TANGGUNG JAWAB DIREKSI ATAS
LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN PUBLIK
T E S I S
OLEH
RUMATA ROSININTA SIANYA
067005041 / HK
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TANGGUNG JAWAB DIREKSI ATAS
LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN PUBLIK
T E S I S
Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum
Dalam Program Studi Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
OLEH
RUMATA ROSININTA SIANYA
067005041 / HK
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : TANGGUNG JAWAB DIREKSI ATAS LAPORAN
KEUANGAN PERUSAHAAN PUBLIK
Nama Mahasiswa : Rumata Rosininta Sianya
Nomor Pokok : 067005041
Program Studi : Ilmu Hukum
Menyetujui : Komisi Pembimbing
(Prof. Bismar Nasution, SH, MH) Ketua
(Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH, MLI) (Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum)
Anggota Anggota
Ketua Program Studi Dekan
ABSTRAK
Perseroan menjadi salah satu wadah yang paling populer bagi pelaku kegiatan bisnis untuk melakukan kegiatan usahanya. Salah satu organ perseroan adalah Direksi yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan (persona standi in judicio). Perseroan Publik yang telah memiliki 300 pemegang saham dan modal disetor minimal Rp.3.000.000.00 (tiga milyar rupiah) berlaku prinsip keterbukaan yang mewajibkan direksi untuk menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) sebagaimana dalam Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.7. Dalam setiap laporan keuangan yang disampaikan, Direksi Emiten atau Perusahaan Publik wajib membuat Surat Pernyataan Tanggung Jawab Direksi Atas Laporan Keuangan yang ditandatangani oleh Direktur Utama dan Direktur Keuangan. Bilamana dalam laporan keuangan terdapat informasi / fakta material yang menimbulkan kerugian kepada pihak ketiga,UUPT maupun Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 mengatur bahwa Direksi Emiten atau Perusahaan Publik bertanggung jawab secara tanggung renteng kepada pihak-pihak yang dirugikan, oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Tanggung Jawab Direksi Atas Laporan Keuangan Perusahaan Publik”.
Bahwa yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kriteria untuk menentukan direksi telah melakukan pelanggaran dalam hal penandatanganan pernyataan yang merugikan pihak di luar perseroan dan bagaimana bentuk pertanggung jawaban direksi atas laporan keuangan menurut ketentuan UUPT dan Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11.
Bahwa jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif analisis dengan sumber data berasal dari data sekunder berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui penelitian kepustakaan (library research) data yang ada di Perpustakaan baik melalui penelusuran katalog maupun browsing internet sedangkan analisa data dilakukan dengan pendekatan kualitatif selanjutnya ditarik suatu kesimpulan yang bersifat deduktif sebagai jawaban atas permasalahan yang diteliti.
kehati-hatian sehingga terhindar dari kelalaian (negligence) yang dapat merugikan pihak lain, serta apakah direksi melampaui kewenangan tidak hanya terhadap apa yang dilarang dalam anggaran dasar perseroan, tetapi juga terhadap peraturan yang berlaku ataupun ketertiban umum (ultra vires), serta apakah direksi membuat keputusan bisnis didasarkan kepada rasional basis yang dilakukan dengan cara yang layak dipercayai sebagai yang terbaik bagi perseroan. Bentuk pertanggungjawaban direksi atas laporan keuangan menurut ketentuan UUPT dan Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 dalam hal adanya informasi / fakta material yang tidak benar dan atau menyesatkan yang menimbulkan kerugian bagi pihak lain adalah secara tanggung renteng oleh seluruh anggota direksi perusahaan publik karena benar atau tidaknya substansi surat pernyataan direksi yang berkaitan dengan laporan keuangan adalah mengikat dan menjadi tanggung jawab juridis dari seluruh anggota direksi perusahaan publik, mengingat Direktur Utama dan Direktur Keuangan yang menandatangani surat pernyataan tersebut adalah bertindak untuk dan atas nama perseroan sepanjang prinsip duty of care, good faith dan rational basis dalam penyusunan laporan keuangan diterapkan oleh Direktur Utama dan Direktur Keuangan maka seluruh anggota direksi wajib bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian pihak ketiga.
Saran penulis dalam penelitian ini adalah penyempurnaan UUPT dan Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 khususnya mengenai penjabaran lebih jelas dan terperinci mengenai apa yang dimaksud dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab, yang mencakup standar standar of care atau standar kehati-hatian, prinsip duty of care dan good faith serta rational basis dalam mengambil suatu keputusan-keputusan bisnis (bussiness judgement rule) untuk kepentingan perseroan atau perusahaan publik, sehingga tidak menimbulkan pemahaman yang multi tafsir atas peraturan tersebut bagi direksi perseroan dalam membuat laporan keuangan maupun bagi stakeholder untuk mengetahui kebenaran dari informasi yang terwujud dalam bentuk laporan keuangan direksi perseroan tersebut serta perlu dilakukan penyempurnaan terhadap UUPT dan Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi Atas Laporan Keuangan khususnya mengenai batasan dan penegasan sejauh mana pertangungjawaban renteng seluruh anggota direksi secara perdata maupun pengaturan mengenai sanksi pidana terhadap setiap pelanggaran atas laporan keuangan direksi perusahaan publik sebagai lex specialist dari ketentuan pasar modal, sehingga perusahaan publik dalam menyampaikan laporan keuangan lebih bertindak hati-hati dengan menyampaikan informasi yang akurat dan bertanggung jawab tentang kondisi keuangan perusahaan publik.
ABSTRACT
A company is one of the most popular place for business practitioners to do their business activities. One of the orghans of a company is Board of Directors that are fully responsible for the management, interest, and goals of a company and representing the company either in or outside of court of law (persona standi in judicio). Public company with 300 shareholders the minimal deposited capital of Rp. 3,000,000,000 (three billion rupiah) applies the principle of transparency requiring the Board of Directors to periodically provide a financial report to Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam = Capital Market Supervisory Board) as regulated in the Regulation of Bapepam No. VIII.G.7. In the financial report submitted, Board of Directors of Public Company are required to issue a Letter of Responsibility of Board of Directors for the Financial Report signed by President Director and Financial Director. If an information /material fact inflicting loss to the third party is found in the financial report, according to Law on Limited Liability Company and the Regulation of Bapepam No. VIII.G.7, the Board of Directors of Public Company is jointly and severally reponsible for the injured parties. Therefore, the writer is interested in doing a study entitled “The Responsibility of Board of Directors for the Financial report of Public Company”.
The problems discussed in this study were what criteria were used to determine whether or the Board of Directors had committed the offense in terms of signing a statement inflicting loss to the party outside of the company and how the Board of Directors is responsible for the financial report in accordance with the Law on Limited Liability Company and the Regulation of Bapepam No. VIII.G.7.
The data for this descriptive normative legal study were the secondary data in the forms of primary, secondary and tertiary legal materials collected through catalog and internet browsing (library research), and the data obtained were qualitatively analyzed to obtain a deductive conclusion as the answer to the problems studied.
responsibility of the Board of Directors for the financial report according to the Law on Limited Liability Company and the Regulation of Bapepam No. VIII.G.7 in the case of incorrect or misleading information/material fact inflicting loss to other parties was a joint responsibility off all members of the Board of Directors of the public company because whether or not the substance of the letter of statement of the Board of Directors related to the financial report was correct, was binding and become juridical responsibility of all members of the Board of Directors of public company, considering that President Director and Financial Director signing the financial report acted for and on behalf of the company as long as the principles of duty of care, good faith and rational basis in drafting and preparing the financial report were applied by the President Director and Financial Director, all of the members of the Board of Directors are required to have a joint responsibility for the loss inflicted to the third party.
The writer, through this study, suggest that the Law on Limited Liability Company and the Regulation of Bapepam No. VIII.G.7 be improved, especially the explanation about what is meant by good faith, fully responsible including standard of care, the principle of duty of care, good faith, and rational basis in making a business judment rule for the interest of company or public company that it did not result in a multi-interpretation understanding about the rule for the Board of Directors of the company in making the financial report or for the stakeholders to find out the truth of the information existing in the form of financial report of the Borad of Directors of the company, and it also needs to improve the Law on Limited Liability Company and the Regulation of Bapepam No. VIII.G.11 on the Responsibility of the Board of Directors for Financial report, especially about the limitation and emphasis to what extent the joint responsibility of all of the members of the Board of Directors according to civil law or the regulation on criminal sanction for any violation done to the financial report of the Board of Directors of public company as lex specialist of the capital market regulations that public company in submitting its financial report should be more careful by delivering accurate information and responsibility for the financial condition of the public company.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
Nama : Rumata Rosininta Sianya.
Tempat/Tgl. Lahir : Jakarta, 14 April 1983.
Alamat : Jl. Nangka Raya No.6A Perumnas I Bekasi /Jl.S.M.Raja
Gang Rukun No. 1 Medan.
Pekerjaan : PNS pada Kejaksaan Agung RI.
Agama : Kristen Protestan.
Nama Ayah : Sahat Hasudungan Manalu, SE.,M.Si.
Nama Ibu : Sondang Hatiuran Siregar, SH.
Suku / Bangsa : Batak / Indonesia
II.LATAR BELAKANG PENDIDIKAN 1. Pendidikan Dasar dan Menengah Umum
a. SD : Strada Budi Luhur I, Bekasi
(1989-1995)
b. SMP : Strada Budi Luhur I, Bekasi
(1995-1998)
c. SD : Strada Budi Luhur I, Bekasi
(1998-2001)
2. Pendidikan Tinggi
S1 : Fakultas Hukum, Universitas Trisakti Jakarta
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan
berkat dan kemurahan-Nya kepada penulis sehingga penulis masih diberikan
kesehatan serta kesempatan yang baik untuk mengerjakan penelitian ini.
Dalam penelitian ini, penulis dengan ketulusan dan kerendahan hati,
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
turut serta membantu penulis dalam penyelesaian penelitian ini. Ucapan terima
kasih penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Prof.Dr.dr.Syahril Pasaribu, D.T.M.&H., M.Sc. (C.T.M), Sp.A.(K.),
sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara;
2. Bapak Prof.Dr.Runtung Sitepu, SH., M.Hum., sebagai Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara;
3. Bapak Prof.Dr.Suhaidi, SH., M.Hum., sebagai Ketua Program Magister (S2)
dan Doktor (S3) Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
4. Bapak Dr.Mahmul Siregar, SH, M.Hum., sebagai Sekretaris Program Magister
(S2) Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sebagai
Dosen Penguji yang juga turut serta memberikan motivasi dan tambahan ilmu
pengetahuan dalam penyelesaian penelitian ini;
5. Bapak Prof.Dr.Bismar Nasution, SH, MH sebagai Ketua Komisi Pembimbing
yang telah dengan sabar dan penuh kepedulian senantiasa mengingatkan dan
6. Ibu Prof.Dr.Sunarmi, SH, M.Hum yang penuh dengan kesabaran dan penuh
kepedulian senantiasa mengingatkan dan memberi motivasi serta mengarahkan
penulis untuk menyelesaikan penelitian ini;
7. Ibu Prof.Dr.Ningrum Natasya Sirait, SH, MLI selaku Dosen Pembimbing II
yang penuh dengan kesabaran dan penuh kepedulian senantiasa mengingatkan
dan memberi motivasi serta mengarahkan penulis untuk menyelesaikan
penelitian ini;
8. Bapak Prof.Dr.Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Dosen Penguji yang juga
turut serta memberikan motivasi dan tambahan ilmu pengetahuan dalam
penyelesaian penelitian ini;
9. Para Guru Besar dan Staff Pengajar yang telah memberikan tambahan ilmu
pengetahuan selama penulis menjalani studi di Program Studi Magister Ilmu
Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
10.Terima kasih yang sangat besar kepada kedua orang tua saya, SH.Manalu, SE,
M.Si dan SH.Siregar, SH., yang telah mengajarkan arti kegigihan dan sikap
pantang menyerah serta terima kasih yang terdalam kepada adik penulis,
Martina Ratna Uli Manalu yang memampukan dan memotivasi penulis dalam
menghadapi semua kesulitan termasuk menyelesaikan penelitian ini serta
secara khusus rasa terima kasih penulis untuk Derman Parlungguan Nababan,
SH, MH. yang setia mendampingi dan memberikan motivasi bagi penulis
11.Terima kasih sedalam-dalamnya juga turut penulis sampaikan kepada
teman-teman kuliah penulis yang telah memberikan motivasi dan kecerian serta
mengajarkan indahnya persahabatan dan saling berbagi sehingga penulis
mampu dengan penuh semangat menyelesaikan studi di Program Magister
Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
12.Tidak ketinggalan penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
staff dan pengawai Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara antara lain Ibu Niar, Ibu Ganti, Kak Fitri, Kak
Fika, Bang Udin, Bang Hendra dan staff lainnya yang tidak dapat disebutkan
satu persatu oleh penulis, yang telah senantiasa membantu penulis secara
administrasi dan memberikan dorongan serta motivasi demi penyelesaian
penulisan ini.
Akhir kata penulis berharap bahwa hasil penelitian ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan terutama dalam penerapan
serta pengembangan ilmu hukum di Indonesia.
Medan, 09 Febuari 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
ABSRACT……… iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……… v
KATA PENGANTAR………. vi
DAFTAR ISI……… ix
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Perumusan Masalah... 17
C. Tujuan Penelitian... 17
D. Manfaat Penelitian... 18
E. Keaslian Penelitian... 18
F. Kerangka Teori dan Konsepsi... 19
G. Metode Penelitian... 25
1. Sifat Penelitian... 25
2. Sumber Data... 26
3. Tekhnik Pengumpulan Data... 27
4. Alat Pengumpulan Data... 27
5. Analisis Data... 27
BAB II : KRITERIA UNTUK MENENTUKAN DIREKSI TELAH
MELAKUKAN PELANGGARAN DALAM HAL
PENANDATANGANAN PERNYATAAN YANG
MERUGIKAN PIHAK DILUAR PERSEROAN
A. Duty of Loyality... 30
B. Duty of Care... 35
C. Ultra Vires... 46
D. Bussiness Judgement Rules... 48
BAB III : BENTUK PERTANGGUNG JAWABAN DIREKSI ATAS LAPORAN KEUANGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 DAN PERATURAN BAPEPAM NOMOR VIII.G.11 A. Pengaturan Tanggung Jawab Direksi dalam Perseroan Terbatas 56 1. Kewajiban Direksi ... 56
2. Tugas danTanggung Jawab Direksi ... 61
3. Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan... 75
B. Laporan Keuangan... 78
1. Menurut Ketentuan dalam UUPT... 78
2. Menurut Ketentuan dalam Bidang Pasar Modal... 80
C. Analisis Kasus... 88
D. Ketentuan Bapepam menunjuk Direktur Utama dan Direktur
keuangan bertindak untuk dan atas Direksi membuat dan
menandatangani Surat Pernyataan Direksi. ... 93
E. Pertanggungjawaban Renteng Direksi Emiten atas Pernyataan
dalam Surat Pernyataan Direksi ... 104
F. Standar Pertanggungjawaban Direksi Atas Laporan Keuangan
Perusahaan Publik ... 110
G. Penentuan Fakta Material Dalam Laporan Keuangan
Perusahaan Publik... 119
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN ... A. Kesimpulan ... 125
B. Saran... 126
ABSTRAK
Perseroan menjadi salah satu wadah yang paling populer bagi pelaku kegiatan bisnis untuk melakukan kegiatan usahanya. Salah satu organ perseroan adalah Direksi yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan (persona standi in judicio). Perseroan Publik yang telah memiliki 300 pemegang saham dan modal disetor minimal Rp.3.000.000.00 (tiga milyar rupiah) berlaku prinsip keterbukaan yang mewajibkan direksi untuk menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) sebagaimana dalam Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.7. Dalam setiap laporan keuangan yang disampaikan, Direksi Emiten atau Perusahaan Publik wajib membuat Surat Pernyataan Tanggung Jawab Direksi Atas Laporan Keuangan yang ditandatangani oleh Direktur Utama dan Direktur Keuangan. Bilamana dalam laporan keuangan terdapat informasi / fakta material yang menimbulkan kerugian kepada pihak ketiga,UUPT maupun Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 mengatur bahwa Direksi Emiten atau Perusahaan Publik bertanggung jawab secara tanggung renteng kepada pihak-pihak yang dirugikan, oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Tanggung Jawab Direksi Atas Laporan Keuangan Perusahaan Publik”.
Bahwa yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kriteria untuk menentukan direksi telah melakukan pelanggaran dalam hal penandatanganan pernyataan yang merugikan pihak di luar perseroan dan bagaimana bentuk pertanggung jawaban direksi atas laporan keuangan menurut ketentuan UUPT dan Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11.
Bahwa jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif analisis dengan sumber data berasal dari data sekunder berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui penelitian kepustakaan (library research) data yang ada di Perpustakaan baik melalui penelusuran katalog maupun browsing internet sedangkan analisa data dilakukan dengan pendekatan kualitatif selanjutnya ditarik suatu kesimpulan yang bersifat deduktif sebagai jawaban atas permasalahan yang diteliti.
kehati-hatian sehingga terhindar dari kelalaian (negligence) yang dapat merugikan pihak lain, serta apakah direksi melampaui kewenangan tidak hanya terhadap apa yang dilarang dalam anggaran dasar perseroan, tetapi juga terhadap peraturan yang berlaku ataupun ketertiban umum (ultra vires), serta apakah direksi membuat keputusan bisnis didasarkan kepada rasional basis yang dilakukan dengan cara yang layak dipercayai sebagai yang terbaik bagi perseroan. Bentuk pertanggungjawaban direksi atas laporan keuangan menurut ketentuan UUPT dan Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 dalam hal adanya informasi / fakta material yang tidak benar dan atau menyesatkan yang menimbulkan kerugian bagi pihak lain adalah secara tanggung renteng oleh seluruh anggota direksi perusahaan publik karena benar atau tidaknya substansi surat pernyataan direksi yang berkaitan dengan laporan keuangan adalah mengikat dan menjadi tanggung jawab juridis dari seluruh anggota direksi perusahaan publik, mengingat Direktur Utama dan Direktur Keuangan yang menandatangani surat pernyataan tersebut adalah bertindak untuk dan atas nama perseroan sepanjang prinsip duty of care, good faith dan rational basis dalam penyusunan laporan keuangan diterapkan oleh Direktur Utama dan Direktur Keuangan maka seluruh anggota direksi wajib bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian pihak ketiga.
Saran penulis dalam penelitian ini adalah penyempurnaan UUPT dan Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 khususnya mengenai penjabaran lebih jelas dan terperinci mengenai apa yang dimaksud dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab, yang mencakup standar standar of care atau standar kehati-hatian, prinsip duty of care dan good faith serta rational basis dalam mengambil suatu keputusan-keputusan bisnis (bussiness judgement rule) untuk kepentingan perseroan atau perusahaan publik, sehingga tidak menimbulkan pemahaman yang multi tafsir atas peraturan tersebut bagi direksi perseroan dalam membuat laporan keuangan maupun bagi stakeholder untuk mengetahui kebenaran dari informasi yang terwujud dalam bentuk laporan keuangan direksi perseroan tersebut serta perlu dilakukan penyempurnaan terhadap UUPT dan Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi Atas Laporan Keuangan khususnya mengenai batasan dan penegasan sejauh mana pertangungjawaban renteng seluruh anggota direksi secara perdata maupun pengaturan mengenai sanksi pidana terhadap setiap pelanggaran atas laporan keuangan direksi perusahaan publik sebagai lex specialist dari ketentuan pasar modal, sehingga perusahaan publik dalam menyampaikan laporan keuangan lebih bertindak hati-hati dengan menyampaikan informasi yang akurat dan bertanggung jawab tentang kondisi keuangan perusahaan publik.
ABSTRACT
A company is one of the most popular place for business practitioners to do their business activities. One of the orghans of a company is Board of Directors that are fully responsible for the management, interest, and goals of a company and representing the company either in or outside of court of law (persona standi in judicio). Public company with 300 shareholders the minimal deposited capital of Rp. 3,000,000,000 (three billion rupiah) applies the principle of transparency requiring the Board of Directors to periodically provide a financial report to Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam = Capital Market Supervisory Board) as regulated in the Regulation of Bapepam No. VIII.G.7. In the financial report submitted, Board of Directors of Public Company are required to issue a Letter of Responsibility of Board of Directors for the Financial Report signed by President Director and Financial Director. If an information /material fact inflicting loss to the third party is found in the financial report, according to Law on Limited Liability Company and the Regulation of Bapepam No. VIII.G.7, the Board of Directors of Public Company is jointly and severally reponsible for the injured parties. Therefore, the writer is interested in doing a study entitled “The Responsibility of Board of Directors for the Financial report of Public Company”.
The problems discussed in this study were what criteria were used to determine whether or the Board of Directors had committed the offense in terms of signing a statement inflicting loss to the party outside of the company and how the Board of Directors is responsible for the financial report in accordance with the Law on Limited Liability Company and the Regulation of Bapepam No. VIII.G.7.
The data for this descriptive normative legal study were the secondary data in the forms of primary, secondary and tertiary legal materials collected through catalog and internet browsing (library research), and the data obtained were qualitatively analyzed to obtain a deductive conclusion as the answer to the problems studied.
responsibility of the Board of Directors for the financial report according to the Law on Limited Liability Company and the Regulation of Bapepam No. VIII.G.7 in the case of incorrect or misleading information/material fact inflicting loss to other parties was a joint responsibility off all members of the Board of Directors of the public company because whether or not the substance of the letter of statement of the Board of Directors related to the financial report was correct, was binding and become juridical responsibility of all members of the Board of Directors of public company, considering that President Director and Financial Director signing the financial report acted for and on behalf of the company as long as the principles of duty of care, good faith and rational basis in drafting and preparing the financial report were applied by the President Director and Financial Director, all of the members of the Board of Directors are required to have a joint responsibility for the loss inflicted to the third party.
The writer, through this study, suggest that the Law on Limited Liability Company and the Regulation of Bapepam No. VIII.G.7 be improved, especially the explanation about what is meant by good faith, fully responsible including standard of care, the principle of duty of care, good faith, and rational basis in making a business judment rule for the interest of company or public company that it did not result in a multi-interpretation understanding about the rule for the Board of Directors of the company in making the financial report or for the stakeholders to find out the truth of the information existing in the form of financial report of the Borad of Directors of the company, and it also needs to improve the Law on Limited Liability Company and the Regulation of Bapepam No. VIII.G.11 on the Responsibility of the Board of Directors for Financial report, especially about the limitation and emphasis to what extent the joint responsibility of all of the members of the Board of Directors according to civil law or the regulation on criminal sanction for any violation done to the financial report of the Board of Directors of public company as lex specialist of the capital market regulations that public company in submitting its financial report should be more careful by delivering accurate information and responsibility for the financial condition of the public company.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam melakukan kegiatan bisnis, para pengusaha membutuhkan suatu
wadah untuk dapat bertindak melakukan perbuatan hukum dan bertransaksi.
Pemilihan jenis badan usaha ataupun badan hukum yang akan dijadikan sebagai
sarana untuk melakukan kegiatan usaha tergantung pada keperluan para
pendirinya. Salah satu badan usaha yang paling populer digunakan adalah
Perseroan Terbatas (Limited Liability Corporation, Stock Company) dan untuk
selanjutnya disebut perseroan). Pertumbuhan dan pertambahan badan usaha yang
berbentuk Perseroan Terbatas semakin hari semakin meningkat jumlahnya.1
Peningkatan ini sangat beralasan karena perseroan memiliki sifat, ciri khas
dan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bentuk badan usaha lainnya. Yakni
berbadan hukum, merupakan kumpulan modal/saham, memiliki kekayaan yang
terpisah dari kekayaan para perseronya, tanggung jawab yang terbatas bagi
pemegang saham, pemisahan fungsi antara pemegang saham dan pengurus atau
direksi, memiliki komisaris yang berfungsi sebagai pengawas dan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu
perseroan.
1
Suatu perusahaan dapat disebut sebagai badan hukum, apabila memenuhi
persyaratan yang ditentukan oleh Undang-Undang. Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (KUHD) tidak memberi ketegasan kapan satu perusahaan dinyatakan
sebagai badan hukum, akan tetapi di Negeri Belanda yang merupakan tempat asal
mula KUHD telah lama dinyatakan bahwa naamloze vennootschap (NV) telah
menjadi badan hukum manakala telah diperoleh pengesahan Menteri kehakiman.2
Dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas hal
tersebut tidak perlu diragukan lagi, karena dalam Pasal 7 ayat 4 dengan tegas
dinyatakan bahwa perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal
diterbitkannya keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan.
Ciri dan karakteristik perseroan sebagai asosiasi modal memberikan
kemudahan bagi pemegang saham perseroan untuk mengalihkan sahamnya
kepada orang lain. Sedangkan sebagai badan hukum yang mandiri mengacu pada
Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (untuk selanjutnya disebut UUPT), menentukan bahwa
pertanggungjawaban pemegang saham perseroan sebatas nilai saham yang
dimiliki dalam perseroan tersebut. Terbatasnya pertanggungjawaban pemegang
saham ini merupakan umpan bagi kesediaan para calon penanam modal
(pemegang saham) untuk menanamkan modalnya dalam suatu perseroan.3
2
Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995), hal.166.
3
Pada awalnya perseroan diatur dalam Pasal 36 sampai dengan Pasal 56
Buku I Titel III KUHDagang yang merupakan terjemahan dari Wetboek Van
Koophandel, Staatsblad 1847 : 23 dan perubahannya terakhir dengan
Undang-undang No. 4 Tahun 1971 dan STB.569 dan No. 717 Tahun 1939 tentang
Ordonansi Maskapai Andil Indonesia.4 Sejalan dengan perkembangan ekonomi
dan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan aturan dalam KUHD sudah
tidak sesuai, kemudian diundangkan Undang-undang No.1 Tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas dan terakhir diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 yang diundangkan pada tanggal 16 Agustus 2007 yang mengakibatkan
ketentuan sebelumnya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
Perseroan terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.5 Dari
definisi tersebut perseroan badan usaha yang berbadan hukum.6 Badan hukum
4
Abdulkadir Muhamad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), hlm.65
5
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 6
diartikan sebagai badan/organisasi yang oleh hukum diperlakukan sebagai subyek
hukum yakni sebagai pemegang hak dan kewajiban7 sehingga kapasitas dan
kewenangan yang dimiliki oleh individu/orang perorangan untuk bertindak dalam
hukum juga dimiliki oleh badan hukum. Dari ketentuan tersebut secara eksplisit
disebutkan bahwa perseroan merupakan badan hukum.8 Perseroan merupakan
suatu bentuk (legal form) yang didirikan atas fiksi hukum (legal fiction) bahwa
perseroan memiliki kapasitas yuridis yang sama dengan orang perseorangan
(natural person).
Dalam perusahaan perseroan direksi merupakan pihak yang paling
memiliki peranan penting, baik dalam mengatur perusahaan, mengelola maupun
untuk memajukannya.9 Setiap jabatan memiliki tugas dan kewajiban serta
wewenang. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk
kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun
di luar pengadilan (persona standi in judicio). Setiap anggota direksi wajib
dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk
kepentingan dan usaha perseroan. Anggota direksi juga bertanggung jawab secara
penuh apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.10
7
AF. Elly Erawati & JS Badudu, Kamus Hukum Ekonomi Inggris Indonesia, (Jakarta: Proyek Elips, 1996), hlm.78
8
Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, (Bandung: Alumni, 2004), hlm.50. Dalam kaitannya perseroan sebagai badan hukum memiliki ciri-ciri yakni terpisahnya harta kekayaan perseroan dengan harta pribadi pendirinya, mempunyai tujuan tertentu, melakukan hubungan hukum sendiri dan mempunyai organisasi yang teratur.
9
Business Law, Direksi Perseroan, No. 05/Th. 1 Desember 2002, hal.46.
10
Dengan ketentuan mengenai tugas direksi seperti ini maka direksi mempunyai dua
tugas terhadap perseroan (dan pemegang sahamnya) yaitu duty of loyality dan duty
of care.
Berdasarkan fungsinya, pada dasarnya direksi menjalankan
kepentingan-kepentingan para pemegang saham termasuk untuk secara terus menerus dan
sekuat tenaga mengelola perseroan dengan baik untuk mencapai tujuan perseroan,
termasuk dalam hal memberitahu para pemegang saham mengenai perkembangan
perseroan, meskipun kemudian informasi yang diberikan oleh perseroan tersebut
digunakan untuk melakukan pengambilan keputusan keluar dari perseroan.
Pemegang saham adalah pemilik perusahaan yang dijalankan oleh direksi.
Tanggung jawab direksi pada dasarnya dilandasi oleh 2 (dua) prinsip
penting, yaitu prinsip yang lahir karena tugas dan kedudukan yang dipercayakan
kepadanya oleh perseroan (fiduciary duty) dan prinsip yang merujuk kepada
kemampuan serta kehati-hatian tindakan direksi (duty of skill and care). Kedua
prinsip ini menuntut direksi untuk bertindak secara hati-hati dan disertai dengan
itikad baik, semata-mata untuk kepentingan dan tujuan perseroan.11
Terdapat sedikit perbedaan antara Emiten dan Perusahaan Publik di mana
Perusahan Publik belum tentu melakukan penawaran umum (listing) di bursa
(sahamnya aktif diperdagangkan di bursa (secondary market) sedangkan Emiten
11
adalah perusahaan publik dengan didasari pada tolak ukur jumlah pemegang
saham dan modal yang disetor.12
Penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh
Emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur
dalam undang-undang ini dari peraturan pelaksanaannya. Berkaitan dengan
mekanisme penawaran umum ada tiga tahap yang harus dilakukan oleh perseroan
yakni tahap pra-emisi, tahap emisi dan tahap setelah emisi.13 Dalam tahap
pra-emisi ada beberapa hal yang dilakukan yakni:
1. Perseroan melakukan legal audit (due diligence) terhadap keuangan, aset,
kewajiban kepada pihak lain sampai kepada rencana penghimpunan dana.
2. Diadakan RUPS dengan pokok pembicaraan penawaran umum (go public)
yang akan dilakukan perseroan kemudian menunjuk penjamin emisi
(underwriter), profesi penunjang (akuntan publik, notaris dan konsultan
hukum) serta lembaga penunjang.
3. Perseroan menyiapkan semua dokumen dan perjanjian yang diperlukan untuk
melakukan penawaran umum.
4. Perseroan membuat kontrak pendahuluan dengan bursa efek.
5. Perseroan melakukan public expose.
6. Perseroan menyampaikan pernyataan pedaftaran kepada Bapepem dan dalam
waktu 45 (empat puluh lima) hari pernyataan pendaftaran dinyatakan telah
12
M. Irsan Nasaruddin & Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 155.
13
efektif oleh Bapepem, setelah meneliti kelengkapan dokumen, cakupan dan
kejelasan informasi dan keterbukaan menurut aspek hukum, akutansi,
keuangan dan manajemen. Dalam tahap emisi yang dilakukan adalah:
a. Penawaran oleh sindikasi penjamin emisi dan agen penjual di pasar
primer;
b. Penjatahan kepada pemodal oleh sindikasi penjamin emisi dan emiten di
pasar primer;
c. Penyerahaan efek kepada pemodal di pasar primer;
d. Emiten mencatatkan efeknya di pasar sekunder (di bursa) dan;
e. Perdagangan efek di pasar sekunder. Tahap yang terakhir adalah tahap
setelah emisi di mana emiten berkewajiban untuk menyampaikan
informasi dalam bentuk laporan berkala dan laporan mengenai peristiwa
material yang dapat mempengaruhi harga efek kepada Bapepam dan
mengumumkannya kepada masyarakat.14
Pada saat Emiten atau Perusahaan Publik mempersiapkan
dokumen-dokumen yang diperlukan untuk keperluan pendaftaran maka ketentuan di bidang
pasar modal mulai berlaku. Terhadap perseroan berlaku undang-undang ini,
anggaran dasar perseroan dan peraturan perundang-undangan lainnya.15 Dalam
arti bagi Emiten atau Perusahaan Publik selain tunduk pada ketentuan dalam
UUPT juga terhadap ketentuan di bidang pasar modal. Salah satu ciri perusahaan
14
Pasal 86 ayat (1). Ibid,
15
terbuka adalah perlunya keterbukaan (disclosure) atas informasi perusahaan
kepada publik, sehingga hukum pun mengatur masalah perusahaan terbuka
termasuk tentang keterbukaan informasi ini secara sangat detail.16 Keterbukaan
atau disclosure merupakan komponen terpenting dalam industri sekuritas (pasar
modal). Keterbukaan bukan saja merupakan kewajiban bagi perusahaan publik
yang akan dan telah melakukan penawaran umum tetapi juga merupakan hak
investor dapat dilakukan dan oleh karenanya merupakan kewajiban yang mutlak
harus dilaksanakan oleh perusahaan publik. Melalui keterbukaan yang diwujudkan
dengan dipaparkannya keadaan, peristiwa dan fakta yang ada dalam perusahaan
maka investor dapat mengambil keputusan untuk melakukan investasi atau efek
perusahaan baik untuk membeli, menjual atau menahan efek tersebut.
Karena pentingnya masalah keterbukaan ini maka sekali emiten tergabung
dalam pasar modal maka kewajiban untuk melakukan keterbukaan tersebut wajib
dilakukan sepanjang usia perusahaan tersebut.17 Dengan kata lain direksi
diwajibkan mempunyai informasi dan fakta materil tanpa memperhatikan apakah
informasi tersebut bermanfaat atau tidak untuk kepentingan harga saham emiten.18
Oleh karena itu, kewajiban perseroan melakukan keterbukaan terus menerus
dalam rangka memenuhi kewajiban yang dibebankan kepada direksi perseroan.19
16
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis modern di Era Global, (Bandung: PT. Citra Aditya bakti, 2002), hal.51.
17
Hamud M. Balsfast, Sedikit Tentang Disclosure dan Corporate Governance, Jurnal Hukum Bisnis Volume 22, Januari-Februari 2003, hal.96.
18
Ibid., hal.97
19
Prinsip keterbukaan sifatnya mutlak dalam arti akan diberikan sanksi
administratif dan sanksi pidana bagi emiten yang melanggar prinsip keterbukaan
oleh Bapepam selaku pengawas pasar modal.20 Pelaksanaan keterbukaan
informasi oleh emiten terdiri dari 3 (tiga) tahap yakni:
1. Keterbukaan pada saat melakukan penawaran umum (primary market level)
yang didahului dengan pengajuan pernyataan pendaftaran kepada Bapepem;
2. Keterbukaan setelah emiten mencatat dan memperdagangkan efeknya di bursa
(secondary market level) dengan menyampaikan laporan berkala kepada
Bapepam dan Bursa;
3. Keterbukaan terhadap peristiwa penting yang terjadi yang berpengaruh
terhadap keputusan pemodal/investor terhadap efek atau harga efek.
PT. United Capital Indonesia Tbk merupakan perseroan dalam
menjalankan kegiatan usaha di bidang perantara pedagang efek lebih menitik
beratkan pada nasabah ritel lokal dan terus berupaya meningkatkan peran pemodal
individu dan kelembagaan dalam negeri. Dalam usaha menjaring nasabah tersebut
perseroan lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas nasabah. Salah satu
strategi perseroan untuk meningkatkan kinerjanya sebagai perantara pedagang
efek adalah dengan menyelenggarakan fasilitas perdagangan marjin bagi nasabah
perseroan. Untuk mencapai tujuan tersebut, perseroan telah mempersiapkan
infrastruktur seperti sistem informasi dan teknologi serta sumber daya manusia
yang handal dan pengalaman.
20
Aktivitas perseroan dalam bidang penjamin emisi efek mencakup kegiatan
penjaminan emisi untuk efek yang bersifat ekuitas dan hutang. Selanjutnya,
perseroan juga melakukan kegiatan dalam bidang penasehat keuangan (financial
advisory) dalam rangka restrukturisasi hutang, merger, dan akuisisi, pendanaan
proyek (project finance) maupun investasi langsung. Awal diketahuinya
pelanggaran yang dilakukan oleh PT. United Capital Indonesia Tbk, bermula dari
laporan dari Biro Pemeriksaan dan penyelidikan Bapepam-LK, bahwa PT United
Capital Indonesia Tbk terlambat menyampaikan laporan keuangan tahun 2004
kepada Bapepam-LK. Biro pemeriksaan dan penyidikan yang menerima laporan
tersebut, kemudian menurunkan tim pemeriksa. Pada awalnya, PT United Capital
Indonesia Tbk diduga telah melakukan pelanggaran terhadap peraturan
Bapepam-LK Nomor X.K.4. tentang realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum, dan
terlambat menyampaikan realisasi penggunaan dana tersebut kepada
Bapepam-LK. Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya keterlambatan
menyampaikan laporan keuangan tahunan 2004, dan ternyata pada saat
pemeriksaan dilakukan tim pemeriksa menduga jika PT United Capitl indonesia
Tbk, telah melakukan tindakan manipulasi terhadap laporan keuangan tahunan
2004. Kecurigaan tim pemeriksa berawal ketika memeriksa laporan keuangan
tahunan perseroan. Perseroan melaporkan memiliki deposito sebesar Rp.
90.350.000.000,00 (sembilan puluh miliar tiga ratus lima puluh juta rupiah). Pada
saat melakukan penawaran umum terbatas I hanya diperoleh dana sebesar Rp.
rupiah), dan pada saat dilakukan penawaran umum perdana diperoleh dana
sebesar Rp. 19.000.000.000,00 (sembilan belas miliar rupiah), dimana sampai
dengan Maret 2004, dana yang telah digunakan adalah sebesar Rp.
17.000.000.000,00 (tujuh belas miliar rupiah) untuk modal kerja dan masih
terdapat sisa dana dari hasil penawaran umum saham sebesar Rp. 2.
000.000.000,00 (dua miliar rupiah) yang disimpan dalam bentuk deposito.21
Dengan memperhatikan laporan keuangan dan prospektus penawaran umum
terbatas I, tim pemeriksa mencurigai bahwa perseroan telah melakukan tindakan
manipulasi dalam laporan keuangan tahunan 2004, maka Bapepam-LK pada
Tanggal 18 Agustus 2005 membentuk suatu tim penyidik untuk menyelidiki
dugaan manipulasi laporan keuangan tahunan 2004 yang dilakukan PT United
Capital Indonesia Tbk.
Sebagai badan hukum atau artificial person, perseroan mampu bertindak
untuk melakukan perbuatan hukum melalui salah satu organ perseroan yakni
Direksi. Definisi direksi dalam Pasal 1 angka 5 juncto Pasal 92 (1) juncto Pasal 98
(1) UUPT adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh
atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud
dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar
pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Dari definisi tersebut, direksi
memiliki 2 (dua) tugas yakni tugas kepengurusan (manajemen) dan tugas
21
perwakilan (representasi). Maksud dari tugas representasi adalah mewakili
perseroan baik di luar pengadilan (misalkan mewakili perseroan dalam transaksi
bisnis dengan pihak ketiga, hubungan dengan Bapepam, Bursa Efek Indonesia
(BEI) dan Bank Indonesia maupun di dalam pengadilan (misalkan bertindak
sebagai penggugat/tergugat/pemohon/termohon dalam pengadilan).
Laporan keuangan merupakan bagian dari laporan tahunan sebagai
pertanggungjawaban direksi atas pengelolaan keuangan perseroan. Sebelum
diserahkan kepada RUPS untuk disahkan akuntan publik wajib melakukan
audit/pemerikasaan laporan keuangan terhadap: 22
a. Perseroan yang kegiatan usaha perseroan adalah menghimpun dan/atau
mengelola dana masyarakat;
b. Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat;
c. Perseroan merupakan Perseroan terbatas;
d. Perseroan merupakan persero;
e. Perseroan mempunyai aset dan/atau jumlah peredaran usaha dengan jumlah
nilai paling sedikit Rp.50.000.000.000,- (lima puluh milyar); atau
f. Diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
Setelah akuntan publik melakukan audit/pemerikasaan laporan keuangan
yang dituangkan dalam bentuk Laporan Atas Hasil Audit yang dilekatkan bersama
dengan laporan keuangan dan bagian-bagian lain dari laporan tahunan diajukan
22
oleh direksi23 kepada RUPS untuk memperoleh pengesahan. Setelah memperoleh
pengesahan dari RUPS dalam waktu 7 (tujuh) hari direksi wajib mengumumkan
Neraca dan Laporan Laba-Rugi (bagian dari laporan keuangan) dalam 1 (satu)
surat kabar untuk perseroan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dan/atau
mengelola dana masyarakat (misalkan bank, reksa dana, dan perusahaan asuransi),
perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat, dan
merupakan perseroan terbuka.24 Tujuannya adalah memenuhi prinsip akuntabilitas
dan prinsip transparansi yang merupakan bagian dari prinsip-prinsip Good
Corporate Governance (tata kelola perusahaan yang baik) yang menjadi pedoman
bagi perseroan dalam melakukan kegiatan usahanya.25
Laporan keuangan yang memperoleh pengesahan dari RUPS apabila
terdapat informasi yang tidak benar dan/atau menyesatkan, anggota direksi dan
anggota Dewan Komisaris secara tanggung renteng bertanggung jawab terhadap
pihak yang dirugikan26 terhadap perseroan terbuka berlaku ketentuan UUPT dan
ketentuan di bidang Pasar Modal. Pasal 86 ayat (1) UUPM mewajibkan Emiten
atau perusahaan publik menyampaikan laporan berkala mengenai kegiatan usaha
dan keadaan keuangan dan segala peristiwa yang dapat mempengaruhi harga efek
dan mengumumkannya kepada masyarakat. Keadaan keuangan Emiten atau
Governance di Jakarta tahun 2000 bahwa untuk mewujudkan adanya suatu Good Corporate Governance atau tata kelola perusahaan yang baik maka ada 4 prinsip yang harus dipenuhi yakni Prinsip Transparansi (disclosure), Prinsip Keadilan (fairness), Prinsip Akuntabilitas (accountability) dan Prinsip Responsibilitas (responsibility).
26
perusahaan publik terwujud dalam bentuk laporan keuangan. Dalam angka 1 huruf
a Peraturan Bapepam-LK Nomor X.K.2 dengan salinan Keputusan Ketua
Bapepam Nomor: KEP-36/PM/2003 tentang kewajiban Penyampaian Laporan
Keuangan Berkala (untuk selanjutnya disebut Peraturan X.K.2) mewajibkan
emiten atau perusahaan publik menyampaikan laporan keuangan berkala sebanyak
2 (dua) kali dalam tahun buku berjalan yakni Laporan Keuangan Tengah Tahunan
dan Laporan Keuangan Tahunan.27
Pertanggung jawaban direksi atas laporan keuangan yang disampaikan
Emiten atau Perusahaan Publik kepada Bapepam dan masyarakat diatur dalam
Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.7 dengan salinan Keputusan Ketua Bapepam
Nomor: KEP-06/PM/2000 yang telah disempurnakan dengan salinan Keputusan
Ketua Bapepam Nomor: KEP-554/BL/2010 dan telah disempurnakan dengan
salinan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
Nomor : Kep-347/BL/2012 tanggal 25 Juni 2012 tentang tentang Penyajian dan
Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten Atau Perusahaan Publik (untuk
selanjutnya disebut Peraturan VIII.G.7) yang menyatakan bahwa ”Manajemen
emiten atau perusahaan publik bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian
laporan keuangan.”28
Tanggung jawab direksi Emiten atau Perusahaan Publik atas
27
Peraturan Nomor 1 huruf G angka 1 tentang Pencatatan Efek sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1 Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta Nomor KEP-01/BEJ/1992 tentang Peraturan Bursa Efek Jakarta dinyatakan bahwa emiten yang efeknya telah tecatat di bursa wajib untuk menyampaikan laporan keuangan sebanyak 3 (tiga) kali dalam tahun buku berjalan yakni dalam bentuk laporan Keuangan tahunan, laporan keuangan tengah tahunan dan laporan triwulan.
28
laporan keuangan sebagaimana tercantum dalam Pasal 69 ayat (3) UUPT dan
angka 8 Peraturan VIII.G.7. Ketentuan ini lebih dipertegas dengan Peraturan
Bapepam Nomor VIII.G.11 dengan salinan keputusan ketua Bapepam Nomor:
KEP-40/PM/2003 tanggal 22 Desember 2003 tentang Tanggung jawab Direksi
atas Laporan keuangan (untuk selanjutnya disebut Peraturan VIII.G.11). Dalam
angka 2 peraturan VIII.G.11 ini mewajibkan direksi Emiten atau Perusahaan
Publik untuk membuat surat pernyataan yang menyatakan bahwa direksi
bertanggung jawab atas laporan keuangan. Surat Pernyataan Direksi ini
merupakan tambahan bukti tertulis selain laporan keuangan apabila terdapat
informasi yang tidak benar atau menyesatkan yang dapat dijadikan dasar tuntutan
bagi stakeholders terhadap kelalaian/kesalahan direksi dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan ataupun dalam memberikan informasi dalam
laporan keuangan.
Direksi emiten atau perusahaan publik wajib membuat surat pernyataan
sesuai dengan Formulir Lampiran I Peraturan ini.29 Dalam surat pernyataan
direksi tersebut dinyatakan bahwa direksi emiten atau perusahaan publik (dalam
teknis pelaksanaannya oleh direktur utama dan direktur keuangan) menyatakan:30
1) Bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor : Kep-554/BL/2010 yang telah disempurnakan dengan salinan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor : Kep-347/BL/2012 tanggal 25 Juni 2012 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten Atau Perusahaan Publik, angka 8.
29
Peraturan Bapepam-LK Nomor VIII.G.11 dengan Salinan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-40/PM/2003 tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan, angka 2.
30
2) Laporan keuangan perusahaan telah disusun dan disajikan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum
3) a. Semua informasi dalam laporan keuangan perusahaan telah dimuat secara
lengkap dan benar
b. Laporan keuangan perusahaan tidak mengandung informasi atau fakta
material yang tidak benar dan tidak menghilangkan informasi atau fakta
material
4) Bertanggung jawab atas sistem pengendalian intern dalam perusahaan.
Yang menjadi pokok permasalahan dalam tesis ini adalah dengan
ditandatanganinya surat pernyataan direksi tersebut hanya oleh 2 (dua) orang
anggota direksi apabila terjadi pelanggaran terhadap salah satu ketentuan dalam
peraturan VIII.G.11 dalam hal ini pernyataan tersebut menimbulkan kerugian
kepada pihak di luar perseroan apakah tanggung jawab hanya dibebankan pada 2
(dua) direktur yang menandatangani surat pernyataan direksi tersebut ataukah
seluruh anggota direksi bertanggung jawab untuk menanggung kerugian kepada
pihak di luar perseroan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan
1. Bagaimana kriteria untuk menentukan direksi telah melakukan pelanggaran
dalam hal penandatanganan pernyataan yang merugikan pihak di luar
perseroan?
2. Bagaimana bentuk pertanggung jawaban direksi atas laporan keuangan
menurut ketentuan UUPT dan Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 tentang
Tanggung Jawab Direksi Atas Laporan Keuangan ?
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada perumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami kriteria yang menentukan direksi telah
melakukan pelanggaran dalam hal penandatanganan pernyataan yang
merugikan pihak di luar perseroan.
2. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis bentuk pertanggung jawaban
dalam hal pelanggaran, apakah dibebankan hanya kepada direksi atau menjadi
tanggung jawab renteng.
D. Manfaat Penelitian
Ditetapkannya permasalahan-permasalahan, maka diharapkan akan
membawa sejumlah mafaat yang berguna secara teoritis dan praktis, sehubungan
1. Manfaat Teoritis, memberikan sumbangan pemikiran dan pengetauan bagi
penulis dan para akedemis pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
serta membuka wawasan dan paradigma berpikir dalam memahami, mengerti,
dan mendalami permasalahan hukum khususnya di bidang hukum perusahaan.
2. Manfaat Praktis, memberikan tambahan materi/pengetahuan sekaligus
masukan bagi para akademisi dan rekan mahasiswa yang sedang/akan
menyelesaikan tugas akhir yang materinya berkaitan dengan materi tesis
peneliti serta menambah dan mengembangkan pengetahuan masyarakat
mengenai keberadaan hukum korporasi.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan
informasi yang ada, melalui penelusuran yang ada di perpustakaan Universitas
Sumatera Utara dan Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara, maupun di perpustakaan di luar kampus Universitas Sumatera
Utara serta intitusi lain, penelitian dengan judul Tanggung Jawab Direksi atas
Laporan Keuangan Perusahaan Publik, belum pernah dilakukan oleh peneliti lain
sebelumnya. Walaupun ada beberapa kesamaan dalam membahas topik tentang
tanggung jawab direksi. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentu sangat
berbeda dengan penelitian yang penulis tulis. Sehingga penulisan penelitian ini
dapat dikatakan asli dan keaslian secara akademis keilmuan dapat dipertanggung
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Perseroan merupakan badan hukum yang tidak memiliki kehendak untuk
melakukan perbuatan hukumnya sendiri oleh salah satu organ perseroan yakni
direksi. Direksi merupakan satu-satunya organ perseroan yang bertanggung jawab
penuh atas pengurusan perseroan dan merupakan wakil perseroan bagi pihak di
luar perseroan.31 Kepengurusan perseroan meliputi pengurusan sehari-hari yang
dilakukan oleh direksi. Menurut I.G. Rai Widjaja bahwa ”keberadaan direksi
dalam suatu perseroan merupakan suatu keharusan atau dengan kata lain
perseroan wajib memiliki direksi karena perseroan sebagai artificial person yang
tidak dapat berbuat apa-apa tanpa adanya bantuan dari anggota direksi sebagai
natural person.”32 Dalam melaksanakan fiduciary duty yang dibebankan
kepadanya, direksi beritikad baik dan penuh tanggung jawab.33 Setiap kesalahan
atau kelalaian dari salah seorang anggota direksi mengakibatkan
pertanggungjawaban secara pribadi atas setiap kerugian perseroan.34 Prinsip
fiduciary duty merupakan doktrin yang berasal dari sistem hukum common law.35
Prinsip ini merupakan hubungan kepercayaan antara direksi dengan perseroan di
mana direksi bertindak sebagai seorang trustee atau agen semata dari perseroan
yang diberikan wewenang dan tanggung jawab untuk melaksanakan kepengurusan
31
Pasal 1 angka 5. Op. Cit.,
32
I.G. Rai Widjaja, Hukum Perusahaan: Berbagai Peraturan dan Pelaksanaan Undang-Undang di Bidang Usaha, (Jakarta: Megapoin, 2002), hlm.208
perseroan demi maksud tujuan perseroan dengan itikad baik, loyalitas, dan penuh
tanggung jawab, kejujuran serta kepedulian dan kemampuan tinggi.36
Seseorang direktur tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban secara
pribadi atas tindakan yang dilakukannya dalam kedudukannya sebagai direktur
yang diyakininya sebagai tindakan terbaik untuk perseroan dan dilakukan secara
jujur, beritikad baik dan tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku (Business
Judgement Rule).37 Dalam melaksanakan tugas yang berdasarkan hubungan
kepercayaan (fiduciary duties-trust and confidence) harus:
1. Dilakukan secara itikad baik (bona fides);
2. Dilakukan dengan proper purpose;
3. Dilakukan tidak dengan kebebasan yang tidak bertanggungjawab (unfettered
discretion);
4. Tidak memiliki benturan tugas dan kepentingan (conflict of duty and
interest).38
Sebagai bahan pertanggungjawaban direksi atas kepengurusannya dalam
kaitannya dengan keadaan keuangan perseroan terwujud dalam bentuk laporan
keuangan.39 Dalam hal laporan keuangan yang disediakan tidak benar dan/atau
menyesatkan, anggota direksi dan anggota dewan komisaris secara tanggung
36
Munir Fuady, Doktrin-Doktrin Modern Dalam Corparate Law & Eksistensinya Dalam Corporate Law dan Eksistensinya Dalam Hukum Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002), hlm. 15.
37
I. G. Widjaja, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, (Jakarta: Kesaint Blanc, 2003), hlm. 2.
38
Ibid, hlm. 2.
39
renteng bertanggung jawab terhadap pihak yang dirugikan.40 Dan apabila dapat
dibuktikan bahwa keadaan tersebut bukan karena kesalahannya maka dapat
dibebaskan dari tanggung jawab tersebut (acquit de charge).41 Tanggung renteng
didefinisikan bahwa pengaturan tentang besarnya bagian masing-masing kepada
salah seorang dari mereka atau kepada seorang pihak ketiga.42
Perseroan publik atau emiten merupakan perseroan terbuka.43 Terhadap
perseroan berlaku undang-undang ini, anggaran dasar perseroan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan lainnya termasuk di dalamnya asas itikad baik,
asas kepantasan, asas kepatutan dan prinsip tata kelola perusahaan yang baik
(Good Corporate Governance) dalam menjalankan perseroan44 sehingga terhadap
perseroan terbuka berlaku juga ketentuan dalam bidang pasar modal di mana yang
mewajibkan emiten atau perusahaan publik untuk menyampaikan laporan secara
berkala mengenai kegiatan usaha dan keadaan keuangan kepada Bapepam dan
selambat-lambatnya pada akhir kerja ke-2 apabila setelah terjadi peristiwa
material yang dapat mempengaruhi harga efek wajib disampaikan kepada
Bapepam dan keduanya wajib diumumkan kepada masyarakat melalui surat
kabar.45 Ketentuan ini mulai berlaku sejak pernyataan pendaftaran emiten untuk
melakukan penawaran umum atau pernyataan pendaftaran perusahaan publik telah
dinyatakan efektif oleh Bapepam. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan adanya
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 1634 ayat (1).
43
Pasal 1 angka 7. Op. Cit 44
Pasal 4 berikut penjelasannya. Op. Cit.,
45
prinsip keterbukaan di mana menjadi pedoman bagi emiten, perusahaan publik,
dan pihak lain yang tunduk kepada ketentuan pasar modal untuk
menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi
materil mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap
keputusan pemodal terhadap efek dan atau harga efek tersebut.46
Prinsip keterbukaan menjadi salah satu prinsip dari Good Corporate
Governance (tata kelola perusahaan yang baik) di samping prinsip-prinsip lainnya
yakni keadilan (fairness), akuntabilitas (accountability) dan responsibilitas
(responsibility).47 Pada saat menyampaikan laporan berkala dan informasi fakta
material tersebut kepada Bapepam dan mengumumkannya kepada masyarakat,
direksi sedang menjalankan tugasnya sebagai wakil bagi pihak di luar perseroan di
mana dalam hal anggota direksi terdiri lebih dari 1 (satu) orang yang berwenang
mewakili perseroan adalah setiap anggota direksi kecuali ditentukan lain dalam
anggaran dasar.48 Sebagai suatu organ dengan pertanggunggjawaban kolegial,
tidak tertutup kemungkinan bahwa satu orang anggota direksi akan berbeda
pendapat dengan anggota direksi lainnya dalam hal memutuskan suatu persoalan
sehubungan dengan tugas pengurusan dan wakil perseroan bagi pihak di luar
46
Pasal 1 angka 25. Ibid,
47Sofyan Djalil, ”
Good Corporate Governance” (Makalah disampaikan dalam Seminar Good Corporate Governance, (Jakarta: September, 2000), hlm. 53.
48
perseroan sehingga anggota direksi yang satu menjadi koreksi dan check and
balance atas tindakan anggota direksi lainnya.49
2. Landasan Konsepsi
Berikut ini adalah definisi operasional dan istilah-istilah yang dipakai
dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
a. Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu apabila
ada sesuatu hal, boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan.50
b. Direktur/Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung
jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam
maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.51
c. Laporan keuangan adalah catatan tertulis tentang status keuangan dari
individu, asosiasi, atau organisasi bisnis. Dalam laporan keuangan termasuk
neraca dan laporan laba-rugi atau laporan operasional. Di dalamnya dapat
juga termasuk laporan arus kas, laporan dari perubahan dalam laba yang
ditahan dan analisis lain. Laporan tertulis mengenai keadaan keuangan suatu
perusahaan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba-rugi, atau perhitungan
49
Gunawan Widjaja, Tanggung Jawab Direksi Atas Kepailitan Perseroan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2003), hlm. 4.
50
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1983), hlm.1014
51
tambahan atau penyajian data keuangan lainnya yang berasal dari
pembukuan.52
d. Perusahaan Publik adalah perseroan yang sahamnya telah dimiliki
sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor
sekurang-kurangnya Rp. 3.000.000.000 (tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah
pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.53
e. Informasi atau Fakta Material adalah informasi atau fakta penting dan relevan
mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek
pada bursa efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain
yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.54
f. Tanggung renteng adalah suatu perikatan tanggung menanggung atau
perikatan tanggung renteng terjadi antara beberapa orang berpiutang, jika di
dalam perjanjian secara tegas kepada masing-masing diberikan hak untuk
menuntut pemenuhan seluruh utang sedang pembayaran yang dilakukan
kepada salah satu membebaskan orang yang berutang meskipun perikatan
menurut sifatnya dapat dipecah dan dibagi di antara beberapa orang
berpiutang tadi.55
52
Viktor, Laporan Keuangan, Kamus Umum Pasar Modal, (Jakarta: UI Press, 2000), hlm.252.
53
Pasal 1 butir 22 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal 54
Pasal 1 butir 7, Ibid., 55
g. Informasi tidak benar adalah data yang telah diproses ke dalam bentuk yang
lebih berarti yang tidak sesuai atau tidak berhubungan dengan realitas dan
mengakibatkan penerima informasi mempercayai dalam mengambil
keputusan.
h. Informasi menyesatkan adalah data yang telah diproses menjadi bentuk yang
memiliki arti dengan tidak mencerminkan maksudnya dengan jelas.56
G. Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, di mana jenis penelitian yang
bertujuan melukiskan permasalahan hukum57 yaitu penelitian ini hanya
menggambarkan yang telah dikemukakan, dengan tujuan untuk membatasi
kerangka studi kepada suatu pemberian, suatu analisis atau suatu klasifikasi tanpa
secara langsung bertujuan untuk menguji hipotesa-hipotesa atau teori-teori.58
2. Sumber Data
Dalam penelitian hukum normatif, data yang diperlukan adalah data
sekunder. Data sekunder tersebut mempunyai ruang lingkup yang sangat luas.59
56
http://prastowo.staff.ugm.ac.id/?modul=baca&dir=artikel&artikel=Dasar-Dasar-Sistem-Informasi
57
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Gramedia, 1997), hlm.16.
58
Alvi Syahrin, Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Pemukiman Berkelanjutan, (Medan: Pustaka Bangsa Press, 2003), hal.17.
59