• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi pada Klien TB Paru di Kelurahan Harjosari Kecamatan Medan Amplas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi pada Klien TB Paru di Kelurahan Harjosari Kecamatan Medan Amplas"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah

Kebutuhan Dasar Oksigenasi pada Klien TB Paru

di Kelurahan Harjosari I Medan Amplas

Disusun dalam rangka menyelesaikan

Program Studi DIII Keperawatan

Oleh :

SRI SILVA MEIYANTI LUBIS

102500082

Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan rahmat

yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah (KTI) yang berjudul “ Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah

Kebutuhan Dasar Oksigenasi pada Klien TB Paru di Kelurahan Harjosari

Kecamatan Medan Amplas’’ yang disusun dalam rangka menyelesaikan Program

Studi DIII Keperawatan.

Selama penyelesaian KTI ini penulis telah banyak mendapat bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, untuk itu penulis ingin

menghanturkan penghargaan dan terimakasih kepada :

- Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing KTI yang

telah membimbing dan memberi saran serta dorongan dengan kesabaran

selama penulis dalam proses penyusunan sampai dengan penyelesaian KTI

ini.

- Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS selaku dosen penguji dalam KTI ini.

- Dekan Fakultas Keperawatan USU Bapak Dedi Ardinata M.Kes

- Koordinator Program Studi DIII Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep

- Kedua orangtua saya, Ibunda tercinta Nur Ikhlas Nst dan ayahanda

Parlindungan Lbs yang tiada henti-hentinya memberikan dukungan moril

dan materil kepada penulis sekaligus sebagai motivator terhebat bagi

penulis serta kepada Adik tersayang Azhari Fachrur raazi Lbs yang telah

mendukung saya.

- Abang saya Amiril Mukmin Srg S.KG yang telah banyak sekali

mendukung penulis sekaligus motivator bagi penulis.

- Sahabat saya, Elsa Rizky Safitri Mtd, Sajidah Noer dan Dewi Sukma yang

selama ini telah mendukung dan memotivasi penulis dalam penyelesaian

KTI ini.

- Teman-teman seperjuangan stambuk 2010 yang saling mendukung dalam

(4)

Penulis tidak dapat memberikan balasan materi, tapi penulis berdoa

semoga Tuhan Yang Maha Pengasih memberikan rezeki berlimpah, kesehatan

yang prima, dan kebahagiaan lahir batin kepada semua pihak yang turut serta

dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

Tak ada gading yang tak retak, demikian pula dengan Karya Tulis Ilmiah

ini masih sangat jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan saran

dan kritikan untuk perbaikan penulisan selanjutnya. Semoga karya tulis ilmiah ini

bermanfaat bagi yang membaca terutama bagi mahasiswa Program Studi DIII

Keperawatan Fakultas Keperawatan USU yang merupakan generasi penerus

profesi perawat. Demikianlah Karya Tulis Ilmiah ini disusun. Atas perhatian dan

kerjasamanya penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Juli 2013

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI...iii

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

C. Manfaat ... 4

Bab II Pengelolaan Status 1. Pelayanan Kesehatan Masyarakat ... 5

2. Tujuan Puskesmas ... 5

3. Fungsi Puskesmas ... 5

4. Kegiatan Pokok Puskesmas ... 6

5. Program Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit TB paru ... 8

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi pada Klien TB paru di Komunitas 1. Konsep Dasar Oksigenasi ... 9

2. Konsep TB Paru ... 12

3. Strategi DOTS ... 14

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kasus 1. Pengkajian...16

2. Analisa Data...17

3. Rumusan Masalah ... 18

(6)

C. Asuhan Keperawatan Kasus pada Klien TB paru di

Komunitas

1. Pengkajian...20

2. Analisa Data...25

3. Rumusan Masalah...26

4. Perencanaan Keperawatan dan Rasional...27

5. Pelaksanaan...28

6. Evaluasi Hasil...28

Bab III Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan...30

B. Saran...31

Daftar Pustaka...31

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organ Pernafasan merupakan hal yang vital bagi kelangsungan hidup

manusia. Menurut Maslow kebutuhan O2 ditempatkan pada kebutuhan dasar

yang paling utama. Dalam keadaan normal manusia tidak dapat bertahan

hidup tanpa oksigen lebih dari 4-5 menit. (Barbara Kozier, 1995)

Orang bernafas pada hakekatnya adalah untuk kelangsungan

metabolisme sel agar dapat melakukan aktivitas secara adekuat. Proses

pernafasan merupakan gabungan antara aktivitas berbagai mekanisme yang

berperan dalam proses suplai oksigen ke seluruh tubuh dan pembuangan

karbondioksida sebagai hasil dari pembakaran sel. Sesuai dengan fungsinya,

yaitu menjamin tersedianya oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel-sel

tubuh dan mengeluarkan karbondioksida hasil metabolisme sel secara terus

menerus.

Dalam mewujudkan visi Indonesia sehat 2010 telah diterapkan misi

pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian

masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan menngkatkan pelayanan

kesehatan bermutu, merata dan terjangkau serta memelihara dan

meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. Seiring dengan

cepatnya dalam perkembangan era globalisasi serta adanya transisi demografi

dan epidemiologi penyakit akibat perilaku dan sosial budaya cenderung

semakin kompleks, perbaikannya tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan

kesehatan, perbaikan pada lingkungan dan merekayasa kependudukan yang

selalu teoritis memiliki andil 30%-50% terhadap derajat kesehatan.

(Notoadmodjo, 2007)

Mycobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk

dunia, menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan

(8)

kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat

diadakan pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TB berada di

negara-negara berkembang, dengan munculnya epidemi HIV/AIDS di dunia jumlah

penderita TB akan meningkat. Kematian wanita karena TB lebih banyak dari

pada kematian karena kehamilan, persalinan serta nifas (WHO). WHO

mencanangkan keadaan darurat global untuk penyakit TB pada tahun 1993

karena diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB.

(Dr.sulianti Suroso, 2007)

Penyakit TB menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif,

penderita TB kebanyakan dari kelompok sosio ekonomi rendah. Dari

1995-1998, cakupan penderita TB Paru dengan strategi DOTS (Directly Observed

Treatment Shortcourse Chemotherapy) atau pengawasan langsung menelan

obat jangka pendek/setiap hari baru mencapai 36% dengan angka kesembuhan

87%. Sebelum strategi DOTS (1969-1994) cakupannya sebesar 56% dengan

angka kesembuhan yang dapat dicapai hanya 40-60%. Karena pengobatan

yang tidak teratur dan kombinasi obat yang tidak cukup dimasa lalu

kemungkinan telah timbul kekebalan kuman TB terhadap OAT (obat anti

tuberkulosis) secara meluas atau multi drug resistance (MDR). (Dr.sulianti

Suroso, 2007)

Di Indonesia setiap tahunnya terjadi 175.000 kematian akibat TB dan

terdapat 450.000 kasus TB paru (WHO). Di Kelurahan Harjosari penyakit TB

paru menduduki urutan ke 7 dari 10 urutan penyakit-penyakit lain, dimana

data ini didapatkan dari hasil survei di Puskesmas Kelurahan Harjosari dan

ketika dilakukan pengkajian tentang penyakit yang dialami masyarakat di

lingkungan tersebut, banyak sekali masyarakat yang menderita TB paru.

Berkaitan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengambil kasus tentang

TB paru dan membuat Karya Tulis Ilmiah berjudul “Asuhan Keperawatan

dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi pada Klien TB Paru di

(9)

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Dapat melakukan asuhan keperawatan, pendidikan kesehatan,

pengelolaan asuhan keperawatan, dan mengidentifikasi suatu kasus

dengan tepat pada klien TB paru di komunitas.

2. Tujuan Khusus

Penulis dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada klien di

komunitas dengan gangguan sistem pernafasan akibat TB paru yang

meliputi :

a. Melakukan pengkajian yang meliputi pengumpulan data.

b. Melakukan analisa data pada kasus TB paru dengan tepat.

c. Merumuskan masalah dan menetapkan prioritas masalah serta

menentukan diagnosa keperawatan dengan tepat.

d. Membuat perencanaan untuk mengatasi masalah keperawatan yang

ada mencakup penetapan tujuan dan intervensi keperawatan.

e. Melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan rencana asuhan

keperawatan yang telah ditetapkan.

f. Mampu mengevaluasi keberhasilan askep yang telah dilaksanakan

atau dilakukan.

g. Mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan

(10)

C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat bagi pendidikan

Dapat memperkaya konsep atau teori dalam perkembangan ilmu

pengetahuan yang terkait dengan asuhan keperawatan pada klien

dengan prioritas masalah kebutuhan dasar oksigenasi pada klien TB

paru di komunitas.

2. Manfaat bagi praktik keperawatan

Dapat menjadi referensi dan informasi berdasarkan evidence base

practice tentang asuhan keperawatan pada klien dengan prioritas

masalah kebutuhan dasar oksigenasi pada klien TB paru di komunitas.

3. Manfaat bagi klien

Meningkatkan kemampuan, kemandirian klien dan keluarga dalam

meminimalkan resiko penularan penyakit TB Paru terhadap anggota

keluarga lain dan juga dalam upaya pemenuhan kebutuhan

(11)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

1. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Salah satu unit pelayanan kesehatan di masyarakat adalah puskesmas

(pusat kesehatan masyarakat). Puskesmas merupakan unit organisasi

pelayanan kesehatan terdepan untuk meningkatkan upaya pencapaian

derajat kesehatan masyarakat yang mempunyai misi sebagai pusat

pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan

pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat

yang tinggal disuatu wilayah kerja tertentu (Muninjaya, 1999).

2. Tujuan Puskesmas

Menurut Kep. Menkes RI No. 128 / MENKES / SK / II / 2004

adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat

bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar

terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka

mewujudkan Indonesia sehat 2010.

Kegiatan upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah

maupun swasta pada hakekatnya mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Kegiatan upaya kesehatan bertujuan untuk dapat menyelesaikan atau

mengurangi masalah di lingkungan kesehatan.

2. Kegiatan upaya kesehatan yang bertujuan untuk merubah perilaku

masyarakat agar dapat hidup sehat.

3. Fungsi Puskesmas

Menurut Azwar (1999) ada 3 fungsi pokok puskesmas, yaitu sebagai

pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya, membina peran

(12)

kemampuan hidup sehat, memberikan pelayanan kesehatan secara

menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.

Adapun fungsi pokok puskesmas adalah sebagai berikut (Kep.

Menkes RI No. 128 / MENKES / SK / II / 2004) : Pusat penggerak

pembangunan berwawasan kesehatan. Puskesmas selalu berupaya

menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor

termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga

berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Sebagai pusat

pemberdayaan masyarakat yaitu Puskesmas selalu berupaya agar

perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan masyarakat

termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampua

melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif

dalam memperjuangkan kepentingan ksehatan termasuk sumber

pembiayaan, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau

program pelaksanaan kesehatan. Dan yang terakhir sebagai pusat

pelayanan kesehatan strata pertama yang terdiri dari 1) pelayanan

kesehatan perorangan, pelayanan yang bersifat pribadi dengan tujuan

menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan tanpa

mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. 2)

pelayanan kesehatan masyarakat yaitu Pelayanan yang bersifat publik

dengan tujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah

penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan

kesehatan.

4. Kegiatan Pokok Puskesmas

Puskesmas itu sendiri mempunyai program pokok dan program tambahan,

adapun program pokok ada 7 :

1. Promosi kesehatan

• Penyuluhan kesehatan masyarakat

• Sosialisasi program kesehatan

(13)

2. Pencegahan Penyakit Menular (P2M)

• Survailens epidemiologi

• Pelacakan kasus : TBC, Kusta, Malaria, Flu Burung, ISPA, dll

3. Program pengobatan

• Rawat jalan poli umum

• Rawat jalan poli gigi

• Unit rawat inap (kebidanan dan keperawatan)

• Unit Gawat Darurat (UGD)

• Puskesmas keliling

4. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

• ANC (Antenatal Care), PNC (Post Natal Care), KB (Keluarga Berencana)

• Persalinan, rujukan ibu hamil resiko tinggi, kemitraan dukun. 5. Upaya peningkatan gizi

• Penimbangan, pelacakan gizi buruk, penyuluhan gizi

6. Kesehatan lingkungan

• Pengawasan saluran pembuangan air limbah, sumber air

minum dan jamban

• Survey jentik nyamuk

7. Pencatatan dan pelaporan

• Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas

Adapun program tambahan puskesmas adalah kesehatan mata,

kesehatan jiwa, kesehatan lansia, kesehatan reproduksi remaja, kesehatan

sekolah dan kesehatan olahraga. Salah satu penyakit yang tersebut diatas

adalah TBC dimana TBC ini termasuk salah satu penyakit menular di

masyarakat yang apabila dikaitkan dengan program wajib puskesmas

diatas, ada 2 program yang digunakan untuk menangani penyakit TBC

(14)

5. Program puskesmas terhadap penanggulangan penyakit TB Paru

Adapun program puskesmas yang terkait dengan penanggulangan penyakit

TB paru adalah :

1. Pencegahan Penyakit Menular (P2M)

Yaitu dengan melakukan survailens epidemiologi dan melakukan

pembersihan lingkungan untuk mencegah terjadinya penyakit,

terutama penyakit menular seperti TBC, Malaria, Flu Burung, ISPA

dll.

2. Promosi kesehatan

Yaitu dengan cara penyuluhan kesehatan kepada masyarakat terkait

penyakit TBC dengan memberikan brosur kepada penderita TBC

terkait penyakit TBC tersebut.

3. Program pengobatan

Yaitu dengan memberikan pelayanan pengobatan kepada penderita

TBC, dengan memberikan langsung obat TBC kepada klien yang

bersangkutan serta memberitahukan kepada klien cara mengonsumsi

obat tersebut.

4. Upaya peningkatan gizi

Yaitu dengan cara melakukan penimbangan BB kepada klien TBC dan

melakukan penyuluhan gizi terkait masalah penyakit TBC tersebut

termasuk didalamnya makanan yang dianjurkan dan makanan yang

dilarang pada penderita TBC.

5. Kesehatan lingkungan

Mengawasi lingkungan sekitar daerah kerja puskesmas tersebut guna

menghindari tejadinya penyakit, misalnya pada klien TBC dianjurkan

(15)

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan

Dasar Oksigenasi pada Klien TB paru di Komunitas

1. Konsep dasar oksigenasi

Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan

hidup sel dan jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses

metabolisme tubuh secara terus menerus. Oksigen diperoleh dari

atmosfer melalui proses bernafas. Di atmosfer gas selain oksigen juga

terdapat karbon dioksida (CO2), nitrogen (N2), dan unsur-unsur lain

seperti argon dan helium. Pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh sangat

ditentukan oleh adekuatnya sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler,

dan sistem hematologi.

A. Sistem pernafasan

Sistem pernafasan atau respirasi berperan dalam menjamin

ketersediaan oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel-sel

tubuh dan pertukaran gas. Proses oksigenasi dimulai dari

pengambilan oksigen di atmosfer, kemudian oksigen masuk

melalui organ pernafasan bagian atas seperti hidung atau mulut,

faring, laring dan selanjutnya masuk ke organ pernafasan bagian

bawah seperti trakea, bronkus utama, bronkus sekunder, bronkus

tersier, terminal bronkiolus dan selanjutnya masuk ke alveoli.

1. Mekanisme pernafasan

Proses bernafas merupakan proses yang kompleks dan

tergantung pada perubahan volume yang terjadi pada rongga

toraks dan perubahan tekanan. Adanya perbedaan tekanan yang

terjadi mengakibatkan perubahan rongga toraks menjadi lebih

besar atau mengecil.

2. Inspirasi

Inspirasi terjadi ketika tekanan alveoli di bawah tekanan

atmosfer. Otot yang paling penting dalam inspirasi adalah

diafragma, ketika diafragma berkontraksi bentuknya menjadi

(16)

mengangkat iga. Keadaan ini menyebabkan pembesaran organ

toraks dan paru-paru.

3. Ekspirasi

Selama pernafasan biasa, ekspirasi merupakan proses pasif,

tidak ada kontraksi otot aktif. Pada akhir inspirasi,

otot-otot ekspirasi relaks, membiarkan elastisitas paru dan rongga

dada untuk mengisi volume paru. Ekspirasi terjadi ketika

tekanan alveolus lebih tinggi dari tekanan atmosfer.

Relaksasi diafragma dan otot intrcosta eksterna mengakibatkan

recoil elastis dinding dada dan paru sehingga terjadi

peningkatan tekanan alveolus dan menurunkan volume paru.

Dengan demikian, udara bergerak dari paru-paru ke atmosfer.

B. Sistem kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler juga berperan dalam poses oksigenasi ke

jaringan tubuh, yaitu berperan dalam transfortasi oksigen. Oksigen

ditranportasikan ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Aliran

darah yang adekuat dapat terjadi apabila fungsi jantung normal,

dengan demikian, kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat

ditentukan oleh adekuatnya fungsi jantung. Fungsi jantung yang

adekuat dapat dilihat dari kemampuan jantung memompa darah

dan perubahan tekanan darah.

C. Sistem hematologi

Sel darah yang sangat berperan dalam oksigenasi adalah sel darah

merah, karena di dalamnya terdapat hemoglobin yang mampu

mengikat oksigen. Setelah didifusi dari kapiler pulmonal, oksigen

dibawa ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi sistemik. Setiap

100 ml darah yang meninggalkan kapiler alveolus membawa 20 ml

oksigen. Molekul oksigen dibawa dalam darah melalui 2 jalur yaitu

melalui ikatan dengan hemoglobin sekitar 97% dan larut melalui

(17)

Setiap sel darah mempunyai kira-kira 280 juta hemoglobin,

sehingga kemampuan sel darah merah untuk membawa oksigen

sangat besar. Persentase hemoglobin yang mengandung oksigen

disebut saturasi hemoglobin. Jika semua molekul Hb dapat

mengikat oksigen maka saturasinya menjadi 100%. Jika rata-rata

setiap Hb membawa 2 molekul oksigen, maka saturasinya menjadi

50%. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ikatan hemoglobin

dengan oksigen di antaranya tekanan parsial oksigen dalam darah,

pH darah, temperatur dan aktifitas metabolisme dalam sel darah

merah.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi

Faktor Fisiologi

1. Menurunnya kapasitas anemia oksigen seperti pada anemia

2. Menurunnya konsentrasi oksigen yang diinspirasi seperti pada

obstruksi saluran nafas bagian atas.

3. Hivopolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan

transport oksigen terganggu.

Faktor Perkembangan

1. Bayi prematur disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan

2. Bayi dan toodler adanya resiko infeksi saluran pernafasan akut

3. Anak usia sekolah dan remaja : resiko infeksi saluran

pernafasan dan merokok

4. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan

kemungkinan arterosklerosis, elastisitas menurun dan ekspansi

paru menurun.

Faktor Perilaku

1. Nutrisi, misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan

ekspansi paru

(18)

3. Merokok, nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah

perifer dan koroner

4. Kecemasan menyebabkan metabolisme meningkat

Faktor Lingkungan

1. Tempat kerja (polusi)

2. Temperatur lingkungan

3. Ketinggian tempat dari permukaan laut

2. Konsep TB Paru

TB paru adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman

tuberculosis (Mycobacterium Tuberculosis). Kuman ini masuk melalui

saluran nafas, saluran pencernaan dan lukan terbuka pada kulit.

Kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara yaitu melalui

inhalasi droplet yang mengandung kuman kuman basil tuberkel yang

berasal dari orang yang terinfeksi (Price, Sylvia A, 1995).

TB paru disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis, kuman ini

bersifat tahan asam dapat merupakan organisme patogen maupun

saprofit ( Price, 1995). Faktor lain yang dapat menyebabkan seseorang

terinfeksi olen mycobacterium tuberculosis adalah :

1. Herediter : resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan

diturunkan secara genetik

2. Usia : masa baya kemungkinan terinfeksi sangat tinggi

3. Keadaan stress : situasi yang penuh stress (stres emosional,

kelelahan yang kronik)

4. Nutrisi : status nutrisi yang kurang

5. Tidak mematuhi aturan pengobatan

6. Infeksi berulang

7. Bahan toksisk,misalnya rokok dan alkohol

Masa inkubasi berkisar antara 4-12 minggu mulai adanya

infeksi sampai timbulnya lesi awal. Pada pulmonari progresif

(19)

pulmonari, tuberculosis biasanya memakan waktu yang lebih lama

sampai beberapa tahun. (Hiswani, 2001)

Gejala klinis TB paru ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 golongan

yaitu :

1. Gejala sistemik

a. Demam

Gejala pertama TB paru, demam ini biasanya terjadi pada

sore hari dan malam hari dengan suhu 40oC-41oC

b. Malaise

Rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan menurun,

berat badan menurun, sakit kepala, lelah, dan siklus haid

bisa terganggu.

2. Gejala respiratorik

Batuk disertai sputum lebih dari 3 minggu, sesak nafas, nyeri

dada dan terkadang batuk darah.

Adapun pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi apakah

seseorang menderita TB paru adalah kultur sputum, ziehl

nelsheen, test kulit (mantoux test), foto thorax dan pemeriksaan

fungsi paru.

Adapun pengobatan yang harus dilakukan yaitu bisa melalui

pendidikan kesehatan dan terapi obat-obatan, adapun cara

melalui pendidikan kesehatan adalah :

• Isolasi penderita untuk mencegah penyebaran infeksi

• Memakan obat dengan teratur

• Meningkatkan kekebalan tubuh dengan vaksinasi BCG

pada anak

• Memperbaiki standard hidup dengan cara mengonsumsi

makanan sehat, perumahan dengan ventilasi yang baik,

(20)

Terapi obat-obatan :

• Awalnya pengobatan jangka panjang (1,5-2 tahun),

suntikan streptomysin INH dan etambutol

• Saat ini : pengobatan jangka pendek ( 6 bulan), dengan penggunaan OAT mengandung rifamfisin, pirazinamid,

sebagai panduan terapi awal : INH

• Efektivitas tergantung pada panduan obat, jalan obat

dan lamanya

• Kriteria keberhasilan pengobatan : konversi BTA (-)

setelah 2 bulan pengobatan.

Tabel obat TB paru

Nama obat Dosis obat perhari Dosis maksimal perhari

Rifamfisin 10-20 mg/kg BB 450 mg

INH (isoniazid) 10 mg/kg BB 300 mg

Pirazinamide 30-35 mg/kg BB 1500 mg

Streptomisin 20-30 mg/kg BB 750 mg

Etambutol 15-20 mg/kg BB 800 mg

3. Strategi DOTS

Merupakan strategi penanggulangan Tuberkulosis di Rumah Sakit

melalui pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung. DOTS

adalah tempat untuk konsultasi pasien TB. Penanggulangan Tuberkulosis

merupakan program nasional yang harus dilaksanakan di seluruh Unit

Pelayanan Kesehatan termasuk Rumah Sakit. Khusus bagi pelayanan

pasien tuberkulosis di Rumah Sakit dilakukan dengan strategi DOTS. Hal

ini memerlukan pengelolaan yang lebih spesifik, karena dibutuhkan

kedisplinan dalam penerapan semua standar prosedur operasional yang

(21)

dalam bentuk jejaring serta penerapan standar diagnosa dan terapi yang

benar, dan dukungan yang kuat dari jajaran direksi rumah sakit berupa

komitmen dalam pengelolaan penanggulangan TB. Fokus utama DOTS

adalah penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan kepada

pasien TB tipe menular. Strategi ini akan memutuskan penularan TB dan

dengan demikian menurunkan insidens TB di masyarakat. Menemukan

dan menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik dalam upaya

pencegahan penularan TB.

Upaya penanggulangan TB dimulai pada awal tahun 1990-an

WHO dan IUALTD (International Union Against Tb and Lung Diseases)

telah mengembangkan strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai

strategi DOTS, dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang

secara ekonomis paling efektif (cost efective). WHO telah

merekomendasikan strategi DOTS sebagai strategi dalam penanggulangan

TB sejak tahun 1995. Bank dunia menyatakan strategi DOTS sebagai

salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif. Integrasi ke dalam

pelayanan kesehatan dasar sangat dianjurkan demi efisiensi dan

efektifitasnya. Satu studi cost benefit yang dilakukan oleh WHO di

indonesia menggambarkan bahwa dengan menggunakan strategi DOTS,

setiap dolar yang digunakan untuk membiayai program penanggulangan

TB akan menghemat sebesar US$ 55 selama 20 tahun. Strategi DOTS

terdiri atas 5 komponen, yaitu:

1. Dukungan politik para pimpinan wilayah di setiap jenjang dengan

keterlibatan pimpinan wilayah, TB akan menjadi salah satu prioritas

utama dalam program kesehatan

2. Mikroskop

Mikroskop merupakan komponen utama untuk mendiagnosa penyakit

(22)

3. Pengawas Minum Obat (PMO)

PMO ini yang akan ikut mengawasi penderita minum obatnya.

Keberadaan PMO ini untuk memastikan bahwa penderita betul minum

obatnya dan bisa diharapkan akan sembuh pada masa akhir

pengobatannya. PMO haruslah dikenal dan dipercaya oleh penderita

maupun oleh petugas kesehatan. Mereka bisa petugas kesehatan

sendiri, keluarra, tokoh masyarakat maupun agama.

4. Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dan pelaporan ini merupakan bagian dari sistem survailans

penyakit TB. Dengan rekam medik yang dicatat dengan baik dan

benar akan bisa dipantau kemajuan pengobatan penderita,

pemeriksaan follow up, sehingga akhirnya penderita dinyatakan

sembuh atau selesai pengobatannya.

5. Panduan OAT jangka pendek

Panduan OAT jangka pendek yang benar, termasuk dosis dan jangka

waktu pengobatan yang tepat sangat penting dalam keberhasilan

(23)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kasus

1. Pengkajian

Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan

sistematis terhadap klien untuk dikaji dan dianalisis, sehingga masalah

kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau

kelompok yang menyangkut pada fisiologis, psikologis, sosial

maupun spiritual dapat ditentukan. (Bambang, 2009)

Pada tahap pengkajian ini akan dimulai dari pengumpulan data

yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai masalah

kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang

harus diambil untuk mengatasi masalah yang menyangkut fisiologis,

psikologis, sosial dan spiritual.

Adapun data yang harus dikaji untuk pengumpulan data adalah :

1. Data inti ataupun biodata klien yang bersangkutan yang terdiri dari

nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan,

agama, suku, pendidikan, pekerjaan, dan alamat klien

2. Keluhan utama klien saat ini ataupun apa yang dirasakan klien saat

dikaji.

3. Riwayat kesehatan keluarga, apakah ada penyakit keturunan

dalam keluarga klien.

4. Riwayat kesehatan saat ini, meliputi apa yang sedang dialami

klien.

5. Riwayat kesehatan masa lalu meliputi apakah klien pernah

menderita penyakit di masa lalu.

6. Riwayat sehari-hari

a. Persepsi klien terhadap sehat sakit

b. Kebiasaan klien

c. Pola nutrisi

d. Pola istirahat dan tidur

e. Pola eliminasi

f. Kebiasaan olahraga

(24)

7. Riwayat sosial yaitu bagaimana klien berhubungan dengan orang

lain dan keluarga sendiri.

8. Riwayat spiritual dan cultural yaitu bagaimana riwayat spiritual

dan cultural yang dianut oleh klien.

9. Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum klien, tanda-tanda vital

klien, pengkajian pada hidung, pengkajian pada mulut, pengkajian

integument, pemeriksaan thoraks atau dada dan pemeriksaan paru.

10.Riwayat terapi meliputi apa saja obat-obatan yang sudah

dikonsumsi oleh klien.

2. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan untuk mengaitkan data dan

menghubungkan data dengan keluhan yang dirasakan klien secara

subjektif dan objektif, dimana data subjektif ini didapatkan perawat

dari keluhan yang dirasakan klien pada saat ia sakit.

sedangkan data objektif ini didapatkan perawat dari hasil pengamatan

maupun dari hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadap klien seperti

pemeriksaan tanda-tanda vital, sehingga dapat diketahui apa masalah

kesehatan ataupun masalah keperawatan yang dihadapi oleh klien

pada saat itu.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan analisa data yang diperoleh, maka dapat diketahui

masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang dihadapi oleh klien

yang selanjutnya dapat dilakukan intervensi. Namun masalah yang

telah dirumuskan tidak mungkin dapat diatasi sekaligus. Oleh karna

itu perawat harus membuat prioritas masalah. (Bambang, 2009)

Dimana kriteria penentuan prioritas masalah keperawatan ini

ditentukan berdasarkan hirarki kebutuhan dasar manusia menurut

(25)

4. Perencanaan

Rencana keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan

keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai

dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan

terpenuhinya kebutuhan klien (Bambang, 2009). Jadi perencanaan

asuhan keperawatan klien disusun berdasarkan diagnosis keperawatan

yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan harus mencakup

elemen-elemen berikut ini :

1. Perumusan tujuan

Perumusan tujuan ini adalah sebagai patokan untuk mencapai hasil

yang sudah ditetapkan.

2. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan

Adapun langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan antara

lain sebagai berikut :

• Identifikasi tindakan alternatif keperawatan

• Tetapkan tekhnik dan prosedur yang akan dilakukan

• Tindakan yang akan dilaksanakan harus memenuhi

kebutuhan klien

• Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai

• Tindakan harus bersifat realistis 3. Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan

Kriteria hasil adalah suatu hasil yang diharapkan dari suatu tujuan

(26)

Asuhan Keperawatan Kasus pada Klien TB Paru di Komunitas

1. Pengkajian

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN

KASUS:

Seorang klien bernama Tn.R, umur 44 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama

Islam, suku bangsa Sunda, sehari-hari menggunakan Bahasa Indonesia,

pendidikan SMA, profesi sebagai tukang becak, status sudah menikah, alamat

jalan Garu 2b Gg. Cempaka Kelurahan Harjosari Kecamatan Medan Amplas.

Saat dikaji klien mengeluh batuk lebih dari 30 hari dan mengeluarkan

sputum, batuk dengan rasa panas ditenggorokan, kadang Tn.R mengalami sesak

nafas serta nyeri dada. Setelah lewat dari 30 hari terdapat darah segar berwarna

merah muda pada batuknya. Selain itu Tn.R mengalami demam pada sore hari dan

malam hari disertai dengan keringat malam, anoreksia, penurunan BB serta

malaise selama 2 hari sebelum ia berobat.

Tn.R sudah mendapatkan obat TBC dari dokter 2 hari yang lalu, sehari-hari

klien bekerja sebagai tukang becak baik siang maupun malam tanpa menggunakan

safety yang memadai. Tn.R kadang-kadang batuk ketika bekerja disertai nyeri

dada. Tn.R juga merupakan pecandu rokok yang berat, pasien selalu merokok 2

bungkus/hari dan sering jajan sembarangan.

Klien hidup di tempat tinggalnya ada 6 orang yaitu klien sendiri, istrinya,

beserta 4 orang anaknya. Rumah pasien tergolong tidak sehat dan sempit, karena

berukuran panjang 9 m dan lebar 5 m, jadi luas rumahnya hanya 45m2 saja.

Setelah ditanyakan riwayat kesehatan keluarga, klien mengatakan bahwa tidak ada

anggota keluarganya yang menderita TB paru.

Klien terlihat letargi dengan BB klien sekarang 48 kg, TB 162 cm, TD klien

saat itu 110/80 mmHg, suhu 38,40C, denyut nadi 71x/menit dan frekuensi nafas

(27)

kulit baik. Setelah klien berobat 2 hari yang lalu klien diberikan terapi isoniazid,

rifamfisin, etambutol, pirazinamid dan disertai dengan multivitamin tambahan.

I. BIODATA

IDENTITAS KLIEN

Nama : Tn.R

Tempat/ tanggal lahir : Surabaya, 14 Maret 1969

Jenis kelamin : Laki-laki

Status perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Tukang Becak

Alamat : Jln. Garu 2b Gg. Cempaka, Kelurahan

Harjosari Kecamatan Medan Amplas.

II. KELUHAN UTAMA

Klien mengeluh batuk lebih dari 30 hari dengan mengeluarkan

sputum, batuk dengan rasa panas ditenggorokan, kadang mengalami

sesak nafas serta nyeri dada. Setelah lewat 30 hari terdapat darah segar

berwarna merah muda pada batuknya. Selain itu klien mengalami

demam pada sore hari dan malam hari disertai dengan keringa malam,

anoreksia, penurunan BB serta malaise selama 2 hari sebelum ia

berobat.

III. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA :

Klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan yang diderita

keluarganya, dan keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit TB

(28)

IV. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI :

Klien menderita penyakit TB paru

V. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU :

Klien mengatakan ia tidak pernah menderita penyakit parah dan tidak

pernah dirawat di Rumah Sakit, klien hanya menderita demam-demam

biasa saja.

VI. RIWAYAT SEHARI-HARI

a. Persepsi klien terhadap sehat sakit

Klien mengatakan bahwa sakit yang dideritanya akan dapat segera

sembuh, karna ia yakin bahwa obat yang diberikan oleh dokter

tersebut bisa menyembuhkan penyakit yang dideritanya.

b. Kebiasaan

Klien sering sekali tidak menggunakan safety yang aman ketika

bekerja, sering jajan sembarangan dan merokok sampai 2 bungkus

perhari.

c. Pola nutrisi

Klien makan 3 kali sehari dengan porsi yang sedikit dan sering

tidak habis, sebab klien tidak begitu selera makan setelah

menderita penyakit TB paru tersebut. Klien minum sebanyak 5-6

gelas sehari

d. Pola istirahat atau tidur

Klien tidur ± 7-8 jam/hari dari jam 22.00-06.00 WIB dan sebelum

tidur klien mempunyai kebiasaan menonton TV.

e. Pola eliminasi

Klien mengatakan BAB 1-2 kali/hari dan BAK 5-6 kali/hari

f. Kebiasaan olahraga

(29)

g. Kemampuan melakukan aktifitas

Klien masih mampu melakukan aktifitas sehari-hari tanpa dibantu

orang lain, klien masih mampu mencari nafkah dengan bekerja

sebaga tukang becak.

h. Rekreasi

Klien mengatakan apabila ada hari libur klien dan keluarganya

pergi mengunjungi tempat rekreasi,seperti ke kolam renang.

VII. RIWAYAT SOSIAL :

Klien mengikuti kegiatan sosial yang ada di lingkungan rumahnya

tersebut, seperti perwiritan pada malam rabu. Hubungan dengan

keluarga dan orang lain baik.

VIII. RIWAYAT SPIRITUAL DAN CULTURAL :

Klien melaksanakan sholat 5 waktu di rumah, dan klien sering ke

mesjid apabila sholat maghrib serta mengikuti perwiritan yang ada di

lingkungan rumahnya.

Klien biasanya suka berkumpul-kumpul dengan tetangganya apabila

ada waktu luang, klien lebih senang bersosialisasi daripada di rumah

saja.

IX. PEMERIKSAAN FISIK :

a. Keadaan umum

Klien tampak lemah, kurus, dan sering batuk-batuk.

b. Tanda- tanda vital

TD : 110/80 mmHg suhu : 38,4oC

BB : 48 kg RR : 18 x/ menit

TB : 161 cm HR : 71 x/ menit

c. Pemeriksaan hidung

- Tulang hidung dan septumnasi : normal dengan letak medial

(30)

- Cuping hidung : normal, klien bernafas tidak menggunakan

cuping hidung.

d. Mulut

- Keadaan bibir : simetris dengan keadaan mukosa bibir kering

- Keadaan gusi dan gigi : normal dan tidak ada pembengkakan

- Keadaan lidah : normal

e. Pemeriksaan thoraks atau dada

- Bentuk dada : simetris

- Pernafasan : frekuensi bernafas 18x/menit

- Tanda kesulitan bernafas : klien tampak sulit bernafas akibat

batuk dan sesak.

f. Pemeriksaan paru

- Palpasi getaran suara : normal

- Auskultasi suara nafas : ada suara tambahan yaitu wheezing.

X. RIWAYAT TERAPI

Klien diberikan obat oleh dokter sebanyak 5 macam,yaitu: isoniazid,

(31)

2. ANALISA DATA

No. DATA MASALAH KEPERAWATAN

1. DS : Klien mengatakan sesak dan

nyeri dada

DO : Terdengar suara tambahan

whezing , klien tampak lemas dan

terdapat penarikan intercosta

TTV:

TD : 110/80 mmHg S : 38,40C

RR : 18x/menit HR : 71x/menit

Bersihan jalan nafas tidak efektif

2. DS: Klien mengatakan tidak selera

makan dan nafsu makan menurun

DO: Klien tampak lemah, kurus dan

bibir tampak kering

Gangguan pemenuhan kebutuhan

nutrisi

3. DS: Klien mengatakan badan terasa

panas

DO: Klien tampak lemah,kulit teraba

panas dan mukosa tampak kering

TTV:

TD: 110/80 mmHg Suhu : 38,40C

RR : 18x/menit HR : 71x/menit

(32)

3. RUMUSAN MASALAH

Masalah Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

3. Peningkatan suhu tubuh

Diagnosa Keperawatan ( Prioritas)

1. Gangguan bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan sputum d/d

klien mengatakan sesak dan terdengar suara tambahan wheezing.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d

intake in adekuat d/d nafsu makan klien menurun, klien tampak lemah dan

bibir tampak kering.

3. Gangguan peningkatan suhu tubuh b/d eksotoksin kuman pada saluran

nafas dan paru d/d badan klien terasa panas dengan suhu 38,40C, tampak

(33)

4. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Tujuan : Mempertahankan jalan nafas klien tetap efektif

KH : Klien tidak sesak, klien mampu mengeluarkan sekret tanpa

bantuan dan tidak terdapat otot intercosta.

Rencana Tindakan Rasional

- Observasi fungsi pernafasan

klien

- Kaji suara nafas klien

- Memberikan penyuluhan

kesehatan mengenai penyakit

TBC, dan bagaimana cara

penularannya

- Anjurkan klien posisi semi

fowler atau fowler apabila tidur

dan anjurkan untuk teknik nafas

dalam

- Anjurkan klien untuk intake

cairan minimal 2500ml per hari

- Kaji kemampuan klien untuk

mengeluarkan sekret, batuk

efektif, catat karakter, jumlah

sputum, adanya hemoptosis

- Penurunan bunyi nafas

dapat menunjukkan

atelektasis

- Wheezing menunjukkan

adanya penyempitan jalan

nafas

- Klien mengerti tentang

penyakit TBC dan cara

penularan ke orang lain

- Posisi membantu

mamaksimalkan ekspansi

paru dan menurunkan upaya

pernafasan

- Membantu mengencerkan

sekret sehingga mudah

dikeluarkan

- Pengeluaran sulit bila sekret

tebal, sputum berdarah akibat

kerusakan paru atau luka

bronkial yang memerlukan

(34)

5. PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Hari/tanggal No. Dx Implementasi Keperawatan

Selasa

1. Mengkaji fungsi pernafasan klien.

2. Mengkaji suara nafas klien.

3. Mengkaji kemampuan klien untuk

mengeluarkan sekret, batuk efektif, jumlah

sputum dan adanya hemoptosis.

4. Memberitahu kepada klien supaya

menghindari pemakaian alat makan secara

bersamaan dan jangan batuk serta

mengeluarkan sputum di sembarang tempat.

5. Menganjurkan klien untuk melakukan posisi

fowler atau semi fowler apabila tidur dan

menganjurkan untuk tekhnik nafas dalam.

6. Memberitahu kepada keluarga supaya tidak

memakai alat makan secara bersamaan dengan

Tn.R

1. Mengkaji fungsi pernafasan klien

2. Mengkaji suara nafas klien

3. Menganjurkan klien untuk intake cairan

minimal 2500 ml perhari

4. Menganjurkan keluarga untuk mengawasi

klien dalam hal mengonsumsi obat.

5. Menganjurkan klien untuk berhenti merokok

serta menjelaskan bahaya merokok terhadap

(35)

Kamis

20 juni 2013

1 1. Mengkaji fungsi pernafasan klien

2. Mengakaji suara nafas klien

3. Menganjurkan klien untuk memakai safety

yang aman guna untuk menghindari infeksi

kepada orang lain

4. Memberikan penyuluhan kesehatan mengenai

TBC, menjelaskan defenisi, penyebab, tanda

dan gejala, serta cara penularannya

5. Menganjurkan klien untuk mengonsumsi

makanan bergizi

6. Memberitahu kepada klien bahwasanya jangan

sampai putus obat sebelum waktu yang

ditentukan serta menjelaskan bahaya apabila

putus obat.

6. EVALUASI HASIL

No. Dx. Kep Hari/tanggal Evaluasi

1 1 Jum’at

21 Juni 2012

(36)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

Asuhan keperawatan yang meliputi, pengkajian, analisa data,

rumusan masalah, perencanaan, dan implementasi pada klien dengan

prioritas masalah kebutuhan dasar oksigenasi dengan TB paru di

komunitas sudah dilakukan sesuai dengan yang telah ditetapkan dan

setelah dilakukan asuhan keperawatan tersebut serta dilakukannya

pendidikan kesehatan pada klien maka kebutuhan oksigenasi klien sudah

teratasi sebagian ditandai dengan : sesak sedikit berkurang, bunyi nafas

sudah kembali normal dan bersihan jalan nafas klien sudah mendekati

efektif.

Seiring dengan membaiknya fungsi pernafasan, klien sudah lebih

mudah untuk bernafas, sebab organ pernafasan merupakan hal yang vital

bagi kelangsungan hidup manusia, dimana orang bernafas pada

hakekatnya adalah untuk kelangsungan metabolisme sel agar dapat

melakukan aktivitas secara adekuat.

B. Saran

1. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus melaksanakan

intervensi dengan tepat dan sesuai dengan yang ditentukan.

2. Setelah dilakukan askep pada klien tersebut, klien mengerti dan dapat

menerapkannya meskipun tidak ada perawat.

3. Sebaiknya Karya Tulis Ilmiah ini dapat menambah wawasan

pengetahuan bagi penulis, bagi klien dan bagi institusi pendidikan

4. Tetap menjaga kesehatan dan memelihara serta meningkatkan

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Adi Santoso, B, (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Amin, M, (2007). Ilmu Penyakit Paru. Edisi 2. Jakarta : EGC

Chayatin, Nurul, (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori.

Edisi 1. Jakarta : Salemba Medika.

Doengoes, M, (1995). Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa

Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: EGC

Hiswani, (2001). Pencegahan serta Pengobatan padaTB paru dan TB Ekstra

Paru. Edisi 1. Jakarta : EGC

Kozier, B, (1995). Fundamental of Nursing, Concept and Process. INC California: Addison wesley, Publishing Company

Maiyuda, S, (2010). Optimalisasi Penatalaksanaan Klien TB paru Melalui Program DOTS di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan. Medan :PSIK USU

Mubarrak, W.I, (2006). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2, Teori dan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : Sagung Seto.

Potter dan Perry, (2005). Fundamental Keperawatan. Edisi 4 volume 2. Jakarta : EGC.

Price, S. A, (1995). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC

(38)

Lampiran

CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/tanggal No. Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi ( SOAP)

Rabu

- Mengkaji suara nafas klien

- Mengkaji kemampuan klien

untuk mengeluarkan sekret,

batuk efektif, jumlah sputum

dan adanya hemoptosis.

- Menganjurkan klien posisi

semi fowler atau fowler apabila

tidur dan menganjurkan untuk

tekhnik nafas dalam.

- Menganjurkan keluarga

untuk mengawasi klien dalam

hal mengonsumsi obat.

S : Klien mengatakan

masih sesak

O : Klien masih

kelihatan sulit

bernafas dan sputum

masih kental

1 - Mengkaji fungsi pernafasan

klien.

- Mengkaji suara nafas klien

- Menganjurkan klien untuk

S : Klien mengatakan

sesak sudah sedikit

berkurang

O : Klien kelihatan

sudah tidak sesak

(39)

intake cairan minimal 2500 ml

per hari

- Menganjurkan klien untuk

berhenti merokok, serta bahaya

merokok terhadap penyakit

yang diderita klien.

RR: 19x/menit

HR: 72x/menit

TD: 110/70 mmHg

Temp: 37oC

A : Masalah teratasi

sebagian

- Mengkaji suara nafas klien

- Memberikan penyuluhan

kesehatan mengenai TBC,

menjelaskan cara

penularannya,menjelaskan

jangan sampai putus obat

sebelum waktu yang

ditentukan dan menganjurkan

kepada klien untuk makan

makanan bergizi.

S : Klien mengatakan

semakin hari sesak

semakin berkurang

O : Klien kelihatan

sudah tidak sesak

sekali dan bunyi

nafasnya normal

A : Masalah teratasi

sebagian

P : Intervensi

(40)

Lampiran

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik :TB Paru

Sasaran : Klien (Tn.R) dan Keluarga

Waktu : (15-20) menit

A. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah dilakukan penyuluhan, klien dan keluarga akan dapat mengerti

tentang penyakit TB paru

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah dilakukan penyuluhan klien (Tn.R) akan dapat :

a. Menyebutkan defenisi TB paru

b. Menyebutkan terjadinya TB paru

c. Menyebutkan cara penularan TB paru

d. Menyebutkan tanda dan gejala TB paru

e. Menjelaskan penatalaksanaan TB paru

B. Pokok Bahasan: TB paru

C. Sub Pokok Bahasan

a. Defenisi TB paru

b. Penyebab terjadinya TB paru

c. Tanda dan gejala TB paru

d. Cara penularan TB paru

(41)

D. Kegiatan dan Media Penyuluhan

Tahap Kegiatan

Penyuluhan

pendahuluan 1.Memberi salam

2.Menjelaskan

defenisi TB paru

2.Menyebutkan

penyebab

terjadiny TB paru

3.Menyebutkan

tanda dan gejala

(42)

3.Menutup dan

mengucapkan

salam

menjawab salam

E. Evaluasi

1. Cara : Lisan

2. Bentuk pertanyaan :

a. Sebutkan defenisi TB paru

b. sebutkan penyebab TB paru

c. jelaskan cara penularan TB paru

d. jelaskan tanda dan gejala TB paru

F. Lampiran Materi Penyuluhan

Gambar

Tabel obat TB paru

Referensi

Dokumen terkait

Setelah materi disampaikan, mahasiswa diminta mencari jurnal dengan topik PMDN, dosen. membimbing mahasiswa melakukan review pada

KD: Menguasai bahasa Inggris lisan dan tulisan, reseptif dan produktif dalam segala aspek. komunikatifnya (linguistik,wacana,sosiolinguistik

Dihitung berdasarkan pada SNI 1726-2012.

Diinformasikan Kepada Bapak/Ibu Dosen Peneliti Universitas Andalas yang telah selesai melakukan Unggah Proposal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat di SIMLITABMAS, agar segera

While the international standard CityGML (City Geography Mark- up Language) allows us to store terrains as TINs (with and with- out constraints) (OGC, 2012), we argue in this paper

dengan ini Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Ditjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti telah menetapkan jadwal bagi Perguruan Tinggi PTN dan PTS

Six metrics are investigated in this study: Mean number of ver- tices/edges/faces per building (Metrics 1, 2 and 3); Mean number of vertices per face (4); Frequency distribution of

As the EPnP algorithm considers all 3D-to-2D correspondences without checking their reliability, the quality of the registration results International Archives of