• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEMEN DI BURSA EFEK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN SEMEN DI BURSA EFEK INDONESIA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN

PADA PERUSAHAAN SEMEN DI BURSA EFEK INDONESIA

Rhesti Khoidha rhesti_khoidha@yahoo.com

Titik Mildawati

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT

The purpose of research is to conduct whether the companies which are examined are the financial performance of cement companies in the IDX which are considered from liquidity ratio, the financial performance of cement companies in the IDX which is considered from solvability ratio, the financial performance of cement companies in the IDX which is considered from activity ratio, and the financial performance of cement companies in the IDX which is considered from profitability ratio. Descriptive qualitative approach is used by the researcher as the data analysis. It is performed by collecting, presenting and analyzing the data by using financial ratio analysis. Based result of inferential research concludes that when PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk is seen from the liquidity ratio and solvability ratio point of view, its liquidity ratio and solvability ratio are the best. When it is seen from the activity ratio and the profitability ratio point of view PT Semen Gresik is the best. Meanwhile, when it is seen comprehensively from all existing financial ratios, PT Semen Gresik Tbk is the best of the rest. Keywords: financial report analysis, financial ratio, cement company.

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan semen di BEI dilihat dari rasio likuiditas, kinerja keuangan perusahaan semen di BEI dilihat dari rasio solvabilitas, kinerja keuangan perusahaan semen di BEI dilihat dari rasio aktivitas, dan kinerja keuangan perusahaan semen di BEI dilihat dari rasio profitabilitas. Teknik analisa data yang digunakan peneliti adalah deskriptif pendekatan kualitatif dengan cara mengumpulkan, menyajikan, dan menganalisa data dengan menggunakan analisa rasio keuangan. Berdasarkan Hasil Penelitian dapat disimpulkan bahwa jika dilihat dari sisi rasio likuiditas dan rasio solvabilitasnya PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah yang terbaik. Jika dilihat dari rasio aktivitas dan rasio profitabilitasnya PT Semen Gresik Tbk adalah yang terbaik. Sedangkan jika dilihat secara keseluruhan dari semua rasio keuangan yang ada, PT Semen Gresik Tbk adalah yang terbaik.

Kata kunci: analisis laporan keuangan, rasio keuangan, perusahaan semen. PENDAHULUAN

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat saat ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia usaha. Hal tersebut terlihat dengan banyak munculnya perusahaan-perusahaan baru yang bergerak diberbagai bidang, baik antar sektor industri, jasa, maupun perdagangan. Selain itu perusahaan yang ada juga berlomba untuk memperluas dan mengembangkan usahanya. Perkembangan dunia bisnis yang semakin komperatif ini menyebabkan perubahan besar yang luar biasa dalam persaingan, produksi, pemasaran pengelolaan sumber daya manusia, dan penanganan transaksi antara perusahaan dengan perusahaan lain.

Kebutuhan akan informasi yang benar dan akurat menjadi sangat penting ketika suatu perusahaan berada di dalam persaingan pasar global. Bersaing dengan kompetitor mustahil bisa dilakukan dengan baik tanpa menggunakan keunggulan perusahaan. Setiap periode perlu adanya evaluasi tentang kinerja baik itu operasional maupun secara finansial. Untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan finansial suatu perusahaan maka perlu

(2)

diadakan analisis terhadap data finansial yang tercemin dalam laporan keuangan. Salah satu cara menilai kinerja keuangan adalah dengan melakukan analisis keuangan perusahaan. Analisis keuangan merupakan analisis atas laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari neraca dan laba rugi.

Rasio menggambarkan satu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisis tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan, terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar (Munawir, 2007:64).

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil akhir dari proses akuntansi pada suatu periode tertentu yang merupakan hasil pengumpulan data keuangan yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan ataupun ikhtisar lainnya yang dapat digunakan sebagai alat bantu bagi para pemakai di dalam menilai kinerja perusahaan sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat.

Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan bertujuan untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat resiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Dengan menganalisis laporan keuangan dapat memperluas dan mempertajam informasi yang disajikan oleh laporan keuangan. Analisis laporan keuangan juga menggali, mengungkapkan hal yang tersembunyi dalam laporan keuangan biasa. Selain itu, analisis terhadap laporan keuangan perusahaan, juga akan dapat diperoleh informasi yang benar dan lengkap atas kinerja perusahaan bagi para pemegang saham.

Kinerja keuangan perusahaan merupakan penilaian dari prestasi perusahaan tentang baik atau tidaknya kondisi keuangan perusahaan. Dengan dilakukannya analisis laporan keuangan suatu perusahaan, maka pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat menilai bagaimana prospek perusahaan tersebut di masa depan.

Informasi kinerja keuangan perusahaan diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan. Informasi kinerja keuangan bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada. Di samping itu, informasi tersebut juga berguna dalam perumusan pertimbangan tentang efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya.

Perusahan-perusahan Go Publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan selalu berusaha mempertahankan agar kinerja keuangan perusahaannya selalu terbaik. Hal itu dilakukan untuk memberikan gambaran dan sebagai dasar pengambilan keputusan para investor untuk menanamkan modalnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan semen di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2007-2011 dilihat dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas.

TINJAUAN TEORETIS Laporan Keuangan

Akuntansi merupakan suatu fungsi untuk mencatat, mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan seluruh transaksi-transaksi yang terjadi selama suatu periode. Setelah seluruh transaksi ini dicatat dan diidentifikasi kemudian seluruh transaksi ini akan disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Dari laporan keuangan berbagai transaksi yang dilakukan telah diklasifikasi dan dianalisis sehingga dapat menjadi suatu informasi untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan. Jadi laporan keuangan merupakan dasar bagi upaya análisis atas gambaran suatu perusahaan.

Menurut S. Munawir, dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan (2007:5) mendefinisikan laporan keuangan sebagai berikut: “Dua daftar yang disusun oleh akuntan

(3)

pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi-laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambah daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba yang ditahan).”

Sedangkan menurut Darsono (2005:4) pengertian laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang disebut siklus akuntansi. Laporan keuangan menunjukan posisi sumber daya yang dimiliki perusahaan selama satu periode. Selain itu laporan keuangan juga menunjukan kinerja keuangan perusahaan yang ditunjuk dengan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan.

Umumnya laporan keuangan disusun setiap periode, yaitu setahun sekali (annually), tetapi adapula laporan keuangan interim. Oleh karena itu laporan keuangan harus bersifat umum, dalam arti dapat digunakan untuk bermacam-macam keperluan pemakainya, laporan keuangan tersebut disebut laporan keuangan umum. Berbeda dengan laporan interim, laporan keuangan interim (berkala) dipakai oleh manajemen untuk keperluan intern perusahaan, misalnya saja untuk perencanaan dan pelaksanaan operasi, pengendalian dan pengevaluasian operasi.

Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen atau pertanggungjawaban dari manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Sedangkan menurut Kasmir (2008:10) tujuan laporan keuangan adalah: Pertama, memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan saat ini. Kedua, memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan saat ini. Ketiga, memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu. Keempat, memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu. Kelima, memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan. Keenam, memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode. Ketujuh, memberikan informasi dengan catatn-catatan atas laporan keuangan. Kedelapan, informasi keuangan lainnya.

Analisis Laporan Keuangan

Suatu laporan keuangan akan lebih bermanfaat dalam pengambilan keputusan apabila data keuangan dikonversi menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan analisis laporan keuangan.

Analisis laporan keuangan adalah suatu kegiatan untuk membedah dan menguraikan pos-pos laporan keuangan untuk mencari suatu hubungan antara unsur-unsur atau komponen-komponen dalam laporan keuangan agar dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan hingga informasi tersebut dapat digunakan dalam pembuatan suatu keputusan bisnis dan investasi.

Tujuan dari Analisis Laporan Keuangan

Prastowo dan Juliaty (2008:57) menyatakan bahwa analisis laporan keuangan dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan. Misalnya dapat digunakan sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger; sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di masa datang; sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau masalah lainnya; atau sebagai alat evaluasi terhadap manajemen.

(4)

Tujuan dari analisis laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2008:195) adalah: (a) dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa; (b) dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit); (c) dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan; (d) dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan; (e) mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating); (f) dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga; (g) dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis; (h) dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal; (i) dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya; (j) bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang.

Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan yaitu rasio yang menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisis tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan, terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar (Munawir, 2007:64).

Jenis-jenis Analisis Rasio Keuangan

Menurut Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim (2007) ada empat jenis analisis rasio keuangan yang bisa digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Keempat rasio diatas sangat berguna untuk memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Rasio Likuiditas. Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Rasio likuiditas merupakan indikator yang baik apakah perusahaan memiliki masalah dalam arus kas. Rasio-rasio yang digunakan dalam rasio likuiditas ini ada dua yaitu: (a) rasio lancar (current ratio) yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar untuk memperlihatkan keamanan pemberi hutang; (b) rasio cepat (quick ratio) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan hutang lancarnya. Perbedaan yang mendasar dari rasio lancar dan rasio cepat yaitu dalam rasio lancar, aktiva lancar yang diperhitungakan meliputi persediaan sedangkan dalam rasio cepat aktiva lancar yang diperhitungkan tidak meliputi persediaan (Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim, 2007:77).

Rasio Solvabilitas. Rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio-rasio yang digunakan dalam rasio solvabilitas yaitu: (a) rasio hutang terhadap modal yaitu menggambarkan sampai jenuh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar; (b) rasio hutang terhadap total aset merupakan perbandingan total hutang jangka

(5)

panjang maupun hutang jangka pendek dengan total aktiva. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menjamin keseluruhan hutang dengan asset yang dimilikinya; (c) rasio time interest earned (TIE). Rasio ini menghitung seberapa besar laba sebelum bunga dan pajak yang tersedia untuk menutup beban tanpa bunga. Rasio yang tinggi menunjukan situasi yang “aman”, meskipun barangkali juga menunjukan terlalu rendahnya penggunaan hutang perusahaan. Sebaliknya, rasio yang rendah memerlukan perhatian dari pihak manajemen (Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim, 2007:81).

Rasio Aktivitas. Rasio aktivitas adalah rasio yang menunjukan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan asset untuk memperoleh penjualan. Rasio ini menunjukan bagaimana sumber daya yang ada di perusahaan telah dimanfaatkan secara optimal sehingga tercipta suatu efisiensi investasi pada berbagai aktiva. Ada empat rasio aktivitas yang dapat digunakan yaitu: (a) perputaran total aktiva menunjukan bagaimana tingkat efektivitas perusahaan dalam menggunakan seluruh aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba; (b) perputaran aktiva tetap adalah rasio antara penjualan dengan aktiva tetap netto. Rasio ini menunjukan bahwa perusahaan menggunakan aktiva tetapnya seperti gedung, kendaraan, mesin-mesin, perlengkapan kantor; (c) rata-rata umur piutang merupakan perbandingan antara penjualan dengan piutang perusahaan. Rasio ini menunjukan seberapa cepat kemampuan perusahaan dalam menagih piutangnya dalam suatu peiode atau menunjukan kecepatan perputaran piutangnya. (d) perputaran persediaan mengukur beberapa lama rata-rata barang berada di gudang. Pemikirannya adalah bahwa kenaikan persediaan disebabkan oleh peningkatan aktivitas, atau karena perubahan kebijaksanaan persediaan. Jika terjadi kenaikan persediaan yang tidak proposional dengan peningkatan aktivitas, maka berarti terjadi pemborosan dalam pengelolaan persediaan (Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim, 2007:78).

Rasio Profitabilitas. Rasio profitabilitas adalah rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Rasio ini juga menunjukan kinerja perusahaan selama satu periode akuntansi dan dari rasio ini dapat diketahui seberapa banyak laba harus diinvestasikan kembali dan seberapa banyak laba akan dibayarkan sebagai deviden. Rasio-rasio yang digunakan dalam rasio profitabilitas yaitu: (a) return on asset (ROA), rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu;

(b) profit margin digunakan untuk menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan

menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini juga menunjukan kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya di perusahaan pada periode tertentu; (c) return on equity (ROE) mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham (Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim, 2007:83).

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi (Objek) Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yang bersifat studi kasus, yaitu jenis penelitian yang berisikan paparan atau data yang relevan dari hasil penelitian pada obyek penelitian yang mencoba mengetahui dan memecahkan permasalahan yang dihadapi perusahaan. Sedangkan prosedur pemecahan masalah pada penelitian ini menggunakan metoda deskriptif kualitatif. Tujuannya adalah memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari suatu kasus, individu, kelompok, institusi ataupun masyarakat (Masyhuri dan Zainuddin, 2008:5). Gambaran dari objek penelitian yang sedang penulis lakukan adalah Perusahaan Semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu meliputi PT Semen Gresik Tbk (SMGR), PT

(6)

Holcim Indonesia Tbk (SMCB) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP). Objek penelitian ini yaitu kinerja keuangan Perusahaan Semen selama tahun 2007-2011 yang diteliti dengan menggunakan rasio keuangan.

Teknik Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder sehingga teknik pengumpulan data adalah dokumentasi, yaitu salah satu metode pengumpulan data dengan cara melakukan analisis terhadap semua catatan dan dokumen yang dimiliki oleh organisasi yang terpilih.

Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Data sekunder yang diperoleh dan dikumpulkan berupa data laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian selama lima tahun terakhir, yaitu tahun 2007 sampai dengan tahun 2011.

Satuan Kajian

Satuan kajian merupakan satuan terkecil objek penelitian yang diinginkan penulis sebagai klasifikasi pengumpulan data, yaitu:

1. Laporan Keuangan

Seluruh transaksi yang dicatat dan diidentifikasikan selama periode tertentu kemudian disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Dari laporan keuangan berbagai transaksi yang dilakukan telah diklasifikasi dan dianalisis sehingga dapat menjadi suatu informasi untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan. Jadi laporan keuangan tersebut merupakan dasar bagi upaya analisis atas gambaran suatu perusahaan.

2. Analisis Rasio

Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data nonkuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat (Harahap, 2004:190).

Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan memakai metode kualitatif. Langkah-langkah dalam teknik analisis data yang digunakan yaitu:

1. Mengumpulkan data–data yang diperlukan seperti gambaran umum perusahaan, struktur organisasi perusahaaan, laporan keuangan tahunan perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2011 dan informasi– informasi lain yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini.

2. Melakukan perhitungan dari data-data yang telah dikumpulkan dengan

menggunakan rasio keuangan. Rasio keuangan tersebut yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas.

a. Rasio Likuiditas

Rasio Lancar = Aktiva Lancar Rasio Lancar = Hutang Lancar

(7)

Rasio Cepat = Aktiva Lancar - Persediaan Rasio Cepat = Hutang Lancar b. Rasio Solvabilitas

Rasio Hutang terhadap Modal = Total Hutang Rasio Hutang terhadap Modal = Modal

Rasio Hutang terhadap Total Aktiva = Total Hutang Rasio Hutang terhadap Modal = Total Aktiva c. Rasio Aktivitas

Perputaran Total Aktiva = Penjualan Perputaran Total Aktiva = Total Aktiva Perputaran Aktiva Tetap = Penjualan Perputaran Aktiva Tetap = Total Aktiva Tetap Rata-rata Umur Piutang = Piutang

Rata-rata Umur Piutang = Penjualan / 360 Perputaran Persediaan = Harga Pokok Penjualan Perputaran Persediaan = Persediaan d. Rasio Profitabilitas

Return On Asset (ROA) = Laba Bersih Return On Asset (ROA) = Total Aktiva Profit Margin = Laba Bersih

Profit Margin = Penjualan

Return On Equity (ROE) = Laba Bersih Return On Equity (ROE) = Modal

3. Melakukan analisis dari perhitungan rasio keuangan yang telah dilakukan. 4. Membuat simpulan kinerja perusahaan manakah yang paling baik.

(8)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.

Rasio Likuiditas

a.

Rasio Lancar

Tabel 1

Perbandingan Rasio Lancar

Perusahaan Tahun Rata - rata 2007 2008 2009 2010 2011 (%) (%) (%) (%) (%) (%) PT Semen Gresik Tbk 364,34 338,58 358,15 291,70 264,65 323,48 PT Holcim Indonesia Tbk 133,01 168,33 126,99 166,19 146,58 148,22 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 296,02 178,57 300,19 555,37 698,54 405,74 Sumber Data: Bursa Efek Indonesia (diolah)

Berdasarkan perhitungan rasio lancar diatas, dapat diketahui bahwa rasio lancar PT Semen Gresik Tbk mengalami fluktuasi penurunan dan peningkatan dari tahun ke tahun. Rasio lancar tertinggi dicapai pada tahun 2007 yaitu sebesar 364,34%, sedangkan rasio lancar terendah dialami pada tahun 2011 yaitu sebesar 264,65%. Berdasarkan besarnya rasio lancar di atas, dapat diinterprestasikan sebagai berikut: pada tahun 2007 PT Semen Gresik Tbk mencapai perhitungan rasio lancar tertinggi yaitu setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh Rp 3,6 aktiva lancar. Sedangkan pada tahun 2011 setiap Rp 2,6 aktiva lancar menjamin Rp 1 hutang lancar.

Berdasarkan perhitungan rasio lancar diatas, dapat diketahui bahwa rasio lancar PT Holcim Indonesia Tbk mengalami fluktuasi penurunan dan peningkatan dari tahun ke tahun. Rasio lancar tertinggi dicapai pada tahun 2008 yaitu sebesar 168,33% yang dapat diinterprestasikan sebagai berikut: setiap Rp 1,7 aktiva lancar menjamin hutang lancar sebesar Rp 1. Sedangkan rasio lancar terendah dialami pada tahun 2009 yaitu sebesar 126,99% yang dapat diinterprestasikan sebagai berikut: setiap Rp 1,2 aktiva lancar menjamin Rp 1 hutang lancar. Berdasarkan besarnya rasio lancar di atas, dapat diketahui bahwa rasio lancar PT Holcim Indonesia Tbk pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 kurang baik karena nilainya berada di bawah ukuran wajar menurut para ahli yaitu sebesar 200%.

Berdasarkan perhitungan rasio lancar diatas, dapat diketahui bahwa rasio lancar PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk juga mengalami fluktuasi penurunan dan peningkatan dari tahun ke tahun. Rasio lancar tertinggi dicapai pada tahun 2011 yaitu sebesar 698.54%, sedangkan rasio lancar terendah dialami pada tahun 2008 yaitu sebesar 178,57%. Berdasarkan besarnya rasio lancar di atas, dapat diketahui bahwa rasio lancar PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2008 kurang baik karena setiap Rp 1 hutang lancar hanya dijamin oleh Rp 1,8 aktiva lancar. Sedangkan pada tahun 2011, setiap Rp 7 aktiva lancar menjamin Rp 1 hutang lancar.

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa kinerja keuangan yang terbaik dilihat dari rasio lancar di antara ketiga perusahaan semen adalah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, karena mempunyai rata-rata rasio lancar diatas 200% yaitu sebesar 405,74%. Hal ini berarti bahwa setiap Rp 1 hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp 4 pada

(9)

periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011. Sedangkan kinerja keuangan yang terburuk di antara ketiga perusahaan semen adalah PT Holcim Indonesia Tbk, karena nilai rata-rata rasio lancar lebih kecil dibandingkan kedua perusahaan semen lainnya yaitu sebesar 148,22%. Hal ini berarti bahwa setiap Rp 1 hutang lancar hanya dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp 1,5 pada periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011. Semakin tinggi nilai rasio lancar maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Rasio lancar yang tinggi juga menunjukkan bahwa terjadi kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang.

b.

Rasio Cepat

Tabel 2

Perbandingan Rasio Cepat

Perusahaan Tahun Rata - rata 2007 2008 2009 2010 2011 (%) (%) (%) (%) (%) (%) PT Semen Gresik Tbk 289,89 261,89 295,86 226,41 193,68 253,54 PT Holcim Indonesia Tbk 107,03 130,51 89,80 126,39 108,83 112,51 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 160,70 98,96 227,59 457,70 606,11 310,21 Sumber Data: Bursa Efek Indonesia (diolah)

Berdasarkan perhitungan rasio cepat diatas, dapat diketahui bahwa rasio cepat PT Semen Gresik Tbk mengalami fluktuasi penurunan dan peningkatan dari tahun ke tahun. Rasio cepat tertinggi dicapai pada tahun 2009 yaitu sebesar 295,86% yang dapat diinterprestasikan sebagai berikut: setiap Rp 1 hutang lancar dijamin Rp 3 aktiva lancar diluar persediaan dan biaya dibayar di muka. Sedangkan rasio cepat terendah dialami pada tahun 2011 yaitu sebesar 193,68% yang dapat diinterprestasikan sebagai berikut: setiap Rp 1 hutang lancar dijamin Rp 2 aktiva lancar diluar persediaan dan biaya dibayar di muka. Berdasarkan besarnya rasio cepat di atas, dapat diketahui bahwa rasio cepat PT Semen Gresik Tbk pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 cukup baik karena berada diatas standar rasio cepat, yaitu 150%.

Berdasarkan perhitungan rasio cepat diatas, dapat diketahui bahwa rasio cepat PT Holcim Indonesia Tbk tertinggi dicapai pada tahun 2008 yaitu sebesar 130,51% yang dapat diinterprestasikan sebagai berikut: setiap Rp 1 hutang lancar dijamin Rp 1,3 aktiva lancar diluar persediaan dan biaya dibayar di muka dan rasio cepat terendah dialami pada tahun 2009 yaitu sebesar 89,90% yang dapat diinterprestasikan bahwa setiap Rp 1 hutang lancar dijamin Rp 0,9 aktiva lancar diluar persediaan dan biaya dibayar di muka. Berdasarkan besarnya rasio cepat di atas, diketahui bahwa rasio cepat PT Holcim Indonesia Tbk pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 tidak cukup baik karena nilainya berada di bawah nilai standar. Hal ini menunjukkan bahwa aktiva lancar yang dimiliki pada tahun 2007 sampai dengan 2009 tidak mampu menutupi kewajiban lancar.

Berdasarkan perhitungan rasio cepat diatas, dapat diketahui bahwa rasio cepat PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk juga mengalami fluktuasi penurunan dan peningkatan dari tahun ke tahun. Rasio cepat tertinggi dicapai pada tahun 2011 yaitu sebesar 606,11% yang diinterprestasikan sebagai berikut: setiap Rp 1 hutang lancar dijamin Rp 6,0 aktiva lancar diluar persediaan dan biaya dibayar di muka, sedangkan rasio cepat terendah dialami pada tahun 2008 yaitu sebesar 98,96% yang dapat diinterprestasikan sebagai berikut: setiap

(10)

Rp 1 hutang lancar dijamin Rp 0,9 aktiva lancar diluar persediaan dan biaya dibayar di muka. Ini menunjukkan bahwa aktiva lancar yang dimiliki pada tahun 2008 tidak mampu menutupi kewajiban lancar.

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa kinerja keuangan yang terbaik dilihat dari rasio cepat di antara ketiga perusahaan semen adalah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, karena mempunyai rata-rata rasio cepat diatas nilai standar yaitu sebesar 310,21%. Hal ini berarti bahwa setiap Rp 1 hutang lancar dijamin oleh Rp 3,1 aktiva lancar di luar persediaan dan biaya dibayar di muka. Sedangkan kinerja keuangan yang terburuk di antara ketiga perusahaan semen adalah PT Holcim Indonesia Tbk, karena nilai rata-rata rasio cepat berada dibawah nilai estándar dan lebih kecil dibandingkan kedua perusahaan semen lainnya yaitu sebesar 112,51%. Hal ini berarti bahwa pada tahun 2007 sampai dengan 2011 setiap Rp 1 hutang lancar PT Holcim Indonesia Tbk dijamin oleh Rp 3,1 aktiva lancar di luar persediaan dan biaya dibayar di muka.

2.

Rasio Solvabilitas

a. Rasio Hutang Terhadap Modal

Tabel 3

Perbandingan Rasio Hutang Terhadap Modal

Perusahaan Tahun Rata - rata 2007 2008 2009 2010 2011 (%) (%) (%) (%) (%) (%) PT Semen Gresik Tbk 27,09 30,10 25,82 28,51 34,53 29,21 PT Holcim Indonesia Tbk 219,32 202,41 120,39 52,93 45,49 128,11 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 44,30 32,52 24,08 17,17 24,79 28,58 Sumber Data: Bursa Efek Indonesia (diolah)

Berdasarkan penyajian rasio hutang terhadap modal di atas, diperoleh bahwa rasio hutang terhadap modal PT Semen Gresik Tbk tertinggi terjadi pada tahun 2011, yaitu 34,53%. Ini menunjukkan bahwa pada tahun 2011 kreditur menyediakan Rp 34,53 untuk setiap Rp 100 yang disediakan pemegang saham. Ini juga berarti bahwa perusahaan dibiayai oleh hutang sebanyak 34,53%. Rasio hutang terhadap modal terendah terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 25,82%. Hal ini berarti bahwa perusahaan PT Semen Gresik Tbk pada tahun 2009 dibiayai oleh hutang sebanyak 25,82%. Besarnya rasio hutang terhadap modal PT Semen Gresik Tbk mengalami fluktuasi penurunan dan peningkatan dari tahun ke tahun. Semakin kecil rasio berarti semakin besar jumlah aktiva yang didanai oleh modal perusahaan.

Berdasarkan penyajian rasio hutang terhadap modal di atas, diperoleh bahwa rasio hutang terhadap modal PT Holcim Indonesia Tbk untuk tahun 2007 adalah 219,32%, tahun 2008 adalah 202,41%, tahun 2009 adalah 120,39%, tahun 2010 adalah 52,93% dan untuk tahun 2011 adalah 45,49%. Rasio hutang terhadap modal tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 219,32% dan rasio hutang terhadap modal terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 45,49%. Hal ini berarti bahwa pada tahun 2007 merupakan kinerja keuangan yang paling kurang baik dalam periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011. Ini disebabkan pada tahun 2007 perusahaan dibiayai oleh hutang hingga 219,31%. Sedangkan pada tahun 2011 jauh lebih baik kinerjanya selama periode 2007 sampai dengan 2011, yaitu sebanyak 45,49% perusahaan dibiayai oleh hutang.

(11)

Berdasarkan penyajian rasio hutang terhadap modal di atas, diperoleh bahwa rasio hutang terhadap modal PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk untuk tahun 2007 adalah 44,30%, tahun 2008 adalah 32,52%, tahun 2009 adalah 24,08%, tahun 2010 adalah 17,17% dan untuk tahun 2011 adalah 24,79%. Hal ini berarti bahwa PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mengalami fluktuasi penurunan dan peningkatan dari tahun ke tahun. Rasio hutang terhadap modal tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 44,30% dan rasio hutang terhadap modal terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 17,17%. Pada tahun 2007 perusahaan dibiayai oleh hutang mencapai 44,30% dan kinerja keuangan terbaik selama tahun 2007 sampai dengan 2011 terjadi pada tahun 2010 dengan pembiayaan perusahaan oleh hutang hanya sebesar 17,17%.

Dari tabel diatas, diperoleh bahwa kinerja keuangan terbaik dilihat dari rasio hutang terhadap modal di antara ketiga perusahaan semen adalah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk karena mempunyai nilai rata-rata paling rendah, artinya makin besar jumlah aktiva yang didanai oleh modal perusahaan. Sedangkan kinerja keuangan yang kurang baik dilihat dari rasio hutang terhadap modal di antara ketiga perusahaan semen adalah PT Holcim Indonesia Tbk karena mempunyai nilai rata-rata paling tinggi, artinya perusahaan banyak mengandalkan modal dari kreditur.

b. Rasio Hutang Terhadap Total Aktiva Tabel 4

Perbandingan Rasio Hutang Terhadap Total Aktiva Perusahaan Tahun Rata - rata 2007 2008 2009 2010 2011 (%) (%) (%) (%) (%) (%) PT Semen Gresik Tbk 21,09 22,91 20,33 22,00 25,67 22,40 PT Holcim Indonesia Tbk 68,68 66,93 54,62 34,60 31,26 51,22 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 30,64 24,50 19,37 14,63 21,45 22,12 Sumber Data: Bursa Efek Indonesia (diolah)

Berdasarkan perhitungan rasio hutang terhadap total aktiva di atas, diperoleh bahwa rasio hutang terhadap total aktiva PT Semen Gresik Tbk untuk tahun 2007 adalah 21,09%, tahun 2008 adalah 22,91%, tahun 2009 adalah 20,33%, tahun 2010 adalah 22,00% dan untuk tahun 2011 adalah 25,67%. Hal ini berarti bahwa PT Semen Gresik Tbk mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Rasio hutang terhadap total aktiva tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 25,67% dan rasio hutang terhadap total aktiva terendah terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 20,33%. Berdasar besarnya rasio hutang terhadap total aktiva di atas, dapat diketahui bahwa dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 kinerja keuangan PT Semen Gresik Tbk terbaik terjadi pada tahun 2009 dan sebaliknya, kinerja terburuk terjadi pada tahun 2011. Pada tahun 2009 menunjukkan bahwa 20,33% pendanaan perusahaan dibiayai dengan hutang dan sisanya sebesar 79,67% dari modal sendiri. Sedangkan pada tahun 2011 pendanaan perusahaan oleh hutang meningkat menjadi 25,67% dan sisanya sebesar 74,33% dari modal sendiri.

Berdasarkan perhitungan rasio hutang terhadap total aktiva di atas, diperoleh bahwa rasio hutang terhadap total aktiva PT Holcim Indonesia Tbk untuk tahun 2007 adalah 68,68%, tahun 2008 adalah 66,93%, tahun 2009 adalah 54,62%, tahun 2010 adalah 34,60% dan

(12)

untuk tahun 2011 adalah 31,26%. Rasio hutang terhadap total aktiva tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 68,68%. Ini menunjukkan bahwa pada tahun 2007 kinerja keuangan kurang baik karena hampir seluruh pendanaan dilakukan dengan hutang, yaitu dengan perbandingan 68,68% pendanaan dibiayai dengan hutang dan sisanya dengan modal sendiri. Sedangkan rasio hutang terhadap modal terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 31,26%. Ini menunjukkan bahwa selama periode tahun 2007 sampai dengan 2011, kinerja keuangan yang terjadi pada tahun 2011 lebih baik karena pendanaan yang dibiayai dari modal sendiri lebih besar bila dibandingkan dengan pendanaan yang dibiayai dari hutang.

Berdasarkan perhitungan rasio hutang terhadap total aktiva di atas, diperoleh bahwa rasio hutang terhadap total aktiva PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk untuk tahun 2007 adalah 30,64%, tahun 2008 adalah 24,50%, tahun 2009 adalah 19,37%, tahun 2010 adalah 14,63% dan untuk tahun 2011 adalah 21,45%. Ini menujukkan bahwa kinerja PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mengalami fluktuasi. Kinerja keuangan terbaik menurut rasio hutang terhadap total aktiva terjadi pada tahun 2010, pendanaan perusahaan dibiayai dengan modal sendiri sebesar 85,37% dan sisanya sebesar 14,63% dibiayai dengan hutang. Sedangkan pendanaan perusahaan sebesar 30,64% yang dibiayai oleh hutang terjadi pada tahun 2007, sehingga menyebabkan tahun 2007 menjadi tahun dengan kinerja keuangan terburuk dalam periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011.

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa kinerja keuangan terbaik dilihat dari rasio hutang terhadap total aktiva di antara ketiga perusahaan semen adalah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk karena mempunyai nilai rata-rata paling rendah yaitu 22,12% dan kinerja keuangan kurang baik dilihat dari rasio hutang terhadap total aktiva adalah PT Holcim Indonesia Tbk karena mempunyai nilai rata-rata paling tinggi yaitu 51,22%. Ini menunjukkan bahwa PT Indocemet Tunggal Prakarsa Tbk sebagian besar pendanaan perusahaan didanai oleh modal sendiri.

3.

Rasio Aktivitas

a. Perputaran Total Aktiva

Tabel 5

Perbandingan Perputaran Total Aktiva Perusahaan

Tahun Rata -

rata

2007 2008 2009 2010 2011

(kali) (kali) (kali) (kali) (kali) (kali)

PT Semen Gresik Tbk 1,13 1,15 1,11 0.92 0,83 1,03 PT Holcim Indonesia Tbk 0,52 0,63 0,82 0,57 0,69 0,64 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 0,73 0,87 0,80 0,73 0,77 0,78 Sumber Data: Bursa Efek Indonesia (diolah)

Berdasarkan tabel perbandingan perputaran total aktiva diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 merupakan perputaran total aktiva PT Semen Gresik Tbk tertinggi yaitu 1,15 kali dan terendah pada tahun 2011 yaitu sebanyak 0,83 kali. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2008 dana yang terdapat pada aset perusahaan berputar sebanyak 1,15 kali dalam menghasilkan laba. Sedangkan pada tahun 2011 lebih kecil, yaitu aset perusahaan hanya berputar sebanyak 0,83 kali dalam menghasilkan laba.

(13)

Berdasarkan tabel perbandingan perputaran total aktiva diatas diketahui bahwa pada tahun 2009 merupakan perputaran total aktiva PT Holcim Indonesia Tbk tertinggi yaitu 0,82 kali dan terendah pada tahun 2007 yaitu sebanyak 0,52 kali. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2009 dana yang terdapat pada aset perusahaan berputar sebanyak 0,82 kali dalam menghasilkan laba. Sedangkan pada tahun 2007 lebih kecil, yaitu aset perusahaan hanya berputar sebanyak 0,52 kali dalam menghasilkan laba.

Berdasarkan tabel perbandingan perputaran total aktiva diatas diketahui bahwa pada tahun 2008 merupakan perputaran total aktiva PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tertinggi yaitu 0,87 kali dan perputaran terendah terjadi pada tahun 2007 dan tahun 2010 yaitu sebanyak 0,73 kali. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2008 dana yang terdapat pada aset perusahaan berputar sebanyak 0,87 kali dalam menghasilkan laba. Sedangkan pada tahun 2007 dan tahun 2010 aset perusahaan hanya berputar sebanyak 0,73 kali dalam menghasilkan laba.

Dari tabel diatas, diketahui bahwa kinerja keuangan terbaik di antara ketiga perusahaan semen dilihat dari perputaran total aktivanya selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 adalah PT Semen Gresik Tbk dan kinerja keuangan yang kurang baik terjadi pada PT Holcim Indonesia Tbk. PT Semen Gresik mempunyai nilai rata-rata perputaran total aktiva sebanyak 1,03 kali dan sebanyak 0,64 kali untuk PT Holcim Indonesia Tbk. Nilai perputaran aset yang rendah menunjukkan bahwa aset yang dimiliki perusahaan tidak dimanfaatkan secara efisien untuk menghasilkan laba.

b. Perputaran Aktiva Tetap

Tabel 6

Perbandingan Perputaran Aktiva Tetap Perusahaan

Tahun Rata -

rata

2007 2008 2009 2010 2011

(kali) (kali) (kali) (kali) (kali) (kali)

PT Semen Gresik Tbk 2,96 3,47 3,04 1,75 1,36 2,51 PT Holcim Indonesia Tbk 0,65 0,84 1,03 0,73 0,89 0,83 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 0,94 1,25 1,33 1,42 1,77 1,34 Sumber Data: Bursa Efek Indonesia (diolah)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui perputaran aktiva tetap tertinggi PT Semen Gresik Tbk terjadi pada tahun 2008 dan perputaran aktiva terendah terjadi pada tahun 2011. Ini berarti bahwa Rp 1,00 total aktiva tetap yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan penjualan tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebanyak 3,47 kali dan terendah pada tahun 2011 yaitu sebanyak 1,36 kali.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui perputaran aktiva tetap tertinggi PT Holcim Indonesia Tbk terjadi pada tahun 2009 dan perputaran aktiva terendah terjadi pada tahun 2007. Ini berarti bahwa Rp 1,00 total aktiva tetap yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan penjualan tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebanyak 1,03 kali dan terendah pada tahun 2007 yaitu sebanyak 0,65 kali.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui perputaran aktiva tetap tertinggi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk terjadi pada tahun 2011 dan perputaran aktiva terendah

(14)

terjadi pada tahun 2007. Ini berarti bahwa Rp 1,00 total aktiva tetap yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan penjualan tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebanyak 1,77 kali dan terendah pada tahun 2007 yaitu sebanyak 0,94 kali.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perputaran aktiva tetap tertinggi perusahaan yang digunakan untuk menghasilkan penjualan di antara ketiga perusahaan semen adalah PT Semen Gresik Tbk yaitu sebanyak 2,51 kali. Ini berarti bahwa PT Semen Gresik Tbk mampu 1,68 kali lebih banyak dalam menghasilkan penjualan bila dibandingkan dengan PT Holcim Indonesia Tbk dan 1,17 kali lebih banyak menghasilkan penjualan bila dibandingkan dengan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

c. Rata-rata Umur Piutang

Tabel 7

Perbandingan Rata-rata Umur Piutang Perusahaan

Tahun Rata -

rata

2007 2008 2009 2010 2011

(hari) (hari) (hari) (hari) (hari) (hari)

PT Semen Gresik Tbk 43,33 43,94 35,66 43,08 40,19 41,24 PT Holcim Indonesia Tbk 45,13 41,89 36,58 35,73 31,15 38,10 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 39,18 33,94 45,79 43,80 50,20 42,58 Sumber Data: Bursa Efek Indonesia (diolah)

Berdasar tabel perbandingan diatas, diperoleh rata-rata umur piutang PT Semen Gesik Tbk pada tahun 2007 adalah 43,33 hari, tahun 2008 adalah 43,94 hari, 2009 adalah 35,66 hari, 2010 adalah 43,08 hari dan tahun 2011 adalah 40,19 hari. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan membutuhkan waktu tercepat yaitu 35,66 hari pada tahun 2009 untuk menagih piutangnya dan paling lambat yaitu 43,94 hari pada tahun 2008 untuk menagih piutangnya.

Berdasar tabel perbandingan diatas, diperoleh rata-rata umur piutang PT Holcim Indonesia Tbk pada tahun 2007 adalah 45,13 hari, tahun 2008 adalah 41,89 hari, 2009 adalah 36,58 hari, 2010 adalah 35,73 hari dan tahun 2011 adalah 31,15 hari. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan membutuhkan waktu tercepat yaitu 31,15 hari pada tahun 2011 untuk menagih piutangnya dan paling lambat yaitu 45,13 hari pada tahun 2007 untuk menagih piutangnya.

Berdasar tabel perbandingan diatas, diperoleh rata-rata umur piutang PT Indocement Tunggal Tbk pada tahun 2007 adalah 39,18 hari, tahun 2008 adalah 33,94 hari, 2009 adalah 45,79 hari, 2010 adalah 43,80 hari dan tahun 2011 adalah 50,20 hari. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan membutuhkan waktu tercepat yaitu 33,94 hari pada tahun 2008 untuk menagih piutangnya dan paling lambat yaitu 50,20 hari pada tahun 2011 untuk menagih piutangnya.

Berdasar tabel perbandingan umur rata-rata piutang diatas, kinerja perusahaan yang terbaik dalam melakukan penagihan piutangnya kepada debitur adalah PT Holcim Indonesia Tbk. Sedangkan kinerja perusahaan yang terburuk dalam melakukan penagihan piutangnya kepada debitur adalah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Semakin cepat rata-rata penerimaan piutang akan baik kinerja perusahaan dalam mengelola piutang.

(15)

d. Perputaran Persediaan

Tabel 8

Perbandingan Perputaran Persediaan Perusahaan

Tahun Rata -

rata

2007 2008 2009 2010 2011

(kali) (kali) (kali) (kali) (kali) (kali)

PT Semen Gresik Tbk 5,34 4,34 5,41 4,64 4,43 4,83 PT Holcim Indonesia Tbk 9,47 7,59 9,67 7,42 8,19 8,47 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 4,59 3,80 4,31 4,31 5,63 4,53 Sumber Data: Bursa Efek Indonesia (diolah)

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa perputaran persediaan PT Semen Gresik terbaik terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 5,41 kali dan perputaran persediaan terburuk terjadi pada tahun pada tahun 2008 yaitu sebesar 4,34 kali. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2009 persediaan berputar sebanyak 5,41 kali atau perusahaan melakukan produksi selama setahun sebanyak 5,41 kali. Sedangkan produksi selama setahun paling rendah terjadi pada tahun 2008 yaitu sebanyak 4,34 kali untuk perputaran persediaannya. Nilai rasio perputaran persediaan yang tinggi berarti efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan persediaan.

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa perputaran persediaan PT Holcim IndonesiaTbk terbaik terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 9,67 kali dan perputaran persediaan terburuk terjadi pada tahun pada tahun 2010 yaitu sebesar 7,42 kali. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2009 persediaan berputar sebanyak 9,67 kali atau perusahaan melakukan produksi selama setahun sebanyak 9,67 kali. Sedangkan produksi selama setahun paling rendah terjadi pada tahun 2010 yaitu sebanyak 7,42 kali untuk perputaran persediaannya.

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa perputaran persediaan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk terbaik terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 5,63 kali dan perputaran persediaan terburuk terjadi pada tahun pada tahun 2008 yaitu sebesar 3,80 kali. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2011 persediaan berputar sebanyak 5,63 kali atau perusahaan melakukan produksi selama setahun sebanyak 5,63 kali. Sedangkan produksi selama setahun paling rendah terjadi pada tahun 2008 yaitu sebanyak 3,80 kali untuk perputaran persediaannya.

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa rata-rata perputaran persediaan terbaik dalam waktu 5 tahun adalah PT Holcim Indonesia Tbk dan rata-rata perputaran persediaan terburuk dalam waktu 5 tahun adalah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Hal ini terlihat bahwa PT Holcim Indonesia Tbk mampu melakukan produksi sebanyak 8,47 kali per tahun sedangkan PT Indocement Tunggal Tbk hanya mampu melakukan produksi sebanyak 4,53 kali per tahun.

(16)

4.

Rasio Profitabilitas

a. Return On Asset (ROA)

Tabel 9

Perbandingan Return On Asset

Perusahaan Tahun Rata - rata 2007 2008 2009 2010 2011 (%) (%) (%) (%) (%) (%) PT Semen Gresik Tbk 20,85 23,80 25,68 23,35 20,12 22,76 PT Holcim Indonesia Tbk 2,35 3,68 12,33 7,94 9,63 7,19 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 9,82 15,47 20,70 21,01 19,84 17,37 Sumber Data: Bursa Efek Indonesia (diolah)

Berdasarkan penyajian return on asset di atas, dapat diketahui bahwa return on asset PT Semen Gresik Tbk mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Tahun 2007 adalah 20,85%, pada tahun 2008 adalah 23,80%, pada tahun 2009 adalah 25,68%, pada tahun 2010 adalah 23,35% dan pada tahun 2011 adalah 20,12%. Return on asset tertinggi dicapai pada tahun 2009 yaitu sebesar 25,68%. Ini menunjukkan bahwa pada tahun tersebut kemampuan aset perusahaan untuk menghasilkan laba bersih sebesar 25,68% dan kemampuan aset perusahaan untuk menghasilkan laba bersih terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 20,12%.

Berdasarkan penyajian return on asset di atas, dapat diketahui bahwa return on asset PT Holcim Indonesia Tbk juga mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Tahun 2007 adalah 2,35%, pada tahun 2008 adalah 3,68%, pada tahun 2009 adalah 12,33%, pada tahun 2010 adalah 7,94% dan pada tahun 2011 adalah 9,63%. Berdasarkan uraian diatas ini berarti bahwa kemampuan aset perusahaan untuk menghasilkan laba bersih tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 12,33%. Sedangkan kemampuan aset perusahaan untuk menghasilkan laba bersih pada tahun 2007 hanya sebesar 2,35%. Ini menjadikan pada tahun tersebut sebagai tahun menghasilkan laba terendah selama periode tahun 2007 sampai dengan 2011.

Berdasarkan penyajian return on asset di atas, dapat diketahui bahwa return on asset PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Tahun 2007 adalah 9,82%, pada tahun 2008 adalah 15,47%, pada tahun 2009 adalah 20,70%, pada tahun 2010 adalah 21,01% dan pada tahun 2011 adalah 19,84%. Uraian diatas menunjukkan kemampuan aset perusahaan untuk menghasilkan laba bersih tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu perusahaan mampu menghasilkan laba bersih sampai sebesar 21,01%. Sedangkan kemampuan aset perusahaan untuk menghasilkan laba bersih terendah yaitu hanya mampu menghasilkan laba bersih sebesar 9,82% terjadi pada tahun 2007.

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa kinerja keuangan yang terbaik dilihat dari return on asset di antara ketiga perusahaan semen adalah PT Semen Gresik Tbk, karena mempunyai rata-rata return on asset sebesar 22,76%. Ini menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 5 tahun kemampuan aset PT Semen Gresik Tbk untuk menghasilkan laba bersih rata-rata sebesar 22,76%. Sedangkan kinerja keuangan yang terburuk di antara ketiga perusahaan semen adalah PT Holcim Indonesia Tbk, karena dalam kurun waktu 5 tahun kemampuan

(17)

aset PT Holcim Indonesia Tbk untuk menghasilkan laba bersih rata-rata hanya sebesar 7,19%.

b. Profit Margin

Tabel 10

Perbandingan Profit Margin

Perusahaan Tahun Rata - rata 2007 2008 2009 2010 2011 (%) (%) (%) (%) (%) (%) PT Semen Gresik Tbk 18,49 20,67 23,12 25,33 24,15 22,35 PT Holcim Indonesia Tbk 4,51 5,88 15,07 13,90 14,02 10,68 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 13,43 17,85 25,99 28,95 25,93 22,43 Sumber Data: Bursa Efek Indonesia (diolah)

Berdasarkan penyajian profit margin di atas, dapat diketahui bahwa profit margin PT Semen Gresik Tbk meningkat dari tahun ke tahun kecuali pada tahun 2011. Tahun 2007 adalah 18,49%, pada tahun 2008 adalah 20,67%, pada tahun 2009 adalah 23,12%, pada tahun 2010 adalah 25,33% dan pada tahun 2011 adalah 24,15%. Profit margin tertinggi dicapai pada tahun 2010 yaitu mencapai sebesar 25,33% dan profit margin terendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 18,49%. Ini berarti bahwa setiap Rp 1,00 penjualan menghasilkan laba sebesar Rp 0,25 pada tahun 2010 dan Rp 0,18 pada tahun 2007.

Berdasarkan penyajian profit margin di atas, dapat diketahui bahwa profit margin PT Holcim Indonesia Tbk meningkat dari tahun ke tahun kecuali pada tahun 2010. Tahun 2007 adalah 4,51%, pada tahun 2008 adalah 5,88%, pada tahun 2009 adalah 15,07%, pada tahun 2010 adalah 13,90% dan pada tahun 2011 adalah 14,02%. Profit margin tertinggi dicapai pada tahun 2009 yaitu mencapai sebesar 15,07% dan profit margin terendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 4,51%. Ini berarti bahwa setiap Rp 1,00 penjualan dapat menghasilkan laba sebesar Rp 0,15 pada tahun 2009 dan Rp 0,05 pada tahun 2007.

Berdasarkan penyajian profit margin di atas, dapat diketahui bahwa profit margin PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk meningkat dari tahun ke tahun kecuali pada tahun 2011. Tahun 2007 adalah 13,43%, pada tahun 2008 adalah 17,85%, pada tahun 2009 adalah 25,99%, pada tahun 2010 adalah 28,95% dan pada tahun 2011 adalah 25,93%. Profit margin tertinggi dicapai pada tahun 2010 yaitu mencapai sebesar 28,95% dan profit margin terendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 13,43%. Ini berarti bahwa setiap Rp 1,00 penjualan dapat menghasilkan laba sebesar Rp 0,29 pada tahun 2010 dan Rp 0,13 pada tahun 2007.

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa kinerja keuangan terbaik dilihat dari profit margin di antara ketiga perusahaan semen adalah PT Indocement tunggal Prakarsa Tbk, karena mempunyai rata-rata profit margin sebesar 22,43%. Sedangkan kinerja keuangan yang terburuk di antara ketiga perusahaan semen adalah PT Holcim Indonesia Tbk, karena nilai rata-rata profit margin sebesar 10,68%.

(18)

c. Return On Equity (ROE)

Tabel 11

Perbandingan Return On Equity

Perusahaan Tahun Rata - rata 2007 2008 2009 2010 2011 (%) (%) (%) (%) (%) (%) PT Semen Gresik Tbk 26,79 31,27 32,62 30,26 27,06 29,60 PT Holcim Indonesia Tbk 7,50 11,12 27,18 12,14 14,02 14,39 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 14,20 20,53 25,73 24,66 22,93 21,61 Sumber Data: Bursa Efek Indonesia (diolah)

Berdasarkan penyajian return on equity di atas, dapat diketahui bahwa return on equity PT Semen Gresik Tbk mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Tahun 2007 adalah 26,79%, pada tahun 2008 adalah 31,27%, pada tahun 2009 adalah 32,62%, pada tahun 2010 adalah 30,26% dan pada tahun 2011 adalah 27,26%. Return on equity tertinggi dicapai pada tahun 2009 yaitu sebesar 32,62% dan return on equity terendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 26,79%. Hal ini berarti bahwa pada tahun 2007 tingkat pengembalian kepada pemegang saham atas modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba bersih sebesar 26,79%. Sedangkan pada tahun 2009 tingkat pengembalian kepada pemegang saham atas modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba bersih naik menjadi sebesar 32,62%. Adanya kenaikan ini menunjukkan bahwa kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan laba bersih semakin baik dari tahun sebelumnya.

Berdasarkan penyajian return on equity di atas, dapat diketahui bahwa return on equity PT Holcim Indonesia Tbk mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Tahun 2007 adalah 7,50%, pada tahun 2008 adalah 11,12%, pada tahun 2009 adalah 27,18%, pada tahun 2010 adalah 12,14% dan pada tahun 2011 adalah 14,02%. Return on equity tertinggi dicapai pada tahun 2009 yaitu sebesar 27,18% dan return on equity terendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 7,50%. Ini berarti bahwa pada tahun 2007 tingkat pengembalian kepada pemegang saham atas modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba bersih hanya sebesar 7,50%. Sedangkan pada tahun 2009 tingkat pengembalian kepada pemegang saham atas modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba bersih naik menjadi sebesar 27,18%.

Berdasarkan penyajian return on equity di atas, dapat diketahui bahwa return on equity PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk juga mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Tahun 2007 adalah 14,20%, pada tahun 2008 adalah 20,53%, pada tahun 2009 adalah 25,73%, pada tahun 2010 adalah 24,66% dan pada tahun 2011 adalah 22,93%. Return on equity tertinggi dicapai pada tahun 2009 yaitu sebesar 25,73% dan return on equity terendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 14,20%. Ini berarti bahwa pada tahun 2007 tingkat pengembalian kepada pemegang saham atas modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba bersih hanya sebesar 14,20%. Sedangkan pada tahun 2009 tingkat pengembalian kepada pemegang saham atas modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba bersih naik menjadi sebesar 23,73%.

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa kinerja keuangan yang terbaik dilihat dari return on equity di antara ketiga perusahaan semen adalah PT Semen Gresik Tbk, karena

(19)

mempunyai rata-rata return on equity sebesar 29,60%. Ini diinterprestasikan bahwa pada kurun waktu selama 5 tahun, yaitu tahun 2007 sampai dengan 2011 tingkat pengembalian kepada pemegang saham atas modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba bersih sebesar 29,60%. Sedangkan kinerja keuangan yang terburuk di antara ketiga perusahaan semen adalah PT Holcim Indonesia Tbk, karena nilai rata-rata return on equity hanya sebesar 14,39%. Ini diinterprestasikan bahwa pada kurun waktu selama 5 tahun, yaitu tahun 2007 sampai dengan 2011 tingkat pengembalian PT Holcim Indonesia Tbk kepada pemegang saham atas modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba bersih sebesar 14,39%.

5.

Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Semen

Tabel 12

Rekapitulasi Hasil Perhitungan Rasio Keuangan Perusahaan Semen di BEI

Rasio Perusahaan Tahun Rata-rata 2007 2008 2009 2010 2011 Rasio Lancar (%) SMGR 364,34 338,58 358,15 291,70 264,65 323,28 SMCB 133,01 168,33 126,99 166,19 146,58 148,22 INTP 296,02 178,57 300,19 555,37 698,54 405,74 Rasio Cepat (%) SMGR 289,89 261,89 295,86 226,41 193,68 253,54 SMCB 107,03 130,51 89,80 126,39 108,83 112,51 INTP 160,70 98,96 227,59 457,70 606,11 310,21 Rasio Hutang Terhadap Modal (%) SMGR 27,09 30,10 25,82 28,51 34,53 29,21 SMCB 219,32 202,41 120,39 52,93 45,49 128,11 INTP 44,30 32,53 24,08 17,17 24,79 28,58 Rasio Hutang Terhadap Total Aktiva (%) SMGR 21,09 22,91 20,33 22,00 25,67 22,40 SMCB 68,68 66,93 54,62 34,60 31,26 51,22 INTP 30,64 24,50 19,37 14,63 21,45 22,12 Perputaran Total Aktiva (kali) SMGR 1,13 1,15 1,11 0,92 0,83 1,03 SMCB 0,52 0,63 0,82 0,57 0,69 0,64 INTP 0,73 0,87 0,80 0,73 0,77 0,78 Perputaran Aktiva Tetap (kali) SMGR 2,96 3,47 3,04 1,75 1,36 2,51 SMCB 0,65 0,84 1,03 0,73 0,89 0,83 INTP 0,94 1,25 1,33 1,42 1,77 1,34 Rata-rata Umur Piutang (hari) SMGR 43,33 43,94 35,66 43,08 40,19 41,24 SMCB 45,13 41,89 36,58 35,73 31,15 38,10 INTP 39,18 33,94 45,79 43,80 50,20 42,58 Perputaran Persediaan (kali) SMGR 5,34 4,34 5,41 4,64 4,43 4,83 SMCB 9,47 7,59 9,67 7,42 8,19 8,47 INTP 4,59 3,80 4,31 4,31 5,63 4,53 Return On Asset (%) SMGR 20,85 23,80 25,68 23,35 20,12 22,76 SMCB 2,35 3,68 12,33 7,94 9,63 7,19 INTP 9,82 15,47 20,70 21,01 19,84 17,37 Profit Margin (%) SMGR 18,49 20,67 23,12 25,33 24,15 22,35 SMCB 4,51 5,88 15,07 13,90 14,02 10,68 INTP 13,43 17,85 25,99 28,95 25,93 22,43 Return On Equity (%) SMGR SMCB 26,79 7,50 31,27 11,12 32,62 27,18 30,26 12,14 27,06 14,02 29,60 14,39 INTP 14,20 20,53 25,73 24,66 22,93 21,61 Sumber Data: Bursa Efek Indonesia (diolah)

Berdasarkan rekapitulasi perhitungan rasio-rasio keuangan di atas, maka dapat ditentukan rangking untuk menentukan mana dari ketiga perusahaan semen yang paling

(20)

baik kinerja keuangannya. Untuk perusahaan yang paling baik kinerjanya diberi skor 3, sedangkan yang paling buruk kinerjanya diberi skor 1.

Tabel 13

Penentuan Rangking Berdasarkan Rasio Keuangan Perusahaan Semen di BEI

Rasio PT Semen Gresik Tbk PT Holcim Indonesia Tbk PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Rasio Lancar 2 1 3 Rasio Cepat 2 1 3 Rasio Likuiditas (1) 4 2 6 Rasio Hutang Terhadap

Modal

2 1 3

Rasio Hutang Terhadap Total

Aktiva 2 1 3

Rasio Solvabilitas (2) 4 2 6 Perputaran Total Aktiva 3 1 2 Perputaran Aktiva Tetap 3 1 2 Rata-rata Umur Piutang 2 3 1

Perputaran Persediaan 2 3 1 Rasio Aktivitas (3) 10 8 6 Return On Asset 3 1 2 Profit Margin 2 1 3 Return On Equity 3 1 2 Rasio Profitabilitas (4) 8 3 7 Total (1+2+3+4) 26 15 25 Sumber Data: Bursa Efek Indonesia (diolah)

Berdasarkan penyajian data pada tabel diatas, dapat ditarik kesimpulan mengenai mana perusahaan semen yang paling baik kinerja keuangannya sebagai berikut: (1) Menurut tabel rangking tersebut, kinerja keuangan dilihat dari rasio likuiditas PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan semen lainnya. Meskipun sebenarnya menunjukkan tingkat rasio lancar dan rasio cepat yang berfluktuasi, yang berarti adanya ketidakstabilan perusahaan dalam kinerja keuangannya. Ketidakstabilan ini disebabkan adanya penurunan rasio pada tahun 2008 dan meningkat pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Penurunan rasio disebabkan karena adanya kenaikan jumlah kewajiban lancar perusahaan. Meskipun nilai rasio mengalami penurunan tetapi perusahaan dinilai baik, aset lancar yang dimiliki perusahaan masih bisa digunakan untuk melunasi kewajiban lancar perusahaan. Akan tetapi jika dilihat dari ukuran stándar dari para ahli, kinerja perusahaan masih dinilai kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari kondisi riil rasio perusahaan ada yang jumlahnya lebih besar daripada rasio minimal yang harus dimiliki perusahaan. Dan ada juga yang kondisi riil rasio lancar lebih kecil daripada rasio minimal perusahaan. Kelebihan dan kekurangan dari aktiva lancar ini menunjukkan bahwa PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk kurang efektif dalam mengelola aktiva lancarnya dan adanya kekurangan aset yang digunakan untuk melunasi kewajiban lancar serta membayar biaya operasional perusahaan, (2) Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kinerja keuangan dilihat dari rasio solvabilitas, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menempati rangking terbaik jika dibandingkan dengan perusahaan semen lainnya. Meskipun sebenarnya nilai rasio solvabilitas PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk selama 5 (lima) periode mengalami fluktuasi atau tidak stabil. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan mengalami ketidakstabilan selama 5 (lima) periode tersebut. Jika dilihat dari nilai rasio hutang terhadap modal menunjukkan bahwa kondisi baik karena modal

(21)

perusahaan yang dibiayai dari utang (oleh kreditor) hanya sebagian kecil. Sehingga resiko yang ditanggung perusahaan lebih kecil terhadap kreditor. Begitu juga jika dilihat dari nilai rasio hutang terhadap total aktiva menunjukkan bahwa kondisi perusahaan baik karena total aset yang dimiliki perusahaan tidak semua digunakan untuk melunasi seluruh kewajiban baik kewajiban lancar maupun kewajiban jangka panjang perusahaan, (3) Berdasar tabel penentuan rangking, keadaan PT Semen Gresik Tbk dilihat dari rasio aktivitas adalah yang terbaik. Meskipun sebenarnya selama 5 (lima) periode mengalami keadaan yang fluktuasi. Dilihat dari perputaran aktiva menunjukkan bahwa aktiva PT Semen Gresik Tbk berputar cukup tinggi dalam setahun. Dilihat dari perputaran total aktiva, PT Semen Gresik Tbk dalam setahun cukup baik karena menunjukkan penggunaan aktiva tetap yang cukup efektif. Perputaran piutang PT Semen Gresik Tbk cukup baik karena hampir semua piutang dari seluruh barang dagangan yang di kreditkan dapat tertagih. Berdasarkan rata-rata umur piutang PT Semen Gresik Tbk cukup baik karena piutang perusahaan cukup cepat untuk dapat dikonversikan menjadi kas. Sedangkan dilihat dari perputaran persediaan kondisi PT Semen Gresik Tbk kurang baik jika dibandingkan dengan perusahaan semen lainnya. Hal ini disebabkan karena perputaran persediaan PT Semen Gresik Tbk dalam setahun hampir setengah dari perputaran persediaan PT Holcim Indonesia Tbk, (4) Tabel rangking rasio keuangan diatas menunujkkan bahwa kinerja keuangan PT Semen Gresik Tbk dilihat dari rasio profitabilitas berada pada keadaan yang paling baik jika dibandingkan perusahaan semen lainnya. Meskipun sebenarnya selama 5 (lima) periode mengalami ketidakstabilan. Bila dilihat dari return on asset, PT Semen Gresik Tbk menunjukkan kondisi yang cukup baik karena perusahaan cukup mampu dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset. Berdasarkan profit marginnya, PT Semen Gresik Tbk mampu menghasilkan laba yang cukup tinggi yaitu laba sebesar 22% dari total penjualan. Begitu juga jika dilihat dari return on equity, PT Semen Gresik Tbk berada pada kondisi cukup baik karena tingkat pengembalian kepada pemegang saham atas modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba bersih cukup besar, (5) Tabel rangking rasio keuangan diatas menunjukkan bahwa kinerja keuangan dilihat dari keseluruhan rasio baik rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, maupun rasio profitabilitas terlihat bahwa kinerja keuangan terbaik ialah kinerja keuangan dari PT Semen Gresik Tbk.

SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan

Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) Analisis rasio likuiditas yang terdiri dari rasio lancar dan rasio cepat memperlihatkan bahwa PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mempunyai kinerja keuangan yang terbaik, (2) Analisis rasio solvabilitas yang terdiri dari rasio hutang terhadap modal dan rasio hutang terhadap total asset memperlihatkan bahwa PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mempunyai kinerja keuangan yang terbaik, (3) Analisis rasio aktivitas yang terdiri dari perputaran total aktiva, perputaran aktiva tetap, rata-rata umur piutang, dan perputaran persediaan memperlihatkan bahwa PT Semen Gresik Tbk mempunyai kinerja keuangan yang terbaik, (4) Analisis rasio profitabilitas yang terdiri dari return on asset (ROA), profit margin, dan return

on equity (ROE) memperlihatkan bahwa PT Semen Gresik Tbk mempunyai kinerja keuangan

yang terbaik, (5) Dari keseluruhan rasio keuangan yang digunakan memperlihatkan bahwa PT Semen Gresik Tbk mempunyai kinerja keuangan terbaik diantara kedua perusahan semen lainnya.

(22)

Saran

Dari uraian kesimpulan diatas berikut ini beberapa saran yang dapat dijadikan bahan masukan bagi perusahaan yaitu: (1) Disarankan pada investor yang lebih menyukai perusahaan yang likuid dan lancar dalam pembayaran hutang/kewajibannya (dilihat rasio likuiditas dan rasio solvabilitas) untuk memilih PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk sebagai sasaran untuk investasinya, (2) Disarankan pada investor yang lebih suka pada perusahaan yang tingkat perputaran modal kerjanya tinggi (dilihat dai rasio aktivitas) untuk memilih PT Semen Gresik Tbk sebagai sasaran investasinya, (3) Disarankan pada investor yang lebih suka pada perusahaan yang tingkat pengembalian investasi berupa labanya yang tinggi (dilihat dari rasio profitabilitas) untuk memilih PT Semen Gresik Tbk sebagai sasaran investasinya.

Keterbatasan

Keterbatasan utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah bahwa dalam penelitian ini masih sangat teoritis. Sehingga hasil dari pembahasan yang diperoleh masih jauh dari sempurna apabila diaplikasikan dalam dunia bisnis. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan penelitian tentang rasio keuangan dapat lebih dikembangkan. Misalnya saja rasio keuangan yang dihubungkan dengan harga saham. Sehingga hasil dari penelitian dapat menjadi informasi yang benar-benar relevan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

DAFTAR PUSTAKA

Darsono, A. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Yogyakarta: Andi.

Hanafi, M M. dan A. Halim. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 3. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Harahap, S S. 2004. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Cetakan Keempat. Rajawali Pers. Jakarta.

______. 2008. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Munawir, S. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Cetakan Keempat Belas. Liberty. Yogyakarta.

Masyhuri dan Zainuddin. 2008. Metodelogi Penelitian: Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Refika Aditama. Bandung.

Prastowo, D. dan R. Juliaty. 2008. Analisa Laporan Keuangan, Konsep dan Aplikasi. Edisi 2. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Manajemen Pertunjukan Musik “Kamar Ismail” Mahasiswa Seni Musik UPI Angkatan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu |

Kerana tidak dari satu atom pun dari langit yang tertinggi sampai kepada sempadan bumi, melainkan ada padanya tanda-tanda keajaiban yang menunjukkan kepada kesempurnaan qudrah

 Jika sebuah gelombang memiliki simetri ½ gelombang, maka sembarang integral untuk menghitung koefisien Fourier dari harmonisa gasal dihitung hanya lewat ½ siklus dan hasilnya

Dengan demikian kami Panitia mengumumkan bahwa Pemenang Lelang Pengadaan Asuransi Pemeliharaan Kesehatan Anggota DPRD Kota jambi Tahun 2012 sebagai berikut :.. Calon Pemenang

Memberikan panduan yang dapat membantu masyarakat Indonesia untuk memiliki dan membaca mengenai jajan pasar Kabupaten Tolitoli mulai dari bahan-bahan yang

Kesimpulan yang diperoleh dari studi ini adalah dengan diketahuinya profit laboratorium yang ada di institusi Balai Labkesda, BTKL P2M, dan rumah sakit maka langkah tindak

“K egiatan mahasiswa baru diawali dengan pengenalan kultur akademik Fakultas Teknik UNY sehingga diharapkan para mahasiswa baru dapat me mahami cara belajar pada level

Penghasilan yang tidak langsung di dapat menjadi alasan utama bagi pemuda untuk bertani, padahal jika ditinjau lebih jauh penghasilan seorang petani akan lebih