• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat (Gerbang Swara) di Desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat (Gerbang Swara) di Desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN PEMBANGUNAN SWADAYA MASYARAKAT (GERBANG SWARA) DI DESA MELATI II KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI

Skripsi

Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

OLEH ENDANG JAKA MALIK

110903085

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh :

Nama : Endang Jaka Malik

NIM : 110903085

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul :PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN PEMBANGUNAN SWADAYA MASYARAKAT (GERBANG SWARA) DI DESA MELATI II KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Medan, 03 Agustus 2015

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara

Drs. Kariono M.Si Drs. Rasudyn Ginting M.Si

NIP : 196106191987011002 NIP : 195908141986011002

Dekan,

FISIP USU MEDAN

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si

(3)

PARTISIPASI MAS YARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN PEMBANGUNAN SWADAYA MASYARAKAT (GERBANG SWARA) DI DESA MELATI II KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI

Nama : Endang Jaka Malik

NIM : 110903085

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Negara Pembimbing : Drs. Kariono M,Si

ABSTRAK

Sesuai dengan visi pembangunan di Indonesia untuk mewujudkan pemerataan pembangunan yang berkeadilan, diperlukan adanya pembangunan yang partisipatif yang dapat mengurangi angka kemiskinan di Indonesia. Gerbang Swara adalah suatu gerakan pembangunan untuk mewujudkan tercapainnya semangat membangun yang tinggi dengan menumbuhkan prakarsa serta menggerakkan Swadaya Gotong Royong masyarakat dalam pembangunan prasaran dan sarana yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan melibatkan masyarakat secara luas melalui swadaya masyarakat dengan demikian kebutuhan masyarakat akan terpenuhi.

Dengan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat (Gerbang Swara) di Desa Melati II

Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai”. Adapun perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: “bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbang Swara di Desa Melati II?” dan “faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbang Swara di Deas Melati II?” Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Untuk mengtahui partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbang Swara di Desa Melati II dan Untuk mengetahui Faktor-Faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbang Swara di Desa Melati II.

(4)

Saran yang dapat dikemukakan berkaitan dengan temuan yang diperoleh selama penelitian adalah Pemerintah desa dan Lembaga-lembaga desa yang mengurusi program gerbang swara di Desa Melati II ini harus memberikan sedikit bantuan kepada masyarakat desa yang ingin melakukan pembangunan di dusunnya, berupa fasilitas/ bahan bangunan untuk keperluan pembangunan dusun dan pemerintah desa harus lebih sering memberikan sosialisasi mengenai Gerbang swara ini agar masyarakat lebih meningkatkan partisipasinya dalam pembangunan di desa melati II.

(5)

KATA PENGANTAR

ﻢﻴﺣ ﺍﻟﺮﻦﺣﻤﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮ

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang mana telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat (Gerbang Swara) di Desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai ”.

Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan di Departemen Ilmu

Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera

Utara, dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara. Semoga kasih dan

anugrah dari Allah SWT selalu mengalir dan menyertai penulis dalam menyempurnakan

karya ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, hal ini terjadi karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis

dalam penulisan karya ilmiah. Skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan dari

berbagai pihak, baik dalam bentuk ide, gagasan, moral, maupun materi. Skripsi ini

penulis persembahkan untuk kedua orang tua penulis Bapak Radianto SP. MMA dan Ibu Hernawati yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang.

(6)

1. Bapak Prof. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Rasudyn Ginting M,Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi

Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dra.Elita Dewi, selaku sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Drs. Kariono M,Si, selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar dan

selalu menyediakan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam

proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Arifin Nasution S.sos M.SP, selaku dosen pembimbing akademik yang

selalu memberikan masukan dan motivasi kepada penulis selama masa

perkuliahan .

6. Dosen Penguji Bapak Drs. Hatta Ridho S.sos M.SP yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan kritik dan saran yang membangun dalam

penyelesaian skripsi ini.

7. Dosen-Dosen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing penulis dari awal hingga

detik ini.

8. Kak Dian dan Kak Mega yang telah banyak membantu penulis dalam urusan

administrasi di kampus.

9. Terkhusus dan teristimewa, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

(7)

luar biasa, mendidik, memotivasi dan memberikan banyak nasehat sampai detik

ini. Tak lupa juga kepada Kakak penulis, Endang Retno Ningsih S.Pdi dan Endang Ayu Paramitha Amd. dan juga untuk kedua adik penulis, Endang Rafi Ahmad dan Endang Bima MZ yang selalu mendukung penulis dengan caranya sendiri selama ini . Terima kasih buat keluargaku untuk segala

dukungan moril dan moral serta doa-doanya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

10. Bapak Supardi, selaku Kepala Desa Melati II Kecamatan Perbaungan, kepada

bang Suherman selaku Kaur Pembangunan dan Bapak Sudarno, selaku

Sekretaris Desa Melati II yang telah banyak meluangkan waktu untuk membantu

dan membimbing penulis dalam pelaksanaan penelitian.

11. Terkhusus untuk yang tersayang Elsa Yulisari Harahap yang telah menemani

penulis hingga saat ini, yang berperan dalam hidup penulis, selalu membagi suka

dan duka, banyak memberikan masukan, semangat dan yang selalu sabar

menghadapi tingkah dan kekurangan penulis dan selalu ada dihari-hari penulis.

Terima kasih atas waktunya ya sayang. Semangat buat kuliahnya ya.

12. Sahabat terbaik penulis Liliani yang masih tetap menemani penulis, sahabat

yang apa adanya, sederhana dan dengan tulus menemani penulis hingga saat ini.

Dan juga sahabat saya Finta Kuhini (Slebor), Nurholijah Siregar (Bencong),

Abdul Haris dan Rissa Nurfiani Harahap (Risol) yang telah memberikan banyak

kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih untuk kalian yang

selalu setia bersama penulis mencurahkan banyak cerita, memberikan motivasi,

(8)

sudah menjadi sahabat terbaik penulis. Semoga tetap menjadi sahabat terbaik

penulis.

13. Sahabat penulis Muhammad Fajar Fadli yang telah memberikan dorongan dan

arahan yang membangun kepada penulis. Terima kasih sudah menjadi sahabat

pertama yang penulis kenal pada masa perkuliahan sampai saat ini

14. Teman-teman satu kelompok magang GENK KELEDAI di Desa Padang Genting Kec.Talawi, Finta Kuhini, Rissa Nufiani Harahap, Nurholijah Siregar,

Wandi Siagian, Muhammad Fajar Fadli, Abdul Haris, Abdi Permana, Bayu

Azhari, Rudi Salim, Mardiana Hutagaluh dan Devi Lestari. Terima kasih untuk

pengalaman tak terlupakan yang telah kita bagi bersama.

15. Teman- teman AN 011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih

sudah membagi banyak cerita selama masa perkuliahan kita. Semoga kita tetapi

menjadi satu keluarga dan tali silaturahmi kita tidak terputus. Selamat berjuang

untuk masa depan kawan.

16. Dan adik-adik AN 013 dan 014 Matondang, Ridho, Cindy, Mina, Ulfa, Iqbal,

risky rahmawati dan Tania yang telah memberikan semangat kepada penulis,

buat adik-adikku semangat kuliahnya.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kepada pembaca agar member kritik dan saran yang membangun demi

penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat,

(9)

Terima Kasih…

Medan, 03 Agustus 2015

Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ………..……… i

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang ………...………1

I.2 Rumusan Masalah ……….………..….. 9

I.3 Tujuan Penelitian ………....……….………..…………... 9

I.4 Manfaat Penelitian ……….…………..…….…… 10

I.5 Kerangka Teori ……….……….... 10

I.5.1 Partisipasi masyarakat ...……….…. 11

I.5.2 Partisipasi Masyarakat Dalam Pembanguna ... 13

I.5.3 Faktor yang mempengaruhi partisipasi ……...….…………..16

I.5.4 Bentuk-Bentuk Partisipasi masyarakat ………... 18

I.5.5 Tingkat partisipasi Masyarakat ………. 21

I.5.6 Pentingnya Partisipasi masyarakat ………..25

I.5.7 Pemberdayaan Masyarakat ……….. 27

I.5.8 Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat ... 31

I.5.8.1 Pokok-Pokok Pikiran ……….31

I.5.8.2 Arahan Pembangunan Serdang Bedagai ………... 32

I.5.8.3 Tujuan dan Sarana ………. 33

I.6 Defenisi Konsep ………...… 34

(11)

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

II.I Metodologi Penelitian ……….. 36

II.2 Lokasi Penelitian ………. 37

II.3 Informan Penelitian ………. 37

II.4 Teknik pengambilan Data ……….………...………... 38

II.5 Teknik Analisis Data ………... 39

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN III.1 Kondisi Umum Desa Melati II ……….………. 43

III.2 Struktur Organisasi Desa Melati II ……… 48

BAB IV PENYAJIAN DATA IV.1 Karakteristik Informan ……….……. 57

IV.2 Hasil Temuan Data Primer di Lapangan ……….………….. 60

IV.3 Hasil Temuan Data Skunder ……….. 72

BAB V ANALISIS DATA V.1 Pemahaman Informan Terhadap Program Gerbang Swara …………..….. 84

V.2 Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan ………....85

V.3 Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Gerbang Swara ………….… 87

V.4 Partisipasi Dalam Pemanfaatan dan Pemeliharaan Hasil Pembangunan … 89 V.5 Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi ………. 90

(12)

VI.1 Kesimpulan ……… 93

VI.2 Saran ……….. 95

(13)

TABEL

Tabel III.1 Kepala Desa Melati II ………..… 43

Tabel III.2 Klarifikasi Penduduk Desa Melati II Berdasarkan Kondisi Etnis ………... 44

Tabel III.3 Klarifikasi Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ……… 44

Tabel III.4 Klarifikasi Berdasarka Pekerjaan di Desa Melati II ……… 45

Tabel III.5 Klarifikasi Penduduk Desa Melati II Berdasarkan Jenjang Pendidikan ….. 46

Tabel III.6 Klarifikasi Sarana Ibadah di Desa Melati II ……… 47

Tabel IV.1 Identifikasi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ..…………...…………. 57

Tabel IV.2 Identifikasi Informan Berdasarkan Usia ……….. 58

Tabel IV.3 Identifikasi Informan Berdasarkan Pekerjaan ………. 59

Tabel IV.4 Identifikasi Informan Berdasarkan Pendidikan ………... 59

Tabel IV.5 Daftar Hadir Musyawarah di Desa Melati II ………... 73

Tabel IV.6 Pembukuan Partisipasi Masyarakat Gerbang Swara Desa Melati II Kec. Perbaungan Kab. Serdang Bedagai Tahun 2012 ………... 75

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

PARTISIPASI MAS YARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN PEMBANGUNAN SWADAYA MASYARAKAT (GERBANG SWARA) DI DESA MELATI II KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI

Nama : Endang Jaka Malik

NIM : 110903085

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Negara Pembimbing : Drs. Kariono M,Si

ABSTRAK

Sesuai dengan visi pembangunan di Indonesia untuk mewujudkan pemerataan pembangunan yang berkeadilan, diperlukan adanya pembangunan yang partisipatif yang dapat mengurangi angka kemiskinan di Indonesia. Gerbang Swara adalah suatu gerakan pembangunan untuk mewujudkan tercapainnya semangat membangun yang tinggi dengan menumbuhkan prakarsa serta menggerakkan Swadaya Gotong Royong masyarakat dalam pembangunan prasaran dan sarana yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan melibatkan masyarakat secara luas melalui swadaya masyarakat dengan demikian kebutuhan masyarakat akan terpenuhi.

Dengan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat (Gerbang Swara) di Desa Melati II

Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai”. Adapun perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: “bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbang Swara di Desa Melati II?” dan “faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbang Swara di Deas Melati II?” Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Untuk mengtahui partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbang Swara di Desa Melati II dan Untuk mengetahui Faktor-Faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbang Swara di Desa Melati II.

(16)

Saran yang dapat dikemukakan berkaitan dengan temuan yang diperoleh selama penelitian adalah Pemerintah desa dan Lembaga-lembaga desa yang mengurusi program gerbang swara di Desa Melati II ini harus memberikan sedikit bantuan kepada masyarakat desa yang ingin melakukan pembangunan di dusunnya, berupa fasilitas/ bahan bangunan untuk keperluan pembangunan dusun dan pemerintah desa harus lebih sering memberikan sosialisasi mengenai Gerbang swara ini agar masyarakat lebih meningkatkan partisipasinya dalam pembangunan di desa melati II.

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pembangunan adalah sebagai sebuah proses multidimensional yang mencakup

berbagai perubahan mendasar atas struktur social, sikap-sikap masyarakat dan institusi-

institusi nasional,disamping, tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi,

penanganan ketimpangan pendapat, serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 2000 : 20).

Pembangunan juga diartikan sebagai suatu proses perubahan social dengan partisipasi

yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk mencapai kemajuan social

dan material (termasuk bertambah besarnya keadilan, kebebasan dan kualitas lainnya

yang dihargai) untuk mayoritas rakyat melalui control yang lebih besar yang mereka

peroleh terhadap lingkungan mereka. (Rogers, 1983 :25). Pada hakekatnya

pembangunan harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian

sistem social secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan

keinginan individual maupun kelompok-kelompok social yang lebih serba baik, secara

material maupun spiritual (Todaro, 2000 :20).

Untuk mencapai keberhasilan pembangunan tersebut maka banyak aspek atau

hal-hal yang harus diperhatikan, yang diantaranya adalah keterlibatan masyarakat di

dalam pembangunan. Asumsi para pakar yang berpedapat bahwa semakin tinggi

kepedulian atau partisipasi masyarakat pada proses-proses perencanaan akan memberika

output yang lebih optimal. Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam

(18)

Dengan demikian dapat disimpilkan bahwa partisipasi masyarakat merupakan indikator

utama dan menentukan keberhasilan pembangunan. Hal ini menunjukan partisipasi

masyarakat dan perencanaan berencana merupakan dua terminology yang tidak dapat

dipisahkan. Padahal atau teori tersebut secara rasional dapat diterima, karena secara

ideal tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahtraan masyarakat, oleh

karena itu sangatlah pantas masyarakat terlibat di dalamnya.

Korten dalam Supriatna (2000 :65) mengatakan bahwa pembangunan yang

berorientasi pada pembangunan manusia, dalam pelaksanaanya sangat mensyaratkan

keterlibatan langsung pada masyarakat pnerima program pembangunan ( partisipasi

masyarakat ). Karena hana dengan partisipasi masyarakat penerima program, maka hasil

pembangunan ini akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri.

Dengan adanya kesesuaian ini maka hasil pembangunan akan memberikan manfaat

yang optimal bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat. Oleh karenanya salah satu

indicator keberhasilan pembangunan adalah adanya partisipasi masyarakat penerima

program. Begitu juga menurut Conyers (1991 : 154), yamh mengatakan terdapat tiga

alas an utama mengapa partisipasi masyarakat menjadi sanagat penting dalam

pembangunan, yaitu : pertama, partisiasi merupakan suatu alat guna memperoleh

informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa

kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal. Alas an kedua,

yaitu bahwa masyarakat akan lebih mempercayaain proyek atau programpembangunan

jika merasa dilibatkan dalam proes persiapan dan perencaannya, karena mereka akan

(19)

merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan

masyarakat sendiri.

Dengan demikian partisipasi merupakan suatu bagian penting dari pemberdayaan

dan penumbuhan kesadaran. Semakin banyak orang yang menjadi peserta aktif dan

semakin lengkap partisipasinya maka semakin ideal proses yang akan diwujudkan.

Maka dalam setiap program yang bertujuan menciptakan kehidupan yang layak bagi

masyarakat harus melibatkan masyarakat itu sendiri dalam setiap tahapan dan proses

dalam kegiatan tersebut. Karena peran masyarakat sangat penting dimana masyarakatlah

yang tahu apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan mereka sehingga suatu

pembangunan berhasil dilaksanakan .

Serdang Bedagai merupakan Kabupaten pemekaran dari Deli Serdang yang

didasarkan pada Undang-undang Nomor 36 tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003 dan

diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada 7 Januari 2004 (yang kemudian ditetapkan

sebagai hari jadi Serdang Bedagai). Dengan potensi luas wilayah 1.900 km2 dengan

panjang garis pantai 95 Km, terdiri dari 17 kecamatan dan 237desa dan 6 kelurahan

yang dihuni sekitar 594.383 jiwa (data BPS tahun 2011). Visi yang diusung oleh

Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai adalah menjadikan Serdang Bedagai sebagai

salah satu Kabupaten terbaik di Indonesia dengan masyarakatnya yang Pancasilais,

modern, religius dan kompetitif.

Untuk mewujudkan visi tersebut, Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai

menyadari bahwa mereka tidak dapat bekerja sendiri, tetapi harus melibatkan partisipasi

(20)

Kabupaten Serdang Bedagai mencanangkan strategi pembangunan yang melibatkan

partisipasi masyarakat yang diberi nama “Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat”

atau yang lebih dikenal dengan “Gerbang Swara”.dan dikeluarkanlah Peraturan

Instruksi Bupati No 04 tahun 2005 Tentang Gerakan Pembangunan Swadaya

Masyarakat(GERBANG SWARA). Sebagai wadah untuk mewujudkan visi dan misi

serdang bedagai. Gerbang Swara adalah suatu gerakan pembangunan untuk

mewujudkan tercapainnya semangat membangun yang tinggi dengan menumbuhkan

prakarsa serta menggerakkan Swadaya Gotong Royong masyarakat dalam

pembangunan prasaran dan sarana yang dibutuhkan oleh masyarakat. Gerbang swara

merupakan suatu program pembangunan desa yang bertujuan untuk pembangun desa

dengan swadaya masyarakat desa, mulai dari perencanaan, tenaga dan dana semua

dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah desa tanpa adanya campur tangan

pemerintah kabupaten. Pemerintah kabupaten hanya sebagai fasilitator dalam meberikan

sosialisasi-sosialisasi dalam mengajak masyarakat agar ikut berpartisipasi.

Adapun Pokok-Pokok Pikiran dalam Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat

yaitu :

a. Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat (GERBANG SWARA) berarti membangun daerah dengan memotivasi dan menggali dari rasa bertanggung jawab

kemanusiaan dimana setiap manusia hakekatnya mencintai daerahnya, mencintai

tempatnya bekerja dan merasa tergugah untuk membangun kearah yang lebih baik.

b. Bertitik tolak dari rasa cinta akan daerah dan tempat mengabdi sebagai motivasi

(21)

dengan Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat (GERBANG SWARA) akan menggugah dan menggali :

c. Menjalin hubungan rasa persatuan dan kebersamaan antara sesama masyarakat,

antara masyarakat dan komunitas yang menjadi satu potensi riel yang dapat

dijadikan sumber daya pembangunan.

d. Memperluas keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan yang berdomisili di

Desa/Kelurahan Serdang Bedagai maupun masyarakat yang tinggal diluar Desa

ataupun Kabupaten Serdang Bedagai.

e. Pada Umumnya masing-masing Desa/Kelurahan mempunyai simpatisan diluar desa

tanpa memandang status kedudukannya serta besar kecilnya kemampuan yang

dimiliki akan tetapi mempunyai niat dan keikhlasan untuk berpartisipasi

membangun dengan tetap berada dalam bingkai wawasan nasional dan wawasan

kebangsaan.

f. Menumbuhkan pola pikir dari bawah, dari dusun/lingkungan dan Desa/Kelurahan

sebagai basisi pembangunan daerah dan pembangunan nasional.

g. Menggali dan menggerakkan semaksimal mungkin potensi yang dimiliki

masyarakat baik potensi alam maupun potensi sumber daya manusia. Mendinamisir

lembaga-lembaga yang pernah hidup dan atau masih berkembang ditengah-tengah

masyarakat seperti Arisan, Markampung-kampung, Dalihan Natolu, Serayan, Aron

sebagai wadah kegotong royongan yang kesemuannya itu dapat dikembangkan

(22)

h. Mempercepat terwujudnya Kabupaten serdang Bedagai sebagai salah satu

Kabupaten terbaik di Indonesia dengan masyarakatnya yang Pancasilais, Religius,

Modern dan Kompetitif.

i. Mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat dengan memanfaatkan dinamika

kemajemukan dengan menggunakan potensi SDM dan SDA secara Optimal.

j. Menciptakan rasa kebersamaan dan memiliki rasa terhadap hasil-hasil pembangunan

yang telah dicapai dan bertanggung jawab dalam pemanfaatan dan pemeliharaannya

denga prinsip Dari, Oleh dan Untuk Masyarakat (DOM).

Yang menjadi Sasaran dari Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat ini adalah :

A. Melestarikan semangat dan Jiwa Gotong Royong dalam

membangun Desa/Kelurahan berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan guna

memperkuat persatuan dan kesatuan sesama masyarakat yang merupakan sendi

kekuatan dan kesatuan bangsa. B. Menumbuhkan rasa tanggung jawab dan rasa

memiliki kecintaan terhadap Desa/Kelurahan dan Kampung halaman. C. Mewujudkan

peranan lembaga-lembaga yang ada di Desa/Kelurahan (BPD, LKMD,

Lembaga Agama, Adat, Lembaga Masyarakat lainnya) dalam rangka penyusunan

rencana dan pelaksanaan pembangunan Desa di setiap Desa/Kelurahan sebagaimana

format terlampir.

Melalui Gerbang Swara ini kabupaten berharap setiap Desa/Kelurahan menjadi

tokoh utama dalam memulai pembangunan dari bawah dan mandiri dengan

menumbuhkan prakarsa serta menggerakkan kembali Swadaya Gotong Royong

Masyarakat dalam Pembangunan prasarana dan sarana yang dibutuhkan oleh

(23)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Partisipasi Masyarakat di bagi 2

menurut (Plumer dalam Suryawan, 2004:27), adalah faktor dalam masyarakat (internal)

Secara teoritis, terdapat hubungan antara ciri-ciri individu dengan tingkat partisipasi,

seperti Usia, Tingkat Pendidikan, Jenis kelamin, Pekerjaan dan Penghasilan dan

lamanya menjadi Anggota Masyarakat, keterlibatan dalam kegiatan pembangunan akan

sangat berpengaruh pada partisipasi. Faktor dari luar masyarakat (eksternal) ini dapat

dikatakan informan (stakeholder), yaitu semua pihak yang berkepentingan dan

mempunyai pengaruh terhadap program ini. Informan kunci adalah siapa yang

mempunyai pengaruh yang sangat signifikan, atau mempunyai posisi penting guna

kesuksesan program.

Dalam pembangunan di Desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten

Serdang Bedagai memiliki Visi dan Misi untuk memberikan arah pembangunan Desa

.Visi ini akan memberi arah kemana Pembangunan diselenggarakan, sedang Misi

merupakan kegiatan pokok yang harus dilaksanakan untuk tercapainya Visi yang telah

ditetapkan.

Adapun Visi Desa Melati II yaitu :

“MADINAH” Mandiri, Aman, Damai dan Indah

Nilai-nilai yang melandasinya :

1. Selama bertahun-tahun Desa Melati II menyandang gelar sebagai Desa Kategori

Desa Percontohan. Sebuah sebutan yang sangat membanggakan yang didukung

(24)

2. Sebagian besar warga Petani dan Buruh tani juga ada yang memelihara hewan

ternak maski dalam skala kecil, biasanya hanya digunakan untuk investasi

jangka pendek

Makna yang terkandung :

1. Mandiri : Suatu kondisi kehidupan yang kreatif, inivatif, produktif dan partisipatif sehingga mampu memenuhi kebutuhannya sendiri

2. Aman : Bahwa masyarakat merasa nyaman berada dilingkungannya sendiri dan tidak merasa takut karena keamanan yang bertugas

3. Damai : Masyarakat selalu damai walaupun hidup berdampingnan dengan suku dan agama yang lain. Karena nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi

kunci untuk hidup bermasyarakat.

4. Indah : Lingkungan yang indah adalah menjadi dambaan setiap orang, masyarakat menyadari akan hal tersebut. Warga Desa Melati II menjaga hal

tersebut dengan melakukan bulan bakti Gotong royong tiap bulannya.

Misi Desa

Untuk mencapai visi disusun Misi Desa Melati II Kecamatan perbaungan

Kabupaten Serdang Bedagai adalah dengan mendayagunakan Potensi SDM dan SDA

secara Optimal dengan tetap berada dalam bingkai wawasan nasional dan wawasan

kebangsaaan.

Desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai merupakan

salah satu Desa dari 24 Desa dan 4 Kelurahan di Kecamatan perbaungan dan juga salah

satu Desa yang berhasil dalam menerapkan program Gerbang swara di Desanya. Pada

(25)

Rp.932,642,015. dan pada Tahun 2013 dana swadaya masyarakat mengalami

peningkatan sebesar Rp.2.645,185,016. Hal ini sangat mengesankan dimana dana

sebesar itu dapat dikumpulkan masyarakat hanya dari swadaya masyarakat tanpa

bantuan dari pemerintah sedikit pun.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis sangat tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul: “ partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program

Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat (Gerbang Swara) di Desa Melati II

Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai“.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam

penelitian ini adalah :

a. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbang Swara

di Desa Melati II ?

b. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam

pelaksanaan program Gerbang Swara di Desa Melati II ?

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengtahui partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbang

Swara di Desa Melati II

(26)

I.4 Manfaat Penelitian

Penelitian dilakukan untuk memecahkan sebuah masalah atau fenomena social

yang ada dalam masyarakat. Dengan kata lain sebuah penelitian harus benar- benar

bermanfaat atau memiliki dampak bagi pihak-pihak yang bersangkutan dalam

penelitian. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara subyektif. Sebagai sarana untuk melatih dan menguji serta meningkat

kemampuan berpikir penulis melalui penulisan karya ilmiah

2. Secara praktis. diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan dalam

memberdayakan masyarakat, serta bermanfaat sebagai pedoman dalam

mengevaluasi program untuk dapat meningkatkan kinerja di kemudian hari.

3. Secara akademis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik

secara langsung maupun tidak bagi kepustakaan departemen Ilmu Administrasi

Negara dan referensi tambahan bagi mahasiswa di masa mendatang.

I.5 Kerangka Teori

Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi, dan proposisi untuk

menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan

hubungan antar konsep. Sebagai landasan berpikir dalam menyelesaikan atau

memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu

(27)

memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah

yang diteliti. (Singarimbun, 1995: 37).

1.5.1 Partisipasi Masyarakat

Dalam melaksanakan pembangunan penting adanya partisipasi masyarakat

dalam setiap program atau kegiatan yang diadakan oleh pemerintah. Terlebih jika

program tersebut diadakan untuk memberdayakan masyarakat, yang mana mereka

merupakan subjek yang melakukan perubahan sekaligus sebagai objek yang terkena

dampak langsung dari perubahan tersebut. Osborne dan Gaebler mengungkapkan ketika

memasuki reinventing government yaitu prinsip community owned government:

Empowering more than serving” yang menunjukan betapa pentingnya partisipasi

masyarakat dalam administrasi publik. Pengertian ini juga menunjukan bahwa warga

Negara bukan lagi diposisikan sebagai yang dikenai tindakan yang dikeluarkan

pemerintah tetapi sebagi pemilik pemerintahan(owner of government) dan mampu

bertindak secara bersama – sama mencapai sesuatuyang lebih baik. Kepentingan publik

tidak lagi dipandang sebagai agresi kepentinganpribadi melainkan sebagai hasil dialog

dan keterlibatan publik dalam mencari nilai bersama dan kepentingan bersama. (muluk,

2007:33).

Partisipasi masyarakat dalam program pemerintahan dapat meningkatkan

kemandirian yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam percepatan

pembangunan.Masyarakat dapat berpartisispasi dalam tahapan perencanaan,

implementasi dan juga evaluasi program-program pembangunan. Dijelaskan oleh

(28)

program pembangunan,tetapi makna substantive yang terkandung dalam sekuen-sekuen

partisipasi adalah voice, akses dan control.

Sedangkan menurut Soetrisno (1995:221) ada dua jenis definisi partisipasi yang

beredar dalam masyarakat. Definisi pertama adalah definisi yang diberikan oleh para

perencana pembangunan formal di Indonesia. Definisi partisipasi jenis ini mengartikan

partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagi dukungan rakyat terhadap rencana/proyek

pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh perencana. Ukuran tinggi

rendahnya partisipasi diukur dengan kemampuan rakyat ikut menanggung biaya

pembangunan, baik berupa uang maupun tenaga dalam melaksanakan proyek

pembangunan pemerintah. Definisi kedua partisipasi rakyat dalam pembangunan

merupakan kerjasama yang erat antara perencana dan rakyat dalam merencanakan,

melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah

dicapai.

Dalam rumusan FAO yang dikutip oleh Mikkelsen (2001: 64) menyatakan

bahwa partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam perubahan yang ditentukan

sendiri dalam rangka pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka dengan cara

memantapkan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melaksanakan

persiapan, pelaksanaan dan monitoring proyek, agar mereka memperoleh informasi

mengenai konteks local dan dampak-dampak sosial yang ditimbulkan karena

keberadaan proyek tersebut. Dalam Wibisana (1989:41) partisipasi masyarakat sering

diartikan sebagai keikutsertaan, keterlibatan dan kebersamaan anggota masyarakat

dalam suatu kegiatan tertentu, baik secara langsung maupun tidak langsung, sejak dari

(29)

langsung berarti anggota masyarakat tersebut ikut memberikan bantuan tenaga dalam

kegiatan yang dilaksanakan. Sedangkan partisipasi tidak langsung berupa keuangan,

pemikiran dan material yang diperlukan.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi

merupakan keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan suatu kegiatan dimulai dari

tingkat paling awal yaitu perencanaan hingga kegiatan tersebut selesai dan

pemanfaatannya dirasakan bersama sama oleh masyarakat.

1.5.2 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan

Pembangunan merupakan suatu proses pembaharuan yang kontinu dan terus

menerus dari suatu keadaan tertentu kepada suatu keadaan yang dianggap lebih baik

(Spalding dalam Tjokroamidjojo, 1985: 222). Ada empat aspek penting dalam rangka

partisipasi dalam pembangunan yaitu:

1. Terlibatnya dan ikut sertanya rakyat tersebut sesuai dengan mekanisme

proses politik dalam suatu negara turut menentukan arah, strategi dan

kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Dalam

masyarakat demokratis maka arah dan tujuan pembangunan hendaknya

mencerminkan kepentingan masyarakat.

2. Meningkatkan artikulasi (kemampuan) untuk merumuskan tujuan-tujuan

dan terutama cara-cara dalam merencanakan tujuan itu sebaiknya. Oleh

(30)

mengenai tujuan-tujuan dan cara-cara mencapai tujuan pembangunan

tersebut.

3. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang konsisten

dengan arah, strategi dan rencana yang telah ditentukan dalam proses

politik. Dalam hal ini tergantung dari sistem dan tata cara penyelenggaraan

pemerintahan yang berlaku bagi suatu negara.

4. Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipatif dalam

pembangunan yang berencana. Program-program ini pada suatu tingkat

tertentu memberikan kesempatan secara langsung kepada masyarakat untuk

berpartisipasi dalam rencana yang menyangkut kesejahteraan mereka.

Dalam partisipasi masyarakat dikenal adanya tiga tipe partisipasi masyarakat

dalam pembangunan, diantaranya yaitu:

a. Partisipasi dalam membuat keputusan (membuat beberapa pilihan dari banyak

kemungkinan dan menyusun rencana-rencana yang bisa dilaksanakan, dapat atau

layak dioperasionalkan).

b. Partisipasi dalam implementasi (kontribusi sumber daya, administrasi dan

koordinasi kegiatan yang menyangkut tenaga kerja, biaya dan informasi).

c. Dalam kegiatan yang memberikan keuntungan (material, sosial dan personel).

Dalam kegiatan evaluasi termasuk keterlibatan dalam proses yang berjalan untuk

mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan (Cohen dan Uphoff, dalam

Komarudin, 1997).

Perencanaan pembangunan formal di Indonesia mengartikan partisipasi

(31)

dirancang dan ditentukan tujuannya oleh perencana. Definisi tersebut mengasumsikan

adanya subordinasi subsistem oleh suprasistem dan bahwa subsistem adalah suatu

bagian yang pasif dari sistem pembangunan nasional. Definisi lain mengenai partisipasi

yang berlaku universal adalah kerjasama yang erat antara perencana dan rakyat dalam

merencanakan, melaksanakan, melestarikan, dan mengembangkan hasil pembangunan

yang telah dicapai.

Keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan hendaknya bukan karena

mobilisasi, melainkan sebagai bentuk partisipasi yang dilandasi oleh determinasi dan

kesadaran. Singkatnya, dalam proses pembangunan, masyarakat tidak semata-mata

diperlakukan sebagai objek, tetapi lebih sebagai subjek dan aktor atau pelaku. Lebih

lanjut, partisipasi masyarakat dalam perumusan program membuat masyarakat tidak

semata-mata berkedudukan sebagai konsumen program, tetapi juga sebagai produsen

karena telah ikut serta terlibat dalam proses pembuatan atau perumusannya. Hal itu

mengakibatkan masyarakat merasa ikut memiliki program tersebut, sehingga kemudian

juga mempunyai tanggung jawab bagi keberhasilannya. Dengan demikian keterlibatan

masyarakat dalam pelaksanaan program akan terbentuk karena kesadaran dan

determinasinya, bukan karena dimobilisasi oleh pihak eksternal.

Oleh sebab itu, partisipasi masyarakat yang dimaksudkan adalah partisipasi

dalam keseluruhan proses pembangunan mulai dari pengambilan keputusan dalam

identifikasi masalah dan kebutuhan, perencanaan program, serta dalam evaluasi dan

menikmati hasil. Dengan partisipasi masyarakat dalam berbagai tindakan bersama

(32)

meningkatkan kapasitas masyarakat untuk berpartisipasi secara lebih baik dalam

tindakan bersama dan aktivitas lokal berikutnya.

1.5.3 Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terdiri dari faktor dari

dalam masyarakat (internal), yaitu kemampuan dan kesediaan masyarakat untuk

berpartisipasi, maupun faktor dari luar masyarakat (eksternal) yaitu peran aparat dan

lembaga formal yang ada. Kemampuan masyarakat akan berkaitan dengan stratifikasi

sosial dalam masyarakat. Menurut Max Weber dan Zanden(1988), mengemukakan

pandangan multi dimensional tentang stratifikasi masyarakat yang mengidentifikasi

adanya 3 komponen di dalamnya, yaitu kelas (ekonomi), status (prestise) dan

kekuasaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Faktor internal

Untuk faktor-faktor internal adalah berasal dari dalam kelompok masyarakat

sendiri, yaitu individu-individu dan kesatuan kelompok didalamnya. Tingkah

laku individu berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis seperti

umur, jenis kelamin, pengetahuan, pekerjaan dan penghasilan (Slamet,1994:97).

Secara teoritis, terdapat hubungan antara ciri-ciri individu dengan tingkat

(33)

anggota masyarakat, besarnya pendapatan, keterlibatan dalam kegiatan

pembangunan akan sangat berpengaruh pada partisipasi (Slamet, 1994:137-143).

Menurut Plumer (dalam Suryawan, 2004:27), beberapa faktor yang

mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti proses partisipasi adalah:

1. Pengetahuan dan keahlian. Dasar pengetahuan yang dimiliki akan

mempengaruhi seluruh lingkungan dari masyarakat tersebut. Hal

ini membuat masyarakat memahami ataupun tidak terhadap

tahap-tahap dan bentuk dari partisipasi yang ada;

2. Pekerjaan masyarakat. Biasanya orang dengan tingkat pekerjaan

tertentu akan dapat lebih meluangkan ataupun bahkan tidak

meluangkan sedikitpun waktunya untuk berpartisipasi pada suatu

proyek tertentu. Seringkali alasan yang mendasar pada

masyarakat adalah adanya pertentangan antara komitmen

terhadap pekerjaan dengan keinginan untuk berpartisipasi;

3. Tingkat pendidikan dan buta huruf. Faktor ini sangat berpengaruh

bagi keinginan dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi

serta untuk memahami dan melaksanakan tingkatan dan bentuk

partisipasi yang ada.

4. Jenis kelamin. Sudah sangat diketahui bahwa sebagian

masyarakat masih menganggap faktor inilah yang dapat

mempengaruhi keinginan dan kemampuan masyarakat untuk

(34)

mempunyai persepsi dan pandangan berbeda terhadap suatu

pokok permasalahan;

5. Kepercayaan terhadap budaya tertentu. Masyarakat dengan

tingkat heterogenitas yang tinggi, terutama dari segi agama dan

budaya akan menentukan strategi partisipasi yang digunakan

serta metodologi yang digunakan. Seringkali kepercayaan yang

dianut dapat bertentangan dengan konsep-konsep yang ada.

b. Faktor-faktor Eksternal

Menurut Sunarti (dalam jurnal Tata Loka, 2003:9), faktor-faktor eksternal ini

dapat dikatakan informan (stakeholder), yaitu semua pihak yang berkepentingan

dan mempunyai pengaruh terhadap program ini. Informan kunci adalah siapa

yang mempunyai pengaruh yang sangat signifikan, atau mempunyai posisi

penting guna kesuksesan program.

1.5.4 Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat

Secara sederhana partisipasi bisa diartikan sebagai keikutsertaan seseorang,

kelompok atau masyarakat dalam proses pembangunan. Pengertian tersebut dapat

diartikan bahwa seseorang, kelompok atau masyarakat dapat memberikan

kontribusi/sumbangan yang sekiranya dapat menunjang keberhasilan dari sebuah

proyek/program pembangunan. Secara umum partisipasi masyarakat dapat dilihat dari

bentuk partisipasi masyarakat yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan

juga bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata (abstrak). Bentuk

(35)

bentuk partisipasi yang tidak nyata adalah partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial,

pengambilan keputusan dan partisipasi representatif.

Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dapat dilihat sebagai berikut (Huraerah,

2008:102):

1. Partisipasi buah pikiran, yang diberikan partisipan dalam pertemuan atau rapat.

2. Partisipasi tenaga, yang diberikan partisipan dalam berbagai kegiatan untuk

perbaikan atau pembangunan prasarana.

3. Partisipasi harta benda, yang diberikan orang dalam berbagai kegiatan untuk

perbaikan atau pembangunan, pertolongan bagi orang lain yang biasanya berupa

uang, makanan dan sebagainya.

4. Partisipasi keterampilan dan kemahiran, yang diberikan orang untuk mendorong

berbagai bentuk usaha.

5. Partisipasi sosial, yang diberikan orang sebagai tanda keguyuban.

Ndraha (1990:103-104) mengemukakan bentuk yang dapat juga disebut tahap

partisipasi, meliputi:

1. Partisipasi dalam/melalui kontraknya dengan pihak lain (contact change)

sebagai salah satu titik awal perubahan sosial.

2. Partisipasi dalam memperhatikan/menyerap dan memberi tanggapan terhadap

informasi, baik dalam arti menerima (mentaati, memenuhi, melaksanakan),

menginginkan, menerima dengan syarat, maupun dalam arti menolaknya.

3. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termasuk pengambilan keputusan

atau penetapan rencana. Termasuk keputusan politik yang menyangkut nasib

(36)

4. Partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan.

5. Partisipasi dalam menerima, memelihara dan mengembangkan hasil

pembangunan.

6. Partisipasi dalam menilai pembangunan, yaitu keterlibatan masyarakat dalam

menilai sejauh mana pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana dan

sejauhmana hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Menurut Ericson dalam Slamet Y (1994:89) bentuk partisipasi yang diberikan

masyarakat dalam tahap pembangunan ada beberapa bentuk yang terbagi dalam 3

tahap, yaitu:

1. Partisipasi di dalam tahap perencanaan (idea planing stage). Partisipasi pada

tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap penyusunan rencana

dan strategi dalam penyusunan kepanitian dan anggaran pada suatu

kegiatan/proyek. Masyarakat berpartisipasi dengan memberikan usulan, saran

dan kritik melalui pertemuan-pertemuan yang diadakan;

2. Partisipasi di dalam tahap pelaksanaan (implementation stage). Partisipasi pada

tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap pelaksanaan

pekerjaan suatu proyek. Masyarakat disini dapat memberikan tenaga, uang

ataupun material/barang serta ide-ide sebagai salah satu wujud partisipasinya

pada pekerjaan tersebut;

3. Partisipasi di dalam pemanfaatan (utilitazion stage). Partisipasi pada tahap ini

maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap pemanfaatan suatu proyek

(37)

berupa tenaga dan uang untuk mengoperasikan dan memelihara proyek yang

telah dibangun.

I.5.5. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Menurut Sherry Arnstein pada makalahnya yang termuat di Journal of the

American Institute of Planners dengan judul “A Ladder of Citizen Participation”,

bahwa terdapat delapan tangga tingkat partisipasi berdasarkan kadar kekuatan

masyarakat dalam memberikan pengaruh perencanaan, seperti berikut:

1. Manipulasi (Manipulation)

Pada tingkat ini partisipasi masyarakat berada di tingkat yang sangat rendah.

Bukan hanya tidak berdaya, akan tetap i pemegang kekuasaan memanipulasi partisipasi

masyarakat melalui sebuah program untuk mendapatkan persetujuan dari masyarakat.

Masyarakat sering ditempatkan sebagai komite atau badan penasehat dengan maksud

sebagai pembelajaran atau untuk merekayasa dukungan mereka. Partisipasi masyarakat

dijadikan kendaraan public relation oleh pemegang kekuasaan. Masyarakat diundang

untuk terlibat dalam komite atau badan penasehat dan sub-sub komitenya. Pemegang

kekuasaan memanipulasi fungsi komite dengan pengumpulan informasi, hubungan

masyarakat dan dukungan. Dengan melibatkan masyarakat di dalam komite, pemegang

kekuasaan mengklaim bahwa program sangat dibutuhkan dan perlu didukung. Pada

kenyataannya, hal ini merupakan alasan utama kegagalan dari program-program

(38)

2. Terapi (Therapy)

Untuk tingkatan ini, kata ‘terapi’ digunakan untuk merawat penyakit.

Ketidakberdayaan adalah penyakit mental. Terapi dilakukan untuk menyembuhkan

‘penyakit’ masyarakat. Pada kenyataannya, penyakit masyarakat terjadi sejak distribusi

kekuasaan antara ras atau status ekonomi (kaya dan miskin) tidak pernah seimbang.

3. Pemberian Informasi (Informing)

Tingkat partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan transisi antara tidak

ada partisipasi dengan tokenism. Kita dapat melihat dua karakteristik yang bercampur

yaitu:

a. Pemberian informasi mengenai hak-hak, tanggung jawab, dan pilihan-pilihan

masyarakat adalah langkah pertama menuju partisipasi masyarakat;

b. Pemberian informasi ini terjadi hanya merupakan informasi satu arah (tentunya

dari aparat pemerintah kepada masyarakat). Akan tetapi tidak ada umpan balik

(feedback) dari masyarakat. Alat yang sering digunakan dalam komunikasi satu

arah adalah media massa, pamflet, poster, dan respon untuk bertanya.

4. Konsultasi (Consultation)

Konsultasi dan mengundang pendapat-pendapat masyarakat merupakan langkah

selanjutnya setelah pemberian informasi. Langkah ini dapat menjadi langkah yang sah

menuju tingkat partisipasi penuh. Namun, komunikasi dua arah ini sifatnya tetap buatan

(artificial) karena tidak ada jaminan perhatian-perhatian masyarakat dan ide-ide akan

dijadikan bahan pertimbangan. Metode yang biasanya digunakan pada konsultasi

masyarakat adalah survei mengenai perilaku, pertemuan antar tetangga, dan dengar

(39)

umumnya hanya menerima gambaran statistik, dan partisipasi merupakan suatu

penekanan pada berapa jumlah orang yang datang pada pertemuan, membawa pulang

brosur-brosur, atau menjawab sebuah kuesioner.

5. Penentraman (Placation)

Strategi penentraman menempatkan sangat sedikit masyarakat pada badan-badan

urusan masyarakat atau pada badan-badan pemerintah. Pada umumnya mayoritas masih

dipegang oleh elit kekuasaan. Dengan demikian, masyarakat dapat dengan mudah

dikalahkan dalam pemilihan atau ditipu. Dengan kata lain, mereka membiarkan

masyarakat untuk memberikan saran-saran atau rencana tambahan, tetapi pemegang

kekuasaan tetap berhak untuk menentukan legitimasi atau fisibilitas dari saran-saran

tersebut.

6. Kemitraan (Partnership)

Pada tingkat kemitraan, partisipasi masyarakat memiliki kekuatan untuk

bernegosiasi dengan pemegang kekuasaan. Kekuatan tawar menawar pada tingkat ini

adalah alat dari elit kekuasaan dan mereka yang tidak memiliki kekuasaan. Kedua

pemeran tersebut sepakat untuk membagi tanggung jawab perencanaan dan

pengambilan keputusan melalui badan kerjasama, komite-komite perencanaan, dan

mekanisme untuk memecahkan kebuntuan masalah.

7. Pendelegasian Kekuasaan (Delegated Power)

Pada tingkat ini, masyarakat memegang kekuasaan yang signifikan untuk

(40)

pemegang kekuasaan perlu untuk memulai proses tawar menawar dibandingkan dengan

memberikan respon yang menekan.

8. Pengawasan Masyarakat (Citizen Control)

Pada tingkat tertinggi ini, partisipasi masyarakat berada di tingkat yang

maksimum. Pengawasan masyarakat di setiap sektor meningkat. Masyarakat meminta

dengan mudah tingkat kekuasaan (pengawasan) yang menjamin partisipan dan

penduduk dapat menjalankan sebuah program atau suatu lembaga akan berkuasa penuh

baik dalam aspek kebijakan dan dimungkinkan untuk menegosiasikan kondisi pada saat

di mana pihak luar bisa menggantikan mereka.

Pada tingkat 1 dan 2 disimpulkan sebagai tingkat yang bukan partisipasi atau

non participation. Tingkat 3, 4, dan 5 disebut tingkat penghargaan/tokenisme atau

Degree of Tokenism. Dan tingkat 6, 7, dan 8 disebut tingkatan kekuatan masyarakat atau

Degree of Citezen Power.

VII Pendelegasian Kekuasaan dan

(41)

II Terapi

Bukan Partisipasi

I Manipulasi

Tabel 1.1 : Model Delapan Anak Tangga Partisipasi Masyarakat (Model Arsntein)

1.5.6. Pentingnya Partisipasi Masyarakat

Dalam sistem pemerintahan yang demokratis, konsep partisipasi masyarakat

merupakan salah satu konsep yang penting karena berkaitan langsung dengan hakikat

demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang berfokus pada rakyat sebagai pemegang

kedaulatan. Partisipasi masyarakat sangat erat kaitannya dengan kekuatan atau hak

masyarakat, terutama dalam pengambilan keputusan dalam tahap identifikasi masalah,

mencari pemecahan masalah sampai dengan pelaksanaan berbagai kegiatan (Panudju,

1999).

Menurut Conyers (1991), ada tiga alasan utama mengapa partisipasi masyarakat

mempunyai sifat sangat penting. Pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat

guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat

setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan

gagal. Kedua, masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan

jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan

lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki

terhadap proyek tersebut. Ketiga, timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak

demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri.

(42)

konsep man-centred development (suatu pembangunan yang dipusatkan pada

kepentingan manusia), yaitu jenis pembangunan yang lebih diarahkan demi perbaikan

nasib manusia dan tidak sekedar sebagai alat pembangunan itu sendiri.

Peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang

menyangkut diri dan masyarakatnya merupakan unsur yang sungguh penting dalam

pemberdayaan masyarakat. Dengan dasar pandang demikian, maka pemberdayaan

masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan, dan pengamalan

demokrasi (Kartasasmita, 1996).

Menurut Siahaan (2004), partisipasi masyarakat memiliki keuntungan sosial,

politik, planning dan keuntungan lainnya, yaitu:

a) Dari pandangan sosial, keuntungan utamanya adalah untuk mengaktifkan

populasi perkotaan yang cenderung individualistik, tidak punya komitmen dan

dalam kasus yang ekstrim teralienasi. Di dalam proses partisipasi ini, secara

simultan mempromosikan semangat komunitas dan rasa kerjasama dan

keterlibatan.

b) Dari segi politik, partisipasi lebih mempromosikan participatory dibanding

demokrasi perwakilan (representative democracy) sebagai hak demokrasi dari

setiap orang dan dengan demikian publik secara umum, untuk berpartisipasi

dalam proses pengambilan keputusan. Partisipasi publik juga akan membantu

dewan (counsellors) dan para pembuat keputusan lainnya untuk mendapatkan

gambaran lebih jelas mengenai permintaan-permintaan dan aspirasi konstituen

mereka atau semua pihak yang akan terpengaruh, dan sensitivitas pembuatan

(43)

c) Dari segi planning, partisipasi menyediakan sebuah forum untuk saling tukar

gagasan dan prioritas, penilaian akan public interest dalam dinamikanya serta

diterimanya proposal-proposal perencanaan.

d) Keuntungan lain dan public participation adalah kemungkinan tercapainya

hubungan yang lebih dekat antara warga dengan otoritas kota dan menggantikan

perilaku they/we menjadi perilaku us.

Menurut Abe (2005), suatu perencanaan yang berbasis prakarsa masyarakat

adalah perencanaan yang sepenuhnya mencerminkan kebutuhan konkrit masyarakat dan

dalam proses penyusunannya benar-benar melibatkan masyarakat. Melibatkan

masyarakat secara langsung dalam proses perencanaan akan membawa dampak penting

yaitu: (1) terhindar dari peluang terjadinya manipulasi, dan memperjelas apa yang

sebetulnya dikehendaki masyarakat; (2) memberi nilai tambah pada legitimasi rumusan

perencanaan. Semakin banyak jumlah mereka yang terlibat akan semakin baik; (3)

meningkatkan kesadaran dan ketrampilan politik masyarakat.

Dalam Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (SPPN) dijelaskan juga bahwasanya dalam sistem perencanaan

pembangunan nasional dan daerah mengamanatkan adanya partisipasi dan keterlibatan

masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan. Dengan demikian, undang-

undang tersebut telah menjamin bahwa dalam setiap langkah perencanaan

pembangunan baik di tingkat pusat maupun daerah partisipasi masyarakat wajib untuk

didengar dan dipertimbangkan oleh pemerintah.

(44)

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan

kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan

berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan

kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang lebih besar

dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan

dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.

Menurut Adisasmita (2004:38) pemberdayaan masyarakat adalah upaya

pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya masyarakat pedesaaan secara efektif dan

efisian, baik dari aspek masukan atau input (SDM, dana, peralatan/sarana, dan

teknologi) dari aspek proses (pelaksanaan, monitoring, dan pengawasan), dari aspek

keluaran atau output (pencapaian sasaran, efektivitas dan efisiensi). Sedangkan Menurut

Suharto pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, okhususnya kelompok

rentan dan lemah sehingga mereka mempunyai kekuatan atau kemampuan dalam: (a)

memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat

meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-baran dan jasa-jasa yang mereka

perlukan; dan (b) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan

yang mempengaruhi mereka.

Pemberdayaan mayarakat dilakukan melalui kegiatan- kegiatan sebagai berikut :

a. Perencanaan local dan regional yang bersifat buttom-up b. Manajemen local

c. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan

(45)

Di dalam melakukan pemberdayaan, keterlibatan pihak yang diberdayakan

sangatlah penting sehingga tujuan dari pemberdayaan dapat tercapai secara maksimal.

Program yang mengikutsertakan masyarakat memiliki beberapa tujuan, yaitu agar

bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan mengenali kemampuan

serta kebutuhan mereka, serta meningkatkan keberdayaan (empowering) pihak yang

diberdayakan dengan pengalaman merancang, melaksanakan, dan

memepertanggungjawabkan upaya peningkatan diri ekonomi.

Salah satu bentuk dari aktualisasi pemberdayaan masyarakat tercermin dalam

bentuk partisipasi masyarakat dalam keseluruhan proses pembangunan, mulai dari

proses pengambilan keputusan, pelaksanaan dan menikmati hasil. Dengan

pemberdayaan diharapkan akan dapat meningkatkan akses kelompok miskin dalam

proses pengambilan keputusan, akses terhadap fasilitas dan pelayanan, akses terhadap

bantuan hukum, meningkatkan posisi tawar, serta mengurangi peluang terjadinya

eksploitasi oleh kelompok lain.

Menurut Kartasasmita (1996:192-193) upaya memberdayakan masyarakat dapat

dilihat dari tiga sisi yaitu:

pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi

masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa

setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya,

tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya. Pemberdayaan adalah upaya untuk

membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasikan, dan membangkitkan

(46)

Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat ( empowering).

Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang penting dilakukan adalah peningkatan

taraf pendidikan, dan derajat kesehatan serta akses ke dalam sumber- sumber kemajuan

teknologi, informasi, pasar, modal dan lapangan pekerjaan.

Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses

pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena

kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Melindungi harus dilihat sebagai

upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi

yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat

menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity). Dengan

demikian tujuan akhir dari pemberdayaan masyarakat adalah memandirikan masyarakat,

memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan

yang lebih baik secara berkesinambungan.

Tujuan utama pemberdayaan itu sendiri adalah memperkuat kekuasaan

masyarakat miskin dan kelompok lemah lainnya. Salah satu bentuk dari aktualisasi

pemberdayaan masyarakat tercermin dalam bentuk partisipasi masyarakat dalam

keseluruhan proses pembangunan, mulai dari proses pengambilan keputusan,

pelaksanaan dan menikmati hasil. Dengan pemberdayaan diharapkan akan dapat

meningkatkan akses kelompok miskin dalam proses pengambilan keputusan, akses

terhadap fasilitas dan pelayanan, akses terhadap bantuan hukum, meningkatkan posisi

(47)

1.5.8. Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat (Gerbang Swara)

Menurut Instruksi Bupati Serdang Bedagai No 04 tahun 2005 tentang

GERBANG SWARA, Gerbang Swara adalah suatu gerakan pembangunan untuk

mewujudkan tercapainnya semangat membangun yang tinggi dengan menumbuhkan

prakarsa serta menggerakkan Swadaya Gotong Royong masyarakat dalam

pembangunan prasaran dan sarana yang dibutuhkan oleh masyarakat.

I.5.8.1. Pokok-Pokok Pikiran

a) Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat (GERBANG SWARA) berarti

membangun daerah dengan memotivasi dan menggali dari rasa bertanggung

jawab kemanusiaan dimana setiap manusia hakekatnya mencintai daerahnya,

mencintai tempatnya bekerja dan merasa tergugah untuk membangun kearah

yang lebih baik.

b) Bertitik tolak dari rasa cinta akan daerah dan tempat mengabdi sebagai motivasi

membangun daerah akan melahirkan pola praktis bahwa dengan membangun

daerah dengan Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat (GERBANG SWARA) akan menggugah dan menggali :

c) Menjalin hubungan rasa persatuan dan kebersamaan antara sesama masyarakat,

antara masyarakat dan komunitas yang menjadi satu potensi riel yang dapat

dijadikan sumber daya pembangunan.

d) Memperluas keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan yang berdomisili di

Desa/Kelurahan Serdang Bedagai maupun masyarakat yang tinggal diluar Desa

(48)

e) Pada Umumnya masing-masing Desa/Kelurahan mempunyai simpatisan diluar

desa tanpa memandang status kedudukannya serta besar kecilnya kemampuan

yang dimiliki akan tetapi mempunyai niat dan keikhlasan untuk berpartisipasi

membangun dengan tetap berada dalam bingkai wawasan nasional dan wawasan

kebangsaan.

f) Menumbuhkan pola pikir dari bawah, dari dusun/lingkungan dan

Desa/Kelurahan sebagai basisi pembangunan daerah dan pembangunan nasional.

g) Menggali dan menggerakkan semaksimal mungkin potensi yang dimiliki

masyarakat baik potensi alam maupun potensi sumber daya manusia.

Mendinamisir lembaga-lembaga yang pernah hidup dan atau masih berkembang

ditengah-tengah masyarakat seperti Arisan, Markampung-kampung, Dalihan

Natolu, Serayan, Aron sebagai wadah kegotong royongan yang kesemuannya itu

dapat dikembangkan untuk digerakkan/diarahkan untuk membangun daerah

Serdang Bedagai ini.

h) Mempercepat terwujudnya Kabupaten serdang Bedagai sebagai salah satu

Kabupaten terbaik di Indonesia dengan masyarakatnya yang Pancasilais,

Religius, Modern dan Kompetitif.

i) Mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat dengan memanfaatkan dinamika

kemajemukan dengan menggunakan potensi SDM dan SDA secara Optimal.

j) Menciptakan rasa kebersamaan dan memiliki rasa terhadap hasil-hasil

pembangunan yang telah dicapai dan bertanggung jawab dalam pemanfaatan

dan pemeliharaannya denga prinsip Dari, Oleh dan Untuk Masyarakat (DOM).

(49)

a. Melakukan pemulihan (Recovery) secara bersungguh-sungguh bagi segenap

permasalahan pembangunan yang terjadi.

b. Melakukan percepatan pembangunan disegala bidang, dengan tetap

memperhatikan konsistensi terhadap lingkungan hidup dan sustainabilitas

(berkelanjutan) pembangunan itu sendiri.

I.5.8.3. TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan :

GERBANG SWARA adalah suatu gerakan pembangunan untuk mewujudkan

tercapainnya semangat membangun yang tinggi dengan menumbuhkan prakarsa serta

menggerakkan Swadaya Gotong Royong masyarakat dalam pembangunan prasaran dan

sarana yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Sasaran :

a. Melestarikan semangat dan Jiwa Gotong Royong dalam

membangun Desa/Kelurahan berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan guna

memperkuat persatuan dan kesatuan sesama masyarakat yang merupakan sendi

kekuatan dan kesatuan bangsa.

b. Menumbuhkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki kecintaan terhadap

Desa/Kelurahan dan Kampung halaman.

c. Mewujudkan peranan lembaga-lembaga yang ada di Desa/Kelurahan (BPD,

(50)

penyusunan rencana dan pelaksanaan pembangunan Desa di setiap

Desa/Kelurahan sebagaimana format terlampir.

I.6 Definisi Konsep

Menurut Singarimbun (1995: 33), konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan

untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang

menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep, peneliti diharapkan akan dapat

menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa

kejadian yang berkaitan satu dengan lainnya. Konsep sangat penting dalam penelitian

karena dia menghubungkan dunia teori dan dunia observasi, antara abstraksi dan

realitas.

Adapun definisi konsep yang dikemukakan penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Gerbang swara adalah suatu gerakan pembangunan untuk mewujudkan

tercapainnya semangat membangun yang tinggi dengan menumbuhkan

prakarsa serta menggerakkan Swadaya Gotong Royong masyarakat

dalam pembangunan prasaran dan sarana yang dibutuhkan oleh

masyarakat.

2. Partisipasi Masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat secara aktif

dengan memberikan kontribusi dalam pembangunan berupa pikiran,

tenaga dan harta benda serta mempunyai tanggungjawab guna mencapai

tujuan dalam program gerakan pembangunan swadaya masyarakat desa

Gambar

Tabel 1.1 : Model Delapan Anak Tangga Partisipasi Masyarakat (Model Arsntein)
Tabel III.1
Tabel III.2
tabel sebagai berikut :
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ketika dikonfirmasi dengan data dari hasil observasi, wawancara dengan guru, dan pimpinan , ada beberapa hal yang perlu dibenahi pada diri staf dalam kaitannya dengan keterampilan

[r]

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat dan HidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul Spiritualitas dalam

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Boyolali pembelajarannya telah mengacu pada kurikulum 2013, madrasah juga sudah menerapkan strategi

Dengan demikian, nilai ibadah tidak hanua diukur dari kuantitai uang telah dilakukan, tetapi kualitainua. Di antara kualitai ibadah uang paling utama, uaitu keikhlaian untuk

Tingkat pendidikan serta pengetahuan juga mempunyai peran yang penting pula karena dengan adanya pengetahuan penderita memahami instruksi yang diberikan petugas

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan pengamatan secara berurutan dan

Adakah terdapat perhubungan secara langsung atau tidak langsung faktor lain iaitu perancangan dan pengalaman lampau terhadap sikap, norma subjektif dan tanggapan