• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perjuangan Tokoh Utama Melawan Ketidakadilan dalam Novel Kembang Jepun Karya Remy Sylado - Repository Unja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perjuangan Tokoh Utama Melawan Ketidakadilan dalam Novel Kembang Jepun Karya Remy Sylado - Repository Unja"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERJUANGAN TOKOH UTAMA MELAWAN KETIDAKADILAN DALAM NOVEL KEMBANG JEPUN KARYA REMY SYLADO

oleh

Ervina1) Hadiyanto 2) Dwi2)

1) Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia FIB Universitas Jambi 2) Dosen Program Studi Sastra Indonesia FIB Universitas Jambi

Email: ervinarahma5 @gmail.com

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Menurut Wellek dan Warren (1988: 3) sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sedangkan studi sastra adalah cabang ilmu pengetahuan. Karya sastra merupakan suatu hasil cipta atau karya manusia yang dapat dituangkan dalam bentuk tulisan. Selain itu karya sastra juga merupakan hasil karya manusia yang berisikan cerminan sosial masyarakat.

Dalam penelitian ini penulis membahas novel Kembang Jepun salah satu novel karya Remy Sylado. Novel ini menarik untuk diteliti karena menggambarkan realitas sosial, pengorbanan, dan perjuangan kehidupan geisha dalam mempertahankan cintanya dan perjuangan melawan bangsa kolonial Jepang. Selain itu, novel Kembang Jepun mempunyai latar tempat dan waktu pada zaman penjajahan sampai pasca-kemerdekaan di Indonesia. Hal ini, membuat novel Kembang Jepun semakin menarik untuk diteliti sebab membawa pembaca kembali ke zaman penjajahan dahulu. Melalui Kembang Jepun, Remy Sylado mengajak pembaca melihat realitas perjuangan kehidupan seorang geisha yang terjadi di Indonesia, khususnya di Surabaya saat zaman kolonial berlangsung.

Mengapa novel Kembag Jepun masih cukup penting untuk dibahas di era mutakhir ini. Karena, di dalam novel ini tidak hanya membicarakan feminisme belaka tetapi ada indikasi tentang

poskolonial di negara Indonesia. Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia adalah negara poskolonial yang mengalami kolonialisme, itu juga memberikan pengaruh yang cukup signifikan atas kedudukan perempuan. Posisi perempuan saat ini masih pada kenyataannya yaitu masih adanya beberapa penindasan yang dipengaruhi oleh bangsa lain terhadap Indonesia. Seperti, perdagangan wanita atau perempuan seperti isu yang paling diangkat adalah para pekerja di Indonesia sering bekerja keluar negeri. Bentuk inilah yang merupakan salah satu mental tentang bagaimana negara poskolonial yang kemudian efek poskolonialnya membe-rikan efek dampak terhadap kebudayaan. Negara koloni yang menganut budaya

patriarkilah yang kemudian

memperlakukan perempuan yang bekerja dengan melakukan tindak opresi ataupun penindasan yang menjadikan perempuan tersubordinasikan.

(2)

namanya menjadi Keiko semenjak ia menjadi seorang Geisha, yang ingin keluar dari dunia Geisha dan ingin hidup sebagai perempuan normal biasanya yang menikah dan melahirkan. Tujuan dari penelitian adalah untuk membongkar dan mengungkap bentuk ketidakadilan yang dilakukan oleh bangsa koloni Jepang dan bentuk perjuangan tokoh utama melawan ketidakadilan tersebut dalam Novel Kembang Jepun Karya Remy Sylado.

Novel ini dikaji dengan menggu-nakan kajian feminisme, seperti yang kita ketahui feminisme adalah sebuah gerakan perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria. Yasa (2012: 37) menyatakan bahwa, feminisme memperjuangkan dua hal yang selama ini tidak dimiliki kaum perempuan pada umumnya, yaitu persamaan derajat mereka dengan laki-laki dan otonomi untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya.

KAJIAN PUSTAKA

Hakikat Novel

Dalam bahasa Latin kata novel berasal dari kata novellus yang diturunkan pula dari kata novies yang berarti “baru”. Dikatakan baru karena dibandingkan dengan jenis-jenis lain, seperti puisi, drama, dan lain-lain, maka jenis novel ini baru muncul kemudian. Kosasih (2012: 60) menyatakan “Novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh”. Semi (1984: 24) mengatakan bahwa novel mengungkapkan suatu konsentrasi kehidupan yang tegas. Berdasarkan pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa novel merupakan karangan prosa yang memiliki konflik yang lebih kompleks dan

mendalam yang diungkapkan dengan imajinasi si pengarang.

Peran Tokoh Utama dalam Sebuah Novel

Tokoh adalah orang atau pelaku yang memegang peran dalam fiksi. Dalam jalinan cerita tokoh tersebut mungkin tidak berubah sifatnya, namun adakalanya berkembang atau berubah. Menurut Aminuddin (2009: 79) tokoh adalah pelaku yang mengembangkan peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Tokoh dalam sebuah cerita fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasakan sudut pandang.

a. Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan Tokoh utama adalah tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan dalam sebuah karya sastra. Tokoh dan penokohan dalam fiksi memiliki artian tersendiri. Tokoh utama adalah tokoh yang selalu dikaitkan dengan tokoh-tokoh lain dalam cerita ataupun dalam perkembangan alur ataupun jalan cerita tersebut. Pemunculan tokoh-tokoh tambahan biasanya diabaikan, atau paling tidak, kurang mendapat perhatian. Kehadiran tokoh tambahan lazimnya berfungsi memperkuat eksistensi tokoh utama, (Nurgiyantoro 2013: 259). b. Tokoh Protagonis dan Tokoh

Antagonis

Tokoh protagonis biasanya tokoh yang kita kagumi, ia menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan kita. Sedangkan, tokoh antagonis adalah tokoh yang beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung ataupun tidak langsung, bersifat fisik ataupun batin.

(3)

tokoh sederhana adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadiannya, dan jati dirinya.

d. Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang Tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sejak awal sampai akhir cerita. Tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan peristiwa dan plot dikisahkan.

e. Tokoh Tipikal dan Tokoh Netral Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit di tampilkan keadaan indivi-dualitasnya dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaanya Altenberd & Lewis (dalam Nurgiyantoro 2013: 275). Sedangkan tokoh netral di pihak lain, adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri.

Berdasarkan pengertian tokoh-tokoh diatas tokoh-tokoh utama adalah tokoh-tokoh yang berperan penting dalam mengambil peranan dalam sebuah karya sastra. Terlepas dari pemaparan tokoh berdasarkan sudut pandang di atas, tokoh utama dapat bersifat fleksibel seperti; protagonis, antagonis, sederhana, bulat, statis, berkembang, tipikal ataupun netral. Keke sebagai tokoh utama dalam novel Kembang Jepun Karya Remy Sylado termasuk tokoh protagonis.

Novel Kembang Jepun sebagai Sebuah Fiksi

Prosa dalam pengertian kesastraan disebut fiksi (fiction). Fiksi berarti cerita rekaan. Fiksi menurut Altenberd dan Lewis (Nurgiyantoro 2013: 3), dapat diartikan sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan mengadung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan

antarmanusia. Dalam dunia kesastraan terdapat suatu bentuk karya sastra yang mendasarkan diri pada fakta. Karya sastra yang demikian dibagi menjadi tiga oleh Abrams (dalam Nurgiyantoro 2013: 5) biasa dikenal dengan sebutan fiksi non fiksi (nonfiction fiction), pertama fiksi historis (historical fiction), jika yang menjadi dasar penulisan fakta sejarah, fiksi biografis (biographical fiction), jika yang menjadi dasar penulisan fakta biografis, dan fiksi sains (science fiction), jika yang menjadi dasar penulisan fakta ilmu pengetahuan.

Novel Kembang Jepun karya Remy Sylado termasuk dalam fiksi historis (historical fiction). Novel Kembang Jepun yang mempunyai latar tempat dan waktu pada zaman penjajahan sampai pascakemerdekaan di Indonesia. Jalan cerita, yang berangkat dari fakta sejarah membawa pembaca kembali ke zaman penjajahan dahulu. Melalui Kembang Jepun, Remy Sylado mengajak pembaca melihat realitas perjuangan kehidupan seorang geisha yang terjadi di Indonesia, khususnya di Surabaya saat zaman kolonial berlangsung.

Feminisme

Feminis berasal dari kata “Femme” (woman), berarti perempuan (tunggal) yang berjuang untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak) sebagai kelas sosial (Ratna, 2004: 184). Yasa (2012: 37) menyatakan feminisme memperjuangkan dua hal yang selama ini tidak dimiliki kaum perempuan pada umumnya, yaitu persamaan derajat mereka dengan laki-laki dan otonomi untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya.

(4)

pertama di Amerika berkisar 1840-1920, yang ditandai dengan adanya konvensi hak-hak perempuan. Berdasarkan peta pemikiran feminisme yang dibuat Tong (1998: 15) feminisme liberal masuk dalam gelombang pertama yakni pada abad ke-18 dan ke-19. Gelombang kedua ditandai dengan berdirinya beberapa kelompok hak-hak perempuan salah satunya adalah National Organization for Women (NOW). Tujuan utama tersebut meningkatkan status perempuan dengan menerapkan tekanan legal, sosial dan lain-lain. Setelah feminisme bergerak dalam dua gelombang, muncullah feminisme ketiga yang dikenal dengan postmodern yang dikembangkan oleh para feminis berkebangsaan Prancis. Feminisme postmodern bersikeras bahwa tujuan mereka adalah menulis sesuatu yang baru tentang perempuan (Tong, 1998: 285).

Dalam pandangan studi kultural, ada lima aliran budaya feminis, yaitu. a. Feminisme Liberal

Feminis liberal menekankan kesamaan antara perempuan dan laki-laki.Asumsi dasar feminisme liberal adalah bahwa kebebasan dan keseimbangan berakar pada rasionalisme.Pada dasarnya tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

b. Feminisme Radikal

Menurut feminisme radikal, kekuatan laki-laki memaksa melalui lembaga personal, seperti fungsi produksi, pekerjaan rumah tangga, perkawinan, dan sebagainya. Kekuasaan laki-laki terhadap perempuan tidak pernah disadari dan hal itu dianggap sebagai bentuk dasar penindasan terhadap perempuan. Dengan kata lain, penindasan terhadap perempuan terjadi akibat sistem patriarki.

c. Feminisme Sosial dan Marxis

Gerakan feminisme sosialis lebih

difokus-kan pada penyandaran kaum perempuan akan posisi mereka yang tertindas. Tujuan feminisme soisalis adalah membentuk hubungan sosialis menjadi lebih lebih manusiawi. Sedangkan, feminis marxis memandang masalah perempuan dalam kerangka kritik kapitalisme. Asumsinya sumber penindasan perempuan berasal dari eksploitasi kelas dan cara produksi.

d. Feminisme Ras atau Feminisme Etnis Feminis ras lebih mengedepankan persoalan perbedaan perlakuan terhadap perempuan kulit berwarna.

e. Feminisme Poskolonial

Pengalaman perempuan yang hidup di negara dunia ketiga (koloni/bekas koloni) berbeda dengan perempuan berlatar belakang dunia pertama. Perempuan dunia ketiga menanggung beban penindasan lebih berat karena selain mengalami penindasan berbasis gender, mereka juga mengalami penindasan antar bangsa, suku, ras, dan agama.

Dari lima aliran feminisme di atas, peneliti memfokuskan pada feminisme poskolonial. Seperti yang diketahui bahwa isu yang diangkat oleh Remy Sylado dalam struktur naratifnya adalah seorang perempuan Minahasa yang dijual oleh kakaknya kepada Kotaro Takamura yang merupakan bangsa Jepang untuk dijadikan seorang geisha di Shinju. Novel ini juga mempunyai latar belakang dan tempat di jaman pascakemerdekaan.

Bentuk Perjuangan

(5)

yang melakukan bentuk perjuangan untuk menegosiasikan posisinya yang lemah atau inferior menjadi setara atau equal.

Dalam konteks pembahasan terhadap novel Kembang Jepunkarya Remy Sylado, istilah perjuangan bisa dipahami secara spesifik sebagai upaya dan proses untuk merealisasikan harapan sekaligus cita-cita dari tokoh utama, yaitu Keke. Dengan demikian, perjuangan yang dimunculkan adalah perjuangan dalam konteks feminis yang mencoba melakukan negosiasi atas posisinya dengan tokoh-tokoh lain di dalam novel tersebut.Lebih lanjut, relasi yang terjadi antartokoh dalam novel tersebut tidak setara dan berwujud hierarkis. Dipengaruhi oleh latar sejarah kolonial dan budaya patriarki (sikap dan upaya) yang dilakukan oleh tokoh utama dalam novel Kembang Jepun untuk menegosiasikan dirinya dalam wujud atau bentuk perjuangan.

Bentuk Keadilan

Secara istilah adil berarti menempatkan sesuatu pada tempat dan aturannya. Lebih lanjut, Aristoteles mendefinisikan bentuk keadilan adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah diantara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem itu menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkam, maka masing-masing orang akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelanggaran terhadap proposi tersebut berarti ketidakadilan (http://taufananggriawan.wordpress.com/ 2011/11/17/pengertian-adil-dan-keadilan/). Menurut Hart (Suhardi, 2012: 348), prinsip umum keadilan dalam kaitannya dengan hukum menuntut bahwa para individu di hadapan yang lainnya berhak atas

kedudukan relatif berupa kesetaraan atau ketidaksetaraan tertentu.

Beranjak dari definisi dan prinsip-prinsip yang telah dipaparkan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa bentuk keadilan merupakan sifat atau pebuatan, perlakuan dan sebagaimana yang adil sesuai dengan tempat dan aturannnya. Sedangkan hal-hal yang tidak sesuai dengan bentuk keadilan ataupun keluar dari proporsi keadilan hal tersebut termasuk kedalam bentuk ketidakadilan. Dalam penelitian ini peneliti membahas tentang bentuk ketidakadilan terhadap tokoh utama dalam novel Kembang Jepun karya Remy Sylado.Jalan cerita dalam struktur naratif Remy Sylado, tokoh utama Keke mengalami bentuk ketidakadilan yang akan dibahas dalam pembahasan. Metode Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor (Moleong 2012: 4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini akan mendeskripsikan bagaimana perjuangan tokoh utama dalam melawan ketidakadilan dalam novel Kembang Jepun karya Remy Sylado. Oleh karena itu hasil penelitian ini akan dilaporkan secara deskriptif.

Data dan Sumber Data

(6)

Utama cetakan ketiga Juli tahun 2004 di Jakarta, tebal 328 halaman.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa studi pustaka, yaitu mengumpulkan data dengan membaca karya sastra yang bersangkutan yaitu novel Kembang Jepun untuk memperoleh data yang berupa perilaku, tindakan, relasi dan interaksi yang menjelaskan perilaku tokoh utama yang di kaitkan dengan konsep perjuangan dan ketidakadilan. Pada umumnya lebih dari lima puluh persen dari proses kegiatan penelitian adalah membaca.

Instrumen Penelitian

Moleong (2012: 9) mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan alat lain yang bukan manusia merupakan alat pengumpulan data utama. Instrumen penelitian dalam kasus ini adalah peneliti sendiri yang melakukan peneitian dengan mengumpulkan data. Peneliti juga menggunakan alat-alat yang dapat membantu penelitian berupa novel, kartu data dan data lain yang bersifat tertulis. Kartu data diperoleh dari teks yang kemudian dilakukan identifikasi.

Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah data terkumpul. Analisis data merupakan kegiatan pemaknaan yang dilakukan setelah data yang telah diperoleh dari wacana dalam novel Kembang Jepun karya Remy Sylado.

Setelah data terkumpul selanjutnya, datanya diklasifikasikan dan dibuat reduksi data, untuk memilih data yang relevan dan bermakna, setelah itu menfokuskan data sesuai dengan masalah yang diteliti. Kemudian menyederhanakan dan menyusun secara sistematis dan menjabarkan hal-hal penting tentang hasil

temuan dan maknanya. Pada proses reduksi data, hanya temuan data yang berhubungan dengan permasalahan penelitian yaitu bentuk ketidakadilan dan bentk perjuangan.

Alur penting yang ketiga dari kegiatan analisis adalah penyajian data. Penyajian data dalam penelitian ini berupa bentuk tulisan atau kata-kata . Setelah memilih data yang relevan dan bermakna selanjutnya data di analisis, bagaimana tokoh utama mengalami perjuangan dan ketidakadilan. Relasi tokoh akan menjelaskan konsep tentang ketidakadilan, karena ketidakadilan itulah sang tokoh utama berjuang.

Setelah menganalisis data barulah dapat diambil kesimpulan akhir secara keseluruhan hasil dari penelitian. Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini ditarik dari relasi, sikap dan perilaku antara tokoh utama dengan tokoh lain laki-laki dan tokoh lain perempuan.

PEMBAHASAN

a.Relasi Keke dan Tjak Broto

Kutipan berikut merupakan bentuk perjuangan Keke melawan konstruksi Shinju.

(4) Saya akan tinggalkan Shinju tanpa sepengetahuan Kotaro Takamura, tanpa membawa apa-apa. Tekad saya sudah bulat menikah dengan Tjak Broto….(Sylado, 2003: 125). TDP (5) Saya mengenakan kebaya serta sarung batik. Dengan berpakaian begini, saya keluar dari Shinju (Sylado, 2003: 126). TDP

Kutipan berikut merupakan bentuk perjuangan Keke ebagai seorang istri.

(7)

gemetar. Merinding. Dan menutup mata. Dor! (Sylado, 2003: 196). TDP

Kutipan berikut merupakan bentuk perjuangan Keke saat berada di Jepang.

(7) Dua bulan setelah saya tinggal di kota kecil ini, saya coba menulis surat kepada Tjak Broto..(Sylado, 2003: 244). TDP

Bentuk-bentuk perjuangan Keke adalah pertama, perjuangan Keke saat melawan konstruksi Shinju untuk menemui Tjak Broto dengan melakukan kamuflase memakai pakaian Jawa dan keluar dari Shinju tanpa sepengetahuan tuannya. Kedua, setelah Keke keluar dari Shinju, Keke yang saat itu statusnya telah menjadi istri dari Tjak Broto. Sebagai istri, Keke berkewajiban memperjuangkan suaminya yang tidak bersalah. Hal tersebut dilakukan oleh Keke dengan melawan tentara Jepang yang saat itu menahan suaminya. Ketiga, perjuangan Keke saat berada di Jepang.

b. Relasi Keke dan Hiroshi Masakuni

(9)Agak lama ia keluar. Dan saya tidak tahu apa yang dilakukannya. Rupanya diam-diam, ia membuat surat untuk Blitar, yang memerintahkannya membebaskan Tjak Broto.

“Maaf,” katanya. “Berhentilah menangis . siapa pun bisa berbuat salah dalam peperangan. Mungkin saya salah, meminta kau jadi istri saya, padahal kau sudah menjadi istri orang lain tapi saya harap kau bisa mengerti, bahwa kesalahan ini bisa terjadi dalam masa peperangan.” (Sylado, 2003: 200-201). TDP

Kutipan di atas menggambarkan sosok Hiroshi Masakuni, yang tidak tahan atas apa yang dilakukan Keke. Hiroshi Masakuni yang dahulu menyukai Keke seorang geisha yang ia temui di Shinju, dengan keluar dari ruangan tersebut ternyata Hiroshi Masakuni memenuhi

permintaan Keke untuk membebaskan suaminya.

Tokoh utama perempuan (Keke) melakukan perjuangan dengan mencoba untuk mempengaruhi kaum laki-laki yaitu Hiroshi Masakuni yang saat itu menjadi komandan tentara Jepang di pemerintahan Hindia-Belanda. Hal yang dilakukan oleh Keke menjadikan ia sebagai seorang istri yang memiliki peran penting terhadap nasib suaminya. Khususnya superioritas dalam memperjuangkan keyakinan dan cintanya sebagai istri dalam rumah tangga. Jadi, posisi perempuan bisa dikatakan setara/equal dengan laki-laki.

c. Relasi Keke dan Yoko

(12) Di saat begini, letih dan kantuk telah hilang sama sekali, dan sebagai gantinya sendi-sendi saraf saya terbangun dan kini dialiri darah panas. ……. dengan demikian badannya terbawa sejauh jarak langkah yang saya lakukan. Setelah itu saya empaskan dengan mendorong ke dinding….(Sylado, 2003: 107). TDP

Keke yang terlebih dahulu telah ditindas oleh Yoko melakukan perlawanan dengan balik melawan Yoko. Hal tersebut tergambar jelas pada kutipan data di atas, saat Keke menerjang, mengigit dan menarik rambut Yoko dengan sekencang-kencangnya. Keke yang mendapat dorongan dari hati kecilnya percaya bahwa dengan berjuang ataupun berkelahi ia tidak akan disiksa lagi oleh Yoko.

(8)

Kutipan data di atas meng-gambarkan sosok Keke yang sadar akan perbuatannya menindas Yoko adalah tidak benar. Ia melakukan tindakan menindas yang hampir melayangkan nyawa Yoko. Kepercayaan Keke terhadap perasaan yang ia anggap sebagai ilham ternyata ia telah keliru dan ia menangis atas penyesalan tersebut. Ternyata hal tersebut, membuat sosok Yoko sadar bahwa dia selama ini salah telah memperlakukan Keke sebagai lawannya. Yoko yang telah sadar bahwa mereka berdua, ia dan Keke adalah seorang geisha dan geisha itu adalah perempuan.

Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai bentuk perjuangan yang dilakukan tokoh utama dalam novel kembang Jepun karya Remy Sylado meliputi dua bentuk; pertama, bentuk relasi ketidakadilan yang terjadi pada relasi tokoh utama (Indonesia) dengan 3 tokoh lain,(Jepang) yaitu Kotaro Takamura, Hiroshi Masakuni dan Yoko. Feminisme dalam bentuk relasi ketidak-adilan yang bersifat hierarkis ini ternyata tidak hanya terjadi antara laki-laki dan perempuan. Tapi juga terjadi dalam bentuk relasi antar negara dan latar belakang yang berbeda. Relasi tersebut terjadi antara tokoh Keke (Indonesia) yang mengalami ketidakadilan oleh Kotaro Takamura, Hiroshi Masakuni dan Yoko yang berasal dari Jepang yang merupakan negara penjajah Indonesia.

Kedua, yaitu bentuk perjuangan meliputi dua aspek yaitu, perjuangan cinta dan perjuangan kesetaraan. Perjuangan cinta yang terjadi adalah relasi antara tokoh Keke dan Tjak Broto yang melalui tiga zaman yaitu, zaman Kolonial, zaman kependudukan Jepang dan zaman

kemerdekaan. Sedangkan perjuangan kesetaraan terjadi pada relasi pertama adalah relasi Keke dan Hiroshi, kedua relasi Keke dan Yoko. Relasi kesetaraan disini adalah Keke yang melakukan perjuangan untuk menegosiasikan posisinya dari inferior menjadi equal ataupun setara.

Saran

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai motivasi, referensi dan dokumentasi untuk meningkatkann apresiasi karya sastra, khususnya novel.

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Kosasih. 2008. Ensiklopedia Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: PT Nobel Edumedia.

Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ratna, Kutha Nyoman. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Semi, M. Atar. 1984. Anatomi Sastra. Padang: Sridharma.

Suhardi, Pumah Yusninus. 2012. Keadilan Hukum dan Penerapannya dalam Pengadilan. Jurnal Humaniora, No.2 Vol.3.

(9)

Wellek, Rene & Warren Austin.1988. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Wiyatmi. 2012. Kritik sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya dalam Sastra Indonesia. Yogyakarta: Ombak.

Referensi

Dokumen terkait

Hal-hal yang mempengaruhi minimasi jarak pada layout usulan adalah pola aliran bahan, jenis material handling yang digunakan dan jumlah mesin serta allowance-nya..

Tujuan penelitian adalah mengangkat cerita rakyat, serta budaya Jawa seperti wayang dan batik sebagai elemen desain, dalam pembuatan suatu jenis dek Tarot yang baru..

Dengan demikian, dalam modul ini pada salah satu kegiatan pembelajarannya juga diberikan materi pedagogik yang menguraikan tentang prinsip‐prinsip pembelajaran yang kreatif

Be to, pasiūlytas elektroninės parduotuvės, kaip verslo komunikacijos instrumento, pritai- kymo tikslinei kultūrai metodas, grindžiamas kultūros dimensijomis ir interneto

Sejalan dengan kewajibannya memberdayakan ketahanan pangan di daerah, hal paling pokok yang harus diketahui adalah (1) daerah (kecamatan) mana saja yang mengalami surplus

Pemerintah Kota Binjai dalam mempersiapkan pembangunan Kota Binjai dalam lima tahun kedepan akan dibangun dalam perwujudan Kota Cerdas (Smart City) yang melingkupi pemerintahan yang

Gambar 13 Hasil stack pada frekuensi 23 Hz dan jarak shotpoint 50 meter Pada frekuensi 10 Hz lapisan-lapisan yang sangat tipis tidak terlihat dan menjadi satu dengan

8 Pasal 44 mengatakan bahwa : (1) Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak pelaku usaha menerima putusan Komisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 Ayat (4), pelaku usaha