• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN MEDIS 1. Kehamilan a. Definisi - Yuniarti Wahyuningsih BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN MEDIS 1. Kehamilan a. Definisi - Yuniarti Wahyuningsih BAB II"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

1. Kehamilan

a. Definisi

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang

berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa

dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi)

pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil

konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010; h. 75).

Menurut Federesasi Obstetri Ginekologi International, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan

lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. (Prawirohardjo, 2010; h. 213)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa proses

(2)

b. Tanda- tanda kehamilan

1) Tanda dugaan hamil menurut Manuaba (2010; h. 107-108)

a) Amenorea (terlambat datang bulan).

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak tejadi pembentukan folikel de Graaf dan ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir dengan perhitungan

rumus Naegle, dapat ditentukan perkiraan persalinan. b) Mual dan muntah (emesis).

Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan

pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan

muntah terutama pada pagi hari disebut morning sickness.

Dalam batas fisiologi keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual

dan muntah, nafsu makan berkurang.

c) Ngidam

Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu,

keinginan yang demikian disebut ngidam.

d) Sinkope atau pingsan.

Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)

menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan

menimbulkan sinkop atau pingsan. Keadaan ini menghilang

setelah usia kehamilan 16 minggu.

e) Payudara tegang

Pengaruh estrogen progesteron dan somatomamotrofin

(3)

Payudara membesar dan tegang. Ujung saraf tertekan

menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.

f) Sering miksi

Desakan rahim menyebabkan kandung kemih cepat terasa

penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua, gejala ini

sudah menghilang.

g) Konstipasi atau obstipasi

Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus,

sehingga menyebabkan kesulitan untuk buangair besar.

h) Pigmentasi kulit

Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis

anterior menyebabkan pigmentasi kulit disekitar pipi

(kloasma gravidarum), pada dinding perut, pada dinding

perut (striae lividae, striae nigra, linea alba makin hitam),

dan sekitar payudara (hiperpigmentasi aerola mamae,

puting susu makin menonjol, pembuluh darah menifes

sekitar payudara), disekitar pipi (kloasma gravidarum).

i) Epulis (hipertrofi gusi) dapat terjadi apabila hamil.

j) Varises atau penampakan pembuluh darah vena

Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi

penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka

yang mempunyai bakat. Penampakan pembuluh darah itu

(4)

payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat

menghilang setelah persalinan.

2) Tanda tidak pasti kehamilan menurut (Manuaba, 2010; h. 108)

a) Rahim membesar, sesuai dengan tuannya hamil.

b) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda Hegar, tanda

Chadwicks, tanda Piscaseck, kontraksi Braxton Hicks, dan

teraba ballottement.

c) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi

sebagian kemungkinan positif palsu.

3) Tanda- tanda pasti menurut (Manuaba, 2010; h.109)

a) Gerakan janin dalam rahim

b) Teraba gerakan janin

c) Denyut jantung janin. Didengar dengan stetoskop Laenec,

alat kardiotokografi, alat Dopler. Dilihat dengan

ultrasonografi, pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu

rontgen untuk melihat kerangka janin, ultrasonografi.

c. Proses terjadinya kehamilan

Proses terjadinya kehamilan menurut Sofian, 2012; h. 16-20,

yaitu: Setiap bulan sel ovum melepaskan atau 2 dari indung telung

telur, pada waktu bersetubuh cairan semen tumpah ke dalam

vagina, dan berjuta-juta sperma masuk ke rongga rahim, kemudian

ke indung telur dan biasanya bertemu di bagian tuba. Saat

berjuta-juta sperma ingin melalui sel ovum tetapi hanya satu yang dapat

(5)

Ovum yang dibuahi segera membelah diri sambil bergerak

menuju ruang rahim (dengan bantuan rambut getar tuba). Ovum

yang telah dibuahi tadi telah melekat pada mukosa rahim untuk

selanjutnya bersarang di ruang rahim, peristiwa tersebut disebut

nidasi (implantasi), dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu

kira-kira 6-7 hari. Untuk menyuplai darah dan zat-zat makanan bagi

mudigah dan janin, dipersiapkan uri plasenta. Jadi dapat dikatakan

bahwa untuk setiap kehamilan itu harus ada ovum, spermatozoa,

konsepsi, nidasi, dan plasentasi.

d. Pertumbuhan dan perkembangan janin

Tabel 2.1 Pertumbuhan dan perkembangan janin Usia

2. Hidung Kuping dan jari terbentuk

12 minggu 9 cm 1. Kelopak mata terbentuk

2. Genetalia eksterna terbentuk 16 minggu 6-18 cm 1. Genetalia jelas terbenutk

2. Kulit merah tipis

3. Uterus telah penuh, desidua parietalis, dan kapsularis

20 minggu 25 cm 1. Kulit tebal dengan rambut lanugo

24 minggu 30-32 cm 1. Kelopak mata jelas, alis dan bulu tampak

28 minggu 35 cm 1. Berat badan 1000 gram

2. Menyempurnakan janin 40 minggu 50-55 cm 1. Bayi cukup bulan

2. Kulit berambut dengan baik 3. Kulit kepala tumbuh baik

4. Pusat penulangan pada tibia proksimal Sumber : Manuaba, 2010; h. 89

e. Usia kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri

Tabel 2.2 Usia kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri Tinggi Fundus Uterus Usia Kehamilan

1/3 diatas simfisis 12 minggu

½ diatas simfisis pusat 16 minggu

(6)

Tinggi Fundus Uterus Usia Kehamilan

1/3 diatas pusat 28 minggu

½ pusat prosesus xifodeus 34 minggu

Setinggi prosesus xifodeus 36 minggu

Dua jari (4cm) di bawah prosesus xifodeus

40 minggu

Sumber : Manuaba, 2010; h. 100 f. Perubahan anatomi dan fisiologi

1) Sistem Reproduksi

a) Uterus

Selama kehamilan, pembesaran uterus terjadi akibat

peregangan dan hipertrofi mencolok sel-sel otot, sementara

produksi miosit baru terbatas. Peningkatan ukuran sel otot

ini diiringi oleh akumulasi jaringan fibrosa, terutama

dilapisan otot eksternal dan peningkatan bermakna

jaringan elastik. Anyaman yang terbentuk ikut memperkuat

dinding uterus.

Meskipun mengalami penebalan yang lebih

bermakna selama beberapa bulan pertama kehamilan,

dinding korpus sebenarnya menipis seiring dengan

kemajuan gestasi. Pada aterm, ketebalan dinding ini hanya

1 sampai 2 cm atau kurang. Pada bulan- bulan terakhir,

uterus berubah menjadi suatu kantung berotot dengan

dinding yang tipis, lunak, dan lentur sehingga janin dapat

teraba dari luar (Cunningham, 2013; h. 112).

b) Serviks

(7)

selama kehamilan dan persalinan.Bersifat seperti katup

yang bertanggung jawab menjaga janin di dalam uterus

sampai akhir kehamilan dan selama persalinan

(Prawirohardjo, 2010; h.177).

c) Ovarium

Selama kehamilan, ovulasi berhenti dan pematangan

folikel-folikel baru ditunda. Biasanya hanya satu korpus

luteum yang ditemukan pada wanita hamil. Struktur ini

berfungsi maksimal selama 6 sampai 7 minggu pertama

kehamilan 4-5 minggu pasca ovulasi dan setelah itu tidak

banyak berkontribusi dalam produksi progesteron

(Cunningham, 2013; h. 112).

d) Vagina dan Perineum

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan

hiperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum

dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna

keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwicks. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya

sejumlah jaringan ikat dan hipertrofidari sel-sel otot polos (Prawirohardjo, 2010; h.178).

e) Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan

warna menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang

(8)

Perubahan ini dikenal dengan namaStriae Gravidarum.

Pada banyak perempuan kulit digaris pertengahan

perutnya disebut Linea Nigra dan pada wajah dan leher terdapat Chloasma Gravidarum(Prawirohardjo, 2010; h.179).

f) Payudara

Pada minggu-minggu kehamilan, wanita sering

merasakan parestesia dan nyeri payudara. Setelah bulan

kedua payudara membesar dan terlihat vena-vena halus di

bawah kulit (Cunningham, 2013; h. 112).

2) Perubahan metabolik

Sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan janin dan

plasenta yang tumbuh pesat, wanita hamil mengalami

perubahan-perubahan metabolik yang besar dan intens. Ada

trimester ketiga laju metabolik basal ibu meningkat 10 sampai

20 persen dibandingkan dengan keadaan tidak hamil

(Cunningham, 2013; h. 112).

3) Perubahan Kardiovaskuler

Sistem kardiovaskular mengalami perubahan untuk dapat mendukung peningkatan metabolisme sehingga tumbuh

kembangnya janin sesuai dengan kebutuhannya (Manuaba,

2012; h.148). Volume darah akan meningkat secara progresif

(9)

minggu ke-32 – 34 dengan perubahan kecil setelah minggu tersebut (Prawirohardjo, 2010; h.183).

4) Saluran Pernafasan

Frekuensi pernapasan mengalami perubahan saat kehamilan,

volume ventilasi permenit dan pengambilan oksigen per menit

akan bertambah secara signifikan pada kehamilan lanjut

(Prawirohardjo, 2010; h.185).

5) Sistem Kemih

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan

tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga

menimbulkan sering berkemih. Keadaan ini akan hilang dengan

makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul.

Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke

pintu atas panggul, keluhan itu akan timbul kembali

(Prawirohardjo, 2010; h.185).

6) Saluran Pencernaan

Seiring dengan kemajuan kehamilan, lambung dan usus

tergeser oleh uterus yang terus membesar (Cunningham, 2013;

h. 112).

7) Sistem Endokrin

Selama kehamilan normal kelenjar hipofisisakan membesar ±135 %. Tetapi, kelenjar ini tidak mempunyai arti penting dalam

(10)

8) Sistem Muskuloskeletal

Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke

posisi anterior, lordosis menggeser pusat daya berat kebelakang ke arah dua tungkai (Prawirohardjo, 2010; h.185).

g. Penyesuaian Psikologis pada Ibu dan Prosesnya

Secara umum, semua emosi yang dirasakan oleh wanita

hamil cukup labil. Ia dapat memiliki reaksi yang ekstrem dan

suasana hatinya kerap berubah dengan cepat. Reaksi emosional

dan presepsi mengenai kehidupan juga dapat mengalami

perubahan. Ia menjadi sangat sensitif dan cenderung bereaksi

berlebihan. (Varney, 2007; h. 501)

Wanita hamil memiliki kondisi yang sangat rapuh. Mereka

sangat takut akan kematian baik pada dirinya sendiri maupun pada

bayinya. Mereka cemas akan hal-hal yang tidak dipahami karena

merka merasa tidak dapat mengendalikan tubuhnya dan kehidupan

mereka jalani sedangberada dalam suatu proses yang tidak dapat

berubah kembali. Hal ini membuat sebagian besar wanita menjadi

tergantung dan beberapa lainnya menjadi menuntut. Saat ini

merupakan saat yang tepat untuk memberi saran selaras dengan

usaha mereka mencari sumber pendukung baru dan arahan dalam

membayangkan hal- hal yang dibutuhkan untuk menjalani peran

yang baru, perubahan dalam kehidupan yang tidak jelas dan tidak

(11)

Selama kehamilan berlangsung terdapat rangkaian proses

psikologis khusus yang jelas, yang terkadang tampak berkaitan erat

dengan perubahan biologis yang sedang terjadi. Peristiwa dan

proses psikologis ini dapat diidentifikasi pada tiga trimester berikut

menurut (Varney, 2007; h. 501- 504) :

1) Trimester Pertama

a) Di trimester pertama ini adalah periode penyesuaian,

penyesuaian dirinya terhadap kenyataan bahwa dirinya

sedang mengandung.

b) Sebagian besar wanita merasa sedih, kecewa, menolak,

cemas, depresi, dan ambivalen tentang kenyataan bahwa

ia hamil.

c) Fokus wanita adalah pada dirinya sendiri.

d) Beberapa wanita, terutama mereka yang telah

merencanakan kehamilan atau telah berusaha keras untuk

hamil, merasa suka cita sekaligus tidak percaya bahwa

dirinya hamil dan berusaha mencari bukti kehamilan.

e) Berat badan sangat bermakna bagi wanita hamil selama

trimester pertama karena menjadi salah satu uji realitas

untuk buktu bahwa dirinya hamil.

f) Validasi kehamilan dilakukan berulang- ulang saat wanita

mulai memeriksa dengan cermat setiap perubahan tubuh

(12)

g) Hasrat seksual pada trimester pertama sangat

bervariasiantara wanita yang satu dengan yang lain. Meski

beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat seksual,

tetapi secara umum trimester pertama merupakan waktu

penurunan libido hal ini adalah komunikasi yang jujur dan

tebuka dengan pasangan.

2) Trimester Kedua

a) Di trimester kedua ini adalah periode kesehatan yang baik,

yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari

segala ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil.

b) Di trimester ini sebenarnya terbagi menjadi dua fase yaitu

pra- queckening dan pasca- queckening.Pra- quickening ini wanita tersebut akan mengalami lagi, sekaligus

mengevaluasi kembali aspek hubungan yang ia jalani

dengan ibunya sendiri dengan menjadi orang penerima

kasih sayang dan perhatian dari ibunya kemudian menjadi

pemberi kasih sayang dan perhatian (persiapan untuk

menjadi seorang ibu).

c) Dengan munculnya quickening muncul perubahan karena kehamilan terhadap pikirannya semakin dalam. Kontak

sosialnya berubah lebih banyak bersosialisasi dengan ibu

hamil dan ibu baru lainnya.

(13)

e) Di trimester ini mengalami peningkatan libido dan

kepuasan seksual dengan meredanya ambivalensi pada

wanita hamil dan relatif terbebas dari segala

ketidaknyamanan.

3) Trimester Ketiga

a) Di trimester ketiga ini adalah periode penantian dan penuh

kewaspadaan yakni mulai menyadari kehadiran bayinya

sebagai makhluk yang terpisah dan tidak sabar menanti

kehadiran bayinya dan akan menjadi orang tua sementara

perhatian terfokus dengan bayi yang akan segera

dilahirkan tetapi juga ada perasaan was- was mengingat

bayi dapat lahir kapanpun jadi wanita tersebut berjaga-

jaga dan menunggu tanda persalinan muncul.

b) Wanita tersebut lebih protektif dengan keramaian dan

menghindarinya karena dianggap berbahaya terhadap

bayinya.

c) Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ini merasa

cemas dengan kehidupan bayi dan dirinya seperti halnya

kelahiran bayinya normal atau abnormal terkait dengan

persalianan yaitu nyeri, kehilangan kendali, dan hal- hal

yang tidak diketahui.

d) Ia juga mengalami proses duka lain ketika ia

mengantisipasi hilangnya perhatian dan hak istimewa

(14)

ringan yakni wanita lebih bergantung pada orang lain dan

lebih menutup diri karena perasaan rentannya.

e) Kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yaitu merasa

canggung, jelek, berantakan, dan memerlukan dukungan

yang sangat besar dan konsisten dari pasangannya.

f) Peningkatan hasrat seksual pada trimester sebelumnya

akan menghilang karena abdomen yang semakin besar

dan menjadi halangan.

h. Ketidaknyamanan Umum Selama Kehamilan

Ketidaknyamanan umum selama kehamilan menurut (Varney, 2007;

h. 536-539) :

1) Nausea

Nausea merupakan masalah umum yang dialami oleh

lebih dari sebagian hingga tiga perempat wanita hamil. Begitu

umum hingga nausea dan muntah biasanya menjadi praduga

kehamilan.Nausea, dengan atau tanpa disertai muntah-muntah

ditafsirkan keliru sebagai morning sickness,tetapi paling sering

terjadi pada siang atau sore hari. Nausea lebih kerap terjadi

pada saat perut kosong dan lebih parah terjadi pagi hari.

Sekitar separuh jumlah wanita dengan morning sickness

bebas dari gejala tersebut saat menginjak usia kehamilan 14

minggu dan 90 persen diantaranya pada usia 22 minggu.

Wanita muntah yang lebih hebat dan lebih lama.

(15)

2) Ptialisme (Salivasi Berlebihan)

Ptialisme merupakan kondisi yang tidak lazim, yang dapat

disebabkan oleh penngkatan keasaman di dalam mulut atau

peningkatan asupan zat pati, yang menstimulasi kelenjar

kelenjar saliva pada wanita yang rentan mengalami sekresi

berlebihan. Para wanita yang mengalami ptialisme biasanya

junga mengalami mual. Kondisi mereka berlangsung terus

menerus dan menjadi suatu siklus karena bukan saja saliva

yang berlebihan ini membuat membuat rasa mual semakin

kuat, tetapi keinginan untuk menghindari nausea juga

mengakibatkan pasien menelan lebih sedikit makanan

sehingga jumlah saliva di dalam mulut meningkat.

3) Keletihan

Keletihan dialami pada trimester pertama, namaun alasanya

belum diketahui. Salah satu dugaan adalah bahwa keletihan

diakibatkan oleh penurunan drastis laju metabolisme dasar

pada awal kehamilan, tetapi alasan hal ini terjadi masih belum

jelas. Dugaan lain adalah bahwa peningkatan progesteron

memiliki efek menyebabkan tidur. Untungnya, ketelitian

merupakan ketidaknyamanan yang terbatas yang biasanya

hilang pada akhir trimester pertama.

4) Nyeri Punggung Bagian Atas (Nonpatologis)

Nyeri punggung bagian atas terjadi selama trimester pertama

(16)

menjadi lebih berat. Pembesaran ini dapat mengakibatkan

tarikan otot jika payudara tidak disokong adekuat.

5) Leukorea

Leukorea adalah sekresi vagina dalam jumlah besar, dengan

konsistensi kental atau cair, yang dimulai pada trimester

pertama. Sekresi bersifat asam akibat pengubahan sejumlah

besar glikogen pada sel epitel vagina menjadi asam laktat oleh

basil Doderlein. Basil ini sebenarnya untuk melindungi ibu dan

janin dari infeksi tetapi basil ini juga dapat cepat menghasilkan

orgasme yang menyebabkan vaginitis.

6) Peningkatan Frekuensi Berkemih (Nonpatologis)

Frekuensi berkemih dikarenakan peningkatan berat pada

uterus. Peningkatan berat pada fundus uterus ini membuat

itmus menjadi lunak (Tanda Hegar), menyebabkan antefleksi

pada uterus yang membesar. Hal ini menyebabkan tekanan

langsung pada kandung kemih, jadi wanita hamil fisiologis

apabila mengalami peningkatan frekuensi berkemih.

7) Nyeri Ulu Hati

Nyeri ulu hati biasanya akan timbul pada akhir trimester ke dua

dan bertahan hingga trimester ke tigaadalah kata lain untuk

regurgitasi atau refluks isi lambung yang asam menuju

esofagus akibat peristaltik balikan. Penyebab nyeri ulu hati

(17)

a) Relaksasi sfingter jantung pada lambung akibat pengaruh

yang ditimbulkan peningkatan jumlah progesteron.

b) Penurunan motilitas gastrointestinal yang terjadi akibat

relaksasi otot halus yang kemungkinan disebabkan

peningkatan jumlah progesteron dan tekanan uterus.

c) Tidak ada ruang fungsional untuk lambung akibat

perubahan tempat dan penekanan oleh uterus yang

membesar.

8) Flatulen

Flatulen diakibatkan karena adanya penurunan motilitas

gastrointestinal. Hal ini kemungkinan akibat efek peningkatan

progesteron yang merelaksasi otot halus dan akibat pergeseran

serta tekanan pada usus halus karena pembesaran uterus.

9) Konstipasi

Pada wanita hamil masalah ini dirasakan pada trimester ke dua

atau ketiga, diduga terjadi karena akibat penurunan peristaltik

usus yang disebabkan relaksasi otot polos pada usus besar

ketika peningkatan jumlah progesteron. Dan pembesaran

uterus atau bagian presentasi juga dapat menurunkan motilitas

pada saluran gastrointestinal sehingga menyebabkan

konstipasi.

10) Hemoroid

Hemoroid sering didahului oleh konstipasi, penyebab konstipasi

(18)

11) Kram Tungkai

Kram kaki biasanya dikarenakan uterus yang membesar

memberi tekanan baik pada pembuluh darah panggul, sehingga

mengganggu sirkulasi, atau pada saraf sementara saraf ini

melewati foramen obturator dalam perjalanan menuju

ekstremitas bagian bawah.

12) Edema Dependen

Timbul karena gangguan sirkulasi vena dan peningkatan

tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah dan menekan

vena-vena panggul contohnya dikarenakan wanita posisi tidur

terlentang, memakai pakaian ketat.

13) Varises

Varises dapat diakibatkan karena adanya membesarnya uterus

mempengaruhi vena cava inferior saat ia berbaring dan pula

memakai baju ketat menghambat aliran balik dari ekstremitas

ke bagian bawah, dan juga posisi berdiri yang lama.

14) Dispareunia

Nyeri pada behubungan seksual dapat berasal dari sejumlah

penyebab selama kehamilan. Akibat gangguan sirkulasi yang

dikarenakan tekanan uterus membesar, abdomen yang

membesar, kekhawatiran menyakiti bayi.

15) Nokturia

Nokturia biasanya terjadi pada trimester ketiga, hal ini

(19)

panggul dan vena kava inferior sehingga apabila ibu hamil

posisi berbaring sering mengalami peningkatan pengeluaran

urine.

16) Insomnia

Penyebab insomnia umumnya dirasakan ibu hamil ataupun

tidak hamil yaitu kekhawatiran, kecemasan, terlalu gembira

menyambut acara keesokan harinya. Pada ibu hamil biasanya

penyebab insomnia diikuti pembesaran uterus,

ketidaknyamanan, pergerakan janin, apalagi janin tersebut aktif.

17) Nyeri pada Ligamentum Teres Uteri

Terjadi peregangan, dan memanjang pada saat uterus

meninggi dan masuk ke dalam abdomen sehingga terasa nyeri

pada ligamentum uteri karena ligamentum ini meregang.

18) Nyeri Punggung Bawah (Non patologis)

Nyeri ini diakibatkan karena pergeseran gravitasi pada wanita

hamil dan posisi punggung melengkung ke belakang hal ini

menimbulkan nyeri.

19) Hiperventilasi dan Sesak Napas (Non patologis)

Peningkatan progesteron diduga mempengaruhi langsung pada

pernapasan. Sesak napas adalah ketidaknyamanan terbesar

yang dialami pada trimester ketiga karena uterus semakin

membesar dan menekan diafragma dan walaupun diafragma

(20)

terjadi penurunan residu fungsional dan volume udara residual

jadi menimbulkan perasaan kesulitan bernapas.

i. Kunjungan Berkala Asuhan Kehamilan

Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa

mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil

memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode

antenatal :

minggu dan sesudah minggu ke 36) (Saifuddin, dkk, 2010; h.

N-2).

j. Kebijakan program kunjungan antenatal

Tabel 2.3 Kunjungan Antenatal

Kunjungan Waktu Kegiatan

Trimester

2. Memdeteksi masalah dan mengatasinya 3. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan

usia kehamilan,

6. Mengenali tanda tanda bahaya kehamilan 7. Memberikan imunisasi tt, tablet besi

8. Mendiskusikan mengenai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi kegawatdaruratan

(21)

Kunjungan Waktu Kegiatan

Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus terhadap preeklamsi (tanda gejala, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria)

Sama seperti diatas, ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda

Setelah 36 minggu

Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak janin dan kondisi lain kontra indikasi bersalin diluar RS

Apabila ibu mengalami masalah, komplikasi maupun

kegawatdaruratan

Diberikan pertolongan awal sesuai dengan masalah yang timbul, dan rujuk serta konsultasikan kepada SpOG untuk tindakan lebih lanjut

Sumber: Kusmiyati, 2009; h.168-169

Menurut Saifuddin, (2009; h.89-90) dimana dalam setiap

pertemuan harus memberikan asuhan standar minimal yang sering

disebut dengan 10T yaitu:

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2) Pemeriksaan tekanan darah

3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

4) Pemeriksaan tinggi fundus uteri

5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

6) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi

Tetanus Toksoid (TT)

7) Pemberian tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan

dimana tiap tablet besi mengandung Fe SO4 320 mg (Zat besi

60mg) dan asam folat 0,5 mg

8) Tes laboratorium (rutin dan khusus)

9) Tatalaksana kasus

(22)

k. Faktor Risiko pada Kehamilan

1) Faktor Risiko pada Kehamilan menurut (Sofian, 2012; h. 76)

a) Primigravida

b) Umur diatas 30 tahun,

c) TB <150 cm,

d) Penyakit –penyakit tertentu e) Kelainan panggul,

f) Kelainan letak janin.

2) Multigravida

a) Umur diatas 35 tahun,

b) Anak >4,

c) Riwayat kehamilan dan persalinan yang buruk.

l. Risiko Tinggi yang Dialami Ibu Hamil Ny. S

Risiko tinggi yang dialami ibu hamil antara lain hamil dengan KEK

dan anemia.

1) Kehamilan dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK)

Status gizi pada dasarnya merupakan akibat jangka panjang

dari kebiasaan konsumsi makanan kita setiap hari. Berapa

besar kita memperhatikan kecukupan jumlah makanan serta

mutu gizinya dengan jelas akan tercermin dalam status gizi.

Status gizi ibu hamil menggambarkan kecukupan jumlah

makanan serta mutu gizi yang dikonsumsi ibu selama hamil.

Ibu hamil yang berada pada status gizi baik, sudah pasti ibu

(23)

hamil. Untuk mengetahui status gizi ibu hamil harus dilakukan

pengukuran. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk

mengetahui status gizi ibu hamil antara lain, mengukur lingkar

lengan atas (LILA), memantau pertambahan berat badan

selama hamil dan mengukur hemoglobin (Hb) :

a) Mengukur lingkar lengan atas

Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk

mengetahui resiko kekurangan energi kronis (KEK) wanita

usia subur (WUS) usia 15-45 tahun yang terdiri dari

kelompok remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan

usia subur (PUS). Batas ambang LILA WUS dengan resiko

KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LILA

kurang dari 23,5 cm atau dibagian merah pita LILA, artinya

ibu hamil tersebut mempunyai risiko KEK, ibu hamil yang

mengalami KEK diperkirakan dapat melahirkan bayi

dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

Pengukuran dilakukan dengan pita LILA, dibagian

tengah antara bahu dan siku lengan kiri. Lengan harus

dalam posisi bebas baju, otot lengan dalam keadaan tidak

tegang atau kencang. Bila ditemukan ukuran LILA < 23,5

cm, jika ibu belum hamil dianjurkan untuk menunda

kehamilan, tetapi bila ditemukan pada ibu hamil, anjuran

makan cukup dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang dan

(24)

b) Memantau pertambahan berat badan selama hamil

Penilaian status gizi ibu hamil dapat pula dilakukan

dengan pemantauan berat badan selama hamil.

Pemantauan ini bertujuan untuk memantau pertumbuhan

janin. Penilaian status gizi melalui pemantauan berat badan

ibu ketika hamil. Pada trimester pertama pertambahan

berat badan sebanyak 3,5 – 4,0 kg setiap minggu. Trimester kedua penambahan berat badan sama yaitu 0, 5

kg tiap minggu. Selama kehamilan penambahan berat

badan sekitar 10-20 kg, yang pada trimester I pertumbuhan

kurang dari 1kg , trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III

sekitar 6 kg.

Penambahan berat badan yang dirokemendasikan

saat ibu mengandung dapat pula berpatokan pada body mass index (BMI) yang dimiliki ibu sebelum masa konsepsi,

semakn tinggi kuantitas pertambahan berat badan yang

diharapkan. Wanita dengan BMI <20 dilanjutkan untuk

menambah BB selama kehamilan sebanyak 12,5-18 kg.

Wanita yang BMI sebelum hamilnya normal (20,0-26,0)

idealnya bertambah berat badan (BB) saat hamil sekitar

11,5-16 kg. Sebaliknya wanita yang masuk kategori

obesitas hanya dianjurkan untuk mengalami penambahan

BB tidak lebih dari 6 kg hingga masa akhir kehamilannya.

(25)

Status gizi ibu sebelum hamil dan selama hamil

dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang

dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum

hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang

sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Bila ibu

mengalami kekurangan gizi selama hamil akan

menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin seperti

diuraikan berikut ini.

(1) Terhadap ibu yaitu gizi kurang pada ibu hamil dapat

menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara

lain, anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak

bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi

(2) Terhadap persalinan yaitu pengaruh gizi kurang

terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan

persalinan sulit atau lama, persalinan sebelum

waktunya (prematur), perdarahan setelah persalinan,

serta persalinan dengan operasi cendenrung

meningkat.

(3) Terhadap janin yaitu kekurangan gizi pada ibu hamil

dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan

dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir

mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada

(26)

dan lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

(Fairus M, 2012; h.43)

2) Kehamilan dengan anemia

Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena

mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat,

dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya

manusia. Anemia kehamilan disebut “potential danger to mother and child” (potensila membahayakan ibu dan anak),

karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua

pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini

terdepan.

a) Pengertian

Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan

kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah

nilai normal. Pada penderita anemia, lebih sering disebut

kurang darah, kadar sel darah merah (hemoglobin/Hb)

dibawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena kurangnya

zat gizi untuk pembentukan darah misalnya zat besi, asam

folat dan vitamin B12, tetapi yang sering terjadi adalah

anemia karena kekurangan zat besi. Banyak faktor yang

dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi,

antara lain kurangnya asupan zat besi dan protein dari

makanan, adanya gangguan absorpsi diusus, perdarahan

(27)

seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan dan masa

penyembuhan dari penyakit. (Rukiyah AY. 2010; h. 115)

b) Patofisiologi

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan

adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang semakin

menigkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara.

Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester

II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dari

meningkatnya 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm

serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi

yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen

plasma, yang menyebabkan peningkatan sekresi

aldesteron. (Rukiyah AY. 2010; h. 115)

c) Etiologi

Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran

darah, pertambahan darah tidak sebanding dengan

pertambahan plasma, kurangnya zat besi dalam makanan,

kebutuhan zat besi meningkat. (Rukiyah AY. 2010; h. 115)

d) Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat

dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa akan

didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata

berkunang-kunang, dan keluhan mual-muntah lebih hebat

(28)

dilakukan dengan menggunakan alat Sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan Sahli dapat digolongkan sebagai

berikut. Hb 11 g/dL: tidak anemia, Hb 9-10 g/dL: anemia

ringan, Hb 7-8 g/dL: anemia sedang, Hb <7 g/dL: anemia

berat. Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali

selama kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III.

Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil

mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe

sebanyak 90 tablet pada ibu-ibu hamil di puskesmas.

(Manuaba. 2010; h.239)

e) Gejala

Gejala klinis anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa

hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit

dasarnya yang menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala

anemia bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya.

Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi,

berkunang-kunang, perubahan jaringan epitel kuku,

gangguan sistem neurumuskular, lesu, lemah, lelah,

disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. Bila kada Hb

<7gr/dL, ringan 8-11 gr/dL, berat < 8 gr/dL. (Rukiyah AY.

2010; h. 115)

f) Dampak

Anemia pada ibu hamil bukan tanpa resiko menurut

(29)

anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya

kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup

mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia

meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan

persalinan. Risiko kematian perinatal meningkat.

Perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering

dijumpai pada wanita yang anemia dan lebih sering

berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat

mentolerir kehilangan darah. Dampak anemia pada

kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan

hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan

(abortus, partus immatur atau prematur), gangguan proses

persalin (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis),

gangguan pada masa nifas (sub involusi rahim, daya tahan

terhadap infeksi dan stress, kurang produksi ASI rendah),

dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas,

mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dll). (Rukiyah AY.

2010; h. 115)

g) Pengobatan

Untuk menghindari terjadinya anemia sebaik ibu hamil

melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat

diketahui data-data dasar kesehatan umum calon ibu

tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan disertai

(30)

sehingga diketahui adanya infeksi parasit. Pengobatan

infeksi untuk cacing relatif mudah dan murah. Pemerintah

telah menyediakan preparat besi untuk dibagikan kepada

masyarakat sampai ke posyandu. Contoh preparat Fe

diantaranya Barralat, Biosanbe, Iberet, Vitonal, dan

Hemaviton. Semua preparat tersebut dapat dibeli dengan

bebas. (Manuaba, 2010; h. 240)

b. Gejala dan Tanda Bahaya selama Kehamilan

Faktor predisposisi dan adanya penyakit penyerta dan sebaiknya

juga dikenali sejak awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya

maksimal untuk mencegah gangguan yang berat baik terhadap

kehamilan dan keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya

(Prawirohardjo, 2010; h. 282). Beberapa Gejala dan Tanda Bahaya

selama Kehamilan menurut (Prawirohardjo, 2010; h. 282) antara

lain:

1) Perdarahan

2) Pre-eklampsia

3) Nyeri Hebat di Daerah Abdominopelvikum

4) Muntah yang berlebihan selama kehamilan

5) Disuria

6) Menggigil atau demam

7) Ketuban pecah dini atau belum waktunya

8) Uterus lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan yang

(31)

2. Persalinan

a. Definisi

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan

pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan

kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif

pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2008;

h. 672).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin

dan plasenta ) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar

kandungan melalui jalan lahir atau melaui jalan lain, dengan

bantuan atau tanpa bantuan ( kekuatan sendiri ). ( Manuaba, 2010;

h.164)

Persalinan adalah keluarnya hasil konsepsi melewati jalan

lahir dengan bantuan kontraksi sejati, dan perubahan progresif

serviks atau melewati jalan lain dengan bantuan atau tanpa

bantuan.

b. Tanda persalinan

Menurut Manuaba (2010 ;h.169) tanda persalinan adalah sebagai

berikut:

1) Kekuatan his yang semakin sering dan teratur dengan jarak

kontraksi yang semakin pendek

2) Dapat terjadi pengeluaran lendir, lendir bercampur darah

(32)

4) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks (

perlunakan serviks, pendataran serviks, terjadi pembukaan

serviks ).

c. Teori Kemungkinan terjadinya proses persalinan

Tabel 2.4 Teori Kemungkinan terjadinya proses persalinan

Teori Uraian

Teori

Prostaglandin

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksisehingga persalinan dapat mulai.Contohnya, pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan.

Teori penurunan progesteron

Proses penuaan plasenta terjadi saat usia kehamilan 28 minggu, karena terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.

Teori oksitosin internal

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior.Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi Braxton Hicks. Dengan menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuannya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat mulai.

Teori teori prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat kehamilan akan menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.

Teori hipotalamus-hipofisis dan glandula suprarenalis

Teori ini menunjukan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuknya hipotalamus. Teori ini dikemukakan oleh Linggin 1973. Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan maturitas janin, induksi (mulainya) persalinan. Dari percobaan tersebut dapat disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus-hipofisis dengan mulainya persalinan. Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.

(33)

d. Proses Persalinan

1) Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu :

a) Kala I : waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi

pembukaan lengkap 10 cm.

b) Kala II : kala pengeluaran janin, sewaktu uterus dengan

kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong

janin kluar hingga lahir.

c) Kala III : waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri.

d) Kala IV : mulai dari lahirnya uri, selama 1-2 jam. (Sofian,

2012; h. 71)

2) Faktor yang mempengaruhi proses persalinan

a) Power : kekuatan his yang adekuat dan tambahan

kekuatan mengejan.

b) Passage : jalan lahir tulang, jalan lahir otot

c) Passanger : janin, plasenta, dan selaput ketuban

(Manuaba, 2012; h. 283).

d) Psychology (Psikologi)

Menurut (Sondakh, 2013; h.91), menyebutkan

perubahan psikologi ibu yang muncul pada saat memasuki

masa persalinan sebagian besar berupa perasaan takut

maupun cemas, terutama pada ibu primigravida yang

umumnya belum mempunyai bayangan mengenai

kejadian-kejadian yang akan dialami pada akhir

(34)

mempersiapkan mental ibu karena perasaan takut akan

menambah rasa nyeri, serta akan menegangkan otot-otot

serviksnya dan akan mengganggu pembukaannya.

Ketegangan jiwa dan badan ibu juga menyebabkan ibu

lekas lelah.

e) Penolong

Fungsi penolong persalinan sangat berat, yaitu

memberikan pertolongan bagi dua jiwa yaitu ibu dan anak,

serta kesuksesan pertolongan tersebut sebagian

bergantung pada keadaan petugas yang menolongnya,

maka sangat penting untuk diadakan kualifakasi atau

persyaratan bagi petugas yang bekerja di kamar bersalin

dan penolong persalinan.Dengan demikian, sesuai dengan

hal tersebut, persyaratan yang diperlakukan adalah

persyaratan kemampuan, ketrampilan, dan kepribadian

(Sondakh, 2013; h.97).

e. Asuhan Persalinan

1) Asuhan dalam persalinan menurut (JNPK-KR, 2008), yaitu:

a) Asuhan dalam kala I adalah memberikan dukungan

emosional, membantu ibu pengaturan posisi, memberikan

cairan dan nutirsi, keleluasan untuk menggunakan kamar

mandi secara teratur, dan pencegahan infeksi (JNPK-KR,

(35)

b) Asuhan dalam Kala II

(1) Anjurkan agar ibu selalu didampingi keluarga saat

proses persalinan , dari dukungan suami, orang tua,

kerabat sangat dibutuhkan ibu saat menjalani proses

persalinan.

(2) Anjurkan keluarga ikut terlibat untuk memberikan

asuhan sayang ibu, seperti mengganti posisi, memberi

makan, minum, dan teman bicara dan memberikan

dukungan semangat.

(3) Penolong persalinan dapat memberikan semangat dan

dukungan kepada ibu bersalin.

(4) Tenteramkan hati ibu dalam menghadapi masa

persalinan kala II.

(5) Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman.

(6) Setelah pembukaan lengkap anjurkan ibu meneran

berkepanjangan dan menahan napas. Anjurkan ibu

beristirahat diantara kontraksi.

(7) Anjurkan ibu untuk minum selama persalinan kala II.

(8) Adakalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala

II persalinan, berikan rasa aman dan semangat serta

tenteramkan hatinya saat proses persalinan

berlangsung dengan memberitahu ibu tentang hasil

pemeriksaan (misal, tekanan darah, DJJ, periksa

(36)

(9) Menolong kelahiran bayi (JNPK-KR, 2008; h. 81).

c) Asuhan dalam Kala III adalah membantu proses lahirnya

plasenta

d) Asuhan Kala IV

(1) Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus, untuk

merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat.

(2) Evaluasi tinggi fundus uteri dengan meletakkan jari

tangan anda secara melintang dengan pusat sebagai

patokan. Umumnya, fundus uteri setinggi atau

beberapa jari dibawah pusat.

(3) Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.

(4) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan

(laserasi atau episotomi)

(5) Evaluasi keadaan umum ibu.

(6) Memberihkan dan merapikan ibu agar ibu merasa

nyaman.

(7) Dokumentasikan semua asuhan persalinan (JNPK-KR,

2008; h. 114).

2) 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

Dibawah ini merupakan 60 Langkah Asuhan Persalnan Normal

menurut (Sarwono, 2010; h. 341-347) adalah :

a) Melihat tanda dan gejala kala dua

(1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua

(37)

(b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat

pada rektum dan/ vaginanya.

(c) Perineum menonjol.

(d) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.

b) Menyiapkan Pertolongan Persalinan

(2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan

esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin

10 International Unit dan menempatkan tabung suntik

steril sekali pakai didalam partus set.

(3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang

bersih.

(4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah

siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air

bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan

dengan handuk satu kali pakai/ atau pribadi yang

bersih.

(5) Memakai satu sarung tangan DTT atau steril untuk

semua pemeriksaan dalam.

(6) Menghisap oksitosin 10 IU ke dalam tabung suntik

(dengan memakai sarung tangan desinfeksi tingkat

tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus set/

wadah desinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa

(38)

c) Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik

(7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya

dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan

menggunakan kapas atau kassa yang sudah dibasahi

air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina,

perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

membersihkannya dengan seksama dengan cara

menyeka dari depan kebelakang.Membuang kapas

atau kassa yang terkontaminasi dalam wadah yang

benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi

(meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan

benar di dalam larutan dekontaminasi.

(8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan

pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa

pembukaan serviks sudah lengkap, lakukan

amniotomi.

(9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara

mencelupkan tangan yang masih memakai sarung

tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5 % dan

kemudian melepaskannya dalm keadaan terbalik serta

merendamnya di dalam larutan klorin 0,5 % selama 10

(39)

(10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah

kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ

dalam batas normal (100-180 kali/menit).

(a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak

normal.

(b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan

dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian serta

asuhan lainnya pada partograf.

d) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk Membantu Proses

Pimpinan Meneran

(11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan

keadaan janin baik. Membantu ibu dalam posisi yang

nyaman sesuai dengan keinginannya.

(a) Menunggu hingga ibu mempunyai kenginan untuk

meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan

dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan

pedoman persalinan aktif dan

mendokumentasikan temuan-temuan.

(b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana

mereka dapat mendukung dan memberi semangat

kepada ibu saat ibu mulai meneran.

(12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi

(40)

dalam posisisetengah duduk dan pastikan ia merasa

nyaman).

(13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai

dorongan yang kuat unruk meneran :

(a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu

mempunyai keinginan untuk meneran.

(b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha

ibu untuk meneran.

(c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman

sesuai dengan pilihannya (tidak meminta ibu

berbaring terlentang).

(d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara

kontraksi.

(e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan

memberi semangat pada ibu.

(f) Menganjurkan asupan cairan per oral.

(g) Menilai DJJ setiap 5 menit.

(h) Jika bayi lahir atau kelahiran bayi belum akan

terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam)

meneran untuk ibu primipara atau 60 menit (1 jam)

untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak

mempunyai keinginan untuk meneran.

(i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau

(41)

belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu

untuk mulai meneran pada puncak

kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat diantara

kontraksi.

(j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum

akan terjadi segera setelah 60 menit meneran,

merujuk ibu dengan segera.

e) Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

(14) Jika kepalabayi telah membuka vulva dengan diameter

5-6 cm, letakkan handuk bersih di atas perut untuk

mengeringkan bayi.

(15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian,

dibawah bokong ibu.

(16) Membuka partus set.

(17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua

tangan.

f) Menolong Kelahiran Bayi

g) Lahirnya Kepala

(18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6

cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang

dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala

bayi dan lakukan dan lakukan tekanan yang lembut

dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan

(42)

meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat

kepala lahir.

(19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi

dengan kain atau kassa yang bersih. (langkah ini tidak

harus dilakukan)

(20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan

yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian

meneruskan segera proses kelahiran bayi.

(a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar,

lepaskan lewat bagian atas kepala bayi,

(b) Jika tali pusat melilit bayi dengan erat,

mengeklemnya di dua tempat dan memotongnya.

(21) Menunggu hingga bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

h) Lahir Bahu

(22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar,

tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka

bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi

berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah

dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di arkus

pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah

atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

(23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan

(43)

arah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior

lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku

dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan

lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi

saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian

atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior

bayi saat keduannya lahir.

(24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan

yang ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki

bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir.

Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati

membantu kelahiran kaki.

i) Penanganan Bayi Baru Lahir

(25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian

meletakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala

bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya ( bila tali pusat

terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang

memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan

resusitasi.

(26) Segera membungkus kepala dan bayi dengan handuk

dan biarkan kontak kulit ibu-bayi, lakukan penyuntikan

oksitosin/ IM.

(27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm

(44)

dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm

dari klem pertama (ke arah ibu)

(28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi

bayi dari gunting dan memotong tali pusat diantara

klem tersebut.

(29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah

dan menyelimuti bayi dengan kainatau selimut yang

bersih dan kering menutupi bagian kepala,

membiarkan talipusat terbuka. Jika bayi mengalami

kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.

(30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan

ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian

ASI jika ibu menghendakinya.

j) Oksitosin

(31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan

palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan

adanya bayi kedua.

(32) Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.

(33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan

suntikan oksitosin 10 IU/ IM di gluterus atau 1/3 atas

paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya

terlebih dahulu.

k) Penegangan Tali Pusat Terkendali

(45)

(35) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut

ibu, tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan

tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan

menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem

dengan tangan lainnya.

(36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian

melakukan penegangan ke arah bawah pada tali pusat

dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan

arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan

uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial)

dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya

inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40

detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu

hingga kontraksi berikut mulai.

(a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau

seorang anggota keluarga untuk melakukan

rangsangan puting susu.

l) Mengeluarkan Plasenta

(37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran

sambil menarik tali pusat ke bawah dan kemudian ke

arah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil

meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.

(a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem

(46)

(b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan

penegangan tali pusat selama 15 menit :

Mengulangi pemberian oksitosin 10 IU/ IM, menilai

kandung kemih dan dilakukan kateterisasi

kandung kemih dengan menggunakan teknik

aseptik jika perlu, meminta keluarga untuk

menyiapkan rujukan, mengulangi PTT selama 15

menit berikutnya, merujuk ibu jika plasenta tidak

lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.

(38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan

kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua

tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan

dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput

ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan

selaput ketuban tersebut.

(a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung

tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan

memeriksa vagina dan serviks ibu dengan

seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem

atau forceps disinfeksi tingkat tinggi atau steril

untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.

m) Pemijatan Uterus

(39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,

(47)

fundus dan melakukan massase dengan gerakan

melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi

(fundus menjadi keras).

n) Menilai Perdarahan

(40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel

ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk

memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban

lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam

kantung plastik atau tempat khusus.

(a) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan

massase selama 15 detik mengambil tindakan

yang sesuai.

(41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan

perineum dan segera menjahit laserasi yang

mengalami perdarahan aktif.

o) Melakukan Prosedur Pascapersalinan

(42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi

dengan baik.

(43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung

tangan kedalam larutan klorin 0,5 % membilas kedua

tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan

air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya

(48)

(44) Menempatkan klem talipusat disinfeksi tingkat tinggi

atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi

dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm

dari pusat.

(45) Mengikat satu simpul mati dibagian pusat yang

berseberangan dengan simpul mati yang pertama.

(46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam

larutan klorin 0,5 %.

(47) Menyelimuti bayi kembali dan menutupi bagian

kepalannya. Memastikan handuk atau kainnya bersih

atau kering.

(48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

(49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan

perdarahan pervaginam :

(a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.

(b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama

pascapersalinan.

(c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua

pascapersalinan.

(d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,

laksanakan perawatan yang sesuai untuk

(49)

(e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan

penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesi

lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.

(50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan

massase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

(51) Mengevaluasi kehilangan darah.

(52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung

kemih setiap 15 menit selama 1 jam pascapersalinan

dan setiap 30 menit selama jam kedua

pascapersalinan. Memeriksa temperatur tubuh ibu

sekali setiap jam selama dua jam pertama

pascapersalinan.

(a) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan

yang tidak normal.

p) Kebersihan dan Keamanan

(53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin

0,5 % untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan

membilas peralatan setelah dekontaminasi.

(54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke

dalam tempat sampah yang sesuai.

(55) Membersihkan ibu dengan air DTT. Membersihkan

cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu

(50)

(56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu

memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk

memberikan ibu minuman dan makanan yang

diinginkan.

(57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk

melahirkan dengan larutan klorin 0,5 % dan membilas

dengan air bersih.

(58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan

klorin 0,5 %, membalikkan bagian dalam keluar dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5 % selama 10

menit.

(59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

q) Dokumentasi

(60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).

f. Komplikasi pada Persalinan

Kasus kegawatdaruratan obstetri adalah kasus obstetri yang

apabila tidak segera ditangani akan berakibat kesakitan yang berat,

bahkan kematian ibu dan janinya. Kasus ini penyebab utama

kematian ibu, janin dan bayi baru lahir. Dari sisi obstetri ada 4

penyebab utama kematian ibu, janin dan bayi baru lahir yaitu :

1) Perdarahan

2) Infeksi dan sepsis

3) Hipertensi dan preeklamsia/eklamsia

(51)

Adapun beberapa kelainan Ringan dan Patologis Persalinan

menurut (Manuaba, 2012; h. 316) yaitu :

1) Pada Janin

a) Kaput suksedeneum

b) Sefal hematoma

c) Molase tulang kepala janin

2) Pada Ibu

a) Robekan perineum dan serviks

b) Laserasi jalan lahir

c) Bentuk episiotomi

d) Ruptura serviks uteri

e) Ruptura uteri

3. Nifas

a. Definisi

Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali,

mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali

seperti prahamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Sofian, 2012;

h. 87)

Masa nifas adalah periode minggu-minggu pertama stelah

persalinan lamanya periode ini tidak pasti sebagian besar

menganggapnya 4 sampai 6 minggu (Cunningham, 2013; h. 674).

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah

(52)

seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung

selama kira-kira 6 minggu. (Sulistyawati,2009; h. 1)

Masa Nifas adalah Masa dimana setelah plasenta lahir

sampai dengan pemulihan alat-alat kandungan kembali seperti

sebelum hamil dengan waktu selama 4 sampai 6 minggu.

b. Tahapan masa nifas

Tahapan masa nifas dibagi menjadi 3 periode menurut (Sofian,

2012; h. 87), yaitu:

1) Perperium dini, yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah

bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2) Perperium intermediat, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat

genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

3) Perperium lanjut, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan

kembali sehat sempurna, terutama jika selama hail dan

sewaktu persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk mencapai

kondisi sehat sempurna dapat berminggu-mingguan, bulanan,

atau tahunan.

c. Kebutuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir pada Masa Nifas

1) Kebutuhan Ibu pada Masa Nifas menurut (Prawirohardjo, 2010;

h. 357) yaitu:

a) Informasi dan koseling tentang :

(53)

(2) Apa yang terjadi termasuk gejala adanya masalah

yang mungkin timbul

3) Kesehatan pribadi, hygiene, dan masa penyembuhan

4) Kehidupan seksual

5) Kontrasepsi

6) Nutrisi

b) Dukungan dari:

(1) Petugas Kesehatan

(2) Kondisi emosional dan psikologis suami serta

keluargannya

c) Pelayanan kesehatan untuk kecurigaan dan munculnya

tandaterjadi komplikasi.

2) Kebutuhan Bayi Baru Lahir pada Masa Nifas menurut

(Prawirohardjo, 2010; h. 361) yaitu kemudahan akses ke ibu,

ASI, suhu lingkungan yang sesuai, lingkungan yang aman,

pengasuhan oleh orang tua, kebersihan, pengawasan dan

tindak lanjutpada gejala sakit, akses ke fasilitas pelayanan

kesehatan apabila terdapat kecurigaan atau terjadinya

komplikasi, asuhan dan rangsangan kasih sayang,

perlindungan dari (penyakit, praktik yang membahayakan,

kekerasan), penerimaan dari (seks, perilaku, ukuran), dan surat

(54)

d. Perubahan Fisiologi dan Anatomi pada Masa Nifas

1) Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (berinvolusi)

hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil (Sofian, 2012;

h. 87)

Tabel. 2. 5 Involusi Uterus

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gram

Uri Lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram

1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram 2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gram

6 minggu Bertambah kecil 50 gram

8 minggu Sebesar normal 30 Gram

Sumber : Sofian vol.1, 2012; h.87

2) Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan

vagina dalam masa nifas. Lokia ini dibagi menjadi 6 menurut

(Sofian, 2012; h. 87), antara lain:

a) Lokia rubra berisi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban, sel desidua, vernik caseosa, lanugo, dan

mekonium selama 2 hari pascapersalinan.

b) Lokia sanguinolenta berwarna merah kuning, berisi darah

dan lendir, hari ke 3-7 pascapersalinan.

c) Lokia serosa berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi,

pada hari ke 7-14 pascapersalinan.

d) Lokia alba cairan putih, setelah 2 minggu.

e) Lokia purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah

berbau busuk.

f) Lokiostasis adalah lokia tidak lancar keluarnya.

(55)

membelah serviks menjadi bibir atas dan bibir bawah, pada

luka serviks perlu dilakukan pemeriksaan PAP smear, luka kecil

pada serviks dapat diobati dengan termokauter, bila hubungan

seksual segera dilakukan sebelum luka serviks sembuh

sepenuhnya, maka serviks yang luka akan menjadi sumber

infeksi asenden dan infeksi HIV pada akhirnya menuju

karsinoma serviks (Manuaba, 2012; h. 368).

4) Vagina dan Perineum

Segela setalah persalinan vagian tetap terbuka lebar, dan pasti

terdapat derajat edema dan memar tetapi setelah dua sampai

tiga hari tonus otot vagina kembali celah vagina tidak lebar, dan

tidak edema. Sekarang vagina dindingnya lunak lebih besar

dari biasanya dan umumnya vagina longgar. Ruggae vagina

kembali setelah minggu ketiga pascapersalinan. Untuk

memulihkan kembali vagina dan memercepat luka perineum

sebaiknya latihan senam pascapersalinan setiap hari (Varney,

2008; h. 960).

5) Ligamen-ligamen

Ligamen, fascia dan diafragma pelvis yang meregang pada

waktu persalinan, setlah bayi lahir, secara berangsur-angsur

menjadi ciut dan pulih kembali.akibatnya, tidak jarang uterus

jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum

Gambar

Tabel 2.1 Pertumbuhan dan perkembangan janin
Tabel 2.3 Kunjungan Antenatal
Tabel 2.4 Teori Kemungkinan terjadinya proses persalinan
Tabel. 2. 5 Involusi Uterus
+6

Referensi

Dokumen terkait

Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi Komunikasi Solo Radio Untuk Mempertahankan Jumlah Pendengar Melalui Media Sosial, Regenerasi Penyiar, dan Event Off Air. Program

Tugas akhir ini berisi laporan hal dalam pemanfaatan ruang Multimedia BLC (Broadband Learning Center) sebagai sarana promosi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota

A normal distribution with zero mean and unit variance is called a unit normal or. standard normal distribution and is denoted as N (O,

Yang merupakan Sub Sistem dari Sistem Informasi Manajeman Departemen Dalam Negeri (SIMDAGRI). Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 17 tahun 2000 tentang Sistem

Kegagalan yang dialami AS dalam Perang Vietnam dan tidak berfungsinya Bretton Woods System telah mendorong terjadinya perubahan-perubahan dalam lingkungan internasional

Tidak dapat ditemukan range komposisi optimum humektan gliserol dan propilen glikol dalam formula gel UV Protection endapan perasan wortel ( Daucus carota, Linn.)

Pada penelitian ini akan dibuat model pompa air energi termal dengan menggunakan fluida kerja air pada beberapa variasi evaporator, daya pemanas dan head pemompaan serta akan

Saya adalah mahasiswi program studi Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang melakukan penelitian ini