• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi dan atau komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia (Depkes, 2001).

Kehadiran bahan atau zat asing didalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat mengganggu kehidupan manusia, hewan dan binatang. Bila keadaan seperti tersebut terjadi, maka udara dikatakan telah tercemar, kenyamanan hidup terganggu (Wardhana, 2004).

2.2. Sumber Pencemaran Udara

Secara umum sumber pencemaran udara ada 2 macam , (Wardhana, 2004) : 1. Berasal dari faktor internal atau alamiah, antara lain:

a. Debu yang beterbangan akibat ditiup angin

b. Debu yang dikeluarkan oleh letusan gunung berapi berikut gas–gas vulkanik. c. Proses pembusukan sampah–sampah organik

2. Berasal dari faktor eksternal ( karena perbuatan manusia ) : a. Hasil pembakaran bahan bakar fosil

b. Debu / serbuk kegiatan industri

c. Pemakaian zat–zat kimia yang disemprotkan ke udara.

Pencemaran udara oleh partikel yang berasal dari alam seringkali dianggap wajar. Kalaupun terjadi gangguan terhadap lingkungan yang mengurangi tingkat

(2)

kenyamanan hidup maka hal tersebut akan dianggap sebagai musibah bencana alam. Pencemaran partikel yang berasal dari alam yang pernah tercatat sebagai suatu kejadian hebat adalah pencemaran partikel letusan gunung Krakatau. Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan, cairan atau gas yang masuk terdispersi ke udara kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya. Kecepatan penyebaran ini sudah barang tentu akan bergantung pada keadaan geografi dan meteorologi setempat (Wardhana, 2004).

2.3. Bahan Pencemar Udara

Pengaruh udara yang langsung, terjadi karena proses pernapasan dan kontak seluruh tubuh ke udara. Pengaruh udara terhadap kesehatan sangat ditentukan oleh komposisi kimia, biologis maupun fisis udara. Pada keadaan normal, sebagian besar udara terdiri atas oksigen dan nitrogen (90%). Tetapi, aktifitas manusia dapat mengubah komposisi kimiawi udara sehingga terjadi peningkatan konsentrasi zat–zat kimia yang sudah ada. Aktifitas manusia yang menjadi sumber pencemaran udara adalah buangan industri, kenderaan bermotor dan pembakaran di rumah–rumah maupun di ladang–ladang. Pengaruh terhadap terhadap kesehatan akan tampak bila kadar zat pencemar meningkat sedemikian rupa sehingga timbul penyakit pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Pada kadar demikian udara disebut telah tercemar. Zat–zat pencemar di udara sebagai akibat aktifitas manusia dapat digolongkan pada : zat pencemar fisis dan zat pencemar kimia (Sastrawijaya, 2000).

(3)

2.3.1. Zat Fisis Pencemar Udara

Zat fisis yang sering dijumpai pada bidang transportasi di jalan raya adalah kebisingan. Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki ataupun yang merusak kesehatan. Saat ini, kebisingan merupakan salah satu penyebab penyakit lingkungan. Di Indonesia yang masih terus membangun, taraf kebisingan akan terus meningkat, terutama di jalan raya dan industri. Kemajuan industri dan teknologi di tandai dengan pemakaian mesin–mesin yang dapat mengolah dan memproduksi bahan maupun barang yang dibutuhkan manusia secara cepat. Untuk membantu mobilitas manusia dalam melaksanakan tugasnya maka digunakan alat – alat transportasi bermesin, baik di udara, laut maupun darat. Selain dari pada itu, untuk mencukupi segala sarana dan prasarana, digunakan pula peralatan bermesin untuk keperluan membangun konstruksi fisik (Wardhana, 2004).

Menurut Suma’mur ( 1995 ) ada beberapa jenis kebisingan yang sering ditemukan :

1. Kebisingan kontiniu dengan spectrum frekwensi luas, seperti suara yang dihasilkan oleh mesin – mesin, kipas angin, dapur pijar dan lain-lain.

2. Kebisingan kontiniu dengan spectrum frekwensi sempit, seperti suara gergaji sirkuler, katup gas, dan lain-lain.

3. Kebisingan terputus-putus, seperti suara lalu lintas, suara lapangan terbang dan lain-lain.

4. Kebisingan impulsif, seperti suara pukulan palu, tembakan bedil atau meriam, ledakan dan lain-lain.

(4)

Kebisingan di jalan raya ( hirukpikuk ), mencapai intensitas kebisingan 80 -100 dB yang digolongkan sangat hiruk. Pada umumnya, kebisingan bernada tinggi sangat menggangu lebih-lebih yang terputus-putus atau yang datangnya secara tiba-tiba dan tak terduga.

2.3.2. Zat Kimia Pencemar Udara.

Adapun zat-zat kimia yang mencemari udara adalah sebagai berikut : 1. Karbon Monoksida (CO)

Karbon Monoksida adalah suatu komponen tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu diatas 1920C. Komponen ini mempunyai berat sebesar 96,5% dari berat air dan tidak larut dalam air. Karbon Monoksida di alam terbentuk di salah satu proses sebagai berikut (Wardhana, 2004) :

a. Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon.

b. Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi.

c. Pada suhu tinggi, karbon dioksida terurai menjadi karbon monoksida dan oksigen.

Oksidasi tidak lengkap terhadap karbon maupun komponen yang mengandung karbon terjadi jika jumlah oksigen yang tersedia kurang dari jumlah yang dibutuhkan untuk pembakaran sempurna, dimana dihasilkan karbon dioksida. Reaksi pembentukan karbon monoksida lebih cepat daripada reaksi pembentukan karbon dioksida, sehingga pada hasil akhir pembakaran masih mungkin terdapat gas karbon monoksida. Apabila pencampuran bahan bakar dan udara tidak rata, maka

(5)

masih ada bahan bakar (karbon) yang tidak berhubungan dengan oksigen, keadaan ini menambah besar kemungkinan terbentuknya gas karbon monoksida yang terjadi pada suhu tinggi. Selain itu, pada reaksi pembakaran yang menghasilkan panas dengan suhu tinggi akan membantu terjadinya penguraian gas karbon dioksida menjadi gas karbon monoksida. Semakin tinggi suhu hasil pembakaran maka jumlah gas karbon dioksida yang terurai menjadi gas karbon monoksida dan oksigen semakin banyak (Fardiaz, 2003).

2. Nitrogen Oksida (NOx)

Nitrogen Oksida sering disebut dengan NOx karena oksida nitrogen mempunyai 2 macam bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO2 dan gas NO. Sifat

gas NO2 adalah berwarna dan berbau, sedangkan gas NO tidak berwarna dan tidak

berbau. Warna gas NO2 adalah merah kecoklatan, berbau tajam dan menyengat.

Kadar NOx di udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat akan lebih tinggi daripada daerah pedesaan yang berpenduduk sedikit. Hal ini disebabkan karena bebagai macam kegiatan yang menunjang kehidupan manusia akan menambah kadar NOx di udara, seperti transportasi, generator listrik, pembuangan sampah dan lain– lain. Pencemaran gas NOx di udara terutama berasal dari gas buangan hasil pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listrik atau mesin – mesin yang menggunakan bahan bakar gas (Wardhana, 2004).

3. Sulphur Oksida (SOx)

Gas sulfur oksida atau belerang oksida sering ditulis dengan SOx terdiri atas gas SO2 dan gas SO3 yang mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau tajam dan

(6)

bereaksi dengan uap air yang ada di udara untuk membentuk asam sulfat (H2SO4).

Asam sulfat mudah bereaksi dengan benda–benda lain yang mengakibatkan kerusakan seperti proses korosi (karat) dan proses kimia lainnya.

Konsentrasi gas SO2 di udara akan mudah terdeteksi oleh indera penciuman

manusia pada konsentrasi antara 0,3–1 ppm. Gas buangan hasil pembakaran mengandung gas SO2 lebih banyak daripada gas SO3. Pencemaran SO3 di udara

terutama berasal dari pemakaian batu bara pada kegiatan industri dan transportasi (Wardhana, 2004).

4. Hidrokarbon (HC)

HC berasal dari proses alamiah dan buatan manusia. Secara alamiah HC diproduksi oleh tanaman, dekomposisi zat organic. Sumber alamiah bagi HC adalah sumur-sumur minyak dan gas bumi. Tanaman, terutama pohon, seperti genus citrus dan famili Coniferae memproduksi HC, yang merupakan bagian dari minyak esensial bagi tumbuhan (Soemirat, 2000).

Sumber utama HC adalah asap kenderaan bermotor. HC total yang ada di atmosfer menunjukkan korelasi yang positif dengan kepadatan lalulintas. HC adalah pencemar udara yang dapat berupa gas, cairan maupun padatan. Dinamakan HC karena penyusun utamanya adalah atom karbon dan atom hydrogen yang dapat terikat (tersusun) secara ikatan lurus (ikatan rantai) atau terikat secara ikatan cincin (ikatan tertutup) (Fardiaz, 2003).

Keadaan HC sebagai bahan pencemar di udara dapat berupa gas apabila HC termasuk suku rendah, berupa cairan bila HC termasuk suku sedang, atau berupa padatan apabila termasuk suku tinggi. Apabila HC berupa gas maka akan tercampur

(7)

bersama gas–gas hasil buangan lainnya. Jika berupa cairan HC akan membentuk semacam kabut minyak yang sangat mengganggu. HC yang keluar berupa padatan akan membentuk asap pekat dan akhirnya menggumpal menjadi debu. Dalam keadaan seperti ini HC termasuk kelompok pencemar partikel

(Wardhana, 2004). 5. Partikulat

Yang dimaksud dengan partikulat adalah zat padat/cair yang halus dan tersuspensi di udara atau pencemar udara yang dapat berada bersama–sama dengan bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan secara murni atau sempit sebagai bahan pencemar udara yang berbentuk padatan. Namun dalam pengertian yang lebih luas, dalam kaitannya dengan masalah pencemaran lingkungan maka pencemar partikel dapat meliputi berbagai macam bentuk. Mulai dari bentuk yang sederhana sampai dengan bentuk yang rumit dan kompleks yang kesemuanya merupakan bentuk pencemaran udara berikut ini (Wardhana, 2004) :

a. Aerosol adalah istilah umum yang menyatakan adanya partikel yang

terhambur dan melayang di udara.

b. Fog atau kabut adalah aerosol yang berupa butiran–butiran air yang berada di udara.

c. Smoke atau asap adalah aerosol yang berupa campuran antara butir padatan dan cairan yang terhambur melayang di udara.

d. Dust atau debu adalah aerosol yang berupa butiran padat yang terhambur dan melayang di udara karena adanya hembusan angin.

(8)

e. Mist artinya mirip dengan kabut. Penyebabnya adalah butiran–butiran zat cair yang terhambur dan melayang di udara.

f. Fume artinya mirip dengan asap, hanya saja penyebabnya adalah aerosol yang berasal dari kondensasi uap panas (khususnya uap logam)

g. Plume adalah asap yang keluar dari cerobong asap suatu industri (pabrik) h. Haze adalah setiap bentuk aerosol yang mengganggu pandangan di udara. i. Smog adalah bentuk campuran antara smoke dan fog. Istilah ini banyak digunakan di Inggris dan Amerika, sehingga ada istilah London Smog dan

Los Angeles Smog.

j. Smaze adalah istilah yang banyak dipakai di Amerika (khususnya New York) untuk mengartikan campuran antara Smoke dan haze.

2.4. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan

Dampak pencemaran udara tidak hanya berpengaruh dan berakibat kepada lingkungan alam saja, akan tetapi berakibat dan berpengaruh pula terhadap kehidupan tanaman, hewan dan juga manusia. Menurut WHO dalam Sujardi (1996), efek kesehatan dari bahan pencemar udara adalah sebagai berikut :

1. Suspended Particulates dapat masuk ke paru dan dalam waktu yang lama dapat mengiritasi bronchus (Saluran napas)

2. SO2 diserap selama bernapas, mengakibatkan iritasi saluran napas dengan

kemungkinan spasme bronchus

3. Asam sulfur terjadi karena reaksi SO2 di udara, sangat mengiritasi. Mungkin

(9)

4. Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) terutama diabsorbsi dan dapat masuk ke paru. Zat ini di duga berperan utama bagi terjadinya peningkatan kanker paru di beberapa daerah perkotaan.

Ketiga bahan pencemar (Suspended particulates, SO2, Asam Sulfur)

menyebabkan penyakit yang dikenal sebagai London Smog Complex. Dalam jangka pendek mengakibatkan penyakit pada pasien yang mempunyai kelainan saluran napas, pengurangan fungsi paru (kapasitas vital paru) dan dapat menyebabkan kematian. Dalam jangka panjang meningkatkan frekwensi infeksi penyakit pernapasan pada anak dan gejala penyakit saluran napas pada orang dewasa.

Dengan memperkirakan makin mudahnya tiap orang memiliki kenderaan pribadi, maka situasi pencemaran udara di waktu mendatang makin meningkat. Emisi gas buang kenderaan bermotor diyakini mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat. Gangguan yang lazim dikenal akibat emisi gas buang kenderaan bermotor ini adalah : gangguan saluran pernapasan, sakit kepala, iritasi mata, menjadi pemicu serangan asma, penyakit jantung dan penurunan kualitas intelegensia pada anak–anak. Beberapa penelitian terakhir menemukan bahwa gas buang kenderaan bermotor juga menyebabkan kanker. Terjadinya pencemaran udara oleh sektor transportasi adalah akibat penggunaan bahan bakar yang dipergunakan sebagai penggerak bagi kenderaan yang menjadi sarana utama sektor transportasi tersebut. Penguapan bahan bakar, sistem ventilasi mesin dan yang terutama adalah buangan dari knalpot hasil pembakaran bahan bakar yang merupakan pencampuran ratusan gas dan aerosol menjadi penyebab utama keluarnya berbagai pencemar dari sektor transportasi (Efriyanti 2007).

(10)

Perkiraan persentasi komponen pencemar udara di Indonesia yang bersumber dari transportasi dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1.

Perkiraan Persentase Komponen Pencemar Udara Dari Sumber Transportasi di Indonesia

No Komponen Pencemar Persentase

1. CO 70,50 % 2 Nox 8,89 % 3 Sox 0,88 % 4 HC 18,34 % 5 Partikel 1,33 % Total 100 %

Dikutip dari Wardhana (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan

Dampak polutan pencemar yang dihasilkan oleh sektor transportasi adalah : 1. Karbon monoksida (CO) dan Karbon dioksida ( CO2 )

Setiap pembakaran atau peledakan sesunguhnya cenderung untuk menghasilkan gas CO. Sekitar 5% Pembakaran gas alam atau minyak bumi bisa menghasilkan CO. Nilai ambang batas untuk CO adalah 100 bds atau 100 mg per meter kubik udara. Kadar CO diatas 4000 bds menyebabkan kematian yang sangat cepat. Gas ini akan berikatan dengan Hb darah membentuk karboksihemoglobin, yang tidak dapat lagi mengikat oksigen untuk keperluan sel–sel dari jaringan.

Gejala–gejala utama keracunan CO adalah sesak napas, warna merah dan terang dari selaput lendir dan apabila keracunan berat dapat disertai dengan tak sadarkan diri. Keracunan CO biasanya akut sedangkan yang disebut keracunan kronis adalah akumulasi kerusakan–kerusakan oleh CO dengan kadar rendah yang dihirup secara terus–menerus. Pencegahannya dilakukan dengan memperhatikan kadar CO di

(11)

udara, ventilasi keluar untuk hawa pembakaran yang terjadi pada alat–alat pemanas, tungku–tungku, dapur–dapur dan lain–lainnya (Suma’mur, 1995).

Berdasarkan hasil penelitian para ahli pada tahun 1980, kadar karbon dioksida pada lapisan atmosfir bumi tercatat sebesar 335 ppm. Kadar karbon dioksida ini sudah jauh lebih tinggi dari kadar karbon dioksida sekitar 100 tahun yang lalu, yang hanya sebesar 290 ppm. Atas dasar ini para ahli memperkirakan bahwa setiap 40 tahun akan terjadi perubahan iklim di muka bumi ini. Perubahan iklim tersebut antara lain di tandai dengan naiknya suhu bumi sebesar 0,5 oC setiap 40 tahunnya. Apabila kenaikan kadar CO tidak dicegah maka bencana karena kenaikan suhu bumi dapat terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi. Mengingat akan hal ini maka para ahli mulai memikirkan pemakaian energi yang bersih tanpa menimbulkan gas karbon dioksida. Pemikiran tersebut antara lain dengan pemanfaatan panas bumi (geothermal) untuk membangkitkan tenaga listrik. Usaha ini juga dicoba untuk tenaga air, angin, konversi gradient panas laut, matahari dan nuklir.

Selain dari pada itu, kenaikan suhu bumi dapat juga disebabkan oleh efek rumah kaca atau greenhouse effect. Efek rumah kaca dapat terjadi karena meningkatnya jumlah karbon dioksida diudara. Karbon dioksida dari tahun ke tahun terus meningkat, seiring dengan makin banyaknya penggunaan bahan bakar fosil untuk mencukupi keperluan energi dunia. Karbon dioksida hasil pembakaran bahan bakar fosil akan berkumpul pada lapisan tertentu atmosfir bumi, membentuk semacam “perisai”. Adanya perisai ini menyebabkan panas yang keluar dari bumi tidak dapat keluar dengan bebas dari lapisan atmosfir, namun dikembalikan lagi ke bumi. Lapisan karbon dioksida tersebut seolah–olah berfungsi sebagai reflektor

(12)

terhadap panas dari bumi. Panas bumi yang dipantulkan kembali ke bumi akan menaikkan suhu bumi. Hal inilah yang disebut sebagai efek rumah kaca (Soemirat, 2000).

2. Nitrogen Oksida (NOx)

NO dan NO2 dapat merusak kesehatan manusia dan lingkungannya, NO

mempunyai kemampuan membatasi kadar oksigen dalam darah, seperti CO. Juga mudah bereaksi dengan oksigen membentuk NO2. Jika NO2 bertemu dengan uap air

di udara atau dalam tubuh manusia akan terbentuk HNO3 yang sangat merusak tubuh.

Karena itulah NO2 akan terasa perih jika mengenai mata, hidung dan saluran napas. Jika dalam konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan kematian (Soemirat,2000).

Faktor emisi gas buang kendaraan bermotor menyumbang nitrogen oksida 185 pon/1000 galon. Kadar gas nitrogen oksida naik seiring dengan meningkatnya lalu lintas yang disebabkan meningkatnya jumlah kenderaan bermotor, dan sinar ultraviolet dari matahari yang merubah NO menjadi NO2. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan Martono dan Ninik sulistiyani, tentang kondisi pencemaran gas nitrogen dioksida di Jakarta terbukti bahwa tingginya intensitas lalu lintas kenderaan bermotor berpengaruh terhadap naiknya kadar gas NO2 pada udara ambien di Jakarta

(Martono, 2004)

3. Sulphur Dioksida (SO2)

Pengaruh SO2 pada manusia telah banyak diperbincangkan dalam kalangan

kedokteran. Jika konsentrasi SO2 naik, orang mula merasa terganggu. Kadar 6 bpj

SO2 akan melumpuhkan dan merusak organ pernapasan. Karena itu, kadar SO2 di

(13)

bernapas, maka udara akan masuk ke dalam pipa kapiler dalam paru–paru yang amat luas, diduga 25 kali lebih luas dari permukaan kulit kita. Setiap permukaan jaringan yang dilalui udara mengandung uap air yang mudah sekali bereaksi dengan SO2.

Jika SO2 bereaksi dengan kabut berisi uap air akan membentuk asam sulfat.

Kedua zat ini berbahaya terhadap kesehatan manusia dan memudahkan barang logam berkarat. Asam yang terbentuk di awan akan turun ke tanah dan akan menimbulkan malapetaka bagi tanaman. Tanaman rendah akan lebih dahulu menderita. Senyawa H2SO3 dan H2SO4 juga menyerang setiap permukaan logam, termasuk rel kereta api

dan kenderaan sampai pagar halaman. Bahkan akan merusak batu–batuan, candi, genteng bahkan granit. Belerang dioksida menyebabkan warna barang berubah dan menjadi rapuh. Misalnya barang–barang dari plastik, karet, kertas dan lain sebagainya (Soemirat, 2000).

4. Hidrokarbon ( HC )

Pencemaran udara oleh HC berasal dari HC yang berupa gas, apabila HC tersebut termasuk suku rendah, berupa cairan bila HC termasuk suku sedang, atau berupa padatan apabila termasuk suku tinggi. Apabila HC berupa gas maka akan tercampur bersama gas–gas hasil buangan lainnya. Jika berupa cairan HC akan membentuk semacam kabut minyak yang sangat mengganggu. Kalau HC yang keluar berupa padatan, maka HC padat tersebut akan membentuk asap hitam dan akhirnya menggumpal menjadi debu. Dalam keadaan seperti ini HC termasuk kelompok pencemar partikel (Wardhana, 2004).

HC dalam jumlah sedikit tidak begitu membahayakan kesehatan manusia, walaupun HC juga bersifat toksik. Namun jika HC berada di udara dalam jumlah

(14)

banyak dan tercampur dengan bahan pencemar lain maka toksiknya akan meningkat. Sifat toksik HC akan lebih tinggi jika berupa bahan pencemar gas, cairan dan padatan. Karena padatan HC dan HC dalam bentuk cairan akan membentuk ikatan– ikatan baru dengan bahan pencemar lainnya yang disebut Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH). Pada umumnya PAH ini merangsang terbentuknya sel–sel kanker bila terhisap masuk ke dalam paru–paru. PAH banyak terdapat di daerah industri dan daaerah yang padat lalu lintasnya. Sumber utama timbulnya PAH adalah gas buangan hasil pembakaran fosil (wardhana, 2004).

Senyawa benzopirena adalah senyawa karbon yang terdapat dalam tembakau. Asap rokok mengandung benzopirena yang menyebabkan kanker. Penduduk kota setiap hari menghisap benzopirena dari udara sebanding dengan

benzopirena yang terdapat dalam 7 batang rokok. Benzopirena yang terdapat di udara kebanyakan disebabkan pembakaran batu bara. Sekitar 10% keluar dari knalpot kenderaan bermotor, sedikit dari ter atap atau aspal jalan. Di udara terdapat sedikitnya lima senyawa hidrokarbon lain yang dapat menyebabkan kanker (Sastrawijaya, 2000).

Kebanyakan senyawa hidrokarbon yang didapat adalah metan. Selain itu didapat sekitar 10 senyawa hidrokarbon lainnya, dalam jumlah cukup banyak. Sekalipun hidrokarbon tersebut merupakan gas yang toksik bagi manusia, dalam situasi udara bebas, tidak menimbulkan masalah yang serius, kecuali bagi mereka yang terpapar jelaga yang mengandung hidrokarbon. Apabila pemaparan terjadi berulangkali dan berlangsung cukup lama, maka resiko terjadinya kanker menjadi bertambah. Dengan demikian kewaspadaan perlu dipelihara, karena hidrokarbon di

(15)

udara mengalami reaksi fotokimia sehingga dapat berubah menjadi zat–zat yang lebih berbahaya daripada asalnya. Seperti terbentuknya Peroxy Acetyl Nitrat (PAN), keton dan aldehida (Soemirat, 2000).

5. Timah Hitam (Pb)

Pembakaran bahan bakar bensin akan terus meningkat sebesar 6-8% pertahun. Timah hitam atau timbal bersifat neurotoksik yang masuk kedalam tubuh manusia atau hewan akan terakumulasi sehingga bahayanya terhadap tubuh makin meningkat. Penelitian tentang kadar Pb dalam darah dilakukan di Jakarta pada tahun 1991 menunjukkan kadar yang cukup tinggi (30 mikrogram per desiliter) pada beberapa golongan masyarakat tertentu, khususnya masyarakat yang bermukim di daerah padat lalu lintas. Sedangkan penelitian serupa sebelumnya dilakukan oleh Universitas Padjajaran Bandung, hasilnya menunjukkan kadar Pb dalam darah polisi lalulintas di Jakarta adalah yang paling tinggi, disusul oleh pengemudi taksi

(Kusnoputranto, 2005).

Pb dan senyawanya mempengaruhi sistem saraf pusat. Ciri–ciri keracunan Pb adalah pusing, kehilangan selera makan, sakit kepala, anemia, sukar tidur, lemah dan keguguran. Bahaya paling besar adalah terhadap sel darah merah. Pb dapat mengubah ukuran dan bentuk sel darah merah. Keracunan Pb yang akut dapat menyebabkan pingsan dan mati. Pb merupakan racun yang bersifat akumulatif (Soemirat, 2000).

Pemantauan kualitas udara di Jakarta menunjukkan bahwa kadar Pb sudah melampaui baku mutu udara yang ditetapkan WHO, maupun baku mutu udara

(16)

Pengendalian Pencemaran Udara. Penelitian lain menunjukkan bahwa Pb yang terkandung dalam bahan bakar bensin yang teremisikan ke udara, dapat menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan (IQ) pada anak–anak Indonesia dan menjadi faktor penyebab terjadinya jantung koroner pada orang dewasa. Sebagai gambaran, penambahan kadar Pb dalam darah anak–anak sebesar 10 mikrogram per desiliter dapat mengurangi 2,5 nilai IQ dan angka ini meningkat setiap tahunnya, seiring dengan akumulasi Pb di lingkungan. Hampir dapat dipastikan bahwa dampak teburuk dari adanya Pb dalam bahan bakar bensin adalah hancurnya generasi muda bangsa Indonesia (Soemarwoto, 2001)

2.5. Perilaku

MenurutSarwono (2004), Perilaku manusia adalah hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dengan kata lain perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari dalam dan luar dirinya dan dapat juga diartikan sebagai suatu kegiatan yang dapat diamati secara langsung maupun dengan menggunakan alat.

Manusia adalah makhluk yang unik, perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Bloom dalam Notoatmodjo (2003) membedakan ranah perilaku dalam tiga ranah yaitu : ranah kognitif (menyangkut kesadaran atau pengetahuan), ranah afektif (sikap,emosi), dan ranah psikomotorik

(tindakan/gerakan). Menurut Guilbert yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) perilaku dibagi menjadi tiga bidang (domain) yaitu bidang pengetahuan (kognitif domain), bidang sikap (afektif domain) dan bidang tindakan (motoric domain).

(17)

2.5.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan juga dapat di defenisikan sebagai sekumpulan informasi yang dipahami, yang diperoleh dari proses belajar semasa hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri, baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih lama bertahan/langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003).

Asosiasi Psikologi Amerika berpendapat bahwa dalam tidaknya pengetahuan seseorang terhadap penguasaan materi dapat digolongkan dalam enam tingkatan. Tingkatan tersebut dapat dijelaskan sebagai Domain on the taxonomy of educational objectives yaitu (Notoatmodjo, 2003) :

1. Tahu, didefenisikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari rangsangan yang telah diterimanya.

2. Memahami, didefenisikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi, didefenisikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi yang sebenarnya.

(18)

4. Analisa,didefenisikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain.

5. Sintesis, didefenisikan sebagai suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi, didefenisikan sebagai kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan pada kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

2.5.2. Sikap

Menurut Notoatmodjo (2003) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Disebutkan juga bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan juga merupakan pelaksanaan motif tertentu. Menurut Sarwono (2004) sikap merupakan pendapat maupun pandangan seseorang tentang suatu objek yang mendahului tindakannya. Sikap tidak mungkin terbentuk sebelum mendapat informasi, melihat atau mengalami sendiri suatu objek.

Sikap dapat diartikan sebagai suatu bentuk kecendrungan untuk bertingkah laku, dapat juga diartikan sebagai suatu bentuk respon evaluatif yaitu suatu respon yang sudah dalam pertimbangan oleh individu yang bersangkutan. Selain itu, Sikap adalah kecenderungan untuk berespon baik secara positif atau negatif terhadap orang lain, objek atau situasi. Sikap tidak sama dengan perilaku dan kadang-kadang sikap

(19)

tersebut baru diketahui setelah seseorang itu berperilaku, tapi sikap juga selalu tercermin dari perilaku seseorang (Sarwono, 2004).

Menurut Ahmadi dalam Notoatmodjo (2003) sikap dibedakan menjadi: 1. Sikap positif, yaitu : sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan menerima atau

mengakui, menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.

2. Sikap negatif, yaitu : sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek, secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden.

2.5.3. Tindakan

Menurut Notoatmojdo (2003) tindakan adalah gerakan atau perbuatan dari tubuh setelah mendapatkan rangsangan ataupun adaptasi dari dalam tubuh maupun lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.

Secara logis, sikap dapat dicerminkan dalam bentuk tindakan namun tidak dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki hubungan yang sistematis. Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu tindakan diperlukan faktor pendukung atau suatu

(20)

kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor dukungan dari berbagai pihak.

Tindakan terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu:

1. Persepsi, mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

2. Respon terpimpin, dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar. 3. Mekanisme, apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

4. Adaptasi, suatu tindakan yang sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara atas kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran dapat juga dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmojdo, 2003).

(21)

2.6. Kerangka Konsep

Karakteristik mahasiswa :

-

Semester

-

Usia

-

Jenis Kelamin

-

Lama menggunakan sepeda motor

-

Usia Kenderaan

Perilaku mahasiswa FKM USU yang mengendarai sepeda motor dalam pengendalian

pencemaran udara

-

Pengetahuan

-

Sikap

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa upaya-upaya pihak terkait dalam penerbitan sukuk ijarah agar sukuk tidak bertentangan dengan prinsip syariah

4.2.1 Kondisi Rasio Likuiditas yang di Ukur dengan Quick Ratio pada Perusahaan-Perusahaan Sektor Transportasi yang Telah Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Geosimulation: Pemodelan dan Simulasi Spasial untuk Prediksi Perkembangan Wilayah dan Perubahan Lahan berbasis Sistem Informasi Geografis dan Cellular Automata...  Metode pemodelan

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kepuasan pelayanan terhadap loyalitas nasabah dan strategi untuk mencapai keunggulan bersaing pada Bank Permata Cabang

Hasil kencernaan bahan kering pada penelitian ini cenderung lebih kecil jika dibandingkan dengan kencernaan bahan kering ayam broiler yang diberi ransum bungkil inti sawit

Calon dikehendaki menanda (/) bagi jawapan yang tepat 21(1) dan membulatkan kesalahan tatabahasa yang terdapat dalam ayat yang diberi 21(2)... Contoh

Air tidak bisa mengalir ke saluran karena bahu jalan penuh tanaman dan lebih tinggi dari permukaan jalan.. Bagaimana dibuat