• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN EKSPOSITORI TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR PASSING BAWAH BOLA VOLI PADA MAHASISWA EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI DI PROGRAM SARJANA PGSD FKIP UNILA-UPP METRO TAHUN AJARAN 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN EKSPOSITORI TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR PASSING BAWAH BOLA VOLI PADA MAHASISWA EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI DI PROGRAM SARJANA PGSD FKIP UNILA-UPP METRO TAHUN AJARAN 2010"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN EKSPOSITORI TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR PASSING

BAWAH

BOLA VOLI PADA MAHASISWA EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI DI PROGRAM SARJANA PGSD FKIP

UNILA-UPP METRO TAHUN AJARAN 2010 Oleh

INDAH DWI PRASANTI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui model pembelajaran yang lebih efektif dalam meningkatkan penguasaan gerak dasar passing bawah bola voli pada Mahasiswa Ektrakulikuler bola voli di Program Sarjana PGSD FKIP UNILA-UPP Metro Tahun Ajaran 2010.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen perbandingan dengan subyek penelitian adalah mahasiswa ekstrakulikuler bola voli yang berjumlah 45 orang. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan tes awal keterampilan gerak dasar passing bawah. Dari hasil itu sampel dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu kelompok eksperimen I diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif, kelompok eksperimen II diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori dan kelompok eksperimen III tidak diberi perlakuan apapun. Latihan diberikan selama 3 bulan dengan frekuensi 2 kali seminggu. Setelah latihan selesai, dilakukan tes keterampilan gerak dasar passsing bawah kembali.

Hasil penelitian menunjukkan: Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif untuk mahasiswa yang hasil belajarnya rendah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa setelah diberikan perlakuan dengan model belajar kooperatif, hasil belajar siswa meningkat jumlah nilai nya sebesar 164, dan peningkatan nilai rata-rata sebesar 10,9333. Sedangkan pada model belajar

ekspositori juga mengalami peningkatan yang signifikan yaitu peningkatan jumlah nilai sebesar 84, dan peningkatan nilai rata-rata sebesar 5,6. Namun peningkatan ini lebih rendah dibandingkan dengan model belajar kooperatif. Hal ini

(2)

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN EKSPOSITORI TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR PASSING

BAWAH

BOLA VOLI PADA MAHASISWA EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI DI PROGRAM SARJANA PGSD FKIP

UNILA-UPP METRO TAHUN AJARAN 2010

Oleh

Indah Dwi Prasanti

Skripsi

Sebagai Salah satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN EKSPOSITORI TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR PASSING BAWAH

BOLA VOLI PADA MAHASISWA EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI DI PROGRAM SARJANA PGSD FKIP

UNILA-UPP METRO TAHUN AJARAN 2010 (skripsi)

Oleh :

Indah Dwi Prasanti 0513051048

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

(5)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Komponen Proses Pembelajaran... 12

2. Perencanaan Pembelajaran... 14

3. Kegiatan Belajar Mengajar ... 15

4. Aktivitas Belajar Mengajar ... 19

5. Latihan Passing Bawah Melalui Net... 22

6. Latihan Passing Bawah Dari Sikap Duduk ... 25

7. Passing Bawah Bola voli ... 29

8. Teknik Dasar Passing Bawah... 30

9. Desain Penelitian ... 34

10. Uji Coba Passing Bawah... 119

11. Uji Coba Passing Bawah... 119

12. Uji Coba Passing Bwah Mahasiswa Penjaskes... 120

13. Tes Passing Bawah Putra ... 120

14. Tes Passing Bawah Putri... 121

15. Latihan Dengan Model Pembelajaran Kooperatif ... 121

16. Latihan Dengan Model Pembelajaran Ekspositori ... 122

17. Lapangan Bola voli ... 122

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah... ... ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA... 8

A. Hakekat Belajar dan Pembelajaran ... 8

1. Pengertian Belajar ... 8

2. Pengertian Pembelajaran... 10

3. Tujuan Belajar dan Pembelajaran... ... 11

4. Prinsip-Prinsip Belajar dan Pembelajaran... ... 13

B. Hakikat Keterampilan Gerak ... 15

1. Pengertian Keterampilan Gerak... 15 2. Klasifikasi Keterampilan Gerak... 17 3. Unsur-Unsur Keterampilan Gerak... 18 C. Model Pembelajaran ... 18

D. Model Pembelajaran Kooperatif ... 20

E. Model Pembelajaran Ekspositori ... 23

F. Permainan Bola voli... 25

1. Pengertian Bola voli... 25

2. Teknik Dasar Permainan Bola voli ... 26

G. Teknik Dasar Passing Bawah... 28

H. Kerangka Pikir ... 30

I. Hipotesis... 31

III METODOLOGI PENELITIAN... 33

(7)

B. Variabel Penelitian ... 33

C. Populasi dan sampel ... 34

1. Populasi ... 34

2. Sampel... 35

D. Definisi Operasional Variabel... .... ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... ... 36

F. Instrumen Penelitian ... 37

G. Uji Prasyarat Instrumen Gerak dasar Passing Bawah Bola voli ... 38

1. Uji Validitas ... 38

2. Uji Reliabilitas ... 39

H. Teknik Analisis Data ... 40

1. Uji Normalitas... 40

2. Uji Homogenitas ... 41

3. Uji t ... 42

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A Deskripsi Data ... 45

1. Kelompok Model Belajar Kooperatif... 45

2. Kelompok Model Pembelajaran Ekspositori ... 45

3. Kelompom Kontrol ... ... 46

B Hasil Penelitian... 46

C. Pengujian Hipotesis ... 51

D. Pembahasan ... 53

V KESIMPULAN DAN SARAN... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(8)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Pengolahan Data Hasil Uji Coba ... 61 2. Hasil Tes 1 Gerak Dasar Passing Bawah Bola voli ... 63 3. Hasil Tes 2 Gerak Dasar Passing Bawah Bola voli ... 64 4. Menghitung Validitas Faktor Gerak Dasar Passing Bawah Bola voli Tahap

Persiapan (Posisi Kaki) ... 65 5. Menghitung Validitas Faktor Gerak Dasar Passing Bawah Bola voli Tahap

Persiapan (Posisi Tangan)... 67 6. Menghitung Validitas Faktor Gerak Dasar Passing Bawah Bola voli Tahap

Pelaksanaan (Posisi Kaki)... 69 7. Menghitung Validitas Faktor Gerak Dasar Passing Bawah Bola voli Tahap

Pelaksanaan (Posisi Tangan)... 71 8. Menghitung Validitas Faktor Gerak Dasar Passing Bawah Bola voli (Tahap

Akhir Gerakan) ... 73 9. Tabel Kerja Reliabilitas Gerak Dasar Passing Bawah Bola voli ... 75 10. Data Tes Awal Hasil Keterampilan Gerak Dasar Passing Bawah Bola voli 77 11. Data Tes Akhir Hasil Keterampilan Gerak Dasar Passing Bawah Bola voli

... 79 12. Normalitas Data Hasil Tes Awal Pada Kelompok Eksperimen Dengan

Model Belajar Kooperatif ... 81 13. Normalitas Data Hasil Tes Awal Pada Kelompok Eksperimen Dengan

Model Belajar Ekspositori ... 82 14. Normalitas Data Hasil Tes Awal Pada Kelompok Kontrol ... 83 15. Normalitas Data Hasil Tes Akhir Pada Kelompok Eksperimen Dengan

Model Belajar Kooperatif ... 84 16. Normalitas Data Hasil Tes Akhir Pada Kelompok Eksperimen Dengan

Model Belajar Ekspositori ... 85 17. Normalitas Data Hasil Tes Akhir Pada Kelompok Kontrol... 86 18. Uji Homogenitas Tes Awal Pada Kelompok Eksperimen Dengan Model

Belajar Kooperatif Dan Ekspositori... 87 19. Uji Homogenitas Tes Akhir Pada Kelompok Eksperimen Dengan Model

Belajar Kooperatif Dan Ekspositori... 88 20. Analisis Perbedaan Hasil Tes Awal Antara Kelompok Eksperimen Dengan

Model Belajar Kooperatif dan Ekspositori ... 89 21. Analisis Perbedaan Hasil Tes Awal Antara Kelompok Eksperimen Dengan

Model Belajar Kooperatif dan Kelompok Kontrol ... 91 22. Analisis Perbedaan Hasil Tes Awal Antara Kelompok Eksperimen Dengan

(9)

xii

23. Analisis Perbedaan Hasil Tes Akhir Antara Kelompok Eksperimen Dengan

Model Belajar Kooperatif dan Ekspositori ... 95

24. Analisis Perbedaan Hasil Tes Akhir Antara Kelompok Eksperimen Dengan Model Belajar Kooperatif dan Kelompok Kontrol ... 97

25. Analisis Perbedaan Hasil Tes Awal Antara Kelompok Eksperimen Dengan Model Belajar Ekspositori Dan Kelompok Kontrol ... 99

26. Uji t Pengaruh Model Belajar Kooperatif Terhadap Keterampilan Gerak dasar passing Bawah Bola voli ... 101

27. Uji t Pengaruh Model Belajar Ekspositori Terhadap Keterampilan Gerak dasar passing Bawah Bola voli ... 102

28. Uji t Pengaruh Hasil Keterampilan Gerak dasar passing Bawah Bola voli Pada Kelompok Kontrol ... 103

29. Tabel Harga Kritik dari r Produck-Moment ... 104

30. Tabel Z ... 105

31. Nilai Kritis L Untuk Uji Lilliefors ... 106

32. Distribusi t Student ... 107

33. Nilai Persentil Untuk Distribusi t... 108

34. Nilai Persentil Untuk Distribusi F... 109

35. Kerangka Paket Kegiatan Kelompok Kooperatif ... 110

36. Kerangka Paket Kegiatan Kelompok Ekspositori... 113

37. Blanko Instrumen... 115

38. Dokumentasi ... 118

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Uji Normalitas... 46 2. Uji Homogenitas ... 47 3. Hasil Analisi data ... 48 4. Deskripsi data hasil Pembelajaran Perbandingan Model belajar Kooperatif

(11)

MOTTO

Berangkat dengan penuh keyakinan

Berjalan dengan penuh keikhlasan

Istiqomah dalam menghadapi cobaan

(12)
(13)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :Drs. Usman Adam, M. Pd ……….

Sekretaris :Drs. Herman Tarigan, M. Pd...

Penguji

Bukan Pembimbing :Drs. Surisman, M. Pd ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si NIP. 19600315 198503 1 003

(14)

PERNYATAAN

Bahwa yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Indah Dwi Prasanti

NPM : 0513051048

Tempat tanggal lahir : Qurnia Mataram, 22 Juli 1987

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Dan Ekspositori Terhadap Keterampilan Gerak Dasar Passing Bawah Bola Voli Pada Mahasiswa Ekstrakulikuler Bola Voli Di Program Sarjana PGSD FKIP Unila-UPP Metro Tahun Ajaran 2010” adalah benar hasil karya penulis, bukan menjiplak hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Apabila dikemudian hari terjadi sesuatu yang tidak benar, maka saya bersedia mengikuti aturan hukum yang berlaku.

Bandar Lampung, November 2012

(15)

PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan

anugerah yang begitu banyak kepada penulis sehingga penulis dapat

mempersembahkan karya terbaik ini

kepada Almarhum Ayahanda Sudirman dan Ibunda Samsyah yang telah

memberikan dukungan dan motivasi agar penulis berhasil mencapai cita-cita dan

menjadi yang terbaik.

Mbak Yanti, Mas Haris, Si Oon dan adex Shafa terima kasih atas perhatian

dan motivasinya sehingga membuat penulis menjadi kuat untuk berusaha

menberikan karya terbaik ini.

Almamater-ku FKIP Unila,

(16)

Judul Skripsi : PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF DAN EKSPOSITORI TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR PASSING BAWAH BOLA VOLI PADA MAHASISWA

EKSTRAKULIKULER BOLA VOLI DI PROGRAM SARJANA PGSD FKIP UNILA-UPP METRO TAHUN AJARAN 2010.

Nama Mahasiswa : Indah Dwi Prasanti No. Pokok Mahasiswa : 0513051048

Program Studi : Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Usman Adam, M. Pd Drs. Herman Tarigan, M.

Pd

NIP. 19520229 198303 1 004 NIP. 19601231 198803 1 018

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Qurnia Mataram Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah, pada tanggal 22 Juli 1987, anak kedua dari dua bersaudara, anak dari Bapak Alm Sudirman dan Ibu Samsiyah, Pendidikan formal dimulai dari Sekolah Taman Kanak-Kanak Xaverius Terbanggi Besar Lampung Tengah selesai dan berijazah tahun 1993 melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri I Qurnia Mataram Lampung Tengah selesai dan berijazah tahun 1999.

Melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Yayasan Pendidikan Islam I Seputih Mataram Lampung Tengah selesai dan berijazah tahun 2002 pada tahun 2005 penulis lulus dan berijazah dari Sekolah Menengah Atas Negeri I Seputih Mataram Lampung Tengah.

(18)

SANWACANA

Asalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia.

Skripsi dengan judulPerbedaan Model Pembelajaran Kooperatif dan Ekspositori Terhadap Keterampilan Gerak Dasar Passing Bawah Bola voli Pada Mahasiswa Ekstrakurikuler Bola voli di Program Sarjana PGSD FKIP Unila-UPP Metro Tahun Ajaran 2010”adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Drs. Baharudin Risyak, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP

Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Baharudin Risyak, M.Pd selaku PJS Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Usman Adam, M.Pd selaku Pembimbing pertama sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis

5. Bapak Drs. Herman Tarigan, M.Pd selaku Pembimbing kedua yang juga telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta kepercayaan kepada penulis 6. Bapak Drs. Surisman, M.Pd selaku penguji utama ujian skripsi, terima kasih

untuk masukan dan saran-saran dalam proses penyusunan skripsi. 7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah

memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi. 8. Segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan

kelancaran dalam urusan administrasi.

9. Ketua Program Sarjana PGSD FKIP Unila-UPP Metro yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian pada Mahasiswa ekstrakulikuler bola voli. 10. Almarhum Ayahanda dan Ibunda tercinta yang mendidik dan menjadikan penulis

(19)

11. Mas Haris Budi Hartono, Mbak Sumaryanti dan adek Shafa Clarisya Syabila yang memberikan semangat, doa serta dukungannya.

12. Mahasiswa ekstrakulikuler bola voli di Program Sarjana PGSD FKIP Unila-UPP Metro, terimakasih atas waktu dan kerjasamanya.

13. Teman-teman seperjuangan angkatan 2005, terutama pejuang-pejuang 2012 ayo selesaikan S1 kita. Semangat.

14. Sahabat terbaik-ku si Oon yang telah menjadi motivator, inspirator, dan

penyemangat selama ini, terimakasih atas semua doa, dukungan dan bantuannya. 15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

penyelesaian tugas akhir ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Amiin. Wasalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, November 2012 Penulis

(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang.

Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktifitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neurumuskuler, perseptual,

kognitif dan emosional dalam kerangka sistem pendidikan nasional. Pendidikan Jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam

mengintensifkan penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu pendidikan Jasmani memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktifitas jasmani, bermain, dan berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana.

(21)

2

Sedangkan menurut Tarigan (2008), olahraga adalah suatu proses

pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif dan kecerdasan emosi.

Menurut Undang-Undang RI No 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, dalam BAB VII pasal 25 menyatakan bahwa:

”Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan dilaksanakan dan diarahkan sebagai satu kesatuan yang sistematis dan berkesinambungan dengan sistem pendidikan nasional. Pembinaan olahraga pada semua jenjang pendidikan memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan olahraga sesuai dengan bakat dan minat. Pembinaan ini

dilaksanakan dengan memperhatikan potensi, kemampuan, minat, dan bakat peserta didik secara menyeluruh, baik melalui kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler”.

Ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar materi pelajaran yang biasa diberikan di luar jam pelajaran. Kegiatan ekstrakurikuler ini bertujuan untuk

menyalurkan bakat dan minat yang dimiliki oleh seluruh siswa dengan maksud menjaring siswa-siswi yang kompeten sejak dini, sehingga dapat dilakukan secara berjenjang dan juga memberikan kemungkinan

perkembangan sosial, kultural, dan keterampilan yang dapat dimanfaatkan sebagai anggota masyarakat untuk mengembangkan dirinya dan lingkungan masyarakat.

(22)

3

adalah kemampuan individu untuk melakukan tugas, yang sedikit sekali tergantung kepada latihan mengenai hal tersebut.

Pengembangan bakat olahraga dikalangan mahasiswa akan lebih berhasil apabila dibina dan dikelola secara baik. Hal ini dimungkinkan karena pada tingkat usia mahasiswa mampu diberikan tanggung jawab melaksanakan suatu konsep program olahraga, Tarigan (2008). Pengembangan bakat

(Ektrakulikuler) yang diadakan di Program Sarjana PGSD UPP-Metro ini dilakukan 2 kali seminggu selama 1 semester. Salah satu pengembangan potensi yang dapat dilakukan dalam kegiatan ekstrakurikuler adalah permainan bola voli.

Permainan bola voli merupakan permainan yang cukup populer dan dapat dimainkan oleh semua golongan. Bola voli adalah olahraga permainan yang dimainkan oleh dua tim yang berlawanan dan masing-masing tim memiliki enam orang pemain. Menurut Sudrajat P (2000) permainan bola voli dituntut memiliki kondisi fisik yang baik. Komponen kondisi fisik tersebut meliputi kekuatan, kecepatan, kelincahan, reaksi, fleksibilitas, daya tahan, ketepatan, keseimbangan dan koordinasi. Komponen-komponen tersebut dapat dilatih agar dapat meningkatkan dan mempertahankan kesegaran jasmani seseorang.

(23)

4

Salah satu teknik dasar bermain bola voli adalah passing bawah. Passing bawah digunakan untuk menerima bola pertama dari lawan. Passing bawah merupakan teknik yang sering digunakan karena lebih mudah dalam

mengontrol bola dan kemungkinan bola meleset lebih kecil.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada Mahasiswa

Ekstrakurikuler Bola Voli di Program Sarjana PGSD FKIP Unila-UPP Metro Tahun Ajaran 2010, pembelajaran materi gerak dasar passing bawah

permainan bola voli masih sangat kurang, secara khusus adalah passing bawah bola voli. Masih banyak mahasiswa yang belum menguasai keterampilan gerak dasar passing bawah sehingga tidak dapat bermain bola voli dengan baik. Kurangnya kemampuan keterampilan gerak dasar ini disebabkan karena model pembelajaran yang tidak bervariasi.

Oleh karena itu untuk mengatasi masalah-masalah tersebut para siswa harus belajar secara baik dan benar dengan model pembelajaran yang tepat. Latihan teknik dasar passing bawah dengan model pembelajaran kooperatif dan latihan teknik dasar passing bawah dengan model pembelajaran ekspositori

merupakan salah satu cara meningkatkan keterampilan passing bawah dengan pembelajaran berkelompok maupun passing bawah dengan pembelajaran menyimak.Maka judul dalam penelitian ini adalah ” Perbedaan Model

Pembelajaran Kooperatif dan Ekspositori Terhadap Keterampilan Gerak Dasar Passing Bawah Bola Voli Pada Mahasiswa Ekstrakurikuler Bola voli di

(24)

5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Kurangnya keterampilan gerak dasar passing bawah bola voli pada Mahasiswa Ekstrakurikuler Bola Voli di Program Sarjana PGSD FKIP Unila-UPP Metro Tahun Ajaran 2010.

2. Belum digunakannya model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran gerak dasar passing bawah bola voli Mahasiswa Ekstrakurikuler Bola Voli di Program Sarjana PGSD FKIP Unila-UPP Metro Tahun Ajaran 2010. 3. Kemampuan passing bawah bola voli pada Mahasiswa Ekstrakurikuler

Bola Voli di Program Sarjana PGSD FKIP Unila-UPP Metro Tahun Ajaran 2010 hasilnya kurang baik.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, untuk memudahkan penelitian perlu pembatasan yang berdasarkan tujuan dari penelitian ini, adapun pembatasan masalah tersebut adalah :

1. Membandingkan antara model pembelajaran kooperatif dan ekspositori terhadap keterampilan gerak dasar passing bawah bola voli pada Mahasiswa Ekstrakurikuler Bola Voli di Program Sarjana PGSD FKIP Unila-UPP Metro Tahun Ajaran 2010.

2. Kemampuan berlatih passing bawah dengan menggunakan model

(25)

6

Bola Voli di Program Sarjana PGSD FKIP Unila-UPP Metro Tahun Ajaran 2010.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar passing bawah bola voli pada Mahasiswa Ekstrakurikuler Bola Voli di Program Sarjana PGSD FKIP Unila-UPP Metro Tahun Ajaran 2010.

2. Apakah model pembelajaran ekspositori dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar passing bawah bola voli pada Mahasiswa Ekstrakurikuler Bola Voli di Program Sarjana PGSD FKIP Unila-UPP Metro Tahun Ajaran 2010.

3. Manakah yang lebih baik antara model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran ekspositori untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar passing bawah bola voli pada Mahasiswa Ekstrakurikuler Bola Voli di Program Sarjana PGSD FKIP Unila-UPP Metro Tahun Ajaran 2010.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

(26)

7

Ekstrakurikuler Bola Voli di Program Sarjana PGSD FKIP Unila-UPP Metro Tahun Ajaran 2010.

2. Untuk mengetahui perbedaan model pembelajaran ekspositori terhadap keterampilan gerak dasar passing bawah bola voli pada Mahasiswa Ekstrakurikuler Bola Voli di Program Sarjana PGSD FKIP Unila-UPP Metro Tahun Ajaran 2010.

3. Untuk mencari model pembelajaran yang paling efektif antara model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran ekspositori untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar passing bawah bola voli pada Mahasiswa Ekstrakurikuler Bola Voli di Program Sarjana PGSD FKIP Unila-UPP Metro Tahun Ajaran 2010.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bemanfaat bagi : 1. Siswa

Siswa dapat meningkatkan keterampilan passing bawah bola voli sehingga siswa dapat bermain bola voli dengan baik.

2. Peneliti

Peneliti dapat mengetahui secara empiris model pembelajaran mana yang lebih efektif dalam pembelajaran gerak dasar passing bawah bola voli. 3. Guru

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakekat Belajar dan Pembelajaran

1. Pengertian Belajar

Pendidikan merupakan aktifitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi yang ada pada dirinya baik rohani (pikir, rasa, karsa, cipta dan budinurani) dan jasmani (panca indra serta keterampilan-keterampilan) sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan.

Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:

”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah merupakan usaha integral dalam rangka pelaksanaan asas pendidikan seumur hidup. Pendidikan luar sekolah tidak skalah pentingnya dari pendidikan sekolah. Pendidikan luar sekolah meliputi bidang pendidikan

(28)

9

dalam bidang keolahragaan melalui pendidikan jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani,

pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak.

Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku akibat dari pengalaman dan latihan. Menurut Hilgard dalam Wina (2006:110) mengungkapkan bahwa belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan, baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan ilmiah.

Menurut Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:295) belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Dalam bukunya yang berjudul Belajar dan Pembelajaran,Dimyati dan Mudjiono mengemukakan pandangan yang berbeda tentang belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu:

a. Belajar menurut pandangan Skiner

Belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka

(29)

10

b. Belajar menurut Gagne

Belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,

pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar.

c. Belajar menurut pandangan Piaget

Pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.

d. Belajar menurut Rogers

Menurut pendapatnya, praktek pendidikan menitikberatkan pada segi pengajaran, bukan pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran.

Jadi dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan belajar merupakan interaksi antara proses kognitif siswa dengan stimulus lingkungan yang menghasilkan suatu hasil belajar yang terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, strategi kognitif dan sikap.

2. Pengertian Pembelajaran

(30)

11

membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Pembelajaran merupakan proses penambahan informasi dan kemampuan baru yang menempatkan peserta didik sebagai sumber belajar. Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku peserta didik sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Pada BAB IV pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 dikatakan bahwa:

“Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”. Wina (2006)

3. Tujuan Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

(31)
[image:31.595.142.484.76.376.2]

12

Gambar 1.

Sumber : Wina Sanjaya (2006:57)

Banyak ahli yang telah mengemukakan pengertian tujuan pembelajaran dalam bentuk definisi. Menurut Wina (2006:66) tujuan pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan. Sedangkan menurut Dick & Carey dalam Wina (2006:110) tujuan pembelajaran juga dapat diistilahkan dengan pencapaian kompetensi atau indikator hasil belajar. Artinya adalah hasil yang

diperoleh siswa setelah mereka mengikuti proses pembelajaran.

(32)

13

siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran; (2) tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik.

Dalam merumuskan tujuan pembelajaran sebaiknya mengandung unsur ABCD, yaituAudience(siapa yang harus memiliki kemampuan),Behavior (perilaku yang bagaiman yang diharapkan dapat dimiliki),Condition (dalam kondisi dan situasi yang bagaimana subjek dapat menunjukkan kemampuan sebagai hasil belajar yang diperolehnya), danDegree(

kualitas atau kuantitas tingkah laku yang diharapkan dicapai sebagai batas minimal). Wina (2006:86).

Dalam pendidikan jasmani, tujuan pembelajaran akan tercapai jika peserta didik aktif atau mengalami sendiri pelaksanaan tugas-tugas ajar. Lutan (2000) menyebutkan bagian terpenting dari proses belajar mengajar pendidikan jasmani adalah menyiapkan siswa agar segera memusatkan perhatiannya pada tugas yang akan diberikan.

4. Prinsip-Prinsip Belajar dan Pembelajaran

(33)
[image:33.595.115.528.73.258.2]

14

Gambar 2. Perencanaan Pembelajaran Sumber: Rusli Lutan (2000:8)

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:41-50) terdapat 7 kategori prinsip-prinsip belajar, antara lain :

a. Perhatian dan Motivasi

Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari teori belajar pengolah informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar.

Selain itu, motivasi juga mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.

b. Keaktifan

Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar

menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Guru sekedar pembimbing dan pengarah.

c. Keterlibatan Langsung atau Berpengalaman

Belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi harus menghayati, terlibat lagsung dalam perbuatan, dan bertanggungjawab terhadap hasil belajarnya. d. Pengulangan

Belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang dan akan menjadi sempurna. e. Tantangan

Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi suatu hambatan dalam belajar maka bahan belajar haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa

(34)

15

bergairah untuk mengatasinya dan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.

f. Balikan dan Penguatan

Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan

mendapatkan hasil yang baik. Apabila hasil yang baik akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha

selanjutnya.

g. Perbedaan Individual

Perbedaan individu ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa, karena perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran.

B. Hakikat Keterampilan Gerak

1. Pengertian Keterampilan Gerak

[image:34.595.127.518.544.705.2]

Menurut Tarigan (2009) Keterampilan gerak merupakan kemampuan untuk melakukan gerakan secara efisien dan efektif. Keterampilan gerak merupakan perwujudan dari kualitas koordinasi dan kontrol atas bagian-bagian tubuh yang terlibat dalam gerakan. Makin kompleks pola gerak yang harus dilakukan, makin kompleks juga koordinasi dan kontrol tubuh yang harus dilakukan; dan ini berarti makin sulit juga untuk dilakukan.

(35)

16

Kemampuan keterampilan gerak atau motorik merupakan suatu tingkat (kapasitas) kemahiran atau penguasaan yang berkaitan erat dengan gerak anggota tubuh. Yang menjadi faktor utama dalam penguasaan unsur keterampilan kemampuan motorik adalah tergantung pada kemampuan dasar seseorang. Kemampuan seseorang itu akan berperan sebagai pengembangan penguasaan keterampilan gerak motorik

menjadi tingkat mahir. Kemampuan motorik gerak ini adalah proses dimana seorang individu mengembangkan kemampuan geraknya menjadi respon yang terkoordinasi, terkontrol, dan teratur.

Keterampilan gerak atau motorik diperoleh dari proses belajar yaitu dengan cara memahami gerakan dan melakukan gerakan berulang-ulang dengan kesadaran fikir akan benar tidaknya gerakan yang telah dilakukan. Belajar gerak dapat diartikan sebagai perubahan tempat, posisi, kecepatan tubuh atau bagian tubuh manusia yang terjadi dalam suatu dimensi ruang dan waktu serta dapat diamati secara objektif. Dalam belajar gerak, latihan merupakan suatu proses yang paling utama dalam rangka penugasan keterampilan gerak.

Menurut Fitts dan Posner yang dikutif oleh Lutan (1988:305) belajar keterampilan gerak berlangsung dalam beberapa tahap yaitu: (1) Tahap Kognitif (2) Tahap Asosiatif (3) Tahap Otomatisasi. Sedangkan

menurut Rink yang dikutif oleh Adang Suherman (2000:35)

(36)

17

a. Efektif

Efektif adalah gerakan yang sesuai dengan produk yang diinginkannya atau dengan kata lainproduct oriented. b. Efisien

Efisien adalah gerakan yang sesuai dengan proses yang seharusnya dilakukan atauprocess oriented.

c. Adaptif

Adaptif adalah gerakan yang sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan di mana gerak tersebut dilakukan.

2. Klasifikasi Keterampilan Gerak

Menurut Lutan (1988:96) keterampilan gerak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Keterampilan kasar (gross skill) dan Keterampilan halus (fine skill) Perbedaan keterampilan ini adalah pada ukuran besar otot yang terlibat, jumlah tenaga yang dikeluarkan, atau lebarnya ruang yang digunakan untuk melaksanakan gerakannya. Keterampilan kasar lebih membutuhkan pengorganisasian otot-otot besar disertai pengerahan tenaga yang banyak. Sedangkan keterampilan halus lebih mempergunakan otot-otot kecil dan sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata-tangan.

b. Keterampilan diskrit, serial dan kontinus

Keterampilan diskrit adalah segala keterampilan yang dapat dikenal saat permulaanya dan saat berakhir. Keterampilan serial adalah aksi diskrit menjadi satu. Sedangkan keterampilan kontinus tidak mengenal saat mulai dan berakhir. Klasifikasi gerak ini cenderung ditinjau dari gejala penampilannya.

c. Keterampilan”terbuka” (open skill) dan keterampilan ”tertutup” (closed skill)

Penggolongan keterampilan ini berdasarkan seberapa jauh

(37)

18

3. Unsur-Unsur Keterampilan Gerak

Dalam Tarigan (2009) secara garis besar ada 3 kelompok yang membentuk keterampilan gerak:

a. Kemampuan fisik

Fisik sebagai fungsi untuk melakukan gerakan, kualitasnya perlu baik agar gerakan bisan terampil. Dalam unsur fisik ini, yang membentuk keterampilan gerak meliputi kekuatan, ketahanan, kecepatan, fleksibilitas, agilitas, power, stamina, keseimbangan dankinetic sence.

b. Kemampuan mental

Unsur-unsur kemampuan yang termasuk dalam kemampuan mental meliputi:

1. Kemampuan memahami gerakan yang akan dilakukan 2. Kecepatan memahami rangsangan (stimulus)

3. Kecepatan membuat keputusan

4. Kemampuan memahami hubungan jarak 5. Kemampuan manaksir objek yang bergerak 6. Kemampuan menaksir irama

7. Kemampuan mengingat gerakana

8. Kemampuan memahami mekanika gerakan 9. Kemampuan berkonsentrasi

c. Kemampuan emosional

Kemampuan emosional yang berpengaruh pada saat melakukan gerak terhadap kualitas penampilannya adalah kemampuan mengendalikan emosi dan perasaan.

C. Model Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 589) model berarti pola, contoh, acuan, ragam, dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.

(38)

19

dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar, yang dirancang berdasarkan proses analisis yang diarahkan pada implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional dalam pembelajaran.

[image:38.595.123.520.420.625.2]

Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut model pembelajaran dapat diartikan sebagai penerapan konsep-konsep tertentu dalam pembelajaran yang harus dikerjakan menurut langkah-langkah yang teratur dan bertahap, sistematis dan terorganisir, agar mencapai pengalaman belajar dan tujuan belajar tertentu, sekaligus merupakan pedoman bagi para pembelajar dalam pelaksanaan aktivitas pembelajaran.

Gambar 4. Aktivitas belajar-mengajar Sumber: Rusli Lutan (2000:66)

(39)

20

pembelajaran Pendidikan Jasmani di sekolah yang menarik, inovatif, kreatif, dan disesuaikan dengan perkembangan jiwa peserta didik agar tercapainya keberhasilan pembelajaran.

D. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil sebagai wadah siswa untuk bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman

sebayanya. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Robert E. Slavin (2009:4) pembelajaran kooperatif adalah metode

pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.

Model pembelajaran kooperatif terdapat beberapa tipe, antara lain adalah Jigsaw, NHT (Number Heads Together), STAD (Students Teams

Achievement Divisions), TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction), TGT (Team Games Tournament), CIRC

(Cooperative Integrated Reading and Composition), dan Problem Solving.

(40)

21

maupun kelompok. Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa sebagai cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah.

Dalam metode pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok kecil untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Cara belajar kooperatif jarang sekali menggantikan pengajaran yang

diberikan oleh guru, tetapi lebih seringnya menggantikan peraturan tempat duduk yang individual, cara belajar individual dan dorongan yang

individual. Apabila diatur dengan baik, siswa-siswa dalam kelompok kooperatif akan belajar satu sama lain untuk memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok telah menguasai konsep-konsep yang telah dipikirkan.

Banyak ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Pembelajaran kooperatif juga memberikan efek terhadap sikap penerimaan perbedaan antar-individu, baik ras, keragaman budaya, gender, sosial-ekonomi, dll. Selain itu yang terpenting, pembelajaran kooperatif mengajarkan

keterampilan bekerja sama dalam kelompok atau teamwork. Keterampilan ini sangat dibutuhkan anak saat nanti lepas ke tengah masyarakat.

Isjoni (2009:81) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

(1) guru membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi empat bagian, (2) sebelum bahan pelajaran diberikan, guru memberikan

(41)

22

dikerjakan masing-masing, (6) kegiatan ini diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran tersebut.

Para ahli dalam bidang pendidikan jasmani telah mengembangkan langkah-langkah penerapan problem solving dalam mengajar pendidikan jasmani. Salah satu langkah penerapan problem solving menurut Pangrazi dan Daver dalam Adang (1996:88) adalah

(1) menetapkan masalah (2) meningkatkan variasi dan kedalaman gerakan (3) mengembangkan kualitas gerak (4) membuat urutan dan kombinasi pola gerak (5) memasukkan aktivitas patner dan aktivitas kelompok.

Menurut Johnson & Johnson (1989) dalam Anita (2002:7) suasana

[image:41.595.131.514.408.628.2]

pembelajaran kooperatif menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan memisah-misahkan siswa.

Gambar 5. Latihan Passing Bawah Melalui Net Sumber: Roji (2004:20)

(42)

23

kooperatif juga memiliki dampak yang positif untuk siswa yang hasilnya belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar yang signifikan.

E. Model Pembelajaran Ekspositori

Model pembelajaran ekspositori adalah model pembelajaran yang digunakan dengan memberikan definisi, prinsip dan konsep materi pembelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Model pembelajaran ekspositori merupakan model pembelajaran yang mengarah kepada tersampainya isi pelajaran kepada siswa secara langsung.

Wina (2006) menjelaskan pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru(teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini guru memegang

peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pembelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik.

Pembelajaran ekspositori menekankan pada proses bertutur, materi pelajaran diberikan secara langsung dan peran siswa adalah menyimak. Secara

(43)

24

Tahapan pembelajaran dalam strategi pembelajaran ekspositori adalah sebagai berikut: (1) pada tahap pendahuluan guru menyampaikan pokok-pokok materi yang akan dibahas dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, siswa mengikuti dengan mencatat bila perlu, (2) pada tahap penyajian atas materi guru menyampaikan materi pembelajaran dengan ceramah dan tanya jawab, kemudian dilanjutkan dengan demostrasi untuk memperjelas materi yang disajikan dan diakhiri dengan penyampaian ringkasan atau latihan, (3) pada tahap penutup guru melaksanakan evaluasi berupa tes.

Istilah model pembelajaran ekspositori dalam pembelajaran pendidikan jasmani, dapat dikatakan juga sebagai gaya komando. Menurut Lutan (2000:31) gaya komando adalah pendekatan mengajar yang paling bergantung pada guru. Guru menyiapkan semua aspek pengajaran dan sepenuhnya bertanggung jawab dan berinisiatif terhadap pengajaran dan memantau kemajuan belajar.

(44)
[image:44.595.134.494.86.287.2]

25

Gambar 6. Latihan Passing Bawah Dari Sikap Duduk Sumber: Roji (2000:19)

Prinsip dari pembelajaran ekspositori adalah (1) berorientasi pada tujuan (2) Komunikasi yang efektif (3) kesiapan siswa (4) berkelanjutan. Pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori cenderung berpusat pada guru, guru aktif memberikan penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran.

F. Permainan Bola Voli

1. Pengertian Bola Voli

(45)

26

Menurut Agus (2004:35) permainan bola voli adalah suatu permainan yang menggunakan bola untuk divoli atau dipantulkan di udara secara hilir mudik di atas net atau jaring, dengan maksud dapat menjatuhkan bola di dalam lapangan lawan.

Permainan bola voli adalah olahraga beregu yang dimainkan oleh dua regu disetiap lapangan dengan dipisahkan oleh net. Tujuan dari permainan ini adalah melewatkan bola di atas net agar dapat jatuh menyentuh lantai daerah lawan dan mencegah agar bola yang sama (dilewatkan) tidak tersentuh lantai dalam lapangan sendiri. Bola boleh dimainkan/dipantulkan dengan temannya secara bergantian tiga kali berturut-turut sebelum diseberangkan ke daerah lawan.

Sebagai olahraga pendidikan bola voli berguna dalam pemeliharaan kesegaran jasmani dan juga berperan dalam pembentukan kerjasama siswa. Sebagaimana seperti cabang-cabang olahraga yang lain, bola voli juga dapat digunakan untuk pembinaan sportifitas dan

pengembangan sifat-sifat positif lainnya.

2. Teknik Dasar Permainan Bola Voli

Permainan bola voli termasuk jenis permainan yang memerlukan latihan yang teratur dan terarah, karena permainan bola voli

(46)

27

Menurut Imam teknik adalah kemampuan untuk memanfaatkan prinsip atau teori dalam meningkatkan keterampilan dengan cara yang efisien. Teknik adalah proses melahirkan dan pembuktian dalam praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam permainan bola voli. Teknik dasar adalah cara melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk mencapai hasil yang optimal. Sedangkan yang dimaksud dengan teknik dasar permainan bola voli adalah suatu proses melahirkan keaktifan jasmani dan pembuktian suatu praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang permainan bola voli.

Permainan bola voli dituntut dapat melakukan gerakan yang terangkum dalam berbagai teknik dengan benar. Jika teknik dapat dikuasai dengan benar maka dalam bermain akan mudah

mengkombinasikan dan mengembangkan berbagai macam gerakan. Keterampilan memainkan bola secara individu oleh masing-masing pemain merupakan metode dasar dalam permainan bola voli.

Teknik dasar permainan bola voli selalu berkembang sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi. Adapun teknik-teknik dalam permainan bola voli meliputi :

1. Teknik tanpa bola a. Sikap siap

(47)

28

c. Langkah kaki gerak ke depan, ke belakang, ke samping kiri dan ke samping kanan

d. Langkah kaki untuk awalan smash dan awalan block e. Bergulir ke samping dan bergulir ke belakang f. Gerak meluncur

g. Gerak tipuan 2. Teknik dengan bola

a. Servis b. Passing c. Umpan d. Smash

e. Blocking (bendungan)

G. Teknik Dasar Passing Bawah

Menurut Maspaite (1993) passing adalah mengoperkan bola kepada teman sendiri dalam satu regu dengan suatu teknik tertentu, sebagai langkah awal untuk menyusun pola serangan kepada regu lawan. Menurut Agus

(2004:37) passing adalah usaha seorang pemain bola voli dengan menggunakan teknik tertentu untuk mengoperkan bola yang dimainkan kepada teman seregunya.

Ada dua macam passing yang biasa dimainkan ialah passing atas dan

(48)

29

[image:48.595.244.381.214.383.2]

Passing bawah merupakan awal dari sebuah penyerangan dalam bola voli. Keberhasilan penyerangan tergantung dari baik buruknya passing bawah. Apabila bola yang dioperkan jelek, maka pengumpan akan mengalami kesulitan untuk menempatkan bola yang baik untuk para penyerang.

Gambar 7. Passing Bawah Bola Voli. Sumber: Barbara L.Viera (2000:20)

(49)
[image:49.595.126.486.88.357.2]

30

Gambar 8. Teknik Dasar Passing Bawah Sumber: Roji (2000:16)

H. Kerangka Pikir

Belajar adalah kegiatan individu untuk memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan ajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, diperlukan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran adalah penerapan konsep-konsep tertentu dalam pembelajaran yang harus dilakukan menurut langkah-langkah yang teratur, bertahap, sistematis, dan teroganisir agar mencapai pengalaman belajar dalam pelaksanaan aktivitas belajar. Untuk itu jelaslah bahwa guru pendidikan jasmani perlu menerapkan model pembelajaran yang berbeda. Model pembelajaran kooperatif

(50)

31

ekspositori menekankan pada proses bertutur, materi pelajaran diberikan secara langsung dan peran siswa adalah menyimak.

Dalam permainan bola voli penguasaan teknik dasar passing bawah merupakan hal yang sangat penting. Passing bawah merupakan awal dari sebuah penyerangan dalam bola voli. Keberhasilan penyerangan tergantung dari baik buruknya passing bawah. Apabila bola yang dioperkan jelek, maka pengumpan akan mengalami kesulitan untuk menempatkan bola yang baik untuk para penyerang.

Oleh karena itu untuk mengatasi kesulitan tersebut perlunya belajar secara baik dan benar dengan model pembelajaran yang tepat. Latihan teknik dasar passing bawah dengan model pembelajaran kooperatif dan latihan teknik dasar passing bawah dengan model pembelajaran ekspositori merupakan salah satu cara meningkatkan penguasaan teknik dasar passing bawah.

I. Hipotesis

Hipotesis adalah alat yang sangat besar kegunaanya dalam penyelidikan ilmiah karena dapat menjadi penuntun ke arah proses penelitian untuk menjelaskan permasalahan yang harus dicari pemecahannya. Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah:

(51)

32

H2 : Ada perbedaan yang signifikan dari model pembelajaran ekspositori terhadap keterampilan gerak dasar passing bawah bola voli pada mahasiswa ekstrakurikuler bola voli di program sarjana PGSD FKIP UNILA-UPP Metro Tahun Ajaran 2010.

(52)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan strategi umum yang di anut dalam pengumpulan data dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi. Menurut Arikunto (2006 : 3) penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu untuk mengetahui pengaruh setiap variabel bebas terhadap variabel terikat.

B. Variabel Penelitian

Arikunto (2006 :118) Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam hal ini terdapat dua macam variabel, yaitu : (1) variabel bebas dan (2) variabel terikat 1. Variabel Bebas

(53)

34

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang nilainya bergantung pada variabel lainnya dan merupakan variabel yang diterangkan nilainya dilambangkan dengan (Y). Variabel terikatnya adalah keterampilan teknik dasar passing bawah bolavoli.

Desain eksperimen dalam penelitian ini menggunakan pretest-posttest desain seperti tabel berikut :

[image:53.595.139.510.292.401.2]

P S Pre test

Gambar 9 : Desain penelitian Keterangan :

P : Populasi S : Sampel

OP : Ordinal Pairing

X1 : Model Pembelajaran Kooperatif X2 : Model Pembelajaran Ekspositori X3 : Kelas kontrol

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan sumber data yang sangat penting, karena tanpa kehadiran populasi penelitian tidak akan berarti serta tidak mungkin terlaksana. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa

X1

X2

treatment Post test OP

treatment Post test

(54)

35

ekstrakurikuler bolavoli di program sarjana PGSD FKIP UNILA-UPP Metro Tahun Ajaran 2010 sebanyak 45 siswa.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah suatu objek yang akan menjadi bahan penelitian. Adapun besarnya sampel yang akan diteliti, Suharsimi Arikunto

(1998:120) menjelaskan, untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100 maka lebih baik di ambil semua, sehingga penelitian ini disebut penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah

subjeknya besar dapat diambil antara 10 %-15 % atau 20 %-25 %. Adapun sampel dari penelitian ini adalah 45 mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian populasi sampel dengan menggunakan ordinal pairing.

D. Definisi Operasional Variabel

Untuk menyamakan persepsi mengenai variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini, maka perlu dipaparkan definisi operasional variabel sebagai berikut :

1. Model adalah abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan sebenarnya (Simamarta, 1983: IX) 2. Model pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran dimana para

(55)

36

wadah siswa untuk bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3. Model Pembelajaran Ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (Wina, 2006). Ini berarti pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori cenderung berpusat pada guru, guru aktif memberikan penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran.

4. Menurut Barbara L Viera, keterampilan gerak dasar passing bawah adalah keterampilan melakukan teknik dasar passing dengan menempatkan posisi tubuh, terutama kedua tangan membentuk landasan sedatar mungkin yang sejajar dengan paha dan kedua tangan jauh dari tubuh kita sehingga dapat menempatkan tubuh di belakang bola, ketika bola datang maka redam kekuatan bola dan arahkan bola ke sasaran dengan menggunakan tubuh, melalui gerakan mengulurkan kaki sambil menyentuhkan bola dengan sedikit atau tanpa mengayunkan lengan (gerakan mendorong).

E. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pengukuran tes keterampilan passing bawah bola voli di antaranya :

1. Hasil tes awal, sebelum kedua kelompok tersebut diberi perlakuan. 2. Hasil tes akhir, sesudah kedua kelompok tersebut diberi perlakuan. Untuk lebih jelasnya, skema teknik pengumpulan data dapat digambarkan sebagai berikut ;

(56)

37

Keterangan :

1. Pada tes awal siswa diberi tes keterampilan gerak dasar passing bawah bola voli.

2. Perlakuan (Treatment)

Setelah subyek dipisahkan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok

eksperimen I, kelompok eksperimen II dan kelompok eksperimen III.

Selanjutnya kelompok eksperimen I diberi perlakuan (treatment) dengan

model pembelajaran kooperatif, kelompok eksperimen II diberi perlakuan

(treatment) dengan model pembelajaran ekspositori dan kelompok

eksperiment III tidak diberikan perlakuan apapun. Dalam penelitian ini

perlakuan (treatment) diberikan kepada kelompok eksperimen I dan

kelompok eksperimen II sebagai objek percobaan selama 3 bulan dengan

frekuensi 2 kali seminggu.

3. Pada tes akhir siswa diberi tes keterampilan gerak dasar passing bawah bola voli.

F. Instrumen Penelitian 1. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan penilaian tes keterampilan gerak dasar passing bawah bolavoli yang diadaptasi dari Barbara L Viera (2000). Adapun aspek yang diamati dari instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : (1) Tahap Persiapan (2) Tahap gerak atau tahap pelaksanaan (3) Tahap akhir gerak/gerak lanjutan.

(57)

38

b. Lapangan c. Alat tulis

G. Uji Prasyarat Instrumen Gerak Dasar Passing Bawah Bola Voli

Uji coba instrumen dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen yang disusun benar-benar instrumen yang baik.

1. Uji Validitas

Menurut Suharisimi Arikunto (2006 : 168) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Validitas tes adalah suatu alat ukur yang dikatakan valid apabila dapat mengukur atau apa yang seharusnya diukur. Jadi alat yang digunakan untuk mengukur tersebut mengandung persesuaian dengan tujuan pengukuran. Validitas dalam penelitian ini adalah validitas faktor.

Untuk menghitung validitas digunakan rumuskorelasi product moment dengan angka kasar, menggunakan rumus :

 

2 2

2

 

2

X.Y

Y

-Y

n

X

-X

n

Y

X

-X.Y

r

n

Keterangan :

rxy = Koefesien korelasi n = Jumlah sampel X = Skor variabel X Y = Skor variabel Y

∑ X = Jumlah skor variabel X ∑ Y = Jumlah skor variabel Y

∑ X2 = Jumlah kuadrat skor variabel X

(58)

39

Selanjutnya harga r tersebut dikonsultasikan ke harga rtabel, dinyatakan valid apabila harga rhitung> rtabel pada taraf α = 0,05. Harga rtabeluntuk sampel 20 dengan taraf signifikan 0,05 = 0,444 maka berdasarkan hasil tes uji coba instrumen diperoleh rhitungtahap persiapan (posisi kaki) sebesar 0,984; rhitungtahap persiapan (posisi tangan) sebesar 0,932; rhitungtahap pelaksanaan (posisi kaki) sebesar 0,918; rhitungtahap pelaksanaan (posisi tangan) sebesar 0,934 dan rhitungtahap akhir gerakan sebesar 0,940; Karena rhitung> rtabel maka dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas tes adalah suatu tes yang dikatakan reliabel apabila tes itu berulang-ulang memberikan hasil yang sama/tetap. Pada penelitian ini alat ukur menggunakan metode teknik ulang. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 171) teknik ulang hanya menyusun satu instrumen, kemudian diujicobakan kepada sekelompok responden dan dicatat hasilnya. Kemudian instrumen tersebut diberikan pada kelompok yang sama dan dicatat hasilnya, kedua hasil pengukuran tersebut dikoreksi dengan menggunakan korelasi product-moment atau korelasi pearson dengan rumus product-moment adalah sebagai berikut :

 

2 2

2

 

2

X.Y

Y

-Y

n

X

-X

n

Y

X

-X.Y

r

n

Keterangan : 1 x y
(59)

40

X1 = Skor variabel X Y = Skor variabel Y

∑ X = Jumlah skor variabel X ∑ Y = Jumlah skor variabel Y

∑ X2 = Jumlah kuadrat skor variabel X

∑ Y2 = Jumlah kuadrat skor variabel Y

Harga r yang diperoleh dari perhitungan uji coba instrument tes, dikonsultasikan dengan koefisien reabilitas dengan klasifikasi menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 75), sebagai berikut : 0,80–1,00 = sangat tinggi, 0,60- 0,80 = tinggi, 0,40–0,60 = cukup, 0,20–0,40 = rendah dan 0,00–0,20 = sangat rendah. Dan berdasarkan hasil tes uji coba instrumen diperoleh hasil reliabilitas sebesar 0,993 = sangat tinggi.

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji untuk melihat apakah data penelitian yang diperoleh mempunyai distribusi atau sebaran normal atau tidak. Untuk pengujian normalitas ini adalah menggunakan uji liliefors. Langkah pengujiannya mengikuti prosedur Sudjana (1992 : 466) yaitu :

a. Pengamatan X1,X2,...,Xn dijadikan bilangan baku

n

Z Z

Z1, 2,..., dengan menggunakan rumus

S X X

Z i

i

 

(60)

41

X : Rata-rata

b. Untuk tiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi

normal baku. Ksemudian di hitung peluang F(Zi)P(ZZi)

c. Selanjutnya dihitung Z1,Z2,...,Zn yang lebih kecil atau sama dengan

i

Z kalau proporsi ini dinyatakan dengan S(Zi)maka

n Z yang Z Z Z banyaknya Z

S n i

i

  .. , ,..., ...

)

( 1 2

d. Hitung selisih F(Zi)S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga paling besar di antara harga mutlak selisih tersebut.

Sebutlah harga terbesar ini dengan L0. Setelah harga L0 , nilai hasil

perhitungan tersebut dibandingkan dengan nilai kritis L0 untuk uji

liliefors dengan taraf signifikan 0,05. bila harga L0 hitung (<) dari L

tabelmaka data yang akan di olah tersebut berdistribusi normal sedangkan bila L0hitung(>) dari Ltabelmaka data tersebut tidak

berdistribusi normal.

0

L < Ltabel: normal

0

L > Ltabel: normal

2. Uji Homogenitas

(61)

42 Terkecil Varians Terbesar Varians F

Membandingkan nilai Fhitungdengan Ftabeldengan rumus Dk pembilang : n-1 (untuk varians terbesar)

Dk penyebut : n-1 (untuk varians terkecil) Taraf signifikan ( 0.05) maka dicari pada tabel F Didapat dari tabel F

Dengan kriteria pengujian

Jika : Fhitung≥ Ftabel tidak homogen

Fhitung≤ Ftabelberarti homogen (bisa dilanjutkan)

Pengujian homogenitas ini bila Fhitung (<) dari Ftabelmaka data tersebut mempunyai varians yang homogen. Tapi sebaliknya bila Fhitung(>) dari F

tabelmaka kedua kelompok mempunyai varians yang berbeda.

3. Uji t

Menurut Sudjana (2003), berdasarkan kriteria normal atau tidaknya serta homogen atau tidaknya varians antar kedua kelompok sampel maka analisis yang digunakan ada beberapa alternatif :

a. Data berdistribusi normal dan kedua kelompok mempunyai varians

yang homogen (σ1σ2 ) maka uji t- tes yang dipergunakan adalah::

t

hitung=

(62)

43

X : Rerata kelompok eksperimen A X : Rerata kelompok eksperimen B

1

S : Simpangan baku kelompok eksperimen A

2

S : Simpangan baku kelompok eksperimen B

1

n : Jumlah sampel kelompok eksperimen A

2

n : Jumlah sampel kelompok eksperimen B

b. Salah satu data berdistribusi normal dan data yang lain tidak berdistribusi normal (σ σ) kedua kelompok sampel yang

mempunyai varians yang homogen atau tidak homogen, maka rumus yang digunakan:

t

hitung=

                  1 2 2 1 2 1 2 1 n S n S X X Keterangan

X : Rerata kelompok eksperimen A X : Rerata kelompok eksperimen B

1

S : Simpangan baku kelompok eksperimen A

2

S : Simpangan baku kelompok eksperimen B

1

n : Jumlah sampel kelompok eksperimen A

2

n : Jumlah sampel kelompok eksperimen B

c. Bila kedua data berdistribusi tidak normal, kedua kelompok sampel homogen atau tidak, maka rumus yang digunakan adalah :

(63)

44

2

1 ) 1 ( 1 2 2

1N n n R

N

U   

2

2 ) 1 ( 1 2 2

1N n n R

N

U   

Pengujian taraf signifikan perbedaan antara kelompok eksperimen A dan kelompok eksperimen B adalah bila Zhitung< dari Ztabelberarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen A dan kelompok eksperimen B, sebaliknya bila Zhitung> dari Ztabel berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok

eksperimen A dan kelompok eksperimen B. d. Uji t-pengaruh

Untuk mengetahui pengaruh yang diberikan dari perlakuan berupa latihan dengan model belajar kooperatif dan model belajar ekspositori terhadap pengusaaan keterampilan gerak dasar passing bawah bola voli maka digunakan rumus sebagai berikut :

n SD

B thitung

Keterangan :

B : selisih rata-rata pretest dan posttes

(64)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar passing bawah bola voli pada Mahasiswa Ekstrakurikuler Bola Voli di Program Sarjana PGSD FKIP Unila-UPP Metro Tahun Ajaran 2010. 2. Model pembelajaran ekspositori dapat meningkatkan keterampilan gerak

dasar passing bawah bola voli pada Mahasiswa Ekstrakurikuler Bola Voli di Program Sarjana PGSD FKIP Unila-UPP Metro Tahun Ajaran 2010. 3. Terdapat perbedaan hasil antara model pembelajaran kooperatif dan

ekspositori terhadap keterampilan gerak dasar passing bawah bola voli pada Mahasiswa Ekstrakurikuler Bola Voli di Program Sarjana PGSD FKIP Unila-UPP Metro Tahun Ajaran 2010.

4. Model pembelajaran kooperatif memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran ekspositori dalam

(65)

57

B. Saran

1. Untuk guru pendidikan jasmani diharapkan mencoba mengajarkan gerak dasar passing bawah bola voli dengan model belajar kooperatif karena model pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar.

(66)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Beutelstahl, Dieter. 2007.Belajar Bermain Bola Volley.Bandung : CV. Pionir Jaya.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : PT Asdi Mahasatya.

Hidayat, Imam.Biomekanika Pendekatan Sistem Pembelajaran Gerak.Seri Bahan Pelatih Tingkat Muda.

Isjoni. 2009.Cooperative Learning efektivitas pembelajaran kelompok. Bandung : Alfabeta.

Lampung, Universitas. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah.Universitas Lampung. Bandar Lampung

Lie, Anita. 2002.Cooperative Learning.Jakarta : PT Grasindo

Lutan, Rusli. 1988.Belajar Keterampilan dan Motorik, Pengantar Teori dan Metode.Jakarta. Depdikbud. Dirjen Dikti.

---. 2000.Strategi Belajar Mengajar Penjaskes. Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.

Maspaite dkk, L.J. 1993. Teknik Dasar Bolavoli.IKIP Surabaya.

Mukholid, Agus. 2004.Pendidikan Jasmani Kelas I SMA Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004. Yudistira.

Roji. 2004.Pendidikan Jasmani Untuk SMP Kelas VII. Jakarta : Erlangga. Sanjaya, Wina. 2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

(67)

59

Samsudin. 2008.Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan SMP/MTs.Jakarta : Litera.

Slavin, Robert E. 2009.Cooperative Learning: theory, research and practice. Bandung : Nusa Media.

Slameto. 1995.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Soekamto, T dan Winataputra.1997.Teori Belajar dan Model- Model Pembelajaran.Dekdikbud. Jakarta.

Sudjana. 2003. Metode Statisti.Bandung : Tarsito.

Sudrajat. 2000.Kepelatihan.Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.

Suherman, Adang dkk. 2000.Atletik.Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.

Suparman dkk, Eddy. 2000.Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.Bandung : Angkasa.

Surisman,Drs. 2007.Penilaian Hasil Pembelajaran. Bandar Lampung Suryabrata, Sumadi. 2007.Psikologi Pendidikan.Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada.

Tarigan, Herman Drs. 2009-2010. Materi Pokok Belajar Motorik.Universitas Lampung

--- 2008.Program Kerja dan Paket Kegiatan Ekskul Olahraga SI PGSD FKIP UPP Metro.Universitas Lampung.

Tim PBVSI. 2005.Peraturan Permainan Bolavoli. Jakarta.

Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Bandung: Citra Umbara

Gambar

Gambar 1.Sumber : Wina Sanjaya (2006:57)
Gambar 2. Perencanaan PembelajaranSumber: Rusli Lutan (2000:8)
Gambar 3. Kegiatan Belajar MengajarSumber: Rusli Lutan (2000:27)
Gambar 4. Aktivitas belajar-mengajarSumber: Rusli Lutan (2000:66)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “ PERBEDAAN PARTISIPASI SISWA PUTRI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SD,SMP DAN SMA NEGERI

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan

[r]

[r]

BURUH GENDONG PEREMPUAN / YANG BIASA MANGKAL DI PASAR GIWANGAN / MENJADI FENOMENA TERSENDIRI //. BURUH GENDONG YANG DIDOMINASI KAUM HAWA INI / TERNYATA BANYAK YANG MASIH

Buatlah program C++ untuk melakukan pengolahan data nilai mahasiswa sebanyak 40 mahasiswa dan setiap mahasiswa dapat mengambil 7 matakuliah.. Data mahasiswa terdiri dari

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penerapan modifikasi bola karet pada pembelajaran PJOK, dapat meningkatkan keterampilan

Conclusion Drawing (Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi). Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan yang baru yang sebelumnya belum pernah ada.