• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MERAWAT BALITA DENGAN PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARMANGU I KABUPATEN BANJARNEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MERAWAT BALITA DENGAN PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARMANGU I KABUPATEN BANJARNEGARA"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MERAWAT BALITA DENGAN PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARMANGU I

KABUPATEN BANJARNEGARA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana

Oleh :

SRI SUPARNI

0811020021

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MERAWAT BALITA DENGAN PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS BANJARMANGU I KABUPATEN BANJARNEGARA

SRI SUPARNI 0811020021

Diperiksa dan disetujui oleh:

Pembimbing I

Ns.Dedy Purwito, S.Kep.M.Sc NIK. 2160153

Pembimbing II

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MERAWAT BALITA DENGAN PNEUMONIA DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS BANJARMANGU I KABUPATEN BANJARNEGARA

SRI SUPARNI 0811020021

Telah dipertahankan didepan panitia ujian skripsi

Pada hari Senin tanggal 13 Agustus 2012

SUSUNAN PANITIA UJIAN

Ketua

Ns. Dedy Purwito, S.Kep. M. Sc NIK. 2160153

Sekretaris

Ns. Rakhmat Susilo, S. Kep NIK.2160076

Penguji I

Sodikin, A. Kep.,M. Kes NIK.2160181

Penguji II

Hj. Yulianti Suswari, S. Kp NIK. 2160286

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto

(4)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Sri Suparni

Nim : 0811020021

Program studi : Keperawatan S1

Fakultas/ Universitas : Ilmu Kesehatan / Muhammadiyah Purwokerto

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya

dan bukan hasil penjiplakan dari hasil karya orang lain. Demikian pernyataan ini

saya buat, apabila kelak dikemudian hari terbukti ada unsur penjiplakan, maka

saya bersedia mempertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Purwokerto, Agustus 2012

Yang menyatakan,

(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

• Skripsi ini aku persembahkan untuk Ayah dan Ibuku tercinta. Terima kasih yang tiada terbatas atas cinta & kasih sayang yang telah kalian curahkan ... doa, perhatian, dukungan mental, spiritual dan material yang tiada kalian perhitungkan. Semoga Beliau selalu diberi kesehatan, keselamatan & Lindungan Allah SWT . Amin ...

• Untuk Nenek dan Kakek tersayang .. yang selalu mendoakanku dan

mendukung disetiap langkah baikku. Semoga Allah memberikan kesehatan dan keselamatan Dunia & Akhirat. Amin...

• Adik-adikku tercinta & tersayang (Dwi dan Dhamytha) yang selalu memberikan kelancaran dalam proses penelitian. Terima kasih atas doa, motivasi dan bantuan yang telah kalian berikan. Semoga kalian menjadi anak yang sholih n sholihah, tercapai apa yang menjadi cita-cita kalian. Amien...

• Terima kasih buat orang yang telah memberikan aku semangat lagi untuk menjalani hidup ini, yang selalu menyempatkan waktu disela kerjamu buat mendengarkan curahan hatiku, belajar, menghibur aku dikala aku sedih, memberi semangat disaat aku rapuh dan selalu memotivasi utk cepat terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah memberi apa yang terbaik buatmu ... Amin.

• Sahabat-sahabat kost tersayang (Mba Nur, Nurul, Ani, Pipiet, Nining, Tari) dan sahabat2ku seperjuangan 2008. Terimakasih atas motivasi dan bantuan kalian. Semoga Allah selalu melindungi kalian...

(6)

MOTTO

Pada awalnya semua orang bangga dengan pilihannya, tapi pada akhirnya tidak semua orang setia pada pilihannya. Saat ia sadar bahwa yang dipilih mungkin tidak sepenuhnya seperti yang diimpikannya karena yang tersulit dalam hidup ini bukanlah memilih, tapi bertahan pada pilihan. Sedikit waktu mungkin sudah cukup untuk menentukan pilihan. Tapi untuk bertahan pada pilihan tersebut, mungkin harus menghabiskan sisa usia yang dimiliki. Seperti itulah satu kata yang begitu mudah diucapkan, tapi begitu keras usaha untuk mengamalkannya.

Hidup yang baik....

Ketika kita bisa mensyukuri apa yang kita peroleh... Ketika kita bisa berbagi dikala kesempitan...Ketika kita bisa tersenyum disaat cobaan datang...Ketika kita bisa memaafkan walaupun sangat menyakitkan...Ketika kita tetap peduli sedangkan yang lain lengah.

Hidup yang indah itu...

Bukan disaat semua impian terwujud...Tapi keindahannya terletak pada ketulusan dan kesungguhan hati dalam menjalaninya...Karena itu.. kita tidak hanya melihat akhir dari suatu impian...Tapi renungkanlah proses pencapaian...Karena disanalah terletak keindahan hidup.

Percayalah,,, jika Allah tidak pernah memberikan

(7)

ABSTRAK

Latar belakang :Angka kesakitan dan kematian akibat pneumonia pada balita masih cukup tinggi terutama di Indonesia, sebagian besar penderitanya anak usia 1 – 5 tahun. Salah satu penyebabnya adalah kemampuan keluarga dalam merawat balita penderita pneumonia.Pengetahuan, sikap dan tindakan yang baik dari ibu diharapkan pencegahan penyakit pneumonia dapat terlaksana dengan baik.

Tujuan : Mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi kemampuan keluarga dalam merawat balita dengan pneumonia diPuskesmas Banjarmangu I Kabupaten Banjarnegara.

Metode penelitian :Penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.Purposive sampling teknik pengambilan sampel, sampel penelitian 67 responden yaitu ibu yang mempunyai balita yang berumur 1 – 5 tahun yang tinggal diwilayahkerja Puskesmas Banjarmangu I Kabupaten Banjarnegara.Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square dan untuk mengetahui faktor yang paling dominan menggunakan regresi logistik berganda.

Hasil : Menunjukan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu ( p = 0,031), pekerjaan ibu ( p = 0,019), penghasilan keluarga ( p = 0,027), pengetahuan ( p = 0,036), sikap ( p = 0,029), sikap dan dukungan petugas kesehatan ( p = 0,040). Hasil uji statistik menunjukan bahwa tidak ada hubungan pekerjaan ayah ( p = 0,825), pendidikan ayah ( p = 0,590). Pekerjaan ibu merupakan variabel yang paling dominan terhadap kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia (OR= 3,579;95%CI= 0,779- 16,445).

Kesimpulan :Pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, sikap dan dukungan petugas kesehatan menunjukkan ada hubungan dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia di Puskesmas Banjarmangu I. Pekerjaan ibu merupakan faktor paling dominan terhadap kemampuan keluarga dalam merawat balita pneumonia di Puskesmas Banjarmangu I.

(8)

ABSTRACT

Background: Number of illness and mortality because of pneumonia in children still high enough, especially in Indonesia. Many of sufferers are the children around 1-5 years old. One of the causes is the family ability to treat the children who got pneumonia, with knowledge, behavior and good action from mother is hoped the prevention of the pneumonia disease can be hold in a good way.

Objective: To know the dominant factor which influence family’s ability when threat the children who got pneumonia in Banjarmangu health center community, Banjarnegara.

Research methodology: This research uses analytic-descriptive methodology with cross sectional approach. Purposive sampling, the sample of this research is 67 respondents such as mother who has the children around 1-5 years old who live in Banjarmangu health center community, Banjarnegara. Statistic experiment which is used is Chi square and to know the dominant factor use regresi logistik berganda.

Result: Showing the significant relationship between mother’s education (p:0,031), mother’s job(0,019) and family income (p:0,027) knowledge (p:0,036), behavior (p:0,029). Behavior and support from medic p(0,040). From statistic result showing that there is no relationship between father’s job and father’s knowledge. Mother’s job is dominant variable to the family ability when treating children who got pneumonia.

Conclusion: Education, job knowledge, behavior, behavior and support from medic show that there is a relationship among family ability in treating children who got pneumonia in Banjarmangu health center community, Banjarnegara. Mother’s job is the dominant factor which influence with the family ability in treating children who got pneumonia in Banjarmangu health center community, Banjarnegara.

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan Rahmat dan HidayahNya kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Faktor yang mempengaruhi

kemampuan keluarga dalam merawat balita dengan pneumonia di wilayah kerja

Puskesmas Banjarmangu I Kabupaten Banjarnegara”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis masih banyak kekurangan dan

kesulitan, namun berkat bimbingan dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat

terselesaikan. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada:

1. Dr.Syamsuhadi Irsyad, SH.,MH., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Purwokerto yang telah membuat keputusan dalam penulisan skripsi ini.

2. Ns.Dedy Purwito,S.Kep.,M.Sc., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang telah menyetujui penulisan

skripsi ini, dan sekaligus selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan

waktu bimbingan, saran dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ns. SitiNurjanah, S.Kep., M.Kep., selaku ketua Program Studi Keperawatan

S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

4. Ns. Rakhmat Susilo, S.Kep., selaku dosen pembimbing II yang telah

(10)

5. Sodikin, M.Kes,selaku dosen penguji I yang telah memberikan saran dan

pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Hj. Yulianti Suswari, S.Kp selaku dosen penguji II yang telah memberikan

saran dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan staf Akademik Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Purwokerto.

8. Seluruh staf laboratorium Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Purwokerto yang telah memberikan keterampilan dan

kedisiplinan didalam praktek di laboratorium.

9. Kepala Puskesmas Banjarmangu I yang sudah memberikan izin untuk

penelitian di Puskesmas yang beliau pimpin.

10.Semua staf Puskesmas Banjarmangu I yang sudah membantu dalam

penyusunan skripsi ini

11.Seluruh masyarakat Kecamatan Banjarmangu yang berkenan menjadi

responden dalam penelitian ini.

12.Ayah, ibu dan Adik- adik tercinta yang selalu memberi semangat dan

dukungan baik moral, material dan spiritual.

13.Sahabat-sahabat seperjuangan 2008 (Pipiet dan semuanya yang tidak bisa

disebutkan satu persatu) tetap semangat dan sukses dan tetap jaga tali

silaturahmi.

14.Teman-teman angkatan 2008-2012 Fakultas Ilmu Kesehatan UMP yang tidak

(11)

15.Staf pengajar program Studi Ilmu Kesehatan dan Perpustakaan kampus I dan

II yang telah menyediakan buku-buku literatur, demi kelancaran dalam

pebuatan skripsi ini.

16. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, semoga Allah

SWT memberikan imbalan yang sesuai, Amin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena

faktor keterbatasan yang ada dalam diri penulis, oleh sebab itu penulis mohon

saran dan kritik yang membangun dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak. Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat-Nya kepada

mereka.

Purwokerto, Agustus 2012

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... . iii

SURAT PERNYATAAN ... . iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... . v

MOTTO ... . vi

ABSTRAK ... . vii

ABSTRACT ... .. viii

KATA PENGANTAR ... . ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I :PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

(13)

A. Pneumonia ... 9

1. Definisi Pneumonia ... 9

2. Etiologi/Faktor Penyebab ... 10

3. Faktor Resiko Pneumonia ... 12

4. Klasifikasi Pneumonia... 13

5. Tanda dan Gejala Pneumonia ... 15

6. Cara Penularan... ... 15

7. Pencegahan pneumonia... 16

8. Diagnosis Pneumonia... ... 16

9. Perawatan Pneumonia ... 17

B. Konsep Keluarga……….. 18

1. Pengertian keluarga………. 18

2. Fungsi keluarga………... 19

C. Pelaksanaan Fungsi Perawatan Keluarga... 21

1. Pengertian Perawatan Keluarga... 21

2. Fungsi Perawatan Keluarga... 23

3.Tugas Pelaksanaan Perawatan Kesehatan Keluarga .... 23

D. Tinjauan Umum Tentang Variabel Penelitian... 26

1. Pengetahuan ... .... 26

2. Sikap ... .... 29

3. Pendidikan ... ... 30

4. Pekerjaan ... ... 30

(14)

6. Status Sosial Ekonomi... . 31

E. Teori Perilaku... 32

F. Kerangka Teori... .... 36

G. Kerangka Konsep... ... 37

H. Hipotesis Penelitian... 37

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 38

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 38

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

D. Identifikasi Variabel Penelitian... . 41

E. Definisi Operasional... 41

F. Pengumpulan Data ... 44

G. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 45

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 48

I. Etika Penelitian... 51

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian ... 52

1. Analisa Univariat ... 52

2. Analisa Bivariat ... 54

3. Analisa Multivariat ... . 58

B. Pembahasan ... 60

C. Kelemahan Penelitian... 72

(15)

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian ... 42

Tabel 3.2 Sebaran kuesioner ... 45

Tabel 4.1 Karakteristik Responden ... 53

Tabel 4.2 Analisa Bivariat... 54

Tabel 4.3 Variabel penting yang masuk uji logistik ganda ... 58

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1

Gambar 2.2

Kerangka Teori

Kerangka Konsep

...

...

36

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 2

Lampian 3

Lampiran 4

Lampiran 5

Lampiran 6

Lampiran 7

Lampiran 8

Informed Consent

Kuesioner Penelitian

Uji Validitas dan Reabilitas

Analisis Univariat

Analisis Bivariat

Analisis Multivariat

Surat izin Penelitian

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang

serius terutama pada anak usia 1- 5 tahun dan merupakan penyebab kematian anak

di negara berkembang. ISPA yang tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan

yang baik akan menjadi infeksi saluran pernafasan bawah atau pneumonia sering

terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan kombinasi

dengan keadaan lingkungan yang tidak higiene dan merupakan penyebab

kematian paling sering pada anak (Direktorat Jenderal P2M&PL, 2006).

Pneumonia merupakan salah satu bentuk infeksi saluran nafas bagian bawah

akut (ISNBA) yang tersering. Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai

parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius,

dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran udara

setempat ( Dahlan, 2007).

Berdasarkan data WHO proporsi penyebab kematian anak-balita di Negara

berkembang adalah pneumonia 19%, diare 17%, malaria 8% dan campak 4%. Jika

digabungkan, di seluruh dunia pneumonia menyebabkan hampir satu pertiga atau

29% kematian anak dibawah usia 5 tahun (Said, M, 2010).

Di Indonesia menurut laporan survei mortalitas subdit ISPA pada tahun 2005 di 10

provinsi diketahui bahwa 22,3% dari seluruh kematian bayi diakibatkan oleh pneumonia

(19)

sebesar 23,8% dan pada anak balita sebesar 15,5%. Kedua data tersebut menunjukkan

bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian balita utama di Indonesia (Direktorat

Jenderal P2PL, 2006).

Pada tahun 2006, cakupan penemuan pneumonia balita di Jawa Tengah

mencapai 26,62%. Angka tersebut mengalami penurunan pada tahun 2007 yaitu

menjadi 24, 29% dan pada tahun 2008 juga mengalami penurunan menjadi

23,63%. Angka ini sangat jauh dari target SPM tahun 2010 sebesar 100% (Dinkes

Jawa Tengah,2008).

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2010 jumlah

kasus pneumonia mencapai 14,40%, sementara pada tahun 2011 jumlah kasus

pneumonia mencapai 10,67% (Dinkes Banjarnegara, 2011). Data tersebut

diantaranya 35 Puskesmas yang ada di Kabupaten Banjarnegara. Tercatat di

Puskesmas Banjarmangu I tahun 2010 menyebutkan bahwa sebanyak 17,24%

kasus pneumonia balita, tahun 2011 mencapai 18,57% kasus pneumonia balita

dan tahun 2012 pada bulan Januari sampai bulan April mencapai 9,22% kasus

balita pneumonia ( Puskesmas Banjarmangu I, 2011).

Berdasarkan Lokakarya Nasional III tahun 1990, Program Pengendalian

Penyakit ISPA telah memfokuskan diri pada penanganan pneumonia pada anak

dan membagi penatalaksanaan penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia

dan bukan pneumonia. Salah satu jenis ISPA yang menjadi pembunuh utama

balita di dunia adalah pneumonia (Direktorat Jenderal P2PL, 2009).

Untuk mewujudkan perawatan secara optimal bagi penderita juga diperlukan

(20)

pada anak dan keluarganya (Nelson, 2002). Makin tinggi pendidikan seseorang

makin mudah menerima informasi, sehingga banyak pula pengetahuan yang

dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan

sikap seseorang terhadap perubahan hidup sehat (Notoatmodjo, 2005), sedangkan

menurut Effendy (2002) dalam hal ini bila semakin tinggi tingkat pengetahuan,

maka ibu akan dapat memilih alternatif yang terbaik bagi anaknya dan cenderung

memperhatikan hal-hal yang penting tentang perawatan anaknya.

Dampak bila ibu tidak memberikan perawatan yang baik pada balitanya akan

memperberat penyakitnya yaitu menjadi pneumonia berat sehingga saat di bawa

ke rumah sakit keadaannya sudah semakin memburuk. Dampak lainnya yaitu

berat badan balita menurun, demam tidak berkurang dan nafsu makan berkurang.

Salah satu kriteria keberhasilan perawatan di rumah adalah bila saat 2 hari

kemudian pernafasannya membaik (melambat), demam berkurang dan nafsu

makan membaik dan pemberian antibiotik selama 5 hari (WHO, 2009).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 10 ibu yang

berkunjung ke puskesmas tentang cara perawatan balita sakit, 4 ibu menjawab

tidak memberikan kompres air hangat unuk menurunkan demam, 10 ibu tidak

tahu balita harus diberikan banyak minum, 2 ibu tidak tahu bahwa penyakit

pneumonia menular sehingga tidak melakukan upaya pencegahan.

Penanganan penyakit pneumonia yang tepat di rumah oleh orang tua dapat

mengurangi tingkat keparahan dan mengurangi kematian balita akibat pneumonia.

(21)

memberikan makanan bergizi, pemberian cairan, kompres saat demam dan

membersihkan jalan nafas (Kemenkes, 2010).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan kejadian pneumonia di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarmangu

I Kabupaten Banjarnegara bahwa terdapat kasus pneumonia balita usia 1 – 5 tahun

tercatat 222 kasus. Dari pemaparan informasi diatas bahwa kejadian pneumonia

merupakan penyakit yang sering menyerang pada balita. Maka peneliti tertarik

untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan keluarga dalam

merawat balita dengan pneumonia.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

“Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga

dalam merawat balita dengan pneumonia di Wilayah Kerja Puskesmas

Banjarmangu I Kabupaten Banjarnegara.

2. Tujuan Khusus

a. Memperoleh gambaran tentang pendidikan, status ekonomi, pengetahuan,

pekerjaan, perilaku keluarga, sikap, serta sikap dan dukungan petugas

kesehatan terhadap kemampuan keluarga dalam merawat balita dengan

pneumonia.

b. Mengetahui hubungan antara faktor pendidikan, status ekonomi

(22)

kesehatan dengan kemampuan keluarga dalam merawat balita dengan

pneumonia.

c. Menganalisis faktor dominan yang mempengaruhi kemampuan keluarga

dalam merawat balita dengan pneumonia.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai proses dalam menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dengan

cara mengaplikasikan ilmu dan teori – teori yang diperolehnya dalam masa

perkuliahan serta mendapatkan pengalaman nyata dalam menganalisis sebagai

penelitian pemula terhadap faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga

dalam merawat balita dengan pneumonia.

2. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan

Memberikan gambaran secara umum tentang faktor yang mempengaruhi

keluarga didalam merawat balita dengan pneumonia, sehingga pelayanan

kesehatan dapat menentukan kebijakan kesehatan selanjutnya terhadap

pelaksanaan kesehatan keluarga. Pelayanan kesehatan terutama di Puskesmas

Banjarmangu I Kabupaten Banjarnegara diharapkan dapat melakukan

pendekatan pada keluarga dengan balita pneumonia melalui penyuluhan

kesehatan dan pencegahan serta penanganan dan perawatan balita pneumonia.

3. Bagi Keluarga dan Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat terutama keluarga tentang faktor

(23)

pneumonia, sehingga keluarga dapat merubah perilakunya menjadi lebih sehat

dan dapat mengambil keputusan dengan cepat apabila balitanya menderita

tanda gejala pneumonia serta meningkatkan status kesehatan keluarganya.

4. Bagi Ilmu Keperawatan

Meningkatkan khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang keperawatan

komunitas dan dapat dijadikan sumber penelitian selanjutnya.

E. Penelitian Terkait

Pada penelitian sebelumnya terdapat penelitian yang mendukung penelitian

ini, Nurhidayah, Fatimah, & Rakhmawati (2008), dengan judul Upaya

Keluarga dalam pencegahan dan perawatan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan

Akut) di rumah pada balita di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya,

metode penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif, sampel dalam penelitian

ini adalah 42 responden dengan teknik pengambilan sampel dengan purposive

sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa (14,28%) responden memiliki

upaya yang buruk dalam melakukan pencegahan infeksi saluran pernafasan

akut (ISPA).

Perbedaan dengan yang diteliti terletak pada tempat penelitian, jenis

penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dan desain penelitian cross

sectional, disini peneliti akan meneliti di daerah dataran tinggi yaitu di

Puskesmas Banjarmangu I. Variabelnya yang akan diteliti faktor yang

(24)

Afifah, & Djaja (2001) Determinan perilaku pencarian pengobatan

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita. Penelitian deskriptif

dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ibu yang memilki anak

balita penderita ISPA. Teknik pengambilan sampel secara accidental. Metode

analisis adalah deskriptif dan analitis dengan regresi logistik sederhana. Hasil

penelitian menunjukan bahwa dari 83.656 bayi dan anak dibawah lima tahun,

47, 1% melakukan perawatan diri, 66,3% pergi ke fasilitas kesehatan dan 0,7%

memilih penyembuhan tradisional (dukun). Hampir sepertiga (28,5%) dari ibu

memilih pusat kesehatan (puskesmas), 14,7% memilih praktek swasta dokter

dan 14,5% memilih praktek paramedis swasta. Ibu dengan tingkat pendidikan

rendah lebih suka pergi ke dukun. Analisa regresi logistik ganda menunjukan

bahwa perilaku pencarian pengobatan ISPA ibu dari bayi.

Perbedaannya terletak pada pengambilan sampel menggunakan

Purposive Sampling. Variabel bebas dan terikatnya yang akan di teliti serta

tempat penelitian.

Machmud (2009) Pengaruh kemiskinan keluarga pada kejadian

pneumonia Balita di Indonesia. Metode survei rumah tangga yang mengukur

berbagai faktor pada level rumah tangga dan level individu serta survei institusi

yang mengatur faktor kinerja program pada level kabupaten. Perkiraan besar

sampel menggunakan Multistage Cluster dengan probabilitas proportionate to

the size dari populasi tiap cluster. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa

(25)

pneumonia balita, yang berarti rumah tangga miskin akan lebih besar terkena

pneumonia.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan pada variabel yang

diteliti, penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian deskriptif analitik

dengan menggunakan pendekatan cross sectional dengan teknik pengambilan

sampel menggunakan purposive sampling. Analisa datanya menggunakan

regresi logistik.

Yamin, Susanti, & Sulastri (2008) Kebiasaan ibu dalam pencegahan

primer penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) pada Balita Keluarga

Non Gakin di Desa Nanjung Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Nanjung Mekar

Kabupaten Bandung. Jenis penelitian ini deskriptif dengan teknik sampling

yang digunakan Proportionate Stratified Random Sampling dengan jumlah

sampel 87 orang. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kebiasaan ibu dalam

pencegahan primer penyakit ISPA pada balita keluarga non gakin sebagian

besar (55,17%) memiliki kebiasaan baik, dan hampir setengahnya (44,83%)

tidak baik. Pada subvariabel pemenuhan nutrisi dan istirahat sebagian besar

responden (59,77%) memiliki kategori baik, menciptakan rumah yang sehat

setengahnya responden (50,57%) memiliki kategori tidak baik, kebersihan diri

(personal hygiene) sebagian besar responden (64,37%) memiliki kategori baik,

mencari informasi tentang ISPA sebagian besar responden (52,87%) memiliki

kategori baik.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan ini terletak pada

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pneumonia

1. Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru – paru (alveoli) dan

mempunyai gejala batuk, sesak nafas, ronki dan infiltrat pada foto rontgen. Terjadinya

pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada

bronkhus yang disebut BronkoPneumonia (Direktorat Jenderal P2PL, 2009).

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru – paru (alveoli).

Selain gambaran umum diatas, pneumonia dapat dikenali berdasarkan pedoman tanda –

tanda klinis lainnya dan pemeriksaan penunjang (Rontgen, Laboratorium) (Wilson,

2006).

Pneumonia adalah salah satu bentuk infeksi saluran nafas bawah akut (ISNBA)

yang tersering. Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal

dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta

menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran udara setempat

(Dahlan, 2007).

Jadi pneumonia pada balita adalah infeksi saluran pernafasan bawah akut

yang sering menyerang balita pada usia 1- 5 tahun yang sangat beresiko

menyerang jaringan paru – paru (alveoli). Selain itu juga biasanya ditandai

dengan gejala batuk - pilek, sesak nafas yang sangat berbahaya apabila tidak

(27)

Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran

napas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil,

suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40 derajat Celcius, sesak napas, nyeri

dada dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga

hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut,

kurang nafsu makan, dan sakit kepala.

Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri)

dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain seperti aspirasi dan radiasi. Di

negara berkembang, pneumonia pada anak terutama disebabkan oleh bakteri.

Bakteri yang sering menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus

pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Staphylococcus aureus (Said,

2008).

2. Etiologi Pneumonia

Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh

bakteri, virus mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan

protozoa (Djojodibroto, 2009).

a. Bakteri

Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi

sampai usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling

umum adalah Streptococcus pneumonia sudah ada di kerongkongan

manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau

malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan

(28)

berkeringat, napas terengah-engah dan denyut jantungnya meningkat

cepat.

b. Virus

Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh

virus.Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory

Syncial Virus (RSV). Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang

saluran pernapasan bagian atas, pada balita gangguan ini bisa memicu

pneumonia. Tetapi pada umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini

tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi

bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa berat dan kadang

menyebabkan kematian.

c. Mikroplasma

Mikroplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan

penyakit pada manusia. Mikroplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai

virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia

yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikroplasma

menyerang segala jenis usia, tetapi paling sering pada anak pria remaja dan

usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak

diobati.

d. Protozoa

Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia

pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii

(29)

yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa

minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan

hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada jaringan

paru atau spesimen yang berasal dari paru.

3. Faktor Risiko Pneumonia

Hasil penelitian dari berbagai Negara termasuk Indonesia dan berbagai

publikasi ilmiah dilaporkan faktor risiko baik yang meningkatkan insiden

(morbiditas) maupun kematian (mortalitas) akibat pneumonia (Direktorat

Jenderal P2PL, 2009) adalah:

a. Faktor risiko yang meningkatkan insiden pneumonia meliputi:

1) Faktor risiko pasti (definite): malnutrisi, BBLR, tidak ASI Eksklusif,

tidak dapat imunisasi campak, polusi udara dalam rumah dan kepadatan.

2) Faktor risiko hampir pasti (likely): asap rokok, defisiensi Zinc,

kemampuan ibu merawat, penyakit penyerta (diare dan asma).

3) Kemungkinan faktor risiko (possible): pendidikan ibu, kelembaban,

udara dingin, defisiensi vitamin A, polusi udara luar, urutan kelahiran

dalam keluarga, kemiskinan.

b. Faktor risiko yang meningkatkan angka kematian pneumonia,

Faktor risiko yang meningkatkan angka kematian pneumonia ini perlu

mendapatkan perhatian kita semua agar upaya penurunan kematian karena

pneumonia dapat dicapai. Faktor risiko ini merupakan gabungan faktor

risiko insidens seperti tersebut diatas ditambah dengan faktor tatalaksana di

(30)

1) Ketersediaan pedoman tatalaksana

2) Ketersediaan tenaga kesehatan terlatih yang memadai

3) Kepatuhan tenaga kesehatan terhadap pedoman

4) Ketersediaan fasilitas yang diperlukan untuk tatalaksana pneumonia

(obat, oksigen, perawatan intensif)

5) Prasarana dan sistem rujukan.

4. Klasifikasi Pneumonia

a. Berdasarkan Umur

1) Kelompok umur < 2 bulan

a) Pneumonia berat

Bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti menyusu

(jika sebelumnya menyusu dengan baik), kejang, rasa kantuk yang

tidak wajar atau sulit bangun, stridor pada anak yang tenang,

mengi, demam (38ºC atau lebih) atau suhu tubuh yang rendah (di

bawah 35,5 ºC), pernapasan cepat 60 kali atau lebih per menit,

penarikan dinding dada berat, sianosis sentral (pada lidah),

serangan apnea, distensi abdomen dan abdomen tegang. Penderita

pneumonia berat juga mungkin disertai tanda-tanda lain seperti :

(1) Napas cuping hidung, hidung kembang kempis waktu

bernafas.

(2) Suara rintihan

(3) Sianosis (Kulit kebiru-biruan karena kekurangan oksigen).

(31)

b) Bukan pneumonia

Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit

dan tidak terdapat tanda pneumonia seperti di atas.

2) Kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun

a) Pneumonia sangat berat

Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis sentral,

tidak dapat minum, adanya penarikan dinding dada, anak kejang

dan sulit dibangunkan.

b) Pneumonia berat

Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi

tidak disertai sianosis sentral dan dapat minum.

c) Pneumonia

Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa

penarikan dinding dada.

d) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)

Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau

penarikan dinding dada.

e) Pneumonia persisten

Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah

diobati selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang kuat dan

antibiotik yang sesuai, biasanya terdapat penarikan dinding dada,

frekuensi pernapasan yang tinggi, dan demam ringan. (WHO,

(32)

5. Gejala Klinis dan Tanda Pneumonia

a. Gejala

Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran

napas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam,

menggigil, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40 derajat Celcius, sesak

napas, nyeri dada dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat

berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala

lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala (Misnadiarly,

2008)

b. Tanda

Menurut Misnadiarly (2008), tanda-tanda penyakit pneumonia pada balita

antara lain :

Batuk nonproduktif , Ingus (nasal discharge), suara napas lemah,

penggunaan otot bantu napas, demam , cyanosis (kebiru-biruan), thorax photo

menujukkan infiltrasi melebar , sakit kepala , kekakuan dan nyeri otot, sesak

napas, menggigil, berkeringat, lelah, terkadang kulit menjadi lembab, dan mual

dan muntah.

6. Cara penularan

Pada umumnya pneumonia termasuk kedalam penyakit menular yang

ditularkan melalui udara.Sumber penularan adalah penderita pneumonia yang

menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk

droplet. Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab

(33)

samping itu terdapat juga cara penularan langsung yaitu melalui percikan

droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara

kepada orang di sekitar penderita, transmisi langsung dapat juga melalui

ciuman, memegang dan menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran

pernapasan penderita (Azwar,2002).

7. Pencegahan Pneumonia

Mengingat pneumonia adalah penyakit beresiko tinggi yang tanda awalnya

sangat mirip dengan flu, alangkah baiknya para orang tua tetap waspada

dengan memperhatikan cara berikut ini (Misnadiarly, 2008).

a. Menghindarkan bayi atau anak dari paparan asap rokok, polusi udara, dan

tempat keramaian yang berpotensi penularan.

b. Menghindarkan bayi atau anak dari kontak dengan penderita ISPA.

c. Membiasakan pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan.

d. Segera berobat jika mendapati anak mengalami panas, batuk, pilek.

Terlebih jika disertai suara serak, sesak nafas, dan adanya tarikan pada otot

diantara rusuk (retraksi).

e. Periksakan kembali jika dalam dua hari belum menampakan perbaikan,

dan segera ke rumah sakit jika kondisi anak memburuk.

f. Imunisasi, untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi

seperti imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus).

8. Diagnosis Pneumonia

Berdasarkan pedoman diagnosis dan tatalaksana pneumonia yang diajukan

(34)

a. Pneumonia sangat berat : bila ada sianosis dan tidak sanggup minum,

harus dirawat di RS dan diberi antibiotik.

b. Pneumonia berat : bila ada retraksi, tanpa sianosis, dan masih sanggup

minum, harus dirawat di RS dan diberi antibiotik.

c. Pneumonia : bila tidak ada retraksi tapi napas cepat :

1) > 60x/menit pada bayi < 2 bulan

2) > 50x/menit pada anak 2 bulan – 1 tahun

3) > 40x/menit pada anak 1 – 5 tahun

Bukan pneumonia : hanya batuk tanpa tanda dan gejala seperti di atas,

tidak perlu dirawat, tidak perlu antibiotik.

9. Perawatan Pneumonia pada balita di Rumah

Perawatan di rumah yang dapat dilakukan pada bayi atau anak balita

yang menderita pneumonia antara lain:

a. Mengatasi demam

Untuk anak usia dua bulan sampai lima tahun, demam dapat diatasi

dengan memberikan kompres air hangat, adalah kompres dengan air suam –

suam kuku atau air hangat (Rudianto, 2010). Suatu prosedur menggunakan

kain atau handuk yang telah dicelupkan pada air hangat. Menurut Anneahira

(2010), adapun manfaat kompres hangat adalah dapat memberikan rasa

(35)

b. Mengatasi batuk

Dianjurkan untuk memberikan obat batuk yang aman misalnya

ramuan tradisional yaitu jeruk nipis setengah sendok teh dicampur dengan

kecap atau madu setengah sendok teh dan diberikan tiga kali sehari.

c. Pemberian makanan

Dianjurkan memberikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit

tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika terjadi

muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.

d. Pemberian minuman

Diusahakan memberikan cairan (air putih, air buah dan sebagainya)

lebih banyak dari biasanya. Hal ini akan membantu mengencerkan dahak,

selain itu kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

B. Konsep Keluarga

1) Pengertian Keluarga

Marilyn M. Friedman (1998) yang menyatakan bahwa keluarga

adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan

keterikatan aturan dan emosional dimana individu mempunyai peran masing

– masing yang merupakan bagian dari keluarga.

Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1978) menjelaskan

bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah

(36)

saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing –

masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

2) Fungsi Keluarga

Fungsi – fungsi dasar keluarga adalah memenuhi kebutuhan –

kebutuhan anggota keluarga dan masyarakat yang lebih luas. Lima fungsi

keluarga menurut Friedman (1998) adalah :

a. Fungsi afektif (affective function)

Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan

basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak

pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap

anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif, perasaan

memiliki, perasaan yang berarti, dan merupakan sumber kasih sayang dan

reinforcement. Hal tersebur dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi

dan berhubungan dalam keluarga. Dengan demikian keluarga yang berhasil

melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat

mengembangkan konsep diri yang positif. Fungsi afektif merupakan sumber

energi yang menentukan kebahagiaan keluarga. Perceraian, kenakalan anak

atau masalah keluarga yang sering timbul sebagai akibat tidak terpenuhinya

(37)

b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (sosialization and social

placement function)

Fungsi ini sebagai tempat untuk melatih anak dan mengembangkan

kemampuannya untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.

Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi

atau hubungan antara anggota keluarga yang ditujukan dalam sosialisasi.

Anggota keluarga belajar tentang disiplin, norma – norma, budaya dan

perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga.

c. Fungsi reproduksi (reproductive function)

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan dan menambah

sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana maka

fungsi ini sedikit terkontrol. Di sisi lain, banyak kelahiran yang tidak

diharapkan atau di luar ikatan perkawinan sehingga lahirnya keluarga baru

dengan satu orang tua.

d. Fungsi ekonomi (economic function)

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan tempat

mengembangkan kemampuan individu untuk meningkatkan penghasilan

dan memenuhi kebutuhan keluarga seperti makan, pakaian dan rumah.

Fungsi ini sukar dipenuhi oleh keluarga dibawah garis kemiskinan.

e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (health care function)

Fungsi ini untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga agar

(38)

memberikan perawatan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.

Bagi tenaga kesehatan keluarga yang profesional, fungsi perawatan

kesehatan merupakan pertimbangan vital dalam pengkajian keluarga.

Untuk menempatkannya dalam perspektif, fungsi ini merupakan salah

satu fungsi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan – kebutuhan fisik seperti

makan, pakaian, tempat tinggal dan perawatan kesehatan. Keluarga

menyediakan makanan, pakaian, perlindungan dan memelihara kesehatan.

Keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.

Keluarga pula yang menentukan kapan anggota keluarga yang terganggu

perlu meminta pertolongan tenaga profesional. Kemampuan keluarga dalam

memberikan asuhan keperawatan mempengaruhi tingkat kesehatan keluarga

dan individu. Tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat – sakit juga

mempengaruhi perilaku keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan

keluarga.

C. Pelaksanaan Fungsi Perawatan Keluarga

1. Pengertian Perawatan Keluarga

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan kesehatan

masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai unit satu kesatuan yang

dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan perawatan sebagai upaya

mencegah penyakit. Sedangkan keluarga adalah sekumpulan orang dengan

ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,

(39)

emosional serta sosial dari anggota keluarga. Keluarga adalah unit

pelayanan kesehatan dan merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang

ada dan tidak ada hubungan secara hukum akan tetapi berperan sebagai

keluarga atau siapapun yang di katakan klien sebagai keluarganya

(Friedman, 1998).

Perawatan keluarga yang komprehensif merupakan suatu proses yang

rumit, sehingga memerlukan suatu pendekatan yang logis dan sistematis

untuk bekerja dengan keluarga dan anggota keluarga. Pendekatan ini disebut

proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan inti dan sari

keperawatan, dimana proses adalah suatu aksi gerak yang dilakukan dengan

sengaja dan sadar dari satu titik ke titik yang lain menuju pencapaian tujuan.

Pada dasarnya, proses keperawatan merupakan suatu proses pemecahan

masalah yang sistematis, yang digunakan ketika bekerja dengan individu,

keluarga, kelompok atau komunitas. Salah satu aspek terpenting dari

keperawatan adalah penekanan pada keluarga. Keluarga bersama dengan

individu, kelompok dan komunitas adalah klien atau resipien keperawatan.

Secara empiris, disadari bahwa kesehatan para anggota keluarga dan

kualitas kesehatan keluarga mempunyai hubungan yang erat. Akan tetapi,

hingga saat ini sangat sedikit yang diberikan perhatian pada keluarga

sebagai obyek dari studi yang sistematis dalam bidang keperawatan

(40)

2. Fungsi Perawatan Keluarga

Fungsi perawatan kesehatan merupakan hal yang penting dalam

pengkajian keluarga. Sejauh mana masing – masing anggota keluarga

melaksanakan fungsinya antara lain termasuk fungsi afektif dalam

menyelesaikan masalah, fungsi sosialisasi dalam melakukan interaksi baik

sesama anggota keluarga maupun dengan orang lain, fungsi kesehatan

seperti yang dikemukakan oleh Friedman antara lain dalam mengenal

masalah, mengambil keputusan, merawat anggota keluarga yang sakit,

memelihara dan memodifikasi lingkungan dan menggunakan sumber di

masyarakat. Fungsi kesehatan keluarga juga mengenai kebiasaan diet

keluarga mempengaruhi status gizi sebagai faktor pendukung, pola istirahat

dan tidur mempengaruhi status ketahanan tubuh, kebiasaan mengkonsumsi

obat atau zat aditif mempengaruhi berhasil atau tidaknya pengobatan, pola

perawatan diri mempengaruhi proses penularan dan higiene seseorang,

lingkungan dan riwayat kesehatan keluarga berpengaruh dalam bertambah

parah atau tidak masalah kesehatan yang dialami keluarga (Friedman,

1998).

3. Tugas Pelaksanaan Perawatan Kesehatan Keluarga

Terdapat beberapa tugas dalam pelaksanaan perawatan kesehatan

keluarga, yaitu (Friedman, 1998) :

a) Mengenal masalah kesehatan keluarga

Mengenal masalah kesehatan keluarga yaitu sejauh mana

(41)

pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan yang mempengaruhi serta

persepsi keluarga terhadap masalah. Dalam hal ini memerlukan data

umum keluarga yaitu nama keluarga, alamat, komposisi keluarga, tipe

keluarga, suku, agama, status sosial ekonomi keluarga dan aktivitas

rekreasi keluarga.

b) Membuat keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat

Mengambil sebuah keputusan kesehatan keluarga merupakan

langkah sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya

masalah, apakah masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah yang

dihadapi, takut akan akibat dari tindakan penyakit, mempunyai sikap

negatif terhadap masalah kesehatan, dapat menjangkau fasilitas yang

ada, kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan mendapat informasi

yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah. Dalam hal ini

yang dikaji berupa akibat dan keputusan keluarga yang diambil.

Perawatan sederhana dengan melakukan cara – cara perawatan yang

sudah dilakukan keluarga dan cara pencegahannya.

c) Merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan

Anggota keluarga mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahui

sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, mengetahui

sumber – sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang

bertanggung jawab, keuangan, fasilitas fisik, psikososial), mengetahui

keberadaan fisik yang diperlukan untuk perawatan dan sikap keluarga

(42)

sederhana sesuai dengan kemampuan, dimana perawatan keluarga yang

biasa dilakukan dan cara pencegahannya seminimal mungkin.

d) Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat

Sejauh mana mengetahui sumber – sumber keluarga yang

dimiliki, keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan,

mengetahui pentingnya higiene sanitasi dan kekompakan antar anggota

keluarga. Dengan memodifikasi lingkungan dapat membantu dalam

melakukan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami masalah

kesehatan, dalam bentuk kebersihan rumah dan menciptakan

kenyamanan agar anak dapat beristirahat dengan tenang tanpa adanya

gangguan dari luar.

e) Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat

Dimana keluarga mengetahui apakah keberadaan fasilitas

kesehatan, memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas

kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan

dan fasilitas tersebut terjangkau oleh keluarga. Dalam memanfaatkan

pelayanan kesehatan, dimana biasa mengunjungi pelayanan kesehatan

yang biasa dikunjungi dan cenderung yang paling dekat misalnya

posyandu, puskesmas maupun Rumah Sakit. Hal ini dilakukan dengan

(43)

D. Tinjauan Umum Tentang Variabel Penelitian

Menurut hasil penelitian yang ada, dapat diketahui bahwa pneumonia

menyerang pada balita maupun bayi usia 1- 5 tahun, dimana pada usia tersebut

tubuh bayi akan mudah terserang penyakit infeksi apabila tidak dirawat

kekebalan tubuhnya dengan baik. Hal ini bisa terjadi apabila keluarga dalam

perawatan balita pneumonia tidak tepat dan bisa mengakibatkan kematian

apabila pengobatan tidak dilakukan dengan baik dan tepat, faktor resiko yang

menyebabkan kemampuan perilaku keluarga dalam melakukan perawatan

balita pneumonia (Sarwono, 1997) adalah:

1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjaadi

melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Menurut penelitian Rogers (1974)

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru

(berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,

yakni:

a) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut, disini

(44)

c) Evaluation (menimbang - nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa

yang dikehendaki oleh stimulus.

e) Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Menurut

Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa pengetahuan yang dicakup dalam

domain kognitif mempunyai enam tingkat yaitu:

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap sebagai suatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu”

ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan menginterpretasi materi tersebut secara

(45)

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini

dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen – komponen, tetapi masih didalam suatu struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi- formulais yang ada.

f) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

suatu materi atau objek sesuai kriteria – kriteria yang ada. Pengukuran

pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau lewat angket atau

kuesioner yang menyatakan tentang suatu materi ingin di ukur dengan

(46)

menurut Notoatmodjo (2003) dapat dikategorikan menjadi 4 (empat),

yaitu:

(1) Pengetahuan baik : 61 – 100%

(2) Pengetahuan cukup baik : 31 – 60%

(3) Pengetahuan tidak baik : 0 – 30%

Pengetahuan ibu tentang pneumonia dapat diperoleh baik dari

pengalaman sendiri maupun dari pengalaman orang lain. Pengetahuan yang

mencakup cara mengenal pneumonia dan pengelolaan pneumonia akan

berpengaruh menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat

penyakit pneumonia.

2) Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap stimulus atau obyek. Sikap mengandung tiga komponen

yang membentuk struktur sikap yaitu komponen kognitif (komponen

perseptual) yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, keyakinan.

Komponen afektif (komponen emosional dan komponen konaktif,

komponen perilaku atau action component).

Sikap menggambarkan suka atau tidak sukanya seseorang pada suatu

obyek, yang sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman

orang lain. Sikap yang positif terhadap nilai – nilai kesehatan terutama yag

berkaitan dengan pneumonia, diharapkan terwujud dalam suatu tindakan

yang mendukung hidup sehat yang dapat menurunkan kesakitan dan

(47)

3) Pendidikan

Pendidikan merupakan proses seseorang mengembangkan

kemampuan, sikap dan bentuk – bentuk tingkah laku lainnya didalam

masyarakat, proses sosial yakni orang dihadapkan pada pengaruh

lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari

sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan

kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal. Pendidikan

terbagi dalam ruang lingkup yang meliputi pendidikan formal, informal dan

non formal.

Notoatmodjo yang dikutip Alimin (2003), menyatakan bahwa orang

dengan pendidikan formal lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang

lebih tinggi dibanding orang dengan tingkat pendidikan formal yang lebih

rendah, karena akan lebih mampu dan mudah memahami arti dan

pentingnya kesehatan serta pemanfaatan pelayanan kesehatan.

4) Pekerjaan

Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan,

status sosial, pendidikan, status ekonomi, resiko cedera atau masalah

kesehatan dalam suatu kelompok populasi. Pekerjaan juga merupakan suatu

determinan resiko dan determinan terpapar yang khusus dalam bidang

pekerjaan tertentu serta merupakan prediktor status kesehatan dan kondisi

(48)

5) Sikap dan dukungan petugas kesehatan

Dukungan petugas kesehatan sangat besar pengaruhnya terhadap

penurunan angka kesakitan maupun kematian balita yang menderita

pneumonia. Dimana dukungan petugas kesehatan ini bisa dilakukan pada

masyarakat terutama ibu balita yang anaknya menderita pneumonia supaya

diberikan penyuluhan kesehatan tentang pencegahan dan perawatan pada

balita dengan pneumonia, sehingga diharapkan keluarga lebih mengerti dan

termotivasi untuk melakukan tindakan pencegahan dan perawatan pada

balita dengan pneumonia, sehingga diharapkan dapat mengurangi resiko

terjadinya pneumonia pada balita (Direktorat Jenderal P2PL, 2006).

6) Status Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan

dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan prestasinya dan hak –

hak serta kewajiban dalam hubungannya dengan sumber daya (Soerjono,

2002). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendapatan orang tua

adalah penghasilan berupa uang yang diterima sebagai balas jasa dari

kegiatan baik dari sektor formal dan informal selama satu bulan dalam

satuan rupiah.

Besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk akan

berbeda antara yang satu dengan yang lain, hal ini karena dipengaruhi oleh

keadaan penduduk sendiri dalam melakukan berbagai macam kegiatan

(49)

bahwa pendapatan yang diterima oleh penduduk akan dipengaruhi oleh

tinggi pendidikan yang dimilikinya.

Keadaan sosial ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat

dengan berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi disebabkan karena

ketidakmampuan dan ketidaktahuan dalam mengatasi berbagai masalah

yang mereka hadapi. Masalah kemiskinan akan sangat mengurangi

kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan keluarga

mereka terhadap gizi, perumahan dan lingkungan yang sehat, pendidikan

dan kebutuhan – kebutuhan lainnya. Jelas kesemua itu akan dengan mudah

dapat menimbulkan penyakit (Effendy, 1998).

Berdasarkan standar UMR kabupaten Banjarnegara tahun 2011

pendapatan masyarakat Banjarnegara dibagi tiga kategori yaitu tinggi ≥

Rp.785.000, kategori sedang Rp.350.000 – Rp.785.000 dan kategori rendah

< Rp 350.000 (Dinsosnakertrans, 2011).

E. Teori Perilaku

Masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara – negara berkembang

pada dasarnya menyangkut dua aspek: aspek fisik dan non fisik, misalnya

tersedianya sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, sedangkan yang kedua

adalah aspek non fisik yang menyangkut perilaku kesehatan. Faktor perilaku

ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap status kesehatan individu

(50)

Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam

pengalamannya serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud

dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan (Sarwono, 1997). Perilaku

kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau

obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan dan minuman serta lingkungannya (Notoatmodjo, 2003).

Ada beberapa penelitian yang mengaitkan dengan peran keluarga dalam

perilaku mencari bantuan kesehatan. Menurut penelitian D’Souza (2003),

meneliti tentang peran dari perilaku mencari bantuan kesehatan terhadap

kematian anak di perkampungan miskin di Karachi, Pakistan berdasarkan hasil

penelitian bahwa pemilihan pelayanan kesehatan yang tepat oleh keluarga

dapat menentukan apakah anak dapat bertahan hidup atau meninggal akibat

penyakit yang diderita.

Penilaian individu terhadap status kesehatannya ini merupakan salah satu

faktor yang menentukan perilakunya, yaitu perilaku sehat jika dia menganggap

dirinya sehat, dan perilaku sakit jika merasa dirinya sakit (Sarwono,1997).

Menurut Green yang dikutip oleh Sarwono (1997) mengatakan bahwa

kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu

faktor perilaku dan faktor – faktor di luar perilaku. Faktor perilaku ditentukan

oleh tiga kelompok faktor yaitu faktor – faktor predisposisi, pendukung dan

(51)

a. Faktor predisposisi (Predisposing factors)

Mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial dan

unsur – unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat. Pada

seseorang dengan pengetahuan rendah dan berdampak pada perilaku

perawatan pada balita pneumonia. Seseorang dengan pengetahuan yang

cukup tentang perilaku perawatan pneumonia dan pencegahan maka

keluarga tersebut akan besikap positif dan menuruti aturan pengobatan

disertai munculnya keyakinan untuk sembuh, tetapi terkadang masih ada

yang percaya dengan pengobatan alternatif bukan medis yang dipengaruhi

oleh kebiasaan masyarakat yang sudah membudaya.

b. Faktor pendukung (Enabling Factors)

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat.

Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan diwujudkan dalam

suatu wadah pelayanan kesehatan yang disebut sarana kesehatan. Upaya

penyelenggaraan pelayanan kesehatan pada umumnya dibedakan menjadi

tiga yaitu: sarana pemeliharaan kesehatan primer merupakan sarana yang

paling pertama menyentuh masalah kesehatan di masyarakat. Sarana

pemeliharaan kesehatan sekunder merupakan sarana pelayanan kesehatan

yang menangani kasus yang tidak atau belum ditangani oleh sarana

kesehatan primer karena peralatan atau keahlian belum ada dan sarana

(52)

rujukan bagi kasus – kasus yang tidak ditangani oleh sarana pelayanan

kesehatan primer dan pelayanan kesehatan sekunder (Notoatmodjo, 2003).

c. Faktor pendorong (Reinforcing Factors)

Adalah faktor – faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya

perilaku antara lain:

1) Keaktifan petugas dalam memotivasi

Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi

masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan

pemeliharaan, peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif)

dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara

menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

Motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan

dan pembangkit tenaga pada seseorang ataupun sekelompok masyarakat

tersebut mau berbuat dan bekerja sama secara optimal melaksanakan

sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan ( Azwar, 1998).

2) Kedisiplinan petugas klinik

Arti disiplin adalah kepatuhan kepada peraturan (tata tertib),

dalam melaksanakan tugasnya petugas kesehatan harus sesuai dengan

mutu pelayanan. Pengertian mutu pelayanan untuk petugas kesehatan

berarti bebas melakukan segala sesuatu secara profesional untuk

meningkatkan derajat kesehatan pasien dan masyarakat sesuai dengan

(53)

dan memenuhi standar yang baik (state of the art). Komitmen dan

motivasi petugas tergantung dari kemampuan mereka untuk

melaksanakan tugas mereka dengan cara yang optimal.

F. Kerangka Teori

Gambar 2.1.Kerangka Teori

Kerangka Teori menurut Lawrence Green, 1980 Faktor Predisposisi

• Pengetahuan

• Sikap

• Kepercayaan

• Tradisi

• Norma sosial

Faktor Pendukung Sarana dan prasarana pelayanan kesehatan

Faktor Pendorong

• Keaktifan petugas dalam memotivasi

• Kedisiplinan petugas klinik

Perilaku keluarga dalam merawat balita

(54)

G. Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

Faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga dalam merawat Balita dengan

pneumonia

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: ”Ada hubungan antara faktor

tingkat pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu,

penghasilan keluarga, pengetahuan, sikap, sikap dan dukungan petugas

kesehatan, terhadap kemampuan keluarga dalam merawat balita dengan

pneumonia di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarmangu I Kabupaten

Banjarnegara”.

Variabel Independent

• Tingkat Pendidikan

• Pengetahuan

• Pekerjaan

• Sikap

• Sikap dan Dukungan Petugas Kesehatan.

• Status sosial ekonomi

Variabel Dependent

Kemampuan keluarga dalam merawat balita

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik yang

dilaksanakan dengan survei. Sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah

cross sectional yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara

faktor-faktor risiko dengan efek dimana pada waktu pengukuran atau pengumpulan data

variabel independen dan variabel dependen hanya satu kali dan secara bersama

(Notoatmodjo, 2010).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2012 di Wilayah Kerja

Puskesmas Banjarmangu I Kabupaten Banjarnegara.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi (universe) adalah keseluruhan dari subjek penelitian yang dapat

terdiri dari manusia, benda – benda, hewan, tumbuh – tumbuhan, gejala –

gejala, nilai – nilai, tes atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki

karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Arikunto,2006).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita yang menderita

(56)

222 balita pneumonia di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarmangu I Kabupaten

Banjarnegara sebanyak balita yang berkunjung perbulan ke Puskesmas.

2. Sampel

a. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto,

2006). Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga balita dengan usia 1 – 5

tahun yang menderita pneumonia dan yang pernah berkunjung ke

Puskesmas, pengambilan sampel dilakukan secara Purposive Sampling.

Besar sampel dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan rumus sebagai

berikut: Perhitungan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus

Lameshow (2007), adalah:

(57)

Keterangan:

N : besar populasi balita pneumonia sebanyak 222

n : besar sampel

Z : penyimpangan dengan dengan kepercayaan sebesar 95% (Z=1,96)

P : proporsi variabel yang dikehendaki

d : derajat ketepatan yang diinginkan

Dalam penelitian ini dipilih sampel yang memiliki kriteria sebagai

berikut:

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian pada

populasi target dan populasi terjangkau (Sastroasmoro & Ismael, 2011).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

a. Keluarga balita yang terkena pneumonia yang berusia 1 – 5

tahun

b. Keluarga balita yang terkena pneumonia dan bersedia menjadi

responden

c. Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Banjarmangu I

Kabupaten Banjarnegara.

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah: karakteristik umum

subyek penelitian pada populasi target dan populasi terjangkau

(Sastroasmoro & Ismael, 2011). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini

(58)

a. Keluarga balita yang usia < 1 dan > 5 tahun yang menderita pneumonia.

b. Keluarga balita yang menderita pneumonia di mana bertempat tinggal

di luar wilayah kerja Puskesmas Banjarmangu.

c. Tidak bersedia menjadi responden.

D. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas (Variable Independent)

Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel dependen(terikat). Variabel independen dalam penelitian

ini adalah : Faktor tingkat pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ayah,

pekerjaan ibu, penghasilan keluarga, pengetahuan, sikap, sikap dan dukungan

petugas kesehatan terhadap kemampuan perilaku keluarga dalam merawat

balita pneumonia.

2. Variabel terikat (Variable Dependent)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel independen. Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah: kemampuan keluarga dalam merawat balita dengan

pneumonia.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mengidentifikasi variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang dapat diamati dari variabel yang didefinisikan tersebut.

(59)

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi

Gambar

Tabel 3.1  Definisi Operasional Penelitian  ......................................
Gambar 2.1
Gambar 2.1.Kerangka Teori
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji t persamaan 1 bahwa variabel pengawasan terhadap kepuasan kerja diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,934&gt;0,05, menunjukkan bahwa variabel pengawasan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah dijabarkan di atas, dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Pembelajaran IPS dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan etos kerja dan prestasi belajar baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama terhadap kesiapan kerja siswa

Perencanaan pajak merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi nilai laba perusahaan karena dapat menekan biaya pajak terhutang. Perencanaan pajak merupakan

Jenis English Competency atau kemampuan Bahasa Inggris apa yang ingin Anda kuasai dalam mempelajari Bahasa Inggris, berkaitan dengan kompetensi keperawatan dalam

akuntansi terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah?.. 2) Dapat menganalisis dan mengetahui pengaruh penerapan standar akuntansi. pemerintahberpengaruh terhadap kualitas

Dalam penelitian ini, digunakan tipe penelitian yang bersifat kualitatif, artinya penelitian tidak hanya memberikan suatu gambaran dan analisa obyek yang menajadi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Aktivitas Menggunakan Instagram dengan Presentasi Diri Blogger Perempuan dan terdapat