan 25 x 25 cm pada musim hujan.

 Hubungan tanaman

Hubungan tanaman berkaitan dengan jarak tanam. Hubungan

tanaman yang sering diterapkan ialah :

- Hubungan tanaman bujur sangkar ( segi empat )

- Hubungan tanaman empat persegi panjang.

- Hubungan tanaman 2 baris.

 Jumlah tanaman ( bibit ) tiap lobang.

Bibit tanaman yang baik sangat menentukan

penggunaannya pada setiap lubang. Pemakian bibit tiap

lubang antara 2 -3 batang.

 Kedalaman penanaman bibit

Bibit yang ditanam terlalu dalam / dangkal menyebabkan

pertumbuhan tanaman kurang baik, kedalam tanaman yang baik

3 -4 cm.

 Cara menanam

Penanaman bibit padi diawali dengan menggaris tanah /

menggunakan tali pengukur untuk menentukan jarak tanam.

Setelah pengukuran jarak tanam selesai dilakukan penanaman

(28)

24

2.1.3.4 Pemeliharaan Meliputi :

(1) Penyulaman dan penyiangan.

Yang harus diperhatikan dalam penyulaman :

- Bibit yang digunakan harus jenis yang sama

- Bibit yang digunakan merupakan sisa bibit yang terdahulu

- Penyulaman tidak boleh melampoi 10 hari setelah tanam.

- Selain tanaman pokok ( tanaman pengganggu ) supaya dihilangkan.

(2) Pengairan

Pengairan disawah dapat dibedakan :

- Pengairan secara terus menerus

- Pengairan secara piriodik

(3) Pemupukan

Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan makanan yang berperan

sangat penting bagi tanaman baik dalam proses pertumbuhan / produksi

pupuk yang sering digunakan oleh petani berupa :

- Pupuk alam ( organik )

- Pupuk buatan ( an organik )

Dosis pupuk yang digunakan :

- Pupuk Urea 250 -300 kg ha-1

- Pupuk SP 36 75 -100 kg ha-1

- Pupuk KCI 50 -100 kg ha-1

(29)

25

2.1.3.5 Panen

Bagi petani panen padi merupakan soal yang paling dinanti-nanti. Panen

merupakan saat petani merasakan keberhasilan dari jerih payah menanam dan

merawat tanaman ( Vegara, 1990 ).

(1) Saat panen

Padi perlu dipanen pada saat yang tepat untuk mencegah kemungkinan

mendapatkan gabah berkualitas rendah yang masih banyak mengandung

butir hijau dan butir kapur. Padi yang dipanen muda jika digiling akan

menghasilkan beras pecah. Saat panen padi dapat dipengaruhi oleh musim

tanam. Pemeliharaan tanaman dan pertumbuhan, serta tergantung pula

pada jenisnya. Secara umum padi dipanen saat berumur 80-110 hari

apabila tanaman padi menunjukkan ciri-ciri berikut berarti tanaman sudah

siap dipanen:

- Bulir-bulir padi dan daun bendera sudah menguning

- Tangkai menunduk karena sarat menanggung butir-butir padi atau

gabah yang bertambah berat

- Butir padi bila ditekan terasa keras dan berisi, jiak dikupas tidak

berwarna kehijauan atau putih agak lembek seperti kapur.

(2) Cara panen

Alat panen yang tepat penting agar panen menjadi mudah dilakukan

biasanya padi dipanen dengan sabit. Sabit digunakan untuk memanen padi

yang mudah rontok, misalnya padi coreh. Karena alat ini dapat memungut

hasil lebih cepat serta lebih gampang memotong batang padi maka alat ini

(30)

26

(3) Perontokan

Perontokan dapat dilakukan dengan menggunakan mesin perintih tresher,

atau menggunakan perontok kaki pedal tresher. Selain itu perontokkan

secara sederhana dapat dilakukan dengan memukulkan batangan padi ke

kayu dimana sebelumnya dihamparkan plastik untuk menampung butir

padi yang berhamburan.

(4) Pengeringan

Tujuan utama pengeringan ialah untuk menurunkan kadar air gabah agar

dapat tahan lama disimpan. Selain itu gabah yang masih basah sulit

diproses menjadi beras dengan baik. Bulir- bulir gabah dapat dijemur

dengan cara dihamparkan di atas lantai semen yang bersih dapat pula

dihamparkan di atas plastik. Dalam cuaca panas, sinar matahari mampu

mengeringkan gabah dalam waktu 2-3 hari.

(5) Pemisahan kulit gabah

Tahap terakhir usaha bertanam padi ialah menghasilkan beras yang dapat

ditanak menjadi nasi sebagai makanan pokok. Mula-mula gabah yang

sudah dikeringkan perlu dipisahkan dengan gabah hampa atau kotoran

yang mungkin terbawa selama perontokan atau pengeringan, caranya dapat

dengan ditampi. Pemisahan kulit gabah dapat dilakukan dengan huller

atau mesin, cara ini praktis dan cepat. Namun untuk daerah yang tidak

memiliki huller, pemisahan dapat dilakukan dengan penumbuhan padi

menggunakan alu dan lumpang.

(6) Sentra Produksi

(31)

27

diantaranya di daerah Jawa dan Sumatera. Hal ini karena padi adalah

bahan dasar untuk beras dan nasi yang merupakan bahan makanan utama

masyarakat Indonesia yang mengandung karbohidrat tinggi walaupun

tidak semua daerah makanan pokoknya berupa beras atau nasi.

2.2 Evaluasi Kesesuaian Lahan

Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan

tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji

( Hardjowigeno, 1994 ). Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang

lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan dapat dinilai untuk kondisi

saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah dilakukan perbaikan (kesesuaian

lahan potensial). Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan yang

berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan

tersebut diberikan masukkan-masukkan yang diperlukan untuk mengatasi kendala.

Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan

dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial

menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan

usaha-usaha perbaikan ( Mahi, 2005 ).

2.2.1 Tipe Evaluasi Lahan

Hasil evaluasi lahan dapat dikemukakan dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif.

Evaluasi kualitatif adalah evaluasi kesesuaian lahan untuk berbagai macam

penggunaan yang digambarkan dalam bentuk kualitatif, seperti sesuai, cukup

(32)

28

kualitatif terutama digunakan dalam survai tinjau (reconnaissance) sebagai

kegitan pendahuluan dalam rangka penelitian yang lebih detil (Mahi, 2004).

Evaluasi kuantitatif secara fisik seringkali digunakan sebagai dasar evaluasi

ekonomi. Evaluasi kuantitatif secara ekonomi adalah evaluasi yang hasilnya

diberikan dalam bentuk keuntungan atau kerugian masing-masing macam

penggunaan lahan. Secara umum, evaluasi kuantitatif dibutuhkan untuk proyek

khusus dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan investasi. Nilai uang

digunakan pada data kuantitatif secara ekonomi yang dihitung dari biaya input

dan nilai produksi. Penilaian nilai uang akan memudahkan melakukan

perbandingan bentuk-bentuk produksi yang berbeda. Hal ini memungkinkan

karena dapat menggunakan satu harga yang berlaku atau harga bayangan dalam

menilai produksi yang dibandingkan (Mahi, 2005).

2.2.2Kualitas Lahan Dan Karakteristik Lahan

Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau attribute yang bersifat kompleks

dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan ( performance)

yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya

terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristics ). Kualitas

lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi

pada umumnya ditetapkan berdasarkan karakteristik lahan (FAO, 1976).

Kualitas lahan dapat pula digambarkan sebagai faktor positif dan faktor negatif

(Mahi, 2001). Kualitas lahan kemungkinan berperan positif atau negatif terhadap

(33)

29

positif adalah yang sifatnya menguntungkan bagi suatu penggunaan. Sebaliknya

kualitas lahan yang bersifat negatif karena keberadaannya akan merugikan

(merupakan kendala) terhadap penggunaan tertentu, sehingga merupakan faktor

penghambat atau pembatas.

Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi.

Beberapa pustaka menunjukkan bahwa penggunaan karakteristik lahan untuk

keperluan evaluasi lahan bervariasi. Setiap karakteristik lahan yang digunakan

secara langsung dalam evaluasi ada yang sifatnya tunggal dan ada yang sifatnya

lebih dari satu karena mempunyai interaksi satu sama lainnya. Karenanya dalam

interpretasi perlu mempertimbangkan atau memperbandingkan lahan dengan

penggunaannya dalam pengertian kualitas lahan.

2.2.3Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan merupakan gambaran kecocokan macam penggunaan lahan

secara spesifik pada tipe lahan tertentu. Kelas kesesuaian lahan dapat berbeda

tergantung dari tipe penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Menurut

FAO (1976) klasifikasi kesesuaian lahan dibagi menjadi empat kategori, yaitu

sebagai berikut:

2.2.3.1 Ordo : pada tingkat ini kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang

tergolong sesuai (S) dan tidak sesuai (N).

2.2.3.2 Kelas : pada tingkat kelas, lahan yang tergolong sesuai (S) dibedakan

antara sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan marginal sesuai (S3).

(34)

30

tidak sesuai sementara (N1) dan lahan tidak sesuai permanen (N2).

Tingkat kelas dibagi menjadi 5 yaitu :

(1) Lahan kelas sangat sesuai (S1)

Lahan yang relatif tidak memliki faktor pembatas yang berarti atau

nyata terhadap penggunaannya secara berkelanjutan.

(2) Lahan kelas cukup sesuai (S2)

Mempunyai faktor pembatas yang berpengaruh terhadap

produktifitasnya, sehingga memerlukan tambahan (input) untuk

meningkatkan produktifitas pada tingkat yang optimum.

(3) Lahan kelas sesuai marjinal (S3)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, sehingga berpengaruh

terhadap produktifitasnya dan memerlukan input lebih besar daripada

lahan kelas cukup sesuai (S2).

(4) Lahan kelas tidak sesuai sementara (N1)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang lebih berat tetapi sifatnya

tidak permanen, sehingga dengan input pada tingkat tertentu masih

dapat ditingkatkan produktifitasnya.

(5) Lahan kelas tidak sesuai permanen (N2)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan sifatnya

(35)

31

2.2.3.3 Sub Kelas: pada tingkat ini menggambarkan macam faktor pembatas atau

perbaikan yang diperlukan dalam tingkat kelas.

2.2.3.4 Unit: pada tingkat ini menunjukkan sifat tambahan yang diperlukan

untuk pengelolaan dalam tingkat sub kelas.

Menurut Djaenuddin dkk. (2000), deskripsi karakteristik lahan yang menjadi

pertimbangan dalam menentukan kelas kesesuaian lahan dikemukakan sebagai

berikut :

1. Temperatur (tc)

Temperatur merupakan suhu tahunan rata-rata yang dikumpulkan dari hasil

pengamatan stasiun klimatologi yang ada.

2. Ketersedian Air (wa)

Karakteristik ketersediaan air digambarkan oleh keadaan curah hujan tahun

rata-rata atau curah hujan selama masa pertumbuhan, bulan kering, dan

kelembaban, yaitu:

(1) Curah Hujan

Curah hujan dinyatakan dalam curah hujan tahunan rata-rata (mm),

atau dalam curah hujan rata-rata selama masa pertumbuhan.

(2) Bulan Kering

Bulan kering merupakan jumlah bulan kering berturut-turut dalam

setahun yang jumlah curah hujannya kurang dari 60 mm bln-1.

(36)

32

Kelembaban udara merupakan kelembaban udara rata-rata tahunan

yang dinyatakan dalam persen (%).

3. Ketersediaan Oksigen (oa)

Karakteristik lahan yang manggambarkan ketersediaan oksigen adalah kelas

drainase, yaitu merupakan pengaruh laju perkolasi air ke dalam tanah

terhadap aerasi udara dalam tanah, dibedakan sebagai berikut :

a. Cepat (excessively drained). Tanah mempunyai konduktivitas

hidrolik tinggi sampai sangat tinggi dan daya menahan air rendah.

Ciri yang dapat diketahui di lapangan yaitu tanah berwarna homogen

tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley

(reduksi),

b. Agak cepat (somewhat excessively drained). Tanah mempunyai

konduktivitas hidrolik yang tinggi dan daya menahan air rendah. Ciri

yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen

tanpa bercak atau karatan besi atau aluminium serta warna gley.

c. Baik (well drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang

dan daya menahan sedang, lembab, tetapi tidak cukup basah dekat

permukaan. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah

berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan

serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai > 100 cm,

d. Agak baik/sedang (moderately well drained). Tanah mempunyai

(37)

33

rendah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna

homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna

gley (reduksi) pada lapisan sampai > 50 cm,

e. Agak terhambat (somewhat poorly drained). Tanah mempunyai

konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah

sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Ciri yang

dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa

bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi)

pada lapisan sampai > 25 cm,

f. Terhambat (poorly drained). Tanah mempunyai konduktivitas

hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat

rendah, tanah basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke

permukaan. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah

mempunyai warna gley (reduksi) dan bercak atau karatan besi

dan/atau mangan sedikit pada lapisan sampai permukaan.

g. Sangat terhambat (very poorly drained). Tanah mempunyai

konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya menahan air sangat

rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang

cukup lama sampai ke permukaan. Ciri yang dapat diketahui di

lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) permanen

(38)

34

4. Media Perakaran (rc)

Karakteristik lahan yang menggambarkan media perakaran terdiri dari

tekstur tanah, bahan kasar, dan kedalaman tanah.

(1) Tekstur tanah

Tekstur tanah merupakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus

dengan ukuran < 2 mm, yaitu pasir, debu dan liat. Tekstur tanah

dibagi menjadi 6 kelas, yaitu : halus, agak halus, sedang, agak kasar,

kasar, dan sangat halus.

(a) Halus : liat berpasir, liat, liat berdebu.

(b) Agak halus : lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung

liat berdebu.

(c) Sedang : lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung

berdebu, debu.

(d) Agak kasar : lempung berpasir kasar, lempung berpasir,

lempung berpasir halus

(e) Kasar : pasir, pasir berlempung

(f) Sangat halus : liat (tipe mineral liat 2:1)

(2) Bahan Kasar

Bahan kasar dengan ukuran > 2 mm, yang menyatakan volume dalam

persen (%), merupakan modifier tekstur yang ditentukan oleh jumlah

(39)

35

Bahan kasar dibedakan menjadi sedikit, sedang, banyak, dan sangat

banyak.

(3) Kedalaman Tanah

Kedalaman tanah (cm) menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm

yang dapat dipakai untuk perkembangan perakaran tanaman yang

dievaluasi. Kedalaman tanah dibedakan menjadi sangat dangkal,

dangkal, sedang, dan dalam.

5. Retensi Hara (nr)

Karakteristik lahan yang menggambarkan retensi hara adalah Kapasitas

Tukar Kation (KTK) Liat, reaksi tanah (pH H2O), Kejenuhan Basa (KB),

dan kandungan C organik.

(1) KTK Liat

KTK Liat menyatakan kapasitas tukar kation fraksi liat, yang didapat

dari persamaan berikut:

KTK liat = 100 × (% liat)-1 × KTK tanah (cmolc kg-1)

(2) Reaksi tanah (pH)

Reaksi tanah adalah nilai pH tanah di lapangan. Pada lahan kering

dinyatakan dengan data laboratorium atau pengukuran lapangan,

sedangkan pada tanah basah diukur di lapangan.

pH = - Log [H+]

(40)

36

Kejenuhan basa adalah jumlah basa-basa (NH4OAc) yang ada dalam

100 g contoh tanah yang dinyatakan dalam persen.

(4) C - Organik

C - organik adalah kandungan karbon organik tanah dalam persen.

6. Toksisitas (xc)

Karakteristik lahan yang menggambarkan toksisitas adalah kandungan

garam terlarut (salinitas) yang dicerminkan oleh daya hantar listrik (ds m-1).

Toksisitas di dalam tanah biasanya diukur pada daerah-daerah yang bersifat

salin. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) salinitas

berhubungan dengan kadar garam tanah. Kadar garam yang tinggi

meningkatkan tekanan osmotik sehingga ketersediaan dan kapasitas

penyerapan air akan berkurang. Daerah pantai merupakan salah satu daerah

yang mempunyai kadar garam yang tinggi.

7. Bahaya Sulfidik (xs)

Karakteristik lahan yang menggambarkan bahaya sulfidik adalah kedalaman

ditemukannya bahan sufidik yang diukur dari permukaan tanah sampai batas

atas lapisan sulfidik atau pirit (FeS2). Pengujian sulfidik dapat dilakukan

dengan cara meneteskan larutan H2O2 pada matrik tanah, dan apabila terjadi

pembuihan menandakan adanya lapisan pirit. Kedalaman sulfidik hanya

(41)

37

sulfida serta pirit. Hidrogen sulfida (H2S) yang terbentuk di dalam tanah

dapat bereaksi dengan ion-ion logam berat membentuk sulfida-sulfida tidak

larut. Dengan rendahnya kandungan unsur-unsur logam tersebut, H2S yang

terbentuk dapat berakumulasi sampai pada tingkat meracun dan

mengganggu pertumbuhan tanaman (Hakim dkk, 1986).

8. Sodisitas (xn)

Sodisitas menggunakan nilai exchangeable sodium percentage atau ESP (%)

yaitu dengan perhitungan.

9. Bahaya Erosi (eh)

Karakteristik lahan yang menggambarkan bahaya erosi adalah lereng dan

bahaya erosi.

(1) Lereng

Lereng merupakan hasil beda ketinggian antara dua tempat

(kedudukan) dengan jarak datarnya yang dinyatakan dalam persen.

Slope atau lereng dinyatakan dalam persen (%) atau derajat (o).

Perbedaan tinggi diukur dari puncak sampai dasar lereng dan

dinyatakan dalam meter.

(42)

38

Bahaya erosi dapat diketahui dengan memperhatikan permukaan tanah

yang hilang (rata-rata) pertahun dibandingkan tanah yang tidak

tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon A.

10. Bahaya Banjir (fh)

Bahaya banjir ditetapkan sebagai kombinasi pengaruh kedalaman banjir (x)

dan lamanya banjir (y). Kedua data tersebut dapat diperoleh melalui

wawancara dengan penduduk setempat di lapangan. Bahaya banjir dapat

diketahui dengan melihat kondisi lahan yang pada permukaan tanahnya

terdapat genangan air.

Menurut Djaenuddin dkk. (2000) lahan yang termasuk ke dalam kelas S1 (Sangat

Sesuai) untuk tanaman padi sawah tadah hujan (Oryza sativa L.) yaitu daerah

dengan temperatur udara 24 – 29 oC, drainase baik, tekstur tanah agak halus,

kemasaman tanah 5,5 – 8,2, KTK liat > 16 cmolc kg-1, kejenuhan basa >50 %,

kandungan C-organik < 1,5 %, dan lereng < 3%. Persyaratan penggunaan lahan

(43)

39

Tabel 1. Persyaratan Klasifikasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah Tadah Hujan (Oryza sativa L.) Menurut Djaenuddin dkk (2000)

Persyaratan Penggunaan /

Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/pengayakan Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya erosi (eh)

Sumber : Djaenuddin dkk. (2000)

Keterangan :

(44)

40

2.3 Analisis Finansial

Aspek finansial merupakan pokok dari kelayakan ekonomi. Dalam analisis

finansial diperlukan kriteria kelayakan usaha, antara lain Net Present Value

(NPV), Net Beneffit Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR)

(Ibrahim, 2003).

2.3.1 Compounding Factor (CF)

Compounding Factor (CF) adalah suatu bilangan yang lebih besar dari satu yang

dipakai untuk mengalikan dan mengurangi suatu jumlah di waktu yang lalu

sehingga diketahui nilainya saat ini, dihitung dalam persen (%).

2.3.2 Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara manfaat dengan biaya pada

discount rate tertentu. NPV menunjukan kelebihan manfaat dibandingkan biaya

yang dikeluarkan dalam suatu usahatani. Perhitungan Net Present Value

merupakan net benefit yang telah didiskon dengan menggunakan social

opportunity cost of capital (SOCC) sebagai faktor diskon.

2.3.3 Net Benefit Cost Ratio (B/C ratio)

B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan disbanding

hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan dengan C

(45)

41

2.3.4 Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return adalah nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung pada

saat NPV sama dengan nol. Keputusan menerima/menolak dilakukan berdasarkan

hasil perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian investasi yang diinginkan

(46)

42

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada lahan tanaman padi sawah tadah hujan (Oryza

sativa L.) Kelompok Tani Rukun Tani di Desa Bumisari Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumisari merupakan salah satu dari dua

puluh dua (22) desa yang ada di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

Secara geografis batas – batas wilayah di Desa Bumisari sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Candimas

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tanjungsari

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tanjungsari

- Sebelah Barat berbatasan dengan PTPN VII Rejosari

Areal pertanaman padi yang di teliti seluas 10 ha, sedangkan total luas seluruh

areal pertanaman padi sawah tadah hujan (Oryza sativa L.) yang ada di Desa

Bumisari seluas 25 ha. Pertanaman padi sawah tadah hujan (Oryza sativa L.) di

Desa Bumi sari dengan varietas Ciherang. Lokasi penelitian berada di titik

koordinat 520174 – 520712 mT dan 9415509 - 9415860 mU. Penelitian ini

(47)

43

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan antara lain :

1. Bor tanah : untuk pembuatan profil borring, pengambilan sampel tanah dan

deskripsi karakteristik tanah

2. Cangkul : untuk mengambil contoh sampel tanah

3. Meteran : untuk mengukur kedalaman tanah

4. Kantong plastik : untuk tempat sampel tanah

5. Kamera digital : untuk mengambil gambar yang mendukung kelengkapan

data pada lokasi penelitian

6. Buku munsell soil colour chart : digunakan untuk mengamati dan

mengetahui karakteristik tanah melalui pengamatan warna tanah

7. GPS (Global Positioning System) : untuk mengukur titik koordinat lokasi

penelitian dan titik pengambilan sampel tanah.

8. Alat-alat tulis : untuk mencatat data yang diperoleh langsung di lapangan,

dan alat-alat laboratorium untuk menganalisis tanah.

9. Alat-alat Laboratorium : digunakan untuk menganalisis sampel tanah di

laboratorium

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah contoh tanah yang diambil

dari 5 titik dengan kedalaman pengambilan sampel tanah 0 – 30 cm, serta

(48)

44

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei dengan

pendekatan evaluasi lahan secara pararel, yaitu melakukan analisis fisik

lingkungan berdasarkan kriteria fisik Djaenuddin dkk. (2000) dan analisis

kelayakan usaha budidaya tanaman padi sawah tadah hujan (Oryza sativa L.)

dengan menilai Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan

Internal Rate of Return (IRR). Pelaksanaan survei dilakukan dengan tahapan

yaitu: tahap persiapan, survei utama, dan analisis data.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu:

3.4.1 Persiapan

Pada tahap ini meliputi pengurusan perizinan penelitian, studi pustaka tentang

keadaan umum lokasi penelitian sehingga diperoleh gambaran umum tentang

lokasi penelitian, seperti peta lokasi, data iklim, karakteristik lahan dan

penggunaan lahan, penyusunan daftar pertanyaan (kuisioner).

3.4.2 Pra Survei

Pada tahap ini dilakukan peninjauan lapangan secara kasar dan penentuan titik

pengambilan contoh tanah pewakil berdasarkan keadaan lapang. Pengambilan

titik contoh tanah dilakukan menggunakan GPS. Berdasarkan pra survei

(49)

45

Gambar lahan dan titik - titik contoh tanah selengakpnya tertera pada Gambar 1

(Lampiran).

3.4.3 Pengumpulan Data 3.4.3.1Jenis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi:

(1) Data Fisik

Data fisik meliputi data fisik primer dan data fisik sekunder. Pengumpulan

data fisik primer dilakukan dengan cara observasi dan wawancara langsung

dengan petani pemilik lahan. Data yang dikumpulkan meliputi: media

perakaran (tekstur tanah, bahan kasar, kedalaman tanah), ketersediaan

oksigen (drainase), bahaya sulfidik (pirit), lereng, bahaya erosi ( lereng dan

bahaya erosi), bahaya banjir (genangan), dan penyiapan lahan ( batuan

permukaan dan batuan singkapan).

Pengumpulan data fisik sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga yang

berhubungan dengan penelitian ini. Data yang dibutuhkan yaitu data

temperatur, ketersediaan air (curah hujan, bulan-bulan kering, dan

kelembaban udara) 10 tahun terakhir.

(2) Data Sosial Ekonomi

Pengumpulan data sosial ekonomi primer dilakukan dengan cara wawancara

kepada 10 orang petani Kelompok Tani Rukun Tani Desa Bumisari

(50)

46

selama 4 musim (2009-2010). Data yang dikumpulkan adalah biaya tetap,

biaya variabel, dan data produksi. Sedangkan, data sosial ekonomi sekunder

diperoleh dengan cara melihat suku bunga bank yang berlaku saat ini.

3.4.3.2Pengamatan lapang dan cara pengukurannya

Variabel yang diamati pada tahap pengamatan lapang meliputi: media perakaran

(drainase, bahan kasar, dan kedalaman tanah), toksisitas (salinitas), bahaya

sulfidik (kedalaman sulfidik), bahaya erosi (lereng dan bahaya erosi), bahaya

banjir (genangan), dan penyiapan lahan (batuan permukaan dan singkapan

batuan).

(1) Drainase

Drainase diamati di lapang melalui pengeboran tanah, apabila tanah

berwarna homogen tanpa bercak-bercak kuning atau karatan besi, berwarna

coklat pada lapisan sampai 120 cm berarti drainase pada tanah tersebut baik.

Sebaliknya apabila terdapat bercak-bercak kuning atau karatan besi, berwarna

kelabu, maka tanah tersebut mempunyai drainase yang buruk, pengamatan

warna tanah dilakukan dengan menggunakan munsell soil color chart.

(2) Bahan kasar

Cara pengamatan bahan kasar di lapang yaitu dengan melihat ada tidaknya

kerikil atau kerakal pada tiap lapisan tanah dengan cara pengeboran pada

tanah yang akan diteliti. Cara pengukurannya di lapang yaitu dengan

menghitung berapa persen bahan kasar yang terdapat pada lapisan tanah yang

(51)

47

(3) Kedalaman tanah

Kedalaman tanah diukur dengan melakukan pengeboran sampai

ditemukannya lapisan padas yang kontinyus yang tidak dapat ditembus oleh

akar.

(4) Toksisitas

Daerah penelitian jauh dari pantai dan tidak dipengaruhi oleh pasang surut air

laut sehingga toksisitas tidak diamati.

(5) Bahaya sulfidik

Daerah penelitian jauh dari pantai dan tidak dipengaruhi oleh pasang surut air

laut sehingga bahaya sulfidik tidak diamati.

(6) Lereng

Pengukuran lereng tidak dilakukan karena lahan penelitian termasuk daerah

persawahan yang sudah dibuat guludan sawah.

(7) Bahaya erosi

Tingkat bahaya erosi dapat dilihat berdasarkan kondisi di lapangan, yaitu

dengan memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi

alur (rill erosion), dan erosi parit (gully erosion) atau dengan memperhatikan

(52)

48

(8) Genangan

Bahaya banjir dicirikan dengan adanya genangan air yang ada di permukaan

tanah. Pengamatan dilakukan melalui wawancara kepada petani, apakah

terdapat genangan yang menutupi seluruh lahan dengan air (terendam air)

pada lahan yang akan diteliti pada saat musim hujan lebih dari 24 jam.

(9) Batu permukaan

Batu di permukaan diamati dengan melihat ada tidaknya batu-batu kecil atau

besar yang tersebar pada permukaan tanah atau lapisan olah di lokasi

penelitian, cara mengukur batu di permukaan yaitu melihat berapa persen

batu yang tersebar di atas permukaan tanah pada lokasi penelitian.

(10) Singkapan batuan

Singkapan batuan diamati dengan melihat ada tidaknya batuan-batuan besar

yang tersingkap pada lokasi penelitian. Cara mengukur batuan singkapan

yaitu dengan melihat berapa persen terdapat batuan besar yang tersingkap

dipermukaan tanah pada lokasi penelitian.

3.4.3.3Pengambilan contoh tanah

Prinsip pengambilan contoh tanah adalah tanah yang diambil harus mewakili

daerah yang diteliti. Pengambilan contoh tanah dilakukan dengan metode

proposional. Contoh tanah dengan menggunakan cangkul pada 5 titik yaitu pada

kedalaman 0-30 cm. Selanjutnya 5 contoh tanah tersebut dikomposit dan

(53)

49

3.4.4 Analisis Tanah di Laboratorium

Analisis tanah di laboratorium dilakukan dengan cara menganalisis contoh tanah

yang telah diambil secara komposit dari 5 titik. Kemudian contoh tanah dikering

udarakan, lalu diayak dengan menggunakan ayakan 2 mm. Tanah yang telah

diayak dianalisis di laboratorium Ilmu Tanah Universitas Lampung untuk

mengetahui sifat fisik dan kimia tanahnya.

Sifat kimia yang dianalisi adalah pH H2O, basa-basa dapat ditukar, C-organik, dan

KTK. Sedangkan sifat fisik tanah yang dianalisis adalah tekstur tanah, dengan

metode analisis disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Metode analisis laboratorium

No Analisis Metode

1 pH H2O pH meter

2 Basa-basa dapat ditukar (Ca, Mg, Na, K) NH4OAc 1 N pH 7

3 C-organik Walkey and Black

4 KTK NH4OAc 1 N pH 7

5 Tekstur tanah Hydrometer

3.5 Analisis Data

Analisis data dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu:

3.5.1 Analisis Kualitatif

Analisis kesesuaian kualitatif dilakukan dengan cara membandingkan potensi fisik

lingkungan dengan persyaratan tumbuh tanaman padi sawah tadah hujan (Oryza

sativa L.) berdasarkan kriteria Djaenuddin dkk. (2000) dengan nilai karakteristik

(54)

50

3.5.2 Analisis kuantitatif

Analisis kesesuaian lahan kuantitatif dilakukan untuk mengetahui apakah usaha

tani pada sawah tadah hujan (Oryza sativa L.) ini menguntungkan dan layak atau

tidak untuk diusahakan. Analisis dilakukan dengan menggunakan kriteria Net

Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate of

Return (IRR).

3.5.2.1Compounding Factor (CF)

Merupakan suatu bilangan yang lebih besar dari satu yang dipakai untuk

mengalikan dan mengurangi suatu jumlah di waktu yang lalu sehingga diketahui

nilainya saat ini, dihitung dalam persen (%).

Secara matematis rumus untuk menghitung CF adalah sebagai berikut

CF = (1 + i)n Keterangan :

i = tingkat suku bunga bank yang berlaku

n = waktu

3.5.2.2 Net Present Value (NPV)

Secara matematis rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut

(55)

51

Bila NVP > 0, maka usaha layak untuk dilanjutkan

Bila NVP < 0, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan

Bila NVP = 0, usaha dalam keadaan break even point

3.5.2.3Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

( n yang bernilai negative

Keterangan :

Bila Net B/C > 1, maka usaha layak untuk dilanjutkan

Bila Net B/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan

(56)

52

3.5.2.4 Internal rate of return (IRR)

Digunakan untuk menunjukkan atau mencari suatu tingkat bunga yang

menunjukkan jumlah nilai sekarang netto (NVP) sama dengan seluruh investasi

usaha.

Rumus yang digunakan adalah :

IRR = i1 + NVP1 (i2 - i1)

NVP1 - NVP2

Keterangan :

i1 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV1

i2 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV2

NPV1 = NVP yang bernilai posotif

NPV2 = NVP yang bernilai negatif Kriteria investasi :

Bila IRR > tingkat suku bunga, maka usaha layak untuk dilanjutkan

Bila IRR < tingkat suku bunga, usaha tidak layak untuk dilanjutkan

(57)

84

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal

sebagai berikut :

1. Lahan penelitian milik Kelompok Tani Rukun Tani Desa Bumisari Kecamatan

Natar Kabupaten Lampung Selatan memiliki faktor pembatas retensi hara

( S2nr )

2. Secara finansial, usaha budidaya tanaman padi sawah tadah hujan Kelompok

Tani Rukun Tani Desa Bumisari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Selatan dari 4 musim tanam yang diamati ( 2009 –2010) dengan luas lahan10

ha adalah menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. Hal ini

dibuktikan dari hasil hitungan rata-rata yang menunjukkan bahwa nilai NPV

Rp 32.315.058,-. Net B/C 2,65 dan IRR 44,88 % per bulan yang nilainya

lebih besar dari tingkat suku yang berlaku saat ini yaitu 1,25 % per bulan.

5.2Saran

Lokasi penelitian memiliki kelas kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan

faktor pembatas ketersediaan air, retensi hara (S2wanr), sehingga tindakan

(58)

C-85

organik yaitu dengan cara pembenaman jerami padi sawah langsung tanpa

(59)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI SAWAH TADAH HUJAN (Oryza sativa L.) PADA

LAHAN KELOMPOK TANI RUKUN TANI DESA BUMISARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN

LAMPUNG SELATAN Oleh

WIWI MAYASARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(60)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI SAWAH TADAH HUJAN (Oryza sativa L.) PADA

LAHAN KELOMPOK TANI RUKUN TANI DESA BUMISARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN

LAMPUNG SELATAN ( Skripsi)

Oleh

WIWI MAYASARI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

Gambar

Tabel 1. Persyaratan Klasifikasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah Tadah   Hujan (Oryza sativa L.) Menurut Djaenuddin dkk (2000)
Tabel 2. Metode analisis laboratorium

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar gerak dasar menendang bola dengan punggung kaki melalui metode pembelajaran modifikasi alat bantu pada siswa kelas

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kebijakan komunikasi politik Kepala Daerah Kabupaten Purwakarta ditinjau dari sudut pandang demokrasi, partisipasi dan

berupa William Flexion exercise untuk mengurangi masalah dari nyeri punggung. bawah akibat Spondylosis..

Afiks adalah bentuk linguistik yang pada satu kata merupakan unsur. langsung dan bukan pokok kata atau pokok kata, yang memiliki

B.F Skinner (1904-1990) adalah seorang ahli behavior psychology atau psikologi prilaku yang terkenal dengan teorinya yag disebut operant conditioner.Teori ini

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Penunjukan Kecamatan dan Puskesmas Sebagai Lokasi

1) Mengamati : Peserta didik mengamati huruf tertentu di dalam kata. 2) Peserta didik mengamati dan mendengarkan pengucapan kata dan huruf tertentu. 3) Menanya: Peserta didik

[r]