• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi penggunaan obat pada kasus penyakit jantung koroner usia lanjut di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta periode 2008 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Evaluasi penggunaan obat pada kasus penyakit jantung koroner usia lanjut di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta periode 2008 - USD Repository"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Sry Yuniarti Manurung NIM: 068114006

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Sry Yuniarti Manurung NIM: 068114006

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)

iii

KORONER USIA LANJUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR.

SARDJITO YOGYAKARTA PERIODE 2008

Oleh :

Sry Yuniarti Manurung NIM: 068114006

Skripsi ini telah disetujui oleh:

Pembimbing Utama

(4)
(5)

v

Mulailah dengan melakukan apa yang perlu, lalu ikuti

dengan apa yang mungkin, dan tanpa kau sadari dirimu

telah melakukan hal yang mustahil bersama TUHAN.

Kupersembahkan untuk :

Sang Maestro Hidupku Tuhan Yesus Kristus Papa dan Mama tersayang Saudaraku yang kukasihi : Lopris, Jenny, dan Albert Almamaterku

(6)

vi

Nama : Sry Yuniarti Manurung Nomor Mahasiswa : 068114006

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Evaluasi Penggunaan Obat Pada Kasus Penyakit Jantung Koroner Usia Lanjut Di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Periode 2008

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 28 Januari 2010 Yang menyatakan

(7)

vii

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus, karena atas kasih karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Penggunaan Obat Pada Kasus Penyakit Jantung Koroner Usia Lanjut di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Periode 2008” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi pada program studi Ilmu Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan semangat, motivasi, dorongan, kritik dan saran sampai terselesaikannya skripsi ini, terutama kepada :

1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi dan dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam penyusunan skripsi terutama selalu meyakinkan penulis agar cepat menyelesaikan skripsi.

2. Drs. Mulyono, Apt. dan dr. Fenty, MKes, Sp.PK. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, masukan dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini. 3. Para dosen di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang

telah memberikan bekal kepada penulis untuk praktik kefarmasiannya kelak. 4. Papa dan Mama yang selalu memberikan cinta, motivasi, doa, materi dan

(8)

viii

data di ICM RSS. Terima kasih untuk segala kebersamaan dan kerjasama yang luar biasa.

7. Inge, Aroma, Rico, Grace, Dini, Ayu, Tiara, teman seperjuangan dalam kuliah yang selalu memberikan motivasi dan semangat untuk terus berjuang.

8. Kak Nadia, yang selalu menularkan semangat dan dorongan untuk terus bermimpi dan menggapai impian. Terima kasih untuk semua hal indah dan positif yang sudah kakak bagikan untukku.

9. Kak Echi, Flora, Denok, dan teman-teman komselku yang luar biasa. Terima kasih untuk motivasi dan doanya

10. Deeda, Tya, Asti, teman kost CatDog yang selalu memberikan keceriaan dalam kost.

11. Semua orang yang telah mengisi puzzlehidupku, dan membuat hidupku menjadi semakin indah.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat menambah ilmu pengetahuan.

(9)

ix

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 13 Januari 2010 Penulis

(10)

x

penyakit sehingga penyakit akan mudah timbul, dan hal ini dapat menyebabkan terjadinya multipatologi pada usia lanjut yang memiliki konsekuensi polifarmasi dalam pengobatannya.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kerasionalan peresepan dan perbandingan obat paten dan generik yang digunakan dalam pengobatan pasien usia lanjut dengan penyakit jantung koroner di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta periode 2008. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan deskriptif yang bersifat retrospektif.

Jumlah kasus yang dianalisis sebanyak 24 kasus. Tiap kasus dikaji DTPs (Drug Therapy Problems) yang muncul dengan menggunakan metode SOAP

Karakteristik jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki (83,2%). Persentase penggunaan obat paten (76,9%) lebih besar dibandingkan dengan obat generik (23,1%). Pada penelitian ini digunakan 9 kelas terapi obat dengan tiga kelas terapi terbanyak yaitu sistem kardiovaskuler dan hematopoietik (100,0%), gizi dan darah (25,0%), dan saluran cerna (22,2%). JenisDTPsyang terjadi yaitu tidak ada kejadian dosis terlalu tinggi, tidak ada kejadian obat yang tidak efektif, tidak ada kejadian perlu tambahan terapi obat, kejadian dosis terlalu rendah sebanyak 1 kasus (4,2%),

Adverse Drug Reactions sebanyak 2 kasus (8,3%), terapi obat tanpa indikasi sebanyak 3 kasus (12,5%).

(11)

xi

happens, and it can make multiphatology on geriatric that have consequency of polypharmacy in treatment.

The research aimed is to knowing rationality of prescribing and proportion of generic and brand name drug usage that used in treatment on coronary artery geriatric patient at RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Period 2008. This research was non experimental study with the descriptive design which have retrospective characteristic.

All case which analized is 24 cases. Every case had examined DTPs (drug therapy problems) that appear by SOAP method. The most characteristic of gender is male (83,2%). The usage percentage of brand name drug (76,9%) bigger than generic drug (23,1%). In this research used 9 drug class therapy which three most drug class therapy are cardiovascular system and hematopoetic, nutrient and blood, and gastrointestinal system. The type of drug therapy problems that happened which is there is no happened dosage too high, there is no happened ineffective drug, there is no happened need for additional drug therapy, dosage too low are 1 case (4,2%), adverse drug reactions are 2 cases (8,3%), therapy without indication are 3 cases (12,5%)

(12)

xii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……… iii

HALAMAN PENGESAHAN………..………. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………..………..…… v

PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .……… vi

PRAKATA………..………..………….……… vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………..…..………….. ix

INTISARI………..………..……….. x

ABSTRACT………..………..……… xi

DAFTAR ISI………..………..………. xii

DAFTAR TABEL………..………..………. xvi

DAFTAR GAMBAR………..………..……… xviii

DAFTAR LAMPIRAN………..………..………. xix

ABBREVIATIONS……….. xxi

BAB I. PENGANTAR………….………. 1

A. Latar Belakang………. 1

(13)

xiii

1. Tujuan umum………. 5

2. Tujuan khusus……… 5

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA………... 7

A. Anatomi dan Fisiologi Jantung ……….……….. 7

B. Penyakit Jantung Koroner ……….. 9

1. Definisi……….. 9

2. Etiologi……….. 10

3. Epidemiologi……….………. 10

4. Patofisiologi ………... 10

5. Faktor Risiko ………. 12

6. Manifestasi Klinis ….………..………. 13

7. Penampakan Klinis ………... 15

C. Penatalaksanaan Terapi Jantung Koroner ……… 16

1. Tujuan terapi………..………. 16

2. Sasaran terapi………..……… 17

3. Outcome……….……… 17

4. Strategi terapi……… 17

D. Usia Lanjut …………..……….. 22

E. Drug Therapy Problems …………. 23

(14)

xiv

C. Subyek Penelitian………. 28

D. Bahan Penelitian……….. 29

E. Lokasi Penelitian……….. 29

F. Tata Cara Penelitian………. 29

1. Tahap perencanaan…….……… 29

2. Tahap pengambilan data……….... 30

3. Tahap penyelesaian data……… 30

G. Tata Cara Analisis Hasil……….. 31

H. Kesulitan Penelitian ………... 33

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………. 35

A. Karakteristik Kasus Usia Lanjut PJK ………. 35

B. Pola Pengobatan Pasien Usia Lanjut PJK ……… 36

1. Obat -obat yang mempengaruhi gizi dan darah ……..………….. 37

2. Obat yang digunakan untuk pengobatan infeksi ….……….. 38

3. Obat yang bekerja pada saluran cerna …………..………. 39

4. Obat yang bekerja pada sistem saluran pernafasan ………... 40

5. Obat-obat sistem endokrin dan metabolik ………. 40

6. Obat yang mempengaruhi sistem imun (obat alergi) ……….….. 41

(15)

xv

Obat Sistem Kardiovaskuler ………..…….…. 45

D. KajianDrug Therapy Problems (DTPs)………..…… 50

1. Dosis terlalu tinggi ……….. 50

2. Obat yang tidak efektif ………..……… 51

3. Perlu tambahan terapi obat …..………... 51

4. Adverse Drug Reactions..………. 51

5. Terapi obat tanpa indikasi ……….. 51

6. Dosis terlalu rendah …….….……….. 52

E. Rangkuman Pembahasan………. 52

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………..…………... 54

A. Kesimpulan……….. 54

B. Saran……… 55

DAFTAR PUSTAKA………... 56

LAMPIRAN ……… 59

(16)

xvi

Kelamin di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Periode 200 ……… 35 Tabel IV Distribusi Kelas Terapi Obat Kasus pada Pasien Usia

Lanjut PJK yang Dirawat di Instalasi Rawat Inap

RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Periode 2008 ... 37 Tabel V Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat Gizi

dan Darah yang Digunakan pada Terapi Kasus Usia Lanjut PJK di Instalasi Rawat Inap RSUP

DR. Sardjito Yogyakarta Periode 2008 ... 38 Tabel VI Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat

Infeksi yang Digunakan pada Terapi Kasus Usia Lanjut PJK di Instalasi Rawat Inap

RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Periode 2008 ... 39 Tabel VII Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat yang

Bekerja pada Saluran Cerna yang Digunakan pada Terapi Kasus Geriatri PJK di Instalasi Rawat Inap

RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Periode 2008 ……… 39 Tabel VIII Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat yang

Bekerja pada Sistem Saluran Pernafasan yang Digunakan pada Terapi Kasus Geriatri PJK di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito

Yogyakarta Periode 2008 ... 40 Tabel IX Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat

Sistem Endokrin dan Metabolik yang Digunakan pada Terapi Kasus Geriatri PJK di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta

Periode 2008 ... 41 Tabel X Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat

yang Mempengaruhi Sistem Imun yang Digunakan pada Terapi Kasus Usia Lanjut PJK di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Periode 2008... 42 Tabel XI Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat yang

(17)

xvii

Tabel XIII Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat yang Bekerja pada Sistem Saraf Pusat yang Digunakan

pada Terapi Kasus Usia Lanjut PJK di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta

Periode 2008 ... 45 Tabel XIV Obat Paten dan Generik yang Digunakan Pada Kelas

Terapi Kardiovaskuler dan Hematopoetik ... 46 Tabel XV Persentase Penggunaan Obat Paten dan Generik Pada

Kelas Terapi Kardiovaskuler dan Hematopoetik ... 46 Tabel XVI Penggunaan Obat Paten dan Obat Generik pada

Kelas Terapi Kardiovaskuler dan Hematopoetik yang diterima pada Kasus PJK Usia Lanjut di Instalasi

Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2008 ... 47 Tabel XVII Perbedaan Harga Obat Paten dan Obat Generik pada

Kelas Terapi Kardiovaskuler dan Hematopoetik (3 zat aktif) yang diterima pada Kasus Usia Lanjut PJK di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Tahun 2008... 49 Tabel XVIII KasusDTPs Adverse Drug Reactionpada Pasien Usia

Lanjut PJK di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Periode 2008 ... 51 Tabel XIX KasusDTPsTerapi Obat Tanpa Indikasi pada

Pasien Usia Lanjut PJK di Instalasi Rawat Inap

RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Periode 2008 ... 51 Tabel XX KasusDTPs Dosis Terlalu Rendah pada Pasien

Usia Lanjut PJK di Instalasi Rawat Inap RSUP

(18)

xviii

oksigen ... 9 Gambar 3 Algoritma terapi Penyakit Jantung Koroner – Stable

Angina (Ischemic Heart Disease) ... 20 Gambar 4 Angioplasti dan Stent Jantung ... 21 Gambar 5 Coronary Artery Bypass Graft (CABG)…….….. 22 Gambar 6 Perbandingan Penggunaan Obat Paten

(19)

xix

Lampiran II KajianDTPsKasus 2 Penyakit Jantung Koroner pada Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2008 ………... 60 Lampiran III KajianDTPsKasus 3 Penyakit Jantung Koroner pada

Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2008 ………..……… 61 Lampiran IV KajianDTPsKasus 4 Penyakit Jantung Koroner pada

Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2008 …..……... 63 Lampiran V KajianDTPsKasus 5 Penyakit Jantung Koroner pada

Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2008 …..……... 65 Lampiran VI KajianDTPsKasus 6 Penyakit Jantung Koroner pada

Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2008 …..……... 67 Lampiran VII KajianDTPsKasus 7 Penyakit Jantung Koroner pada

Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2008 …..……... 69 Lampiran VIII KajianDTPsKasus 8 Penyakit Jantung Koroner pada

Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2008 …..……... 71 Lampiran IX KajianDTPsKasus 9 Penyakit Jantung Koroner pada

Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2008 …..……... 72 Lampiran X KajianDTPsKasus 10 Penyakit Jantung Koroner pada

Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2008 …..……... 73 Lampiran XI KajianDTPsKasus 11 Penyakit Jantung Koroner pada

Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2008 …..……... 74 Lampiran XII KajianDTPsKasus 12 Penyakit Jantung Koroner pada

(20)

xx

Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2008 …..……... 79 Lampiran XV KajianDTPsKasus 15 Penyakit Jantung Koroner pada

Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2008 …..……... 81 Lampiran XVI KajianDTPsKasus 16 Penyakit Jantung Koroner pada

Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2008 …..……... 83 Lampiran XVII KajianDTPsKasus 17 Penyakit Jantung Koroner pada

Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2008 …..……... 85 Lampiran XVIII KajianDTPsKasus 18 Penyakit Jantung Koroner pada

Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2008 …..……... 87 Lampiran XIX KajianDTPsKasus 19 Penyakit Jantung Koroner pada

Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2008 …..……... 89 Lampiran XX KajianDTPsKasus 20 Penyakit Jantung Koroner pada

Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2008 …..……... 91 Lampiran XXI KajianDTPsKasus 21 Penyakit Jantung Koroner pada

Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2008 …..……... 94 Lampiran XXII KajianDTPsKasus 22 Penyakit Jantung Koroner pada

Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2008 …..……... 96 Lampiran XXIII KajianDTPsKasus 23 Penyakit Jantung Koroner pada

Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2008 …..……... 97 Lampiran XXIV KajianDTPsKasus 24 Penyakit Jantung Koroner pada

Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUP

(21)

xxi 3. ADR :adverse drug reaction

4. AI :aortic insufficiency

5. ALB : albumin

6. ALT : alanine transaminase

7. AMI :acute miocard infarct

8. AP :antero-posterior

9. APTT : activated partial thromboplastine time

10.AOV :aortic valve

11. AsHD :arteriosclerotic heart disease

12.AST :aspartate transaminase

13. BB : berat badan 14.BP :blood pressure

15. BSMRS : bulan sebelum masuk rumah sakit 16.BUN : blood urea nitrogen

17.CABG :coronary artery bypass graft

18.CA :coronary artery disease

19. Cl : klorida

20.CM : compos mentis

21.CHD : chronic heart disease

22.CHF :chronic heart failure

23. CKMB : creatinin kinase label M dan B 24. CT Scan :computed tomography scan

25. cth : cochlear theae 26. dbn : dalam batas normal 27. DL : diagnosa lain 28. DM : diabetes melitus

29. DM II NO : diabetes melitus tipe II non obese 30.DTPs :drug therapy problems

31. DU : diagnosa lain 32. DJ : diet jantung 33.ec :et causa

34. E/A :early diastolic filling phase (E) and atrial filling phase (A)

35. EF :ejection fraction

36. GD : gula darah 37. GDR : gula darah rerata 38. GDS : gula darah sementara 39. Hb : hemoglobin

(22)

xxii 46. HSMRS : hari sebelum masuk rumah sakit 47.HR : heart rate

48.ICCU : intensive cardiology care unit

49.IHD : ischemic heart disease

50.INR :internatinal normalized ratio

51. ISK : infeksi saluran kemih 52. K : kalium

53. KU : keadaan umum 54. k/p : kalau perlu

55.LAD :left atrial diameter

56.LCX :left circumflex artery

57.LDL :low density lipoprotein

58. LED : laju endap darah 59. LDH : laktat dehidrogenase 60.LV :left ventricular

61.LVH :left ventricular hypertrophy

62.MCH :mean corpuscular hemoglobin

63.MCHC :mean corpuscular hemoglobin consentration

64.MCV :mean corpuscular volume

65. MI : miokard infark

66. MSMRS : minggu sebelum masuk rumah sakit 67. Na : natrium

68.OMI :old myocardial infarction

69.PCI :percutaneous coronary intervention

70. PLT : platelet

71.PTCA :percutaneous transluminal coronary angioplasty

72.PTT : prothrombin partial time

73.RBC :red blood cell

74. RM : rekam medis

75. RPD : riwayat penyakit dahuli 76. RPK : riwayat penyakit keluarga 77.RR :respiration rate

78. RSUP : rumah sakit umum pemerintah 79. RSS : rumah sakit Sardjito

80.RV :right ventricular

81.SOAP :subjectif,objectif,assessment,plan

82.SR :sinus rythim

83.RBC :red blood cell

84.RR :rate respiration

85.STEMI :ST-segment elevation myocardial infarction

(23)

xxiii 92. TP : total protein

93.VD :vessel disease

(24)

1

A. Latar Belakang

Pada usia lanjut terjadi peningkatan kerentanan munculnya penyakit. Kerentanan ini meningkat karena adanya dampak proses penuaan, gaya hidup yang salah, dan akibat dari terpapar polutan. Jika semakin rentan, maka penyakit akan mudah timbul, dan hal ini dapat menyebabkan terjadinya multipatologi yang memiliki konsekuensi polifarmasi dalam pengobatannya (Muhlis, 2007).

Batasan usia lanjut menurut Departemen Kesehatan Indonesia adalah orang yang berumur diatas 60 tahun, dan jika berumur lebih dari atau sama dengan 70 tahun termasuk usia lanjut dengan risiko tinggi. Penyebab kematian terbesar pada usia lanjut adalah karena penyakit kardiovaskuler (South-Paul, 2004). Salah satu penyakit kardiovaskuler tersebut adalah penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner adalah kelainan yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (Soeharto, 2000). Menurut WHO, pada tahun 2002 penyakit jantung koroner menjadi penyebab kematian nomor satu pada orang yang berusia lebih dari atau sama dengan 60 tahun, dan pada tahun 2004 penyakit jantung koroner menjadi penyebab kematian nomor satu didunia.

(25)

pemakaian obat atau Drug Therapy Problems (DTPs) dan masalah lainnya yaitu biaya pengobatan yang semakin hari semakin meningkat.Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan terjadinyaDrug Therapy Problemspada pasien usia lanjut, yaitu peresepan yang tidak optimal (polifarmasi atau penggunaan obat yang berlebihan), penggunaan obat yang tidak tepat, medication errors, dan ketaatan pasien (DiPiro,et al., 2005). Oleh sebab itu diperlukan penanganan atau pengobatan yang tepat bagi pasien usia lanjut untuk meminimalkan terjadinya komplikasi penyakit lebih lanjut dan kematian.

EvaluasiDrug Therapy Problems(DTPs) pada penelitian ini dilakukan untuk melihat kembali apakah dalam peresepan sudah benar-benar rasional atau belum. Evaluasi peresepan ini dilakukan berdasarkan kriteria peresepan yang rasional yang meliputi terapi obat tanpa indikasi, indikasi penyakit yang tidak diberikan terapi, pemakaian obat yang tidak efektif, dosis yang diterima pasien kurang, terjadi

Adverse Drug Reactions, dan kepatuhan pasien (Cipolle dan Strand, 2004).

(26)

Pemilihan RSUP DR. Sardjito sebagai tempat penelitian dikarenakan RSUP DR. Sardjito merupakan rumah sakit rujukan bagi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah bagian Selatan, dan rumah sakit umum pendidikan kelas A yang sudah menyediakan pelayanan kesehatan spesialistis dan sub spesialistis (Anonim, 2008 c).

1. Perumusan masalah

Masalah yang dapat dirumuskan mengenai evaluasi penggunaan obat pada kasus penyakit jantung koroner usia lanjut di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Periode 2008 adalah:

a. bagaimana karakteristik kasus penyakit jantung koroner usia lanjut di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta periode 2008 ?

b. bagaimana pola pengobatan pada kasus pasien penyakit jantung koroner di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta periode 2008 ?

c. bagaimana persentase penggunaan obat generik dan paten pada kelas terapi kardiovaskuler dan hematopoeitik serta pengaruhnya terhadap biaya pengobatan kasus penyakit jantung koroner usia lanjut di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta periode 2008 ?

d. bagaimana Kajian Drug Therapy Problems yang terjadi pada kasus penyakit jantung koroner usia lanjut di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta periode 2008, yang meliputi:

1) apakah ada terapi obat tanpa indikasi?

(27)

3) adakah pemakaian obat yang tidak efektif? 4) apakah dosis yang diterima pasien kurang? 5) apakah terjadiAdverse Drug Reactions? 6) apakah dosis yang diterima pasien berlebih?

2. Keaslian penelitian

Penelitian mengenai penyakit jantung koroner pernah dilakukan sebelumnya di Universitas Sanata Dharma, yaitu kajian interaksi obat pada pasien penyakit jantung koroner di instalansi rawat inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta periode 2005 (Waradhika, 2007). Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah subyek penelitian dan tahun penelitiannya. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah pasien usia lanjut, dan tahun periodenya 2008.

Penelitian lain mengenai penyakit jantung koroner yang pernah dilakukan sebelumnya di RSUP DR. Sardjito antara lain :

a. antisipasi dislipidemia sebagai faktor risiko penyakit jantung koroner di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta (Effendie, 1997)

b. perbedaan faktor risiko primer pada penderita penyakit jantung koroner dan kontrol di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta (Krismi, 2002)

c. pengaruh pemberian vitamin E terhadap kadar malondialdehida darah pada penderita penyakit jantung koroner (Efendi, 2003)

(28)

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat praktis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi dan bahan masukan untuk meningkatkan mutu pengobatan pada pasien penyakit jantung koroner usia lanjut di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta.

b. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai kerasionalan peresepan pada pasien penyakit jantung koroner usia lanjut, dan besarnya perbandingan penggunaan obat paten dan generik yang digunakan dalam pengobatan pasien penyakit jantung koroner usia lanjut di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta.

B. Tujuan Penelitian

a. Tujuan umum

Untuk mengetahui kerasionalan peresepan pada pasien penyakit jantung koroner usia lanjut di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Periode 2008.

b. Tujuan khusus

Adapun tujuan khususnya yaitu :

1. mengetahui karakteristik kasus penyakit jantung koroner pada pasien usia lanjut di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta periode 2008

(29)

3. mengetahui persentase penggunaan obat generik dan paten pada kelas terapi kardiovaskuler dan hematopoeitik serta pengaruhnya dengan biaya pengobatan kasus penyakit jantung koroner usia lanjut di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta periode 2008

4. mengetahui Drug Therapy Problems pada pasien penyakit jantung koroner usia lanjut di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta periode 2008, yang meliputi:

a) mengetahui adanya terapi obat tanpa indikasi

b) mengetahui adanya indikasi penyakit yang tidak diberikan terapi c) mengetahui adanya ketidakefektifan dalam pemilihan obat d) mengetahui adanya dosis yang kurang

e) mengetahui terjadinyaAdverse Drug Reactions

(30)

7

A. Anatomi dan Fisiologi Jantung

Organ utama dalam sistem kardiovaskuler adalah jantung. Jantung berada dalam mediastum di rongga dada, yaitu di antara kedua paru-paru. Jantung terdiri dari tiga lapisan yaitu epikardium (lapisan paling luar), miokardium (lapisan otot), dan endokardium (lapisan paling dalam) (Price dan Wilson, 1995).

Gambar 1. Jantung (Anonim, 2001)

(31)

paru-paru, vena pulmonalis, atrium kiri, ventrikel kiri, aorta, arteria, arteriola, kapiler, venula, vena, dan kembali lagi ke vena kava (Price dan Wilson, 1995).

Atrium merupakan ruang dengan dinding otot yang tipis karena rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium. Sebaliknya, ventrikel mempunyai dinding otot yang tebal terutama ventrikel kiri yang mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari ventrikel kanan. Fungsi utama atrium adalah sebagai jalan masuk darah menuju ventrikel, dan atrium akan memompa darah dengan tekanan rendah sehingga darah mengalir dan masuk ke dalam ventrikel. Sedangkan ventrikel berfungsi untuk memompa darah dengan tekanan yang besar menuju ke sirkulasi pulmonal dan sirkulasi periferal (Guyton dan Hall, 1995).

Jantung memiliki empat katup yang berfungsi untuk mempertahankan aliran darah searah melalui bilik-bilik jantung. Ada dua jenis katup jantung, yaitu : katup atrioventrikularis (katup AV) yang memisahkan yang memisahkan atrium dengan ventrikel, dan katup semilunaris yang memisahkan arteria pulmonalis dan aorta dari ventrikel. Katup-katup ini membuka dan menutup secara pasif karena adanya perubahan tekanan dan volume dalam bilik-bilik jantung dan pembuluh darah (Price dan Wilson, 1995).

(32)

AV), berkas His, serabut Purkinje dan akhirnya ke seluruh otot ventrikel (Price dan Wilson, 1995).

Jantung tidak pernah istirahat untuk berkontraksi demi memenuhi kebutuhan tubuh, sehingga jantung membutuhkan lebih banyak darah dibandingkan dengan organ lain. Aliran darah untuk jantung diperoleh dari arteri koroner kanan dan kiri. (Anonim, 2008 b).

B. Penyakit Jantung Koroner

1. Definisi

Penyakit jantung koroner adalah kelainan yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Penyempitan tersebut disebabkan karena akumulasi lemak pada dinding pembuluh (Katzung dan Chatterjee, 2001).

(33)

Gambar bagian A menunjukkan adanya keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen dan gambar bagian B menunjukkan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Ketidakseimbangan ini dapat terjadi karena adanya penurunan suplai darah pembuluh koroner (misalnya diakibatkan karena tekanan darah yang rendah) padahal kebutuhan oksigennya tidak berubah, dan juga dapat terjadi karena meningkatnya kebutuhan oksigen (misalnya pada saat aktivitas) sedangkan suplainya tetap tidak berubah bahkan berkurang yang diakibatkan karena terjadi aterosklerosis pembuluh darah (Price dan Wilson, 1995).

2. Etiologi

Penyakit jantung koroner terjadi karena adanya aterosklerosis koroner. Aterosklerosis disebabkan oleh banyak faktor seperti : hipertensi, kadar gula darah yang abnormal pada diabetes melitus, peningkatan kolesterol HDL dan trigliserida, merokok, dan hipertensi (Gray, Dawkins, Morgan, dan Simpson, 2002).

3. Epidemiologi

Menurut WHO, tahun 2002 penyakit jantung koroner (PJK) menjadi penyebab kematian nomor satu pada orang yang berusia lebih dari atau sama dengan 60 tahun, dan pada tahun 2004 PJK menjadi penyebab kematian nomor satu didunia. Jumlah kematian tertinggi akibat PJK pada tahun 2002 terjadi pada negara India, China, dan Rusia. Ada sekitar 3,8 juta laki-laki, dan 3,4 juta perempuan diseluruh dunia yang meninggal akibat penyakit jantung koroner (Anonim, 1999).

4. Patofisiologi

(34)

arteri koronaria, sehingga lama kelamaan hal tersebut mempersempit lumen pembuluh. Aterosklerosis menyebabkan penimbunan lipid dan jaringan fibrosa pada arteria koronaria, sehingga mempersempit lumen pembuluh darah. Lumen yang menyempit menyebabkan resistensi terhadap aliran darah meningkat dan apabila keadaan ini berlangsung terus-menerus akan terjadi penyempitan luminal dan perubahan vaskular yang mengurangi kemampuan pembuluh untuk melebar (Price dan Wilson, 1995).

Perubahan patologis yang terjadi pada pembuluh tersebut adalah sebagai berikut :

a) timbul endapan lemak dalam jumlah kecil dalam tunika intima yang tampak seperti lapisan lemak (fatty streaks)

b) terjadi penimbunan lemak (terutama -lipoprotein yang mengandung banyak kolesterol) didaerah tunika intima dan tunika media bagian dalam

c) adanya lesi yang dipicu oleh fibrosa, menimbulkan plaque fibrosa ateroma

kompleks timbul (Price dan Wilson, 1995)

(35)

menghasilkan peningkatan hasil metabolisme misalnya asam laktat. Akibatnya timbul keluhan seperti nyeri dada, rasa berat, rasa tertekan, panas, rasa tercekik. Manifestasi angina yang timbul setelah aktivitas fisik disebut effort angina (Guyton dan Hall, 1996).

Tabel I. Gradasi berat nyeri dada (menurut Canadian Cardiovascular Society Classification System)

Kelas Keterangan

I Aktivitas sehari –hari seperti jalan kaki, berkebun, naik tangga 1- 2 lantai dan lain–lain tak menimbulkan nyeri dada. Nyeri dada baru timbul pada latihan yang berat, berjalan cepat serta terburu-buru waktu kerja atau berpergian

II Aktivitas sehari-hari agak terbatas, misalnya angina pektoris timbul bila melakukan lebih berat dari biasanya, seperti jalan kaki 2 blok, naik tangga lebih dari 1 lantai atau terburu-buru, berjalan menanjak.

III Aktivitas sehari-hari nyata terbatas, angina timbul bila berjalan 1-2 blok, naik tangga 1 lantai dengan kecepatan yang biasa.

IV Angina pektoris bisa timbul waktu istirahat sekalipun. Hampir semua aktivitas dapat menimbulkan angina, termasuk mandi, menyapu dan berjalan.

5. Faktor Risiko

(36)

kemungkinan timbulnya aterosklerosis prematur. Pengaruh genetik ini masih belum diketahui seberapa besar pengaruhnya, tetapi riwayat keluarga dapat mencerminkan komponen lingkungan yang kuat, misalnya gaya hidup yang menyebabkan stress dan obesitas (Price dan Wilson, 1995).

6. Manifestasi Klinis

a) Angina stabil

Pada angina stabil, nyeri dada timbul bila sesudah latihan berat dan nyeri akan hilang dengan istirahat atau pemberian nitrogliserin. Nyeri dada tersebut biasanya terjadi beberapa saja, dan sangat jarang terjadi sampai 15 menit. Obat yang digunakan untuk mengobati dan mencegah terjadinya angina pektoris adalah preparat nitrat (nitrogliserin, isosorbit dinitrat, isosorbit mononitrat), beta blocker

(propanolol, metaprolol, pindolol, dsb), dan antagonis kalsium (nifedipin, diltiazem, verapamil). Sebagai pencegahan baik primer maupun sekunder adalah asetosal atau aspirin (Anonim, 2000).

b) Angina tidak stabil

Keluhan yang timbul pada angina tidak stabil (unstable angina) adalah merasakan rasa nyeri yang lebih berat, lebih lama, dan dari yang sebelumnya, rasa nyeri timbul pada saat istirahat atau bekerja. Medikamentosa yang dilakukan yaitu dengan preparat nitrat,beta blocker, maupun antagonis kalsium (Anonim, 2000).

c) Angina Prinzmetal

(37)

epikardium (Price dan Wilson, 1995). Untuk mencegah serangan diberikan antagonis kalsium (nifedipin, diltiazem, verapamil), dan preparat nitrat (peroral maupun transdermal), sedangkan untuk serangan akut diberikan preparat nitrat (nitrogliserin) sublingual (Anonim, 2000).

d) Infark Miokard Akut

Infark miokard akut adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu (Suyono, 2001). Gejala infark miokard akut biasanya dimulai dengan perasaan yang tidak nyaman di dada (mengeluh seperti angina pektoris), lalu penderita akan merasakan nyeri yang sangat hebat yang kadang tidak dapat ditoleransi oleh penderita. Pengobatan infark miokard akut tergantung dari komplikasi yang terjadi. Untuk pencegahan sekunder dapat diberikan preparat asam salisilat (aspirin) danbeta blocker(Anonim, 2000).

Infark miokard terbagi atas miokard infark dengan elevasi ST (STEMI) dan miokard infark tanpa elevasi ST (NSTEMI)

1) Miokard infark dengan elevasi ST (STEMI)

Umumnya terjadi karena adanya penurunan aliran darah koroner secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak arterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Pada pemeriksaan EKG, terdapat elevasi segmen ST diikuti perubahan sampai inversi gelombang T, kemudian muncul peningkatan gelombang Q (Taufik, 2008).

2) Miokard infark tanpa elevasi ST (NSTEMI)

(38)

penatalaksanaannya tidak berbeda. Diagnosa NSTEMI ditegakkan jika pasien dengan manifestasi klinis UA menunjukkan bukti adanya nekrosis berupa peningkatan enzim-enzim jantung. Pada pemeriksaan EKG NSTEMI tampak deviasi segmen ST (Taufik, 2008).

7. Penampakan Klinis

a) Gejala dan Tanda

Gejalanya adalah adanya rasa sakit yang bersifat berat dan menekan dibagian retrosternal (nyeri dada) ketika melakukan aktivitas fisik. Nyeri tersebut menjalar kebagian leher, dagu, dan bahu, dan lengan kiri. Nyeri tersebut dapat berkurang dengan istirahat dan pemberian nitrogliserin. Selain nyeri dada, gejala yang lain yang muncul adalah nafas pendek atau sesak nafas, diaforesis (berkeringat), dan palpitasi setelah serangan jantung (DiPiro,et al., 2005).

b) Pemeriksaan Fisik

1) Pemeriksaan EKG (Elektrokardiogram)

(39)

iskemi, injuri bahkan kematian otot jantung dan pada sadapan EKG ditunjukkan dengan perubahan segmen ST, gelombang T yang terbalik, dan gelombang Q. Gelombang T terbalik atau T Inversi menunjukkan kondisi otot jantung yang kekurangan oksigen atau iskemik, Q menunjukkan kematian otot jantung (old myocardial infarction), sedangkan ST depresi dan ST elevasi menunjukan otot jantung sedang mengalami injuri menuju kematian (infark akut).

2) Uji latihan fisik (Exercise Stress Testing)

Uji latihan fisik menggunakan treadmill atau sepeda ergometer, sehingga dapat mengevaluasi gejala-gejala yang timbul akibat beraktivitas fisik (Price dan Wilson, 1995).

3) Angiografi Koroner

Angiografi koroner merupakan suatu prosedur diagnostik invasif dengan memasukkan kateter dan diikuti dengan penyuntikan media kontras. Angiografi koroner dapat memberikan informasi tentang lokasi dari suatu lesi atau banyak lesi, derajat obstruksi, adanya sirkulasi koleteral, dan luasnya gangguan pada jaringan arterial distal (Price dan Wilson, 1995).

C. Penatalaksanaan Terapi Jantung Koroner

1. Tujuan terapi

a. Tujuan utama

(40)

b. Tujuan jangka pendek

Mengurangi dan mencegah terjadinya gejala angina yang membatasi kemampuan kerja dan menganggu kualitas hidup

c. Tujuan jangka panjang

Mencegah terjadinya kejadian komplikasi penyakit gagal jantung dan memperpanjang hidup pasien.

2. Sasaran terapi

Suplai darah ke otot dan kontraksi otot jantung

3. Outcometerapi

Suplai oksigen tercukupi dan seimbang, gejala angina berkurang, dan tidak terjadi komplikasi penyakit gagal jantung.

4. Strategi terapi

a. Terapi Nonfarmakologis

Terapi nonfarmakologis yang dapat dilakukan oleh pasien PJK adalah : 1) menghentikan kebiasan merokok (jika pasien merokok)

2) olahraga secara teratur

(41)

dilakukan antara lain senam secara perorangan, jalan kaki, jogging, naik sepeda, berenang, dll (Ajie, 2009).

3) menurunkan kolesterol, trigliserid dan kadar gula darah pada penderita DM 4) mengatur pola makan seperti mengurangi makan makanan yang mengandung

kolesterol tinggi, contohnya : kuning telur, udang, dan lainnya (Gray, et al., 2002).

b. Terapi Farmakologis

Pengobatan penyakit jantung koroner (angina pektoris stabil) yang ditunjukkan pada gambar algoritma terapi, dimulai dari kotak yang berwarna hitam, yaitu dengan melakukan modifikasi pola hidup terlebih dahulu dan menggunakan

Immediate Release Nitrate (IR-Nitrate) serta obat golongan statin untuk menormalkan kadar lipid dalam tubuh.IR-Nitratedigunakan apabila terjadi serangan akut (DiPiro,et al., 2005)

Pengobatan tersebut dilanjutkan ke kotak yang berwarna abu-abu, yaitu dengan menggunakan antiplatelet, yaitu aspirin. Bila pasien kontraindikasi terhadap aspirin, maka aspirin diganti dengan klopidogrel. Dan perlu dilihat apakah pasien sebelumnya pernah melakukan Percutaneous Coronary Intervention (PCI), bare metal stentdandrug eluting stent, jika ada sejarahnya maka direkomendasikan untuk menggunakan kombinasi aspirin dan klopidogrel (DiPiro,et al., 2005)

Pengobatan dilanjutkan dari kotak abu-abu bergerak menuju kotak abu-abu yang terang. Perlu ditelusuri pasien mengalami Diabetes Melitus (DM) atau tidak. Jika pasien mengalami DM maka perlu dipertimbangkan penggunaan obat golongan

(42)

oleh pasien yang tidak toleran terhadap ACE-I karena efek sampingnya (menimbulkan batuk kering).

Bila pasien tidak mengalami DM, ditelusuri sebelumnya pasien mengalami infark miorkard dan/atauLeft Ventricular Disfunctionatau tidak. Jika ya, maka perlu dipertimbangkan penggunaan ACE-I atau ARB dan beta blocker. Jika tidak, maka harus ditelusuri lagi, pasien mengalami Prinzmetal angina (variant angina) atau tidak. Jika pasien mengalami Prinzmetal angina maka gunakan Calcium Chanel Blocker (CCB) pada pasien dengan tekanan darah (TD) tinggi, dan Long Acting Nitrate(LA Nitrate) pada pasien dengan TD rendah.

Jika pasien tidak mengalami Prinzmetal Angina, maka gunakan obat yang sama seperti pasien yang menderita Prinzmetal Angina dan apabila ada kontraindikasi dengan CCB dapat diganti dengan Beta Blocker. Bila dalam penggunaannya terjadi ineffective atau intolerance, tambahkan dosisnya, dan selanjutnya ditelusur kembali dengan melihat gejalanya membaik atau tidak, jika belum membaik bisa dipertimbangkan untuk menggunakan Triple Therapy yaitu

(43)

Gambar 3. Algoritma terapi Penyakit Jantung Koroner – Stable Angina (Ischemic Heart Disease) (DiPiro,et al., 2008)

c. Pendekatan Intervensional

1) Percutaneous Coronary Intervention (PCI)

(44)

dengan angiografi. PadaPCIdimasukkan sebuah kateter yang ujungnya terdapat balon atau stent. Balon tersebut akan dikembangkan didalam lumen koroner yang mengalami stenosis. Ketika balon mengembang, kateter balon akan menekan plak aterosklerosis pada lumen koroner, sehingga lumen menjadi lebar dan aliran darahnya menjadi normal. Sama halnya dengan kateter yang ujungnya terdapat balon, kateter yang memiliki ujung stent akan menekan plak aterosklerosis pada lumen, dan stent akan tinggal dilumen tersebut untuk mencegah penyempitan lumen kembali (restenosis) (DiPiro,et al., 2008).

Gambar 4. Angioplasti dan Stent Jantung (Anonim, 2001)

2) Coronary Artery Bypass Graft (CABG)

(45)

yang mengalami stenosis (restenosis). CABG merupakan pilihan terakhir pada pasien jantung koroner (DiPiro,et al., 2008).

Gambar 5.Coronary Artery Bypass Graft (CABG)(Anonim, 2001)

D. Usia Lanjut

(46)

Kemunduran dan kelemahan yang dialami oleh usia lanjut yaitu (immobility), instabilitas/terjatuh (instability/falls), gangguan intelektual/demensia (intelectual impairment/dementia), isolasi/depresi (isolation/depression), inkotinensia (incontinence), impoten (impotence), imunodefisiensi (immunodeficiency), infeksi (infection), kelelahan/malnutrisi (inanition/malnutrition), impaksi/konstipasi (impaction/constipation), iatrogenesis, insomnia, gangguan (impairment): penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, komunikasi, integritas kulit dan

convalescence. Ketiga belas kemunduran tersebut, disampaikan oleh Solomon dkk pada tahun 1988 di Konferensi UCLA (University of California Los Angeles) dengan istilah“13i” (Crawford, 1986).

Penyakit pada usia lanjut umumnya lebih bersifat endogen daripada eksogen. Hal ini disebabkan karena pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi berbagai alat tubuh akibat proses penuaan. Selain itu produksi zat–zat untuk imunitas akan mengalami kemunduran sehingga faktor penyebab eksogen (infeksi) akan lebih mudah hinggap dan menyebabkan usia lanjut rentan terhadap penyakit (Ersley, 2001).

E.Drug Therapy Problems

(47)

Tabel II. KategoriDrug Therapy Problems(Cipolle dan Strand, 2004).

DTPs Penyebab Umum

Terapi obat tanpa indikasi

 tidak ada indikasi medis yang valid untuk terapi obat yang digunakan saat itu

 penggunaan banyak obat untuk kondisi tertentu padahal hanya memerlukan terapi obat tunggal

 kondisi medis lebih sesuai diobati tanpa terapi obat

 terapi obat digunakan untuk menghilangkanadverse reactionyang berhubungan dengan pengobatan lain, penyalahgunaan obat, penggunaan alkohol, atau merokok yang menyebabkan masalah.

Perlu tambahan terapi obat

 kondisi terapi memerlukan terapi inisiasi obat

 pencegahan terapi obat diperlukan untuk mengurangi risiko berkembangnya penyakit baru

 kondisi medis yang memerlukan farmakoterapi tambahan untuk mencapai sinergisme atau efek adiktif.

Obat yang tidak efektif

 obat yang digunakan bukan obat yang paling efektif terhadap masalah medis yang dialami

 kondisi medis terbiaskan dengan adanya obat

 bentuk sediaan obat tidak sesuai, obat tidak efektif terhadap indikasi yang dialami.

Dosis terlalu rendah

 dosis terlalu rendah untuk menghasilkan respon yang diinginkan

 interval dosis terlalu rendah untuk dapat menghasilkan respon yang diinginkan

 interaksi obat menurunkan jumlah zat aktif yang tersedia, durasi obat terlalu singkat untuk menghasilkan respon yang diinginkan.

Adverse Drug Reactionss

 obat menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan yang tidak berhubungan dengan besarnya dosis

 obat yang lebih aman diperlukan terhadap faktor risiko

 interaksi obat menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan yang tidak berhubungan dengan besarnya dosis

 adanya regimen dosis atau berubah sangat cepat, obat menyebabkan alergi, obat kontraindikasi terhadap faktor risiko.

Dosis terlalu tinggi

 dosis terlalu tinggi

 frekuensi pemakaian obat terlalu singkat

 durasi obat terlalu panjang

 interaksi obat terjadi karena hasil dari reaksi toksik dari obat

 dosis obat diberikan terlalu cepat.

Kepatuhan pasien

 pasien tidak mengerti instruksi pemakaian

 pasien memilih untuk tidak memakai obat

 pasien lupa untuk memakai obat

 harga obat yang terlalu mahal bagi pasien

(48)

F. Keterangan Empiris

(49)

26

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai evaluasi penggunaan obat pada kasus penyakit jantung koroner usia lanjut Periode 2008 di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta merupakan jenis penelitian non-eksperimental dengan rancangan deskriptif yang bersifat retrospektif. Penelitian non-eksperimental merupakan penelitian yang melakukan observasi terhadap sejumlah ciri (variabel) subyek menurut keadaan apa adanya (in nature) atau keadaan sebenarnya, tanpa adanya manipulasi atau intervensi peneliti (Pratiknya, 2001). Penelitian ini merupakan rancangan deskriptif dikarenakan data yang diperoleh dari lembar rekam medis dievaluasi berdasarkan studi pustaka, dan dideskripsikan dengan memaparkan fenomena yang terjadi, yang kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel. Penelitian ini bersifat retrospektif karena data yang digunakan diambil dengan melakukan penelusuran terhadap dokumen terdahulu yaitu berupa lembar rekam medik pasien penyakit jantung koroner usia lanjut di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito periode 2008.

B. Definisi Operasional

(50)

2. Kasus adalah banyaknya perawatan yang dilakukan oleh pasien usia lanjut yang menderita penyakit jantung koroner di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta periode 2008.

3. Lembar rekam medik adalah catatan pengobatan dan perawatan pasien yang memuat data mengenai karakteristik pasien meliputi identitas, diagnosis, anamnesis, pemeriksaan jasmani, hasil laboratorium, daftar pemberian obat, rencana pengelolaan dan catatan perkembangan, rekam catatan keperawatan serta ringkasan pemeriksaan pada kasus penyakit jantung koroner usia lanjut yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta periode 2008. 4. Karakteristik pasien adalah pengelompokan pasien berdasarkan jenis kelamin

pada kasus usia lanjut penyakit jantung koroner (diagnosis utama atau diagnosis lain) yang berumur diatas 60 tahun (usia lanjut).

5. Pola pengobatan usia lanjut adalah penggolongan obat yang digunakan kasus usia lanjut yang menderita penyakit jantung koroner menjadi beberapa kelas terapi berdasarkan buku acuan Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000 dan MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 8 2008/2009.

6. Jenis obat adalah nama generik atau nama paten yang diberikan kepada pasien usia lanjut yang menderita penyakit jantung koroner dalam satu kali periode perawatan (dalam tiap kasusnya) di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta periode 2008.

(51)

obat tanpa indikasi, indikasi penyakit yang tidak diberikan terapi, ketidakefektifan pemilihan obat, dosis yang kurang, terjadinya adverse drug reactions, dosis yang berlebih, dan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah pasien usia lanjut (lebih dari 60 tahun) yang menderita penyakit jantung koroner yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta periode 2008. Jumlah pasien dalam penelitian ini adalah 23 pasien dengan jumlah kasus sebanyak 24 kasus. Dari keduapuluh empat kasus tersebut, 2 kasus tergolong dalam diagnosa lain, dan 22 kasus lainnya tergolong dalam diagnosa utama.

(52)

menganalisa data tersebut sehingga hanya kasus yang memiliki rekam medik yang lengkap saja yang diambil oleh peneliti.

D. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah lembar rekam medik pasien usia lanjut yang menderita penyakit jantung koroner di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta periode 2008.

E. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Catatan Medis RSUP DR. Sardjito Yogyakarta.

F. Tata Cara Penelitian

Jalannya penelitian meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pengambilan data dan tahap penyelesaian data.

1. Tahap perencanaan

Tahap ini dimulai dengan menentukan dan menganalisis masalah yang akan dijadikan bahan penelitian kemudian mengurus perijinan untuk melihat lembar rekam medis dari pasien usia lanjut yang menderita PJK di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta periode 2008.

(53)

2. Tahap pengambilan data

Pada tahap pengambilan data, terlebih dahulu dilakukan penelusuran data di Instalasi Catatan Medis RSUP DR. Sardjito Yogyakarta. Kemudian didapatkan data

print out (berisi : jumlah pasien, nomor rekam medis, usia, jenis kelamin, alamat, lama perawatan, unit perawatan, diagnosis utama, diagnosis lain ataupun komplikasi yang dialami pasien).

Data yang diambil oleh peneliti merupakan data yang sesuai dengan kriteria inklusi dimana subyek penelitian merupakan kasus pasien usia lanjut dengan PJK yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Periode 2008. Jumlah sampel data yang diambil di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta adalah jumlah total subyek penelitian yang ada dalam periode penelitian yang dilakukan yang telah memenuhi kriteria inklusi yang ada.

Dari data print out didapatkan 23 pasien dengan jumlah kasus sebesar 24 kasus. Dan kedua puluh empat kasus PJK pada pasien usia lanjut tersebut, masing-masing dicatat dalam lembar pencatatan. Data yang dikumpulkan meliputi identititas, diagnosis, anamnesis, pemeriksaan jasmani, hasil laboratorium, daftar pemberian obat, rencana pengelolaan dan catatan perkembangan, rekam catatan keperawatan dan ringkasan pemeriksaan.

3. Tahap penyelesaian data

a. Pengolahan data

(54)

berdasarkan jenis kelamin, jenis penyakit, pola pengobatan yang menampilkan distribusi kelas terapi, dan kajian mengenaiDrug Therapy Problemsyang dijabarkan menggunakan metodeSOAP(Subjective,Objective,Assessment,Plan).

b. Evaluasi data

Evaluasi data dilakukan secara kasus per kasus. Pengelompokkan kelas terapi yang digunakan pada analisa kasus berdasarkan pustaka acuan Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000 dan MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 8 2008/2009. Pembahasan Drug Therapy Problems pada penelitan ini di analisis dengan menggunakan pustaka Drug Information Handbook 14th edition, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi edisi 8 2008/2009, serta Standar Pelayanan Medis (khususnya penyakit jantung) yang ada di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta yang didapatkan dari perpustakaan RSUP DR. Sardjito Yogyakarta.

G. Tata Cara Analisis Hasil

Peneliti melakukan analisis data dengan melihat karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin dan mengelompokkan obat kedalam kelas terapinya. Pola pengobatan pasien usia lanjut yang menderita penyakit jantung koroner dibagi menjadi 9 kelas terapi, kemudian terbagi ke dalam masing-masing golongan obat, kelompok obat, nama zat aktif dan jenis obat.

(55)

dan rekomendasi terhadap Drug Therapy Problems yang terjadi. Pada analisa kerasionalan pada penelitian ini parameter Drug Therapy Problems yang digunakan hanya enam parameter tanpa mengikutsertakan kepatuhan pasien hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan dalam penelitian sehingga hanya mampu mengamati keenam parameter lainnya yang termasuk dalam kategori Drug Therapy Problems. Keterbatasannya yaitu sulit untuk menganalisa kepatuhan pasien dalam penggunaan obatnya, baik yang dikelola sendiri oleh pasien maupun dikelola oleh perawat. Hal ini dikarenakan peneliti tidak dapat mengamati terjadinya penyebab umum timbulnya ketidakpatuhan pasien secara langsung.

Untuk tata cara analisis hasil dilakukan sebagai berikut : 1. Karakteristik pasien

Persentase jenis kelamin dikelompokkan menjadi kasus dengan jenis kelamin laki-laki dan wanita, dihitung dengan cara membagi antara jumlah kasus pada tiap kelompok jenis kelamin dengan jumlah keseluruhan kasus kemudian dikalikan 100%.

2. Persentase kelas terapi obat

Persentase kelas terapi obat pada masing-masing tahun dikelompokkan menjadi 9 kelas terapi, dan dihitung dengan cara membagi antara jumlah kasus pada tiap kelas terapi dengan jumlah keseluruhan kasus pada tahun tersebut kemudian dikalikan 100%.

(56)

4. Persentase penggunaan obat paten dan generik yang digunakan pada kelas terapi sistem kardiovaskuler dan hematopoetik, dengan cara membagi jumlah obat paten atau jumlah obat generik dengan jumlah keseluruhan jenis obat pada kelas terapi sistem kardiovaskuler dan hematopoetik.

5. Kajian Drug Therapy Problems dijabarkan dengan metode SOAP. Pada bagian

Subjective dijabarkan mengenai jenis kelamin, usia, diagnosis, keluhan utama, perjalanan penyakit, kondisi umum, dan keadaan pulang pasien. Bagian

Objective digambarkan dengan tabel mengenai data laboratorium maupun tanda vital yang dilengkapi dengan pemberian terapi selama perawatan. Sedangkan

Drug Therapy Problems akan dijabarkan pada Assessment yang kemudian akan diselesaikan melaluiPlan.

6. KajianDrug Therapy Problemsdijabarkan dengan mengelompokkan kasus yang terjadi pada keenam parameterDrug Therapy Problemsbeserta jenis obat dan zat aktifnya disertai penilaian dan rekomendasi terhadap terjadinya Drug Therapy Problems.

H. Kesulitan Penelitian

(57)

dengan bertanya kepada dokter pembimbing medis, dosen pembimbing skripsi, dosen farmasi Sanata Dharma maupun rekan yang ada pada saat pencatatan rekam medik bersama dengan peneliti di Instalasi Catatan Medis RSUP DR. Sardjito Yogyakarta.

(58)

35

Penelitian mengenai evaluasi penggunaan obat pada kasus pasien penyakit jantung koroner usia lanjut di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito periode 2008 dilakukan dengan menelusuri kasus pasien usia lanjut yang menjalani rawat inap yang terdiagnosis penderita penyakit jantung koroner, baik yang didiagnosis dalam diagnosis utama maupun diagnosis lain.

A. Karakteristik Kasus PJK Usia Lanjut

Distribusi berdasarkan kelompok jenis kelamin dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan jumlah pasien pria dan wanita usia lanjut yang menderita penyakit jantung koroner di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito periode 2008.

Tabel III. Distribusi Kasus Usia Lanjut PJK Berdasarkan Jenis Kelamin di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Periode 2008

Jenis kelamin Jumlah Kasus 2008 (n=24) % total

Pria 20 83,3

Wanita 4 16,7

(59)

dengan pria (Price dan Wilson, 1995). Namun, setelah usia 50 tahun, terjadi penurunan hormon estrogen pada wanita sehingga terjadi peningkatan kadar hormon gonadotropin dalam darah dan urin. Penurunan estrogen ini akan memberi perubahan fisik pada kardiovaskuler sehingga pada wanita yang post menopause dan/atau berusia lebih dari 50 tahun memiliki kerentanan yang sama dengan pria terhadap terjadinya PJK (Djojosoewarno,2004).

Penyebab persentase kejadian pada pria lebih besar daripada wanita tidak diketahui secara pasti. Namun hal tersebut diduga terjadi karena pria kurang dapat menjaga kesehatan seperti tidak mengatur pola makan, mengkonsumsi alkohol, dan memiliki kebiasaan merokok. Merokok merupakan faktor risiko dari penyakit jantung koroner sehingga dengan adanya kebiasaan merokok akan meningkatkan kerentanan akan terjadinya penyakit jantung koroner. Dari dua puluh empat kasus yang ada, ditemukan 3 kasus pada pasien pria yang memiliki sejarah merokok.

B. Pola Pengobatan Kasus Usia PJK Lanjut

Obat-obat yang digunakan pada kasus PJK usia lanjut di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 dibagi menjadi beberapa kelas terapi. Pada penelitian ini, ada 9 kelas terapi yang kemudian terbagi kedalam masing-masing golongan obat, kelompok obat, nama zat aktif dan jenis obat. Pembagian kelas terapi ini berdasarkan pustaka acuan MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 8 2008/2009, dan Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000.

(60)

Obat sistem kardiovaskuler digunakan untuk mengobati dan mengatasi masalah yang terjadi pada sistem kardiovaskuler seperti penyakit jantung koroner yang menjadi diagnosa utama dalam kasus, dan penyakit hipertensi. Kelas terapi terbanyak kedua adalah gizi dan darah sebesar 25,0%, dan kelas terapi terbanyak ketiga adalah saluran cerna. Obat gizi dan darah digunakan untuk pengobatan suportif yang merupakan pengobatan umum yang diberikan kepada pasien PJK usia lanjut. Obat saluran cerna digunakan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada saluran cerna seperti susah BAB (buang air besar), nyeri pada lambung yang disebabkan karena tukak lambung, dan mual muntah.

Tabel IV. Distribusi Kelas Terapi Obat Kasus pada Pasien Usia Lanjut PJK yang Dirawat di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Periode

2008

No Kelas Terapi Jumlah Kasus

pada Tahun 2008 (n=27)

% Total

1 Gizi dan darah 7 25,0

2 Infeksi 4 14,8

3 Saluran cerna 6 22,2

4 Saluran pernapasan 1 3.,7

5 Sistem endokrin dan metabolik 4 14,8

6 Sistem imun 1 3,7

7 Sistem kardiovaskuler dan hematopoietik

27 100,0

8 Sistem muskuloskeletal 1 3,7

9 Sistem saraf pusat 2 7,4

1. Obat-obat yang mempengaruhi gizi dan darah

(61)

sakit (Anonim, 2009) Vitamin B kompleks merupakan zat aktif yang paling banyak dipakai dalam kelas terapi obat gizi dan darah. Terbanyak lainnya adalah Vitamin K yang sangat diperlukan untuk faktor pembekuan darah sehingga dapat mencegah dan mengobati perdarahan. (Anonim, 2000).

Tabel V. Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat Gizi dan Darah yang Digunakan pada Terapi Kasus Usia Lanjut PJK di Instalasi Rawat Inap RSUP

DR. Sardjito Yogyakarta Periode 2008

Golongan Kelompok Zat Aktif Jenis Obat Jumlah

Kasus

Elektrolit Elektrolit Kalium Aspar-K ® 2 8,3

Nootropics

Mecobalamin Methycobal ® 1 4,2

Suplemen

Kurkuma Curcuma tab® 1 4,2

Fe gluconate, manganese sulfate copper sulfate, vit, folic acid, vit B12sorbitol

Sangobion 1 4,2

Antianemia

Ferric Hydroxide Venofer ® 1 4,2

Kalsium Kalsium karbonat Osteocal ® 1 4,2

Folic acid Folavit® 1 4,2

Fursultiamine +vitamin

Vitamin B1 + vitamin B12 + vitamin B6

Neurobion 5000 ®

2 8,3

2. Obat yang digunakan untuk pengobatan infeksi

(62)

Tabel VI. Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat Infeksi yang Digunakan pada Terapi Kasus Usia Lanjut PJK di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Periode 2008

Golongan Kelompok Zat Aktif Jenis Obat Jumlah

Kasus pada

Kuinolon Ciprofloxacin Ciprofloxacin 3 12,5

Cefotaxime Cefotaxime 1 4,2

Ceftazidime Ceftum® 1 4,2

Antibiotika

Sefalosporin

Ceftriaxone Ceftriaxone 2 8,3

Antibiotik lain Antibiotik untuk vagina

Metronidazole Metronidazole 1 4,2

Anti Fungal Anti Fungal Ketoconazole Ketoconazole 1 4,2

Obat yang bekerja pada sistem genital dan urinari

- Ketoacids Ketosteril® 1 4,2

3. Obat yang bekerja pada saluran cerna

Tabel VII. Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat yang Bekerja pada Sistem Saluran Cerna yang Digunakan pada Terapi Kasus Usia Lanjut PJK di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Periode 2008

Golongan Kelompok Zat Aktif Jenis Obat Jumlah

Kasus pada Tahun

2008 (n=24)

% Total

Omeprasol Omeprasol 1 4,2

PPI

Esomeprasol Nexium ® 1 4,2

Antasid,

antirefluks, dan

antiinflamasi - Sukralfat Inpepsa® 1 4,2

Antidiare Adsorben dan obat

pembentuk massa

Attapulgit New Diatabs® 1 4,2

Antispasmodik Antispasmodik Klordiasepoksid + klidinium

bromide

Braxidin ® 1 4,2

Bisakodil Dulcolax ® 2 8,3

Laksatif dan pencahar

Pencahar

Laksadin Laxadine 1 4,2

Regulator GIT, Antiflatulen, dan Antiinflamsi

(63)

Zat aktif yang paling banyak digunakan pada obat saluran cerna adalah bisakodil. Bisakodil merupakan obat pencahar yang bekerja dengan cara merangsang mukosa, saraf intramutral atau otot polos usus sehingga meningkatkan peristaltis dan sekresi lendir usus. Akibat dari rangsang tersebut akan memudahkan pelintasan dan pengeluaran tinja dari kolon dan rektum (Anonim, 2007).

4. Obat yang bekerja pada sistem saluran pernapasan

Tabel VIII. Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat yang Bekerja pada Sistem Saluran Pernapasan yang Digunakan pada Terapi Kasus Geriatri PJK

di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Periode 2008

Golongan Kelompok Zat Aktif Jenis Obat Jumlah

Kasus pada Tahun 2008

(n=24)

% Total

Beta bloker Salbutamol Ventolin ® 1 4.16%

Antiasma

dan PPOK Kortikosteroid Budesonide Pulmicort ® 1 4.16%

Batuk dan Pilek

Antitusif Bromhexine Mucohexin ® 2 8,3%

Obat saluran pernafasan yang paling banyak digunakan adalah obat dengan kandungan zat aktifmucohexin. Mucohexinmerupakan obat kelompok antitusif yang berfungsi sebagai penekan batuk.

5. Obat-obat Sistem Endokrin dan Metabolik

(64)

Tanpa adanya insulin glukosa tidak dapat masuk kedalam sel, bila hal ini terus berlangsung teru-menerus maka akan menyebabkan konsentrasi glukosa yang tinggi didalam darah. Glimepiride merupakan sulfonilurea generasi kedua yang memiliki potensi hipoglikemik lebih besar daripada sulfonilurea generasi pertama. Obat ini bekerja dengan merangsang sekresi insulin dari granul sel-sel langerhanspankreas melalui interaksi dengan ATP-sensitive K channel. Rangsangannya melalui interaksi dengan ATP-sensitive K channel pada membran sel-sel menimbulkan depolarisasi membran dan keadaan ini akan membuka kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca++ akan masuk kedalam sel , dan merangsang granula yang berisi insulin, sehingga akan terjadi sekresi insulin (Algren, 2008).

Tabel IX. Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat Sistem Endokrin dan Metabolik yang Digunakan pada Terapi Kasus Geriatri PJK di Instalasi Rawat

Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Periode 2008

Golongan Kelompok Zat Aktif Jenis Obat Jumlah

Kasus

Biguanida Metformin Glucophage® 2 8.3%

Glimepiride Amaryl® 2 8.3%

Antidiabetik

Sulfonilurea

Glicazide Glucodex® 1 4.16%

Insulin

Insulin Humulin 1 4.16%

6. Obat-obat yang mempengaruhi sistem imun (obat alergi)

(65)

Tabel X. Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat Alergi yang Digunakan pada Terapi Kasus Usia Lanjut PJK di Instalasi Rawat Inap RSUP

DR. Sardjito Yogyakarta Periode 2008

Golongan Kelompok Zat Aktif Jenis Obat Jumlah

Kasus pada Tahun 2008

(n=24)

% Total

Antihistamin dan Antialergi

Antagonis Reseptor H-1

Cetirizine dihydrochloride

Ryzen® 1 4,2

7. Obat yang digunakan untuk penyakit pada sistem kardiovaskuler dan hematopoietik

Zat aktif yang paling banyak digunakan pada sistem kardiovaskuler adalah aspirin. Aspirin menghambat sintesis tromboksan A2 (TXA2) didalam trombosit dan

protasiklin (PGI2) dipembuluh darah dengan menghambat secara ireversibel enzim

siklooksigenase (akan tetapi siklooksigenase dapat dibentuk kembali oleh sel endotel). Penghambatan enzim tersebut karena aspirin mengasetilasi enzim tersebut. Aspirin memiliki efek samping misalnya rasa tidak enak diperut, mual, dan pendarahan saluran cerna (Anonim, 2007).

(66)

Tabel XI. Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat yang Bekerja pada Sistem Kardiovaskuler dan Hematopoietik yang Digunakan pada Terapi Kasus

Usia Lanjut PJK di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Periode 2008

Golongan Kelompok Zat Aktif Jenis Obat Jumlah Kasus

pada Tahun 2008 (n=24)

% Total

Atorvastatin Lipitor® 2 8,3

Rosuvastatin Crestor® 1 4,2

Agen Dislipidemik

Agen Dislipidemik

Simvastatin Simvastatin 8 33,3

Amlodipin Amdixal ® 1 4,2

Antagonis

kalsium Diltiazem

hidroklorid

Herbesser ® 1 4,2

ISDN Cedocard ®

Cardismo ® 3 12,5

Aspirin Ascardia ®

Beraprost Dorner tab® 1 4,2

Cilostazol Pletaal tab® 1 4,2

Klopidogrel Plavix 21 87,5

Antikoagulan, Antiplatelet, dan Fibrinolitik (Trombolitik)

Antiplatelet

Ticlopidin Ticlopidine 2 8,3

Diuretika hemat kalium

Spironolakton Spironolakton 1 4,2

Diuretik

Diuretika kuat Furosemid Furosemid

Farsix ®

Epoetin beta Recormon ® 1 4,2

Captopril Captopril 4 16,7

Ramipril Triatec® 4 16,7

ACE Inhibitors

Carvedilol Dilbloc ® 1 4,2

Antagonis

Nifedipin Adalat Oros ® 1 4,2

Jantung Penguat

Jantung

(67)

Zat aktif terbanyak ketiga adalah isosorbide dinitrate, yang merupakan obat golonganLong Acting Nitrateyang digunakan untuk mengurangi gejala angina yang timbul. Nitrat bekerja dengan cara melebarkan pembuluh arteri koroner dan pembuluh kolateral,dan meningkatkan aliran darah pada pembuluh arteri koroner. Efek venodilatasi dari nitrat akan mengurangi kembalinya darah ke jantung, sehingga akan mengurangi volume dan mengurangi tekanan yang mengisileft ventricularserta mengurangi konsumsi oksigen oleh otot jantung (miokard) (Dale dan Federman, 2003).

8. Obat-obat Sistem Muskoskeletal

Jenis obat yang digunakan adalah Zyloric(Allopurinol). Allopurinol diindikasikan untuk profilaksis gout dan batu asam urat dan kalsium oksalat di ginjal (Anonim, 2009).

Tabel XII. Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat Sistem Muskuloskeletal yang Digunakan pada Terapi Kasus Usia Lanjut PJK di

Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Periode 2008

Golongan Kelompok Zat Aktif Jenis

Obat

Jumlah Kasus pada Tahun 2008 (n=24)

% Total

Hiperurisemia dan Gout

- Allopurinol Zyloric® 1 4,2

9. Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat

Zat aktif terbanyak yang digunakan adalah kombinasi antara parasetamol dan

(68)

kepala dan nyeri.N-acetylcysteineberfungsi sebagai antidot pilihan pada terapi yang menggunakan parasetamol (acetaminophen) yang menginduksi terjadinya hepatotoksistas (Algren, 2008).

Tabel XIII. Golongan, Kelompok, Zat Aktif dan Jenis Obat yang Bekerja pada Sistem Saraf Pusat yang Digunakan pada Terapi Kasus Geriatri PJK di

Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Periode 2008

Golongan Kelompok Zat Aktif Jenis

Obat

Opioid Tramadol Tramadol 1 4,2

Analgesik

Alprazolam Xanax ® 1 4,2

Ansiolitik-Antikonvulsan

Ansiolitik

Clobazam Frisium ® 1 4,2

Anti Inflamasi Non Steroid (AINS)

OAINS Meloxicam Meloxicam 1 4,2

C. Persentase Penggunaan Obat Generik dan Paten Pada Kelas Terapi Kardiovaskuler dan Hematopoetik

Gambar

Gambar 1. Jantung (Anonim, 2001)
Gambar 2. Keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (DiPiro, et al., 2008)
Gambar 3. Algoritma terapi Penyakit Jantung Koroner – Stable Angina (Ischemic HeartDisease) (DiPiro, et al., 2008)
Gambar 4. Angioplasti dan Stent Jantung (Anonim, 2001)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui kadar kalsium dan pH pada produk Aqua sesuai dengan. syarat

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan teknik psikodrama untuk mereduksi konformitas teman sebaya yang berlebihan pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri

Kesimpulan khusus penelitian ini adalah pengendalian sosial preventif oleh pihak sekolah dalam mengatasi perilaku membolos di SMA Santun Untan Pontianak dengan

Mata kuliah ini membahas tentang berbagai teknologi pengolahan hasil perairan, baik bahan baku maupun limbahnya, dengan memanfaatkan teknologi suhu rendah, suhu

Hal inilah yang melatarbelakangi Penulis untuk melakukan Penulisan Hukum dengan judul “ Pelaksanaan Kewenangan atas Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio bagi

(3) Di dalam anggaran yang diperlukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diuraikan biaya untuk masing-masing program dan kegiatan untuk tahun anggaran yang direncanakan yang

[r]

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kenaikan dan penurunan pendapatan Pemerintah Daerah di Pulau Sulawesi berdasarkan analisis rasio ketergantungan keuangan