• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

2.1 Hakikat Merokok

Poerwadarminta (1995: 29) mendefenisikan merokok sebagai menghisap rokok, sedangkan rokok sendiri adalah gulungan tembakau yang berbalut daun nipah atau kertas. Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskan kembali ke luar (Amstrong, 1990: 120). Danusantoso (1991: 35) mengatakan bahwa asap rokok selain merugikan diri sendiri juga dapat mengakibatkan bagi orang-orang lain yang ada di sekitarnya.

Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang disekelilingnya. Dilihat dari sisi individu yang bersangkutan, ada beberapa riset yang mendukung pernyataan tersebut. Dilihat dari sisi kesehatan, pengaruh bahan-bahan kimia yang dikandung rokok seperti nikotin, CO (karbonmonoksida) dan tar akan memacu kerja dari susunan syaraf pusat dan susunan saraf simpatis sehingga mengakibatkan tekanan meningkat dan jantung bertambah cepat (Kendal dan Hammel, 1998: 29), menstumulasi kanker dan berbagai penyakit yang lain seperti penyempitan pembuluh darah, tenakan darah tinggi, jantung, paru-paru, dan bronchitis kronis (Kaplan dkk, 1993: 98). Bagi ibu hamil, rokok menyebabkan kelahiran premature, berat badan bayi rendah, mortalitas prenatal, kemungkinan lahir dalam keadaan cacat, dan mengalami gangguan dalam perkembangan (Davidson dan Neale, dalam Helmi, 2002: 8).

Dilihat dari orang sekelilingnya, merokok dapat menimbulkan dampak negative bagi perokok pasif. Resiko yang ditanggung perokok pasif karena daya tahan terhadap zat-zat yang

(2)

berbahaya sangat rendah (Safarino dalam Cahyani, 1995: 72). Tidak ada yang memungkiri adanya dampak negatif dari perilaku merokok bagi kehidupan manusia merupakan kegiatan yang “fenomenal”. Artinya, meskipun sudah diketahui akibat negatif merokok tetapi jumlah perokok bukan semakin menurun tetapi semakin meningkat dan usia merokok semakin bertambah muda.

Hasil riset Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (Republika dalam Helmi, 2002: 10) melaporkan bahwa di anak-anak di Indonesia sudah ada yang mulai merokok pada usia 9 tahun. Bahwa usia pertama kali merokok pada umumnya berkisar antara 11-13 tahun dan mereka pada umumnya merokok sebelum usia 18 tahun. Data WHO juga semakin mempertegas bahwa seluruh jumlah perokok yang ada di dunia sebanyak 30% adalah kaum remaja. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa perilaku merokok dimulai pada saat anak-anak dan remaja. Hampir semua memahami akibat-akibat yang berbahaya dari asap rokok tetapi mereka terus merokok.

2.2 Penyebab Remaja Merokok

Mu’tadin (2002: 42) mengemukakan mengapa orang merokok, antara lain: 1. Pengaruh orang tua

Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson, 1999: 294).

2. Pengaruh teman

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari

(3)

fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok.

3. Faktor Kepribadian

Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah (Atkinson, 1999). 4. Pengaruh Iklan

Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut.

Menurut Leventhal dan Clearly (dalam Cahyani, 1995: 102) terdapat empat tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok, yaitu:

1. Tahap Preparatoty

Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasi bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok. 2. Tahap Initiation

Tahap perintisan merokok yaitu apakah seseorang untuk meneruskan ataukah tidak terhadap perilaku merokok.

(4)

3. Tahap Becoming a Smoker

Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang perhari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.

4. Tahap Maintenance of Smoking

Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari pengaturan diri (self-regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.

Selain faktor perkembangan remaja dan dan kepuasan psikologis, masih banyak faktor dari luar individu yang berpengaruh pada proses pembentukan perilaku merokok. Pada dasarnya perilaku merokok adalah perilaku yang dipelajari. Hal itu berarti ada pihak-pihak yang berpengaruh besar dalam proses sosialisasi.

2.3 Dampak Merokok

Ogden (2000: 62) membagi dampak merokok menjadi 2, yaitu: 1. Dampak Postif

Merokok menimbulkan dampak positif yang sangat sedikit bagi kesehatan. Merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu individu mengadapi kendala-kendala yang sulit. Keuntungan merokok bagi perokok yaitu mengurangi ketegangan, membantu berkonsentrasi, dukungan social dan menyenangkan.

2. Dampak Negatif

Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang sangat berpengaruh bagi kesehatan. Merokok bukanlah suatu penyebab penyakit, tetapi dapat memicu suatu jenis penyakit sehingga boleh dikatakan merokok tidak memyebabkan kematian, tetapi dapar mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat mengakibatkan kematian. Berbagai jenis penyakit yang dapat dipicu karena merokok dimulai dari penyakit kepala sampai dengan

(5)

penyakit di telapak kaki (Sitepoe, 2001: 16), antara lain: penyakit kardiolovaskular, neoplasma (kanker), saluran pernapasan, peningkatan tekanan darah, memperpendek umur, penurunan vertilitas (kesuburan), dan nafsu seksual, sakit maag, gondok, gangguan pembuluh darah, penghambatan pengeluaran air seni, ambliyopia (penglihatan kabur), kulit menjadi kering, pucat dan keriput, serta polusi dalam ruangan (sehingga terjadi iritasi mata, hidung dan tenggorokan).

2.4 Peran Bimbingan Kelompok Tugas dalam Mengurangi Perilaku Merokok 1. Pengertian Bimbingan Kelompok Tugas

Prayitno, dkk (2002: 23) mengemukakan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan. Kalimat tersebut telah secara langsung memuat pengertian dan tujuan pokok bimbingan dan konseling di sekolah.

Selanjutnya dipertegas oleh Yusuf dan Nurhisan (2008: 6) mengemukakan bahwa bimbingan merupakan suatu proses, yang berkesinambungan, bukan kegiatan yang seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan berencana kepada pencapaian tujuan. Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimaksudkan agar peserta didik mengenal kekutan dan kelemahan dirinya sendiri, serta menerimnya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Bimbingan dalam rangka mengenala lingkungan dimaksudkan agar peserta didik mengenal secara objektif lingkungan, baik lingkungan sosial dan ekonomi, lingkungan budaya yang saraf dengan nilai dan norma-norma, maupun lingkungan fisik, dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis pula. Pengenalan lingkungan itu yang

(6)

meliputi lingkungan rumah, lingkungan sekolah, lingkungan alam dan masyarakat sekitar. Serta” lingkungan yang lebih luas” diharapkan menunjang proses penyesuaian diri peserta didik dengan lingkungan itu, serta dapat memanfaatkan sebesar-besarnya untuk mengembangakan diri secara mantap dan berkelanjutan. Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbnagakn dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya sendiri. Baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karir,. Maupun biang budaya/ keluarga/kemasyarakatan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa upaya bimbingan dan konseling memungkinkan peserta sisik mengenal dan menerima diri sendiri serta mengenal dan menerima lingkunganya secara positif dan dinamis. Sera mampu mengambil keputusan. Mengarahkan dan mewujudkan diri sendiri secra efektif

Tujuan umum dari pelayanan bimbingan dan konseling adalah sama dengan tujuan pendidikan, sebagaimana dinyatakan dalam UU. NO. 2 sisitem pendidikan nasional, yaitu terwujudnya manusia indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.upaya bimbingan dan konseling yang dimaksud di atas diselenggarakan melalui pengembangan segenap potensi individu peserta didik secara optimal. Dengan memanfaatkan berbagai cara dan sarana. Berdasarkan norma-norma yang berlaku dan mengikuti kaidah-kaidah professional.

(7)

Layanan bimbingan kelompok tugas dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber (terutama dari guru pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat. Bahan yang dimaksudkan itu juga dapat dipergunakan sebagai acuan untuk mengambil keputusan. Lebih jauh dengan layanan bimbingan kelompok para siswa dapat diajak untuk bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topikt-topik penting, mengembangkan nilai-nilai tentang hal tersebut, dan mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas di dalam kelompok.

Dengan demikian, selain dapat membuahkan saling hubungan yang baik di antara anggota kelompok, kemampuan berkomunikasi antar individu, pemahaman berbagai situasi dan kondisi lingkungan, juga dapat mengembangkan sikap dan tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang diinginkan sebagaimana terungkap di dalam kelompok.

Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan bimbingan kelompok adalah fungsi pemahaman dan pengembangan.

3. Materi Umum Layanan Bimbingan Kelompok Tugas

Melalui dinamika dalam bimbingan kelompok dapat dibahas berbagai hal yang amat beragam (dan tidak terbatas) yang berguna bagi siswa (dalam segenap bidang bimbingan). Materi tersebut meliputi:

1) Pemahaman dan pemantapan kehidupan keberagaman dan hidup sehat

2) Pemahaman dan penerimaan diri sendiri dan orang lain sebagaiman adanya(termasuk perbedaaan individu, social budaya, serta permasalahannya)

(8)

3) Pemahaman tentang emosi, prasangaka, konflik, dan peristiwa yang terjadi di masyarakat, serta pengendaliannya/pemecahannya

4) Pengaturan dan penggunaan waktu secara efektif (untuk belajar dan kegiatan sehari-hari, serta waktu senggang)

5) Pemaheman tentang adanya berbagai alternatif pengambilan keputusan dan berbagai konsekuensinya

6) Pengemabngan sikap dan kebiasaan belajar, pemahaman hasil belajar, timbulnya kegagalan belajar dan cara-cara penanggulangannya (termasuk EBTA, EBTANAS,UMPT)

7) Pengembangan hubungan sosial yang efektif dan produktif

8) Pemahaman tentang dunia kerja. Pilihan dan pengembangan karier, serta perencanaan masa depan

9) Pemahaman tentang pilihan dan persiapan memasuki jurusan/program studi dan pendidikan lanjutan.

4. Keuntungan dan Kelemahan Bimbingan Kelompok

Adapun keuntungan dan kelemahan bimbingan kelompok tugas adalah sebagai berikut:

a) Keuntungan

1. Diberikan kesempatan yang luas untuk berpendapat dan membicarakan berbagai hal yang terjadi di sekitarnya.

2. Memiliki pemahaman yang obyektif tepat dan cukup luas tentang berbagai hal yang mereka bicarakan

(9)

3. Menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan diri dan lingkungan yang berhubungan dengan hal-hal yang mereka bicarakan dalam kelompok.

4. Menyusun program-program kegiatan untuk mewujudkan penolakan terhadap yang buruk dan dukungan terhadap yang baik.

5. Melaksanakan kegiatan-kegiaan nyata dan langsung untuk membuahkan hasil sebagai mana yang mereka programkan semula.

b) Kelemahan

1. Topik/tema yang dibahas sudah ditentukan oleh pemimpin kelompok

2. Yang menjadi pemimpin dalam bimbingan kelompok tugas adalah konselor yang tertulis dan berwewenang menyelenggarakan pelayanan bimbingan.

3. Kelompok yang berlaku kecil misalnya 2-3 orang saja tidak efektif untuk layanan bimbingan kelompok karena kedalaman dan variasi pembahasan menjadi berkurang dan dampak layanan juga menjadi terbatas.

4. Apabila dalam layanan informasi pembimbing atau konselor sangat aktif berbicara memberikan informasi, sebaliknya dalam layanan bimbingan kelompok pembimbing atau konselor perlu membatasi pembicaraannya (Tohirin, 2008: 176).

5. Panduan Bimbingan Kelompok Tugas

Peran Pemimpin Kelompok pada Masing-Masing Tahap Tahap I: Pembentukan

Tema: - Pengenalan - Pelibatan diri - Pemasukan diri Tujuan:

(10)

a. Anggota memahami pengertian dan kegiatan kelompok dalam rangka bimbingan dan konseling

b. Tumbuhnya suasana kelompok

c. Tumbuhnya minat anggota mengikuti kegiatan kelompok

d. Tumbuhnya saling mengenal, percaya, menerima dan membantu di antara anggota

e. Tumbuhnya suasana bebas dan terbuka

f. Dimulainya pembahasan tentang tingkah laku dan perasaan dalam kelompok. Kegiatan:

a. Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam rangka pelayanan bimbingan konseling

b. Menjelaskan (a) cara-cara, (b) azas-azas kegiatan kelompok g. Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri

c. Tehnik khusus

d. Permainan penghangatan/pengakraban Peranan Pemimpin kelompok dalam tahap I:

a. Menampilkan diri secara utuh dan terbuka

b. Menampilkan penghormatan kepada orang lain, hangat, tulus, bersedia membantu dan penuh empati

c. Sebagai contoh/suri tauladan Tahap II: Peralihan

Tema: Pembangunan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga Tujuan:

(11)

a. Terbebasnya anggota dari perasaan atau sikap enggan, ragu, malu atau saling tidak percaya untuk memasuki tahap berikutnya

b. Makin mantapnya suasana kelompok dan kebersamaan

c. Makin mantapnya minat untuk ikut serta dalam kegiatan kelompok Kegiatan:

a. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya

b. Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya

c. Membahas suasana yang terjadi

d. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota e. Kalau perlu kembali kebeberapa aspek tahap pertama Peranan Pemimpin Kelompok pada Tahap II:

a. Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka

b. Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih kekuasaannya

c. Mendorong dibahasnya suasana perasaaan

d. Membuka diri, sebagai contoh, dan penuh empati Tahap III : Kegiatan

Tema : Kegiatan pencapaian tujuan Tujuan:

a. Terungkapnya secara bebas masalah atau topic yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok

(12)

c. Ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan, baik yang menyangkut unsure-unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan.

Kegiatan:

a. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau topic bahasan b. Menetapkan masalah atau topic yanag akan dibahas terdahulu

c. Anggota membahas masing-masing topic secara mendalam dan tuntas d. Kegiatan selingan

Peranan Pemimpin kelompok pada Tahap III:

a. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka b. Aktif tetapi tidak banyak bicara

c. Memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati Tahap IV: Pengakhiran

Tema : Penilaian dan Tindak Lanjut Tujuan:

a. Terungkapnya kesan-kesan anggota kelompok tentang pelaksanaan kegiatan b. Terungkapnya hasil kegiatan keompok yang telah dicapai yang dikemukakan

secara mendalam dan tuntas

c. Terumuskannya rencana kegiatan lebih lanjut

d. Tetap dirasakannya hubungan kelompok dan rasa kebersamaan meskipun kegiatan diakhiri

Kegiatan:

a. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri b. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan

(13)

c. Membahas kegiatan lanjutan d. Mengemukakan pesan dan harapan Peranan Pemimpin Kelompok pada Tahap IV:

a. Tetap megusahakan suasana hangat, bebas dan terbuka

b. Memberikan pernyataan dan mengucapkan terima kasih atas keikutsertaan anggota

c. Memberikan semangat untuk kegiatan lebih lanjut d. Penuh rasa persahabatan dan empati

2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Jika guru menggunakan bimbingan kelompok tugas, maka perilaku merokok pada siswa kelas XI SMK Negeri 1 Pulubala, dapat dikurangi”.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

terhadap keterlibatan ibu rumah tangga dalam ekonomi rumah tangga keluarga di Desa Penebel Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan. Persamaan penelitian ini dengan

Keinginan seorang anak dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan untuk mencapainya. Siswa yang mempunyai kemampuan belajar tinggi biasanya lebih termotivasi

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan pengenalan bentuk geometri pada anak usia anak dini adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan

Berdasarkan pendapat di atas penulis dapat simpulkan bahwa membaca permulaan adalah tahap awal anak belajar mengenal huruf atau simbol bunyi dan menyuarakannya sebagai dasar anak

Dalam permainan atau games ini siswa akan bermain tenis meja dengan menggunakan teknik dasar pukulan forehand, dimana dengan adanya model pembelajaran Teams Games

Keluarga adalah ayah, ibu, dan anak-anak serta famili yang menjadi penghuni rumah. Faktor orangtua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam

Dalam hal ini kondisi sosial ekonomi rumah tangga yang sangat tinggi, dimana remaja sudah terbiasa hidup mewah, anak-anak dengan mudahnya mendapatkan segala sesuatu akan

Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga (Jakarta: Bineka Cipta, 2004), hlm 11.. Citra diri atau merasa diri, maksudnya sama saja. Ketika