• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. perdagangan bebas yang didukung oleh kemajuan teknologi telekomunikasi dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. perdagangan bebas yang didukung oleh kemajuan teknologi telekomunikasi dan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan dan perkembangan perekonomian, khususnya dibidang perindustrian dan perdagangan nasional, telah menghasilkan berbagai variasi barang dan/atau jasa yang dapat dikonsumsi. Di samping itu, globalisasi dan perdagangan bebas yang didukung oleh kemajuan teknologi telekomunikasi dan informatika telah memperluas ruang gerak arus transaksi barang dan/atau jasa dalam melintasi batas-batas wilayah suatu negara, sehingga barang dan/atau jasa yang ditawarkan bervariasi, baik produksi yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri, dan dalam upaya melengkapi kebutuhan masyarakat terhadap suatu barang, maka dalam praktiknya perdagangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu ekspor dan impor. Perdagangan ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean, sedangkan impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean.1

Impor merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Impor yang dilakukan pemerintah hampir masuk kesegala sektor, baik itu sektor sandang, pangan, maupun industri.

1 Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara diatasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen.

(2)

Kegiatan impor tidak selalu dilakukan untuk barang baru, namun impor juga dapat dilakukan untuk barang dalam keadaan bukan baru atau bekas terutama pada sektor industri, seperti rantai dan bagiannya, pompa udara atau pompa vakum, kompresor udara atau kompresor gas, mesin pengolah data otomatis, tungku dan oven industri atau laboratorium, dan lain-lain sebagaimana diatur dalam Lampiran Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia (Permendag RI) Nomor 75/M-DAG/PER/12/2013 tentang Ketentuan Impor Barang Modal Bukan Baru, namun ada beberapa barang yang dilarang untuk diimpor oleh pemerintah, salah satunya impor pakaian bekas.2

Menurut penelitian Microbiology and Immunology University New York, di dalam pakaian baru terdapat berbagai jenis bakteri kulit dan jamur, ini berarti jumlah bakteri pada pakaian bekas jauh lebih banyak dan membahayakan bagi tubuh kita. Berkaitan dengan hal tersebut, demi melakukan perlindungan terhadap konsumen pakaian impor bekas Ditjen Standarisasi dan Perlindungan Konsumen (SPK) Kementerian Perdagangan telah melakukan pegujian terhadap 24 contoh pakaian bekas yang beredar di pasar Senen Jakarta yang terdiri atas beberapa jenis pakaian anak (jaket), pakaian wanita (vest, baju hangat, dress, rok, hot pants, celana pendek), pakaian pria (jaket, celana panjang, celana pendek, t-shirt, kaos, sweeter, kemeja, boxer, celana dalam). Pengujian dilakukan terhadap beberapa jenis mikroorganisme yang dapat bertahan hidup pada pakaian yaitu bakteri Staphylococcus (S. aureus), bakteri Escherichia coli (E. coli), dan jamur (kapang atau khamir). Berdasarkan pengujian tersebut, ditemukan sejumlah koloni bakteri

2 Puteri Permatasari, Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Berat Ringannya

Sanksi Pidana Pada Tindak Pidana Penyelundupan Impor Pakaian Bekas, (Malang: Universitas Brawijaya, 2015), hlm.4, (www.hukum.studentjournal.ub.ac.id)

(3)

dan jamur yang ditunjukkan oleh parameter pengujian Angka Lempeng Total (ALT) dan kapang pada semua contoh pakaian bekas yang nilainya cukup tinggi. Kandungan mikroba pada pakaian bekas memiliki nilai total mikroba (ALT) sebesar 216.000 koloni/g dan kapang sebesar 36.000 koloni/g.3 Kandungan bakteri dan jamur yang terdapat dalam pakaian impor bekas ini dapat menjadi penyebab munculnya berbagai macam penyakit seperti penyakit kulit, diare, dan yang mengerikan konsumen dapat terkena penyakit saluran kelamin. Penularan bakteri dan jamur yang terdapat dalam pakaian bekas berawal dari kontak langsung dengan kulit atau ditransmisikan oleh tangan manusia yang kemudian membawa infeksi masuk lewat mulut, hidung, dan mata. Cemaran bakteri dan kapang dapat menyebabkan gangguan beragam kesehatan.

Perdagangan pakaian impor bekas ini telah menjamur ke hampir seluruh wilayah Indonesia, sebagai contoh di Bandarlampung seorang pedagang pakaian bekas di Jalan Kayu Manis, Way Halim mengaku telah tujuh tahun melakukan bisnis ini. Pedagang ini mengungkapkan bahwa masalah larangan perdagangan pakaian impor bekas telah sejak lama diketahui. Larangan impor pakaian bekas telah ada sejak era Jusuf Kalla menjadi Wakil Presiden Susilo Bambang Yudhyono, namun larangan impor pakaian bekas tidak nyata realisasinya, serta minat konsumen terhadap pakaian impor bekas yang semakin tinggi membuat para pedagang tersebut tidak ingin meninggalkan bisnisnya. Tingginya minat konsumen akan pakaian impor bekas inilah yang menjadi pemicu berkembangnya perdagangan pakaian impor bekas di Indonesia.

3 Dana Aditiasari, Kemendag: Pakai Baju Bekas Impor Bisa Kena Penyakit Saluran

(4)

Pakaian impor bekas memiliki kualitas yang baik dari segi bahan dan modelnya, di Indonesia sendiri sudah banyak pakaian impor yang berdatangan, namun dikarenakan pakaian bekas yang diimpor dari luar negeri berpotensi membahayakan kesehatan manusia maka pemerintah mengeluarkan peraturan baru mengenai larangan impor pakaian bekas. Larangan impor pakaian bekas dilakukan pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, dalam Pasal 47 undang-undang ini jelas dikatakan bahwa impor barang harus dalam keadaan baru, kecuali atas barang-barang tertentu yang telah diatur ketentuannya.

Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Permendag Nomor 54/M-DAG/PER/10/2009 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum di Bidang Impor disebutkan bahwa terhadap impor barang tertentu dapat ditetapkan pengaturan impor tersendiri, kecuali barang yang secara tegas dilarang untuk diimpor berdasarkan peraturan perundang-undangan, dalam Pasal 7 ayat (2) Permendag 54/M-DAG/PER/10/2009, larangan impor terhadap produk tertentu dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu: perlindungan konsumen; perlindungan keselamatan konsumen; perlindungan kesehatan yang berkaitan dengan kehidupan manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan; serta perlindungan terhadap lingkungan hidup.4

Di dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Undang-Undang Kesehatan), disebutkan bahwa setiap orang berkewajiban untuk

4 Untuk menyempurnakan Permendag 54/M-DAG/PER/10/2009, maka pada tanggal 3 Juli 2015 Menteri Perdagangan RI menetapkan Permendag RI Nomor 48/M-DAG/PER/7/2015 tentang Ketentuan Umum Di Bidang Impor. Peraturan ini mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2016, pada saat peraturan ini berlaku, maka Permendag 54/M-DAG/PER/10/2009 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

(5)

ikut mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, selain itu merupakan suatu kewajiban pula bagi setiap orang agar berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan, dan memajukan kesehatan masyarakat. Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial. Berdasarkan Pasal 178 Undang-Undang Kesehatan, disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pembinaan terhadap masyarakat dan terhadap setiap penyelenggaraan kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya kesehatan di bidang kesehatan dan upaya kesehatan, salah satu tujuan dari upaya pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah adalah untuk melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan.

Berkaitan dengan hal tersebut, keberadaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disingkat UUPK) dimaksudkan dapat menjadi landasan hukum yang kuat bagi konsumen dan para pelaku usaha akan hak dan kewajibannya, serta menjadi landasan hukum yang kuat pula bagi pemerintah dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat (LPKSM) untuk melakukan upaya pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan konsumen. Pasal 4 UUPK menyatakan bahwa konsumen memiliki hak, salah satu hak dari konsumen tersebut dinyatakan dalam pasal 4 huruf a yaitu hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkomsumsi barang dan/atau jasa.

(6)

Mengingat bahwa penggunaan pakaian impor bekas sangat berpotensi membahayakan kesehatan manusia sehingga tidak aman untuk digunakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat, maka untuk mempertegas Larangan Impor Pakaian Bekas ini secara khusus Menteri Perdagangan menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 tentang Larangan Impor Pakaian Bekas pada tanggal 9 Juli 2015 dan mulai diberlakukan pada bulan September 2015, dimana dalam pasal 2 peraturan ini jelas disebutkan bahwa pakaian bekas dilarang untuk diimpor ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka menjadi hal yang menarik bagi penulis untuk mengangkat judul penelitian dengan aspek hukum keperdataan yang berjudul: “Perlindungan Hukum Konsumen terhadap Pedagangan Pakaian Impor Bekas ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1) Apa sajakah kerugian yang timbul akibat penggunaan pakaian impor bekas? 2) Apa sajakah upaya yang dapat dilakukan konsumen yang mengalami

kerugian akibat penggunaan pakaian impor bekas?

3) Bagaimanakah pengawasan pemerintah terhadap perdagangan pakaian impor bekas?

(7)

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup bidang ilmu dalam penelitian ini akan difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan ilmu hukum keperdataan khususnya hukum perlindungan konsumen, yaitu perlindungan hukum konsumen terhadap perdagangan pakaian impor bekas.

D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk memahami dan menganalisis kerugian yang timbul akibat penggunaan pakaian impor bekas;

2. Untuk memahami dan menganalisis upaya yang dapat dilakukan konsumen yang mengalami kerugian akibat penggunaan pakaian impor bekas.

3. Untuk memahami dan menganalisis pengawasan pemerintah terhadap perdagangan pakaian impor bekas;

E. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat berguna untuk perkembangan ilmu hukum perdata khususnya hukum perlindungan konsumen.

2. Kegunaan Praktis

a. Penelitian ini dilakukan untuk menambah informasi, pengetahuan dan pengembangan wawasan penulis tentang perlindungan hukum konsumen terhadap perdagangan pakaian impor bekas ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;

(8)

b. Sebagai sumber bacaan, referensi, dan sumber informasi bagi masyarakat luas mengenai perlindungan hukum konsumen terhadap perdagangan pakaian impor bekas.

c. Sebagai salah satu sumber pengetahuan bagi pembaca untuk menambah wawasannya mengenai larangan perdagangan pakaian impor bekas dan bahaya yang ditimbulkan terhadap penggunaan pakaian impor bekas;

d. Sebagai salah satu syarat penulis untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Hukum di Universitas Lampung.

Referensi

Dokumen terkait

niger ITBCC L 76 dengan konsentrasi minyak zaitun sebanyak 2,5% digunakan untuk pengujian aktivitas gliserolisis enzim lipase menghasilkan monoasilgliserol menggunakan

a) Adanya estimasi mengenai peningkatan BI Rate menjadi 8,25% dari 7,75% dan rendahnya daya beli masyarakat menimbulkan tekanan pada sektor konsumen. b) Kebijakan pemerintah untuk

Ijarah Perjanjian sewa yang memberikan kepada penyewa untuk memanfaatkan barang yang akan disewa dengan imbalan uang sewa sesuai dengan persetujuan dan setelah masa sewanya

§ Karena kebijakan moneter masing-masing negara anggota yang berbeda ditambah dengan neraca pembayaran luar negeri masing-masing anggota yang bervariasi maka pada tahun 1993

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah pengaruh dari penggunaan metode optimasi signifikan dalam meminimumkan biaya perencanaan produksi pada

KUHAP jelas dan sengaja mencantumkan ‘keterangan terdakwa” sebagai alat bukti dalam pasal 184 butir c, berbeda dengan peraturan lama yaitu HIR yang menyebutkan

Untuk meningkatkan ROA maka diperlukan intellectual capital (IC) yang merupakan komponen dari aset tidak berwujud yang berupa ilmu pengetahuan atau daya pikir,

– Amends Computer Fraud and Abuse Act to provide more protection to computerized information and systems used in foreign and interstate commerce or communications. •