• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo Page 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo Page 1"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Fadjrin Laiya

Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Gorontalo

Page 1

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KECEMASAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII DI MTS NEGERI KOTAMOBAGU

Fadjrin Laiya

Pembimbing I : Prof. Dr. Sarson W.Dj. Pomalato, M.Pd Pembimbing II : Drs. Perry Zakaria, M.Pd

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran kecemasan matematika dan faktor-faktor penyebabnya pada siswa kelas VIII di MTS Negeri Kotamobagu. Berdasarkan hasil penelitian penyebab kecemasan matematika pada siswa kelas VIII MTS Negeri Kotamobagu terdiri dari tiga faktor yaitu; faktor Psikologis, lingkungan/sosial, dan intelektual. Penyebab kecemasan matematika yang dialami oleh subjek I hingga subjek IV menampilkan gejala-gejala yang hampir sama, antara lain motivasi diri yang rendah, kepercayaan diri yang kurang, trauma, minder, frustasi, tekanan orang tua, cara mengajar guru, dan kurangnya pemahaman dalam konsep matematika.

(2)

Fadjrin Laiya

Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam

(3)

Fadjrin Laiya

Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Gorontalo

Page 3

Pendahuluan Latar Belakang

Pendidikan terus menjadi topik yang diperbincangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan ekonomi. Hubungan pendidikan dengan berbagai dimensi kehidupan tidak akan pernah lepas karena pengaruh timbal balik yang ditimbulkannya cukup besar. Bahkan pendidikan telah menjadi salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh masyarakat.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua fihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat, dan mudah dari berbagai sumber. Dengan demikian siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang sudah berubah, tidak pasti dan kompetitif.

Kemampuan ini membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, keatif, dan kemampuan bekerjasama yang efektif. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangan melalui belajar matemamatika karena pelajaran matematika berfungsi sebagai: alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan. Siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan informasi misalnya melalui persamaan-persamaan, atau tabel-tabel dalam model-model matematika yang merupakan penyederhanaan dari soal-soal cerita atau soal-soal uraian matematika lainnya (Suherman (2003:56).

Dengan demikian diharapkan siswa mampu menuntaskan peguasaan matematika demi menunjang keberhasilan dibidang pendidikan serta mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Namun yang terjadi di lapangan, ketuntasan tersebut belum terealisasikan dengan baik. Khususnya yang terlihat pada siswa kelas VIII di MTS Negeri Kotamobagu. Berdasarkan hasil observasi peneliti di sekolah tersebut diperoleh informasi bahwa hasil belajar siswa kelas VIII dalam mata pelajaran matematika masih tergolong rendah. Masalah rendahnya hasil belajar didukung oleh data ketuntasan hasil belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran matematika Tahun 2013 sebagai berikut:

Tabel 1.1. Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VIII Pada Mata Pelajaran Matematika Tahun 2013

No. Kelas Tuntas Tidak Tuntas Sampel

1. VIII- a 12 11 23 2. VIII- b 8 12 20 3. VIII- c 6 16 22 4 VIII- d 6 13 19 5 VIII – e 11 7 18 Jumlah 43 59 102

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada siswa VIII di MTS Negeri Kotamobagu terkait rendahnya kecapaian hasil belajar tersebut diperoleh informasi bahwa siswa merasa tertekan dengan banyaknya latihan-latihan soal, tugas-tugas rumah, tambahan-tambahan pelajaran di sekolah maupun di rumah. Sehingganya siswa merasa sulit, frustasi, takut, dan bosan mempelajari matematika. Keadaan tersebut pada akhirnya akan menimbulkan kecemasan menghadapi pelajaran matematika. Dalam teori prilaku, rasa frustasi dan trauma yang terus-menerus dan tidak tertangani akan menyebabkan munculnya kecemasan dalam diri siswa (Prawirohusodo dalam Pri’e, 2009). Perasaan yang tidak menyenangkan pada keprihatinan, ketegangan, kekhawatiran, disorganisasi mental, dan tubuh yang terkait gejala yang muncul dalam situasi yang melibatkan perhitungan matematika, pemecahan masalah, dan penilaian disebut sebagai kecemasan matematika (Ashcraft dkk. dalam Zeidner, M. & Matthews, G.

(4)

Fadjrin Laiya

Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Gorontalo

Page 4

2011:23). Kecemasan terhadap matematika tidak bisa dipandang sebagai hal biasa, karena ketidakmampuan siswa dalam beradaptasi pada pelajaran menyebabkan siswa kesulitan serta fobia terhadap matematika yang akhirnya menyebabkan hasil belajar dan prestasi siswa dalam matematika rendah.

Hal tersebut didukung dari peneltian sebelumnya yang dilakukan oleh Hellum-Alexander (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa kecemasan matematika juga berpengaruh terhadap kemampuan matematis siswa dan termasuk di dalamnya adalah kemampuan pemahaman matematis. Lanjut hasil penelitian Daneshamooz, dkk (2012) juga menunjukan bahwa kecemasan matematika bekorelasi negatif dengan kineja matematika.

Untuk itu perlu diketahui faktor penyebab terjadinya kecemasan matematika tersebut, sehingganya guru mampu mengatasi permasalahan yang terjadi pada siswa dan hal ini akan berdampak pada prestasi belajar siswa.

Kecemasan matematika disebabkan oleh beberapa faktor, seperti yang dijelaskan oleh Trujillo & Hadfield (dalam Anita, 2014:127) yang menyatakan bahwa penyebab kecemasan matematika dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu sebagai berikut : (1) Faktor kepribadian (psikologis atau emosional); (2) Faktor lingkungan atau sosial; (3) Faktor intelektual. Ketika kecemasan meningkat pada diri siswa maka siswa tersebut akan berusaha lebih keras, tetapi pemahaman mereka justru semakin memburuk yang berakibat kecemasan mereka justru semakin meningkat.

Dari uraian masalah di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian tentang

Deskriptif Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kecemasan Matematika Pada siswa

Kelas VIII di MTS Negeri Kotamobagu

Identifikasi Masalah

1. Rendahya ketuntasan siswa dalam mata pelajaran matematika

2. Siswa merasa tertekan dengan banyaknya latihan-latihan soal, tugas-tugas rumah, tambahan-tambahan pelajaran di sekolah maupun dirumah.

3. Siswa sering merasakan kecemasan dalam mempelajari matematika Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kecemasan matematika pada siswa kelas VIII di MTS Negeri Kotamobagu?

Tujuan Penelitian

Pada dasarnya tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan gambaran kecemasan matematika pada mata siswa kelas VIII di MTS Negeri Kotamobagu.

2. Mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya kecemasan matematika pada siswa kelas VIII di MTS Negeri Kotamobagu.

Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan mutu pendidikan.

2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan kepada guru, khususnya bagi guru matematika agar dapat membantu siswa dalam mengatasi kecemasan matematika.

KAJIAN TEORITIS

Pengertian Kecemasan Matematika

Kecemasan matematika merupakan salah satu hambatan yang sangat serius dalam pendidikan, serta berkembang pada anak-anak dan remaja ketika mereka dalam lingkungan sekolah (Warren Jr, Rambow, Pascarella, Michel, Schultz, dan Marcus:2005:2)

(5)

Fadjrin Laiya

Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Gorontalo

Page 5

Kecemasan matematika merupakan sejenis penyakit, yang secara khusus, mengacu pada reaksi suasana hati yang menunjukkan mereka panik dan kehilangan akal, depresi, pasrah, gelisah, takut, dan disertai dengan beberapa reaksi psikologi, seperti berkeringat pada wajahnya, mengepalkan tangan, sakit, muntah, bibir kering, dan pucat (Luo, Wang, dan Luo,2009:12-13).

Haylock & Thangata (2007:12) Mathematics Anxiety adalah suatu kondisi yang menghambat kemampuan siswa untuk mencapai potensi pengalaman belajar dan penilaian matematika di kelas.

Menurut Ashcraft, Krause, & Hopko (dalam Zeidner, M. & Matthews, G. 2011:23). Mathematics Anxiety mengacu pada perasaan yang tidak menyenangkan pada keprihatinan, ketegangan, kekhawatiran, disorganisasi mental, dan tubuh yang terkait gejala yang muncul dalam situasi yang melibatkan perhitungan matematika, pemecahan masalah, dan penilaian.

Menurut Tobias .S (dalam Curtain-Philips. 2012) kecemasan matematika (math anxiety) telah didefinisikan sebagai perasaan ketegangan dan kecemasan yang mengganggu terkait manipulasi angka dan pemecahan masalah matematika dalam berbagai kehidupan sehari-hari maupun situasi akademik. Selanjutnya disebutkan juga bahwa kecemasan matematika dapat menyebabkan lupa dan kehilangan akan kepercayaan diri.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecemasan matematika merupakan reaksi emosional seseorang baik berupa perasaan takut, tegang ataupun khawatir dalam menghadapi persoalan matematika atau dalam melaksanakan pembelajaran matematika dengan berbagai bentuk gejala yang ditimbulkan. Orang yang memiliki kecemasan matematika cenderung menganggap matematika sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan. Perasaan tersebut muncul karena beberapa faktor baik itu berasal dari pengalaman pribadi terkait dengan persaingan atau ejekan teman karena tidak bisa menyelesaikan permasalahan matematika.

Jenis-Jenis Kecemasan Matematika

Menurut Freud (dalam Corey, 1998:17) ada tiga macam kecemasan:

a. Kecemasan Realistik adalah ketakutan terhadap bahaya dari dunia eksternal, dan taraf kecemasannya sesuai dengan ancaman yang ada. Dalam kehidupan sehari-hari kecemasan jenis ini disebut sebagai rasa takut. Persis inilah yang dimakud Freud dalam bahasa jerman, tapi penerjemahnya dianggap ”takut” (fear) terkesan terlalu umum. Contohnya sangat jelas, jika seseorang melempar seekor ular berbisa kedepan orang lain, maka orang tersebut pasti akan mengalami kecemasan ini.

b. Kecemasan Moral, kecemasan ini akan dirasakan ketika ancaman datang bukan dari dunia luar atau dari dunia fisik, tapi dari dunia sosial super ego yang telah diinternalisasikan ke dalam diri seseorang. Kecemasan moral ini adalah kata lain dari rasa malu, rasa bersalah atau rasa takut mendapat sanksi. Kecemasan bentuk ini merupakan ketakutan terhadap hati nurani sendiri.

c. Kecemasan Neurotik, perasaan takut jenis ini muncul akibat rangsangan-rangsangan ide, jika seseorang pernah merasakan ’kehilangan ide, gugup, tidak mampu mengendalikan diri, perilaku, akal dan bahkan pikiran, maka orang tersebut saat itu sedang mengalami kecemasan neurotik. Neurotik adalah kata lain dari perasaan gugup. Kecemasan jenis terakhir inilah yang paling menarik perhatian Freud, dan biasanya disebut dengan kecemasan saja.

Lahey & Ciminero (1980: 192-195), menyebutkan jenis-jenis kecemasan berdasarkan sifatnya adalah :

a. Kecemasan bersifat afersif. Kecemasan merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan sehingga seseorang yang mengalaminya dengan intensitas

(6)

Fadjrin Laiya

Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Gorontalo

Page 6

tinggi biasanya berusaha keras untuk mengurangi atau menghindari kecemasan dengan menghindarkan diri dari berbagai stimulus yang dapat menghasilkan kecemasan.

b. Kecemasan bersifat mengganggu. Kecemasan dapat menjadi pengalaman yang mengganggu kemampuan kognitif dan motorik.

c. Kecemasan yang bersifat psikofisiologis. Kecemasan berkaitan dengan pengalaman aspek psikologis dan biologis, artinya selama periode kecemasan berlangsung terjadi perubahan dalam pola perilaku atau perubahan psikologis dan gejala-gejala fisiologis.

Menurut Kartono (1989,140) terdapat macam-macam kecemasan antara lain: a. Kecemasan Super Ego. Kecemasan ini khusus mengenai diri setiap orang,

dalam arti diri sendiri tubuh dan kondisi psikis sendiri., misalnya cemas kalau nanti dirinya gagal, sakit, mati, ditertawakan orang, dituduh, dihukum, hilang muka, kehilangan barang-barang atau orang yang disayangi.

b. Kecemasan Neurotis. Suatu kecemasan yang erat kaitannya dengan mekanisme-mekanisme pelarian diri yang negative bayak disebabkan rasa bersalah atau berdosa, serta konflik-konflik emosional serius dan kronis berkesinambungan, dan frustrasi-fustrasi serta ketegangan-ketegangan batin.

c. Kecemasan Psikotis. Kecemasan karena merasa terancam hidupnya dan kacau kalau ditambah kebingungan yang hebat, disebabkan oleh dispersonalisasi dan disorganisasi psikis.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis kecemasan matematika terbagi atas: (a) Kecemasan Realisti; (b) Kecemasan Moral; (c) Kecemasan Neurotik; (d) Kecemasan Super Ego; (e) Kecemasan Psikotis; (f) Kecemasan bersifat afersif; (g) Kecemasan bersifat mengganggu; dan (h) Kecemasan yang bersifat psikofisiologis.

Gejala Kecemasan Matematika

Adams (dalam Susanti dan Rohmah, 2011;131-132) berpendapat mengenai simtom kecemasan matematika, yaitu:

a. Bernafas berlebihan atau sering menahan nafas, b. Berkeringat dingin selama menahan nafas; c. Tubuh gemetar tidak terkontrol;

d. Meletakkan pensil di belakang telinga;

e. Menghisap ibu jari tangan dan/ atau mengigit-gigit kuku jari tangan; f. Jantung berdetak dengan cepat;

g. Mengalami halusinasi dan rasa tidak berdaya, seolah-olah terjadi perang antara siswa dan angka matematika;

h. Merasa pusing diliputi dengan ketidakberdayaan siswa dalam mengerjakan matematika dan merasa bahwa angka atau rumus matematika itu tidak akan pernah selesai;

i. Siswa merasa ingin keluar dari situasi seperti di atas namun tidak bisa karena harus menyelesaikan soal matematika.

Brody (dalam Susanti dan Rohmah, 2011) juga memberikan pendapat mengenai simtom kecemasan matematika.Di bawah ini terdapat beberapa simtom kecemasan matematika menurut Brody, antara lain:

a. Panik, siswa memiliki perasaan tidak berdaya. Siswa mengalami kesulitan yang berat dan merasa sudah diambang batas maksimal pada pelajaran matematika;

b. Paranoia, siswa berpikir bahwa semua orang tahu jawaban dari soal matematika kecuali dirinya. Siswa merasa seperti orang bodoh selama bertahun-tahun dan semua orang tahu akan hal itu;

(7)

Fadjrin Laiya

Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Gorontalo

Page 7

c. Pasif, siswa bersikap seolah-olah tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk memperbaiki prestasinya dan tidak melakukan usaha apapun untuk itu; d. Kurang percaya diri, siswa tidak percaya dengan kemampuan mereka.

Siswa lebih mengandalkan menghafal rumus daripada memahami konsep matematika.

Penyebab Kecemasan Matematika

Kecemasan matematika dapat terjadi pada setiap saat pada diri seseorang dan seringkali muncul secara mendadak ketika belajar matematika sehingganya sangat penting mengetahui penyebab munculnya kecemasan matematika.

Mitchell (dalam Thjisse, 2002:19) menggambarkan siklus kecemasan matematika dan menyatakan bahwa kecemasan matematika dialami di masa sekarang ini berakar dari masa lalu. Pengalaman buruk peserta didik terkait dengan matematika dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk berpikir dan menghindari hal-hal yang berkaitan dengan matematika.

Dossel (dalam Thjisse, 2002:20) mengidentifikasi beberapa faktor yang mengarah pada penciptaan kecemasan matematika: Sebagai berikut:

a. Faktor kepribadian (keyakinan bahwa keberhasilan tidak dapat dikaitkan dengan usaha-perasaan yang berhubungan dengan kurangnya kontrol). b. Tekanan dari figur otoritas yang dirasakan (orang tua, guru).

c. Tekanan waktu (untuk menjawab dengan cepat dan secara lisan). d. Pengaruh kegagalan masyarakat (meminta untuk tampil di depan kelas). e. Dikotomi benar-salah (perhatian guru harus diarahkan pada upaya

ketimbang prestasi).

Norwood (dalam Thjisse, 2002:20) menggambarkan kecemasan matematika sebagai hasil dari berbagai faktor, termasuk ketidakmampuan untuk menangani frustrasi, ketidakhadiran sekolah yang berlebihan, konsep diri yang buruk, orang tua dan sikap guru terhadap matematika dan penekanan pada pembelajaran matematika melalui latihan tanpa pemahaman.

Arem (2010:30) memberikan penjelasan tentang penyebab terjadinya kecemasan matematika. Antara lain: embarrassments (memalukan), negative life experiences associated with learning math (pengalaman negatif yang berhubungan dengan pembelajaran matematika), social pressures and expectations (tekanan sosial dan harapan), desires to be perfect (keinginan untuk menjadi sempurna), dan poor teaching methods (metode pembelajaran yang buruk).

Trujillo & Hadfield (dalam Anita, 2014:127) menyatakan bahwa penyebab kecemasan matematika dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu sebagai berikut : 1. Faktor kepribadian (psikologis atau emosional)

Misalnya perasaan takut siswa akan kemampuan yang dimilikinya (self-efficacy belief), kepercayaan diri yang rendah yang menyebabkan rendahnya nilai harapan siswa (expectancy value), motivasi diri siswa yang rendah dan sejarah emosional seperti pengalaman tidak menyenangkan dimasa lalu yang berhubungan dengan matematika yang menimbulkan trauma.

2. Faktor lingkungan atau sosial

Misalnya kondisi saat proses belajar mengajar matematika di kelas yang tegang diakibatkan oleh cara mengajar, model dan metode mengajar guru matematika.

3. Faktor intelektual

Faktor intelektual terdiri atas pengaruh yang bersifat kognitif, yaitu lebih mengarah pada bakat dan tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa.

Berdasarkan faktor penyebab terjadinya kecemasan diatas, maka faktor-faktor penyebab terjadinya kecemasan yang akan di ungkap dalam penelitian ini adalah: faktor kepribadian (psikologis atau emosional), faktor lingkungan atau sosial, dan faktor intelektual.

(8)

Fadjrin Laiya

Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Gorontalo

Page 8

METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di MTS Negeri Kotamobagu tahun pelajaran 2014. Adapun waktu pelaksanaan penelitian dilakukan selama kurang lebih 3 bulan yakni September-November 2014, dari kegiatan penyusunan instrument, penelitian, pengolahan data penelitian, sampai pada penyusunan laporan.

Metode penelitian

Berdasarkan sifat masalahnya penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dimana dalam pendekatannya mempertimbangkan suatu peristiwa yang mempunyai makna dan arti tertentu yang tidak bisa diungkap secara kuantitatif, atau dengan angka-angka. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 1999: 3) mendefinisikan metode kualitatif sebagai suatu metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIIIE MTS

Negeri pada semester ganjil tahun ajaran 2015 yang berjumlah 32 siswa. yang memenuhi skor yang telah ditentukan dalam skala kecemasan matematika MARS (Mathematics Anxiety Rating Scale) yaitu 40-50.

Penelitian ini menggunakan skala sebagai alat screening. Skala yang digunakan adalah skala kecemasan matematika MARS (Mathematics Anxiety Rating Scale) yang dimodifikasi. Berguna untuk mengukur tingkat kecemasan matematika siswa. MARS terdiri dari 10 item pertanyaan yang berkaitan dengan kecemasan matematika. Subjek yang dianggap tepat untuk penelitian ini harus memiliki skor skala minimal 40-50. MARS merupakan skala kecemasan yang sudah baku, dapat digunakan untuk mengukur kecemasan baik secara individual maupun kelompok. Di dalam penelitian ini, skala MARS bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kecemasan pada siswa dalam pembelajaran matematika dengan memperhatikan skor-skor skala tersebut.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan berupa : 1) Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan atau peninjauan langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang masalah kecemasan matematika yang dimiliki oleh siswa kelas VIII MTS Negeri Kotamobagu.

Dalam penelitian ini digunakan observasi sistematis, yaitu dengan kerangka yang telah diatur terlebih dahulu. Berikut ini adalah pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini :

2) Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada sipeneliti.

Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis induktif. analisis induktif ini digunakan karena beberapa alasan. Pertama, proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan ganda sebagaimana yang terdapat dalam data. Kedua, analisis induktif yang dapat lebih membuat hubungan antara peneliti dengan responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan dikontrol. Ketiga, analisis demikian dapat mengurai latar secara lebih penuh dan dapat menemukan keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan kepada suatu latar lainnya. Keempat, analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan. Kelima, analisis demikian dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analisis (Moleong, 2000 :5)

(9)

Fadjrin Laiya

Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Gorontalo

Page 9

Selanjutnya, Patton (dalam Poewandari, 1998:105) mengungkapkan hal-hal penting untuk analisis kualitatif yaitu :

1) Mempresentasikan secara kronologis peristiwa yang diamati.

2) Melaporkan peristiwa-peristiwa kunci berdasarkan urutan kepentingan tersebut.

3) Mendeskripsikan sikap tempat, setting, dan atau tempat sebelum mempresentasikan gembaran dan pola umunya.

4) Memberikan fokus pada analisis dan presentasi individu-individu atau kelompok-kelompok jika memang individu atau kelompok itu menjadi unit analisis primer.

5) Mengorganisasi data dan menjelaskan proses-proses yang terjadi.

6) Memfokuskan pengamatan pada isu-isu yang diperkirakan akan sejalan dengan upaya menjawab pertanyaan primer penelitian.

HASIL PENELITIAN

Intensitas Kecemasan Matematika

Tabel 4.1:Intensitas Kecemasan Matematika

Kecemasan yang dialami Subyek

1 2 3 4

takut setiap memasuki kelas matematika ++ +++ +++ +++ takut maju untuk mengerjakan soal di papan +++ ++ +++ +++

takut bertanya +++ +++ + +

khawatir dipanggil dalam kelas matematika +++ +++ + +++ Mengerti, tapi khawatir kalau nanti akan mendapat

kesulitan di waktu yang akan datang +++ ++ +++ ++ cenderung ingin meninggalkan kelas matematika + ++ +++ +++

takut mengikuti tes matematika bila jenis tesnya

bervariasi +++ +++ +++ +++

tidak tahu bagaimana cara belajar untuk persiapan

tes matematika +++ ++ +++ +++

Memahami, tapi lupa saat sudah sampai di rumah +++ ++ +++ +++ tidak mampu bersaing dengan teman-teman di kelas +++ +++ +++ +++ Keterangan:

+ : Kecemasan matematika lemah ++ : Kecemasan matematika sedang +++ : Kecemasan matematika kuat

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa perasaan takut setiap memasuki kelas matematika dialami oleh semua subjek. Perasaan takut setiap memasuki kelas matematika muncul dengan intensitas yang kuat pada subjek II, III, dan IV. Sedangkan untuk subyek I intensitasnya sedang. Perasaan takut maju untuk mengerjakan soal di papan dialami oleh semua subjek dengan intensitas yang kuat pada subjek I, III, IV. Sedangkan untuk subyek II intensitasnya sedang. Perasaan takut bertanya dialami oleh semua subjek. Perasaan takut bertanya dengan intensitas yang kuat pada subjek I dan II. Sedangkan untuk subyek III dan IV intensitasnya lemah.

Gejala kecemasan seperti khawatir dipanggil dalam kelas matematika dialami oleh semua subjek. Khawatir dipanggil dalam kelas matematika muncul dengan intensitas yang kuat pada subjek I, II, dan IV. Sedangkan untuk subyek III intensitasnya lemah. Perasaan khawatir kalau nanti akan mendapat kesulitan di waktu yang akan datang dialami oleh semua subjek. khawatir kalau nanti akan mendapat kesulitan di waktu yang akan datang dengan intensitas yang kuat pada subjek I dan III. Sedangkan untuk subyek II dan IV intensitasnya sedang.

(10)

Fadjrin Laiya

Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Gorontalo

Page 10

Gejala kecemasan seperti cenderung ingin meninggalkan kelas matematika dialami oleh semua subjek. Perasaan cenderung ingin meninggalkan kelas matematika muncul dengan intensitas yang kuat pada subjek III dan IV, intensitasnya sedang dialami subjek II, dan intensitasnya lemah dialami oleh subjek I.

Gejala kecemasan seperti takut mengikuti tes matematika bila jenis tesnya bervariasi dialami oleh semua subjek. Perasaan mengikuti tes matematika bila jenis tesnya bervariasi muncul dengan intensitas yang kuat pada semua subjek. Perasaan tidak tahu bagaimana cara belajar untuk persiapan tes matematika dialami oleh semua subjek. Tidak tahu bagaimana cara belajar untuk persiapan tes matematika dengan intensitas yang kuat pada subjek I, III dan IV. Sedangkan untuk subyek II intensitasnya sedang.

Gejala kecemasan seperti memahami pembelajaran matematika, tapi lupa saat sudah sampai di rumah dialami oleh semua subjek. Gejala ini dialami oleh semua subjek dengan intensitas yang kuat pada subjek I, III dan IV. Sedangkan untuk subyek II intensitasnya sedang. Sedangkan perasaan tidak mampu bersaing dengan teman-teman di kelas dialami oleh semua subjek dengan intensitas yang kuat.

Interpretasi Data

Demi memperjelas permasalahan yang menjadi objek kajian, berikut ini adalah interpretasi data yang didasarkan pada empat subjek diatas.

Perasaan takut memasuki kelas matematika dialami oleh semua subjek, dengan intesitas kuat pada subjek II, III, dan IV. Perasaan takut memasuki kelas matematika yang dialami subjek II dan III disebabkan oleh ketidaksukaan terhadap cara mengajar guru, sedangkan subjek IV penyebabnya adalah perasaan takut dengan guru matematika. Perasaan lain seperti takut untuk maju mengerjakan soal di papan juga dialami oleh semua subjek, dengan intesitas kuat pada subjek I, III, dan IV. Perasaan takut untuk maju mengerjakan soal di papan yang dialami subjek I dan IV disebabkan oleh frustasi karena pernah ditertawakan oleh teman-temannya saat mengerjakan soal di depan kelas, berbeda dengan yang dialami subjek III penyebabnya adalah tidak percaya diri. Gejala kecemasan matematika lain seperti takut bertanya dialami oleh semua subjek, dengan intesitas kuat pada subjek I, dan II. Perasaan takut bertanya yang dialami subjek I disebabkan oleh frustasi karena pernah ditertawakan oleh teman-temannya saat bertanya, sedangkan subjek II penyebabnya adalah malu dengan teman-temannya.

Perasaan khawatir dipanggil dalam kelas matematika dialami oleh semua subjek, dengan intesitas kuat pada subjek I, II dan IV. Perasaan khawatir dipanggil dalam kelas matematika yang dialami subjek I dan II disebabkan karena tidak pernah membuat tugas, sedangkan subjek IV penyebabnya adalah khawatir akan ditanyakan mengenai materi yang tidak dipahaminya. Perasaan lain seperti khawatir kalau nanti akan mendapat kesulitan di waktu yang akan datang dialami oleh semua subjek, dengan intesitas kuat pada subjek I dan III. Perasaan khawatir kalau nanti akan mendapat kesulitan di waktu yang akan datang yang dialami subjek I dan III disebabkan karena tidak menguasai konsep dasar.

Perasaan cenderung ingin meninggalkan kelas matematika dialami oleh semua subjek, dengan intesitas kuat pada subjek III dan IV. Perasaan cenderung ingin meninggalkan kelas matematika yang dialami subjek III disebabkan karena subjek sering merasa pusing saat berada dalam kelas mateatika, sedangkan subjek III penyebabnya adalah selalu tidak tenang berada dalam kelas matematika.

Dalam mengikuti ujian, perasaan takut mengikuti tes matematika bila jenis tesnya bervariasi dialami oleh semua subjek, dengan intesitas kuat pada subjek I,II, III dan IV. Perasaan takut mengikuti tes matematika bila jenis tesnya bervariasi yang dialami subjek I disebabkan karena subjek tidak tahu bagaimana cara memodelkan permasalahan sehari-hari dalam bentuk matematika, berbeda dengan yang dialami subjek II,III, dan IV dimana penyebabnya adalah kesulitan dalam mempelajari soal-soal matematika

(11)

Fadjrin Laiya

Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Gorontalo

Page 11

Tidak tahu bagaimana cara belajar untuk persiapan tes matematika dialami oleh semua subjek, dengan intesitas kuat pada subjek I, III dan IV. Tidak tahu bagaimana cara belajar untuk persiapan tes matematika yang dialami subjek I disebabkan karena subjek sering menyalin hasil pekerjaan teman, sedangkan subjek III, dan IV penyebabnya adalah malas bertanya dan tidak ada yang mengajari bagaimana mempersiapkan ketika akan dilaksanakan ujian.

Melupakan materi yang diajarkan dialami oleh semua subjek, dengan intesitas kuat pada subjek I, III dan IV. Melupakan materi yang diajarkan dialami subjek I dan III disebabkan karena subjek malas mengingat hal-hal yang bersangkutan dengan matematika, berbeda dengan yang dialami subjek IV penyebabnya adalah terlalu banyak menghabiskan waktu di rumah dengan bermain.

Perasaan tidak mampu bersaing dengan teman-teman di kelas dialami oleh semua subjek, dengan intesitas kuat pada subjek I,II, III dan IV. Perasaan tidak mampu bersaing dengan teman-teman di kelas yang dialami subjek I, II, dan III disebabkan karena subjek sering mendapatkan nilai yang rendah, sedangkan subjek IV penyebabnya adalah merasa tidak mampu dalam mempelajari matematika.

Pembahasan

Berdasarkan dari analisa yang dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan faktor-faktor penyebab kecemasan matematika pada siswa kelas VIII MTS Negeri Kotamobagu, maka dapat diindikasikan secara keseluruhan bahwa penyebab kecemasan matematika yang terjadi pada keemapt subjek tersebut terdiri dari penyebab secara psikologis, sosial/lingkungan, dan intelektual.

Secara psikologis subjek merasa tidak termotivasi untuk belajar matematika hal ini mengakibatkan timbul rasa malas untuk belajar apalagi membuat tugas yang diberikan oleh guru dan pada akhirnya mengakibatkan subjek merasa takut memasuki kelas matematika. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Nanang & Cucu (2012:26) bahwa motivasi belajar merupakan kekuatan (Power Motivation), daya pendorong (Driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangkah perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Trujillo & Hadfield (dalam Anita, 2014:127) juga menambahaan bahwa salah satu penyebab timbulnya kecemasan matematika adalah motivasi diri siswa yang rendah.

Subjek juga merasa minder karena subjek merasa tidak mampu mengerjakan soal matematika bila dibandingkan dengan teman-teman lainnya. Hal ini disebabkan rasa percaya diri yang kurang pada diri subjek. Kepercayaan diri yang rendah menyebabkan subjek merasa takut dalam bertanya ketika ada yang ingin ditanyakan. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitiannya Rifai (2014: 14) bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kepercayaan diri dengan kecemasan matematika. dimana makin tinggi kepercayaan diri siswa, maka makin rendah kecemasan matematika pada siswa.

Subjek merasa takut untuk menyelesaikan soal matematika di papan hal ini disebabkan subjek merasa trauma akan peristiwa yang dialaminya dulu. Subjek juga merasa frustasi kerena selalu sulit menyelesaikan soal matematika sehingganya subjek selalu khawatir ketika didalam kelas. Keadaan subjek ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Prawirohusodo (dalam Anita, 2009: 125). Bahwa dalam teori prilaku, rasa frustasi dan trauma yang terus-menerus dan tidak tertangani akan menyebabkan munculnya kecemasan dalam diri siswa .

Dalam hal lingkungan atau sosial juga menjadi penyebab terjadinya kecemasan matematika pada diri subjek, seperti harapan orang tua, teman teman, dan metode yang digunakan oleh guru. Subjek merasa tertekan dengan harapan orang tua agar mendapatkan prestasi yang baik sehingganya pada saat akan dilaksanakan test matematika subjek merasa khawatir. Subjek juga sering merasa tegang diakibatkan metode yang digunakan guru saat mata pelajaran matematika. hal ini sesuai dengan pendapat Trujillo & Hadfield (dalam Anita, 2014:127) bahwa penyebab timbulnya

(12)

Fadjrin Laiya

Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Gorontalo

Page 12

kecemasan matematika adalah kondisi saat proses belajar mengajar matematika di kelas yang tegang diakibatkan oleh cara mengajar, model dan metode mengajar guru matematika selain itu orang tua siswa yang terkadang memaksakan anak-anaknya untuk pandai dalam matematika karena matematika dipandang sebagai sebuah ilmu yang memiliki nilai prestise.

Selain faktor psikologis dan sosial terdapat faktor lain seperti faktor intelektual yang menyebabkan terjadinya kecemasan matematika, khususnya dalam hal konsep dasar matematika. subjek kurang dalam konsep dasar matematika hal ini mengakibatkan subjek merasa takut mengikuti test matematika. hal sejalan dengan pendapat yang dkemukakan oleh Yusof dan Tall (dalam Auliya, 2013: 6) yaitu sikap negatif terhadap matematika biasanya muncul ketika siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal atau ketika ujian, jika kondisi ini terjadi secara berulang ulang maka sikap negatif siswa akan berubah menjadi kecemasan matematika.

Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa yang menjadi penyebab terjadinya kecemasan matematika terdiri dari tiga faktor yakni psikologis, lingkungan/sosial dan intelektual. Penyebab kecemasan matematika yang dialami oleh subjek I hingga subjek IV menampilkan gejala-gejala yang hampir sama, antara lain motivasi diri yang rendah, kepercayaan diri yang kurang, trauma, minder, frustasi, tekanan orang tua, cara mengajar guru, dan kurangnya pemahaman dalam konsep matematika.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penyebab kecemasan matematika pada siswa kelas VIII MTS Negeri Kotamobagu terdiri dari tiga faktor yaitu; faktor Psikologis, Lingkungan/sosial, dan intelektual. Penyebab kecemasan matematika yang dialami oleh subjek I hingga subjek IV menampilkan gejala-gejala yang hampir sama, antara lain motivasi diri yang rendah, kepercayaan diri yang kurang, trauma, minder, frustasi, tekanan orang tua, cara mengajar guru, dan kurangnya pemahaman dalam konsep matematika.

Saran

1. Kepada Siswa

Siswa diharapkan dapat lebih memotivasi dirinya, lebih percaya diri, dan belajar mengatasi frustasi yang dialaminya. Hal ini demi kenyamanan dan kelancaran proses pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran matematika.

2. Kepada Orang Tua

Orang tua diharapkan lebih, memperhatikan, membimbing, dan memberikan dukungan terhadap anaknya dalam masalah pendidikan. Ketika mengalami krisis percaya diri dan kecemasan terhadap masalah pendidikan, orang tua harus mampu memberikan dukungan (mensuport). Orang tua juga diharapkan senantiasa menghargai prestasi putra-putri yang telah mereka raih.

3. Kepada Guru

Guru mempunyai peran yang sangat penting terhadap perkembangan siswa-siswinya. Guru diharapkan dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri pada setiap siswanya, khususnya ketika mengalami kecemasan matematika.

DAFTAR PUSTAKA

Anita, W, Ika. 2014. Pengaruh Kecemasan Matematika (Mathematics Anxiety) Terhadap Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Smp. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, , Februari 2014, Vol 3, No.1 Arem, C. 2010. Conquering math anxiety. Belmont, CA: Brooks/Cole.

Auliya, R.N. 2013. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CRH (Course, Review, Hurray) terhadap kemampuan pemahaman matematis dan kecemasan matematika siswa SMP. Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia

(13)

Fadjrin Laiya

Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Gorontalo

Page 13

Blazer, Christie. 2011. Strategies For Reducing Math Anxiety.Information Capsule Research Services. Miami: Miami Dade-County

Corey, G. 1995. Theory and Practice of Counselling and Psychotherapy. (terjemahan Mulyarto). IKIP: Semarang Press.

Curtain-Philips, Marylyn, 2012. The Causes and Prevention of Math Anxiety, dalam

http://www.mathgoodies.com/articles/math_anxiety.html Diakses tanggal

18 Januari 2014

Daneshamooz, S., dan Alamolhodaei, H. 2012. Cooperative Learning and Academic Hardiness on Students’ Mathematical Performance with Different Levels of Mathematics Anxiety. Educational Research (ISSN:2141-5161). Vol.3 (3) 270-276

Devi Winja Susanti & Faridah Ainur Rohmah.2011. Efektivitas Musik Klasik Dalam Menurunkan kecemasan Matematika (Math Anxiety) Pada Siswa Kelas Xi. Jurnal Humanitas, Agustus 2011, Vol. VIII No.2

Freedman, Ellen, 2012. Do You Have Math Anxiety? A Self Test, dalam

www.mathpower.com/anxtest.htm. Diakses tanggal 23 November 2014.

Haylock, D. & Thangata, F. 2007. key concepts in teaching primary mathematics. London: SAGE Publications Ltd.

Hellum-Alexander, A. 2010. Effektive teaching strategies for alleviating math anxiety and increasing self-efficacy in secondary students. Tesis master, tidak diterbitkan, The Evergreen State College, Washington, USA

Kartono, Kartini, 1989, Hygiene Mental, Bandung: Mandar Maju

Lahey, B.B., & Ciminerro, A.R. 1980. Maladaptive behavior: An introduction to abnormal psychology. USA: Scott Foresman and Company

Luo, X., Wang, F. & Luo, Z. 2009. Investigation and Analysis of Mathematics Anxiety in Middle School Students. Journal of Mathematics Education. Vol.2, No. 2 Lexy J., Moleong. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Nanang Hanafiah & Cucu Suhana.. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama. Cet. Ke-3

Poerwandari, E.K. 1998. Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi. Jakarta : Fakultas Psikologi UI.

Pri’e. 2009. Teori Kecemasan. dalam: http://perawatpskiatri. blogspot.com/2009/03/teori-kecemasan.html. Diakses tanggal 23 November 2014.]

Sugiyono.2011. Metodologi penelitian kualitatif, kuantitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta. Thjisse, L. J. 2002. The effects of a structured teaching method on mathematics anxiety

and achievement of Grade eight learners. Master‟s dissertation. University of South Africa.

Warren Jr, W.H., Rambow, A.,Pascarella, J., Michel, K., Schultz, C. & Marcus, S. 2005. Identfying and Reducing Math Anxiety. CTLA 704 Workshop

Gambar

Tabel 1.1. Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VIII Pada Mata Pelajaran Matematika  Tahun 2013

Referensi

Dokumen terkait

Guru Mapel : Kurnia Afianti, S.Pd. SMA PLUS NEGERI 2

[r]

Arah kebijakan subsidi dalam tahun 2014 untuk meningkatkan eisiensi subsidi energi dan meningkatkan ketepatan target sasaran dalam rangka peningkatan kualitas belanja. Subsidi

Penerapan Model Pembelajaran Generatif Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA.. Universitas Pendidikan Indonesia

[r]

Dari prediksi perubahan garis pantai 10 tahun kemudian sebelum adanya bangunan pantai yang dilakukan dengan Program GENESIS, diperoleh hasil bahwa pada grid 5 – 18, 34 - 46 dan 64

Implementasi Augmented Reality dengan Memanfaatkan GPS Based Tracking pada Pembangunan Aplikasi Bandung Tour Guide Berbasis Platform Android.. Universitas

d)   Jika diubah dengan menggunakan Page table berapa besar memori