• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran 1 Hasil produksi serasah mangrove Wonorejo pantai timur Surabaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lampiran 1 Hasil produksi serasah mangrove Wonorejo pantai timur Surabaya"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

Hasil produksi serasah mangrove Wonorejo pantai timur Surabaya Trans

ek Komponen

Produksi serasah mangrove Minggu ke - (gram/100m2/minggu) Rata - rata (gram/100m2/min ggu) Rata– rata (ton/ha/tahu n) 1 2 3 4 1 Daun 730 720 797 823 767,50 ± 50,400 4,0 ± 0,30 Ranting 90 60 73 80 75,75 ± 12,600 0,4 ± 0,20

Buah dan Bunga - - 13 - 3,25 ±1,500 0,02 ± 0,01

Total 820 780 883 903 846,50 ± 56,700 4,4 ± 0,30

2 Daun 643 810 740 717 727,50 ± 68,800 3,8 ± 0,40

Ranting 37 - 40 97 43,50 ± 40,000 0,3 ± 0,20

Buah dan Bunga 30 20 - 30 20,00 ± 14,100 0,1 ± 0,06

Total 710 830 780 844 791,00 ± 60,600 4,4 ± 0,30

3 Daun 520 663 820 853 714,00 ± 154,000 3,7 ± 0,80

Ranting 43 60 60 130 73,25 ± 38,700 0,4 ±0,20

Buah dan Bunga 27 23 7 90 36,75 ± 36,500 0,2 ± 0,20

Total 590 746 887 1070 823,25± 204,000 4,3 ± 1,10

4 Daun 670 583 593 1060 726,50 ± 226,000 3,8 ± 1,20

Ranting 50 87 77 107 80,25 ± 23,700 0,4 ± 0,10

Buah dan Bunga - 27 - - 6,75 ± 2,500 0,04 ± 0,01

Total 720 697 670 1167 813,50 ± 237,000 4,2 ± 1,30

5 Daun 823 903 880 1170 944,00 ± 154,000 4,9 ± 0,80

Ranting 43 63 53 113 68,00 ± 31,100 0,4 ± 0,20

Buah dan Bunga - 20 10 93 30,75 ± 11,000 0,2 ± 0,20

Total 866 986 943 1376 1042,75± 228,000

864,00 ± 144,000 5,4 ± 1,20

(2)

Lampiran 2

Tabel jenis mangrove yang terdapat di lokasi penelitian beserta diameter batang dan jumlahnya.

A. Transek 1

Plot Nama jenis Diameter batang (cm) Jumlah

1 Avicennia marina 8;5;4;6;4;4;6;8;10;4;4;4;8;9;7;4;4;5;9;6;6;6;8;4;4;7;5;5;4 29 2 Avicennia marina 10;6;6;4;8;4;5;6;4;5;5;7;8;4;8;4;3;4;3;9;4;6;6;4;6;8;7;5;5;6;4;8;4;6;4 35 3 Avicennia marina 6;6;4;6;4;4;7;6;8;5;5;5;9;4;6;8;6;6;7;8;4;8;6;6;7;7;6;6;8;5 30

Total jumlah individu 94

B. Transek 2

Plot Nama jenis Diameter batang (cm) Jumlah

1 Avicennia marina 6;6;4;8;7;9;5;4;4;4;6;6;7;8;5;5;6;6;7;4;4;4;6;7;4;5;5;6;6;5;6;7;4 33 2 Avicennia marina 6;4;4;8;5;9;5;4;5;4;5;6;7;8;5;5;5;6;7;4;5;5;6;7;4;5;5;7;6;5;6 31 3 Avicennia marina 6;6;4;8;8;9;5;4;4;5;5;6;7;8;6;5;7;6;7;4;5;6;6;7;4 25

Total jumlah individu 89

C. Transek 3

Plot Nama jenis Diameter batang (cm) Jumlah

1 Avicennia marina 9;8;8;7;6;11;8;14;10;10;11;10;12;7;7;6;4;4;5;9;9;4;6;13;11 25 2 Avicennia marina 6;6;8;6;9;8;10;11;11;13;12;14;13;8;9;11;9;6;8;8;10;11;10;8;8;8 26 3 Avicennia marina 4;7;7;8;4;10;10;9;9;12;11;12;8;8;9;6;6;6;10;7;7;9;10;11;5;5;6;6;4

;8;8;9;9;7;7;4;5;11;10 39

(3)

A. Transek 4

Plot Nama jenis Diameter batang (cm) Jumlah

1 Avicennia marina 10;6;6;4;8;10;12;6;9;5;11;7;8;7;8;4;7;4;5;9;4;6;6;4;6;8;7;6;6;6;4;8;9;6;8;8

;9;6;4;9;10;8;9;11 44

2 Avicennia marina 8;9;7;8;7;14;5;9;4;9;6;6;7;9;12;5;6;6;7;9;8;8;6;12;4;5;9;6;10;11;6;7;4;11;9

;8 35

3 Avicennia marina 10;9;8;6;9;8;10;11;8;9;12;8;13;8;9;11;9;6;8;8;7;11;10;8;8;9 25

Total jumlah individu 104

B. Transek 5

Plot Nama jenis Diameter batang (cm) Jumlah

1 Avicennia marina 10;12;7;8;7;14;5;9;11;10;6;6;7;9;12;8;8;9;7;9;7;8;6;12;4;5;9;10;10;9;6 30 Avicennia alba 9;8;10;6;6 5 2 Avicennia marina 6;7;8;6;9;7;11;12;8;9;11;9;13;8;9;11;9;7;8;8;7;11;9;7;8;9 25 Avicennia alba 9;11;7 3 3 Avicennia marina 10;7;8;10;9;7;7;12;14;11;12;9;13;10;9;11;9;7;8;11;9;11;9;7;8;10;5;11;6;9 29 Avicennia alba 9;5;7;12;9;10 6

(4)

Lampiran 3

Rata-rata persentase produksi komponen serasah mangrove kawasan Wonorejo tiap transek gr/100m2/minggu.

Komponen

Rerata persentase komponen produksi serasah mangrove pada tiap transek per gr/100m2/minggu

(%) Rata-rata presentase seluruh transek (%) T1 T2 T3 T4 T5 Daun 90,6 92 86,7 89,3 91 89,9 Ranting 9 5,5 8,9 9,9 7 8,06

(5)

Lampiran 4

Foto lokasi penelitian mangrove di Wonorejo

a. Jogging track yang berada di mangrove Wonorejo untuk ekowisata

(6)

c. Daerah penelitian dengan jenis tegakan berupa pancang

(7)

Lampiran 5

Jatuhan serasah yang tertampung dalam litter trap

a. Jatuhan serasah daun

(8)
(9)

Lampiran 6

Foto sebagian alat dan fungsinya dalam penelitian.

a. Salinometer untuk mengukur salinitas air

(10)

c. Calipers digunakan untuk mengukur diameter batang.

d. GPS (Global Positioning System) untuk mengetahui koordinat lokasi penelitian.

(11)

a. Sling psychrometer untuk mengukur kelembapan

(12)

Lampiran 7

Curah hujan selama 2 bulan di daerah Wonorejo. TGL

Oktober November Bulan

1 - 7 2 - 13,4 3 - 0,3 4 - 9,6 5 - TTU 6 - 1,2 7 - 2,5 8 - 68,2 9 - - 10 - 3 11 - - 12 - 1,5 13 - TTU 14 - 7 15 - - 16 - - 17 - 1,9 18 - - 19 - - 20 - - 21 - - 22 TTU 24,3 23 - 1,4 24 TTU TTU 25 - - 26 TTU - 27 1,6 15 28 - 0,2 29 25,4 19,9 30 - 5,1 31 1 - Jumlah 28 181,5

(13)

Lampiran 8

Abi Gayuh Sopana, 2012. Produktivitas Serasah Mangrove di Kawasan Wonorejo Pantai Timur Surabaya. Skripsi ini di bawah bimbingan Drs. Trisnadi Widyaleksono C.P. M.Si dan Dra. Thin Soedarti, CESA. Progam Studi S-1 Biologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

ABSTRAK

Penelitian produktivitas serasah mangrove di kawasan Wonorejo pantai timur Surabaya untuk mengetahui besarnya produktivitas serasah mangrove dan masing-masing komponen (daun, ranting, buah dan bunga) serasah mangrove di daerah pantai timur Surabaya. Penelitian pengambilan serasah dilakukan dengan menggunakan metode transek garis yang terdiri dari lima transek. Setiap transek terdapat tiga plot dengan ukuran masih-masing plot 10 meter x 10 meter. Setiap plot terdapat tiga litter trap yang berukuran 1 m x 1 m. Waktu penelitian lapangan selama 1 bulan dengan pengambilan serasah setiap satu minggu sekali. Data yang diperoleh berupa jatuhan serasah yang terdiri dari daun, ranting, bunga dan buah. Selain itu juga diukur data pendukung berupa kerapatan pohon mangrove, parameter fisik dan kimia.

Analisis data didapatkan bawah pada minggu ke-4 produksi serasah lebih tinggi daripada lainnya. Pada transek 1 sebesar 4,7 ton/ha/tahun, transek 2 sebesar 4,4 ton/ha/tahun, transek 3 sebesar 5,6 ton/ha/tahun, transek 4 sebesar 6,1 ton/ha/tahun, dan transek 5 sebesar 7,1 ton/ha/tahun. Jadi total rata-rata produksi serasah mangrove di kawasan pantai timur surabaya sebesar 4,5 ± 0,50 ton/ha/tahun dengan total komponen rata-rata serasah mangrove pada daun sebesar 4,0 ton/ha/tahun (89,9%), ranting sebesar 0,4 ton/ha/tahun (8,08%), buah dan bunga sebesar 0,1 ton/ha/tahun (2,02%).

Kata kunci : produktivitas serasah, mangrove, litter trap, Wonorejo.

ABSTRACT

The purpose of this research was to know about the productivity of mangrove’s litter and each component (leaves, twigs, fruits, and flowers) of mangrove’s litter in Wonorejo Surabaya coastal area. This research used line transect method which consist five transect. Each transect contain three plots with each size was 10 x 10 meters. Each plots consist three litter trap with size 1 x 1 meter. This field research was held in one month and the litter was taken once a week. The obtained data was litter’s fall which contain leaves, twigs, flowers, and fruits. Beside that, supportive data like mangove’s density, chemical and physics parameter was obtained.

(14)

From the analyzed data showed that on the 4th weeks, the litter’s productivity was higher than previous weeks. The first transect produce 4,7 ton/ha/year, second transect produce 4,4 ton/ha/year, third transect produce 5,6 ton/ha/year, fourth transect produce 6,1 ton/ha/year, and fifth transect produce 7,1 ton/ha/year. Total mean of mangrove’s litter productivity in Wonorejo Surabaya coastal area was 4,5 ± 0,50 ton/ha/year with total mean of each component of mangroves’s litter was, leaves 4,0 ton/ha/year (89,9%), twigs 0,4 ton/ha/year (8,08%), fruits and flowers 0,1 ton/ha/year (2,02%).

Key words : productivity of mangrove’s litter, mangrove, litter trap, Wonorejo

RINGKASAN PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau sekitar 17.508 pulau dan panjang pantai kurang lebih 81.000 km, memiliki sumber daya pesisir yang sangat besar, baik hayati maupun non hayati. Pesisir merupakan wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini dipengaruhi oleh proses-proses yang ada di darat maupun yang ada di laut. Wilayah demikian disebut sebagai ekoton, yaitu daerah transisi yang sangat berbeda antara dua atau lebih komunitas (Odum, 1993).

Negara Indonesia merupakan negara yang mempunyai luas hutan mangrove terluas didunia dengan keragaman hayati terbesar dan struktur paling bervariasi di dunia. Berdasarkan data Direktorat Jendral Rehabilitas Lahan dan Perhutanan Sosial (2001) dalam Gunarto (2004) luas hutan Mangrove di Indonesia pada tahun 1999 diperkirakan mencapai 8,60 juta hektar akan tetapi sekitar 5,30 juta hektar dalam keadaan rusak. Sedangkan data luas hutan Mangrove di Indonesia pada tahun 2004 hanya mencapai 3.062.300 ha atau 19% dari luas hutan Mangrove di dunia dan merupakan terbesar di dunia melebihi Australia (10%) dan Brazil (7%).

Hutan mangrove sebagai sumberdaya alam khas daerah pantai tropik, mempunyai fungsi strategis bagi ekosistem pantai, yaitu: sebagai penyambung dan penyeimbang ekosistem darat dan laut. Tingginya bahan organik di perairan hutan mangrove memungkinkan hutan ini dimanfaatkan sebagai daerah asuhan (nursery ground) bagi biota yang hidup pada ekosistem mengrove, fungsi yang lain sebagai daerah mencari makan (feeding ground) karena mangrove merupakan produsen primer yang mampu menghasilkan sejumlah besar detritus dari daun dan dahan pohon mangrove dimana tersedia banyak makanan bagi biota-biota yang mencari makan pada ekosistem mangrove tersebut, dan fungsi yang ketiga adalah sebagai daerah pemijahan (spawning ground) bagi ikan-ikan tertentu agar terlindungi dari ikan predator, sekaligus mencari lingkungan yang optimal untuk memisah dan membesarkan anaknya. Selain itu, juga merupakan pemasok larva udang, ikan dan kepiting (Claridge dan Burnett, 1993).

Sumber utama bahan organik di perairan hutan mangrove adalah serasah yang dihasilkan oleh tumbuhan mangrove seperti daun, ranting, buah dan

(15)

bunga, sehingga salah satu cara mengetahui seberapa besar konstribusi bahan organik pada suatu estuari adalah dengan menghitung total produksi guguran serasahnya (Knight, 1984 dalam Brown, 1996).

Dengan perkembangan ekonomi sekarang yang pesat terutama pemanfaatan lahan yang terjadi di wilayah Wonorejo pantai timur Surabaya yang mempunyai ekosistem hutan mangrove, dikhawatirkan akan terjadi suatu perubahan yang berdampak pada komunitas tersebut. Ditambah lagi kawasan tersebut dijadikan sebagai tempat ekowisata. Mengingat betapa pentingnya serasah mangrove guna mendukung kelangsungan hidup invertebrata dan produksi ikan di kawasan Wonerejo pantai timur Surabaya, maka perlu diketahui besarnya produksi serasah yang jatuh setiap saat. Dengan diketahuinya jumlah daun yang gugur dan unsur hara yang dikandungnya, maka diketahui juga sejauh mana sumbangan hutan mangrove terhadap kesuburan tanah dan perairan di sekitar Wonorejo pantai timur Surabaya.

METODE PENELETIAN

Prosedur kerja diawali dengan penentuan lokasi transek dengan cara observasi langsung di tempat penelitian di kawasan mangrove pantai timur Surabaya yang terdiri dari 5 transek mulai dari transek pertama sampai dengan transek kelima. Setiap transek memiliki 3 plot dengan setiap plot terdiri dari 3 buah litter trap yang berukuran 1m x 1m2. Data yang diambil berupa jenis-jenis mangrove, diameter batang mangrove, penghitungan tegakan, pengukuran parameter fisik kimia, analisis kerapatan jenis, dan produksi serasah. Untuk analasis kerapatan jenis dihitung dengan menggunakan rumus Mueller dan Dumbois Ellenberg, 1978 dalam Hariyanto et al., 2008 sebagai berikut :

Kerapatan jenis =

Pengambilan serasah mangrove setiap 1 minggu sekali pada akhir minggu selama 4 minggu. Hasil produksi serasah dihitung dengan menggunakan satuan gram/100m2/minggu dan ton/ha/tahun. Analisis data pengambilan serasah

mangrove dilakukan di Laboratorium Ekologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga.

(16)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Kerapatan pohon mangrove daerah Wonorejo Tran sek Jenis mangrove Total kerapatan Total kerapatan /100m2

Avicennia marina Avicennia alba

Pancang Tegakan Pancang Tegakan

1 92 2 - - 94 31,33

2 89 - - - 89 29,67

3 59 31 - - 90 30,00

4 84 20 - - 104 34,67

5 57 27 10 4 98 32,67

Sumber : data primer oleh peneliti (2011).

Kerapatan pohon mangrove di daerah Wonorejo memperlihatkan hasil hampir sama. Transek yang mempunyai kerapatan tertinggi adalah transek 4 dengan nilai kerapatan 104 pohon dengan menghasilkan total serasah sebesar 4,2 ± 1,30 ton/ha/tahun sedangkan kerapatan terendah dijumpai di transek 2 dengan kerapatan 89 pohon yang menghasilkan total serasah 4,1 ± 0,30 ton/ha/tahun. Perbedaan hasil yang sangat jelas membuktikan bahwa kerapatan pohon mangrove mempengaruhi produksi serasah, semakin tinggi kerapatan pohon, maka semakin tinggi pula produksi serasahnya. Begitu pula sebaliknya semakin rendah kerapatan pohon mangrove maka semakin rendah produksi serasahnya. Tabel 2. Hasil produksi serasah mangrove Wonorejo pantai timur Surabaya

(ton/ha/tahun).

Transek Rerata produksi serasah mangrove (ton/ha/tahun)

Transek 1 4,4 ± 0,30 Transek 2 4,1 ± 0,30 Transek 3 4,3 ± 1,10 Transek 4 4,2 ± 1,30 Transek 5 5,4 ± 1,20 Rata-rata 4,5 ± 0,50

(17)

Tabel 3. Rata-rata produksi komponen serasah mangrove kawasan Wonorejo pantai timur Surabaya (ton/ha/tahun).

Komponen

Rerata produksi komponen serasah mangrove tiap transek

(ton/ha/tahun) (ton/ha/tahunRata-rata

) Transek-1 Transek-2 Transek-3 Transek-4 Transek-5

Daun 4,0 3,8 3,7 3,8 4,9 4,1 ± 0,50

Ranting 0,4 0,2 0,4 0,4 0,3 0,3 ± 0,10

Buah dan

bunga 0,02 0,1 0,2 0,03 0,2 0,1 ± 0,10

Total 4,4 4,1 4,3 4,2 5,4 4,5 ± 0,50

Sumber : data primer oleh peneliti (2011).

Dari analisis data tersebut dapat diketahui bahwa total rata-rata produksi serasah mangrove Wonorejo pantai timur Surabaya sebesar 4,5 ± 0,50 ton/ha/tahun dengan total komponen rata-rata serasah mangrove pada daun sebesar 4,0 ton/ha/tahun (89,9%), ranting sebesar 0,4 ton/ha/tahun (8,08%), buah dan bunga sebesar 0,1 ton/ha/tahun (2,02%). Produksi serasah tertinggi terjadi pada saat musim hujan/pada saat curah hujan mencapai tinggi. Selain itu faktor yang mengakibatkan tingginya produksi serasah adalah faktor angin. Hal ini sejalan dengan pendapat Cuevas dan Sajise (1978) dalam Wibisana (2004) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kecepatan angin dengan produksi serasah. Bila kecepetan angin tinggi maka produksi yang dihasilkan diduga akan tinggi pula. Selain itu, faktor lainnya yang menyebabkan perbedaan yang sangat jauh antara serasah daun dengan serasah ranting maupun buah dan bunga diduga erat karena kondisi lingkungan serta ciri biologis. Ciri biologis diantaranya ukuran daun yang kecil dan buah yang berbentuk bulat. Komponen serasah daun lebih sering jatuh dibandingkan dengan komponen serasah yang lain, dikarenakan bentuk dan ukuran daun yang lebar dan tipis sehingga mudah digugurkan oleh hembusan angin dan terpaan air hujan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Jumlah produksi serasah mangrove di lokasi Wonorejo kawasan pantai timur Surabaya didapatkan total sebesar 4,5 ± 0,50 ton/ha/tahun dengan total komponen rata-rata serasah mangrove pada daun sebesar 4,0 ton/ha/tahun (89,9%), ranting sebesar 0,4 ton/ha/tahun (8,08%), buah dan bunga sebesar 0,1 ton/ha/tahun (2,02%).

Hasil penelitian yang telah didapatkan dengan total jumlah produksi serasah mangrove di kawasan pantai timur Surabaya yang mencapai 4,5 ± 0,50 ton/ha/tahun dapat digunakan sebagai penelitian selanjutnya tentang organisme dekomposer yang berada dalam kandungan serasah tersebut. Sehingga penelitian ini perlu dilanjutkan guna mengetahui laju dekomposisi yang terjadi dalam serasah mangrove.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Brown, M.S. 1996. The mangrove Ecosystem. Research methods. Unesco. Paris. Claridge, D. dan Burnett, J. 1993. Mangrove in Focus. Wet paper Marine

Education, Ashmore.

Gunarto. 2004. Konservasi Mangrove sebagai Pendukung Sumber Hayati Perikanan Pantai. Jurnal Litbang Pertanian, 23 (1). 15-21.

Odum, E. P. 1993. Dasar – dasar ekologi. Edisi ketiga. Penerjemah Tjahjono Samingan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Hariyanto, S., B. Irawan, dan T. Soedarti. 2008. Teori dan praktik ekologi. Airlangga University Press. Surabaya.

Wibisana, B. T. 2004. Produksi dan Laju Dekomposisi Serasah Mangrove di Wilayah Pesisir Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur. Skipsi. Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan. IPB.

Gambar

Tabel jenis mangrove  yang terdapat di lokasi penelitian beserta diameter  batang dan jumlahnya
Tabel 1. Kerapatan pohon mangrove daerah Wonorejo  Tran sek  Jenis mangrove  Total  kerapatan  Total  kerapatan  /100m 2
Tabel  3.  Rata-rata  produksi  komponen  serasah  mangrove  kawasan  Wonorejo  pantai timur Surabaya (ton/ha/tahun)

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menjelaskan bahwa ternyata karyawan memiliki locus of control yang kurang baik, artinya karyawan tidak mempunyai keyakinan untuk dapat menyusun anggaran perusahaan

tanggal 19 September 2016 di Puro Pakualaman Kota Yogyakarta. KRMT Projokusumo, selaku sesepuh dan budayawan Puro Pakualaman,

Jika amplitudo pulsa magnet Pc3 memenuhi hubungan linear dengan kecepatan angin surya, maka ini dapat diartikan bahwa energi gelombang pulsa magnet Pc3 adalah

Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi sederhana didapatkan hasil bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan

Penulis dapat menyelesaikan tesis ini dalam rangka memenuhi syarat memperoleh derajat Sarjana Strata Dua, Program Studi Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum

Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa, rasionalisme radikal anti agama di dunia muslim, cukup banyak dipengaruhi oleh pemikiran kelompok Brahmana, sekelompok filosof

[r]

Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan pengetahuan karyawan bank dengan pola makan dalam upaya pencegahan gout