PEMIKIRAN ANDREA HIRATA TENTANG
KONSEP DEDIKASIPENDIDIK
DALAM TETRALOGI
LASKAR PELANGI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh:
PRIHARTINAH
11407)09
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) EKSTENSI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
TAHUN 2009
Dr. Sa’adi, M.Ag
Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamu’aluikunu wr. wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi Saudari:
: Pendidikan Agama Islam (PAI) Ekstensi
: PEM IKIRAN ANDREA H IRATA TENTANG KONSEP DED1KASI PENDID IK DALAM TETRALOGI
DEPARTEMEN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl.Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi @stainsalatiga.acid
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi Saudara :
PRIHARTINAH
dengan Nomor Induk Mahasiswa : 114 07 109 yang berjudul : “PEMIKIRAN ANDREA HIRATA TENTANG KONSEP
DEDIKASI PENDIDIK DALAM TETRALOGI
L A SK A R PELANGI
telah dimunaqasahkan dalam sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada h a r i: S a b tu tanggal 29 Agustus 2009 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam ( S .P d .I).
Salatiga, 29 Agustus 2009 M 8 Ramadhan 1430 H
Dewan Penguji
Dr. Sa'adi. M.Ag
DEKLARASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama NIM Jurusan Program Studi
: Prihartinah :11407109 : Tarbiyah
: Pendidikan Agama Islam (PAI) Ekstensi
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 11 Agustus 2009
MOTTO
lywl$ ^ v * * P > - > - « ^ *4. -r4 j j | ^ J jC > fc A ^ u l ^ *J 1g L •»,->» . - , ^ r - 4 j IL ^mJ J J A l l ! <^_J2* . "S'* St^ Xj ^
Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.
(Q.S. At-Talaq: 7)
Never put o f till you tomorrow what you can do today
(Jangan pemah menunda sampai besok apa yang dapat kamu kerjakan hari ini)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Bapak dan Mamak yang selalu ada di setiap nafas ini. Mereka senantiasa mengasuhku, merawatku dengan penuh kasih sayang, membanggakanku, dan mendidikku sampai dewasa sekarang ini.
2. Kakakku Andi Widaryanto yang selalu menemaniku, menyadarkanku dalam berbagai hal, dan menghawatirkanku jika aku pulang terlambat.
3. Keluarga besar SDN Jatirunggo 01 (Bu’e, Pak Ju, Bu Wik, Bu Siti, Bu Us, Bu Tyas, Bu Hes, Pak Toni, Pak Bagus), serta anak-anakkku kelas I-VI yang selalu mendokan Bu Atin.
4. Sahabat-sahabatku yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini. 5. Alumnus PW Jambi 2009 (Sahid, James, Umi, Zhu, Sandy, Tamul, Saiful,
Uswah, Pis, Rika, Ririn, Alex, Nazil, Nasir, Luluk, Qumi, Hendy, Masrukhan, dan Kholil)
6. Semua pecinta karya sastra.
KATA PENGANTAR
Segala puja puji syukur penulis panjatkan kepada Zat Sang Maha Pantas Menerima Puja, karena Dia telah menganugerahkan kesehatan, kesempatan, dan kemampuan untuk berfikir sehingga karya kecil ini dapat terselesaikan. Salawat serta salam senantiasa tercurahkan keharibaan sang reformis, yakni baginda Rasulullah SAW. yang telah mereformasi zaman yang sesat menuju jalan lurus yang penuh dengan hiasan ilmu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat berjalan lancar tanpa adanya bantuan dan dukungan dari semua pihak. Pada kesempatan ini pula, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku ketua STAIN Salatiga.
2. Dr. Sa’adi, M.Ag. selaku pembimbing dalam penyusunan skripsi ini. Dimana beliau telah merelakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan yang sangat berharga bagi penulis demi terselesainya penyusunan skripsi ini.
3. Bapak dan Ibu dosen yang membimbing penulis selama belajar di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Salatiga.
4. Bapak dan Mamak yang senantiasa memberikan bantuan material dan spiritual yang tak temilai jumlahnya hingga selesai penyusunan skripsi ini.
5. Andrea Hirata beserta keluarganya yang telah membuahkan karya sastra yang luar biasa dan tentunya berguna bagi penulis.
6. Pak Harfan dan Bu Muslimah (Tokoh dalam tetralogi Laskar Pelangf), yang telah memberikan inspirasi tentang ketulusan hati dalam mendidik.
7. Teman-teman mahasiswa ekstensi kelas AA2 senasib seperjuangan, yang telah memberikan semangat untuk belajar.
8. Semua pihak yang belum disebutkan, yang turut serta membantu penyusunan skripsi ini.
Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan balasan yang sepadan, kecuali untaian kata terima kasih yang mendalam dengan iringan do’a semoga Allah SWT. meridai semua amal baik mereka.
Setelah melalui proses panjang, akhimya penulis dapat menyelesaikan tulisan yang tentu saja masih banyak kekurangan. Walaupun demikian, penulis berharap semoga karya sederhana ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Salatiga, 11 Agustus 2009
DAFTAR ISI
Judul ... i
Nota Pembimbing ... ii
Pengesahan ... iii
Deklarasi ... iv
Motto ... v
Persembahan ... vi
Kata Pengantar... vii
Daftar Isi ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Penegasan Istilah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 8
D. Fokus Penelitian ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Hasil Penelitian ... 9
G. Metode Penelitian ... 10
H. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II BIOGRAFI DAN KARYA ANDREA HIRATA A. Biografi Andrea Hirata ... 15
B. Latar Belakang Akademis Andrea Hirata ... 17
C. Karya-Karya Andrea H ira ta ... 19
D. Ringkasan Cerita Tetralogi Laskar P ela n g i... 23
C. Karya-Karya Andrea Hirata ... 19
D. Ringkasan Cerita Tetralogi Laskar P elangi... 23
BAB III KONSEP DEDIKASIPENDIDIK DALAM TETRALOGI LASKAR PELANG I... 32
A. Daya Gugah Pak Harfan dan Ibu M uslimah... 32
B. Pak Harfan dan Ibu Muslimah adalah seorang M otivator... 33
C. Pantang M enyerah... 34
D. Mendidik Karena C in ta ... 36
E. Rahasia Pendidik yang H e b at... 37
F. Pahlawan Tanpa Tanda Jasa yang Sesungguhnya ... 38
BAB IV HIKMAH PEMIKIRAN ANDREA HIRATA TENTANG KONSEP DEDIKASI PENDIDIK DALAM TETRALOGI LASKAR PELANGI BAGI PENIDIKAN ISLAM SECARA UMUM ... 39
A. Tugas dan Kewajiban Pendidik ... 40
B. Sifat-Sifat Pendidik... 42
C. Kompetensi-Kompetensi Pendidik... 46
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 48
B. Saran ... 50
C. KataPenutup ... 51 Lampiran-Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia adalah makluk yang terdiri dari jiw a dan raga, yang keduanya
saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Al-Qur’an memuliakan dan
melebihkan manusia di antara makhluk-makhluk lain, sebagaimana firman
Allah SWT. yang berbimyi:
“ Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempuma atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan.” ( Q.S. al-Isra’ : 7 0 ) '
Berdasarkan ayat tersebut maka jelaslah bahwa Allah SWT. telah
menempatkan manusia pada tempat yang sesuai, tanpa melebihi dan
mengurangi. Namun, manusia memiliki keutamaan, kelebihan, kemuliaan dan
kedudukan yang tinggi dengan notabene apabila ia tahu diri, berilmu, dan
menggunakan akalnya. Apabila ia jatuh dan meluncur ke tingkat yang paling
rendah/jelek, maka hilanglah kemanusiaannya dan ia berada dalam keadaan
yang lebih hina dari binatang.1 2 Kelebihan yang dianugerahkan oleh Allah
SWT. kepada manusia adalah berupa fitrah sesuai keadaan alaxni manusia
yang ber-tuhankan Allah SWT. Akan tetapi karena lingkungan dan akal yang
1 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Thoha Putra, Semarang, 1989, him. 435.
dimiliki manusia itu sendirilah yang menyebabkan fitrah manusia berubah. Perubahan fitrah manusia dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia berada dan
bagaimana ia memperoleh pengetahuan baik secara sangaja maupun tidak
sengaja ia dapatkan. Dalam hal ini tidak lain adalah karena adanya faktor
pendidikan.
Pendidikan adalah pengetahuan, ilmu, dan seni. Disebut sebagai
pengetahuan karena pendidikan itu merupakan akumulasi dan sistematisasi
dari fenomena hubungan antar manusia dalam saling berkomunikasi,
mempengaruhi, dan lain perbuatan dalam upaya untuk mencapai cita-cita atau
tujuan pendidikan.3 Dalam pandangan Islam pendidikan diartikan sebagai
proses bimbingan dari orang dewasa secara sadar dengan tujuan memelihara
dan mengembangkan fitrah sarta potensi (sumber daya) insani menuju
terbentuknya manusia seutuhnya sesuai dengan norma Islam, yang dilakukan
secara bertahap dan berkesinambungan seirama dengan perkembangan peserta
didik.
Subjek utama dalam dunia pendidikan adalah manusia yang memiliki
akal. Salah satu unsur terpenting dalam proses pendidikan adalah pendidik.
Pendidik bertanggung jaw ab memenuhi kebutuhan peserta didik, baik secara
spiritual, intelektual, moral, estetika, maupun kebutuhan fisik peserta didik.4
Di pundaknya terletak tanggung jaw ab yang besar dalam upaya mengantarkan
peserta didik ke arah tujuan pendidikan yang telah dicitakan. Oleh karena itu
3 Imam Bamadib, Sutari Imam Bamadib, Beberapa Aspek Substansial Ilmu Pendidikan,
Andi, Yogyakarta, 1987, him. 1.
4 Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis,
seorang pendidik yang ideal harus dapat memenuhi tanggung jaw ab yang dibebankan kepadanya, bertaqwa kepada Allah SWT., berilmu, sehat
jasmaniyah, baik akhlaqnya, bertanggung jaw ab dan beijiwa nasional.5
Pandangan di atas mengisyaratkan bahwa seorang pendidik bertugas
untuk membimbing peserta didik serta mengarahkannya dalam
mengembangkan potensi serta bimbingan menuju kedewasaan. Karena tanpa
bimbingan seorang pendidik, potensi dasar yang dimiliki peserta didik tidak
akan tumbuh dan bekembang secara optimal.
Problem fenomenal pendidikan saat ini adalah tentang profesionalisme
pendidik, baik secara kualitas maupun kuantitas. Meskipun secara kualitas
mereka berasal dari lulusan Lembaga Pendidikan Keguruan, akan tetapi
karena tujuan peningkatan kualitasnya tidak didasari pada peningkatan
profesional, namun hanya dilakukan sebagai syarat agar diakui sebagai
pendidik yang profesional dalam arti untuk mendapatkan tunjangan profesi
semata, maka penyampaian ilmunya pun bukan didasari karena ketulusan jiw a
untuk mendidik, sehingga kuantitas ilmu yang diberikan kepada peserta didik
juga tidak maksimal. Padahal tujuan pemerintah memberikan tunjangan
profesi adalah supaya mereka menjadi pendidik yang profesional, dirasakan
sebagai kewajiban, dan dijalani sepenuh waktu, bukan p a rt time.
Seiring dengan bergulimya zaman, sangat sulit menjadi pendidik yang
professional dan berdedikasi tinggi, tanpa harus memperhitungkan berapa
yang kita dapatkan, bukan berapa yang telah kita berikan. Jika semua pendidik
menjadi seorang pendidik yang profesional, berdedikasi tinggi, mengabdikan
seluruh jiwanya untuk pendidikan, sesuai dengan penghargaan pemerintah
yang telah diberikan kepada para pejuang ilmu, niscaya peserta didik di Indonesia menjadi bunga-bunga bangsa yang bisa berdiri tegak, percaya diri,
serta mampu bersaing dengan forum Regional maupun Intemasional.
Dewasa ini, pengetahuan tidak hanya diperoleh dari proses pendidikan
secara langsung melalui lembaga formal maupun nonformal, akan tetapi dapat
dipelajari secara tidak langsung dari media cetak, media elektronik, bahkan
yang tidak kalah tenamya adalah melalui karya sastra. Para penulis mampu
mencurahkan kemampuan intelektuanya melalui permainan kata, menjelma
kalimat-kalimat dan bermuara pada sebuah kisah panjang yang memikat para
pembaca sehingga mampu menyumbangkan pemikirannya dalam dunia
pendidikan, tanpa harus melakukan interaksi langsung dengan audien.
Pemahaman karya sastra sangat bermanfaat karena di dalamnya terdapat
pesan-pesan moral yang bemilai tinggi.
Konsep dedikasi pendidik juga terdapat dalam karya sastra. Salah satu
penulis terkenal yang telah memberikan inspirasi bagi dunia pendidikan
adalah Andrea Hirata melalui karya sastranya tetralogi Laskar Pelangi yang
kini tengah populer diperbincangkan mulai dari kalangan pelajar sampai pada
senior pendidikan.
Tetralogi Laskar Pelangi terdiri dari empat buah novel yang saling
berhubungan, yakni Laskar Pelangi yang menceritakan tentang masa kecil
anggota Laskar Pelangi, sebelas orang anak Melayu Belitong yang tak
menyerah walau keadaan tak bersahabat, bersemangat dalam menjalani hidup
tentang nasib, tantangan intelektualitas, cita-cita yang gagah berani, menolak
keputusasaan dan ketidakkberdayaan. Edensor memiliki garis merah yang tebal soal pendidikan, dan petualangan. Dengan bekal keyakinan yang
diajarkan Ibu Muslimah, peserta didik dari daerah prim itif di Indonesia
mampu menaklukkan padang dan gurun yang terbentang luas di dunia, dan
M aryamah Karpov bercerita tentang intelegensi yang meluap-luap dan
membumi. Novel ini awalnya ditulis berdasarkan memoar masa kecil lelaki
berambut ikal yang beraama Andrea Hirata. Sejak kecil, ia ketagihan menulis
fiksi. Sebenamya, Laskar Pelangi adalah buku kedua yang ditulis setelah
buku ilmiahnya yang bequdul The Science o f Bussiness. Akan tetapi, yang
lebih dikenal dulu adalah fiksinya yang beijudul Laskar Pelangi.
Mulanya, ia tidak pem ah meniatkan naskahnya dikomersilkan lewat
industri buku. Ia menulis memoar itu untuk dipersembahkan sebagai kado
ulang tahun bagi gurunya tercinta, Ibu Muslimah. Dalam Laskar Pelangi, ibu
guru ini adalah seorang tokoh yang sangat inspiratif, seorang pendidik miskin
di sebuah Sekolah Dasar miskin di Belitong yang mendidik murid-muridnya
dengan penuh kecintaan, beliau mengabdikan hidupnya pada pendidikan, meskipun dengan gaji yang tak sebanding dengan jerih payahnya, akan tetapi
beliau tetap bersemangat mentransferkan ilmu yang dimilikinya tanpa
mengharap balas jasa yang berlebih, sehingga peserta didikinya pun menjadi
sukses dan percaya diri dalam bersahabat dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Beliau adalah sosok seorang ’’Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” yang sebenamya.
Kabamya, Ibu Muslimah diusulkan untuk mendapatkan penghargaan M a ’a r if
Dari berbagai uraian di atas melalui judul “
PEMIKIRAN ANDREA
HIRATA TENTANG KONSEP DEDIKASI PENDIDIK DAL AM
TETRALOGI LASKAR PELANGI,
penulis akan mencoba mengkajibagaimana pandangan Andrea Hirata mengenai sosok seorang pendidik sejati.
B.
Penegasan Istilah
Untuk mempermudah pemahaman serta menentukan arah yang jelas
dal am penelitian ini, maka penulis memandang perlu mengemukakan maksud
dari kata-kata dan istilah yang digunakan dalam penelitian ini, agar dapat
dipahami secara konkret dan lebih operasional. Adapun batasan istilah
tersebut antara lain sebagai b e rik u t:
1. Pemikiran
Pemikiran berasal dari kata p ikir yang berarti akal budi, ingatan,
angan- angan. Kata pikir jika ditambah akhiran -an menjadi pikiran yang
berarti hasil pikiran atau memikirkan. Jika ditambah awalan pe- dan
akhiran -an menjadi proses, cara, perbuatan memikir.6 7 Pemikiran yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil proses berfikir Andrea Hirata.
2. Konsep
Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun
yang ada di luar bahasa, yang digunakan akal budi untuk memahami hal-
hal lain. Konsep dapat diartikan sebagai deskripsi dari sebuah gagasan
6 Departemen P& K RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989 , him. 683.
untuk menentukan sebuah pendapat, dalam hal ini adalah gambaran mengenai dedikasi pendidik yang tertulis dalam tetralogi Laskar Pelangi.
3. Dedikasi
Menurut WJS. Poerwadarminta dalam kamus umum Bahasa
Indonesia dedikasi berarti persembahan, pengabdian, sesuatu yang
dilakukan untuk tujuan suci atau bersifat pengorbanan.8 Dalam penelitian
ini dedikasi yang dimaksud adalah pengabdian seorang pendidik dalam
tetralogi Laskar Pelangi.
4. Pendidik
Pendidik adalah orang yang mendidik.9 Jadi pendidik adalah orang
yang bertanggung jaw ab untuk mendidik, dalam penelitian ini pendidik
yang dimaksud dalam tetralogi Laskar Pelangi adalah Ibu Muslimah
Hafsari dan Bapak Harfan.
5. Tetralogi Laskar Pelangi
Kata tetralogi berasal dari bahasa Inggris Tetralogy, yang artinya
serangkaian dari empat buah cerita sandiwara yang saling berhubungan.10
Tetralogi Laskar Pelangi adalah novel yang terdiri dari empat judul, yakni
Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan M aryamah Karpov.
8 WJS. Poerwadarminta, P & K RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1976, him. 235.
9 Ibid., him. 250.
C. R um usan M asalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat
penulis ungkap guna menentukan arah yang jelas dalam penelitian ini a d a la h :
1. Bagaimana deskripsi tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ?
2. Bagaimana konsep dedikasi pendidik dalam tetralogi Laskar Pelangi
karya Andrea Hirata?
3. Bagaimana hikmah pemikiran Andrea Hirata tentang konsep dedikasi
pendidik dalam tetralogi Laskar Pelangi dalam dunia pendidikan Islam
secara umum?
D.
Fokus Penelitian
Dari uraian di atas, dapat diringkas bahwa penelitian ini akan
mendeskripsikan pemikiran Andrea Hirata tentang konsep pendidik yang
termuat dalam karya sastranya, kemudian dianalisis untuk menemukan
bagaimana sebenamya hikmah dari konsep dedikasi pendidik dalam konteks
pemikiran Andrea Hirata dalam dunia pendidikan Islam secara umum.
E.
Tujuan Penelitian
Sebagai konsekuensi dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang
hendak direalisir oleh peneliti adalah sebagai b e rik u t:
1. Untuk mendeskripsikan tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea H irata
2. Untuk mendeskripsikan konsep dedikasi pendidik dalam tetralogi Laskar
3. Untuk Menganalisa hikmah pemikiran Andrea Hirata tentang konsep dedikasi pendidik dalam tetralogi Laskar Pelangi dalam dunia pendidikan Islam secara
umum.
F.
Manfaat Hasil Penelitian
Setelah mengkaji pokok-pokok pemikiran Andrea Hirata tentang konsep
dedikasi pendidik dalam pendidikan Islam, diharapkan dapat memberikan
beberapa manfaat. Adapun berbagai manfaat yang diharapkan antara lain
sebagai b e rik u t:
1. Manfaat bagi peneliti
a. Dapat menambah keilmuan tentang sastra.
b. Dapat menambah pengetahuan bahwa dedikasi seorang pendidik
menjadi syarat utama sebagai bekal untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jaw ab dengan sungguh-sungguh, serta menyadari bahwa
menjadi seorang pendidik adalah tugas yang mulia.
c. Dapat menambah khazanah pengetahuan untuk meningkatkan
keberhasilan dalam proses belajar-mengajar.
2. Manfaat bagi Akademik
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan akademik dan mahasiswa.
b. Menambah khazanah pus taka dalam pendalaman pengajaran bagi
G. M etode Penelitian
1. Jenis Penelitian.
Penelitian ini termasuk penelitian bibliografi, karena berusaha
menyimpulkan, menganalisis, dan membuat interpretasi mengenai
pemikiran tokoh. Dalam hal ini mengenai pokok-pokok pemikiran Andrea
Hirata tentang konsep dedikasi pendidik melalui karya sastranya tetralogi
Laskar Pelangi.
Untuk menunjang studi kepustakaan, penulis menggunakan langkah-
langkah sebagai b e rik u t:
a. Mencari buku-buku yang ada kaitannya dengan penulisan di
perpustakaan, dalam katalog, pengarang judul dan sabagainya.
b. Mencari penyesuaian data umum atau data khusus dari literatur buku,
misalkan pegangan sistematis, karangan khusus monografi dan
sebagainya.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang digunakan
peneliti untuk mengumpulkan data.11 Dalam penelitian ini data diperoleh
melalui kajian terhadap novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.
Penelitian dilakukan dengan metode observasi kepustakaan dengan
mengamati secara langsung pada sumber-sumber tertentu, mencari,
menelaah buku-buku, artikel, dan sebagainya. Oleh sebab itu penelitian ini
menggunakan metode dokumentasi yaitu mencari data-data yang tertulis
yang berupa buku- buku, majalah, artikel, dan sebagainya.12
3. Sumber Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dibagi menjadi dua
sumber yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data primer, yakni tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang
menceritakan tentang masa kecil anggota Laskar Pelangi. Sebelas
orang anak Melayu yang mempunyai semangat belajar tinggi, tak
kenal menyerah walau keadaan tak bersimpati dengan mereka. Begitu
juga dengan semangat para pendidik yang mempunyai dedikasi tinggi
dalam mengemban amanahnya sebagai pentransfer pengetahuan,
sekaligus sebagai pembimbing moral dalam kehidupan peserta
didiknya.
b. Data sekunder, yakni buku-buku tentang konsep pendidik yang
digunakan sebagai bahan tinjauan pemikiran tentang dedikasi pendidik
dalam penelitian ini.
4. Metode Analisis Data.
a. Metode Deskriptif, yaitu perumusan filsafat tersembunyi
dideskripsikan sedemikian rupa sehingga terus-menerus ada referensi
pada masalah konkret sedetail-detailnya.13 Penelitian ini berusaha
12 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, CV. Biro Aksara, 1987, hlm.135.
b. Metode Interpretasi, yaitu menyelami sebuah karya untuk menangkap arti dan nuansa yang dimaksudkan tokoh secara khas.14 Metode ini
digunakan untuk memahami sifat-sifat tokoh pendidik yang memiliki
dedikasi tinggi dalam tetralogi Laskar Pelangi.
c. Metode Induktif, yaitu membentuk pengetahuan umum yang kemudian akan dijadikan dasar deduksi, dijadikan premis major dari silogisme.15
Dengan kata lain pembahasan dari peristiwa atau kejadian khusus
digeneralisasikan secara umum.
d. Metode Deduktif, yaitu apa yang dipandang benar pada semua
peristiwa dalam satu kelas atau jenis, berlaku juga sebagai hal yang
benar pada semua peristiwa yang termasuk dalam kelas jenis itu.16
Artinya, pembahasan peristiwa atau kejadian umum digeneralisasikan
secara khusus.
mendeskripsikan konsep dedikasi pendidik dalaxn tetralogi
Laskar
Pelangi karya
Andrea Hirata.14 Ibid., him. 63.
b. Metode Interpretasi, yaitu menyelami sebuah karya untuk menangkap
arti dan nuansa yang dimaksudkan tokoh secara khas.14 Metode ini
digunakan untuk memahami sifat-sifat tokoh pendidik yang memiliki
dedikasi tinggi dalam tetralogi Laskar Pelangi.
c. Metode Induktif, yaitu membentuk pengetahuan umum yang kemudian
akan dijadikan dasar deduksi, dijadikan premis major dari silogisme.15
Dengan kata lain pembahasan dari peristiwa atau kejadian khusus
digeneralisasikan secara umum.
d. Metode Deduktif, yaitu apa yang dipandang benar pada semua
peristiwa dalam satu kelas atau jenis, berlaku juga sebagai hal yang
benar pada semua peristiwa yang termasuk dalam kelas jenis itu.16
Artinya, pembahasan peristiwa atau kejadian umum digeneralisasikan
secara khusus. 14 15 16
mendeskripsikan konsep dedikasi pendidik dalam tetralogi
Laskar
Pelangi karya
Andrea Hirata.14 Ibid., him. 63.
E. Rahasia Pendidik yang Hebat
F. Pahlawan tanpa Tanda Jasa yang Sesungguhnya
BAB IY Berisi tentang Hikmah Pemikiran Andrea Hirata tentang Konsep
Dedikasi Pendidik dalam Tetralogi Laskar Pelangi dalam Dunia
Pendidikan Islam secara Umum, yang meliputi:
A. Tugas dan Kewajiban Pendidik
B. Sifat-Sifat Pendidik
C. Kompetensi-Kompetensi Pendidik
BAB V Berisi tentang penutup yang meliputi:
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Kata Penutup
Pada bagian akhir penulisan skripsi ini berisi Daftar Pustaka dan
BAB II
BIOGRAFI DAN KARYA ANDREA HIRATA
A. Biografi Andrea Hirata
Andrea Hirata adalah seorang penulis Indonesia yang berasal dari pulau
Belitong, Provinsi Bangka Belitung. Terlahir sebagai anak keempat dari pasangan
Saman Said Harun Hirata dan Nyi Ayu Masturah, pada tanggal 24 Oktober 1967.1
Andrea Hirata menghabiskan masa kecilnya di Belitong, dengan bakatnya pada
olahraga bulutangkis. Ia sangat bangga sebagai orang melayu padalaman.
Bersepuluh, Andrea Hirata dan kawan-kawan dijuluki sebagai Laskar Pelangi
oleh gurunya, NA (Nyi Ayu) Muslimah. Mereka inilah kelompok siswa terakhir
yang menghidupkan SD Muhanamadiyah di Belitung, dan setelah mereka, tidak
ada lagi murid di sekolah itu. Sekarang sekolah itu sudah roboh dan tidak ada lagi
sejaktahun 1991.2
Andrea yang berasal dari sebuah masyarakat yang terpinggirkan, dari
kampung yang terpencil, justru termotivasi untuk berusaha sekuat tenaga keluar
dari keterbatasan itu demi menggapai harapannya. Baginya saat ini satu-satunya
hal yang bisa membuatnya berubah adalah pendidikan. W alau demikian, Andrea
mengaku cita-citanya sejak kecil selalu berubah-ubah. Hanya satu yang tak
pemah berubah ditelan masa dan sederhana saja, yaitu keinginannya untuk
menjadi guru. Tentu saja cita-citanya ini tak dilatari alasan ekonomi, karena
*Yasir Maqosid, Profit Andrea Hirata, 2007, (Online), rhttp://perca.blogspot.com/2007/06/Drofil-andrea-hirata.html. diakses 24 Mei 2009).
baginya bekatja di PT Telkom saja sudah cukup, Cita-citanya yang kuat untuk menjadi seorang guru hanya berlandaskan satu alasan: ’’pengabdian pada
masyarakat”. Tentunya kisah mengenai Bu Muslimah dan Pak Harfan, guru-
gurunya ketika bersekolah di SD Muhammadiyah Belitong, yang mendidik
murid-muridnya dengan penuh kecintaan, menjadi inspirasi utama dari
keinginannya tersebut. Ia melihat guru-gurunya itu berhasil membentuk lulusan yang memiliki integritas tinggi karena mereka benar-benar memahami esensi
pendidikan. Pendidik yang memahami betul tugas mulia sebagai guru yang
bangga akan profesinya, serta peserta didik yang tahu betul tanggung jaw ab moral
sebagai peserta didik, akan membuat lulusan lembaga pendidikan dan para
pendidiknya menjadi berintegritas.
Ia membentuk sebuah Learning Center (LC) di Belitong, yang merupakan
bagian dari program Laskar Pelangi in A ction yang dibiayai dari dana pribadi
semaksimal mungkin. Bukan yayasan, bukan LSM, bukan lembaga apa pun dan
tidak punya nomor rekening, karena benar-benar proyek pribadi. Bentuknya
adalah tempat berkumpul dan belajar bagi anak-anak Belitong. Andrea ju g a telah
berhasil mendirikan sebuah perpustakaan di kampung halamannya tersebut.
Perpustakaan yang sengaja disediakan bagi orang yang berminat belajar ilmu
pengetahuan dan agama Islam, dan tidak menutup para relawan yang ingin
bergabung.3 Sekarang ia juga tengah mengejar mimpinya yang lain untuk tinggal
di Kye Gompa, desa tertinggi di dunia, di Himalaya.
Meskipun kini Andrea disibukkan dengan program sosial pendidikan
Laskar Pelangi in Action, tidak membuatnya merasa berubah. Ia selalu belajar tidak mengidentikkan diri sebagai orang terkenal. Ia selalu merendahkan diri
dengan selalu menyebut dirinya sebagai orang kampung yang memiliki
kesempatan menulis buku. Andrea lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang
akademisi dan backpacker. Ia ju g a memiliki cita-cita yang tinggi yakni sebagai
Low Profile. Saat ini ia masih tinggal di Bandung dan bekeija di kantor pusat PT
Telkom, dan hobinya adalah naik komidi putar.
B. Latar Belakang Akademis Andrea Hirata.
Lelaki pengarang ini dal am peijalanan akademisnya luar biasa. Ia
bersekolah di SD dan SMP Muhammadiyah, Belitong Timur, Bangka Belitung.
Pada waktu Andrea masuk kelas 1 SD muridnya hanya tinggal 10. Mereka yang
hidup di suatu pulau yang paling kaya di negeri ini yang dikelola oleh PN Timah.
PN Timah sendiri dalam kompleks yang kaya di tengah-tengah pulau, dan Andrea
bersama kawan-kawan penduduk asli hanya berada di pinggir dan tidak boleh
sekolah di PN Timah. Orangtua mereka sebagai kuli. Penduduk asli belitong
umumnya menjadi kuli tambang. Itulah sebabnya, anak-anaknya tak berhak
bersekolah di sekolah yang dikelola PN Timah. Walau demikian, mereka tetap
beijuang mempertahankan sekolah mereka dan bersaing dengan orang-orang yang
sekolah di PN Timah dan akhimya sekolah PN Timah dapat mereka kalahkan.
NA. Muslimah memberi kesaksian, mereka belajar dengan semangat dan
kompetitif di antar mereka. Andrea sejak kecil sangat menyukai pelajaran
matematika. Berkat dorongan gurunya itu, Andrea ingin meraih cita-cita yang tinggi. Kobaran semangat dari Bu Muslimah membuat Andrea tak menganggap
jarak 30 km dari rumah ke sekolah sebagai rintangan, hingga ia lulus pada tahun
1983.4 Setamat SMA, ia merantau ke Jawa, melanjutkan studi di Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia dengan predikat Cumlaude. Seusai meraih gelar
satjana ekonomi, ia berhasil mendapatkan beasiswa dari Uni Eropa untuk
mengambil studi M aster o f Science di Universite de Paris Sorbonne, Perancis
serta Sheffield Hallam University, United Kingdom. Meskipun studi mayor yang
diambil Andrea adalah ekonomi, ia juga amat menggemari sains-fisika, kimia,
biologi, astronomi, dan tentu saja sastra. Tesis Andrea di bidang ekonomi
telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua univeritas tersebut dan ia juga
lulus Cumlaude. Tesis itu telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia dan
merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang
Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai referensi ilmiah.
Andrea juga memiliki nuansa spiritualitas yang sangat mengikat. Hal ini
terlihat ketika dia sekolah di SD dan SMP Muhammadiyah yang notabene
merupakan sekolah yang sangat kental dengan nuansa religius. Bahkan pada saat
merantau di negeri orang yang memiliki perbedaan iklim sangat berbeda jauh,
Andrea tetap menjalankan puasa meskipun waktu siang di negeri nun jauh di sana
lebih dari 12 jam . Sifatnya yang sangat rendah hati, meskipim ia berpendidikan
tinggi, menunjukkan bahwa Andrea adalah seorang muslim sejati yang tetap
4 Agus Rasidi, Andrea Hirata: Bangga Sebagai Orang Melayu Pedalaman, 22 Januari 2009, (Online), (http://www.republika.co.id/kolom detail.asp?id=318395&kat id=855. diakses 24 Mei 2009
menjunjung tinggi panji-panji Islami, sebagaimana ilmu yang telah peroleh
semenjak menuntut ilmu di sekolah Muhammadiyah. Ia juga tidak suka dipuji orang lain, sebagaimana pemyataan berikut:
“Saya hanyalah seorang muslim yang ingin beijuang menjadi insan terbaik,
tetapi sekali lagi saya bukan ustad, saya tersiksa oleh pencitraan-pencitraan
ngawur semacam itu.”5
C. Karya-karya Andrea Hirata.
Buku pertama yang ditulis adalah buku ilmiah beijudul The Science o f
Business, yang merupakan adaptasi dari thesis S2-nya di Sheffield Hallam
University, tempatnya menuntut ilmu. Buku itu ditulis tahun 2003, berisi tentang
teori Ekonomi dalam perspektif Telekomimikasi. Buku yang sangat matematis
dan grafikal dalam menganalisa soal ekonomi telekomunikasi dari aspek teori
ekonomi mikro, sehingga memang dikhususkan bagi kalangan tertentu saja. Tesis
itu telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia yang diterbitkan ITB dan
merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang
Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai referensi ilmiah. Buku itu semacam
kewajiban moral kepada Uni Eropa, lembaga yang memberi beasiswa kuliah di
Sorbonne [Prancis] dan Sheffield [Inggris].
Adapun karya sastra terkenal yang dibuat oleh Andrea Hirata yakni
Tetralogi Laskar Pelangi, terdiri dari 4 buah buku yang ceritanya masih berkaitan. Keempat judul novel tersebut adalah:
1. Laskar Pelartgi.
Laskar Pelangi adalah novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005. Buku ini telah berkembang
bukan hanya sebagai bacaan sastra, namun sebagai referensi ilmiah. Novel ini
banyak dirujuk untuk penulisan skripsi, tesis, dan telah diseminarkan oleh
birokrat untuk menyusun rekomendasi kebijakan pendidikan.6 Laskar Pelangi
termasuk novel yang ada di jajaran best seller untuk tahun 2006-2007, bahkan
mendapat julukan The M ost Pow erful Book 2007.
Selain mendapat apresiasi tinggi terhadap novel tersebut, Laskar Pelangi
juga diadaptasi menjadi sebuah film yang juga mendapat sambutan hangat '4
para penggemar film. Laskar Pelangi merupakan produksi ke-9 Miles Films
dan Mizan Production. Dalam film ini M ira Lesmana menjadi produser dan
penulisan naskahnya ditulis oleh Salman Aristo.
Film ini dibintangi 10 anak asli Belitong yang berperan sebagai anggota
Laskar Pelangi dan akrtis dan aktor Indonesia, di antaranya Cut Mini,
Ikranagara, Tora Sudiro, Slamet Rahaijo, Mathias Muchus, Rieke Diah
Pitaloka, Lukman Sardi, Alex Komang, dan Jajang C N oer.7
2. Sang Pemimpi.
Sang Pem im pi merupakan Buku kedua dari tetralogi Laskar Pelangi
yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada bulan Juli tahun 2006.
3. Edensor.
Buku ketiga dari tatralogi Laskar Pelangi yang beijudul Edensor yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada bulan Mei tahun 2007, dan masuk
nominasi penghargaan nasional sastra KLA (K hatulistiw a Literary Award)
tahun 2007.
4. M aryamah Karpov.
M aryamah Karpov adalah novel keempat karya Andrea Hirata yang
dirilis pada tanggal 28 November 2008, dan baru beredar secara resmi mulai
tanggal 29 November 2008 lalu. M aryamah K arpov merupakan buku terakhir dari tetralogi Laskar pelangi dan terdiri dari 2 buku, bagian pertamanya
dengan sub judul “Mimpi-pimpi Lintang”. Launching buku ini mendapatkan
expose yang cukup besar dari media massa dan mendapat perhatian yang
cukup besar dan mendapat perhatian banyak dari khalayak pecinta buku
terutama oleh penggemar tetralogi Laskar Pelangi. Bahkan ada beberapa
pihak yang menganggap antusiasme terhadap perilisan buku Andrea Hirata
sebagai JK Rowling- nya Indonesia.
Namun, di tengah ketenarannya setelah tetralogi Laskar Pelangi
teijual lebih dari 1 ju ta eksemplar, dan filmnya pun digemari para sineas,
justru Andrea memutuskan berhenti menulis. Mengapa? Pemyataan ini
dikemukakannya pada saat wawancara dengan wartawan harian Suara
Merdeka pada tanggal 17 Februari 2009 sebagai berikut:
“Setelah selesai menulis tetralogi Laskar Pelangi kesulitan terbesar yang dihadapi temyata saya harus mendapatkan pembaca Indonesia yang sangat personal, sentimental, dan cenderung emosional. Saya setuju dengan pendapat yang menyatakan, ”You are w hat yo u w rite ”
(Anda adalah apa yang anda tulis), but in term o f capacity, not in term o f integrity. Saya cape berhadapan dengan orang-orang yang membaca
Laskar Pelangi dan menyangka saya sebagai seorang alim. Saya keberatan terhadap orang-orang yang memprofil saya sebagai alim ulama atau orang baik. Hal itu menimbulkan perasaan tidak nyaman. Hal itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa saya mulai malas menulis novel lagi. Hal kedua yang menjadi alasan saya ingin berhenti menulis adalah pembajakan. Sudah jutaan eksemplar buku saya dibajak. Hal ketiga berkait dengan pemahaman pembaca atas beberapa hal, misalnya mengenai film. Sebagian besar pembaca tidak setuju
Laskar Pelangi difilmkan.
Mereka punya film sendiri di dalam kepalanya dan tidak mau film itu menjadi rusak karena interpretasi para sineas. Mereka tidak menyadari betapa yang dinamakan adaptasi itu adalah penyesuaian. Mereka selalu menganggap film itu harus sama dengan bukunya. Saya justru tidak setuju. Jika film harus sama dengan buku, buat apa bikin film? Saya lebih setuju jik a sineas berbakat sekelas Riri Riza dan M ira Lesmana memperkaya buku itu. Harap diketahui, keputusan saya untuk memfilmkan Laskar Pelangi membutuhkan waktu panjang. Bukan sekadar keputusan komersial. Jika hanya ingin mendapatkan miliaran rupiah dalam waktu cepat, karya ini dulu sudah saya berikan kepada salah seorang produser yang tertarik dan menawar.
Saat ini Andrea tetap memutuskan berhenti menulis. Sebenamya ada tiga buku yang sudah siap ditulis. Ketiga buku itu: tentang biografi Bu Muslimah, peijuangan perempuan perampok Melayu, dan sepakbola. Buku-buku ini beride nakal dan liar yang memungkinkan Andrea tak kehabisan kata untuk menjadikannya sebagai karya-karya tebal. Namun, kutukan pembaca yang menyiksa, telah menjadikannya memutuskan break, berhenti menulis, apa pun risikonya.8
D. R ingkasan C erita T etralogi
Laskar Pelangi
Novel pertama yang beijudul Laskar Pelangi ini bercerita tentang kehidupan 10 anak dan keluarga miskin yang bersekolah (SD dan SMP) di sekolah
Muhaxnmadiyah di pulau Belitong yang penuh keterbatasan. Mereka adalah: a. Ikal,
b. Lintang; Lintang Samudra Basara bin Syahbani Maulana Basara,
c. Sahara; N.A. Sahara Aulia Fadillah binti K.A. Muslim Ramdhani Fadillah,
d. Mahar; Mahar Ahlan bin Jumadi Ahlan bin Zubair bin A warn,
e. A Kiong (Chau Chin Kiong); Muhammad Jundullah Gufron Nur Zaman,
f. Syahdan; Syahdan N oor Aziz bin Syahari N oor Aziz,
g. Kucai; Mukharam Kucai Khairani,
h. Bore kaka Samson,
i. Trapani; Trapani Ihsan Jamari bin Zainuddin Ilham Jamari,
j . Harun; Harun Ardhli Ramadhan bin Syamsul Hazana Ramadhan.
Cerita ini teijadi di sebuah pulau kecil di selat Karimata, tepamya desa
Gantong, Gantung, Belitung Timur, yang menjadi panggung dari sebuah kisah
tentang 10 anggota laskar pelangi dan lika-liku kehidupan mereka. Mereka
bersekolah dan belajar pada kelas 1 SD sampai kelas 3 SMP, dan menyebut diri
mereka sebagai Laskar Pelangi. Keterbatasan yang ada bukan membuat mereka
putus asa, tetapi malah membuat mereka terpacu untuk dapat melakukan sesuatu
yang lebih baik. Kesepuluh anak itu, kemudian diberi nama “Laskar P ela n g f'
Selain karena kesepuluh anak itu gemar bertengger di atas pohon filiciu m 9
dan melihat pelangi di kala hujan reda, pemberian itu juga mengandung arti-yang barn mereka pahami kemudian-bahwa mereka adalah pejuang yang akan
menghias langit seindah pelangi.
Bermula dengan kekhawatiran Bu Mus karena sekolah Muhammadiyah
tempat ia mengabdi terancam akan dibubarkan oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Sumatera Selatan lantaran muridnya sedikit, apabila hingga
pukul 11.00 tidak mencapai siswa baru sejumlah 10 anak, maka riwayat sekolah
itu berakhir di hari pertama ketika anak-anak baru SD Muhammadiyah berebut
gembira karena masuk sekolah. Ironis sekali. Ketika itu baru 9 anak yang
menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat ketika Pak Harfan, Sang Kepala
Sekolah, hendak berpidato menutup sekolah, Harun dan ibunya datang untuk
mendaftarkan diri di sekolah kecil itu.
Dari sanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk,
pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di
mana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru
mereka Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua
kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa
Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang
mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah.
9 (Filicium decipiens jern tree, pohon kere/Kiara/kerai payung;Ki Sabun); pohon yang termasuk familia Sapindaceae, disebut Ki Sabun karena seluruh bagian tubuhnya mengandung saponin
Mereka, Laskar Pelangi-n am a yang diberikan Bu Muslimah akan kesenangan mereka terhadap pelangi-pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Kejeniusan luar biasa Lintang yang menantang dan
mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal,
dan memenangkan lomba cerdas cermat. Laskar Pelangi mengarungi hari-hari
menyenangkan, tertawa dan menangis bersama.
Bu Mus dan Pak Harfan, dua guru yang telah menghidupkan sekolah
Muhammadiyah. Dengan keterbatasan materi, mereka menjelaskan berbagai
pelajaran juga mengenai makna hidup. Keterbatasan justru membuat Bu Mus dan
Pak Harfan semakin kreatif dalam mengajar. Ketika anak-anak mengeluhkan
sekolah mereka jelek, Bu Mus tak banyak bicara. Ia hanya menunjukkan sebuah
gambar sel penjara yang sempit dan gelap. Lalu ia menjelaskan bahwa gambar
tersebut adalah penjara yang pemah didiami Presiden Soekamo ketika ia ditahan.
Tapi di dalam penjara tersebut, beliau tidak kehilangan akal untuk belajar dan
menulis buku. Begitu strategi yang dipakai Bu Mus berhasil, sehingga tidak ada
lagi keluhan dari mulut anak-anak. Semangat mereka pun juga tak pem ah padam.
Mereka tetap bersemangat belajar meskipun sekolah yang mereka tempati jika
malam hari dijadikan kandang kambing. Dialah satu-satunya guru yang
mengajamya sejak SD hingga SMP, sembilan tahun, dengan sabar, ikhlas, dan
penuh motivasi. Bekal pendidikan Bu Mus menjadi dinamisator yang
menggerakkan semangat Andrea berkobar-kobar, menyala-nyala, meraih cita-cita,
Obsesi putra Melayu pedalaman untuk meraih pendidikan tertinggi.10 Begitu pula
Pak Harfan, ia mampu membuat anak-anak merasa rindu akan cerita-cerita epiknya saat pelajaran Tarikh Islam. Dengan semangat dan penuh ekspresi, Pak
Harfan bercerita mengenai kisah-kisah di zaman Rasul. Tanpa bantuan LCD atau
media televisi seperti yang sering ada di sekolah-sekolah saat ini. Sesungguhnya,
strategi yang digunakan Bu Mus dan Pak Harfan untuk mendidik anak-anak
sekolah Muhammadiyah tersebut sangatlah sederhana, yaitu kasih sayang yang
ikhlas. Bu Mus dan Pak Harfan tak pem ah merasa keberatan mendidik mereka
walaupun upahnya hanya 15 kg beras setiap bulan. Itulah yang membuat mereka
begitu disayang dan dihormati oleh murid-muridnya.
Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang
memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan
dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal yang bequang di
luar pulau Belitong kembali ke kampungnya. Kisah indah ini diringkas dengan
kocak dan mengharukan oleh Andrea Hirata, pembaca bahkan bisa merasakan
semangat sepuluh Laskar Pelangi.
Andrea Hirata juga menyajikan sebuah ketimpangan sosial yang teijadi di
Pulau Belitong. Buku ini menceritakan bagaimana tembok tinggi dibangun untuk
memisahkan pemukiman miskin dan pemukiman kaya. Bagaimana sekolah PN
begitu mewah, sedangkan sekolah swasta sekelas Muhammadiyah begitu merana.
Selain itu bagaimana kampung-kampung di Belitong selalu gelap di malam hari
karena listrik yang terbatas, berbeda sekali bila dibandingkan dengan pemukiman
para petinggi PN Tim ah-yang bukan penduduk asli Belitong-yang mewah dan
terang benderang. Pulau Belitong yang menjadi setting novel Laskar pelangi
adalah saksi dari bangun dan jatunya sebuah rezim kapitalisme yang dibuat
pemerintah. Hal tersebut tergambar jelas dalaxn novel ini, di mana Andrea Hirata
dengan lugas menggambarkan kiprah PN Timah di Belitong dan kehancurannya
pada tahun 1987. Belitong, ju g a menjadi saksi atas jatuh-bangunnya sebelas
anggota Laskar Pelangi sekaligus Bu Mus dan pak Harfan dalam menghadapi
cobaan hidup, dan mengejar cita-cita. Kemudian, nasib berbicara, setelah manusia
berusaha sekeras mungkin demi sebuah cita-cita, dan demi sebuah mimpi.
Dalam buku kedua dari tetralogi Laskar Pelangi, yakni Sang Pem im pi,
Andrea mengeksplorasi hubungan persahabatan dan persaudaraan antara Ikal dan
Arai. Dalam Sang Pem im pi, Andrea bercerita tentang kehidupan ketika masa-
masa SMA. Tiga tokoh utamanya Ikal, Arai, dan si Kuda. Ikal-alter egonya
Andrea Hirata, Arai-saudara jauh yang yatim piatu yang disebut “Simpai
Keramat” karena anggota keluarga terakhir yang masih hidup dan akhimya
menjadi saudara angkat dan Jimbron-seorang yatim piatu yang terobsesi dengan
kuda dan gagap bila sedang antusias terhadap sesuatu atau ketika gugup.
Ketiganya (mati?) dalam kisah persahabatan yang teijalin dari kecil
sampai mereka bersekolah di SMA Negeri Bukan Main, SMA pertama yang
berdiri di Belitung bagian timur. Bersekolah di pagi hari dan bekeija sebagai kuli
di pelabuhan ikan pada dini hari, dari ketagihan mereka nonton film panas di
bioskop dan akhimya ketahuan guru mengaji mereka, perpisahan Jimbron dengan
Ikal dan Arai yang akan meneruskan kuliah di Jakarta yang akhimya membuat
Dalam buku Sang Pemimpi, Andrea menarikkan imajinasi dan melantunkan stambul mimpi-mimpi dua anak Melayu kampung: Ikal dan Arai.
Sang Pem im pi adalah sebuah lantunan kisah kehidupan yang mempesona dan membuat percaya pada kekuatan mimpi, tenaga cinta, pengorbanan, dan membuat
pembaca percaya kepada adanya Allah SWT. Novel ini membawa pembaca
menerobos sudut-sudut pemikiran dimana pembaca akan menemukan pandangan
tentang nasib, tantangan intelektualitas, dan kegembiraan yang meluap-luap
sekaligus kesedihan yang mengharu biru.
Tampak komikal pada awalnya, selayaknya kenakalan remaja biasa, tapi kemudian lambat laun kisah dan karakter dalam buku ini akan menguasai
pembaca. Potret-potret kecil yang menawan akan menghentakkan pada rasa
humor yang halus namun memiliki efek filosofis yang meresonansi. Karena arti
peijuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit dan cita-cita yang gagah
berani Ikal dan Arai akan menuntun pada keanggunan dan daya tarik agar
pembaca dapat melihat ke dalam diri sendiri dengan penuh pengharapan, agar
dapat menolak semua keputusasaan dan ketidakberdayaan diri sendiri.
“Mungkin setamat SMA kita hanya akan mendulang timah atau menjadi kuli, tapi di sini Kal, di sekolah ini, kita tak kan pemah mendahului nasib kita!”.Mendahului nasib! Dua kata yang menjawab kekeliruanku memaknai arah hidupku. Pesimistis tak lebih dari sikap takabur mendahului nasib. “Kita lakukan yang terbaik di sini!! Dan kita akan berkelana menjelajahi Eropa sampai ke Afrika!! Kita akan sekolah ke Prancis!! Kita akan menginjakkan kaki di altar suci almamater Sorbonne! Apapun yang teijadi”.11
Berbeda dengan setting cerita Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi, Edensor
mengambil setting di luar negeri. Tokoh utamanya, Deal dan Arai mendapat
beasiswa dari Uni Eropa untuk kuliah S2 di Perancis. Andrea tetap menulis kisah
ironi menjadi parodi dan menertawakan kesedihan dengan balutan pandangan
intelegensia tentang culture shock ketika kedua tokoh utama tersebut yang berasal
dari pedalaxnan Melayu di Pulau Belitong tiba-tiba berada di Paris. Mimpi-mimpi
untuk menjelajah Eropa sampai Afrika, dan pencarian akan cinta sejati menjadi
motivasi penjelajahan mereka dari bekunya musim dingin di daratan Rusia di
Eropa sampai panas kering gurun Sahara.
Novel ini juga bercerita tentang keberanian bermimpi kekuatan cinta,
pencarian diri sendiri, dan penaklukkan-penaklukan yang gagah berani. Novel ini
juga menjadi semacam penggenapan atas mimpi-mimpi sebagaimana yang
tersimpul dal am kutipan ini: ’’Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-
mimpi itu,” sekaligus sebagai penggenapan atas berbagai kegalauan dan penantian
hidup para tokohnya. Edensor juga menjadi penggenapan atas ”dosa-dosa masa
lalu” seperti yang akan pembaca temui pada bab ”Enam Belas Tahun
Menunggu”.12 Anak miskin dari Belitong menuju Perancis dan menjadi anggota
dari Universitas dunia, Universitas de Paris, Sorbonne, Perancis. Edensor tidak
menyajikan bahasa sastra nan tinggi dengan bergelimangan simbol dan ilustrasi.
Edensor beijalan lurus dalam setiap pengertiannya, tak bermaksud untuk
menyajikan kiasan-kiasan penuh makna. Edensor jelas memberi kita semangat
untuk membuat peta jalan nasib kita sendiri, menentukan sendiri apa yang akan
kita lakukan dan membayangkan sendiri apa yang akan teijadi. Kegagalan
menjadi bagian peijalanan hidup menuju keberhasilan. Sebagaimana dalam
kutipan kalimat:
’’Semua telah kami rasakan, dal am kemenangan manis, yang gilang gemilang dan kekalahan getir yang paling memalukan, tapi tak selangkah pun kami mundur, tak pemah. Kami jatuh, bangkit, jatuh lagi, dan bangkit lagi”.13
Selain mimpi-mimpi yang mengikat erat tetralogi ini, satu lagi tema besar
dalam buku ini adalah pencarian jati din yang tersimpul dalam pencarian sebuah
cinta pertama, Njoo Xian Ling. Cinta pertama sebenamya terasa klise, cinta
pertama adalah tema yang luar biasa. Pencarian atas Njoo Xian Liang telah
membawa Ikal dan Arai menyeberangi daratan Siberia, dan memberi pengalaman
tak terkira sebagai seorang backpacker. Salah satunya adalah terlunta-lunta dan
hanya bertahan hidup dengan memakan dedaunan di pinggir jalan. Kedua tokoh
itu akhimya menembus Zaire di A fiika dalam pencarian cinta pertama. Di tempat
inilah pencarian itu menemukan makna baru.
“Jika kita berupaya sekuat tenaga menemukan sesuatu, dan pada titik akhir upaya itu hasilnya masih nihil, maka sebenamya kita telah menemukan apa yang telah kita cari dalam diri kita sendiri, yakni kenyataan yang hams dihadapi, sepahit apapun keadaannya.14
Dalam buku keempat, yakni M aryamah Karpov Andrea mengisahkan
Arai, Lintang, A Ling dan beberapa pertanyaan yang belum tejawab di 3 buku
terdahulu. Dalam buku ini menceritakan tentang keberanian dan keteguhan hati
telah membawa Ikal pada banyak tempat dan peristiwa. Sudut-sudut dunia telah
dia kunjungi, dengan sepenuh hati, ikal rela berlayar mengunjungi pulau
“Bantuan” atau lebih dikenal sebagai tempat para lanun berkumpul dan
bersembunyi dari polisi. Ikal bersusah payah ke pulau itu hanya untuk bertemu A
Ling, ia tidak peduli akan nyawanya.
Novel ini tetap bercerita dengan sihir-sihir yang berupa kata-kata, yang
akan membawa pada kisah-kisah yang menakjubkan sekaligus mengharukan. Andrea berkisah tentang perempuan dari satu sudut yang amat jarang diekspos
penulis Indonesia. M aryamah Karpov menyihir dan membuat setiap pembaca
mampu melahap lembar demi lembar tanpa kuasa berhenti.
Secara umum, buku ini menceritakan hidup Deal setelah pulang menuntut
ilmu dari luar negeri. Pengangguran bertitel S2 di lingkungan “terbelakang” yang tidak memiliki kesempatan dan ruang untuk mengamalkan ilmunya dan kemudian
menjadi bulan-bulanan pencarian cinta pertamanya, A Ling. Setelah menyusuri
pelosok Eropa dan Afrika tanpa berhasil menemukan A Ling dalam buku
Edensor, dalam buku ini Ikal harus beijuang keras melakukan persiapan berbulan-
bulan dan menempuh bahaya untuk menuju suatu tempat yang dia yakini
merupakan tempat yang akan mempertemukannya dengan A Ling. Pada akhir
cerita M aryamah Karpov, Deal berhasil menemukan tokoh A Ling dan mereka
kabur dari rumah untuk mewujudkan impian mereka berumah tangga.
M aryamah Karpov adalah karya terakhir Andrea dalam tetralogi Laskar
Pelangi. Dengan tetraloginya itu, Andrea menyajikan sebuah cultural literary
non-fiction, yaitu sebuah karya non-fiksi yang digarap secara sastra berdasarkan pendekatan budaya.15
BAB III
KONSEP DEDIKASIPENDIDIK
DALAM TETRALOGI
LASKAR PELANGI
Secara flingsional pendidik menunjuk kepada seseorang yang melakukan
kegiatan dal am memberikan pengetahuan dan pendidikan. Dalam penelitian ini
pendidik yang dimaksud adalah guru. Tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata
memiliki misi yang memang merupakan isi hati penulis. Dedikasi seorang pendidik
yang tersurat dalam tetralogi Laskar Pelangi adalah sebagai berikut:
A. Daya Gugah Pak Harfan dan Ibu Muslimah
Gaya pendidikan yang diterapkan oleh Ibu Muslimah dalam tokoh
Laskar Pelangi adalah ketulusan, penuh motivasi, dan menyemangati peserta
didiknya, sehingga mereka mencintai setiap mata pelajaran. Beliau mengajar
dengan gaji yang amat minim, namun tidak membuat semangat mengajamya
luntur. Pak Harfan dan Ibu Muslimah mendidik dengan sabar dan ikhlas,
sebagaimana kutipan kalimat-kalimat berikut:
1. Pak Harfan telah telah puluhan tahun mengabdi di sekolah Muhammadiyah
nyaris tanpa imbalan apa pim demi m otif syiar Islam. Beliau menghidupi
keluarga dari sebidang kebun palawija di pekarangan rumahnya.1
2. Mereka adalah ksatria tanpa pamrih, pangeran keikhlasan, dan sumur jem ih ilmu pengetahuan di ladang yang ditinggalkan. Sumbangan mereka laksana manfaat yang diberikan pohon filiciu m yang menaungi atap kelas kami. Pohon ini meneduhi kami dan dialah saksi seluruh drama ini. Seperti guru- guru kami, filiciu m memberi napas kehidupan bagi ribuan organisme dan menjadi tonggak penting mata rantai ekosistem.2
1 Andrea Hirata, Laskar Pelangi, cet.Ke-17, Bentang pustaka, Yogyakarta, 2008, him. 21.
3. ... Maka selama enam tahun di SD Muhammadiyah, beliau sendiri yang mengajar semua mata pelaj aran—mulai dari Menulis Indah, Bahasa Indonesia, kewarganegaraan, Ilmu Bumi, sampai Matematika, Geografi, Prakarya, dan Praktik Olahraga. Setelah seharian mengajar, beliau melanjutkan bekerja menerima jahitan sampai jauh malam untuk mencari nafkah, menopang hidup dirinya dan adik-adiknya.3
B. Pak Harfan dan Ibu Muslimah adalah Seorang Motivator
Pak Harfan adalah seorang pendidik yang sangat pandai merangkai kata
bagaimana caranya agar peserta didiknya mudah memahami materi dan selalu
merindukan untaian kata berkutnya, sebagaimana kutipan kalimat berikut:
Kami tak bekedip menatap sang ju ru kisah yang ulung ini. Pria buruk rupa dan buruk pula setiap apa yang disandangnya, tapi “pemikiraxmya jem ih dan kata-katanya bercahaya”. Jika ia mengucapkan sesuatu kami pun terpaku menyimaknya dan tak sabar menunggu untaian kata berikutnya. Beliau telah membuat kami menyayangi sekolah tua ini. Kuliah umum pak harfan di hari pertama kami masuk SD Muhammadiyah langsung menancapkan tekad dalam hati kami untuk membela sekolah yang hampir rubuh ini, apa pun yang teijadi.4
Begitu pula Bu Mus, beliau bukan hanya seorang pendidik yang pandai dan
menguasai seluruh mata pelaj aran, dan bertindak sebagai fasilitator diskusi di
kelas. Bu Mus pandai menahan amarah dan tidak pemah mengeluh.
Sebagaimana kalimat-kalimat yang tertulis berikut:
1. Bu Mus adalah seorang guru yang pandai, karismatik, dan memiliki pandangan jauh ke depan. Beliau menyusun sendiri silabus pelajaran Budi Pekerti dan mengajarkan kepada kami sejak dini pandangan-pandangan dasar moral, demokrasi, hukum, keadilan, dan hak-hak asasi-jauh sebelum orang-orang sekarang meributkan soal materialisme versus pembangunan spiritual dalam pendidikan. Dasar-dasar moral itu menuntun kami membuat konstruksi imajiner nilai-nilai integritas pribadi dalam konteks Islam.5
3 Ibid., him. 77.
2. Lintang memotong penuh minat, kami temganga-nganga, Bu Mus tersenyum senang. Beliau menyampingkan ego. Tak keberatan kuliahnya dipotong. Beliau memang menciptakan atmosfer kelas seperti ini sejak awal. Memfasilitasi kecerdasan muridnya adalah yang paling penting bagi beliau. Tidak seraua guru memiliki kualitas seperti ini. Bu Mus menyambung, "Negeri yang terdekat ini ..."6
3. Bu Mus termenung ragu-ragu. Beliau menatap Mahar sambil tersenyum penuh tanda tanya. Hati kami juga penasaran. Lalu Bu Mus mengambil sebuah keputusan yang puitis. "Jalan kadang berliku-liku, jangan lewat hutan cemara, segeranyanyikan lagumu, biar kutahu engkau m erana..."7 8
4. Kurang ajar betul, Bu Mus bersusah payah menahan emosinya. Aku tahu
beliau sebenamya ingin langsung melabrak Mahar. Air mukanya yang sabar o
menjadi merah. Beliau segera keluar menenangkan dirinya.
C. P an tan g M enyerah
Bu Mus menyikapi kenyataan tertinggal dan terbelakang secara positif.
Hal itu tidak menyebabkannya menyerah pada nasib, akan tetapi justru
memacunya untuk menjadi yang terbaik. Beliau bertekad untuk terns
mengobarkan pendidikan Islam, sebagaimana kutipan kalimat-kalimat berikut:
1. Di sekolah Muhammadiyah setiap hari aku membaca keberanian berkorban
semacam itu di wajah wanita muda ini.9
Ketika para anggota Laskar Pelangi mengeluhkan kondisi kelas yang sering bocor di musim hujan, Bu Mus memperlihatkan gambar sel Bung Kamo, di mana beliau menjalani hukuman, namun setiap hari belajar. Mulai saat itu,
mereka tidak pem ah memprotes sekolahnya dan tidak pemah membolos
walaupun sehari. Dorongan Bu Mus semakin efektif, karena mereka juga
mempunyai motivasi diri amat kuat akibat perlakuan diskriminasi tidak boleh
sekolah di SD favorit PN Timah. Bukti ini terlihat jelas ketika SD
Muhammadiyah dapat mengalahkan SD PN Timah. Begitu juga Pak Harfan,
beliau selalu memotivasi peserta didiknya untuk pantang menyerah pada nasib,
penuh motivasi. Bekal pendidikan dari Pak Harfan dan Bu Mus menjadi
dinamisator yang menggerakkan semangat para anggota Laskar Pelangi
berkobar-kobar dan menyala-nyala dalam meraih cita-cita. sebagaimana kutipan kalimat-kalimat berikut:
1. Mendengar teriakan itu rasanya aku ingin melonjak dari tempat duduk. Kami temganga karena suara Pak Harfan yang berat menggetarkan benang- benang halus dalam kalbu kami. “Kami menanti liku demi liku cerita dalam detik-detik menegangkan dengan dada berkobar-kobar” ingin membela peijuangan para penegak Islam.
2. Beliau menorehkan benang merah kebenaran hidup yang sederhana melalui kata-katanya yang ringan namun bertenaga seumpama titik-titik air hujan. Beliau mengobarkan semangat kami untuk belajar dan membuat kami tercengang dengan petuahnya tentang keberanian pantang menyerah melawan kesulitan apapun. Pak harfan memberi kami pelajaran pertama tentang keteguhan pendirian, tentang ketekunan, tentang keinginan kuat untuk mencapai cita-cita. Beliau meyakinkan kami bahwa hidup bisa demikian bahagia dalam keterbatasan jik a dimaknai dengan keikhlasan berkorban untuk sesama. Lalu beliau menyampaikan sebuah prinsip yang diam-diam menyelinap jauh ke dalam dadaku serta memberi arah bagiku hingga dewasa, yaitu bahwa hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya.11 12
D. M endidik k a re n a C inta
Dengan bekal cinta, Bu Mns dan Pak Harfan sepenuh hati membimbing peserta didiknya. Bu Mus sangat jarang memanggil nama peserta didiknya
secara langsung, selalu diawali dengan sebutan ”Nak”, panggilan sayang dari
kata “Anak”. Beliau tidak pemah menyakiti baik fisik maupun batinnya, tidak
membedakan peserta didiknya yang pintar, yang kekurangan, yang penakut, dan
yang pendiam. Bahkan, Harun yang terbelakang juga diperlakukan sama.
Walaupun setiap kali diberi pertanyaan atau bertanya, namun jawabannya tidak
bermutu, tetap diberi penghargaan. Sesuai dengan kutipan kalimat berikut: Pada setiap mata pelajaran, pelajaran apa pun, ia akan mengacung sekali dan menanyakan pertanyaan yang sama, setiap hari, sepanjang tahun. "Ibunda Guru, kapan kita akan libur lebaran?", "sebentar lagi Anakku, sebentar lagi...," jaw ab Bu Mus sabar, berulang-ulang, puluhan kali, sepanjang tahun, lalu Harun pun bertepuk tangan.13
Pak Harfan juga amat menyayangi peserta didiknya, dengan selalu
memperlakukan mereka dengan penuh kasih sayang, karena mereka semua
sangat berarti, setiap anak beliau dekati, sebagaimana kutipan kalimat berikut:
Ketika mengajukan pertanyaan beliau berlari-lari kecil mendekati kami, menatap kami penuh arti dengan pandangan matanya yang teduh seolah kami adalah anak-anak Melayu yang paling berharga. Lalu membisikkan sesuatu di telinga kami, menyitir dengan lancar ayat-ayat suci, menantang pengetahuan kami, berpantun, membelai hati kami dengan wawasan ilmu, lalu diam, diam berpikir seperti kasih merindu, indah sekali...14
Salah satu alasan mengapa Pak Harfan dan Ibu Bu Mus menjadi
pendidik yang hebat adalah karena para anggota Laskar Pelangi dibuat
mencintai ilmu, bukan terbebani. Mereka tergoda untuk terus bertanya tentang
banyak hal. Bu Mus, seorang pendidik yang mengajarkan suatu materi dari “meluncurlah mutiara-mutiara nan puitis” sebagai prolog penerimaan selamat datang penuh atmosfer sukacita di sekolahnya yang sederhana. Kemudian dalam waktu yang amat singkat beliau telah merebut hati kami. Bapak yang jahitan kerah kemejanya telah lepas itu bercerita tentang perahu Nabi Nuh serta pasangan-pasangan binatang yang selamat dari banjir bandang.15
2. ... Kami terpesona pada setiap pilihan kata dan gerak lakunya yang memikat. Ada semacam pengaruh yang lembut dan baik terpancar darinya la mengesankan sebagai pria yang kenyang akan pahit getir peijuangan dan kesusahan hidup, berani mengambil resiko, dan menikmati daya tarik dalam mencari bagaimana cara menjelaskan sesuatu agar setiap orang mengerti”. Pak Harfan tampak amat bahagia menghadapi murid, tipikal “guru” yang sesungguhnya, seperti dalam lingua asalnya, India, yaitu “orang yang tak hanya mentransfer sebuah pelajaran, tapi juga yang secara pribadi menjadi sahabat dan pembimbing spiritual bagi muridnya” . Beliau sering menaikturunkan intonasi, menekan kedua ujung meja sambil mempertegas kata-kata tertentu, dan mengangkat kedua tangannya laksana orang berdo’a m in tah u jan ....16
E. R ahasia P en d id ik yang H eb at