!" # "#$" %&%#"' ( ' $" ) $ %& % *(%' %( ! # %#+ + #
*, & $"+ %#+ + #
(%'-- ./0/1/..2
iv
4 &" $ + % # ' % 5 ) + $ #) &" # &%#, "#, %' +" # ) #, & %6 #) +" ( 7 %6 ( #) ! &" % 5 ) + *$*& $ &" &%#! + %&%# #, + ( & %' +" # # &% "# &" 6%("& &%( #, ' %5 $*$ (8
5" 9%) :0332;0</.=
# " % %&6 ' # "#$" " %$ " !%& #* 6" " "9%#$ "$ ) ' + " > + $';
vii
!"" # "
$ % & ' . Program Studi Pendidikan
Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah ada pengaruh metode mengajar terhadap konsentrasi belajar siswa yang meliputi daya ingat, perhatian, ketelitian dan ketepatan; (2) metode yang paling baik digunakan untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa yang meliputi daya ingat, perhatian, ketelitian dan ketepatan; dan (3) unsur/unsur dalam konsentrasi yang sangat dipengaruhi oleh metode mengajar guru.
Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta.
Treatment yang digunakan adalah 5 metode mengajar yaitu metode
ceramah, praktikum, , diskusi kelompok, dan model fisika aneh
Instrumen yang digunakan adalah pretest, posttest, lembar observasi, dan tes daya ingat. Pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum kegiatan pembelajaran. Posttest digunakan untuk mengetahui tingkat konsentrasi yang meliputi unsur ketelitian, kecepatan, dan ketepatan saat mengerjakan tes tersebut. Lembar observasi digunakan untuk memantau perhatian siswa terhadap materi yang sedang diajarkan dengan menggunakan suatu metode mengajar. Tes daya ingat digunakan untuk mengetahui tingkat konsentrasi belajar siswa yang meliputi unsur daya ingat siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada pengaruh metode mengajar terhadap konsentrasi belajar siswa yang meliputi unsur ketelitian dan ketepatan juga unsur perhatian. Metode mengajar kurang berpengaruh terhadap konsentrasi belajar siswa untuk unsur daya ingat siswa. (2) Metode yang paling baik
digunakan untuk mengajar massa jenis zat adalah metode . (3)
viii
Rusmintia, Norberta Yuni. 2008. " ( ) (
# ) *+ , ) ) )
- ) ( # . $ %
, ) %. Physics Education Study Program. Department
of Mathematics and Science Education. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University Yogyakarta.
This research was aimed to find out: (1) whether learning method influenced students’ learning concentration which covered memorizing capability, attention, carefulness, and accuracy, (2) the best method used to develop students’ learning concentration, and (3) elements of concentration which were strongly influenced by teachers’ teaching methods.
This research involved all first grade students of SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta as its sample. In accordance with this study, five teaching methods were applied. They were lecturing, experiment, group discussion, problem solving, and science fun method.
The researcher conducted pre/test, post/test, observation and memory test as the instruments.
ix
dengan judul “Pengaruh dan Perbandingan Metode Ceramah, Praktikum, Diskusi
Kelompok, , dan Model Fisika Aneh Terhadap Konsentrasi
Belajar Siswa Kelas VII SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta Pada Sub Pokok
Bahasan Massa Jenis Zat”.
Perjuangan mencapai keberhasilan dan kesuksesan memang jalan sulit
yang harus ditempuh dan dilalui dengan semangat, bukannya dihindari. Dengan
kesadaran itulah penulis tetap kuat dan semangat berjuang demi keberhasilan dan
kesuksesan tersebut.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar/besarnya kepada kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya skripsi ini, khususnya kepada:
1. Dr. Paulus Suparno, S.J., M.S.T. selaku Dosen Pembimbing yang memberikan
dorongan, semangat, saran dan kritikan serta membimbing penulis dalam
penulisan skripsi ini.
2. Bruder Heribertus Triyanto FIC selaku kepala sekolah SLTP Pangudi Luhur I
Yogyakarta yang memberikan ijin penelitian skripsi.
3. Bapak Al. Bambang W. S.Pd. selaku guru bidang studi fisika kelas VII A, VII
B, dan VII C yang banyak membantu selama penelitian.
4. Bapak Ign. Sutarjo, S.Pd. selaku guru bidang studi fisika kelas VII C, VII D,
x
5. Drs. Fr.Y. Kartika Budi, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Bapak Sunarjo dan Bapak Sugeng (sekretariat JPMIPA), atas kerjasamanya
dalam melayani pembuatan surat ijin penelitian.
7. Bapakku dan Ibuku tercinta yang selalu memberi semangat, dukungan,
nasehat serta doa sehingga Tia tidak mudah menyerah dalam belajar.
8. Adikku Wiwik yang selalu berdoa untuk Tia.
9. Ardath/ku yang selalu memberi cinta, semangat, motivasi, dukungan dan doa
untuk Tia.
10. Teman/teman kos : Jaiko, Ika, Clara, Aris, dan Padmi yang memberi warna di
kos Merah. Tidak lupa Bu Eko dan Bagas terima kasih atas kenyamanan kos.
11. Teman/teman seperjuangan : Mbak Heti, Made dan Dina terima kasih atas
kebersamaan dan persahabatan kita selama ini.
12. Teman/temanku seangkatan Pendidikan Fisika 2004, khususnya Woro, Ita/
Ipul, Dwi W, Wulan, Yayuk dan Teguh terima kasih atas persahabatannya.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
memberikan dukungan dan doa selama perjalanan studi dan proses
penyusunan skripsi ini.
Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dan untuk itu saran
dan kritik yang membangun senantiasa diharapkan. Semoga tulisan yang
sederhana ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Yogyakarta, November 2008
xi
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN...iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...vi
ABSTRAK ...vii
ABSTRACT ...viii
KATA PENGANTAR...ix
DAFTAR ISI ...xi
DAFTAR TABEL ...xv
DAFTAR LAMPIRAN ...xvi
BAB I. PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang ...1
B. Rumusan Masalah ...3
C. Tujuan Penelitian...3
D. Manfaat Penelitian...4
1. Bagi Sekolah dan Guru...4
2. Bagi Calon Pendidik/Guru ...4
xii
BAB II. DASAR TEORI ...6
A. Proses Belajar ...6
B. Metodologi Pembelajaran Fisika...8
1. Metode Ceramah ...8
2. Metode Praktikum ...9
3. Metode Diskusi Kelompok...11
4. Metode ...12
5. Metode Fisika Aneh ...13
C. Konsentrasi...14
D. Massa Jenis Zat ...19
E. Hubungan Dasar Teori dengan Penelitian...22
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...23
A. Desain Penelitian...23
B. Waktu dan Tempat Penelitian ...24
C. Populasi dan Sampel Penelitian ...24
1. Populasi ...24
2. Sampel ...24
D. Treatment...25
1. Metode Ceramah ...25
2. Metode Praktikum ...25
3. Metode Diskusi Kelompok...26
4. Metode ...26
xiii
3. Tes Daya Ingat...32
F. Validitas...33
G. Metode Analisis Data ...36
1. Pengaruh Metode Mengajar Terhadap Konsentrasi Siswa...36
a. Konsentrasi Belajar Siswa yang Meliputi Unsur Ketelitian, Kecepatan, dan Ketepatan ...36
b. Konsentrasi Belajar Siswa yang Meliputi Unsur Perhatian ...38
c. Konsentrasi Belajar Siswa yang Meliputi Unsur Daya Ingat...39
2. Perbandingan Metode/Metode Mengajar Terhadap Konsentrasi Siswa ...40
BAB IV. DATA DAN ANALISIS DATA ...44
A. Pelaksanaan Penelitian ...44
B. Data dan Analisis Data ...49
1. Pengaruh Metode Mengajar terhadap Konsentrasi Siswa ...49
a. Konsentrasi Belajar Siswa yang Meliputi Unsur Ketelitian dan Ketepatan...49
b. Konsentrasi Belajar Siswa yang Meliputi Unsur Perhatian ...56
c. Konsentrasi Belajar Siswa yang Meliputi Unsur Daya Ingat...58
xiv
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...67
A. Kesimpulan...67
B. Saran...68
DAFTAR PUSTAKA...69
xv
Tabel 3.3 Kisi/Kisi Soal Pretest ...34
Tabel 3.4 Kisi/Kisi Soal Posttest...35
Tabel 3.5 Kriteria Klasifikasi Tingkat Konsentrasi Berdasarkan Perhatian...39
Tabel 3.6 Kriteria Klasifikasi Tingkat Konsentrasi Berdasarkan Ingatan...40
Tabel 3.7 Perbandingan Metode/Metode Mengajar terhadap Konsentrasi Siswa ...42
Tabel 4.1 Data Score Pretest dan Posttest Siswa...49
Tabel 4.2 Data Pengamatan Siswa ...56
Tabel 4.3 Analisis Data Pengamatan Siswa ...57
Tabel 4.4 Data Score Tes Daya Ingat Siswa dan Klasifikasinya ...58
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Klasifikasi Tingkat Konsentrasi Berdasarkan Ingatan ...60
Tabel 4.6 Data Perbandingan Metode Mengajar Terhadap Konsentrasi Siswa yang Meliputi Unsur Ketelitian dan Ketepatan serta Daya Ingat...61
Tabel 4.7 Data Perbandingan Metode Mengajar Terhadap Konsentrasi Siswa yang Meliputi Unsur Perhatian ...63
Tabel 4.8 Analisis Data Perbandingan Metode/Metode Mengajar terhadap Konsentrasi Siswa ...64
xvi
Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian ...72
Lampiran 2. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian...73
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Metode Ceramah...74
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Metode Praktikum...82
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Metode Diskusi Kelompok ...89
Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Metode ...98
Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Metode Fisika Aneh ...107
Lampiran 8. Soal Pretest ...113
Lampiran 9. Soal Posttest...116
Lampiran 10. Tes Daya Ingat ...119
Lampiran 11. Kunci Jawaban Pretest ...124
Lampiran 12. Kunci Jawaban Posttest ...127
1
7 $ %( #,
Salah satu tujuan proses belajar mengajar di sekolah dari pihak siswa
adalah siswa berhasil dalam belajar. Keberhasilan siswa dalam belajar juga
didukung oleh keberhasilan guru mengajar di kelas. Jika kedua pihak yaitu
guru dan siswa mencapai keberhasilan tersebut maka dapat dikatakan tujuan
proses belajar mengajar tercapai. Untuk pencapaian tujuan dari proses belajar
mengajar itu masalah/masalah yang ada harus dilihat dari kedua belah pihak.
Masalah yang dihadapi guru adalah kreativitas dalam mengajar atau
penggunaan metode mengajar. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu
pendidikan dengan pembangunan sekolah dan penyediaan fasilitas sekolah
yang lengkap seperti fasilitas alat peraga sains. Dengan adanya usaha
pemerintah memberikan fasilitas yang lengkap untuk sekolah diharapkan salah
satu masalah pendidikan dapat teratasi. Tetapi dalam kenyataannya fasilitas
yang ada tidak digunakan secara maksimal. Hal itu menghambat kemajuan
pendidikan. Memang harus ada usaha lain untuk memberdayakan fasilitas
yang telah ada, yaitu seperti penggunaan secara maksimal alat peraga
khususnya pada mata pelajaran Fisika. Alat peraga Fisika dapat digunakan
secara maksimal dengan penggunaan metode yang kreatif seperti metode
banyak metode belajar atau juga memadukan metode/metode belajar tersebut
saat mengajar Fisika.
Salah satu masalah yang dihadapi siswa dalam belajar adalah
kurangnya konsentrasi pada saat mengikuti proses kegiatan belajar.
Konsentrasi pada saat belajar meliputi daya ingat siswa, perhatian, ketelitian
dan ketepatan. Kurangnya konsentrasi biasanya terjadi saat siswa sedang
mempelajari mata pelajaran yang dianggap sulit dan membosankan seperti
mata pelajaran Fisika.
Sampai saat ini pelajaran Fisika masih dianggap pelajaran yang sulit
oleh siswa. Kesulitan siswa salah satunya adalah kurangnya konsentrasi saat
belajar. Banyak penyebab kurangnya konsentrasi belajar siswa, seperti
pengaruh yang berasal dari dalam diri siswa sendiri dan juga pengaruh dari
lingkungan seperti metode mengajar guru. Anastasia Sri Suyati dalam
skripsinya berjudul konsentrasi dan gangguan konsentrasi pada anak saat
belajar matematika di dalam kelas, menyebutkan salah satu gangguan
konsentrasi belajar siswa adalah metode mengajar guru yang tidak kreatif.
Guru biasanya hanya mengajar dengan metode yang sama setiap harinya yaitu
menggunakan metode ceramah.
Seorang pendidik harus mengetahui metode mengajar yang baik
dilakukan untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa. Metode yang masih
sangat sering digunakan di sekolah adalah metode ceramah. Walaupun banyak
metode lain tetapi metode ceramahlah yang paling sering digunakan. Tetapi
konsentrasi belajar siswa.
Penulis tertarik untuk meneliti apakah memang ada pengaruh metode
mengajar terhadap konsentrasi belajar siswa dan metode manakah yang paling
cocok digunakan untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa.
7 "&" # ( '
Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan
diteliti adalah :
1. Apakah ada pengaruh metode ceramah, praktikum, diskusi kelompok,
, dan fisika aneh terhadap konsentrasi belajar siswa yang
meliputi daya ingat, perhatian, ketelitian dan ketepatan?
2. Metode manakah (ceramah, praktikum, diskusi kelompok,
, atau fisika aneh) yang paling baik digunakan untuk meningkatkan
konsentrasi belajar siswa yang meliputi daya ingat, perhatian, ketelitian
dan ketepatan?
3. Unsur/unsur manakah dalam konsentrasi yang sangat dipengaruhi oleh
7 "!" # %#%( $ #
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang hendak
dicapai adalah :
1. Mengetahui apakah ada pengaruh metode ceramah, praktikum, diskusi
kelompok, , dan fisika aneh terhadap konsentrasi belajar
siswa yang meliputi daya ingat, perhatian, ketelitian dan ketepatan.
2. Mengetahui metode mana yang paling baik diantara metode ceramah,
praktikum, diskusi kelompok, , atau fisika aneh untuk
meningkatkan konsentrasi belajar siswa yang meliputi daya ingat,
perhatian, ketelitian dan ketepatan.
3. Mengetahui unsur/unsur dalam konsentrasi yang sangat dipengaruhi oleh
metode mengajar guru.
7 #? $ %#%( $ #
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
07 , % *( ' + # " "
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi sekolah dan
guru yaitu bahwa untuk mengajar fisika dapat digunakan banyak metode
mengajar yang variatif tidak hanya menggunakan metode ceramah saja,
guru dapat lebih kreatif dalam mengajar fisika. Guru dapat mengetahui
metode mengajar mana yang dapat meningkatkan konsentrasi belajar
siswa sehingga kesulitan siswa dalam berkonsentrasi saat belajar fisika
saja seperti metode ceramah tetapi dapat menggunakan metode mengajar
yang lain seperti diskusi kelompok, problem solving, pratikum, dan
( yang dapat meningkatkan konsentrasi belajar siswa. Dengan demikian
calon pendidik/guru dapat mempersiapkan diri untuk mengajar
menggunakan metode mengajar yang variatif yang dapat meningkatkan
konsentrasi belajar siswa.
A7 , >
Siswa dapat meningkatkan konsentrasi belajarnya yang meliputi perhatian,
daya ingat, ketelitian, kecepatan, dan ketepatan, juga senang dengan
6
7 * % %( !
, , dalam buku ( # (1977, dalam Purwanto,
1996:84) menyatakan bahwa :”Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus
bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga
perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu
sesudah ia mengalami situasi tadi.”
, dalam buku " ) %) % (1978, dalam
Purwanto, 1996:84) mengemukakan :”Belajar adalah setiap perubahan yang
relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan
atau pengalaman.”
/ , dalam buku * ) %) %, mengemukakan
:”Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri
sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.”
Dari definisi/definisi yang dikemukakan diatas dapat dimaknai belajar
merupakan suatu perubahan tingkah laku yang terjadi melalui latihan dan
pengalaman. Perubahan tingkah laku karena belajar menyangkut berbagai
aspek kepribadian, salah satunya adalah kebiasaan.
Latihan dan pengalaman untuk siswa dapat diberikan dengan berbagai
yang disebut sebagai proses belajar (Rooijakkers, 1980:13). Proses belajar
terdiri dari beberapa tahap yang kesemuanya harus dilalui bila seseorang ingin
belajar dalam arti yang sesungguhnya. Proses belajar merupakan proses
seseorang dari tidak tahu menjadi mengerti denngan beberapa tahap proses
belajar yaitu motivasi umum, perhatian pada pelajaran, menerima dan
mengingat, reproduksi, generalisasi, melaksanakan tugas belajar dan umpan
baliknya.
Masalah proses belajar merupakan masalah yang kompleks sifatnya
karena proses belajar terjadi dalam diri seseorang yang melakukan kegiatan
belajar tanpa bisa terlihat secara lahiriah, hal tersebut dinamakan proses
intern. Karena proses intern tidak terlihat, pengajar harus memperhatikan
petunjuk/petunjuk atau indikator/indikator tertentu, untuk menentukan apakah
dalam diri seseorang yang belajar terjadi suatu proses belajar. Petunjuk/
petunjuk itu adalah kejadian/kejadian yang nampak pada diri seseorang yang
belajar sebagai cerminan terjadinya proses intern. Hal tersebut disebut proses
ekstern. Proses ekstern memberi pengaruh pada proses intern. Pengajar harus
mengarahkan proses ekstern sedemikian rupa sehingga dapat mempengaruhi
proses intern.
Tahap perhatian pada pelajaran merupakan salah satu proses intern.
dapat menarik perhatian murid, dengan sendirinya tingkat perhatian mereka
pun akan tinggi. Hal tersebut dapat diusahakan dengan menggunakan metode
mengajar yang variatif. Perhatian untuk mengerti sesuatu merupakan tahap
yang tak dapat dielakkan dalam proses belajar.
Kalau perhatian tertuju pada sesuatu yang harus dimengerti, seorang
siswa dapat menyerap bahan pelajaran baru dan menyimpannya dalam
pikiran. Tahap proses belajar ini juga harus terjadi dalam diri seorang yang
belajar (proses intern).
Karena tugas pengajar harus mengarahkan proses ekstern sedemikian
rupa sehingga dapat mempengaruhi proses intern, maka dapat dilakukan
dengan mengarahkan dan memelihara tingkat perhatian siswa seperti
menyebutkan secara singkat pokok/pokok masalah dan mengendalikan tingkat
perhatian siswa. Selain itu dapat juga merangsang reproduksi pengetahuan
yang sudah ada (pengetahuan pendahuluan), membuat bahan berstruktur, dan
membantu siswa dalam waktu belajar dengan memberi bantuan tambahan.
7 %$*+*(*, %&6%( ! # 07 %$*+% % & '
Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pengajaran dengan
komunikasi lisan. Metode ceramah ekonomis dan efektif untuk keperluan
penyampaian informasi dan pengertian. Kelemahannya adalah siswa
cenderung pasif, pengaturan kecepatan secara klasikal ditentukan oleh
pembelajaran di mana guru sendiri menerangkan dengan kata/kata,
menjelaskan prinsip atau bahan fisika kepada siswa.
Dengan metode ceramah ini, siswa hanya dapat mendengarkan guru
bercerita dan menjelaskan bahan pelajaran. Siswa cenderung pasif karena
tidak ada ajakan untuk aktif melakukan hal yang lain selain
memperhatikan guru dengan mendengarkan guru.
Metode ceramah cocok untuk pelajaran dan materi yang sifatnya
hanya menyampaikan informasi. Selain itu bahan yang cocok untuk
ceramah adalah bahan atau informasi yang mudah diingat. Bila bahan atau
informasi yang perlu diingat untuk jangka panjang maka model ceramah
ini tidak cocok digunakan. Bila guru ingin mengembangkan aspek
psikomotorik siswa, membuat siswa aktif, dan siswa memiliki
kemampuan dan pengalaman metode ceramah ini juga kurang cocok
digunakan.
17 %$*+% $ "&
Menurut Paul Suparno (2007:77), secara umum metode eksperimen
adalah metode mengajar yang mengajak siswa untuk melakukan
) ) bahwa teori yang sudah
Metode praktikum adalah metode yang mengikutsertakan siswa
untuk aktif dalam percobaan mengenai aplikasi konsep/konsep Fisika
yang sedang atau telah dipelajarinya. Dengan menggunakan metode ini
sikap afektif siswa dapat dinilai sehingga guru dapat mengetahui mana
siswa yang aktif dan mana siswa yang pasif.
Dalam metode ini, siswa diharapkan mampu bekerja dalam
kelompok ataupun sendiri dan mampu merangkai, menganalisis,
membahas dan menyimpulkan apa yang telah dipraktekkannya.
Menurut Oemar Hamalik (1983:77), praktikum penting dilakukan,
oleh sebab banyak manfaatnya, seperti :
a. Sebagai latihan praktek untuk mempraktekan teori/teori yang telah
dipelajarinya.
b. Untuk memperoleh pengalaman praktis yang tidak diperoleh dari
pengajaran di kelas.
c. Sebagai eksperimen (percobaan), dengan maksud mencobakan
sesuatu teori baru dalam situasi dan kondisi yang aktual.
Metode ini sangat cocok digunakan untuk membuat siswa aktif dan
mengembangkan aspek psikomotorik mereka. Dengan metode ini siswa
diharapkan memiliki kemampuan dan pengalaman. Pengalaman membuat
mereka tidak mudah melupakan materi pelajaran yang telah mereka
peroleh. Metode praktikum ini juga sangat memerlukan ketelitian dan
siswa lain (Kindvatter, Wilen, Ishler, 1990:278 dalam Suparno, 2007:129).
Intinya adalah pembicaraan, di mana siswa dengan siswa mengadakan
pembicaraan, saling tukar gagasan dan ide dengan yang lain; bahkan dapat
juga saling bertukar perasaan.
Diskusi kelompok ini mengharuskan siswa untuk aktif menuangkan
ide dan gagasan yang mereka miliki. Metode ini juga menuntut kerja sama
siswa jadi siswa diajarkan juga bekerja dalam kelompok dan tidak
individual.
Metode diskusi kelompok ini dapat berjalan dengan baik dengan
kelompok kecil, yaitu 3 sampai 5 orang. Kelompok besar kurang baik
karena pasti ada siswa yang pasif dan siswa yang sangat mendominasi
kelompok. Dengan kelompok besar, siswa yang pasif akan terus terpuruk
dalam kelompok, tetapi bila dalam kelompok kecil siswa yang pasif bisa
belajar menjadi aktif dan berani berbicara.
Menurut Gall and Gall (1990, dalam Kinsvatter dkk, hal 238, dalam
Suparno, 2007:130) diskusi sangat berguna dan efektif dalam
pembelajaran karena membantu :
a. Menguasai bahan. Dengan diskusi, siswa terbantu untuk lebih
b. Memecahkan persoalan. Dengan diskusi, siswa dapat memecahkan
persoalan yang diajukan guru, jadi mereka belajar memecahkan
persoalan bersama.
c. Perkembangan moral. Dengan diskusi, siswa dilatih
mengembangkan nilai moral seperti menghargai nilai orang lain,
gagasan orang lain, saling bekerja sama, terbuka, dll.
d. Perkembangan tingkah laku. Tingkah laku siswa juga berubah
dengan diskusi, mereka menjadi lebih sopan, lebih menghargai
teman, ngomong secara benar dan rasional.
e. Keterampilan komunikasi. Jelas dengan diskusi keterampilan bicara
akan bertambah, keterampilan komunikasi dengan teman dan orang
lain pun berkembang.
/7 %$*+%
Menurut Paul Suparno (2007:98), adalah model
pembelajaran dengan pemecahan persoalan. Biasanya guru memberikan
persoalan yang sesuai dengan topik yang mau diajarkan dan siswa diminta
untuk memecahkan persoalan itu.
Problem solving ini sangat baik digunakan pada mata pelajaran sains
karena siswa dilatih untuk rajin mengerjakan soal/soal dan mengetahui
penyelesainnya. Sebaiknya metode ini tidak hanya melihat hasil akhir
pengerjaan soal, tetapi dilihat proses dari awal sampai hasil akhirnya.
Dengan menyelesaikan soal secara per tahap diharapkan siswa mengetahui
dan kejelian dalam membaca soal dan menyelesaikannya.
B7 %$*+% #%'
Menurut Paul Suparno (2007:86), model pembelajaran ( (
(aneh), adalah pembelajaran dengan menunjukkan hal/hal aneh dalam
hidup ini yang dapat menarik minat anak untuk mengerti prinsip fisika
lebih dalam. Peristiwa itu ditunjukkan kepada siswa sehingga menantang
siswa berpikir, mencoba, dan mencari keterangan. Dari situ siswa dapat
menemukan prinsip fisika yang ada di balik peristiwa itu sehingga yang
aneh itu ternyata dapat dimengerti sebagai tidak aneh lagi karena rahasia
fisikanya diketahui.
John Jewett (1994, 1996, dalam Suparno, 2007:86) mengungkapkan
bahwa siswa dapat lebih tertarik balajar fisika lewat peristiwa yang aneh
(misterius), ), dan % (mistis). Kadang/kadang banyak kejadian
sehari/hari yang oleh siswa dirasakan aneh, tidak masuk akal, mempunyai
kekuatan gaib, dan mengandung rahasia. Pembelajaran fisika dengan
menunjukkan hal/hal yang tidak biasa, membuat siswa tertarik, antusias,
dan menantang pikiran siswa untuk berpikir dan memecahkan persoalan
secara dalam.
Menurut Paul Suparno (2007:87), keuntungan model ini adalah :
b. Siswa ditantang berpikir sehingga melatih mereka mengkonstruksi
pikiran dan gagasan mereka.
c. Fisika menjadi topik yang menarik dan anak mau belajar lebih
dalam.
d. Fisika tidak menjemukan siswa.
e. Siswa lebih belajar konsep fisika, bukan hafalan. Dengan demikian,
mereka dapat menggunakan konsep itu pada kejadian yang lain.
f. Siswa semakin membuka rahasia alam yang tadinya dianggap aneh,
menjadi tidak aneh lagi. Hal ini dapat mengurangi “ % %
” akan rahasia alam.
g. Siswa tidak menjadi takut dengan peristiwa alam yang kelihatan
aneh, mistis, maupun magis.
h. Siswa menjadi lebih rasional terhadap gejala alam. Dengan
demikian, diharapkan dapat semakin berani mendalami dan mengerti
alam secara lebih dalam; termasuk mengolahnya demi kehidupan
manusia yang lebih baik.
7 *# %#$
Setiap siswa yang sedang menuntut ilmu harus melakukan konsentrasi
dalam belajarnya. Tanpa konsentrasi tak mungkin ia berhasil menguasai
pelajarannya.
Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan
Konsentrasi adalah suatu kebiasaan, dan kebiasaan/kebiasaan
disempurnakan oleh praktek. Kita harus tekun dalam berusaha melakukan
konsentrasi sampai kita berhasil (The Liang Gie, 1995:138).
Menurut Thomas Stanton (1978 : 21), konsentrasi adalah memusatkan
segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar tertentu. Sudah tentu
motivasi membantu dalam proses pemusatan ini, akan tetapi daya konsentrasi
yang tinggi adalah penting. Konsentrasi memberikan hasil. Ada suatu
perbedaan yang besar, misalnya di antara kwantitas belajar yang akan
diperoleh seseorang dalam suatu periode di mana ia hanya menaruh
perhatian sekedarnya dan kwalitas belajar yang dicapainya bila ia mau
meningkatkan konsentrasinya terhadap bahan yang disajikan oleh pengajar.
Pada dasarnya konsentrasi merupakan akibat dari perhatian, terutama
perhatian yang bersifat spontan yang ditimbulkan oleh minat terhadap sesuatu
hal. Perhatian yang bersifat tak spontan, yaitu perhatian yang diciptakan
secara sadar oleh kemampuan seseorang juga dapat menghasilkan konsentrasi.
Menurut William Amstrong (dalam The Liang Gie, 1995:129)
konsentrasi tidak ada dan tidak dapat ada bilamana tidak terdapat minat yang
memadai.
Menurut Lester dan Alice Crow (dalam The Liang Gie, 1995:129) minat
menemani siswa selama tugas studi, dengan demikian memungkinkan siswa
berhasil dalam kegiatan studi.
Minat melahirkan perhatian spontan dan perhatian spontan
memungkinkan terciptanya konsentarsi untuk waktu yang lama. Dengan
demikian, minat merupakan landasan bagi konsentrasi. Semakin kuat minat
untuk belajar maka konsentrasi belajar pun akan semakin besar.
Menurut Neill Wright (dalam The Liang Gie, 1995:138), konsentrasi
menunjukkan keterserapan seseorang dalam kegiatan yang sedang dilakukan
sampai titik dimana orang tersebut tidak lagi memperhatikan hal/hal lainnya.
Jadi kalau seseorang berkonsentrasi, dia tidak mendengar dan tidak melihat
sesuatu yang ada disekitarnya yang tidak berhubungan dengan apa yang
sedang dipelajari atau dilakukan.
Sumadi Suryabrata (1984:20) menjelaskan aktivitas yang disertai
dengan perhatian intensif akan lebih sukses, prestasinya lebih tinggi. Maka
lebih baik bila pelajaran dapat diterima oleh murid/murid dengan perhatian
yang cukup intensif, spontan atau tidak disengaja. Perhatian spontan atau
perhatian tak disengaja cenderung untuk berlangsung lebih lama dan lebih
intensif daripada perhatian yang disengaja. Dalam kenyataannya sebagian
besar pelajaran justru diterima oleh murid dengan perhatian yang disengaja,
karena itu guru atau pendidik seharusnya selalu berusaha menarik perhatian
anak/anak didiknya. Pengetahuan mengenai hal/hal yang menarik perhatian
yang telah diketengahkan di muka dapat sangat membantu tugas ini. Maka
Konsentrasi membuat materi yang masuk dalam pikiran mempunyai
kesan yang tahan lama dan abadi. Lain halnya bila tidak ada konsentrasi,
materi yang masuk dalam pikiran memang mempunyai kecenderungan
berkesan, tetapi samar/samar dan tidak akan tahan lama untuk diingat. Setiap
orang mempunyai pengalaman membaca suatu halaman, kata demi kata, tanpa
menangkap kesan yang paling kabur pun tentang apa yang dibaca. Keadaan
tersebut seringkali disebabkan karena kekurangan konsentrasi, dan hal itu
menggambarkan pentingnya faktor ini dalam keseluruhan proses belajar.
Banyak anak yang kurang mampu berkonsentrasi juga menunjukkan
ketidakmampuan di bidang bahasa tertulis dan/atau hitungan. Kaitan antara
kelemahan berkonsentrasi dengan bahasa tertulis dan hitungan ialah
kelemahan untuk mengingat hal/hal yang berurutan. Karena acap kali terdapat
jurang pemisah antara daya konsentrasi dengan pendengaran mereka, maka
anak/anak ini sulit mengingat apa yang baru saja mereka terima. Mereka
kehilangan seluruh bagian informasi yang mereka terima, atau mereka
menerimanya dalam keadaan rancu sehingga ketika mereka mengingatnya
kembali hasilnya jadi kacau balau.
Yang lebih spesifik ialah, anak yang mengalami gangguan dengan
kemampuan berkonsentrasi biasanya menunjukkan gejala lemah mengingat
sangat ditentukan oleh kemampuan mengingat hal/hal yang berurutan.
Menurut Winkel (1987:43), kemajuan dalam mengingat kembali sangat
bergantung pada konsentrasi. Dengan konsentrasi, materi yang dipelajari
dapat tahan lama dalam ingatan dan bila ditanyakan kembali tentang materi itu
dengan mudah menjawab sesuai yang telah dipelajari. Kemudian untuk
mengetahui konsentrasi yang menunjukkan daya ingat siswa maka perlu
dilakukan tes pengetahuan yang telah diperoleh siswa yang tidak menuntut
kecerdasan tetapi hanya mengandalkan ingatan. Untuk mengetahui batasan/
batasan daya ingat maka diperlukan klasifikasi tingkat konsentrasi yang
meliputi unsur ingatan.
Selain perhatian dan daya ingat, konsentrasi siswa juga dapat dilihat dari
ketelitian dan ketepatan siswa mengerjakan tes tentang materi yang telah
didapat. Maka untuk mengetahui konsentrasi yang menunjukkan ketelitian dan
ketepatan perlu dilakukan tes yang mengandalkan kecerdasan siswa, yaitu
dapat berupa soal/soal berdasarkan materi yang telah dipelajarinya.
Seandainya perhatian siswa dapat terpusat, dapat mengingat dengan baik, dan
dapat menghasilkan hasil tes yang memuaskan pada pengetahuan yang sedang
diterima melalui metode mengajar yang menarik maka dapat dikatakan bahwa
siswa tersebut dapat berkonsentrasi.
Menurut The Liang Gie (1979:55), salah satu cara untuk
mengembangkan kemampuan berkonsentrasi adalah dengan meningkatkan
minat seperti melakukan kegiatan/kegiatan yang berhubungan dengan mata
7 %# $
Penjabaran massa jenis zat dirangkum dari buku Eksplorasi Sains Fisika
Untuk SMP Kelas VII halaman 30 / 35 oleh Foster, Bob; Pelajaran IPA/Fisika
Untuk SMP/MTs Kelas VII halaman 58 / 62 oleh Irawan, Etsa Indra dan
Sunardi; dan Sains Fisika SMP Untuk Kelas VII halaman 39 / 45 oleh
Abdullah, Mikrajuddin.
%? # %# $
Zat atau materi adalah segala sesuatu yang memiliki massa dan
menempati ruang. Dengan demikian, semua benda yang ada di sekitar kita
termasuk zat. Ada beragam jenis zat. Satu di antara yang membedakannya
adalah % , sehingga massa jenis merupakan salah satu ciri khas
suatu zat.
Massa jenis suatu zat atau benda didefinisikan sebagai perbandingan
massa zat terhadap volumenya dan bisa dihitung dengan massa zat tersebut
dibagi volumenya.
Secara metematis dapat dituliskan :
!
=
ρ ,
dengan : ρ = massa jenis, satuannya (kg/m3atau g/cm3)
= massa zat, satuannya (kg atau g)
Massa jenis juga sering dinyatakan dalam satuan g/cm3, karena itu 1
g/cm3= 1000 kg/m3.
%# %6 , ' %#+
Dalam kehidupan sehari/hari sering dijumpai benda/benda yang
volumnya sama tetapi memiliki ciri yang berbeda. Contohnya, satu liter air
dengan satu liter minyak. Sebaliknya terdapat benda/benda yang volumnya
berbeda tetapi memiliki ciri yang persis sama. Contohnya satu liter air dan dua
liter air.
Demikian pula, benda/benda yang massanya sama bisa memiliki ciri
yang berbeda. Misalnya, 1 kg air dan 1 kg minyak. Sebaliknya, ada benda/
benda yang massanya berbeda tetapi memiliki ciri yang sama. Misalnya, 1 kg
air dengan 5 kg air. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa volum dan massa tidak
menggambarkan ciri khas suatu benda.
Jika mencoba mengukur massa jenis berbagai zat atau benda yang
berbeda jenisnya, maka akan didapatkan hasil bahwa massa jenisnya juga
berbeda/beda. Ini menunjukkan bahwa secara umum, massa jenis berbagai
benda adalah berbeda/beda. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
massa jenis merupakan satu di antara ciri/ciri khas suatu zat.
Ada tiga hal mengenai massa jenis zat yang dapat kita simpulkan :
1. Massa jenis merupakan ciri khas suatu zat
2. Zat yang sama memiliki massa jenis yang sama, berapapun volumnya.
%#%#$" # %# $
Untuk menentukan massa jenis suatu zat diperlukan beberapa langkah
pengukuran, yang pertama mengukur massa zat tersebut. Mengukur massa zat
dapat dilakukan dengan banyak cara, salah satunya menimbang menggunakan
neraca. Kemudian langkah berikutnya adalah mengukur volume zat tersebut.
Mengukur volume suatu zat dapat dilakukan dengan banyak cara, misalnya
mengukur volume zat padat dapat dilakukan dengan mencelupkan benda ke
dalam gelas ukur atau gelas kimia yang berisi air. Kemudian bila massa dan
volume zat sudah diketahui dengan menggunakan persamaan
!
=
ρ maka
massa jenis zat tersebut dapat dihitung.
Begitupun bila ingin menghitung massa atau volume suatu zat jika
massa jenis sudah diketahui. Bila mencari massa bila massa jenis dan volume
menghitung volume jika massa dan massa jenis zat sudah diketahui dengan
menggunakan persamaan yang sama menjadi
ρ
! = .
Beberapa contoh massa jenis zat adalah : massa jenis raksa adalah
13.600 kg/m3, massa jenis air murni adalah 1.000 kg/m3, massa jenis alkohol
adalah 790 kg/m3, massa jenis es adalah 920 kg/m3, massa jenis emas adalah
19.300 kg/m3.
Konsep massa jenis ini bisa digunakan untuk memecahkan tantangan
dalam kehidupan keseharian, yaitu seperti membasmi jentik/jentik nyamuk di
genangan air yang tidak mengalir. Sejenis minyak yang massa jenisnya lebih
kecil daripada air disemprotkan ke permukaan air. Minyak itu akan
membentuk lapisan tipis di atas permukaan air. Jentik/jentik nyamuk akan
mati karena tidak bisa bernafas akibat permukaan air tertutup oleh lapisan tipis
tersebut.
7 "6"#, # %* +%#, # %#%( $ #
Dalam penelitian ini teori digunakan sebagai dasar untuk :
1. Membuat treatment penelitian yaitu metode/metode pengajaran yang dapat
meningkatkan konsentrasi belajar siswa.
2. Membuat instrumen penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh dan
perbandingan metode mengajar terhadap konsentrasi belajar siswa yang
meliputi unsur ketelitian dan ketepatan, perhatian, dan daya ingat.
3. Menganalisis data yang diperoleh kemudian membuktikan apakah hasil
23
7 % ,# %#%( $ #
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, karena data yang diperoleh
adalah data dalam bentuk angka. Data yang diperoleh akan dianalisis secara
kuantitatif dengan statistika.
Penelitian ini dilakukan terhadap 5 kelas paralel, dimana masing/masing
kelas diberi perlakuan khusus yaitu menggunakan metode mengajar yang
berbeda. Metode mengajar yang digunakan pada masing/masing kelas adalah
metode ceramah, praktikum, diskusi kelompok, , dan model
fisika aneh. Disini peneliti berperan sebagai guru yaitu mengajar sub pokok
bahasan massa jenis zat pada masing/masing kelas dengan menggunakan
masing/masing metode mengajar. Jadi peneliti terlibat aktif dalam situasi yang
akan diteliti.
Sebelum kegiatan pembelajaran pada sub pokok bahasan massa jenis zat
dimulai, kelas terlebih dahulu diberi tes awal (pretest). Setelah semua materi
selesai dipelajari siswa kemudian diberi tes akhir (posttest).
Setelah pembelajaran, selain diberi tes akhir siswa juga diberi tes daya
ingat untuk mengukur konsentrasi siswa yang meliputi daya ingat siswa
terhadap materi yang baru saja diberi dengan menggunakan salah satu metode
Selama proses pembelajaran peneliti juga melakukan observasi terhadap
konsentrasi siswa yang meliputi unsur perhatian siswa terhadap materi yang
diajarkan menggunakan salah satu metode mengajar. Observasi dilakukan
dengan bantuan 2 orang observer.
7 $" + # %& $ %#%( $ #
Waktu : 27 Agustus 2008 / 6 September 2008
Tempat : SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta.
7 * "( + # & %( %#%( $ # 07 * "(
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur I
Yogyakarta, tahun ajaran 2008/2009 yang terdiri dari lima kelas dengan
jumlah siswa pada masing/masing kelas 40 siswa. Jadi jumlah populasinya
adalah 200 siswa.
17 & %(
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi, yaitu 200 siswa kelas
VII SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta yang sedang mengikuti pelajaran
Fisika di masing/masing kelas dengan menggunakan metode ceramah,
fisika aneh. Setiap pembelajaran dengan metode mengajar masing/masing
menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
07 %$*+% % & '
Peneliti mengajar sub pokok bahasan massa jenis zat. Peneliti
menggunakan RPP.
%, $ # #$
Ada beberapa aktivitas dan pembahasan yang dijabarkan.
a. Membahas konsep massa jenis zat
b. Membahas contoh soal
c. Mengerjakan latihan soal
RPP metode ceramah secara lengkap dapat dilihat di lampiran 3 halaman
74.
17 %$*+% $ "&
Peneliti menggunakan petunjuk praktikum dan mengajar dengan metode
praktikum di laboratorium mengenai sub pokok bahasan massa jenis zat.
%, $ # #$
Ada beberapa aktivitas dan pembahasan yang dijabarkan :
Praktikum dengan menggunakan petunjuk praktikum
RPP metode praktikum secara lengkap dapat dilihat di lampiran 4 halaman
A7 %$*+% " %(*& *
Peneliti mengajar dengan metode diskusi kelompok dengan
mengungkapkan persoalan yang menarik mengenai sub pokok bahasan
massa jenis zat. Kemudian siswa berdiskusi membahas persoalan tersebut
dan mencatat hasilnya dalam lembar kosong.
%, $ # #$
Ada beberapa aktivitas dan pembahasan yang dijabarkan.
a. Membahas konsep massa jenis zat.
b. Berdiskusi dalam kelompok untuk memecahkan persoalan.
c. Berdiskusi dalam kelompok untuk memecahkan persoalan hitungan.
RPP metode diskusi kelompok secara lengkap dapat dilihat di lampiran 5
halaman 89.
/7 %$*+%
Peneliti mengajar dengan menggunakan metode . Peneliti
mempersiapkan soal/soal yang akan dijawab mengenai sub pokok bahasan
massa jenis zat.
%, $ # #$
Ada beberapa aktivitas dan pembahasan yang dijabarkan.
a. Membahas konsep massa jenis zat.
b. Membahas contoh soal.
d. Mengerjakan latihan soal
RPP metode secara lengkap dapat dilihat di lampiran 6
pokok bahasan massa jenis zat.
%, $ # #$
Ada beberapa aktivitas dan pembahasan yang dijabarkan.
a. Memberikan masalah menarik tentang massa jenis zat.
b. Membahas konsep massa jenis zat.
c. Membahas pertanyaan.
RPP metode fisika aneh secara lengkap dapat dilihat di lampiran 7
halaman 107.
7 # $ "&%#
Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari tes dan non tes. Tes dalam
penelitian ini berupa tes awal (pretest), dan tes akhir (posttest). Sedangkan non
tes berupa lembar observasi dan tes.
07 %
a. Tes Awal (Pretest)
Tes awal (pretest) ini dilakukan pada masing/masing kelas
sebelum kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode
ceramah, praktikum, , diskusi kelompok dan model
fisika aneh dimulai. Tes awal diberikan untuk mengetahui kemampuan
mengetahui sejauh mana pengetahuan yang telah dimiliki siswa
mengenai massa jenis zat.
Soal/soal dalam tes awal berupa 3 soal uraian dan pengerjaannya
diberikan waktu yang terbatas, yaitu 10 menit. Isi pokok tes adalah
sebagai berikut :
01. "
No Isi Soal Banyak Soal
1
Konsep massa jenis zat, yaitu membandingkan massa
jenis zat bila jenis zat berbeda tetapi volume sama, jenis
zat sama tetapi volume berbeda, dan jenis zat berbeda
volum juga berbeda.
1
2 Penghitungan massa jenis zat, yaitu membandingkan
volume dua zat yang berbeda.
1
3 Aplikasi massa jenis zat, yaitu meneliti keaslian suatu zat. 1
Contoh dari pretest adalah sebagai berikut :
900 kg/m . Manakah yang volumenya lebih besar, 40 kg air atau 36
kg es ?
3. Ali memenangkan olimpiade dan ia memperoleh sebongkah emas
sebagai hadiah. Tetapi Ali curiga emas itu tidak asli dan hanya
campuran dari logam lain. Ali ingin memastikan bahwa emas itu
asli. Bagaimana cara Ali mengetahui emas itu asli atau tidak ?
Lembar pretest secara lengkap dapat dilihat di lampiran 8 halaman
113.
b. Tes Akhir (Posttest)
Tes akhir (posttest) dilakukan setelah kegiatan pembelajaran
dalam penelitian selesai dilaksanakan. Tes akhir digunakan untuk
mengetahui tingkat konsentrasi yang meliputi unsur ketelitian,
kecepatan, dan ketepatan saat mengerjakan tes tersebut.
Jumlah soal dan isi pokok tes akhir sama dengan tes awal.
1. Perhatikan gambar berikut !
Setelah kalian perhatikan gambar diatas, apa yang dapat anda
ketahui tentang massa jenis zat pada masing/masing gambar ?
2. Air memiliki massa jenis 1000 kg/m3 dan es memiliki massa jenis
900 kg/m3. Manakah yang volumenya lebih besar, 50 kg air atau 40
kg es ?
3. Baba mendapat oleh/oleh sebongkah perak dari temannya. Tetapi
Baba curiga perak itu tidak asli dan hanya campuran dari logam
lain. Baba ingin memastikan bahwa perak itu asli. Bagaimana cara
Baba mengetahui perak itu asli atau tidak ?
Lembar posttest secara lengkap dapat dilihat di lampiran 9 halaman
116.
17 6 % 9 @ %#, & $ #
Observasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah observasi
menggunakan metode ceramah, praktikum , diskusi
kelompok, model fisika aneh. Observasi atau pengamatan ini bertujuan
memantau perhatian siswa terhadap materi yang sedang diajarkan dengan
menggunakan suatu metode mengajar. Segala gerak gerik siswa sebagai
obyek penelitian dicatat dengan format observasi sebagai berikut :
012 #
No. Hal yang Diamati Banyaknya Siswa Keterangan
1 Siswa melihat apa yang
sedang diajarkan guru.
2
Siswa bertanya kepada guru
mengenai materi yang
sedang diajarkan.
3
Siswa menjawab
pertanyaan guru dengan
benar.
4 Siswa mencatat materi yang
sedang diajarkan guru.
5
Siswa tidak bermain/main
saat guru menjelaskan
No. Hal yang Diamati Banyaknya Siswa Keterangan
6
Siswa tidak mengantuk saat
pelajaran.
7 Siswa aktif mengerjakan
tugas yang diberikan guru.
A7 % ) #, $
Dalam penelitian ini tes daya ingat digunakan untuk mengetahui
tingkat konsentrasi belajar siswa yang meliputi unsur daya ingat siswa,
yaitu mengecek apakah siswa mengikuti pelajaran dengan penuh
konsentrasi. Siswa dikatakan berkonsentrasi bila dapat mengingat apa
yang diajarkan dan dapat menjawab pertanyaan/pertanyaan tentang
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Sebaliknya, siswa dikatakan
kurang berkonsentrasi apabila tidak dapat mengingat apa yang diajarkan
dan tidak dapat menjawab pertanyaan tentang kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan.
Soal/soal dalam tes daya ingat berupa 10 pertanyaan. Isi pokok tes
daya ingat adalah mengenai semua hal yang telah diajarkan pada saat
pembelajaran. Aspek yang ditanyakan dalam tes daya ingat ini mengenai
daya ingat siswa tentang aktivitas selama pelajaran berlangsung. Ada 2
bagian dalam tes, yaitu nomor 1 sampai dengan 5 mengenai hal/hal yang
tidak berkaitan dengan materi, sedangkan nomor 6 sampai dengan 10
1. Berapa banyak contoh soal yang diberikan saat pelajaran fisika materi
massa jenis zat ? ___________________________________________
2. Berapa banyak latihan soal yang diberikan saat pelajaran fisika materi
massa jenis zat ? ___________________________________________
Lembar tes daya ingat secara lengkap dapat dilihat di lampiran 10 halaman
119.
7 ( + $
Validitas menunjukkan pada kesesuaian penuh arti, bergunanya
kesimpulan yang dibuat peneliti berdasarkan data yang dikumpulkan.
Kesimpulannya valid bila sesuai dengan tujuan penelitian. Pada penelitian ini
validitas yang digunakan adalah ) % (validitas isi) yaitu isi dari
instrumen yang digunakan sungguh mengukur isi dari domain yang mau
diukur (Suparno, 2007:62). Validitas pada penelitian ini ditunjukkan dengan
010 3
No Indikator Soal Pretest No. Soal
1 Menjelaskan sesuai konsep
bahwa massa jenis adalah
salah satu ciri khas suatu zat.
Perhatikan gambar berikut !
Setelah kalian perhatikan gambar
diatas, apa yang dapat anda ketahui
tentang massa jenis zat pada masing/
masing gambar ?
1
2 Menghitung massa jenis atau
volume atau massa suatu zat
dengan persamaan.
Air memiliki massa jenis 1000 kg/m3
dan es memiliki massa jenis 900
kg/m3. Manakah yang volumenya
lebih besar, 40 kg air atau 36 kg es ?
2
3 Menggunakan konsep massa
jenis untuk berbagai pe/
nyelesaian masalah dalam
kehidupan sehari/hari.
Ali memenangkan olimpiade dan ia
memperoleh sebongkah emas sebagai
hadiah. Tetapi Ali curiga emas itu
tidak asli dan hanya campuran dari
logam lain. Ali ingin memastikan
bahwa emas itu asli. Bagaimana cara
Ali mengetahui emas itu asli atau
tidak ?
bahwa massa jenis adalah
salah satu ciri khas suatu zat.
Setelah kalian perhatikan gambar
diatas, apa yang dapat anda ketahui
tentang massa jenis zat pada masing/
masing gambar ?
2 Menghitung massa jenis atau
volume atau massa suatu zat
dengan persamaan.
Air memiliki massa jenis 1000 kg/m3
dan es memiliki massa jenis 900
kg/m3. Manakah yang volumenya
lebih besar, 50 kg air atau 40 kg es ?
2
3 Menggunakan konsep massa
jenis untuk berbagai pe/
nyelesaian masalah dalam
kehidupan sehari/hari.
Baba mendapat oleh/oleh sebongkah
perak dari temannya. Tetapi Baba
curiga perak itu tidak asli dan hanya
campuran dari logam lain. Baba ingin
memastikan bahwa perak itu asli.
Bagaimana cara Baba mengetahui
perak itu asli atau tidak ?
7 %$*+% # ( $
07 %#, "' %$*+% %#, ! $% ' + *# %#$ >
7 *# %#$ %( ! > ) #, %( "$ # " %$%( $ # + # %$% $ #
Konsentrasi belajar siswa yang meliputi unsur ketelitian dan
ketepatan diukur dengan soal pretest dan posttest. Soal/soal pretest dan
posttest berisi konsep, persoalan hitungan, dan aplikasi dalam
kehidupan sehari/hari mengenai massa jenis zat sehingga dapat
mengukur ketelitian dan ketepatan siswa. Konsentrasi belajar siswa
yang meliputi unsur ketelitian dan ketepatan siswa dianalisis dengan
tahap/tahap sebagai berikut :
Pertama, soal pretest dan posttest yang masing/masing terdiri
dari 3 soal dinilai. Skor untuk masing/masing soal yang benar adalah
10, pemberian skor disesuaikan dengan jawaban siswa yaitu sempurna
tidaknya jawaban. Misalnya pada soal pretest nomor 1 :
berbeda massa dan berbeda massa jenisnya.
Skor : 2,5
Gambar B : benda/benda yang sejenis mempunyai massa jenis
yang sama walaupun volumnya berbeda.
Skor : 2,5
Gambar C : benda/benda yang berbeda jenis, berbeda pula massa
dan massa jenisnya walaupun mempunyai volum yang sama.
Skor : 2,5
Gambar D : benda/benda yang berbeda jenis, berbeda pula
volumnya memiliki massa dan massa jenis yang juga berbeda.
Skor : 2,5
Kedua, pretest dan posttes dibandingkan dengan menggunakan t/
test dengan rumus :
(
)
N = jumlah pasang score (jumlah pasangan)
Analisis data pengaruh metode mengajar terhadap konsentrasi
belajar siswa yang meliputi unsur ketelitian dan ketepatan
menggunakan program SPSS dengan 3 .
67 *# %#$ %( ! > ) #, %( "$ # " % ' $ #
Data konsentrasi belajar siswa yang meliputi unsur perhatian
diperoleh dengan observasi atau pengamatan pada masing/masing
kelas saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Konsentrasi belajar
siswa yang meliputi unsur perhatian akan dianalisis dengan tahap/
tahap :
Pertama, observer mengamati kejadian/kejadian saat kegiatan
pembelajaran berlangsung, kemudian data/data pengamatan dicatat
dalam format observasi yang telah disiapkan. Kemudian dari data pada
lembar pengamatan dapat dianalisis secara kuantitatif dengan
menghitung jumlah siswa sesuai dengan hal yang diamati kemudian
dipersentasekan. Penghitungan persentase tingkat konsentrasi belajar
siswa yang meliputi unsur perhatian adalah dengan:
%
Jumlah siswa yang melakukan hal yang diamati adalah jumlah total
siswa dari banyaknya siswa yang melakukan hal yang diamati.
Jumlah siswa yang diamati adalah banyaknya siswa dalam kelas yang
kriteria klasifikasi tingkat konsentrasi berdasarkan perhatian
Klasifikasi tingkat konsentrasi siswa berdasarkan perhatian ditetapkan
dengan kriteria sebagai berikut:
016 (
Skor Klasifikasi Tingkat Konsentrasi
0 % / 20 %
21 % / 40 %
41 % / 60 %
61 % / 80 %
81 % / 100 %
Tingkat konsentrasi sangat rendah
Tingkat konsentrasi rendah
Tingkat konsentrasi biasa saja
Tingkat konsentrasi tinggi
Tingkat konsentrasi sangat tinggi
57 *# %#$ %( ! > ) #, %( "$ # " ) #, $
Konsentrasi belajar siswa yang meliputi unsur daya ingat diukur
melalui tes daya ingat. Konsentrasi belajar siswa yang meliputi unsur
daya ingat akan dianalisis dengan tahap/tahap sebagai berikut :
Pertama, tes daya ingat terdiri dari 10 pertanyaan. Untuk tiap/
tiap pertanyaan siswa harus menjawab dengan jawaban yang dianggap
benar. Cara pemberian skor pada tes daya ingat adalah 1 dan 0. Skor 1
untuk jawaban yang benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Sehingga
dan skor tertinggi yang mungkin dicapai siswa adalah 10. Klasifikasi
tingkat konsentrasi siswa berdasarkan ingatan ditetapkan dengan
kriteria sebagai berikut :
017 ( "
Skor Klasifikasi Tingkat Konsentrasi
0 – 1
2 – 3
4 – 6
7 – 8
9 – 10
Tingkat konsentrasi sangat rendah
Tingkat konsentrasi cukup rendah
Tingkat konsentrasi biasa saja
Tingkat konsentrasi cukup tinggi
Tingkat konsentrasi sangat tinggi
Tingkat konsentrasi seluruh siswa diketahui dari nilai rata/rata
skor tes konsentrasi seluruh siswa dan ditetapkan dengan kriteria
seperti pada tabel di atas.
17 % 6 #+ #, # %$*+%; %$*+% %#, ! $% ' + *# %#$ >
Perbandingan metode/metode mengajar terhadap konsentrasi siswa
merupakan perbandingan keseluruhan dari unsur/unsur konsentrasi. Data/
data diperoleh dari persentase score posttest, persentase score tes daya
ingat, dan persentase perhatian.
Data konsentrasi yang meliputi unsur ketelitian dan ketepatan
diperoleh dari score posttest tiap kelas yang telah dipersentasekan dengan
rumus : 100%
30 tan
% 100
% = ×
%
Selanjutnya untuk data konsentrasi yang meliputi unsur daya ingat
diperoleh dari score tes daya ingat tiap kelas yang telah dipersentasekan
dengan rumus :.
% 100 10
% % " = ) % ×
Untuk membandingkan metode/metode mengajar secara
018 3
kelas VII A
Rata/rata %
ketelitian
dan
ketepatan
kelas VII B
Rata/rata %
ketelitian
dan
ketepatan
kelas VII C
Rata/rata %
ketelitian
dan
ketepatan
kelas VII D
Rata/rata %
ketelitian
dan
ketepatan
kelas VII E
Perhatian
Rata/rata %
perhatian
kelas VII A
Rata/rata %
perhatian
kelas VII B
Rata/rata %
perhatian
kelas VII C
Rata/rata %
perhatian
kelas VII D
Rata/rata %
perhatian
kelas VII E
Daya Ingat
Rata/rata %
daya ingat
kelas VII A
Rata/rata %
daya ingat
kelas VII B
Rata/rata %
daya ingat
kelas VII C
Rata/rata %
daya ingat
kelas VII D
Rata/rata %
daya ingat
kelas VII E
Setelah data dimasukkan dalam tabel, kemudian % tertinggi dan %
terendah dari setiap unsur diberi tanda dengan warna biru muda untuk %
tertinggi dan warna merah muda untuk persen terendah. Dari % tertinggi
dan % terendah untuk setiap unsur maka dapat diperoleh metode mengajar
yang paling baik dan metode mengajar yang kurang baik untuk
diberi tanda dengan warna hijau muda untuk % tertinggi dan warna kuning
muda untuk persen terendah. Dari % tertinggi dan % terendah untuk setiap
kelas maka dapat diperoleh unsur konsentrasi yang paling dipengaruhi
oleh metode mengajar dan unsur konsentrasi yang kurang dipengaruhi oleh
44
7 %( # # %#%( $ #
6" 12 ," $" 1..3 " "( .270B C .37/B + %( %#%( $ &%#,,"# # &%$*+% 5% & '. Proses belajar mengajar berlangsung
selama 90 menit. Awal pelajaran peneliti memberi pretest selama 10 menit.
Kemudian peneliti mengajar mengenai massa jenis zat selama 60 menit
dengan metode ceramah (lihat gambar 4.1). Setelah proses pembelajaran,
peneliti memberi tes daya ingat yang dikerjakan selama 10 menit dan posttest
yang dikerjakan selama 10 menit. Pembagian tes daya ingat dan posttest
dilakukan bersamaan dan dikumpulkan bersamaan untuk menghemat waktu.
10 menit. Kemudian peneliti mengajar mengenai massa jenis zat selama 20
menit. Setelah itu peneliti membagikan lembar kerja untuk dikerjakan dengan
metode diskusi kelompok yang berlangsung selama 20 menit (lihat gambar
4.2). Kemudian setelah dikusi kelompok selesai peneliti membahas persoalan
diskusi kelompok dengan siswa/siswi selama 20 menit. Setelah proses
pembelajaran, peneliti memberi tes daya ingat yang dikerjakan selama 10
menit dan posttest yang dikerjakan selama 10 menit. Pembagian tes daya ingat
dan posttest dilakukan bersamaan dan dikumpulkan bersamaan untuk
menghemat waktu.
Gambar 4.2 Proses belajar mengajar menggunakan metode diskusi
6$" D % $%&6% 1..3 " "( .<7/B C 007.B + %(
%#%( $ &%#,,"# # &%$*+% . Proses belajar mengajar
berlangsung selama 90 menit. Awal pelajaran peneliti memberi pretest selama
10 menit. Kemudian peneliti mengajar mengenai massa jenis zat selama 20
menit. Setelah itu peneliti memberikan contoh soal dan 5 soal latihan untuk
dikerjakan selama 25 menit dengan metode (lihat gambar
4.3). Setelah siswa mencoba mengerjakan peneliti membahas 1 contoh soal
sampai siswa benar/benar mengerti mengenai massa jenis zat selama 15 menit.
Setelah proses pembelajaran, peneliti memberi tes daya ingat yang dikerjakan
selama 10 menit dan posttest yang dikerjakan selama 10 menit. Pembagian tes
daya ingat dan posttest dilakukan bersamaan dan dikumpulkan bersamaan
untuk menghemat waktu.
memberi pretest selama 10 menit. Kemudian peneliti memberi LKS untuk
praktikum. Praktikum dilakukan selama 60 menit dengan adanya penjelasan/
penjelasan mengenai massa jenis zat (lihat gambar 4.4). Saat praktikum, kelas
dibagi menjadi 6 kelompok. Karena waktu dan alat terbatas, tiap kelompok
meneliti 1 benda untuk mengetahui massa jenisnya kemudian dibandingkan
dengan hasil kelompok lain. Setelah proses pembelajaran, peneliti memberi tes
daya ingat yang dikerjakan selama 10 menit dan posttest yang dikerjakan
selama 10 menit. Pembagian tes daya ingat dan posttest dilakukan bersamaan
dan dikumpulkan bersamaan untuk menghemat waktu.
Gambar 4.4 Proses belajar mengajar menggunakan metode praktikum
%# # 3 % $%&6% 1..3 " "( 0B7.. C 0D7A. + ( 6* $* "& %#%( $ &%#, ! %( &%#,,"# # &%$*+% ? #%'7 Proses
belajar mengajar berlangsung selama 90 menit. Awal pelajaran peneliti
massa jenis zat selama 60 menit dengan metode fisika aneh (lihat gambar 4.5).
Sebelum masuk massa jenis zat, peneliti memberi 2 masalah yang unik
sehingga siswa/siswi tertarik untuk mengetahui tentang massa jenis zat.
Setelah proses pembelajaran, peneliti memberi tes daya ingat yang dikerjakan
selama 10 menit dan posttest yang dikerjakan selama 10 menit. Pembagian tes
daya ingat dan posttest dilakukan bersamaan dan dikumpulkan bersamaan
untuk menghemat waktu.
satu dengan kelas yang lain. Kondisi kelas yang berbeda meliputi
peringkat kelas dan keadaan siswa yang sangat mempengaruhi kondisi
kelas.
7 *# %#$ %( ! > ) #, %( "$ # " %$%( $ # + # %$% $ #
0= $
Data diperoleh dari hasil pretest dan posttest tiap kelas. Hasil
pretest dan posttest discore dan disusun dengan lengkap dalam
tabel 4.1.
41. )
VII A
(Fisika Aneh) (Praktikum)VII B (Ceramah)VII C
VII D
Pretest Posttest Pretest Posttest Pretest Posttest Pretest Posttest Pretest Posttest
VII A
Pretest Posttest Pretest Posttest Pretest Posttest Pretest Posttest Pretest Posttest
16 6,5 21 3 17,5 5 7,5 6 13 5 21
Data pretest dan posttest diuji melalui program SPSS dengan
analisis untuk kelompok dependen atau satu
!
" " " "
"
# $ %&&
' ( )
* ( +
(( ) (( )
( ! , "
-Interpretasi hasil SPSS untuk kelas VII A adalah :
Mean posttest = 17,1190 dan mean pretest = 4,0000.
Nilai t = /15,053
Output SPSS memberikan nilai sig 0,000
Karena nilai sig 0,000 < 0,05 maka significant, yaitu score
pretest dan score posttest berbeda
Tetapi karena mean posttest (17,1190) > mean pretest
(4,000) maka posttest lebih baik daripada pretest.
Karena posttest lebih baik dari pretest maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh metode mengajar dengan
b) Kelas VII B menggunakan metode praktikum
!
" " " "
"
# $ %&&
' ( )
* ( +
(( ) (( )
( ! , "
-Interpretasi hasil SPSS untuk kelas VII B adalah :
Mean posttest = 18,1591 dan mean pretest = 3,0795.
Nilai t = /18,582
Output SPSS memberikan nilai sig 0,000
Karena nilai sig 0,000 < 0,05 maka significant, yaitu score
pretest dan score posttest berbeda
Tetapi karena mean posttest (18,582) > mean pretest
(3,0795) maka posttest lebih baik daripada pretest.
Karena posttest lebih baik dari pretest maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh metode mengajar dengan
!
" " " "
"
# $ %&&
' ( )
* ( +
(( ) (( )
( ! , "
-Interpretasi hasil SPSS untuk kelas VII C adalah :
Mean posttest = 10,6829 dan mean pretest = 4,9634.
Nilai t = /9,195
Output SPSS memberikan nilai sig 0,000
Karena nilai sig 0,000 < 0,05 maka significant, yaitu score
pretest dan score posttest berbeda
Tetapi karena mean posttest (10,6829) > mean pretest
(4,9634) maka posttest lebih baik daripada pretest.
Karena posttest lebih baik dari pretest maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh metode mengajar dengan
d) Kelas VII D menggunakan metode diskusi kelompok
!
" " " "
"
# $ %&&
' ( )
* ( +
(( ) (( )
( ! , "
-Interpretasi hasil SPSS untuk kelas VII D adalah :
Mean posttest = 13,0488 dan mean pretest = 5,0732.
Nilai t = /10,312
Output SPSS memberikan nilai sig 0,000
Karena nilai sig 0,000 < 0,05 maka significant, yaitu score
pretest dan score posttest berbeda
Tetapi karena mean posttest (13,0488) > mean pretest
(5,0732) maka posttest lebih baik daripada pretest.
Karena posttest lebih baik dari pretest maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh metode mengajar dengan
!
" " " "
"
# $ %&&
' ( )
* ( +
(( ) (( )
( ! , "
-Interpretasi hasil SPSS untuk kelas VII E adalah :
Mean posttest = 19,9048 dan mean pretest = 5,4524.
Nilai t = /19,931
Output SPSS memberikan nilai sig 0,000
Karena nilai sig 0,000 < 0,05 maka significant, yaitu score
pretest dan score posttest berbeda
Tetapi karena mean posttest (19,9048) > mean pretest
(5,4524) maka posttest lebih baik daripada pretest.
Karena posttest lebih baik dari pretest maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh metode mengajar dengan
67 *# %#$ %( ! > ) #, %( "$ # " % ' $ # 0= $
Data diperoleh dari hasil pengamatan tiap kelas. Dalam hasil
pengamatan ini banyaknya siswa dihitung dan disusun dengan
lengkap dalam tabel 4.2.
412
Banyaknya Siswa
No. Hal yang Diamati
VII A VII B VII C VII D VII E
Jumlah siswa yang diamati 42 44 42 42 42
1 Siswa melihat apa yang sedang
diajarkan guru. 42 44 35 38 42
2
Siswa bertanya kepada guru mengenai materi yang sedang diajarkan.
4 2 4 6 7
3 Siswa menjawab pertanyaan
guru dengan benar. 42 44 8 14 42
4 Siswa mencatat materi yang
sedang diajarkan guru. 9 44 32 23 42
5 Siswa tidak bermain/main saat
guru menjelaskan materi. 39 41 28 33 39
6 Siswa tidak mengantuk saat
pelajaran. 37 44 42 37 41
7 Siswa aktif mengerjakan tugas
yang diberikan guru. 42 44 34 39 42
1= # ( $
Data pengamatan analisis secara kuantitatif yaitu dengan
Keterangan :
Jumlah siswa yang melakukan hal yang diamati adalah jumlah total
siswa dari banyaknya siswa yang melakukan hal yang diamati.
Jumlah siswa yang diamati adalah banyaknya siswa dalam kelas
yang diamati.
Jumlah siswa yang diamati X 7 karena hal yang diamati sebanyak 7
hal. Analisis data pengamatan siswa disusun dalam tabel 4.3.
410
No Kelas VII A VII B VII C VII D VII E
1 Jumlah siswa yang diamati 42 44 42 42 42
2 Jumlah siswa yang
melakukan hal yang diamati
215 263 183 190 255
3 Persentase perhatian siswa 73,12 % 85,38 % 62,24 % 64,62 % 86,73 %
4 Klasifikasi T ST T T ST
Keterangan : Tingkat konsentrasi sangat rendah (SR)
Tingkat konsentrasi rendah (R)
Tingkat konsentrasi biasa saja (BS)
Tingkat konsentrasi tinggi (T)
Tabel analisis data pengamatan siswa diatas menunjukkan
klasifikasi tingkat konsentrasi berdasarkan perhatian pada tiap
kelas adalah T (Tinggi) dan ST (Sangat Tinggi) yang berarti
memang ada pengaruh metode mengajar terhadap konsentrasi yang
meliputi unsur perhatian.
57 *# %#$ %( ! > ) #, %( "$ # " ) #, $ 0= $
Data diperoleh dari hasil tes daya ingat tiap kelas. Hasil tes daya
ingat di score dan disusun dengan lengkap dalam tabel 4.4.
26 8 T 3 R 5 BS 6 BS 10 ST
Keterangan : Tingkat konsentrasi sangat rendah (SR)
Tingkat konsentrasi rendah (R)
Tingkat konsentrasi biasa saja (BS)
Tingkat konsentrasi tinggi (T)
Tingkat konsentrasi sangat tinggi (ST)
1= # ( $
Distribusi frekuensi klasifikasi tingkat konsentrasi berdasarkan
ingatan yang diperoleh dari tes daya ingat dapat dilihat pada tabel
416 (
"
Skor Klasifikasi TingkatKonsentrasi
Berdasarkan Ingatan
0 – 1 Tingkat konsentrasisangat rendah 0 0 3 1 4
2 – 3 Tingkat konsentrasicukup rendah 7 7 11 7 8
4 – 6 Tingkat konsentrasibiasa saja 19 32 26 21 15
7 – 8 Tingkat konsentrasicukup tinggi 12 4 2 9 10
9 – 10 Tingkat konsentrasisangat tinggi 4 1 0 4 5
Total 42 44 42 42 42
Rata/Rata 5,78 5,12 4,04 5,40 5,28
Tabel distribusi frekuensi klasifikasi tingkat konsentrasi
berdasarkan ingatan memiliki arti ada pengaruh metode mengajar
terhadap konsentrasi siswa yang meliputi unsur daya ingat
walaupun pengaruhnya biasa saja atau tidak sangat baik karena
dilihat rata/rata konsentrasi tiap kelas hampir sama yaitu tingkat
konsentrasi biasa saja atau tidak sangat baik.
17 % 6 #+ #, # %$*+%; %$*+% %#, ! $% ' + *# %#$ > 7 $
Data konsentrasi yang meliputi unsur ketelitian dan ketepatan
diperoleh dari score posttest tiap kelas yang telah dipersentasekan
dihitung dengan rumus :
% 100
% = ×
%
Selanjutnya untuk data konsentrasi yang meliputi unsur daya ingat
diperoleh dari score tes tiap kelas yang telah dipersentasekan dengan
rumus :.
% 100 10
% % " = ) ×
Data perbandingan metode mengajar terhadap konsentrasi siswa yang
meliputi unsur ketelitian, ketepatan, serta daya ingat siswa disusun
secara lengkap pada tabel 4.6 dan data perbandingan metode mengajar
terhadap konsentrasi siswa yang meliputi unsur perhatian disusun
secara lengkap pada tabel 4.7.