• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yakni mencari penelitian yang relevan dengan judul Penelitian sebagai referensi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yakni mencari penelitian yang relevan dengan judul Penelitian sebagai referensi"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Kajian Penelitian yang Relevan

Sebelum melaksanakan penelitian ini, langkah yang ditempuh peneliti yakni mencari penelitian yang relevan dengan judul Penelitian sebagai referensi dan bahan perbandingan. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Yunus (2008) dengan judul penelitian “Meningkatkan Kemampuan Menuliskan Kembali dengan Kalimat Sendiri Cerpen yang Dibaca Melalui Metode Think-Pair-Share pada Siswa Kelas IX SMP N 1 Kwandang”. Berdasarkan penelitian tersebut, diperoleh simpulan bahwa metode think-pair-share dapat meningkatkan kemampuan menuliskan kembali dengan kalimat sendiri cerpen yang dibaca. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian pada setiap siklus yang menunjukan hasil belajar siswa pada siklus I belum mencapai indikator kinerja yang ditentukan, namun pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat sebesar (36%).

2. Penelitian yang dilakukan oleh Harsidin (2009) dengan judul “Pengaruh Penerapan Metode Think-Pair-Share Terhadap Hasil Belajar Siswa Menyimpulkan Isi Pembicaraan dalam Wawancara”. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan metode think pair share memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa menyimpulkan isi pembicaraan dalam wawancara. Hal ini ditujukan dari hasil perhitungan

(2)

diperoleh t sebesar 3,06 lebih besar dari ttabel, yakni sebesar 2,14 pada tarafnya dengan dk 14. Hasil pengujian ini dapat menjadi dasar untuk menyimpulkan bahwa pengaruh penerapan metode think pair share efaktif untuk meningkatkan hasil belajar siswa menyimpulkan isi pembicaraan dalam wawancara.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Shofiani (2010) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menyimak Dongeng Dengan Menggunakan Media Animasi Audio-Visual Melalui Metode Think-Pair-Share Pada Siswa Kelas VIIa SMP Negeri 02 Batang.” Penelitian yang dilakukan oleh Shofiani dapat mengungkapkan bahwa penerapan metode Think-Pair-Share dan penggunaan media audio visual dapat meningkatkan keterampilan menyimak dongeng. Hal ini dapat dilahat dari hasil penelitian pada setiap siklus yang menunjukkan nilai rata-rata kelas pada tahap prasiklus adalah 50,6, sedangkan pada siklus I sebesar 65, serta pada siklus II mencapai 77. hal ini menunjukkan peningkatan dari tahap prasiklus ke siklus II mencapai 13,8%. Secara rinci nilai rata-rata pada aspek menemukan unsur-unsur instrinsik dalam dongeng tahap prasiklus adalah 18,2, pada siklus I adalah 27,2, sedangkan pada siklus II mencapai 32. Pada aspek menemukan hal-hal menarik dari dongeng, nilai rata-rata siswa pada prasiklus adalah 32,4, siklus I adalah 37,8, dan siklus II 45.

Dari ketiga penelitian di atas, semuanya menggunakan tindakan metode

think-pair-share dalam pembelajaran, namun pada permasalahan yang berbeda.

Sedangkan penelitian ini lebih memfokuskan pada peningkatkan kemampuan menyimpulkan isi berita yang dibacakan dalam beberapa kalimat pada peserta didik kelas VII2 SMP Negeri 2 Telaga tahun Pelajaran 2013/2014.

(3)

2.2 Kajian Teoritis

2.2.1 Hakikat Pembelajaran Keterampilan Menyimak

Keterampilan menyimak merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang sangat penting untuk dipelajari. Dengan menyimak seseorang dapat memperoleh informasi dan memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara melalui bahasa lisan, seperti yang dikatakan Tarigan (2008:31) bahwa: “Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan”. Sedangkan Russel & Russel (dalam Tarigan, 2008:30) menyatakan “Menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi”.

Kedua pendapat tersebut di atas jika dikaji secara saksama memiliki kesamaan, akan tetapi konsep yang dikemukakan Tarigan lebih lengkap dibandingkan dengan Russel & Russel. Konsep menyimak yang dikemukakan oleh Tarigan tidak hanya mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, dan apresiasi, tetapi juga sampai menginterpretasi. Sedangkan konsep yang dikemukakan oleh Russel & Russel hanya sampai pada pemahaman dan apresiasi.

Selanjutnya, pendapat yang berbeda dengan pendapat Tarigan dan Russel, yaitu Anderson dan Lynch (dalam Ghazali, 2010:168) menyatakan bahwa “Menyimak adalah sebuah sarana untuk memulai produksi bahasa lisan (atau

(4)

berbicara), di mana yang dimaksud dengan berbicara ini adalah meniru teks-teks yang diujarkan secara lisan”.

Jika dikaji pendapat yang dikemukakan oleh Anderson dan Lynch bersifat lebih luas dan lengkap, karena lebih menitikberatkan pada pada tutur bahasa yang disampaikan oleh siswa atau penyimak dalam konteks bahasa yang di sampaikan secara lisan.

Berdasarkan pendapat dari beberapa para ahli di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa menyimak merupakan salah satu proses kegiatan mendengarkan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi dan interpretasi untuk memperoleh informasi yang disampaikan secara lisan, serta memiliki tingkat level yang setara dengan keterampilan berbahasa yang lainnya.

2.2.2 Tahap-Tahap Menyimak

Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses, dalam proses menyimak ini terdapat tahap-tahap. Tarigan (2008: 63) membagi lima tahap dalam proses menyimak, yaitu:

1) Tahap mendengar

Dalam tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atas pembicaraannya.

2) Tahap memahami

Setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi kita untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh pembicara. 3) Tahapmenginterpretasi

(5)

Pada tahap ini pendengar mulai menafsirkan atau menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran sang pembicara. 4) Tahap mengevaluasi

Dalam tahap ini penyimak mulai menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara mengenai keunggulan dan kelemahan serta kebaikan dan kekurangan pembicara; dan

5) Tahap menanggapi

Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak, penyimak menyambut, mencamkan, dan menyarap serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya.

Melihat dan mempelajari tahap-tahap menyimak yang dikemukakan oleh pakar bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan menyimak seseorang tidak hanya sekadar mendengarkan apa yang didengar, namun dituntut untuk menguasai kelima tahap dalam proses menyimak. Dengan menguasai kelima tahap tersebut dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran pembicara, dalam hal ini seseorang menyimak dengan tujuan untuk belajar. Dapat diprediksi oleh penulis bahwa pembelajaran menyimak berita di kelas VII SMP sudah termasuk pada tahap kelima, yakni mulai dari hanya mendengarkan sampai pada tahap menggapi.

2.2.3 Pengertian Berita

Berita adalah laporan tentang suatu kejadian yang baru atau keterangan yang baru tentang suatu peristiwa, fakta yang menarik perhatian atau gagasan yang perlu disampaikan kepada khalayak melalui media massa. Sumadiria (2008:

(6)

63) menyatakan secara sosilogis, “Berita adalah semua hal yang terjadi di dunia. Dalam gambaran sederhana, seperti yang dilukiskan dengan baik oleh para pakar jurnalistik, berita adalah apa yang ditulis surat surat kabar, apa yang disiarkan di radio, dan apa yang ditayangkan di televis”. Berita menampilakan fakta, tetapi tidak setiap fakta merupakan berita. Berita biasanya menyangkut orang-orang, tetapi tidak setiap orang bisa dijadikan berita. Berita merupakan sejumlah peristiwa yang terjadi di dunia, tetapi hanya sebagian kecil saja yang dilaporkan.

Widodo (1997: 17) mengemukakan, bahwa “Berita adalah fakta atau informasi yang ditulis oleh wartawan, dan dimuat di media pers”. Sedangkan Djuraid (2007: 9) “Berita adalah sebuah laporan pemberitahuan mengenai terjadinya sebuah peristiwa atau keadaan yang bersifat umum dan baru saja terjadi yang disampaikan oleh wartawan di media massa”.

Ketiga pendapat tersebut di atas jika dikaji secara saksama memiliki kesamaan, akan tetapi konsep yang dikemukakan Sumadiria dan Djuraid lebih lengkap dibandingkan dengan Widodo. Konsep berita yang dikemukakan oleh Sumadiria dan Djuraid tidak hanya sebuah fakta atau informasi yang ditulis oleh wartawan, dan dimuat di media pesr, tetapi juga semua hal yang terjadi di dunia dalam bentuk pemberitahuan mengenai terjadinya sebuah peristiwa atau keadaan yang bersifat umum dan baru saja terjadi yang disampaikan oleh wartawan di media massa. Sedangkan konsep yang dikemukakan oleh Widodo hanya sebuah fakta atau informasi yang ditulis oleh wartawan, dan dimuat di media pers.

Selanjutnya, pendapat yang berbeda dengan pendapat yang dikemukan oleh Michael V. Charnley (dalam Sumadiria, 2008: 64) menegaskan, bahwa

(7)

“Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta dan opini yang menarik atau penting bagi sejumlah besar penduduk”.

Jika dikaji pendapat yang dikemukakan oleh Michael V. Charnley bersifat lebih luas dan lengkap, karena lebih menitikberatkan pada kecepatan dalam menyampaikan kejadian dan pendapat yang penting kepada khalayak umum.

Dari beberapa definisi dan batasan berita di atas, pada prinsipnya ada beberapa unsur penting yang harus diperhatian yakni: laporan peristiwa atau kejadian berupa fakta dan opini yang menarik dan penting, disajikan secepat mungkin melalui media massa kepada khlayak pendengar maupun pembaca. 2.2.4 Teknik Menyimpulkan Berita

Dalam pembelajaran mendengarkan berita, peserta didik dikatakan mampu memahami isi berita jika mampu menjawab pertanyaan- pertanyaan tentang berita itu, juga mampu menuliskan pokok-pokok berita. Jika hal tersebut telah dilakukan, peserta didik akan mampu menyimpulkan isi berita yang didengarkan. Oleh karena itu, ketika mendengarkan berita, haruslah berkosentrasi agar dapat memahami isi berita.

Pokok suatu berita atau ide pokok suatu berita merupakan inti pembicaraan suatu berita. Untuk menemukan pokok-pokok berita yang didengarkan, diterapkan konsep 5W+1H. Dari jawaban itulah kita dapat menulis pokok-pokok berita yang didengarkan. Misalnya, apa judul berita tersebut? Di mana peristiwa tersebut terjadi? Kapan peristiwa tersebut terjadi? Siapa yang mengalami peristiwa tersebut? Mengapa peristiwa tersebut terjadi? Berdasarkan pada pokok-pokok berita itulah kita akan dapat membuat simpulan isi berita.

(8)

Ada beberapa cara untuk membuat dan menyusun simpulan suatu berita, yaitu:

1. Menyimak berita dengan seksama.

2. Mencatat pokok-pokok isi berita yang kita dapatkan: tema, peristiwa, yang diberitakan, orang yang diberitakan, tempat kejadian, waku kejadian, proses terjadinya peristiwa yang sedang diberitakan.

3. Membuat kesimpulan berita dengan cara menyusun pokok-pokok berita kemudian disusun dalam kalimat berita.

Kesimpulan merupakan kalimat akhir dari suatu pembicaraan. Cara menarik kesimpulan adalah dengan menemukan pokok-pokok berita, lalu menuangkannya dalam sebuah alinea.

2.2.5Hakikat Metode Kooperatif Think-Pair-Share

Metode think-pair-share adalah salah satu teknik pembelajaran model kooperatif, untuk mengajarkan peserta didik keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Metode think-pair-share berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (dalam Trianto, 2010: 132) menyatakan, bahwa “Think-pair-share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas”. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think-pair-share dapat memberi peserta didik lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Keunggulan lain dalam metode ini, peserta didik akan lebih mudah membentuk

(9)

kelompoknya, dan peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran karena satu kelompok hanya terdiri dari 2 siswa.

Menurut Johnson dan Johnson (dalam Isjoni 2009: 15) bahwa, “Metode

think-pair-share adalah mengelompokan peserta didik di dalam kelas ke dalam

suatu kelompok kecil agar peserta didik dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki”. Sedangkan Robert dan Wiliam (dalam Roestiyah, 2001: 15) bahwa, “Metode think-pair-share sebagai kegiatan kelompok peserta didik yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar. Keberhasilan kerja kelompok ini menuntut kegiatan yang kooperatif dalam beberapa individu tersebut”.

Ketiga pendapat tersebut di atas jika dikaji secara saksama memiliki kesamaan, akan tetapi konsep yang dikemukakan Johnson & Johnson dan Robert dan Wiliam lebih lengkap dibandingkan dengan Frang Lyman dan koleganya. Konsep metode think-pair-share yang dikemukakan oleh Johnson & Johnson dan Robert dan Wiliam tidak hanya keefektifan suasana pola diskusi kelas, tetapi juga mengelompokan peserta didik di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil dan diorganisir untuk kepentingan belajar agar peserta didik dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki. Sedangkan konsep yang dikemukakan oleh Frang Lyman dan koleganya hanya menekankan pada keefektifan dalam membuat variasi suasana pola diskusi kelas.

Model kooperatif membuka peluang dan upaya dalam menekankan tujuan untuk meningkatkan pencapaian prestasi para peserta didik, dan juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok,

(10)

penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri (Slavin, 2010: 4). Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2010: 57) menyatakan, bahwa “Tujuan pokok belajar koperatif adalah memaksimalkan belajar peserta didik untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individual maupun secara kolompok”. Menurut Lomuisel & Descamps, bahwa: “Karena peserta didik bekerja dalam suatu team, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara peserta didik dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kolompok dan pemecahan masalah” (dalam Trianto, 2010: 57).

Dari beberapa defenisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif pada dasarnya disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi peserta didik, memfasilitasi peserta didik dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama yang berbeda latar belakangnya. Dengan bekerja secara kolaboratif, maka dapat mencapai sebuah tujuan bersama. Peserta didik akan mengembangkan keterampilan berhubungan atar sesama manusia yang akan bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.

2.2.6 Prosedur Penerapan Metode Kooperatif Think-Pair-Share

Pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share memiliki tiga tahapan atau langkah yang merupakan ciri dari pembelajaran think-pair-share yaitu sebagai berikut:

(11)

a. Langkah 1: Berpikir

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta peserta didik menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. Peserta didik membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir.

b. Langkah 2: Berpasangan

Selanjutnya guru meminta untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 sampai 5 menit untuk berpasangan.

c. Langkah 3: Berbagi

Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan kepasangan dan melanjutkan sampai sekitar bagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan Arends (dalam Trianto, 2010: 133).

Kesempatan yang diberikan dalam pembelajaran think-pair-share

merupakan pemberian waktu kepada peserta didik untuk memikirkan jawaban mereka masing-masing, lalu berpasangan dengan pasangannya untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban. Akhirnya, guru meminta peserta didik untuk berbagi jawaban yang telah mereka sepakati dengan seluruh kelas Frank Lyman (dalam Slavin, 2010: 257).

(12)

2.2.6 Kelebihan dan Kelemahan Metode Think-Pair-Share

Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, begitu pula dengan Metode Think-Pair-Share. adapun keunggulan dan kelamahan metode Think-Pair-Share sebagai berikut:

1. Keunggulan metode Think-Pair-Share

Menurut Muslimin (2001: 27) bahwa “Keunggulan dari metode Think-Pair-Share adalah optimalisasi partisipasi peserta didik, dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu peserta didik yang maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas. Model Think-Pair-Share ini memberikan kesempatan kepada setiap peseta didik untuk menunjukan partisipasi mereka kepada peserta didik yang lain.

Metode Think-Pair-Share juga memberikan keuntungan kepada peserta didik, karena peserta didik secara individu dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing dengan adanya waktu berpikir sehingga kualitas jawaban juga dapat meningkat.

2. Klemahan metode Think-Pair-Share

Menurut Roestiyah (2001:16) kelemahan metode think-pair-share yakni: a. Kerja kelompok terkadang hany melibatkan para peserta didik yang

mampu.

b. Keberhasilan peserta didik tergantung kemampuan peserta didik yang memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri-sendiri.

c. Kadang-kadang menuntut tempat duduk yang berbeda dan daya guna mengajar yang berbeda pula.

(13)

2.2 Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling tinggi tingkat kebenarannya dan masih memerlukan pembuktian. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Jika guru menerapkan metode think-pair-share dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan tepat, maka kemampuan peserta didik kelas VII2 SMPN 2 Telaga dalam menyimpulkan isi berita yang dibacakan dalam beberapa kalimat akan meningkat”.

Referensi

Dokumen terkait

Otorisasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu otorisasi umum (general authorization) dan otorisasi khusus (specific authorization). Manajemen menyusun otorisasi umum

Berdasarkan tabel 4 diatas diketahui suhu yang didapatkan dari hasil objek yang sama dan waktu yang sama, hasil di atas merupakan hasil dari dua alat ukur yang berbeda

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match adalah teknik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep

Upah merupakan kompensasi yang diterima oleh satu unit tenaga kerja yang berupa jumlah uang yang dibayarkan kepadanya (Mankiw, 2000) .Sedangkan menurut (PP NO

Berdasarkan hasil pengukuran dengan surveymeter pada titik-titik yang telah ditentukan diperoleh data-data laju dosis paparan radiasi seperti pada tabel 1 untuk pengukuran

Sedangkan melalui analisis Mann-Kendall multivariat parsial untuk signifikansi suhu dan curah hujan berdasarkan nilai kovariansi suhu dan curah hujan terbesar 39.96, signifikansi

atau “ hasil” pengembangan atau pemanfaatan atau mobilisasi pengatahuan, keterampilan( keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki

Pembelajaran merupakan kumpulan dari kegiatan guru dan siswa yang disengaja atau dimaksudkan guna terwujudnya tujuan pembelajaran. Pembelajaran bertujuan agar siswa