PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN PEMBANGUNAN SWADAYA MASYARAKAT (GERBANG SWARA) DI DESA MELATI II KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN
SERDANG BEDAGAI
Skripsi
Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
OLEH ENDANG JAKA MALIK
110903085
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh :
Nama : Endang Jaka Malik
NIM : 110903085
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Judul :PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN PEMBANGUNAN SWADAYA MASYARAKAT (GERBANG SWARA) DI DESA MELATI II KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
Medan, 03 Agustus 2015
Dosen Pembimbing Ketua Departemen
Ilmu Administrasi Negara
Drs. Kariono M.Si Drs. Rasudyn Ginting M.Si
NIP : 196106191987011002 NIP : 195908141986011002
Dekan,
FISIP USU MEDAN
Prof. Dr. Badaruddin, M.Si
PARTISIPASI MAS YARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN PEMBANGUNAN SWADAYA MASYARAKAT (GERBANG SWARA) DI DESA MELATI II KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN
SERDANG BEDAGAI
Nama : Endang Jaka Malik
NIM : 110903085
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Negara Pembimbing : Drs. Kariono M,Si
ABSTRAK
Sesuai dengan visi pembangunan di Indonesia untuk mewujudkan pemerataan pembangunan yang berkeadilan, diperlukan adanya pembangunan yang partisipatif yang dapat mengurangi angka kemiskinan di Indonesia. Gerbang Swara adalah suatu gerakan pembangunan untuk mewujudkan tercapainnya semangat membangun yang tinggi dengan menumbuhkan prakarsa serta menggerakkan Swadaya Gotong Royong masyarakat dalam pembangunan prasaran dan sarana yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan melibatkan masyarakat secara luas melalui swadaya masyarakat dengan demikian kebutuhan masyarakat akan terpenuhi.
Dengan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat (Gerbang Swara) di Desa Melati II
Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai”. Adapun perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: “bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbang Swara di Desa Melati II?” dan “faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbang Swara di Deas Melati II?” Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Untuk mengtahui partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbang Swara di Desa Melati II dan Untuk mengetahui Faktor-Faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbang Swara di Desa Melati II.
Saran yang dapat dikemukakan berkaitan dengan temuan yang diperoleh selama penelitian adalah Pemerintah desa dan Lembaga-lembaga desa yang mengurusi program gerbang swara di Desa Melati II ini harus memberikan sedikit bantuan kepada masyarakat desa yang ingin melakukan pembangunan di dusunnya, berupa fasilitas/ bahan bangunan untuk keperluan pembangunan dusun dan pemerintah desa harus lebih sering memberikan sosialisasi mengenai Gerbang swara ini agar masyarakat lebih meningkatkan partisipasinya dalam pembangunan di desa melati II.
KATA PENGANTAR
ﻢﻴﺣ ﺍﻟﺮﻦﺣﻤﺑﺴﻢ ﷲ ﺍﻟﺮ
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang mana telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat (Gerbang Swara) di Desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai ”.
Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan di Departemen Ilmu
Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera
Utara, dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara. Semoga kasih dan
anugrah dari Allah SWT selalu mengalir dan menyertai penulis dalam menyempurnakan
karya ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, hal ini terjadi karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis
dalam penulisan karya ilmiah. Skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan dari
berbagai pihak, baik dalam bentuk ide, gagasan, moral, maupun materi. Skripsi ini
penulis persembahkan untuk kedua orang tua penulis Bapak Radianto SP. MMA dan Ibu Hernawati yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang.
1. Bapak Prof. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Rasudyn Ginting M,Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi
Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Dra.Elita Dewi, selaku sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara
4. Bapak Drs. Kariono M,Si, selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar dan
selalu menyediakan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam
proses penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Arifin Nasution S.sos M.SP, selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu memberikan masukan dan motivasi kepada penulis selama masa
perkuliahan .
6. Dosen Penguji Bapak Drs. Hatta Ridho S.sos M.SP yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan kritik dan saran yang membangun dalam
penyelesaian skripsi ini.
7. Dosen-Dosen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing penulis dari awal hingga
detik ini.
8. Kak Dian dan Kak Mega yang telah banyak membantu penulis dalam urusan
administrasi di kampus.
9. Terkhusus dan teristimewa, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
luar biasa, mendidik, memotivasi dan memberikan banyak nasehat sampai detik
ini. Tak lupa juga kepada Kakak penulis, Endang Retno Ningsih S.Pdi dan Endang Ayu Paramitha Amd. dan juga untuk kedua adik penulis, Endang Rafi Ahmad dan Endang Bima MZ yang selalu mendukung penulis dengan caranya sendiri selama ini . Terima kasih buat keluargaku untuk segala
dukungan moril dan moral serta doa-doanya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
10. Bapak Supardi, selaku Kepala Desa Melati II Kecamatan Perbaungan, kepada
bang Suherman selaku Kaur Pembangunan dan Bapak Sudarno, selaku
Sekretaris Desa Melati II yang telah banyak meluangkan waktu untuk membantu
dan membimbing penulis dalam pelaksanaan penelitian.
11. Terkhusus untuk yang tersayang Elsa Yulisari Harahap yang telah menemani
penulis hingga saat ini, yang berperan dalam hidup penulis, selalu membagi suka
dan duka, banyak memberikan masukan, semangat dan yang selalu sabar
menghadapi tingkah dan kekurangan penulis dan selalu ada dihari-hari penulis.
Terima kasih atas waktunya ya sayang. Semangat buat kuliahnya ya.
12. Sahabat terbaik penulis Liliani yang masih tetap menemani penulis, sahabat
yang apa adanya, sederhana dan dengan tulus menemani penulis hingga saat ini.
Dan juga sahabat saya Finta Kuhini (Slebor), Nurholijah Siregar (Bencong),
Abdul Haris dan Rissa Nurfiani Harahap (Risol) yang telah memberikan banyak
kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih untuk kalian yang
selalu setia bersama penulis mencurahkan banyak cerita, memberikan motivasi,
sudah menjadi sahabat terbaik penulis. Semoga tetap menjadi sahabat terbaik
penulis.
13. Sahabat penulis Muhammad Fajar Fadli yang telah memberikan dorongan dan
arahan yang membangun kepada penulis. Terima kasih sudah menjadi sahabat
pertama yang penulis kenal pada masa perkuliahan sampai saat ini
14. Teman-teman satu kelompok magang GENK KELEDAI di Desa Padang Genting Kec.Talawi, Finta Kuhini, Rissa Nufiani Harahap, Nurholijah Siregar,
Wandi Siagian, Muhammad Fajar Fadli, Abdul Haris, Abdi Permana, Bayu
Azhari, Rudi Salim, Mardiana Hutagaluh dan Devi Lestari. Terima kasih untuk
pengalaman tak terlupakan yang telah kita bagi bersama.
15. Teman- teman AN 011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih
sudah membagi banyak cerita selama masa perkuliahan kita. Semoga kita tetapi
menjadi satu keluarga dan tali silaturahmi kita tidak terputus. Selamat berjuang
untuk masa depan kawan.
16. Dan adik-adik AN 013 dan 014 Matondang, Ridho, Cindy, Mina, Ulfa, Iqbal,
risky rahmawati dan Tania yang telah memberikan semangat kepada penulis,
buat adik-adikku semangat kuliahnya.
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kepada pembaca agar member kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat,
Terima Kasih…
Medan, 03 Agustus 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ………..……… i
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang ………...………1
I.2 Rumusan Masalah ……….………..….. 9
I.3 Tujuan Penelitian ………....……….………..…………... 9
I.4 Manfaat Penelitian ……….…………..…….…… 10
I.5 Kerangka Teori ……….……….... 10
I.5.1 Partisipasi masyarakat ...……….…. 11
I.5.2 Partisipasi Masyarakat Dalam Pembanguna ... 13
I.5.3 Faktor yang mempengaruhi partisipasi ……...….…………..16
I.5.4 Bentuk-Bentuk Partisipasi masyarakat ………... 18
I.5.5 Tingkat partisipasi Masyarakat ………. 21
I.5.6 Pentingnya Partisipasi masyarakat ………..25
I.5.7 Pemberdayaan Masyarakat ……….. 27
I.5.8 Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat ... 31
I.5.8.1 Pokok-Pokok Pikiran ……….31
I.5.8.2 Arahan Pembangunan Serdang Bedagai ………... 32
I.5.8.3 Tujuan dan Sarana ………. 33
I.6 Defenisi Konsep ………...… 34
BAB II METODOLOGI PENELITIAN
II.I Metodologi Penelitian ……….. 36
II.2 Lokasi Penelitian ………. 37
II.3 Informan Penelitian ………. 37
II.4 Teknik pengambilan Data ……….………...………... 38
II.5 Teknik Analisis Data ………... 39
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN III.1 Kondisi Umum Desa Melati II ……….………. 43
III.2 Struktur Organisasi Desa Melati II ……… 48
BAB IV PENYAJIAN DATA IV.1 Karakteristik Informan ……….……. 57
IV.2 Hasil Temuan Data Primer di Lapangan ……….………….. 60
IV.3 Hasil Temuan Data Skunder ……….. 72
BAB V ANALISIS DATA V.1 Pemahaman Informan Terhadap Program Gerbang Swara …………..….. 84
V.2 Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan ………....85
V.3 Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Gerbang Swara ………….… 87
V.4 Partisipasi Dalam Pemanfaatan dan Pemeliharaan Hasil Pembangunan … 89 V.5 Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi ………. 90
VI.1 Kesimpulan ……… 93
VI.2 Saran ……….. 95
TABEL
Tabel III.1 Kepala Desa Melati II ………..… 43
Tabel III.2 Klarifikasi Penduduk Desa Melati II Berdasarkan Kondisi Etnis ………... 44
Tabel III.3 Klarifikasi Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ……… 44
Tabel III.4 Klarifikasi Berdasarka Pekerjaan di Desa Melati II ……… 45
Tabel III.5 Klarifikasi Penduduk Desa Melati II Berdasarkan Jenjang Pendidikan ….. 46
Tabel III.6 Klarifikasi Sarana Ibadah di Desa Melati II ……… 47
Tabel IV.1 Identifikasi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ..…………...…………. 57
Tabel IV.2 Identifikasi Informan Berdasarkan Usia ……….. 58
Tabel IV.3 Identifikasi Informan Berdasarkan Pekerjaan ………. 59
Tabel IV.4 Identifikasi Informan Berdasarkan Pendidikan ………... 59
Tabel IV.5 Daftar Hadir Musyawarah di Desa Melati II ………... 73
Tabel IV.6 Pembukuan Partisipasi Masyarakat Gerbang Swara Desa Melati II Kec. Perbaungan Kab. Serdang Bedagai Tahun 2012 ………... 75
DAFTAR GAMBAR
PARTISIPASI MAS YARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN PEMBANGUNAN SWADAYA MASYARAKAT (GERBANG SWARA) DI DESA MELATI II KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN
SERDANG BEDAGAI
Nama : Endang Jaka Malik
NIM : 110903085
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Negara Pembimbing : Drs. Kariono M,Si
ABSTRAK
Sesuai dengan visi pembangunan di Indonesia untuk mewujudkan pemerataan pembangunan yang berkeadilan, diperlukan adanya pembangunan yang partisipatif yang dapat mengurangi angka kemiskinan di Indonesia. Gerbang Swara adalah suatu gerakan pembangunan untuk mewujudkan tercapainnya semangat membangun yang tinggi dengan menumbuhkan prakarsa serta menggerakkan Swadaya Gotong Royong masyarakat dalam pembangunan prasaran dan sarana yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan melibatkan masyarakat secara luas melalui swadaya masyarakat dengan demikian kebutuhan masyarakat akan terpenuhi.
Dengan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat (Gerbang Swara) di Desa Melati II
Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai”. Adapun perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: “bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbang Swara di Desa Melati II?” dan “faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbang Swara di Deas Melati II?” Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Untuk mengtahui partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbang Swara di Desa Melati II dan Untuk mengetahui Faktor-Faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbang Swara di Desa Melati II.
Saran yang dapat dikemukakan berkaitan dengan temuan yang diperoleh selama penelitian adalah Pemerintah desa dan Lembaga-lembaga desa yang mengurusi program gerbang swara di Desa Melati II ini harus memberikan sedikit bantuan kepada masyarakat desa yang ingin melakukan pembangunan di dusunnya, berupa fasilitas/ bahan bangunan untuk keperluan pembangunan dusun dan pemerintah desa harus lebih sering memberikan sosialisasi mengenai Gerbang swara ini agar masyarakat lebih meningkatkan partisipasinya dalam pembangunan di desa melati II.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pembangunan adalah sebagai sebuah proses multidimensional yang mencakup
berbagai perubahan mendasar atas struktur social, sikap-sikap masyarakat dan institusi-
institusi nasional,disamping, tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi,
penanganan ketimpangan pendapat, serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 2000 : 20).
Pembangunan juga diartikan sebagai suatu proses perubahan social dengan partisipasi
yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk mencapai kemajuan social
dan material (termasuk bertambah besarnya keadilan, kebebasan dan kualitas lainnya
yang dihargai) untuk mayoritas rakyat melalui control yang lebih besar yang mereka
peroleh terhadap lingkungan mereka. (Rogers, 1983 :25). Pada hakekatnya
pembangunan harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian
sistem social secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan
keinginan individual maupun kelompok-kelompok social yang lebih serba baik, secara
material maupun spiritual (Todaro, 2000 :20).
Untuk mencapai keberhasilan pembangunan tersebut maka banyak aspek atau
hal-hal yang harus diperhatikan, yang diantaranya adalah keterlibatan masyarakat di
dalam pembangunan. Asumsi para pakar yang berpedapat bahwa semakin tinggi
kepedulian atau partisipasi masyarakat pada proses-proses perencanaan akan memberika
output yang lebih optimal. Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam
Dengan demikian dapat disimpilkan bahwa partisipasi masyarakat merupakan indikator
utama dan menentukan keberhasilan pembangunan. Hal ini menunjukan partisipasi
masyarakat dan perencanaan berencana merupakan dua terminology yang tidak dapat
dipisahkan. Padahal atau teori tersebut secara rasional dapat diterima, karena secara
ideal tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahtraan masyarakat, oleh
karena itu sangatlah pantas masyarakat terlibat di dalamnya.
Korten dalam Supriatna (2000 :65) mengatakan bahwa pembangunan yang
berorientasi pada pembangunan manusia, dalam pelaksanaanya sangat mensyaratkan
keterlibatan langsung pada masyarakat pnerima program pembangunan ( partisipasi
masyarakat ). Karena hana dengan partisipasi masyarakat penerima program, maka hasil
pembangunan ini akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri.
Dengan adanya kesesuaian ini maka hasil pembangunan akan memberikan manfaat
yang optimal bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat. Oleh karenanya salah satu
indicator keberhasilan pembangunan adalah adanya partisipasi masyarakat penerima
program. Begitu juga menurut Conyers (1991 : 154), yamh mengatakan terdapat tiga
alas an utama mengapa partisipasi masyarakat menjadi sanagat penting dalam
pembangunan, yaitu : pertama, partisiasi merupakan suatu alat guna memperoleh
informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa
kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal. Alas an kedua,
yaitu bahwa masyarakat akan lebih mempercayaain proyek atau programpembangunan
jika merasa dilibatkan dalam proes persiapan dan perencaannya, karena mereka akan
merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan
masyarakat sendiri.
Dengan demikian partisipasi merupakan suatu bagian penting dari pemberdayaan
dan penumbuhan kesadaran. Semakin banyak orang yang menjadi peserta aktif dan
semakin lengkap partisipasinya maka semakin ideal proses yang akan diwujudkan.
Maka dalam setiap program yang bertujuan menciptakan kehidupan yang layak bagi
masyarakat harus melibatkan masyarakat itu sendiri dalam setiap tahapan dan proses
dalam kegiatan tersebut. Karena peran masyarakat sangat penting dimana masyarakatlah
yang tahu apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan mereka sehingga suatu
pembangunan berhasil dilaksanakan .
Serdang Bedagai merupakan Kabupaten pemekaran dari Deli Serdang yang
didasarkan pada Undang-undang Nomor 36 tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003 dan
diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada 7 Januari 2004 (yang kemudian ditetapkan
sebagai hari jadi Serdang Bedagai). Dengan potensi luas wilayah 1.900 km2 dengan
panjang garis pantai 95 Km, terdiri dari 17 kecamatan dan 237desa dan 6 kelurahan
yang dihuni sekitar 594.383 jiwa (data BPS tahun 2011). Visi yang diusung oleh
Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai adalah menjadikan Serdang Bedagai sebagai
salah satu Kabupaten terbaik di Indonesia dengan masyarakatnya yang Pancasilais,
modern, religius dan kompetitif.
Untuk mewujudkan visi tersebut, Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai
menyadari bahwa mereka tidak dapat bekerja sendiri, tetapi harus melibatkan partisipasi
Kabupaten Serdang Bedagai mencanangkan strategi pembangunan yang melibatkan
partisipasi masyarakat yang diberi nama “Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat”
atau yang lebih dikenal dengan “Gerbang Swara”.dan dikeluarkanlah Peraturan
Instruksi Bupati No 04 tahun 2005 Tentang Gerakan Pembangunan Swadaya
Masyarakat(GERBANG SWARA). Sebagai wadah untuk mewujudkan visi dan misi
serdang bedagai. Gerbang Swara adalah suatu gerakan pembangunan untuk
mewujudkan tercapainnya semangat membangun yang tinggi dengan menumbuhkan
prakarsa serta menggerakkan Swadaya Gotong Royong masyarakat dalam
pembangunan prasaran dan sarana yang dibutuhkan oleh masyarakat. Gerbang swara
merupakan suatu program pembangunan desa yang bertujuan untuk pembangun desa
dengan swadaya masyarakat desa, mulai dari perencanaan, tenaga dan dana semua
dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah desa tanpa adanya campur tangan
pemerintah kabupaten. Pemerintah kabupaten hanya sebagai fasilitator dalam meberikan
sosialisasi-sosialisasi dalam mengajak masyarakat agar ikut berpartisipasi.
Adapun Pokok-Pokok Pikiran dalam Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat
yaitu :
a. Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat (GERBANG SWARA) berarti membangun daerah dengan memotivasi dan menggali dari rasa bertanggung jawab
kemanusiaan dimana setiap manusia hakekatnya mencintai daerahnya, mencintai
tempatnya bekerja dan merasa tergugah untuk membangun kearah yang lebih baik.
b. Bertitik tolak dari rasa cinta akan daerah dan tempat mengabdi sebagai motivasi
dengan Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat (GERBANG SWARA) akan menggugah dan menggali :
c. Menjalin hubungan rasa persatuan dan kebersamaan antara sesama masyarakat,
antara masyarakat dan komunitas yang menjadi satu potensi riel yang dapat
dijadikan sumber daya pembangunan.
d. Memperluas keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan yang berdomisili di
Desa/Kelurahan Serdang Bedagai maupun masyarakat yang tinggal diluar Desa
ataupun Kabupaten Serdang Bedagai.
e. Pada Umumnya masing-masing Desa/Kelurahan mempunyai simpatisan diluar desa
tanpa memandang status kedudukannya serta besar kecilnya kemampuan yang
dimiliki akan tetapi mempunyai niat dan keikhlasan untuk berpartisipasi
membangun dengan tetap berada dalam bingkai wawasan nasional dan wawasan
kebangsaan.
f. Menumbuhkan pola pikir dari bawah, dari dusun/lingkungan dan Desa/Kelurahan
sebagai basisi pembangunan daerah dan pembangunan nasional.
g. Menggali dan menggerakkan semaksimal mungkin potensi yang dimiliki
masyarakat baik potensi alam maupun potensi sumber daya manusia. Mendinamisir
lembaga-lembaga yang pernah hidup dan atau masih berkembang ditengah-tengah
masyarakat seperti Arisan, Markampung-kampung, Dalihan Natolu, Serayan, Aron
sebagai wadah kegotong royongan yang kesemuannya itu dapat dikembangkan
h. Mempercepat terwujudnya Kabupaten serdang Bedagai sebagai salah satu
Kabupaten terbaik di Indonesia dengan masyarakatnya yang Pancasilais, Religius,
Modern dan Kompetitif.
i. Mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat dengan memanfaatkan dinamika
kemajemukan dengan menggunakan potensi SDM dan SDA secara Optimal.
j. Menciptakan rasa kebersamaan dan memiliki rasa terhadap hasil-hasil pembangunan
yang telah dicapai dan bertanggung jawab dalam pemanfaatan dan pemeliharaannya
denga prinsip Dari, Oleh dan Untuk Masyarakat (DOM).
Yang menjadi Sasaran dari Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat ini adalah :
A. Melestarikan semangat dan Jiwa Gotong Royong dalam
membangun Desa/Kelurahan berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan guna
memperkuat persatuan dan kesatuan sesama masyarakat yang merupakan sendi
kekuatan dan kesatuan bangsa. B. Menumbuhkan rasa tanggung jawab dan rasa
memiliki kecintaan terhadap Desa/Kelurahan dan Kampung halaman. C. Mewujudkan
peranan lembaga-lembaga yang ada di Desa/Kelurahan (BPD, LKMD,
Lembaga Agama, Adat, Lembaga Masyarakat lainnya) dalam rangka penyusunan
rencana dan pelaksanaan pembangunan Desa di setiap Desa/Kelurahan sebagaimana
format terlampir.
Melalui Gerbang Swara ini kabupaten berharap setiap Desa/Kelurahan menjadi
tokoh utama dalam memulai pembangunan dari bawah dan mandiri dengan
menumbuhkan prakarsa serta menggerakkan kembali Swadaya Gotong Royong
Masyarakat dalam Pembangunan prasarana dan sarana yang dibutuhkan oleh
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Partisipasi Masyarakat di bagi 2
menurut (Plumer dalam Suryawan, 2004:27), adalah faktor dalam masyarakat (internal)
Secara teoritis, terdapat hubungan antara ciri-ciri individu dengan tingkat partisipasi,
seperti Usia, Tingkat Pendidikan, Jenis kelamin, Pekerjaan dan Penghasilan dan
lamanya menjadi Anggota Masyarakat, keterlibatan dalam kegiatan pembangunan akan
sangat berpengaruh pada partisipasi. Faktor dari luar masyarakat (eksternal) ini dapat
dikatakan informan (stakeholder), yaitu semua pihak yang berkepentingan dan
mempunyai pengaruh terhadap program ini. Informan kunci adalah siapa yang
mempunyai pengaruh yang sangat signifikan, atau mempunyai posisi penting guna
kesuksesan program.
Dalam pembangunan di Desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten
Serdang Bedagai memiliki Visi dan Misi untuk memberikan arah pembangunan Desa
.Visi ini akan memberi arah kemana Pembangunan diselenggarakan, sedang Misi
merupakan kegiatan pokok yang harus dilaksanakan untuk tercapainya Visi yang telah
ditetapkan.
Adapun Visi Desa Melati II yaitu :
“MADINAH” Mandiri, Aman, Damai dan Indah
Nilai-nilai yang melandasinya :
1. Selama bertahun-tahun Desa Melati II menyandang gelar sebagai Desa Kategori
Desa Percontohan. Sebuah sebutan yang sangat membanggakan yang didukung
2. Sebagian besar warga Petani dan Buruh tani juga ada yang memelihara hewan
ternak maski dalam skala kecil, biasanya hanya digunakan untuk investasi
jangka pendek
Makna yang terkandung :
1. Mandiri : Suatu kondisi kehidupan yang kreatif, inivatif, produktif dan partisipatif sehingga mampu memenuhi kebutuhannya sendiri
2. Aman : Bahwa masyarakat merasa nyaman berada dilingkungannya sendiri dan tidak merasa takut karena keamanan yang bertugas
3. Damai : Masyarakat selalu damai walaupun hidup berdampingnan dengan suku dan agama yang lain. Karena nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi
kunci untuk hidup bermasyarakat.
4. Indah : Lingkungan yang indah adalah menjadi dambaan setiap orang, masyarakat menyadari akan hal tersebut. Warga Desa Melati II menjaga hal
tersebut dengan melakukan bulan bakti Gotong royong tiap bulannya.
Misi Desa
Untuk mencapai visi disusun Misi Desa Melati II Kecamatan perbaungan
Kabupaten Serdang Bedagai adalah dengan mendayagunakan Potensi SDM dan SDA
secara Optimal dengan tetap berada dalam bingkai wawasan nasional dan wawasan
kebangsaaan.
Desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai merupakan
salah satu Desa dari 24 Desa dan 4 Kelurahan di Kecamatan perbaungan dan juga salah
satu Desa yang berhasil dalam menerapkan program Gerbang swara di Desanya. Pada
Rp.932,642,015. dan pada Tahun 2013 dana swadaya masyarakat mengalami
peningkatan sebesar Rp.2.645,185,016. Hal ini sangat mengesankan dimana dana
sebesar itu dapat dikumpulkan masyarakat hanya dari swadaya masyarakat tanpa
bantuan dari pemerintah sedikit pun.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis sangat tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul: “ partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program
Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat (Gerbang Swara) di Desa Melati II
Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai“.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam
penelitian ini adalah :
a. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbang Swara
di Desa Melati II ?
b. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan program Gerbang Swara di Desa Melati II ?
I.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk mengtahui partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerbang
Swara di Desa Melati II
I.4 Manfaat Penelitian
Penelitian dilakukan untuk memecahkan sebuah masalah atau fenomena social
yang ada dalam masyarakat. Dengan kata lain sebuah penelitian harus benar- benar
bermanfaat atau memiliki dampak bagi pihak-pihak yang bersangkutan dalam
penelitian. Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Secara subyektif. Sebagai sarana untuk melatih dan menguji serta meningkat
kemampuan berpikir penulis melalui penulisan karya ilmiah
2. Secara praktis. diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan dalam
memberdayakan masyarakat, serta bermanfaat sebagai pedoman dalam
mengevaluasi program untuk dapat meningkatkan kinerja di kemudian hari.
3. Secara akademis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik
secara langsung maupun tidak bagi kepustakaan departemen Ilmu Administrasi
Negara dan referensi tambahan bagi mahasiswa di masa mendatang.
I.5 Kerangka Teori
Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi, dan proposisi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antar konsep. Sebagai landasan berpikir dalam menyelesaikan atau
memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu
memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah
yang diteliti. (Singarimbun, 1995: 37).
1.5.1 Partisipasi Masyarakat
Dalam melaksanakan pembangunan penting adanya partisipasi masyarakat
dalam setiap program atau kegiatan yang diadakan oleh pemerintah. Terlebih jika
program tersebut diadakan untuk memberdayakan masyarakat, yang mana mereka
merupakan subjek yang melakukan perubahan sekaligus sebagai objek yang terkena
dampak langsung dari perubahan tersebut. Osborne dan Gaebler mengungkapkan ketika
memasuki reinventing government yaitu prinsip “ community owned government:
Empowering more than serving” yang menunjukan betapa pentingnya partisipasi
masyarakat dalam administrasi publik. Pengertian ini juga menunjukan bahwa warga
Negara bukan lagi diposisikan sebagai yang dikenai tindakan yang dikeluarkan
pemerintah tetapi sebagi pemilik pemerintahan(owner of government) dan mampu
bertindak secara bersama – sama mencapai sesuatuyang lebih baik. Kepentingan publik
tidak lagi dipandang sebagai agresi kepentinganpribadi melainkan sebagai hasil dialog
dan keterlibatan publik dalam mencari nilai bersama dan kepentingan bersama. (muluk,
2007:33).
Partisipasi masyarakat dalam program pemerintahan dapat meningkatkan
kemandirian yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam percepatan
pembangunan.Masyarakat dapat berpartisispasi dalam tahapan perencanaan,
implementasi dan juga evaluasi program-program pembangunan. Dijelaskan oleh
program pembangunan,tetapi makna substantive yang terkandung dalam sekuen-sekuen
partisipasi adalah voice, akses dan control.
Sedangkan menurut Soetrisno (1995:221) ada dua jenis definisi partisipasi yang
beredar dalam masyarakat. Definisi pertama adalah definisi yang diberikan oleh para
perencana pembangunan formal di Indonesia. Definisi partisipasi jenis ini mengartikan
partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagi dukungan rakyat terhadap rencana/proyek
pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh perencana. Ukuran tinggi
rendahnya partisipasi diukur dengan kemampuan rakyat ikut menanggung biaya
pembangunan, baik berupa uang maupun tenaga dalam melaksanakan proyek
pembangunan pemerintah. Definisi kedua partisipasi rakyat dalam pembangunan
merupakan kerjasama yang erat antara perencana dan rakyat dalam merencanakan,
melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah
dicapai.
Dalam rumusan FAO yang dikutip oleh Mikkelsen (2001: 64) menyatakan
bahwa partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam perubahan yang ditentukan
sendiri dalam rangka pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka dengan cara
memantapkan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melaksanakan
persiapan, pelaksanaan dan monitoring proyek, agar mereka memperoleh informasi
mengenai konteks local dan dampak-dampak sosial yang ditimbulkan karena
keberadaan proyek tersebut. Dalam Wibisana (1989:41) partisipasi masyarakat sering
diartikan sebagai keikutsertaan, keterlibatan dan kebersamaan anggota masyarakat
dalam suatu kegiatan tertentu, baik secara langsung maupun tidak langsung, sejak dari
langsung berarti anggota masyarakat tersebut ikut memberikan bantuan tenaga dalam
kegiatan yang dilaksanakan. Sedangkan partisipasi tidak langsung berupa keuangan,
pemikiran dan material yang diperlukan.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi
merupakan keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan suatu kegiatan dimulai dari
tingkat paling awal yaitu perencanaan hingga kegiatan tersebut selesai dan
pemanfaatannya dirasakan bersama sama oleh masyarakat.
1.5.2 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
Pembangunan merupakan suatu proses pembaharuan yang kontinu dan terus
menerus dari suatu keadaan tertentu kepada suatu keadaan yang dianggap lebih baik
(Spalding dalam Tjokroamidjojo, 1985: 222). Ada empat aspek penting dalam rangka
partisipasi dalam pembangunan yaitu:
1. Terlibatnya dan ikut sertanya rakyat tersebut sesuai dengan mekanisme
proses politik dalam suatu negara turut menentukan arah, strategi dan
kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Dalam
masyarakat demokratis maka arah dan tujuan pembangunan hendaknya
mencerminkan kepentingan masyarakat.
2. Meningkatkan artikulasi (kemampuan) untuk merumuskan tujuan-tujuan
dan terutama cara-cara dalam merencanakan tujuan itu sebaiknya. Oleh
mengenai tujuan-tujuan dan cara-cara mencapai tujuan pembangunan
tersebut.
3. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang konsisten
dengan arah, strategi dan rencana yang telah ditentukan dalam proses
politik. Dalam hal ini tergantung dari sistem dan tata cara penyelenggaraan
pemerintahan yang berlaku bagi suatu negara.
4. Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipatif dalam
pembangunan yang berencana. Program-program ini pada suatu tingkat
tertentu memberikan kesempatan secara langsung kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam rencana yang menyangkut kesejahteraan mereka.
Dalam partisipasi masyarakat dikenal adanya tiga tipe partisipasi masyarakat
dalam pembangunan, diantaranya yaitu:
a. Partisipasi dalam membuat keputusan (membuat beberapa pilihan dari banyak
kemungkinan dan menyusun rencana-rencana yang bisa dilaksanakan, dapat atau
layak dioperasionalkan).
b. Partisipasi dalam implementasi (kontribusi sumber daya, administrasi dan
koordinasi kegiatan yang menyangkut tenaga kerja, biaya dan informasi).
c. Dalam kegiatan yang memberikan keuntungan (material, sosial dan personel).
Dalam kegiatan evaluasi termasuk keterlibatan dalam proses yang berjalan untuk
mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan (Cohen dan Uphoff, dalam
Komarudin, 1997).
Perencanaan pembangunan formal di Indonesia mengartikan partisipasi
dirancang dan ditentukan tujuannya oleh perencana. Definisi tersebut mengasumsikan
adanya subordinasi subsistem oleh suprasistem dan bahwa subsistem adalah suatu
bagian yang pasif dari sistem pembangunan nasional. Definisi lain mengenai partisipasi
yang berlaku universal adalah kerjasama yang erat antara perencana dan rakyat dalam
merencanakan, melaksanakan, melestarikan, dan mengembangkan hasil pembangunan
yang telah dicapai.
Keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan hendaknya bukan karena
mobilisasi, melainkan sebagai bentuk partisipasi yang dilandasi oleh determinasi dan
kesadaran. Singkatnya, dalam proses pembangunan, masyarakat tidak semata-mata
diperlakukan sebagai objek, tetapi lebih sebagai subjek dan aktor atau pelaku. Lebih
lanjut, partisipasi masyarakat dalam perumusan program membuat masyarakat tidak
semata-mata berkedudukan sebagai konsumen program, tetapi juga sebagai produsen
karena telah ikut serta terlibat dalam proses pembuatan atau perumusannya. Hal itu
mengakibatkan masyarakat merasa ikut memiliki program tersebut, sehingga kemudian
juga mempunyai tanggung jawab bagi keberhasilannya. Dengan demikian keterlibatan
masyarakat dalam pelaksanaan program akan terbentuk karena kesadaran dan
determinasinya, bukan karena dimobilisasi oleh pihak eksternal.
Oleh sebab itu, partisipasi masyarakat yang dimaksudkan adalah partisipasi
dalam keseluruhan proses pembangunan mulai dari pengambilan keputusan dalam
identifikasi masalah dan kebutuhan, perencanaan program, serta dalam evaluasi dan
menikmati hasil. Dengan partisipasi masyarakat dalam berbagai tindakan bersama
meningkatkan kapasitas masyarakat untuk berpartisipasi secara lebih baik dalam
tindakan bersama dan aktivitas lokal berikutnya.
1.5.3 Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terdiri dari faktor dari
dalam masyarakat (internal), yaitu kemampuan dan kesediaan masyarakat untuk
berpartisipasi, maupun faktor dari luar masyarakat (eksternal) yaitu peran aparat dan
lembaga formal yang ada. Kemampuan masyarakat akan berkaitan dengan stratifikasi
sosial dalam masyarakat. Menurut Max Weber dan Zanden(1988), mengemukakan
pandangan multi dimensional tentang stratifikasi masyarakat yang mengidentifikasi
adanya 3 komponen di dalamnya, yaitu kelas (ekonomi), status (prestise) dan
kekuasaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Faktor internal
Untuk faktor-faktor internal adalah berasal dari dalam kelompok masyarakat
sendiri, yaitu individu-individu dan kesatuan kelompok didalamnya. Tingkah
laku individu berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis seperti
umur, jenis kelamin, pengetahuan, pekerjaan dan penghasilan (Slamet,1994:97).
Secara teoritis, terdapat hubungan antara ciri-ciri individu dengan tingkat
anggota masyarakat, besarnya pendapatan, keterlibatan dalam kegiatan
pembangunan akan sangat berpengaruh pada partisipasi (Slamet, 1994:137-143).
Menurut Plumer (dalam Suryawan, 2004:27), beberapa faktor yang
mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti proses partisipasi adalah:
1. Pengetahuan dan keahlian. Dasar pengetahuan yang dimiliki akan
mempengaruhi seluruh lingkungan dari masyarakat tersebut. Hal
ini membuat masyarakat memahami ataupun tidak terhadap
tahap-tahap dan bentuk dari partisipasi yang ada;
2. Pekerjaan masyarakat. Biasanya orang dengan tingkat pekerjaan
tertentu akan dapat lebih meluangkan ataupun bahkan tidak
meluangkan sedikitpun waktunya untuk berpartisipasi pada suatu
proyek tertentu. Seringkali alasan yang mendasar pada
masyarakat adalah adanya pertentangan antara komitmen
terhadap pekerjaan dengan keinginan untuk berpartisipasi;
3. Tingkat pendidikan dan buta huruf. Faktor ini sangat berpengaruh
bagi keinginan dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi
serta untuk memahami dan melaksanakan tingkatan dan bentuk
partisipasi yang ada.
4. Jenis kelamin. Sudah sangat diketahui bahwa sebagian
masyarakat masih menganggap faktor inilah yang dapat
mempengaruhi keinginan dan kemampuan masyarakat untuk
mempunyai persepsi dan pandangan berbeda terhadap suatu
pokok permasalahan;
5. Kepercayaan terhadap budaya tertentu. Masyarakat dengan
tingkat heterogenitas yang tinggi, terutama dari segi agama dan
budaya akan menentukan strategi partisipasi yang digunakan
serta metodologi yang digunakan. Seringkali kepercayaan yang
dianut dapat bertentangan dengan konsep-konsep yang ada.
b. Faktor-faktor Eksternal
Menurut Sunarti (dalam jurnal Tata Loka, 2003:9), faktor-faktor eksternal ini
dapat dikatakan informan (stakeholder), yaitu semua pihak yang berkepentingan
dan mempunyai pengaruh terhadap program ini. Informan kunci adalah siapa
yang mempunyai pengaruh yang sangat signifikan, atau mempunyai posisi
penting guna kesuksesan program.
1.5.4 Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat
Secara sederhana partisipasi bisa diartikan sebagai keikutsertaan seseorang,
kelompok atau masyarakat dalam proses pembangunan. Pengertian tersebut dapat
diartikan bahwa seseorang, kelompok atau masyarakat dapat memberikan
kontribusi/sumbangan yang sekiranya dapat menunjang keberhasilan dari sebuah
proyek/program pembangunan. Secara umum partisipasi masyarakat dapat dilihat dari
bentuk partisipasi masyarakat yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan
juga bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata (abstrak). Bentuk
bentuk partisipasi yang tidak nyata adalah partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial,
pengambilan keputusan dan partisipasi representatif.
Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dapat dilihat sebagai berikut (Huraerah,
2008:102):
1. Partisipasi buah pikiran, yang diberikan partisipan dalam pertemuan atau rapat.
2. Partisipasi tenaga, yang diberikan partisipan dalam berbagai kegiatan untuk
perbaikan atau pembangunan prasarana.
3. Partisipasi harta benda, yang diberikan orang dalam berbagai kegiatan untuk
perbaikan atau pembangunan, pertolongan bagi orang lain yang biasanya berupa
uang, makanan dan sebagainya.
4. Partisipasi keterampilan dan kemahiran, yang diberikan orang untuk mendorong
berbagai bentuk usaha.
5. Partisipasi sosial, yang diberikan orang sebagai tanda keguyuban.
Ndraha (1990:103-104) mengemukakan bentuk yang dapat juga disebut tahap
partisipasi, meliputi:
1. Partisipasi dalam/melalui kontraknya dengan pihak lain (contact change)
sebagai salah satu titik awal perubahan sosial.
2. Partisipasi dalam memperhatikan/menyerap dan memberi tanggapan terhadap
informasi, baik dalam arti menerima (mentaati, memenuhi, melaksanakan),
menginginkan, menerima dengan syarat, maupun dalam arti menolaknya.
3. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termasuk pengambilan keputusan
atau penetapan rencana. Termasuk keputusan politik yang menyangkut nasib
4. Partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan.
5. Partisipasi dalam menerima, memelihara dan mengembangkan hasil
pembangunan.
6. Partisipasi dalam menilai pembangunan, yaitu keterlibatan masyarakat dalam
menilai sejauh mana pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana dan
sejauhmana hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Menurut Ericson dalam Slamet Y (1994:89) bentuk partisipasi yang diberikan
masyarakat dalam tahap pembangunan ada beberapa bentuk yang terbagi dalam 3
tahap, yaitu:
1. Partisipasi di dalam tahap perencanaan (idea planing stage). Partisipasi pada
tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap penyusunan rencana
dan strategi dalam penyusunan kepanitian dan anggaran pada suatu
kegiatan/proyek. Masyarakat berpartisipasi dengan memberikan usulan, saran
dan kritik melalui pertemuan-pertemuan yang diadakan;
2. Partisipasi di dalam tahap pelaksanaan (implementation stage). Partisipasi pada
tahap ini maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap pelaksanaan
pekerjaan suatu proyek. Masyarakat disini dapat memberikan tenaga, uang
ataupun material/barang serta ide-ide sebagai salah satu wujud partisipasinya
pada pekerjaan tersebut;
3. Partisipasi di dalam pemanfaatan (utilitazion stage). Partisipasi pada tahap ini
maksudnya adalah pelibatan seseorang pada tahap pemanfaatan suatu proyek
berupa tenaga dan uang untuk mengoperasikan dan memelihara proyek yang
telah dibangun.
I.5.5. Tingkat Partisipasi Masyarakat
Menurut Sherry Arnstein pada makalahnya yang termuat di Journal of the
American Institute of Planners dengan judul “A Ladder of Citizen Participation”,
bahwa terdapat delapan tangga tingkat partisipasi berdasarkan kadar kekuatan
masyarakat dalam memberikan pengaruh perencanaan, seperti berikut:
1. Manipulasi (Manipulation)
Pada tingkat ini partisipasi masyarakat berada di tingkat yang sangat rendah.
Bukan hanya tidak berdaya, akan tetap i pemegang kekuasaan memanipulasi partisipasi
masyarakat melalui sebuah program untuk mendapatkan persetujuan dari masyarakat.
Masyarakat sering ditempatkan sebagai komite atau badan penasehat dengan maksud
sebagai pembelajaran atau untuk merekayasa dukungan mereka. Partisipasi masyarakat
dijadikan kendaraan public relation oleh pemegang kekuasaan. Masyarakat diundang
untuk terlibat dalam komite atau badan penasehat dan sub-sub komitenya. Pemegang
kekuasaan memanipulasi fungsi komite dengan pengumpulan informasi, hubungan
masyarakat dan dukungan. Dengan melibatkan masyarakat di dalam komite, pemegang
kekuasaan mengklaim bahwa program sangat dibutuhkan dan perlu didukung. Pada
kenyataannya, hal ini merupakan alasan utama kegagalan dari program-program
2. Terapi (Therapy)
Untuk tingkatan ini, kata ‘terapi’ digunakan untuk merawat penyakit.
Ketidakberdayaan adalah penyakit mental. Terapi dilakukan untuk menyembuhkan
‘penyakit’ masyarakat. Pada kenyataannya, penyakit masyarakat terjadi sejak distribusi
kekuasaan antara ras atau status ekonomi (kaya dan miskin) tidak pernah seimbang.
3. Pemberian Informasi (Informing)
Tingkat partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan transisi antara tidak
ada partisipasi dengan tokenism. Kita dapat melihat dua karakteristik yang bercampur
yaitu:
a. Pemberian informasi mengenai hak-hak, tanggung jawab, dan pilihan-pilihan
masyarakat adalah langkah pertama menuju partisipasi masyarakat;
b. Pemberian informasi ini terjadi hanya merupakan informasi satu arah (tentunya
dari aparat pemerintah kepada masyarakat). Akan tetapi tidak ada umpan balik
(feedback) dari masyarakat. Alat yang sering digunakan dalam komunikasi satu
arah adalah media massa, pamflet, poster, dan respon untuk bertanya.
4. Konsultasi (Consultation)
Konsultasi dan mengundang pendapat-pendapat masyarakat merupakan langkah
selanjutnya setelah pemberian informasi. Langkah ini dapat menjadi langkah yang sah
menuju tingkat partisipasi penuh. Namun, komunikasi dua arah ini sifatnya tetap buatan
(artificial) karena tidak ada jaminan perhatian-perhatian masyarakat dan ide-ide akan
dijadikan bahan pertimbangan. Metode yang biasanya digunakan pada konsultasi
masyarakat adalah survei mengenai perilaku, pertemuan antar tetangga, dan dengar
umumnya hanya menerima gambaran statistik, dan partisipasi merupakan suatu
penekanan pada berapa jumlah orang yang datang pada pertemuan, membawa pulang
brosur-brosur, atau menjawab sebuah kuesioner.
5. Penentraman (Placation)
Strategi penentraman menempatkan sangat sedikit masyarakat pada badan-badan
urusan masyarakat atau pada badan-badan pemerintah. Pada umumnya mayoritas masih
dipegang oleh elit kekuasaan. Dengan demikian, masyarakat dapat dengan mudah
dikalahkan dalam pemilihan atau ditipu. Dengan kata lain, mereka membiarkan
masyarakat untuk memberikan saran-saran atau rencana tambahan, tetapi pemegang
kekuasaan tetap berhak untuk menentukan legitimasi atau fisibilitas dari saran-saran
tersebut.
6. Kemitraan (Partnership)
Pada tingkat kemitraan, partisipasi masyarakat memiliki kekuatan untuk
bernegosiasi dengan pemegang kekuasaan. Kekuatan tawar menawar pada tingkat ini
adalah alat dari elit kekuasaan dan mereka yang tidak memiliki kekuasaan. Kedua
pemeran tersebut sepakat untuk membagi tanggung jawab perencanaan dan
pengambilan keputusan melalui badan kerjasama, komite-komite perencanaan, dan
mekanisme untuk memecahkan kebuntuan masalah.
7. Pendelegasian Kekuasaan (Delegated Power)
Pada tingkat ini, masyarakat memegang kekuasaan yang signifikan untuk
pemegang kekuasaan perlu untuk memulai proses tawar menawar dibandingkan dengan
memberikan respon yang menekan.
8. Pengawasan Masyarakat (Citizen Control)
Pada tingkat tertinggi ini, partisipasi masyarakat berada di tingkat yang
maksimum. Pengawasan masyarakat di setiap sektor meningkat. Masyarakat meminta
dengan mudah tingkat kekuasaan (pengawasan) yang menjamin partisipan dan
penduduk dapat menjalankan sebuah program atau suatu lembaga akan berkuasa penuh
baik dalam aspek kebijakan dan dimungkinkan untuk menegosiasikan kondisi pada saat
di mana pihak luar bisa menggantikan mereka.
Pada tingkat 1 dan 2 disimpulkan sebagai tingkat yang bukan partisipasi atau
non participation. Tingkat 3, 4, dan 5 disebut tingkat penghargaan/tokenisme atau
Degree of Tokenism. Dan tingkat 6, 7, dan 8 disebut tingkatan kekuatan masyarakat atau
Degree of Citezen Power.
VII Pendelegasian Kekuasaan dan
II Terapi
Bukan Partisipasi
I Manipulasi
Tabel 1.1 : Model Delapan Anak Tangga Partisipasi Masyarakat (Model Arsntein)
1.5.6. Pentingnya Partisipasi Masyarakat
Dalam sistem pemerintahan yang demokratis, konsep partisipasi masyarakat
merupakan salah satu konsep yang penting karena berkaitan langsung dengan hakikat
demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang berfokus pada rakyat sebagai pemegang
kedaulatan. Partisipasi masyarakat sangat erat kaitannya dengan kekuatan atau hak
masyarakat, terutama dalam pengambilan keputusan dalam tahap identifikasi masalah,
mencari pemecahan masalah sampai dengan pelaksanaan berbagai kegiatan (Panudju,
1999).
Menurut Conyers (1991), ada tiga alasan utama mengapa partisipasi masyarakat
mempunyai sifat sangat penting. Pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat
guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat
setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan
gagal. Kedua, masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan
jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan
lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki
terhadap proyek tersebut. Ketiga, timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak
demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri.
konsep man-centred development (suatu pembangunan yang dipusatkan pada
kepentingan manusia), yaitu jenis pembangunan yang lebih diarahkan demi perbaikan
nasib manusia dan tidak sekedar sebagai alat pembangunan itu sendiri.
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang
menyangkut diri dan masyarakatnya merupakan unsur yang sungguh penting dalam
pemberdayaan masyarakat. Dengan dasar pandang demikian, maka pemberdayaan
masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan, dan pengamalan
demokrasi (Kartasasmita, 1996).
Menurut Siahaan (2004), partisipasi masyarakat memiliki keuntungan sosial,
politik, planning dan keuntungan lainnya, yaitu:
a) Dari pandangan sosial, keuntungan utamanya adalah untuk mengaktifkan
populasi perkotaan yang cenderung individualistik, tidak punya komitmen dan
dalam kasus yang ekstrim teralienasi. Di dalam proses partisipasi ini, secara
simultan mempromosikan semangat komunitas dan rasa kerjasama dan
keterlibatan.
b) Dari segi politik, partisipasi lebih mempromosikan participatory dibanding
demokrasi perwakilan (representative democracy) sebagai hak demokrasi dari
setiap orang dan dengan demikian publik secara umum, untuk berpartisipasi
dalam proses pengambilan keputusan. Partisipasi publik juga akan membantu
dewan (counsellors) dan para pembuat keputusan lainnya untuk mendapatkan
gambaran lebih jelas mengenai permintaan-permintaan dan aspirasi konstituen
mereka atau semua pihak yang akan terpengaruh, dan sensitivitas pembuatan
c) Dari segi planning, partisipasi menyediakan sebuah forum untuk saling tukar
gagasan dan prioritas, penilaian akan public interest dalam dinamikanya serta
diterimanya proposal-proposal perencanaan.
d) Keuntungan lain dan public participation adalah kemungkinan tercapainya
hubungan yang lebih dekat antara warga dengan otoritas kota dan menggantikan
perilaku they/we menjadi perilaku us.
Menurut Abe (2005), suatu perencanaan yang berbasis prakarsa masyarakat
adalah perencanaan yang sepenuhnya mencerminkan kebutuhan konkrit masyarakat dan
dalam proses penyusunannya benar-benar melibatkan masyarakat. Melibatkan
masyarakat secara langsung dalam proses perencanaan akan membawa dampak penting
yaitu: (1) terhindar dari peluang terjadinya manipulasi, dan memperjelas apa yang
sebetulnya dikehendaki masyarakat; (2) memberi nilai tambah pada legitimasi rumusan
perencanaan. Semakin banyak jumlah mereka yang terlibat akan semakin baik; (3)
meningkatkan kesadaran dan ketrampilan politik masyarakat.
Dalam Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) dijelaskan juga bahwasanya dalam sistem perencanaan
pembangunan nasional dan daerah mengamanatkan adanya partisipasi dan keterlibatan
masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan. Dengan demikian, undang-
undang tersebut telah menjamin bahwa dalam setiap langkah perencanaan
pembangunan baik di tingkat pusat maupun daerah partisipasi masyarakat wajib untuk
didengar dan dipertimbangkan oleh pemerintah.
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan
kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan
berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan
kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang lebih besar
dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan
dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.
Menurut Adisasmita (2004:38) pemberdayaan masyarakat adalah upaya
pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya masyarakat pedesaaan secara efektif dan
efisian, baik dari aspek masukan atau input (SDM, dana, peralatan/sarana, dan
teknologi) dari aspek proses (pelaksanaan, monitoring, dan pengawasan), dari aspek
keluaran atau output (pencapaian sasaran, efektivitas dan efisiensi). Sedangkan Menurut
Suharto pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, okhususnya kelompok
rentan dan lemah sehingga mereka mempunyai kekuatan atau kemampuan dalam: (a)
memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat
meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-baran dan jasa-jasa yang mereka
perlukan; dan (b) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan
yang mempengaruhi mereka.
Pemberdayaan mayarakat dilakukan melalui kegiatan- kegiatan sebagai berikut :
a. Perencanaan local dan regional yang bersifat buttom-up b. Manajemen local
c. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan
Di dalam melakukan pemberdayaan, keterlibatan pihak yang diberdayakan
sangatlah penting sehingga tujuan dari pemberdayaan dapat tercapai secara maksimal.
Program yang mengikutsertakan masyarakat memiliki beberapa tujuan, yaitu agar
bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan mengenali kemampuan
serta kebutuhan mereka, serta meningkatkan keberdayaan (empowering) pihak yang
diberdayakan dengan pengalaman merancang, melaksanakan, dan
memepertanggungjawabkan upaya peningkatan diri ekonomi.
Salah satu bentuk dari aktualisasi pemberdayaan masyarakat tercermin dalam
bentuk partisipasi masyarakat dalam keseluruhan proses pembangunan, mulai dari
proses pengambilan keputusan, pelaksanaan dan menikmati hasil. Dengan
pemberdayaan diharapkan akan dapat meningkatkan akses kelompok miskin dalam
proses pengambilan keputusan, akses terhadap fasilitas dan pelayanan, akses terhadap
bantuan hukum, meningkatkan posisi tawar, serta mengurangi peluang terjadinya
eksploitasi oleh kelompok lain.
Menurut Kartasasmita (1996:192-193) upaya memberdayakan masyarakat dapat
dilihat dari tiga sisi yaitu:
pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa
setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya,
tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya. Pemberdayaan adalah upaya untuk
membangun daya itu, dengan mendorong, memotivasikan, dan membangkitkan
Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat ( empowering).
Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang penting dilakukan adalah peningkatan
taraf pendidikan, dan derajat kesehatan serta akses ke dalam sumber- sumber kemajuan
teknologi, informasi, pasar, modal dan lapangan pekerjaan.
Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses
pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena
kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Melindungi harus dilihat sebagai
upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi
yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat
menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity). Dengan
demikian tujuan akhir dari pemberdayaan masyarakat adalah memandirikan masyarakat,
memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan
yang lebih baik secara berkesinambungan.
Tujuan utama pemberdayaan itu sendiri adalah memperkuat kekuasaan
masyarakat miskin dan kelompok lemah lainnya. Salah satu bentuk dari aktualisasi
pemberdayaan masyarakat tercermin dalam bentuk partisipasi masyarakat dalam
keseluruhan proses pembangunan, mulai dari proses pengambilan keputusan,
pelaksanaan dan menikmati hasil. Dengan pemberdayaan diharapkan akan dapat
meningkatkan akses kelompok miskin dalam proses pengambilan keputusan, akses
terhadap fasilitas dan pelayanan, akses terhadap bantuan hukum, meningkatkan posisi
1.5.8. Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat (Gerbang Swara)
Menurut Instruksi Bupati Serdang Bedagai No 04 tahun 2005 tentang
GERBANG SWARA, Gerbang Swara adalah suatu gerakan pembangunan untuk
mewujudkan tercapainnya semangat membangun yang tinggi dengan menumbuhkan
prakarsa serta menggerakkan Swadaya Gotong Royong masyarakat dalam
pembangunan prasaran dan sarana yang dibutuhkan oleh masyarakat.
I.5.8.1. Pokok-Pokok Pikiran
a) Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat (GERBANG SWARA) berarti
membangun daerah dengan memotivasi dan menggali dari rasa bertanggung
jawab kemanusiaan dimana setiap manusia hakekatnya mencintai daerahnya,
mencintai tempatnya bekerja dan merasa tergugah untuk membangun kearah
yang lebih baik.
b) Bertitik tolak dari rasa cinta akan daerah dan tempat mengabdi sebagai motivasi
membangun daerah akan melahirkan pola praktis bahwa dengan membangun
daerah dengan Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat (GERBANG SWARA) akan menggugah dan menggali :
c) Menjalin hubungan rasa persatuan dan kebersamaan antara sesama masyarakat,
antara masyarakat dan komunitas yang menjadi satu potensi riel yang dapat
dijadikan sumber daya pembangunan.
d) Memperluas keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan yang berdomisili di
Desa/Kelurahan Serdang Bedagai maupun masyarakat yang tinggal diluar Desa
e) Pada Umumnya masing-masing Desa/Kelurahan mempunyai simpatisan diluar
desa tanpa memandang status kedudukannya serta besar kecilnya kemampuan
yang dimiliki akan tetapi mempunyai niat dan keikhlasan untuk berpartisipasi
membangun dengan tetap berada dalam bingkai wawasan nasional dan wawasan
kebangsaan.
f) Menumbuhkan pola pikir dari bawah, dari dusun/lingkungan dan
Desa/Kelurahan sebagai basisi pembangunan daerah dan pembangunan nasional.
g) Menggali dan menggerakkan semaksimal mungkin potensi yang dimiliki
masyarakat baik potensi alam maupun potensi sumber daya manusia.
Mendinamisir lembaga-lembaga yang pernah hidup dan atau masih berkembang
ditengah-tengah masyarakat seperti Arisan, Markampung-kampung, Dalihan
Natolu, Serayan, Aron sebagai wadah kegotong royongan yang kesemuannya itu
dapat dikembangkan untuk digerakkan/diarahkan untuk membangun daerah
Serdang Bedagai ini.
h) Mempercepat terwujudnya Kabupaten serdang Bedagai sebagai salah satu
Kabupaten terbaik di Indonesia dengan masyarakatnya yang Pancasilais,
Religius, Modern dan Kompetitif.
i) Mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat dengan memanfaatkan dinamika
kemajemukan dengan menggunakan potensi SDM dan SDA secara Optimal.
j) Menciptakan rasa kebersamaan dan memiliki rasa terhadap hasil-hasil
pembangunan yang telah dicapai dan bertanggung jawab dalam pemanfaatan
dan pemeliharaannya denga prinsip Dari, Oleh dan Untuk Masyarakat (DOM).
a. Melakukan pemulihan (Recovery) secara bersungguh-sungguh bagi segenap
permasalahan pembangunan yang terjadi.
b. Melakukan percepatan pembangunan disegala bidang, dengan tetap
memperhatikan konsistensi terhadap lingkungan hidup dan sustainabilitas
(berkelanjutan) pembangunan itu sendiri.
I.5.8.3. TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan :
GERBANG SWARA adalah suatu gerakan pembangunan untuk mewujudkan
tercapainnya semangat membangun yang tinggi dengan menumbuhkan prakarsa serta
menggerakkan Swadaya Gotong Royong masyarakat dalam pembangunan prasaran dan
sarana yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Sasaran :
a. Melestarikan semangat dan Jiwa Gotong Royong dalam
membangun Desa/Kelurahan berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan guna
memperkuat persatuan dan kesatuan sesama masyarakat yang merupakan sendi
kekuatan dan kesatuan bangsa.
b. Menumbuhkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki kecintaan terhadap
Desa/Kelurahan dan Kampung halaman.
c. Mewujudkan peranan lembaga-lembaga yang ada di Desa/Kelurahan (BPD,
penyusunan rencana dan pelaksanaan pembangunan Desa di setiap
Desa/Kelurahan sebagaimana format terlampir.
I.6 Definisi Konsep
Menurut Singarimbun (1995: 33), konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan
untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang
menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep, peneliti diharapkan akan dapat
menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa
kejadian yang berkaitan satu dengan lainnya. Konsep sangat penting dalam penelitian
karena dia menghubungkan dunia teori dan dunia observasi, antara abstraksi dan
realitas.
Adapun definisi konsep yang dikemukakan penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Gerbang swara adalah suatu gerakan pembangunan untuk mewujudkan
tercapainnya semangat membangun yang tinggi dengan menumbuhkan
prakarsa serta menggerakkan Swadaya Gotong Royong masyarakat
dalam pembangunan prasaran dan sarana yang dibutuhkan oleh
masyarakat.
2. Partisipasi Masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat secara aktif
dengan memberikan kontribusi dalam pembangunan berupa pikiran,
tenaga dan harta benda serta mempunyai tanggungjawab guna mencapai
tujuan dalam program gerakan pembangunan swadaya masyarakat desa