FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MERAWAT BALITA DENGAN PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARMANGU I
KABUPATEN BANJARNEGARA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana
Oleh :
SRI SUPARNI
0811020021
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
HALAMAN PERSETUJUAN
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MERAWAT BALITA DENGAN PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BANJARMANGU I KABUPATEN BANJARNEGARA
SRI SUPARNI 0811020021
Diperiksa dan disetujui oleh:
Pembimbing I
Ns.Dedy Purwito, S.Kep.M.Sc NIK. 2160153
Pembimbing II
HALAMAN PENGESAHAN
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MERAWAT BALITA DENGAN PNEUMONIA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS BANJARMANGU I KABUPATEN BANJARNEGARA
SRI SUPARNI 0811020021
Telah dipertahankan didepan panitia ujian skripsi
Pada hari Senin tanggal 13 Agustus 2012
SUSUNAN PANITIA UJIAN
Ketua
Ns. Dedy Purwito, S.Kep. M. Sc NIK. 2160153
Sekretaris
Ns. Rakhmat Susilo, S. Kep NIK.2160076
Penguji I
Sodikin, A. Kep.,M. Kes NIK.2160181
Penguji II
Hj. Yulianti Suswari, S. Kp NIK. 2160286
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Sri Suparni
Nim : 0811020021
Program studi : Keperawatan S1
Fakultas/ Universitas : Ilmu Kesehatan / Muhammadiyah Purwokerto
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya
dan bukan hasil penjiplakan dari hasil karya orang lain. Demikian pernyataan ini
saya buat, apabila kelak dikemudian hari terbukti ada unsur penjiplakan, maka
saya bersedia mempertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Purwokerto, Agustus 2012
Yang menyatakan,
HALAMAN PERSEMBAHAN
• Skripsi ini aku persembahkan untuk Ayah dan Ibuku tercinta. Terima kasih yang tiada terbatas atas cinta & kasih sayang yang telah kalian curahkan ... doa, perhatian, dukungan mental, spiritual dan material yang tiada kalian perhitungkan. Semoga Beliau selalu diberi kesehatan, keselamatan & Lindungan Allah SWT . Amin ...
• Untuk Nenek dan Kakek tersayang .. yang selalu mendoakanku dan
mendukung disetiap langkah baikku. Semoga Allah memberikan kesehatan dan keselamatan Dunia & Akhirat. Amin...
• Adik-adikku tercinta & tersayang (Dwi dan Dhamytha) yang selalu memberikan kelancaran dalam proses penelitian. Terima kasih atas doa, motivasi dan bantuan yang telah kalian berikan. Semoga kalian menjadi anak yang sholih n sholihah, tercapai apa yang menjadi cita-cita kalian. Amien...
• Terima kasih buat orang yang telah memberikan aku semangat lagi untuk menjalani hidup ini, yang selalu menyempatkan waktu disela kerjamu buat mendengarkan curahan hatiku, belajar, menghibur aku dikala aku sedih, memberi semangat disaat aku rapuh dan selalu memotivasi utk cepat terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah memberi apa yang terbaik buatmu ... Amin.
• Sahabat-sahabat kost tersayang (Mba Nur, Nurul, Ani, Pipiet, Nining, Tari) dan sahabat2ku seperjuangan 2008. Terimakasih atas motivasi dan bantuan kalian. Semoga Allah selalu melindungi kalian...
MOTTO
Pada awalnya semua orang bangga dengan pilihannya, tapi pada akhirnya tidak semua orang setia pada pilihannya. Saat ia sadar bahwa yang dipilih mungkin tidak sepenuhnya seperti yang diimpikannya karena yang tersulit dalam hidup ini bukanlah memilih, tapi bertahan pada pilihan. Sedikit waktu mungkin sudah cukup untuk menentukan pilihan. Tapi untuk bertahan pada pilihan tersebut, mungkin harus menghabiskan sisa usia yang dimiliki. Seperti itulah satu kata yang begitu mudah diucapkan, tapi begitu keras usaha untuk mengamalkannya.
Hidup yang baik....
Ketika kita bisa mensyukuri apa yang kita peroleh... Ketika kita bisa berbagi dikala kesempitan...Ketika kita bisa tersenyum disaat cobaan datang...Ketika kita bisa memaafkan walaupun sangat menyakitkan...Ketika kita tetap peduli sedangkan yang lain lengah.
Hidup yang indah itu...
Bukan disaat semua impian terwujud...Tapi keindahannya terletak pada ketulusan dan kesungguhan hati dalam menjalaninya...Karena itu.. kita tidak hanya melihat akhir dari suatu impian...Tapi renungkanlah proses pencapaian...Karena disanalah terletak keindahan hidup.
Percayalah,,, jika Allah tidak pernah memberikan
ABSTRAK
Latar belakang :Angka kesakitan dan kematian akibat pneumonia pada balita masih cukup tinggi terutama di Indonesia, sebagian besar penderitanya anak usia 1 – 5 tahun. Salah satu penyebabnya adalah kemampuan keluarga dalam merawat balita penderita pneumonia.Pengetahuan, sikap dan tindakan yang baik dari ibu diharapkan pencegahan penyakit pneumonia dapat terlaksana dengan baik.
Tujuan : Mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi kemampuan keluarga dalam merawat balita dengan pneumonia diPuskesmas Banjarmangu I Kabupaten Banjarnegara.
Metode penelitian :Penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.Purposive sampling teknik pengambilan sampel, sampel penelitian 67 responden yaitu ibu yang mempunyai balita yang berumur 1 – 5 tahun yang tinggal diwilayahkerja Puskesmas Banjarmangu I Kabupaten Banjarnegara.Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square dan untuk mengetahui faktor yang paling dominan menggunakan regresi logistik berganda.
Hasil : Menunjukan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu ( p = 0,031), pekerjaan ibu ( p = 0,019), penghasilan keluarga ( p = 0,027), pengetahuan ( p = 0,036), sikap ( p = 0,029), sikap dan dukungan petugas kesehatan ( p = 0,040). Hasil uji statistik menunjukan bahwa tidak ada hubungan pekerjaan ayah ( p = 0,825), pendidikan ayah ( p = 0,590). Pekerjaan ibu merupakan variabel yang paling dominan terhadap kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia (OR= 3,579;95%CI= 0,779- 16,445).
Kesimpulan :Pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, sikap dan dukungan petugas kesehatan menunjukkan ada hubungan dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia di Puskesmas Banjarmangu I. Pekerjaan ibu merupakan faktor paling dominan terhadap kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia di Puskesmas Banjarmangu I.
ABSTRACT
Background: Number of illness and mortality because of pneumonia in children still high enough, especially in Indonesia. Many of sufferers are the children around 1-5 years old. One of the causes is the family ability to treat the children who got pneumonia, with knowledge, behavior and good action from mother is hoped the prevention of the pneumonia disease can be hold in a good way.
Objective: To know the dominant factor which influence family’s ability when threat the children who got pneumonia in Banjarmangu health center community, Banjarnegara.
Research methodology: This research uses analytic-descriptive methodology with cross sectional approach. Purposive sampling, the sample of this research is 67 respondents such as mother who has the children around 1-5 years old who live in Banjarmangu health center community, Banjarnegara. Statistic experiment which is used is Chi square and to know the dominant factor use regresi logistik berganda.
Result: Showing the significant relationship between mother’s education (p:0,031), mother’s job(0,019) and family income (p:0,027) knowledge (p:0,036), behavior (p:0,029). Behavior and support from medic p(0,040). From statistic result showing that there is no relationship between father’s job and father’s knowledge. Mother’s job is dominant variable to the family ability when treating children who got pneumonia.
Conclusion: Education, job knowledge, behavior, behavior and support from medic show that there is a relationship among family ability in treating children who got pneumonia in Banjarmangu health center community, Banjarnegara. Mother’s job is the dominant factor which influence with the family ability in treating children who got pneumonia in Banjarmangu health center community, Banjarnegara.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan Rahmat dan HidayahNya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Faktor yang mempengaruhi
kemampuan keluarga dalam merawat balita dengan pneumonia di wilayah kerja
Puskesmas Banjarmangu I Kabupaten Banjarnegara”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis masih banyak kekurangan dan
kesulitan, namun berkat bimbingan dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat
terselesaikan. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada:
1. Dr.Syamsuhadi Irsyad, SH.,MH., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Purwokerto yang telah membuat keputusan dalam penulisan skripsi ini.
2. Ns.Dedy Purwito,S.Kep.,M.Sc., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang telah menyetujui penulisan
skripsi ini, dan sekaligus selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
waktu bimbingan, saran dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ns. SitiNurjanah, S.Kep., M.Kep., selaku ketua Program Studi Keperawatan
S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
4. Ns. Rakhmat Susilo, S.Kep., selaku dosen pembimbing II yang telah
5. Sodikin, M.Kes,selaku dosen penguji I yang telah memberikan saran dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Hj. Yulianti Suswari, S.Kp selaku dosen penguji II yang telah memberikan
saran dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen dan staf Akademik Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
8. Seluruh staf laboratorium Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto yang telah memberikan keterampilan dan
kedisiplinan didalam praktek di laboratorium.
9. Kepala Puskesmas Banjarmangu I yang sudah memberikan izin untuk
penelitian di Puskesmas yang beliau pimpin.
10.Semua staf Puskesmas Banjarmangu I yang sudah membantu dalam
penyusunan skripsi ini
11.Seluruh masyarakat Kecamatan Banjarmangu yang berkenan menjadi
responden dalam penelitian ini.
12.Ayah, ibu dan Adik- adik tercinta yang selalu memberi semangat dan
dukungan baik moral, material dan spiritual.
13.Sahabat-sahabat seperjuangan 2008 (Pipiet dan semuanya yang tidak bisa
disebutkan satu persatu) tetap semangat dan sukses dan tetap jaga tali
silaturahmi.
14.Teman-teman angkatan 2008-2012 Fakultas Ilmu Kesehatan UMP yang tidak
15.Staf pengajar program Studi Ilmu Kesehatan dan Perpustakaan kampus I dan
II yang telah menyediakan buku-buku literatur, demi kelancaran dalam
pebuatan skripsi ini.
16. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, semoga Allah
SWT memberikan imbalan yang sesuai, Amin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
faktor keterbatasan yang ada dalam diri penulis, oleh sebab itu penulis mohon
saran dan kritik yang membangun dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak. Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat-Nya kepada
mereka.
Purwokerto, Agustus 2012
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... . iii
SURAT PERNYATAAN ... . iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... . v
MOTTO ... . vi
ABSTRAK ... . vii
ABSTRACT ... .. viii
KATA PENGANTAR ... . ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I :PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
A. Pneumonia ... 9
1. Definisi Pneumonia ... 9
2. Etiologi/Faktor Penyebab ... 10
3. Faktor Resiko Pneumonia ... 12
4. Klasifikasi Pneumonia... 13
5. Tanda dan Gejala Pneumonia ... 15
6. Cara Penularan... ... 15
7. Pencegahan pneumonia... 16
8. Diagnosis Pneumonia... ... 16
9. Perawatan Pneumonia ... 17
B. Konsep Keluarga……….. 18
1. Pengertian keluarga………. 18
2. Fungsi keluarga………... 19
C. Pelaksanaan Fungsi Perawatan Keluarga... 21
1. Pengertian Perawatan Keluarga... 21
2. Fungsi Perawatan Keluarga... 23
3.Tugas Pelaksanaan Perawatan Kesehatan Keluarga .... 23
D. Tinjauan Umum Tentang Variabel Penelitian... 26
1. Pengetahuan ... .... 26
2. Sikap ... .... 29
3. Pendidikan ... ... 30
4. Pekerjaan ... ... 30
6. Status Sosial Ekonomi... . 31
E. Teori Perilaku... 32
F. Kerangka Teori... .... 36
G. Kerangka Konsep... ... 37
H. Hipotesis Penelitian... 37
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 38
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 38
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38
D. Identifikasi Variabel Penelitian... . 41
E. Definisi Operasional... 41
F. Pengumpulan Data ... 44
G. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 45
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 48
I. Etika Penelitian... 51
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian ... 52
1. Analisa Univariat ... 52
2. Analisa Bivariat ... 54
3. Analisa Multivariat ... . 58
B. Pembahasan ... 60
C. Kelemahan Penelitian... 72
A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian ... 42
Tabel 3.2 Sebaran kuesioner ... 45
Tabel 4.1 Karakteristik Responden ... 53
Tabel 4.2 Analisa Bivariat... 54
Tabel 4.3 Variabel penting yang masuk uji logistik ganda ... 58
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Kerangka Teori
Kerangka Konsep
...
...
36
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampian 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Informed Consent
Kuesioner Penelitian
Uji Validitas dan Reabilitas
Analisis Univariat
Analisis Bivariat
Analisis Multivariat
Surat izin Penelitian
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang
serius terutama pada anak usia 1- 5 tahun dan merupakan penyebab kematian anak
di negara berkembang. ISPA yang tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan
yang baik akan menjadi infeksi saluran pernafasan bawah atau pneumonia sering
terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan kombinasi
dengan keadaan lingkungan yang tidak higiene dan merupakan penyebab
kematian paling sering pada anak (Direktorat Jenderal P2M&PL, 2006).
Pneumonia merupakan salah satu bentuk infeksi saluran nafas bagian bawah
akut (ISNBA) yang tersering. Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai
parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius,
dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran udara
setempat ( Dahlan, 2007).
Berdasarkan data WHO proporsi penyebab kematian anak-balita di Negara
berkembang adalah pneumonia 19%, diare 17%, malaria 8% dan campak 4%. Jika
digabungkan, di seluruh dunia pneumonia menyebabkan hampir satu pertiga atau
29% kematian anak dibawah usia 5 tahun (Said, M, 2010).
Di Indonesia menurut laporan survei mortalitas subdit ISPA pada tahun 2005 di 10
provinsi diketahui bahwa 22,3% dari seluruh kematian bayi diakibatkan oleh pneumonia
sebesar 23,8% dan pada anak balita sebesar 15,5%. Kedua data tersebut menunjukkan
bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian balita utama di Indonesia (Direktorat
Jenderal P2PL, 2006).
Pada tahun 2006, cakupan penemuan pneumonia balita di Jawa Tengah
mencapai 26,62%. Angka tersebut mengalami penurunan pada tahun 2007 yaitu
menjadi 24, 29% dan pada tahun 2008 juga mengalami penurunan menjadi
23,63%. Angka ini sangat jauh dari target SPM tahun 2010 sebesar 100% (Dinkes
Jawa Tengah,2008).
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2010 jumlah
kasus pneumonia mencapai 14,40%, sementara pada tahun 2011 jumlah kasus
pneumonia mencapai 10,67% (Dinkes Banjarnegara, 2011). Data tersebut
diantaranya 35 Puskesmas yang ada di Kabupaten Banjarnegara. Tercatat di
Puskesmas Banjarmangu I tahun 2010 menyebutkan bahwa sebanyak 17,24%
kasus pneumonia balita, tahun 2011 mencapai 18,57% kasus pneumonia balita
dan tahun 2012 pada bulan Januari sampai bulan April mencapai 9,22% kasus
balita pneumonia ( Puskesmas Banjarmangu I, 2011).
Berdasarkan Lokakarya Nasional III tahun 1990, Program Pengendalian
Penyakit ISPA telah memfokuskan diri pada penanganan pneumonia pada anak
dan membagi penatalaksanaan penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia
dan bukan pneumonia. Salah satu jenis ISPA yang menjadi pembunuh utama
balita di dunia adalah pneumonia (Direktorat Jenderal P2PL, 2009).
Untuk mewujudkan perawatan secara optimal bagi penderita juga diperlukan
pada anak dan keluarganya (Nelson, 2002). Makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah menerima informasi, sehingga banyak pula pengetahuan yang
dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan
sikap seseorang terhadap perubahan hidup sehat (Notoatmodjo, 2005), sedangkan
menurut Effendy (2002) dalam hal ini bila semakin tinggi tingkat pengetahuan,
maka ibu akan dapat memilih alternatif yang terbaik bagi anaknya dan cenderung
memperhatikan hal-hal yang penting tentang perawatan anaknya.
Dampak bila ibu tidak memberikan perawatan yang baik pada balitanya akan
memperberat penyakitnya yaitu menjadi pneumonia berat sehingga saat di bawa
ke rumah sakit keadaannya sudah semakin memburuk. Dampak lainnya yaitu
berat badan balita menurun, demam tidak berkurang dan nafsu makan berkurang.
Salah satu kriteria keberhasilan perawatan di rumah adalah bila saat 2 hari
kemudian pernafasannya membaik (melambat), demam berkurang dan nafsu
makan membaik dan pemberian antibiotik selama 5 hari (WHO, 2009).
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 10 ibu yang
berkunjung ke puskesmas tentang cara perawatan balita sakit, 4 ibu menjawab
tidak memberikan kompres air hangat unuk menurunkan demam, 10 ibu tidak
tahu balita harus diberikan banyak minum, 2 ibu tidak tahu bahwa penyakit
pneumonia menular sehingga tidak melakukan upaya pencegahan.
Penanganan penyakit pneumonia yang tepat di rumah oleh orang tua dapat
mengurangi tingkat keparahan dan mengurangi kematian balita akibat pneumonia.
memberikan makanan bergizi, pemberian cairan, kompres saat demam dan
membersihkan jalan nafas (Kemenkes, 2010).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan kejadian pneumonia di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarmangu
I Kabupaten Banjarnegara bahwa terdapat kasus pneumonia balita usia 1 – 5 tahun
tercatat 222 kasus. Dari pemaparan informasi diatas bahwa kejadian pneumonia
merupakan penyakit yang sering menyerang pada balita. Maka peneliti tertarik
untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan keluarga dalam
merawat balita dengan pneumonia.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
“Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga
dalam merawat balita dengan pneumonia di Wilayah Kerja Puskesmas
Banjarmangu I Kabupaten Banjarnegara.
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh gambaran tentang pendidikan, status ekonomi, pengetahuan,
pekerjaan, perilaku keluarga, sikap, serta sikap dan dukungan petugas
kesehatan terhadap kemampuan keluarga dalam merawat balita dengan
pneumonia.
b. Mengetahui hubungan antara faktor pendidikan, status ekonomi
kesehatan dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita dengan
pneumonia.
c. Menganalisis faktor dominan yang mempengaruhi kemampuan keluarga
dalam merawat balita dengan pneumonia.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai proses dalam menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dengan
cara mengaplikasikan ilmu dan teori – teori yang diperolehnya dalam masa
perkuliahan serta mendapatkan pengalaman nyata dalam menganalisis sebagai
penelitian pemula terhadap faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga
dalam merawat balita dengan pneumonia.
2. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Memberikan gambaran secara umum tentang faktor yang mempengaruhi
keluarga didalam merawat balita dengan pneumonia, sehingga pelayanan
kesehatan dapat menentukan kebijakan kesehatan selanjutnya terhadap
pelaksanaan kesehatan keluarga. Pelayanan kesehatan terutama di Puskesmas
Banjarmangu I Kabupaten Banjarnegara diharapkan dapat melakukan
pendekatan pada keluarga dengan balita pneumonia melalui penyuluhan
kesehatan dan pencegahan serta penanganan dan perawatan balita pneumonia.
3. Bagi Keluarga dan Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat terutama keluarga tentang faktor
pneumonia, sehingga keluarga dapat merubah perilakunya menjadi lebih sehat
dan dapat mengambil keputusan dengan cepat apabila balitanya menderita
tanda gejala pneumonia serta meningkatkan status kesehatan keluarganya.
4. Bagi Ilmu Keperawatan
Meningkatkan khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang keperawatan
komunitas dan dapat dijadikan sumber penelitian selanjutnya.
E. Penelitian Terkait
Pada penelitian sebelumnya terdapat penelitian yang mendukung penelitian
ini, Nurhidayah, Fatimah, & Rakhmawati (2008), dengan judul Upaya
Keluarga dalam pencegahan dan perawatan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan
Akut) di rumah pada balita di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya,
metode penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif, sampel dalam penelitian
ini adalah 42 responden dengan teknik pengambilan sampel dengan purposive
sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa (14,28%) responden memiliki
upaya yang buruk dalam melakukan pencegahan infeksi saluran pernafasan
akut (ISPA).
Perbedaan dengan yang diteliti terletak pada tempat penelitian, jenis
penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dan desain penelitian cross
sectional, disini peneliti akan meneliti di daerah dataran tinggi yaitu di
Puskesmas Banjarmangu I. Variabelnya yang akan diteliti faktor yang
Afifah, & Djaja (2001) Determinan perilaku pencarian pengobatan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita. Penelitian deskriptif
dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ibu yang memilki anak
balita penderita ISPA. Teknik pengambilan sampel secara accidental. Metode
analisis adalah deskriptif dan analitis dengan regresi logistik sederhana. Hasil
penelitian menunjukan bahwa dari 83.656 bayi dan anak dibawah lima tahun,
47, 1% melakukan perawatan diri, 66,3% pergi ke fasilitas kesehatan dan 0,7%
memilih penyembuhan tradisional (dukun). Hampir sepertiga (28,5%) dari ibu
memilih pusat kesehatan (puskesmas), 14,7% memilih praktek swasta dokter
dan 14,5% memilih praktek paramedis swasta. Ibu dengan tingkat pendidikan
rendah lebih suka pergi ke dukun. Analisa regresi logistik ganda menunjukan
bahwa perilaku pencarian pengobatan ISPA ibu dari bayi.
Perbedaannya terletak pada pengambilan sampel menggunakan
Purposive Sampling. Variabel bebas dan terikatnya yang akan di teliti serta
tempat penelitian.
Machmud (2009) Pengaruh kemiskinan keluarga pada kejadian
pneumonia Balita di Indonesia. Metode survei rumah tangga yang mengukur
berbagai faktor pada level rumah tangga dan level individu serta survei institusi
yang mengatur faktor kinerja program pada level kabupaten. Perkiraan besar
sampel menggunakan Multistage Cluster dengan probabilitas proportionate to
the size dari populasi tiap cluster. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa
pneumonia balita, yang berarti rumah tangga miskin akan lebih besar terkena
pneumonia.
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan pada variabel yang
diteliti, penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian deskriptif analitik
dengan menggunakan pendekatan cross sectional dengan teknik pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling. Analisa datanya menggunakan
regresi logistik.
Yamin, Susanti, & Sulastri (2008) Kebiasaan ibu dalam pencegahan
primer penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) pada Balita Keluarga
Non Gakin di Desa Nanjung Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Nanjung Mekar
Kabupaten Bandung. Jenis penelitian ini deskriptif dengan teknik sampling
yang digunakan Proportionate Stratified Random Sampling dengan jumlah
sampel 87 orang. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kebiasaan ibu dalam
pencegahan primer penyakit ISPA pada balita keluarga non gakin sebagian
besar (55,17%) memiliki kebiasaan baik, dan hampir setengahnya (44,83%)
tidak baik. Pada subvariabel pemenuhan nutrisi dan istirahat sebagian besar
responden (59,77%) memiliki kategori baik, menciptakan rumah yang sehat
setengahnya responden (50,57%) memiliki kategori tidak baik, kebersihan diri
(personal hygiene) sebagian besar responden (64,37%) memiliki kategori baik,
mencari informasi tentang ISPA sebagian besar responden (52,87%) memiliki
kategori baik.
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan ini terletak pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pneumonia
1. Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru – paru (alveoli) dan
mempunyai gejala batuk, sesak nafas, ronki dan infiltrat pada foto rontgen. Terjadinya
pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada
bronkhus yang disebut BronkoPneumonia (Direktorat Jenderal P2PL, 2009).
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru – paru (alveoli).
Selain gambaran umum diatas, pneumonia dapat dikenali berdasarkan pedoman tanda –
tanda klinis lainnya dan pemeriksaan penunjang (Rontgen, Laboratorium) (Wilson,
2006).
Pneumonia adalah salah satu bentuk infeksi saluran nafas bawah akut (ISNBA)
yang tersering. Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran udara setempat
(Dahlan, 2007).
Jadi pneumonia pada balita adalah infeksi saluran pernafasan bawah akut
yang sering menyerang balita pada usia 1- 5 tahun yang sangat beresiko
menyerang jaringan paru – paru (alveoli). Selain itu juga biasanya ditandai
dengan gejala batuk - pilek, sesak nafas yang sangat berbahaya apabila tidak
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran
napas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil,
suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40 derajat Celcius, sesak napas, nyeri
dada dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga
hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut,
kurang nafsu makan, dan sakit kepala.
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri)
dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain seperti aspirasi dan radiasi. Di
negara berkembang, pneumonia pada anak terutama disebabkan oleh bakteri.
Bakteri yang sering menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Staphylococcus aureus (Said,
2008).
2. Etiologi Pneumonia
Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh
bakteri, virus mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan
protozoa (Djojodibroto, 2009).
a. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi
sampai usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling
umum adalah Streptococcus pneumonia sudah ada di kerongkongan
manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau
malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan
berkeringat, napas terengah-engah dan denyut jantungnya meningkat
cepat.
b. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh
virus.Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory
Syncial Virus (RSV). Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang
saluran pernapasan bagian atas, pada balita gangguan ini bisa memicu
pneumonia. Tetapi pada umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini
tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi
bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa berat dan kadang
menyebabkan kematian.
c. Mikroplasma
Mikroplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan
penyakit pada manusia. Mikroplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai
virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia
yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikroplasma
menyerang segala jenis usia, tetapi paling sering pada anak pria remaja dan
usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak
diobati.
d. Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia
pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii
yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa
minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan
hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada jaringan
paru atau spesimen yang berasal dari paru.
3. Faktor Risiko Pneumonia
Hasil penelitian dari berbagai Negara termasuk Indonesia dan berbagai
publikasi ilmiah dilaporkan faktor risiko baik yang meningkatkan insiden
(morbiditas) maupun kematian (mortalitas) akibat pneumonia (Direktorat
Jenderal P2PL, 2009) adalah:
a. Faktor risiko yang meningkatkan insiden pneumonia meliputi:
1) Faktor risiko pasti (definite): malnutrisi, BBLR, tidak ASI Eksklusif,
tidak dapat imunisasi campak, polusi udara dalam rumah dan kepadatan.
2) Faktor risiko hampir pasti (likely): asap rokok, defisiensi Zinc,
kemampuan ibu merawat, penyakit penyerta (diare dan asma).
3) Kemungkinan faktor risiko (possible): pendidikan ibu, kelembaban,
udara dingin, defisiensi vitamin A, polusi udara luar, urutan kelahiran
dalam keluarga, kemiskinan.
b. Faktor risiko yang meningkatkan angka kematian pneumonia,
Faktor risiko yang meningkatkan angka kematian pneumonia ini perlu
mendapatkan perhatian kita semua agar upaya penurunan kematian karena
pneumonia dapat dicapai. Faktor risiko ini merupakan gabungan faktor
risiko insidens seperti tersebut diatas ditambah dengan faktor tatalaksana di
1) Ketersediaan pedoman tatalaksana
2) Ketersediaan tenaga kesehatan terlatih yang memadai
3) Kepatuhan tenaga kesehatan terhadap pedoman
4) Ketersediaan fasilitas yang diperlukan untuk tatalaksana pneumonia
(obat, oksigen, perawatan intensif)
5) Prasarana dan sistem rujukan.
4. Klasifikasi Pneumonia
a. Berdasarkan Umur
1) Kelompok umur < 2 bulan
a) Pneumonia berat
Bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti menyusu
(jika sebelumnya menyusu dengan baik), kejang, rasa kantuk yang
tidak wajar atau sulit bangun, stridor pada anak yang tenang,
mengi, demam (38ºC atau lebih) atau suhu tubuh yang rendah (di
bawah 35,5 ºC), pernapasan cepat 60 kali atau lebih per menit,
penarikan dinding dada berat, sianosis sentral (pada lidah),
serangan apnea, distensi abdomen dan abdomen tegang. Penderita
pneumonia berat juga mungkin disertai tanda-tanda lain seperti :
(1) Napas cuping hidung, hidung kembang kempis waktu
bernafas.
(2) Suara rintihan
(3) Sianosis (Kulit kebiru-biruan karena kekurangan oksigen).
b) Bukan pneumonia
Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit
dan tidak terdapat tanda pneumonia seperti di atas.
2) Kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun
a) Pneumonia sangat berat
Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis sentral,
tidak dapat minum, adanya penarikan dinding dada, anak kejang
dan sulit dibangunkan.
b) Pneumonia berat
Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi
tidak disertai sianosis sentral dan dapat minum.
c) Pneumonia
Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa
penarikan dinding dada.
d) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)
Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau
penarikan dinding dada.
e) Pneumonia persisten
Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah
diobati selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang kuat dan
antibiotik yang sesuai, biasanya terdapat penarikan dinding dada,
frekuensi pernapasan yang tinggi, dan demam ringan. (WHO,
5. Gejala Klinis dan Tanda Pneumonia
a. Gejala
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran
napas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam,
menggigil, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40 derajat Celcius, sesak
napas, nyeri dada dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat
berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala
lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala (Misnadiarly,
2008)
b. Tanda
Menurut Misnadiarly (2008), tanda-tanda penyakit pneumonia pada balita
antara lain :
Batuk nonproduktif , Ingus (nasal discharge), suara napas lemah,
penggunaan otot bantu napas, demam , cyanosis (kebiru-biruan), thorax photo
menujukkan infiltrasi melebar , sakit kepala , kekakuan dan nyeri otot, sesak
napas, menggigil, berkeringat, lelah, terkadang kulit menjadi lembab, dan mual
dan muntah.
6. Cara penularan
Pada umumnya pneumonia termasuk kedalam penyakit menular yang
ditularkan melalui udara.Sumber penularan adalah penderita pneumonia yang
menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk
droplet. Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab
samping itu terdapat juga cara penularan langsung yaitu melalui percikan
droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara
kepada orang di sekitar penderita, transmisi langsung dapat juga melalui
ciuman, memegang dan menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran
pernapasan penderita (Azwar,2002).
7. Pencegahan Pneumonia
Mengingat pneumonia adalah penyakit beresiko tinggi yang tanda awalnya
sangat mirip dengan flu, alangkah baiknya para orang tua tetap waspada
dengan memperhatikan cara berikut ini (Misnadiarly, 2008).
a. Menghindarkan bayi atau anak dari paparan asap rokok, polusi udara, dan
tempat keramaian yang berpotensi penularan.
b. Menghindarkan bayi atau anak dari kontak dengan penderita ISPA.
c. Membiasakan pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan.
d. Segera berobat jika mendapati anak mengalami panas, batuk, pilek.
Terlebih jika disertai suara serak, sesak nafas, dan adanya tarikan pada otot
diantara rusuk (retraksi).
e. Periksakan kembali jika dalam dua hari belum menampakan perbaikan,
dan segera ke rumah sakit jika kondisi anak memburuk.
f. Imunisasi, untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi
seperti imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus).
8. Diagnosis Pneumonia
Berdasarkan pedoman diagnosis dan tatalaksana pneumonia yang diajukan
a. Pneumonia sangat berat : bila ada sianosis dan tidak sanggup minum,
harus dirawat di RS dan diberi antibiotik.
b. Pneumonia berat : bila ada retraksi, tanpa sianosis, dan masih sanggup
minum, harus dirawat di RS dan diberi antibiotik.
c. Pneumonia : bila tidak ada retraksi tapi napas cepat :
1) > 60x/menit pada bayi < 2 bulan
2) > 50x/menit pada anak 2 bulan – 1 tahun
3) > 40x/menit pada anak 1 – 5 tahun
Bukan pneumonia : hanya batuk tanpa tanda dan gejala seperti di atas,
tidak perlu dirawat, tidak perlu antibiotik.
9. Perawatan Pneumonia pada balita di Rumah
Perawatan di rumah yang dapat dilakukan pada bayi atau anak balita
yang menderita pneumonia antara lain:
a. Mengatasi demam
Untuk anak usia dua bulan sampai lima tahun, demam dapat diatasi
dengan memberikan kompres air hangat, adalah kompres dengan air suam –
suam kuku atau air hangat (Rudianto, 2010). Suatu prosedur menggunakan
kain atau handuk yang telah dicelupkan pada air hangat. Menurut Anneahira
(2010), adapun manfaat kompres hangat adalah dapat memberikan rasa
b. Mengatasi batuk
Dianjurkan untuk memberikan obat batuk yang aman misalnya
ramuan tradisional yaitu jeruk nipis setengah sendok teh dicampur dengan
kecap atau madu setengah sendok teh dan diberikan tiga kali sehari.
c. Pemberian makanan
Dianjurkan memberikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit
tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika terjadi
muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
d. Pemberian minuman
Diusahakan memberikan cairan (air putih, air buah dan sebagainya)
lebih banyak dari biasanya. Hal ini akan membantu mengencerkan dahak,
selain itu kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
B. Konsep Keluarga
1) Pengertian Keluarga
Marilyn M. Friedman (1998) yang menyatakan bahwa keluarga
adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dimana individu mempunyai peran masing
– masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1978) menjelaskan
bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing –
masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
2) Fungsi Keluarga
Fungsi – fungsi dasar keluarga adalah memenuhi kebutuhan –
kebutuhan anggota keluarga dan masyarakat yang lebih luas. Lima fungsi
keluarga menurut Friedman (1998) adalah :
a. Fungsi afektif (affective function)
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan
basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak
pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap
anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif, perasaan
memiliki, perasaan yang berarti, dan merupakan sumber kasih sayang dan
reinforcement. Hal tersebur dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi
dan berhubungan dalam keluarga. Dengan demikian keluarga yang berhasil
melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat
mengembangkan konsep diri yang positif. Fungsi afektif merupakan sumber
energi yang menentukan kebahagiaan keluarga. Perceraian, kenakalan anak
atau masalah keluarga yang sering timbul sebagai akibat tidak terpenuhinya
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (sosialization and social
placement function)
Fungsi ini sebagai tempat untuk melatih anak dan mengembangkan
kemampuannya untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.
Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi
atau hubungan antara anggota keluarga yang ditujukan dalam sosialisasi.
Anggota keluarga belajar tentang disiplin, norma – norma, budaya dan
perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga.
c. Fungsi reproduksi (reproductive function)
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan dan menambah
sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana maka
fungsi ini sedikit terkontrol. Di sisi lain, banyak kelahiran yang tidak
diharapkan atau di luar ikatan perkawinan sehingga lahirnya keluarga baru
dengan satu orang tua.
d. Fungsi ekonomi (economic function)
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan tempat
mengembangkan kemampuan individu untuk meningkatkan penghasilan
dan memenuhi kebutuhan keluarga seperti makan, pakaian dan rumah.
Fungsi ini sukar dipenuhi oleh keluarga dibawah garis kemiskinan.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (health care function)
Fungsi ini untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga agar
memberikan perawatan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.
Bagi tenaga kesehatan keluarga yang profesional, fungsi perawatan
kesehatan merupakan pertimbangan vital dalam pengkajian keluarga.
Untuk menempatkannya dalam perspektif, fungsi ini merupakan salah
satu fungsi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan – kebutuhan fisik seperti
makan, pakaian, tempat tinggal dan perawatan kesehatan. Keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlindungan dan memelihara kesehatan.
Keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
Keluarga pula yang menentukan kapan anggota keluarga yang terganggu
perlu meminta pertolongan tenaga profesional. Kemampuan keluarga dalam
memberikan asuhan keperawatan mempengaruhi tingkat kesehatan keluarga
dan individu. Tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat – sakit juga
mempengaruhi perilaku keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan
keluarga.
C. Pelaksanaan Fungsi Perawatan Keluarga
1. Pengertian Perawatan Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan kesehatan
masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai unit satu kesatuan yang
dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan perawatan sebagai upaya
mencegah penyakit. Sedangkan keluarga adalah sekumpulan orang dengan
ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
emosional serta sosial dari anggota keluarga. Keluarga adalah unit
pelayanan kesehatan dan merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang
ada dan tidak ada hubungan secara hukum akan tetapi berperan sebagai
keluarga atau siapapun yang di katakan klien sebagai keluarganya
(Friedman, 1998).
Perawatan keluarga yang komprehensif merupakan suatu proses yang
rumit, sehingga memerlukan suatu pendekatan yang logis dan sistematis
untuk bekerja dengan keluarga dan anggota keluarga. Pendekatan ini disebut
proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan inti dan sari
keperawatan, dimana proses adalah suatu aksi gerak yang dilakukan dengan
sengaja dan sadar dari satu titik ke titik yang lain menuju pencapaian tujuan.
Pada dasarnya, proses keperawatan merupakan suatu proses pemecahan
masalah yang sistematis, yang digunakan ketika bekerja dengan individu,
keluarga, kelompok atau komunitas. Salah satu aspek terpenting dari
keperawatan adalah penekanan pada keluarga. Keluarga bersama dengan
individu, kelompok dan komunitas adalah klien atau resipien keperawatan.
Secara empiris, disadari bahwa kesehatan para anggota keluarga dan
kualitas kesehatan keluarga mempunyai hubungan yang erat. Akan tetapi,
hingga saat ini sangat sedikit yang diberikan perhatian pada keluarga
sebagai obyek dari studi yang sistematis dalam bidang keperawatan
2. Fungsi Perawatan Keluarga
Fungsi perawatan kesehatan merupakan hal yang penting dalam
pengkajian keluarga. Sejauh mana masing – masing anggota keluarga
melaksanakan fungsinya antara lain termasuk fungsi afektif dalam
menyelesaikan masalah, fungsi sosialisasi dalam melakukan interaksi baik
sesama anggota keluarga maupun dengan orang lain, fungsi kesehatan
seperti yang dikemukakan oleh Friedman antara lain dalam mengenal
masalah, mengambil keputusan, merawat anggota keluarga yang sakit,
memelihara dan memodifikasi lingkungan dan menggunakan sumber di
masyarakat. Fungsi kesehatan keluarga juga mengenai kebiasaan diet
keluarga mempengaruhi status gizi sebagai faktor pendukung, pola istirahat
dan tidur mempengaruhi status ketahanan tubuh, kebiasaan mengkonsumsi
obat atau zat aditif mempengaruhi berhasil atau tidaknya pengobatan, pola
perawatan diri mempengaruhi proses penularan dan higiene seseorang,
lingkungan dan riwayat kesehatan keluarga berpengaruh dalam bertambah
parah atau tidak masalah kesehatan yang dialami keluarga (Friedman,
1998).
3. Tugas Pelaksanaan Perawatan Kesehatan Keluarga
Terdapat beberapa tugas dalam pelaksanaan perawatan kesehatan
keluarga, yaitu (Friedman, 1998) :
a) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Mengenal masalah kesehatan keluarga yaitu sejauh mana
pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan yang mempengaruhi serta
persepsi keluarga terhadap masalah. Dalam hal ini memerlukan data
umum keluarga yaitu nama keluarga, alamat, komposisi keluarga, tipe
keluarga, suku, agama, status sosial ekonomi keluarga dan aktivitas
rekreasi keluarga.
b) Membuat keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
Mengambil sebuah keputusan kesehatan keluarga merupakan
langkah sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah, apakah masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah yang
dihadapi, takut akan akibat dari tindakan penyakit, mempunyai sikap
negatif terhadap masalah kesehatan, dapat menjangkau fasilitas yang
ada, kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan mendapat informasi
yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah. Dalam hal ini
yang dikaji berupa akibat dan keputusan keluarga yang diambil.
Perawatan sederhana dengan melakukan cara – cara perawatan yang
sudah dilakukan keluarga dan cara pencegahannya.
c) Merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan
Anggota keluarga mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahui
sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, mengetahui
sumber – sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, keuangan, fasilitas fisik, psikososial), mengetahui
keberadaan fisik yang diperlukan untuk perawatan dan sikap keluarga
sederhana sesuai dengan kemampuan, dimana perawatan keluarga yang
biasa dilakukan dan cara pencegahannya seminimal mungkin.
d) Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Sejauh mana mengetahui sumber – sumber keluarga yang
dimiliki, keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan,
mengetahui pentingnya higiene sanitasi dan kekompakan antar anggota
keluarga. Dengan memodifikasi lingkungan dapat membantu dalam
melakukan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan, dalam bentuk kebersihan rumah dan menciptakan
kenyamanan agar anak dapat beristirahat dengan tenang tanpa adanya
gangguan dari luar.
e) Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat
Dimana keluarga mengetahui apakah keberadaan fasilitas
kesehatan, memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas
kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan
dan fasilitas tersebut terjangkau oleh keluarga. Dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan, dimana biasa mengunjungi pelayanan kesehatan
yang biasa dikunjungi dan cenderung yang paling dekat misalnya
posyandu, puskesmas maupun Rumah Sakit. Hal ini dilakukan dengan
D. Tinjauan Umum Tentang Variabel Penelitian
Menurut hasil penelitian yang ada, dapat diketahui bahwa pneumonia
menyerang pada balita maupun bayi usia 1- 5 tahun, dimana pada usia tersebut
tubuh bayi akan mudah terserang penyakit infeksi apabila tidak dirawat
kekebalan tubuhnya dengan baik. Hal ini bisa terjadi apabila keluarga dalam
perawatan balita pneumonia tidak tepat dan bisa mengakibatkan kematian
apabila pengobatan tidak dilakukan dengan baik dan tepat, faktor resiko yang
menyebabkan kemampuan perilaku keluarga dalam melakukan perawatan
balita pneumonia (Sarwono, 1997) adalah:
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjaadi
melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Menurut penelitian Rogers (1974)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,
yakni:
a) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut, disini
c) Evaluation (menimbang - nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus.
e) Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Menurut
Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa pengetahuan yang dicakup dalam
domain kognitif mempunyai enam tingkat yaitu:
a) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap sebagai suatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu”
ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan menginterpretasi materi tersebut secara
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen – komponen, tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi- formulais yang ada.
f) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
suatu materi atau objek sesuai kriteria – kriteria yang ada. Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau lewat angket atau
kuesioner yang menyatakan tentang suatu materi ingin di ukur dengan
menurut Notoatmodjo (2003) dapat dikategorikan menjadi 4 (empat),
yaitu:
(1) Pengetahuan baik : 61 – 100%
(2) Pengetahuan cukup baik : 31 – 60%
(3) Pengetahuan tidak baik : 0 – 30%
Pengetahuan ibu tentang pneumonia dapat diperoleh baik dari
pengalaman sendiri maupun dari pengalaman orang lain. Pengetahuan yang
mencakup cara mengenal pneumonia dan pengelolaan pneumonia akan
berpengaruh menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat
penyakit pneumonia.
2) Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap stimulus atau obyek. Sikap mengandung tiga komponen
yang membentuk struktur sikap yaitu komponen kognitif (komponen
perseptual) yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, keyakinan.
Komponen afektif (komponen emosional dan komponen konaktif,
komponen perilaku atau action component).
Sikap menggambarkan suka atau tidak sukanya seseorang pada suatu
obyek, yang sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman
orang lain. Sikap yang positif terhadap nilai – nilai kesehatan terutama yag
berkaitan dengan pneumonia, diharapkan terwujud dalam suatu tindakan
yang mendukung hidup sehat yang dapat menurunkan kesakitan dan
3) Pendidikan
Pendidikan merupakan proses seseorang mengembangkan
kemampuan, sikap dan bentuk – bentuk tingkah laku lainnya didalam
masyarakat, proses sosial yakni orang dihadapkan pada pengaruh
lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari
sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan
kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal. Pendidikan
terbagi dalam ruang lingkup yang meliputi pendidikan formal, informal dan
non formal.
Notoatmodjo yang dikutip Alimin (2003), menyatakan bahwa orang
dengan pendidikan formal lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang
lebih tinggi dibanding orang dengan tingkat pendidikan formal yang lebih
rendah, karena akan lebih mampu dan mudah memahami arti dan
pentingnya kesehatan serta pemanfaatan pelayanan kesehatan.
4) Pekerjaan
Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan,
status sosial, pendidikan, status ekonomi, resiko cedera atau masalah
kesehatan dalam suatu kelompok populasi. Pekerjaan juga merupakan suatu
determinan resiko dan determinan terpapar yang khusus dalam bidang
pekerjaan tertentu serta merupakan prediktor status kesehatan dan kondisi
5) Sikap dan dukungan petugas kesehatan
Dukungan petugas kesehatan sangat besar pengaruhnya terhadap
penurunan angka kesakitan maupun kematian balita yang menderita
pneumonia. Dimana dukungan petugas kesehatan ini bisa dilakukan pada
masyarakat terutama ibu balita yang anaknya menderita pneumonia supaya
diberikan penyuluhan kesehatan tentang pencegahan dan perawatan pada
balita dengan pneumonia, sehingga diharapkan keluarga lebih mengerti dan
termotivasi untuk melakukan tindakan pencegahan dan perawatan pada
balita dengan pneumonia, sehingga diharapkan dapat mengurangi resiko
terjadinya pneumonia pada balita (Direktorat Jenderal P2PL, 2006).
6) Status Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan
dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan prestasinya dan hak –
hak serta kewajiban dalam hubungannya dengan sumber daya (Soerjono,
2002). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendapatan orang tua
adalah penghasilan berupa uang yang diterima sebagai balas jasa dari
kegiatan baik dari sektor formal dan informal selama satu bulan dalam
satuan rupiah.
Besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk akan
berbeda antara yang satu dengan yang lain, hal ini karena dipengaruhi oleh
keadaan penduduk sendiri dalam melakukan berbagai macam kegiatan
bahwa pendapatan yang diterima oleh penduduk akan dipengaruhi oleh
tinggi pendidikan yang dimilikinya.
Keadaan sosial ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat
dengan berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi disebabkan karena
ketidakmampuan dan ketidaktahuan dalam mengatasi berbagai masalah
yang mereka hadapi. Masalah kemiskinan akan sangat mengurangi
kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan keluarga
mereka terhadap gizi, perumahan dan lingkungan yang sehat, pendidikan
dan kebutuhan – kebutuhan lainnya. Jelas kesemua itu akan dengan mudah
dapat menimbulkan penyakit (Effendy, 1998).
Berdasarkan standar UMR kabupaten Banjarnegara tahun 2011
pendapatan masyarakat Banjarnegara dibagi tiga kategori yaitu tinggi ≥
Rp.785.000, kategori sedang Rp.350.000 – Rp.785.000 dan kategori rendah
< Rp 350.000 (Dinsosnakertrans, 2011).
E. Teori Perilaku
Masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara – negara berkembang
pada dasarnya menyangkut dua aspek: aspek fisik dan non fisik, misalnya
tersedianya sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, sedangkan yang kedua
adalah aspek non fisik yang menyangkut perilaku kesehatan. Faktor perilaku
ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap status kesehatan individu
Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam
pengalamannya serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud
dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan (Sarwono, 1997). Perilaku
kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau
obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman serta lingkungannya (Notoatmodjo, 2003).
Ada beberapa penelitian yang mengaitkan dengan peran keluarga dalam
perilaku mencari bantuan kesehatan. Menurut penelitian D’Souza (2003),
meneliti tentang peran dari perilaku mencari bantuan kesehatan terhadap
kematian anak di perkampungan miskin di Karachi, Pakistan berdasarkan hasil
penelitian bahwa pemilihan pelayanan kesehatan yang tepat oleh keluarga
dapat menentukan apakah anak dapat bertahan hidup atau meninggal akibat
penyakit yang diderita.
Penilaian individu terhadap status kesehatannya ini merupakan salah satu
faktor yang menentukan perilakunya, yaitu perilaku sehat jika dia menganggap
dirinya sehat, dan perilaku sakit jika merasa dirinya sakit (Sarwono,1997).
Menurut Green yang dikutip oleh Sarwono (1997) mengatakan bahwa
kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu
faktor perilaku dan faktor – faktor di luar perilaku. Faktor perilaku ditentukan
oleh tiga kelompok faktor yaitu faktor – faktor predisposisi, pendukung dan
a. Faktor predisposisi (Predisposing factors)
Mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial dan
unsur – unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat. Pada
seseorang dengan pengetahuan rendah dan berdampak pada perilaku
perawatan pada balita pneumonia. Seseorang dengan pengetahuan yang
cukup tentang perilaku perawatan pneumonia dan pencegahan maka
keluarga tersebut akan besikap positif dan menuruti aturan pengobatan
disertai munculnya keyakinan untuk sembuh, tetapi terkadang masih ada
yang percaya dengan pengobatan alternatif bukan medis yang dipengaruhi
oleh kebiasaan masyarakat yang sudah membudaya.
b. Faktor pendukung (Enabling Factors)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat.
Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan diwujudkan dalam
suatu wadah pelayanan kesehatan yang disebut sarana kesehatan. Upaya
penyelenggaraan pelayanan kesehatan pada umumnya dibedakan menjadi
tiga yaitu: sarana pemeliharaan kesehatan primer merupakan sarana yang
paling pertama menyentuh masalah kesehatan di masyarakat. Sarana
pemeliharaan kesehatan sekunder merupakan sarana pelayanan kesehatan
yang menangani kasus yang tidak atau belum ditangani oleh sarana
kesehatan primer karena peralatan atau keahlian belum ada dan sarana
rujukan bagi kasus – kasus yang tidak ditangani oleh sarana pelayanan
kesehatan primer dan pelayanan kesehatan sekunder (Notoatmodjo, 2003).
c. Faktor pendorong (Reinforcing Factors)
Adalah faktor – faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya
perilaku antara lain:
1) Keaktifan petugas dalam memotivasi
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif)
dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan
dan pembangkit tenaga pada seseorang ataupun sekelompok masyarakat
tersebut mau berbuat dan bekerja sama secara optimal melaksanakan
sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan ( Azwar, 1998).
2) Kedisiplinan petugas klinik
Arti disiplin adalah kepatuhan kepada peraturan (tata tertib),
dalam melaksanakan tugasnya petugas kesehatan harus sesuai dengan
mutu pelayanan. Pengertian mutu pelayanan untuk petugas kesehatan
berarti bebas melakukan segala sesuatu secara profesional untuk
meningkatkan derajat kesehatan pasien dan masyarakat sesuai dengan
dan memenuhi standar yang baik (state of the art). Komitmen dan
motivasi petugas tergantung dari kemampuan mereka untuk
melaksanakan tugas mereka dengan cara yang optimal.
F. Kerangka Teori
Gambar 2.1.Kerangka Teori
Kerangka Teori menurut Lawrence Green, 1980 Faktor Predisposisi
• Pengetahuan
• Sikap
• Kepercayaan
• Tradisi
• Norma sosial
Faktor Pendukung Sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
Faktor Pendorong
• Keaktifan petugas dalam memotivasi
• Kedisiplinan petugas klinik
Perilaku keluarga dalam merawat balita
G. Kerangka Konsep
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
Faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga dalam merawat Balita dengan
pneumonia
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: ”Ada hubungan antara faktor
tingkat pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu,
penghasilan keluarga, pengetahuan, sikap, sikap dan dukungan petugas
kesehatan, terhadap kemampuan keluarga dalam merawat balita dengan
pneumonia di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarmangu I Kabupaten
Banjarnegara”.
Variabel Independent
• Tingkat Pendidikan
• Pengetahuan
• Pekerjaan
• Sikap
• Sikap dan Dukungan Petugas Kesehatan.
• Status sosial ekonomi
Variabel Dependent
Kemampuan keluarga dalam merawat balita
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik yang
dilaksanakan dengan survei. Sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah
cross sectional yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara
faktor-faktor risiko dengan efek dimana pada waktu pengukuran atau pengumpulan data
variabel independen dan variabel dependen hanya satu kali dan secara bersama
(Notoatmodjo, 2010).
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2012 di Wilayah Kerja
Puskesmas Banjarmangu I Kabupaten Banjarnegara.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi (universe) adalah keseluruhan dari subjek penelitian yang dapat
terdiri dari manusia, benda – benda, hewan, tumbuh – tumbuhan, gejala –
gejala, nilai – nilai, tes atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki
karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Arikunto,2006).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita yang menderita
222 balita pneumonia di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarmangu I Kabupaten
Banjarnegara sebanyak balita yang berkunjung perbulan ke Puskesmas.
2. Sampel
a. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto,
2006). Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga balita dengan usia 1 – 5
tahun yang menderita pneumonia dan yang pernah berkunjung ke
Puskesmas, pengambilan sampel dilakukan secara Purposive Sampling.
Besar sampel dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan rumus sebagai
berikut: Perhitungan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus
Lameshow (2007), adalah:
Keterangan:
N : besar populasi balita pneumonia sebanyak 222
n : besar sampel
Z : penyimpangan dengan dengan kepercayaan sebesar 95% (Z=1,96)
P : proporsi variabel yang dikehendaki
d : derajat ketepatan yang diinginkan
Dalam penelitian ini dipilih sampel yang memiliki kriteria sebagai
berikut:
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian pada
populasi target dan populasi terjangkau (Sastroasmoro & Ismael, 2011).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
a. Keluarga balita yang terkena pneumonia yang berusia 1 – 5
tahun
b. Keluarga balita yang terkena pneumonia dan bersedia menjadi
responden
c. Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Banjarmangu I
Kabupaten Banjarnegara.
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah: karakteristik umum
subyek penelitian pada populasi target dan populasi terjangkau
(Sastroasmoro & Ismael, 2011). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini
a. Keluarga balita yang usia < 1 dan > 5 tahun yang menderita pneumonia.
b. Keluarga balita yang menderita pneumonia di mana bertempat tinggal
di luar wilayah kerja Puskesmas Banjarmangu.
c. Tidak bersedia menjadi responden.
D. Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas (Variable Independent)
Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel dependen(terikat). Variabel independen dalam penelitian
ini adalah : Faktor tingkat pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ayah,
pekerjaan ibu, penghasilan keluarga, pengetahuan, sikap, sikap dan dukungan
petugas kesehatan terhadap kemampuan perilaku keluarga dalam merawat
balita pneumonia.
2. Variabel terikat (Variable Dependent)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel independen. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah: kemampuan keluarga dalam merawat balita dengan
pneumonia.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mengidentifikasi variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang dapat diamati dari variabel yang didefinisikan tersebut.
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi