FLU BURUNG
KEBIJAKAN
NASIONAL-INTERNASIONAL
DAN ALUR RUJUKAN
PENGERTIAN
! Flu Burung pada manusia adalah suatu penyakit
menular akut yang disebabkan oleh virus influenza type A yang berasal dari unggas (penyakit
zoonotik).
! Adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh virus influenza (flu) avian (burung).
! Virus flu ini terdapat secara alami pada burung. Burung-burung liar diseluruh dunia mengandung virus ini dalam saluran pencernaannya, tanpa menjadi sakit. Tetapi flu burung sangat menular diantara burung dan dapat menyebabkan penyakit serta kematian pada burung peliharaan termasuk ayam, bebek dan kalkun.
! Flu Burung dapat menularkan ke hewan lain dan
KARAKTERISTIK VIRUS FLU BURUNG
Memiliki sifat :
!
Hidup lebih lama
"
tinja unggas.
!
Virus hidup di air pada suhu 22
0C 4
hari, suhU 0
0C sampai > 30 hari .
!
Virus akan mati dipanaskan dalam
suhu 80°C selama 1 menit .
!
Virus akan mati dgn detergent,
Struktur Dan Tipe Virus Influenza
Virus Influenza
merupakan :
! Famili :
Orthomyxoviridae.
! Terdiri dari 3 type: A, B dan C.
! Influenza tipe A
memiliki 2 permukaan glikoprotein yang
penting yaitu :
! Hemaglutinin (H) : 1 – 16
! Neuraminidase (N) : 1 – 9
Neuraminidase
Replikasi Dan Transmisi Virus Influenza, Serta Tanda Dan Gejala Infeksi
Burung liar yang berpindah-pindah
(Migratory water birds)
Unggas peliharaan
(Domestic birds)
• Hong Kong 1997, H5N1
• HK, China 1999, H9N2
• Netherlands 2003, H7N7
• Hong Kong 2003, H5N1
• Vietnam, Kamboja, Thailand, 2004, H5N1
• Indonesia 2005, Dari Unggas ke Manusia
Perubahan virus di manusia
(Reassortment in human)
Migratory water birds
Migratory water birds
Unggas peliharaan
FASE – FASE
Definisi Pandemi Influenza
Jumlah kasus penyakit yang
TIGA PANDEMI INFLUENZA PADA ABAD 20
• 1918 - FLU SPANYOL
• 40 - 50 juta meninggal
• VIRUS A (H1N1)
• 1957 - FLU ASIA
• 1-2 juta meninggal
• VIRUS A (H2N2)
• 1968 - FLU HONGKONG
• 700.000 meninggal
Fase – Fase Pandemi Influenza
Periode Interpandemi
Fase 1 Tidak adanya subtipe virus influenza baru pada manusia, terdapat infeksi
pada binatang (unggas) dengan risiko rendah penularan pada manusia.
Fase 2 Tidak adanya subtype virus influenza baru pada manusia, terdapat infeksi pada binatang (unggas) dengan risiko tingi
penularan pada manusia
Periode Waspada Pandemi
Fase 3 Manusia terinfeksi dengan subtype virus influenza yang baru. Tidak ada penularan dari manusia ke manusia, atau jika
terjadi penularan karena hubungan yang sangat dekat
Fase 4 Penularan manusia ke manusia pada klaster kecil dan terlokalisir pada area yang kecil
Fase 5 Klaster besar, masih terlokalisir; virus mulai beradaptasi ke manusia
Definisi Kasus
1.
Seseorang dalam
penyelidikan
2.
Kasus Suspek
3.
Kasus Probable
Seseorang Dalam Penyelidikan
Seseorang atau sekelompok orang
yang diputuskan oleh pejabat
kesehatan yang berwenang, untuk
dilakukan penyelidikan epidemiologi
terhadap kemungkinan terinfeksi
H5N1.
EX : Antara lain orang sehat ( tidak
ada gejala klinis ) tetapi kontak erat
dengan kasus ( Suspek,Probable atau
Konfirmasi ) atau penduduk sehat
KASUS SUSPECT
Seseorang yang menderita demam/ panas ≥ 38 o C disertai satu atau lebih gejala di bawah ini :
o batuk
o sakit tenggorokan o pilek
o nafas pendek/sesak nafas (pneumoniA)
dan disertai satu atau lebih keadaan di bawah ini : o pernah kontak dengan unggas (ayam, itik,
burung) sakit/mati mendadak yang belum diketahui penyebabnya dan atau babi serta produk mentahnya dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala di atas
KASUS SUSPECT
o pernah kontak dengan unggas (ayam, itik, burung) sakit/mati mendadak yang belum diketahui
penyebabnya dan atau babi serta produk mentahnya dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala di atas o pernah kontak dengan penderita AI konfirmasi dalam
7 hari terakhir sebelum timbul gejala di atas
o pernah kontak dengan spesimen AI H5N1 dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala di atas (bekerja di laboratorium untuk AI)
o ditemukan adanya titer antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan HI test menggunakan eritrosit kuda
ATAU
Kematian akibat Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dengan satu atau lebih keadaan di bawah ini : o Leukopenia dengan atau tanpa trombositopenia
Kasus Probable
Kasus suspek ditambah dengan satu atau lebih keadaan di bawah ini :
o Ditemukan adanya kenaikan titer antibodi 4 kali terhadap H5 dengan pemeriksaan HI test menggunakan eritrosit kuda
o Hasil laboratorium terbatas untuk
Influenza H5 ( dideteksi antibodi spesifik H5 dalam spesimen serum tunggal)
menggunakan neutralisasi test.
o Dalam waktu singkat menjadi
Kasus Konfirmasi
Kasus suspek atau probable dengan satu atau lebih keadaan di bawah ini :
o Kultur virus positif Influenza A H5N1
o PCR positif Influenza A H5N1
o Pada Imunofluorescence (IFA) test ditemukan antibodi positif dengan menggunakan antibodi monoklonal Influenza A H5N1
o Kenaikan titer antibodi spesifik
Definisi kontak
Kontak dengan unggas didefinisikan
sebagai merawat, membersihkan
kandang, mengolah, membunuh,
mengubur/membuang/membawa.
Kontak dengan kasus didefinisikan
merawat, tinggal serumah bermain, teman
seruangan dalam kantor atau kontak
Jumlah Kasus AI Sumbar
Tahun Suspect Konform Total
2005 1 1
2006 8 3 11
2007 43 1 44
2008 5 1 6
2009 10 0 10
2010 3 0 3
2011 48 0 48
Global H5 Update
Dr Graham Tallis
Diseases Surveillance and Epidemiology
Overview
From 2003 through 04 June 2012, 605 laboratory-confirmed human cases with avian influenza A(H5N1) virus infection have been officially reported to WHO from 15 countries, of which 357 died.
Since January 2012, 27 human cases of influenza A(H5N1) virus infection have been reported to the WHO.
According to FAO, H5N1 viruses are thought to be circulating endemically in poultry in China, Egypt, Indonesia, Viet Nam, Bangladesh and India.
In Cambodia, sporadic reintroduction into poultry populations is thought to occur.
The epidemiologic curve of recent human cases follows the same pattern seen in previous years, with larger numbers of cases in January, decreasing
towards June - August.
Global situation of Human cases of AI (H5N1)
There is a marked seasonal variation of case reporting which coincides with poultry outbreaks
The CFR differs from country to country, ranging from 0 to 100% and global average CFR was 59%
Most cases occurred in children and young adults (>75%)
Exposure to sick or dead poultry was the predominant reported source of exposure
CFR, Indonesia and Global trend
0 20 40 60 80 100 120
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Cumulative CFR 2003
–
2012, Selected Countries
Trend of HPAI (H5N1) outbreaks in poultry
Regional situation of AI (H5N1)
Since 2003, human cases of AI (H5N1) have been reported from eight countries of the Asia Pacific region whereas
poultry outbreaks have been reported from 16 countries
Continuing genetic and antigenic evolution of influenza A(H5N1) viruses occurs in Asia
0
Influenza A(H5N1) Sept 11
–
Feb 12
Clade 1.1 in poultry, wild birds, human in Cambodia, two humans in Vietnam
Clade 2.1.3.2 in three humans in Indonesia, and in poultry in Indonesia
Clade 2.2.1 in backyard poultry and humans in Egypt
Clade 2.2.2 in poultry in Bangladesh
Clade 2.3.2.1 wild birds in Bangladesh, HK SAR, in poultry in
Bangla., China, HK SAR, Iran, Nepal, VTN, and a human in China
Other Influenza A Sept 11
–
Feb 12
H9N2 in poultry in Asia and Middle East
H3N2 variant in eight humans in USA
Influenza at the Human Animal Interface
Historically: Human seasonal influenza, human vaccine
Since 2004: Zoonotic/interface aspects of HPAI H5N1
(Surveillance, epidemiology, and risk assessment)
Since Apr '09: Origins of pandemic H1N1 2009 virus, potential for
reassortment in animal hosts
Increasingly: Other animal influenzas with zoonotic or pandemic potential
H1
N1
N2
N4
N9 N8 N3
N5
N6
N7
Subtype Human Swine Horse Bird
OFFLU network
animal influenza
laboratories
Linking epi and genetic data
Virus information
Outbreak ID number
The H5N1 example : FAO-SIB
collaboration
Manual linkage
Setup webservices
Algorithm created
Linking epi and genetic data
Case ID H5, Human 02/02/2011 Location
Clinical signs
Case ID
H5, Backyard poultry
1. Policy development & bridging between the public health and animal health sectors
– Aligned strategies and approaches to issues of common concern – Joint field projects
– Intersectoral laboratory networking
2. Surveillance, epidemiology & risk assessment
– Outcome-based support to national surveillance & data collection – Data management and integration
– Risk assessment
Data sharing
Networking
Collaboration/coordination Making the blocks BIGGER
Surveillance
More data
Conclusion
Avian influenza H5N1 viruses continue to circulate
endemically in poultry in a few countries
Sporadic human cases and small clusters will continue
to be reported as long as the virus is circulating
H5N1 virus infections in humans remain rare despite
frequent and widespread contact with infected poultry
and contaminated environments
Key messages
There is continuing genetic and antigenic evolution of influenza A(H5N1) viruses
Surveillance of cases occurring in epidemiologically linked
clusters continue to be of great importance in assessing the public health threat from H5N1
All unsubtypable influenza A specimens should be sent for
diagnosis and further characterization to specialized laboratories
Joint risk assessments are crucial to enable public health risks from avian influenza viruses to be reduced
EPIDEMIOLOGI FLU
BURUNG
PENYAJIAN
Tujuan Pengendalian Flu Burung
Strategi Nasional Pengendalian Flu Burung
Situasi Flu Burung di Dunia
Epidemiologi Flu Burung di Indonesia
Ringkasan
TUJUAN
(1)Umum :
Menurunkan angka kesakitan dan kematian
FB
Memutuskan rantai penularan FB dari
unggas ke manusia
TUJUAN
(2)Khusus :
Pencegahan terjadinya penularan FB pada manusia.
Terdeteksinya dan penemuan penderita FB sedini
mungkin.
Penatalaksanaan penderita FB pada manusia secara
cepat, tepat dan adekuat untuk menurunkan angka
kematian FB.
1. Pengendalian penyakit pada hewan
2. Penatalaksanaan kasus pada manusia
3. Perlindungan pada kelompok risiko tinggi
4. Surveilans Epidemiologi pada hewan dan manusia
5. Restrukturisasi sistem industri perunggasan
6. Komunikasi risiko, edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat
7. Penguatan dukungan peraturan
8. Peningkatan kapasitas
9. Penelitian kaji tindak
Kumulatif jumlah kasus FB pada manusia ( 2003 - Mei 2012 sebanyak 604 kasus, 307 kematian (CFR 50,8%).
Kumulatif , tersebar sporadis di 15 negara. Tiga negara
tertinggi jumlah kasus : Indonesia,Mesir dan Vietnam.
Terdapat kecenderungan penurunan drastis (46,08%)
jumlah kasus, dari 115 kasus (2006), menjadi 62 kasus pada tahun 2011.
Tahun 2012 terdapat di 6 negara, Bangladesh
Cambodia, China,Egypt/Mesir, Indonesia dan Vietnam.
Kumulatif jumlah kasus) FB pada manusia ( Juni 2005 - Mei 2012 sebanyak 189 kasus, 157 kematian (CFR 83,07 %).
Kumulatif, tersebar,sporadis di 15 Provinsi dan 57 Kabupaten/ Kota terinfeksi. Tiga prov tertinggi : DKI Jakarta, Jabar dan
Banten.
Terdapat kecenderungan penurunan drastis (78,18%) jumlah kasus, dari 55 kasus pada tahun 2006, menjadi 12
kasus pada tahun 2011.
Tahun 2012 terdapat sporadis di 6 prov, DKI Jakarta,Banten,
Bali,Riau dan 2 prov terinfeksi pada tahun 2012: Bengkulu
Jumlah Kasus Flu Burung pada Manusia dan
Kematian menurut tahun,di Indonesia,
Distribusi geografis kasus Flu Burung
di Indonesia Juni 2005 - Mei 2012
Kumulatif Kasus Flu Burung tertinggi di 5 Kab/Kota
(Juni 2005 - Mei 2012)
Kabupaten Tangerang (K21/M19)
Kota Jakarta Selatan (K15/M13)
Kota Jakarta Barat (K15/M12)
Distribusi Kasus FB Menurut Jenis Kelamin
Laki 45% Perempuan
55%
84
Distribusi Kasus dan Kematian Flu Burung
Menurut Kelompok Umur
Faktor-Faktor yang berhubungan dengan
Kematian Flu Burung
Beberapa penelitian antara lain :
Liem dkk,Vietnam, 2009 (n 67)
:Oseltamivir,Netrofenia,peningkatan
ALT,Umur,Limfonia,Trombositopenia,lekopenia,takikardi,diare.
Nguyen dkk,Vietnam Utara,2009 (n 29)
lekositit,trombosit,netrofil,AST, Albumin.
Viviek dkk,Thailand,2011 (n 25)
:lekosit,limfosit,trombosit,hemoglobin,AST,ALT, Hipotensi,ARDS.
Faktor-faktor yang berhubungan
dengan Oseltamivir
Sensitivitas virus terhadap oseltamivir
-Clade 1: lebih sensitif 15-30 kali daripada clade 2 -Clade 2: kurang sensitif (Indonesia dan Turki)
Waktu pemberian Oseltamivir ≤ 48 jam (2 hari)
- Vietnam, Alex dkk: ada hubungan bermakna antara oseltamivir dengan kematian ( p 0,048 /bivariat,
0,008/analisis survival, ada manfaat oseltamivir dalam mencegah kematian (OR 0,15. IK 0,026-0,893)
Persentase Pemberian Oseltamivir
Kasus Flu Burung
83% 17%
Persentase Kasus Flu Burung
yang diberi Oseltamivir (n=189)
URAIAN HIDUP MENINGGAL JUMLAH
Dapat oseltamivir
≤ 48 jam/tepat
5(50%) 5(50%) 10 (100%)
Dapat oseltamivir
≥ 48 jam/tidak tepat
24(16,43%) 122(83,57%) 146(100%)
Tidak mendapat oselta
3(9,09%) 30(90,91%) 33(100%)
16%
RS Pemerintah RS Swasta
Klinik Swasta Puskesmas Dokter Umum Bidan/Mantri
Proporsi Sarana Kesehatan yang
45% 41%
2%
12%
Kontak Langsung
Kontak Lingkungan
Pupuk
Inconclusive
Kecenderungan Proporsi Faktor Risiko
Penularan Flu Burung menurut Tahun
0%
Kasus Klaster Flu Burung di Indonesia
( Juni 2005-Mei 2012)
No. Tahun Jml Klaster Kasus Meninggal CFR (%)
1 2005 4 9 4 44,44
2 2006 5 15 11 73,33
3 2007 1 2 1 50,00
4 2008 1 2 0 0,00
5 2009 2 4 3 75,00
6 2010 0 0 0 0,00
7 2011 2 5 4 80,00
8 2012 1 2 2 100,00
Klaster Flu Burung
Kisaran kasus klaster : 2 kasus, tertinggi 7 kasus di
Karo,Sumut.
Merupakan klaster keluarga yang mempunyai
hubungan darah
Pada surveilans kasus kontak dengan kasus
klaster, hasil pemeriksaan negatif Flu Burung
Tidak ditemukan sinyal pandemi : baik sinyal
RINGKASAN
Jumlah kasus FB di Indonesia menurun 78 %
dari 55 kasus pd tahun 2006 menjadi 12
kasus pd tahun 2011
Kumulatif kasus tersebar di 15 Provinsi dan
pada tahun 2012 (Mei) tersebar sporadis di 6
provinsi
Angka fatalitas kasus/CFR 83,07 %
RINGKASAN
Sebagian besar kasus (83%) diberikan
oseltamivir, dan yang diberikan
≤
48
jam/tepat, sedikit sekali ( 10 %)
Proporsi faktor risiko penularan :45 % kontak
lansung, 43 % kontak lingkungan, Inkoklusif
12 %.
TANTANGAN
Angka fatalitas kasus/CFR tinggi
Keterlambatan deteksi dini dan keterlambatan
pemberian oseltamivir.
Walaupun penurunan drastis,sampai saat ini
masih terjadi kasus FB pada manusia, adanya
provinsi terinfeksi baru.
Proporsi faktor risiko lingkungan pada tahun 2011
lebih besar daripada kontak langsung, dan bila
HARAPAN
Pembahasan mendalam :
Upaya diagnosa dini
Upaya Ketepatan waktu pemberian oseltamivir.
Upaya penurunan CFR
Faktor faktor yg mempengaruhuhi/berhubungan
dengan kematian kasus FB.
REFERAL CARE POLICY
AND AI CASE
LEGAL BASIS
• UU No. 4 Thn 1984 ttg Wabah Penyakit Menular.
• UU No. 36 Thn 2009 ttg Kesehatan.
• UU No. 44 Thn 2009 ttg RS
• Kepmenkes No. 1371/Menkes/SK/IX/2005 ttg Penetapan Flu Burung (H5N1) Sebagai Penyakit Yang Dapat Menimbulkan Wabah serta Pedoman Penanggulangannya.
• Kepmenkes No. 1372/Menkes/SK/IX/2005 ttg Penetapan Kondisi KLB Flu Burung.
• Kepmenkes No. 1643/Menkes/SK/XII/2005 ttg Tim Nasional Penanggulangan Penyakit Flu Burung.
Referral System
DINKES
REFERRAL HOSPITAL PUS
The Integrated Emergency Management System
SPGDT - S
.
•Puskesmas •Komunitas
DINKES • PusDalOps Kode Area + 119
PRE HOSPITAL – HOSPITAL – INTER HOSPITAL
MULTISECTOR
Call centre Transportasi
HRD
HRD GELS
Payment Mechanism
RS
Dit. BUKR
PPK
The healthcare facilities has followed
refresh of AI case management
39 AI referral hospitals
9 Non AI referral hospitals
7 Puskesmas
RUMAH SAKIT YANG TELAH MENGIKUTI
MINIWORKSHOP CASE MANAGEMENT
AVIAN INFLUENZA
39 RS RUJUKAN FLU BURUNG
1. RSUP Dr. M. Djamil, Padang
2. RSUD Achmad Mochtar, Bukit Tinggi
3. RSPAD Gatot Subroto Jakarta
4. RSUP Persahabatan Jakarta
5. RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jakarta
6. RSUD Tangerang, Banten
7. RSUD Serang, Banten
8. RSUP Dr. Hasan Sadikin, Jawa Barat
9. RS Paru Dr. H.A. Rotinsulu, Jawa Barat 10. RSUD Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat 11. RSUD Dr. Slamet Garut, Jawa Barat
16. RSUD Mayjen H.M. Ryacudu, Lampung 17. RSUD Ahmad Yani, Metro, Lampung 18. RSUD Tarakan, Kalimantan Timur
19. RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo, Balikpapan 20. RSUD H.A. Wahab Sjahranie, Samarinda
21. RSUD Bontang, Kalimantan Timur
22. RSUD Panglima Sebaya, Kalimantan Timur 23. RSUD Tanjung Selor, Kalimantan Timur 24. RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, Jawa Timur 25. RSUD Dr. Soedono Madiun, Jawa Timur 26. RSUD Dr. Subandi Jember, Jawa Timur 27. RSUP Dr. Kariadi Semarang, Jawa Tengah
28. RSUD Dr. Moewardi Solo, Jawa Tengah 29. RSUD Dr. HRM Soeselo Slawi, Jawa Tengah 30. RSUP Dr. Soeradji T Klaten, Jawa Tengah 31. RSUD Dr. Sardjito, DI Yogyakarta
32. RSUD Panembahan Senopati, DI Yogyakarta 33. RSUP Sanglah, Denpasar, Bali