• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Akhir kata, semoga Rencana Strategis Balai POM di Pangkalpinang Tahun dapat bermanfaat bagi bangsa Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Akhir kata, semoga Rencana Strategis Balai POM di Pangkalpinang Tahun dapat bermanfaat bagi bangsa Indonesia."

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

i

KATA PENGANTAR

Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan bahwa setiap kementerian dan lembaga perlu menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Dengan telah ditetapkannya RPJMN 2015-2019 tanggal 8 Januari 2015 maka Badan Pengawas Obat dan Makanan menyusun Renstra Tahun 2015-2019 yang menjadi dasar ditetapkannya Renstra Balai POM di Pangkalpinang Tahun 2015-2019.

Renstra Balai POM di Pangkalpinang Tahun 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif dan memuat berbagai program dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Balai POM di Pangkalpinang dan menjadi acuan dalam penyusunan perencanaan tahunan. Rencana Strategis Balai POM di Pangkalpinang Tahun 2015-2019 ini digunakan sebagai acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di bidang pengawasan Obat dan Makanan dalam kurun waktu 2015-2019.

Akhir kata, semoga Rencana Strategis Balai POM di Pangkalpinang Tahun 2015-2019 dapat bermanfaat bagi bangsa Indonesia.

Pangkalpinang, 11 Mei 2015 Kepala Balai POM di Pangkalpinang

Drs. Arnold Sianipar, Apt., M.Pharm NIP. 195809131986021001

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ... i

Daftar isi... ii

Surat Keputusan ... iii

BAB I. Pendahuluan ... 1

1.1. Kondisi Umum ... 1

1.1.1. Tugas Pokok dan Fungsi Balai POM di Pangkalpinang ... 2

1.1.2. Struktur Organisasi ... 3

1.1.3. Hasil Capaian Kinerja Balai POM di Pangkalpinang Periode 2010-2014 ... 6

1.2. Potensi dan Permasalahan ... 9

1.2.1 Sistem Kesehatan Nasional ... 9

1.2.2. Jaminan Kesehatan Nasioanal... 9

1.2.3. Agenda Sustainable Development Goals (SDGs)... 9

1.2.4 Globalisasi, Perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional ... 10

1.2.5 Perubahan Iklim ... 10

1.2.6 Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk ... 11

1.2.7 Desentralisasi dan Otonomi Daerah ... 11

1.2.8 Perkembangan Teknologi ... 12

1.2.9 Implementasi Program Fortifikasi Pangan ... 13

1.2.10 Jejaring Kerja ... 13

1.2.11 Komitmen dalam Pelaksanaan Reformasi Birokrasi ... 13

1.3 Lingkungan Strategis Balai POM di Pangkalpinang ... 19

1.3.1 Lingkungan Eksternal ... 19

1.3.2 Lingkungan Internal ... 20

BAB II. VISI, MISI, BUDAYA ORGANISASI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS ... 23 2.1. Visi ... 24 2.2. Misi ... 24 2.3. Budaya Organisasi ... 27 2.4. Tujuan ... 27 2.5. Sasaran Strategis ... 28

BAB III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI... 33

3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Badan POM ... 33

3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Balai POM di Pangkalpinang ... 37

3.3. Kerangka Regulasi ... 44

(3)

BAB IV. TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ... 50

4.1. Target Kinerja ... 50

4.2. Kerangka Pendanaan ... 52

BAB V PENUTUP ... 53

(4)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Balai POM di Pangkalpinang ... 54 Lampiran 2. Matriks Kerangka Regulasi Balai POM di Pangkalpinang ... 55

(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Balai POM di Pangkalpinang ... 3

Gambar 1.2 Profil Pegawai Balai POM di Pangkalpinang ... 4

Gambar 1.3a Profil Obat yang Memenuhi Syarat Tahun 2010-2014 ... 6

Gambar 1.3b Profil Obat Tradisional yang Memenuhi Syarat Tahun 2010-2014 ... 6

Gambar 1.3c Profil Kosmetik yang Memenuhi Syarat Tahun 2010-2014 ... 7

Gambar 1.3d Profil Suplemen yang Memenuhi Syarat Tahun 2010-2014 ... 7

Gambar 1.3e Profil Makanan yang Memenuhi Syarat Tahun 2010-2014 ... 8

Gambar 1.4 Peta Bisnis Proses Utama BPOM sesuai Peran dan Kewenangan ... 18

Gambar 1.5 Penjabaran Bisnis Proses Utama kepada Kegiatan Utama BPOM ... 18

Gambar 2.1 Peta Strategis Balai POM di Pangkalpinang Periode 2015-2019 ... 23

Gambar 3.1 Logical Framework Balai POM di Pangkalpinang ... 42

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Analisa Beban Kerja Balai POM di Pangkalpinang ... 5 Tabel 1.2 Rangkuman Analisi SWOT ... 17 Tabel 1.3 Data Sarana Produksi dan Distribusi Balai POM di Pangkalpinang ... 22 Tabel 2.1 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BPOM

periode 2015-2019 ... 31 Tabel 3.1 Program, Sasaran program, kegiatan strategi, sasaran kinerja,

indikator Balai POM di Pangkalpinang ... 43 Tabel 4.1 Sasaran Strategis dan indikator kinerja ... 50 Tabel 4.2 Sasaran Strategis, indikator kinerja dan pendanaan... 52

(7)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1KONDISI UMUM

Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan nasional disusun secara periodik meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian/Lembaga untuk jangka waktu 5 tahun, serta Rencana Pembangunan Tahunan yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L).

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Selanjutnya RPJPN ini dibagi menjadi empat tahapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), salah satunya adalah RPJMN 2015-2019 yang merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan RPJPN 2005-2025. Sebagai kelanjutan RPJMN tahap kedua, RPJMN tahap ketiga ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian yang berlandaskan keunggulan sumber daya alam, sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat.

Sebagaimana amanat tersebut dan dalam rangka mendukung pencapaian program-program prioritas pemerintah, Balai POM di Pangkalpinang sesuai kewenangan, tugas pokok dan fungsinya menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program dan kegiatan Balai POM di Pangkalpinang untuk periode 2015-2019. Penyusunan Renstra Balai POM di Pangkalpinang ini berpedoman pada RPJMN periode 2015-2019. Proses penyusunan Renstra Balai POM di Pangkalpinang tahun 2015-2019 dilakukan sesuai dengan amanat peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hasil evaluasi pencapaian kinerja tahun 2010-2014, serta melibatkan pemangku kepentingan yang menjadi mitra BPOM.

(8)

2

Balai POM di Pangkalpinang sebagai UPT di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM Nomor HK.00.05.21.3592 Tahun 2007 tentang perubahan kedua atas keputusan Kepala Badan POM Nomor 05018/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan tata kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan POM. Balai POM di Pangkalpinang termasuk Balai POM tipe B yang mempunyai Tugas Pokok dan Fungsi sebagai berikut:

1.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Balai POM di Pangkalpinang

Melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetika, produk komplemen, keamanan pangan dan bahan berbahaya.

Adapun fungsi dari Balai POM Pangkalpinang adalah sebagai berikut :

a. Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan

b. Pelaksanaan pengujian laboratorium dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, kosmetika, produk komplemen, pangan, bahan berbahaya dan mikrobiologi.

c. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan pada sarana produksi dan distribusi.

d. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum.

e. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu yang ditetapkan oleh kepala Badan.

f. Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen.

g. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan.

h. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan, sesuai dengan bidang tugasnya.

(9)

3

1.1.2 Struktur Organisasi

Balai POM di Pangkalpinang termasuk Balai POM tipe B yang mempunyai Struktur Organisasi sebagai berikut:

Gambar 1.1 STRUKTUR ORGANISASI BALAI POM DI PANGKALPINANG

Adapun tugas masing-masing seksi adalah :

1. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan pengkoordinasian, sinkronisasi, dan integrasi perencanaan, penganggaran, serta evaluasi dan pelaporan di lingkungan Balai POM di Pangkalpinang, memberikan pelayanan administrasi ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, perlengkapan dan rumah tangga.

2. Seksi Pengujian Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pengujian secara laboratorium, serta melaksanakan pengujian dan penilaian mutu dibidang produk Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen.

3. Seksi Pengujian Pangan, Bahan Berbahaya dan Mikrobiologi mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pengujian secara laboratorium, serta melaksanakan pengujian dan penilaian mutu di bidang pangan, bahan berbahaya dan mikrobiologi.

Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan

Subbag TU

Seksi Pengujian Pangan, Bahan Berbahaya

dan Mikrobiologi Seksi Pengujian

Teranokoko Seksi Pemeriksaan,

Penyidikan, Sertifikasi dan LIK

(10)

4

4. Seksi Pemeriksaan, Penyidikan, Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan program serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh untuk pengujian, dan pemeriksaan sarana produksi, distribusi dan instansi kesehatan serta penyidikan kasus pelanggaran di bidang Produk Terapetik, Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain, Obat Tradisional, Kosmetik, Produk Komplimen, Pangan dan Bahan Berbahaya, melaksanakan penyusunan rencana dan program serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu dan layanan informasi konsumen.

Gambar 1.2 Profil pegawai Balai POM di Pangkalpinang

0 2 4 6 8 10 12

Pegawai Balai POM di Pangkalpinang

(11)

5

Tabel 1.1 Analisa Beban Kerja Balai POM di Pangkalpinang

NO NAMA SATUAN ORGANISASI/JABATAN

STANDAR KEBUTUHAN SDM APARATUR (ABK 2014) PNS TAHUN 2014 Perbedaan 1 2 3 4 5

Kepala Balai POM 1 1 0

1) Ka Subbag Tata Usaha 1 1 0

i. Bendahara Satker (JC=7) 1 1 0

ii. Pranata Komputer Terampil

(JC=7). 1 1 0

iii. Pengadministrasi Umum (JC=5) 1 0 - (1)

iv. Pengadministrasi Keuangan

(JC=6) 3 2 - (1) v. Verifikator Keuangan (JC=7). 1 1 0 vI. Pengelola BMN (JC=7). 2 2 0 vii. Kepegawaian (JC=5) 1 1 0 vIii. Arsiparis (JC=6). 1 0 - (1)

vIii. Teknisi dan Pemeliharaan

Sarana & Prasarana (JC=6). 1 0 - (1)

2) Seksi Pengujian Prod Terap, Narko, OT, Kosmetik dan Prod Komplemen 1 1 0 i. PFM Pertama (JC=8). 6 6 0 ii. PFM Pelaksana (JC=6). 4 4 0 PFM Pelaksana (TUBEL). 1 1 0

3) Seksi Pengujian Pangan dan

Bahan Berbahaya, Mikrobiologi 1 1 0

i. PFM Pertama Pangan (JC=8). 3 4 +(1)

PFM Pertama Pangan (TUBEL). 1 1 0

ii. PFM Pertama Mikro (JC=8) 1 1 0

iii. PFM Pelaksana Mikro (JC=6). 2 2 0

iv. PFM Pelaksana Pangan (JC=6). 1 2 +(1)

4) Seksi Sertifikasi & Layanan Informasi Konsumen, Pemeriksaan, Penyidikan 1 1 0 i. PFM Pertama (JC=8). 10 8 - (2) ii. PFM Pelaksana (JC=6). 6 2 - (4) 5) CPNS 7 +(7)

JUMLAH Balai POM di Pangkalpinang 52 51 - (1)

(12)

6

1.1.3 Hasil Capaian Kinerja Balai POM di Pangkalpinang Periode 2010-2014 Sesuai dengan peran dan kewenangannya, Balai POM di Pangkalpinang mempunyai tugas mengawasi peredaran Obat dan Makanan di wilayah provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Adapun pencapaian keberhasilan pelaksanaan tugas dan kewenangan Balai POM di Pangkalpinang tersebut dapat dilihat sesuai dengan pencapaian indikator kinerja utama sesuai sasaran strategis pada grafik di bawah ini.

Gambar 1.3a Profil Obat yang Memenuhi Syarat Tahun 2010-2014

Gambar 1.3b Profil Obat Tradisional yang Memenuhi Syarat Tahun 2010-2014

94,22 95,38 97,81 97,39 97,35 92 93 94 95 96 97 98 99 2010 2011 2012 2013 2014

Obat MS 2010-2014

73,81 54,17 85,2 68,51 72,72 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 2010 2011 2012 2013 2014

Obat Tradisional MS 2010-2014

(13)

7

Gambar 1.3c Profil Kosmetik yang Memenuhi Syarat Tahun 2010-2014

Gambar 1.3d Profil Suplemen Makanan yang Memenuhi Syarat Tahun 2010-2014

92,12 86,27 95,45 89,21 86,73 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 2010 2011 2012 2013 2014

Kosmetik MS 2010-2014

97,36 100 100 100 97,78 96 96,5 97 97,5 98 98,5 99 99,5 100 100,5 2010 2011 2012 2013 2014

Suplemen Makanan MS 2010-2014

(14)

8

Gambar 1.3e Profil Pangan yang Memenuhi Syarat Tahun 2010-2014

Dari gambar 1.3a sampai 1.3e dapat dilihat hasil pengawasan Obat dan Makanan selama tahun 2010-2014. Capaian dari indikator-indikator ini masih kurang disebabkan oleh perbandingan data yang tidak memadai dimana pada tahun 2010 pengujian belum bisa dilakukan dengan optimal sehingga baseline data tidak mewakili kondisi sebenarnya. Pada tahun 2010 pengujian belum optimal dilakukan karena keterbatasan alat, keterbatasan reagen dan keterbatasan kompetensi karena BPOM di Pangkalpinang masih relatif baru sehingga sampel belum seluruhnya selesai diuji dan parameter uji masih terbatas.

Dalam hal ini, pengawasan yang dilakukan Balai POM di Pangkalpinang perlu terus ditingkatkan, karena selain jumlah dan jenis produk Obat dan Makanan yang beredar semakin meningkat, tingkat resiko Obat dan Makanan juga semakin besar. Balai POM di Pangkalpinang diharapkan terus menjaga kinerja yang telah dicapai saat ini sesuai harapan masyarakat, yaitu agar pengawasan Obat dan Makanan terus lebih dimaksimalkan untuk melindungi kesehatan masyarakat.

Selanjutnya Renstra Balai POM di Pangkalpinang periode 2015-2019 diharapkan dapat meningkatkan kinerja Balai POM di Pangkalpinang dibandingkan dengan pencapaian dari periode sebelumnya sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. 76,03 84,34 79,3 74,88 84,32 70 72 74 76 78 80 82 84 86 2010 2011 2012 2013 2014

Pangan MS 2010-2014

(15)

9

1.2. POTENSI DAN PERMASALAHAN

Propinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan pemekaran dari Provinsi Sumatera Selatan yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang No.27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Secara garis besar kondisi wilayah kerja Balai POM di Pangkalpinang digambarkan sebagai berikut :

1.2.1 Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

Balai POM di Pangkalpinang adalah UPT dari Badan POM RI yang merupakan penyelenggara subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan, utamanya untuk menjamin aspek keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan yang beredar serta upaya kemandirian di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Pengawasan sebagai salah satu unsur dalam subsitem tersebut dilaksanakan melalui pembinaan, pengawasan dan pengendalian secara professional, bertanggungjawab, independen, transparan dan berbasis bukti ilmiah, sesuai dengan amanat dalam SKN dan ke depan harus lebih ditingkatkan.

1.2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Implementasi JKN dapat membawa dampak terhadap Pengawasan Obat dimana BPOM berperan sebagai salah satu penjamin mutu obat. Dampak tersebut adalah terjadinya peningkatan konsumsi obat, baik jumlah maupun jenisnya. Dalam hal ini tuntutan terhadap peran Balai POM di Pangkalpinang akan semakin besar antara lain adalah peningkatan pre-market melalui sertifikasi PBF dan AMDK serta post-market melalui pengawasan obat beredar termasuk Monitoring Efek Samping Obat (MESO). Oleh karena itu kapasitas dan kapabilitas laboratorium, kompetensi SDM Pengawas Obat dan Makanan (penguji, evaluator, inspektur) serta kuantitas SDM yang harus terus ditingkatkan sesuai dengan beban kerja.

1.2.3 Agenda Sustainable Development Goals (SDGs)

Terkait Goal 2 SDGs ”End Hunger, achieve food security and improved nutrition, and promote sustainable agriculture”, kontribusi untuk menciptakan kondisi ini adalah tersedianya pangan dengan nilai gizi cukup. Peran BPOM adalah menjamin mutu produk termasuk nilai nutrisi sesuai kebijakan teknis yang dibuat BPOM/Standar Nasional Indonesia/standar internasional.

(16)

10

Sedangkan Terkait Goal 3 SDGs ”Ensure healthy lives and promote well-being for all at all ages”, salah satu kondisi yang harus tercipta adalah pencapaian JKN, termasuk di dalamnya akses masyarakat terhadap obat dan vaksin yang aman, efektif dan bermutu. Asumsinya, jaminan kesehatan memastikan masyarakat mendapatkan dan menggunakan obat atau vaksin yang aman, efektif dan bermutu untuk upaya kesehatan preventif, promotif maupun kuratif, sehingga kualitas hidup masyarakat meningkat. Kontribusi untuk mencapai kondisi ini adalah ketersediaan Obat yang aman, berkhasiat dan bermutu di sarana pelayanan kesehatan. Hal ini bisa tercapai jika Industri Farmasi mempraktekan GMP dalam produksi Obat yang aman, berkhasiat dan bermutu serta PBF dan rantai distribusi obat menerapkan Good Distribution Practices untuk mengawal mutu Obat.

Tantangan bagi BPOM di Pangkalpinang ke depan adalah intensifikasi pengawasan pre market dan post market, serta pembinaan pelaku usaha agar secara mandiri menjamin mutu produknya.

1.2.4 Globalisasi, Perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional

Dalam menghadapi FTA (Free Trade Area) dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhir tahun 2015, diharapkan industri farmasi, obat tradisional, kosmetika, suplemen kesehatan dan makanan dalam negeri mampu untuk menjaga daya saing terhadap produk luar negeri.

Perdagangan bebas membuka peluang perdagangan Obat dan Makanan yang tinggi dengan memanfaatkan kebutuhan konsumen terhadap produk dengan harga terjangkau sehingga terdapatnya resiko beredarnya obat illegal (tanpa izin edar, palsu dan substandar) dan makanan mengandung bahan berbahaya. Produk perdagangan bebas dari luar negeri tersebut belum tentu terjamin keamanan dan mutunya untuk dikonsumsi. Untuk itu, masyarakat di Indonesia pada umumnya dan di Bangka Belitung pada khususnya membutuhkan proteksi yang kuat dan rasa aman dalam mengkonsumsi Obat dan Makanan tersebut. Ini menjadi tantangan BPOM di Pangkalpinang untuk terus meningkatkan pengawasan terhadap Obat dan Makanan yang beredar.

1.2.5 Perubahan Iklim

Perubahan iklim dapat mengakibatkan munculnya bibit penyakit baru hasil mutasi gen dari beragam virus. Bibit penyakit baru tersebut diantaranya virus influenza

(17)

11

yang variannya sekarang menjadi cukup banyak dan mudah tersebar. Terdapat tiga penyakit yang perlu mendapat perhatian khusus terkait perubahan iklim dan perkembangan vector yaitu Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Diare. Selain dari ketiga jenis penyakit tersebut, masih ada lagi penyakit yang banyak ditemukan akibat adanya perubahan iklim seperti, Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) dan penyakit batu ginjal.

Dengan adanya potensi dan permasalahan serta peluang dari proses perubahan iklim, diperlukan peranan dari Balai POM di Pangkalpinang dalam mengawasi peredaran varian obat yang baru dari jenis penyakit tersebut. Selain dari obat kimia, varian obat baru ini juga diikuti pula dengan varian obat herbal tradisional Indonesia dan Cina yang paling banyak beredar di pasar. Kondisi ini menuntut kerja keras dari Balai POM di Pangkalpinang melakukan pengawasan terhadap perkembangan produksi dan peredaran obat tersebut.

1.2.6 Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk

Konsumsi obat baik farmasi maupun herbal serta bahan makanan akan cukup besar, karena pola hidup dan orientasi konsumsi juga akan mengarah pada kesehatan pada jangka panjang dan juga penampilan, sehingga vitamin dan suplemen kesehatan menjadi komponen obat yang cukup besar konsumsinya. Hal ini menjadi tambahan tugas bagi Balai POM di Pangkalpinang untuk melakukan penilaian dan pengawasan terhadap berbagai jenis obat dan suplemen yang semakin bervariasi dan meningkat jumlahnya. Bertambahnya jumlah volume produksi dan variasi Obat dan Makanan ini tentunya menuntut semakin besarnya peran Balai POM di Pangkalpinang dalam proses pengawasannya. Pengawasan keamanan, manfaat dan mutu harus dibangun untuk menghindari dan mengurangi resiko Obat dan Makanan yang tidak memenuhi syarat dikonsumsi oleh penduduk non usia kerja yang ke depan akan menjadi penduduk usia kerja.

1.2.7 Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Dengan perubahan paradigma sistem penyelenggaraan pemerintah yang semula sentralisasi menjadi desentralisasi atau otonomi daerah, maka urusan kesehatan menjadi salah satu kewenangan yang diselenggarakan secara konkuren antara pusat dan daerah. Hal ini berdampak pada pengawasan obat dan makanan yang tetap bersifat

(18)

12

sentralistik dan tidak mengenal batas wilayah (borderless) dengan one line command (satu komando), sehingga apabila terdapat Obat dan Makanan yang tidak memenuhi syarat maka dapat segera ditindaklanjuti.

Desentralisasi dapat menimbulkan permasalahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan di Bangka Belitung antaranya tindaklanjut hasil pengawasan Obat dan Makanan belum optimal, anggaran belum tersedia di intansi lintas sektor sehingga dukungan dan kerjasama dari pemangku kepentingan di daerah belum optimal dan tingkat eselonisasi Balai POM di Pangkalpinang.

Untuk menunjang tugas pokok dan fungsi Balai POM di Pangkalpinang dalam pengawasan diperlukan komitmen yang tinggi, dukungan dan kerjasama yang baik dari para pemangku kepentingan antara pemerintah pusat dan daerah, masyarakat termasuk swasta dengan mendayagunakan potensi yang dimiliki masing-masing untuk menghasilkan tata penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang baik.

1.2.8 Perkembangan Teknologi

Kemajuan teknologi produksi di bidang Obat dan Makanan semakin meningkat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Kondisi ini menuntut Balai POM Pangkalpinang dalam meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sebagai lembaga pengawas, utamanya pengetahuan dan teknologi laboratorium pengujian selaku “diagnosis pasti” adanya resiko yang beredar di masyarakat.

Perkembangan teknologi informasi dapat menjadi potensi bagi Balai POM di Pangkalpinang untuk dapat melakukan pelayanan secara online, yang dapat memudahkan akses dan jangkauan masyarakat juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan sosialisasi, komunikasi dan edukasi kepada masyarakat. Selain itu ketersediaan peralatan laboratorium dan tes kit sangat mendukung pengawasan Obat dan Makanan di Bangka Belitung.

Namun di sisi lain, teknologi informasi juga dapat menjadi tantangan bagi Balai POM di Pangkalpinang terkait tren pemasaran dan transaksi produk Makanan, Obat, Obat Tradisional dan Kosmetik secara online, yang tentu saja juga perlu mendapatkan pengawasan dengan berbasis pada teknologi.

(19)

13

1.2.9 Implementasi Program Fortifikasi Pangan

Kegiatan Intensifikasi pengawasan produk fortifikasi Nasional (tepung terigu, minyak dan garam) merupakan upaya pengawasan produk pangan baik dalam rangka pemenuhan persyaratan (compliance) maupun surveilan keamanan pangan. Untuk mengawal program ini di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, Balai POM di Pangkalpinang mendapat mandat strategis baik dalam Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) maupun Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG). Upaya tersebut dilakukan melalui verifikasi terhadap pemenuhan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB). Selain itu juga dilakukan pengawasan terhadap produk pangan baik di sarana produksi maupun di sarana peredaran dan penegakan hukum terhadap pelaku pelanggaran dibidang pangan, pengujian laboratorium terhadap parameter keamanan dan mutu pangan dan gizi pangan, pengawasan terhadap kesesuaian label serta pengawasan terhadap keamanan kemasan pangan yang beredar melalui sampling dan pengujian.

1.2.10 Jejaring Kerja

Balai POM di Pangkalpinang dalam pengawasan Obat dan Makanan tidak dapat menjadi single player. Untuk itu Balai POM di Pangkalpinang mengembangkan kerjasama dengan lintas sektor terkait dan stake holder di daerah. Beberapa jejaring kerja yang sudah dimiliki Balai POM di Pangkalpinang yaitu Jejaring Keamanan Pangan Daerah, Gerakan Keamanan Pangan di Desa dan Satgas Pemberantas Obat dan Makanan Ilegal antara lain: GNWOMI, OPGABNAS, OPGABDA, Pangea, dan Aksi Penertiban Pasar Dalam Negeri dari OT dan Kosmetik yang TMS. Jejaring kerjasama ini perlu dilaksanakan secara kontinyu agar masyarakat terlindungi dari Obat dan Makanan yang tidak memenuhi syarat.

1.2.11 Komitmen dalam Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, Balai POM di Pangkalpinang melaksanakan Reformasi Birokrasi (RB) sesuai PP Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design RB 2010-2025.

(20)

14

a. Penataan dan Penguatan Struktur Organisasi

Balai POM di Pangkalpinang sebagai UPT yang bertugas ditingkat Propinsi perlu dilakukan penataan dan penguatan baik dari segi struktur organisasi sehingga koordinasi dengan lintas sektor dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan dapat dilakukan secara lebih optimal. Tantangan Balai POM di Pangkalpinang adalah mengalami kesulitan dalam koordinasi dengan lintas sektor untuk menjadi leader dalam kegiatan pengawasan Obat dan Makanan dikarenakan Eselonisasi.

b. Penataan Tata Laksana

Sebagai organisasi, penyelenggaraan pelayanan publik, Balai POM di Pangkalpinang berkomitmen untuk melindungi masyarakat dari Obat dan Makanan yang beresiko terhadap kesehatan dan secara terus-menerus meningkatkan pengawasan serta memberikan pelayanan kepada seluruh pemangku kepentingan. Komitmen Balai POM di Pangkalpinang tersebut dilakukan melalui penerapan sistem mutu secara konsisten dan ditingkatkan secara berkelanjutan yang dibuktikan dengan pemenuhan atau perolehan Quality Management System ISO 9001:2008 dan Akreditasi Laboratorium ISO/IEC 17025:2005.

Upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan juga dilakukan. Berbagai sistem mutu dan pengembangan governmentantara lain: vpn, e-procurement, e-regristration, yang dapat meningkatkan kinerja Balai POM di Pangkalpinang tersebut telah dapat diintegrasikan sesuai dengan ruang lingkupnya diharapkan pelaksanaannya dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

c. Penataan Peraturan perundang-undangan dan Penegakan Hukum

Telah banyak Undang –undang dan Peraturan Pemerintah yang menjadi landasan teknis pelaksanaan tugas dan fungsi Balai POM di Pangkalpinang. Namun, Peraturan Perundang-undangan yang ada selama ini kurang mendukung tercapainya efektivitas pengawasan Obat dan Makanan hal ini mungkin disebabkan belum disahkan Rancangan Undang-UndangSediaan Farmasi. Demikian pula sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran di bidang Obat dan Makanan belum memberikan efek jera sehingga sering terjadi kasus berulang.

(21)

15

Kaitannya dengan pengawasan Obat dan Makanan di daerah, selain ketersediaan NSPK, perlu didorong terbitnya aspek legal berupa Peraturan/SK Gubernur dan ditindaklanjuti dengan Peraturan/SK Bupati/Walikota.

Ketersediaan peraturan perundangan sampai dengan pedoman teknis yang dilegalkan dalam bentuk Peraturan Kepala BPOM tersebut sangat mendukung penegakan hukum. Pada level operasional, Balai POM di Pangkalpinang telah memiliki Pedoman, standar mutu lainnya, seperti standar produksi dan distribusi Obat dan Makanan dari Badan POM yang jelas untuk acuan dalam pengawasan Obat dan Makanan.

Tantangan ke depan, Balai POM di Pangkalpinang memperkuat kemitraan untuk pengawasan, penindakan maupun persamaan persepsi dengan kepolisian, kejaksaan dan instansi terkait.

d. Penguatan Akuntabilitas Kinerja

Penguatan Akuntabilitas Kinerja bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Untuk mencapai tujuan tersebut, Balai POM di Pangkalpinang telah mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dengan baik.

Komitmen pimpinan yang sangat tinggi terhadap pelaksanaan SAKIP menjadi kekuatan penting dalam upaya penguatan akuntabilitas kinerja Balai POM di Pangkalpinang. Namun Balai POM di Pangkalpinang masih perlu melakukan penyempurnaan dalam penatausahaan manajemen pemerintahan (keuangan dan BMN) dalam mewujudkan pemerintahan yang akuntabel. Ke depan, untuk menjawab ekspetasi masyarakat terhadap akuntabilitas Balai POM di Pangkalpinang selaku instansi pengawasan.

e. Penguatan Pengawasan

Penguatan pengawasan bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Melalui upaya pengawasan internal yang dilakukan Badan POM, diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan dan efektivitas pengelolaan keuangan negara di lingkungan Balai POM di Pangkalpinang serta menghindari tingkat penyalahgunaan wewenang.

(22)

16

Pengawasan yang dilakukan Balai POM di Pangkalpinang antara lain melalui kebijakan penanganan gratifikasi, penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP), pengelolaan pengaduan masyarakat, pembangunan zona integritas Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK), dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) dan pendayagunaan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) dalam perencanaan dan penganggaran.

f. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur

Penataan sistem manajemen SDM aparatur bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme SDM aparatur Balai POM di Pangkalpinang yang didukung oleh sistem rekrutmen dan promosi aparatur berbasis kompetensi, transparan serta memperoleh gaji dan jaminan kesejahteraan yang sepadan, sesuai dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN). Perencanaan kebutuhan pegawai Balai POM di Pangkalpinang dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi dan proses penerimaan pegawai dilakukan di Badan POM secara transparan, objektif, akuntabel dan bebas KKN serta promosi jabatan dilakukan secara terbuka.

Pengembangan pegawai yang dilakukan Balai POM di Pangkalpinang berbasis kompetensi yang selanjutnya capaian penilaian kinerja individu pegawai akan dijadikan dasar untuk pemberian tunjangan kinerja. Hal ini diimbangi dengan penegakan aturan disiplin dan kode etik serta pemberian sanksi. Seluruh aktivitas manajemen SDM tersebut didukung oleh sistem informasi kepegawaian.

Saat ini, SDM Balai POM di Pangkalpinang telah memiliki kualitas yang memadai, namun dari sisi kuantitas SDM Balai POM di Pangkalpinang belum mencukupi kebutuhan untuk menjalankan tugas dan fungsinya. Sistem manajemen pemerintah menuntut adanya ukuran keberhasilan, baik di tingkat organisasi sampai ke level individu.

g. Manajemen Perubahan

Manajemen perubahan bertujuan untuk mengubah secara sistematis dan konsisten dari sistem dan mekanisme kerja organisasi serta pola pikir dan budaya kerja individu atau unit kerja di dalamnya menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan dan sasaran RB. Untuk menggerakkan organisasi dalam melakukan perubahan, Balai POM di Pangkalpinang telah membentuk agent of change sebagai role model serta forum bagi

(23)

17

pembelajaran atau inovasi dalam proses perubahan yang dilakukan. Komitmen dan keterlibatan pimpinan dan seluruh pegawai Balai POM di Pangkalpinang secara aktif dan berkelanjutan merupakan unsur pendukung paling utama dalam perubahan pola pikir dan budaya kerja dalam rangka pelaksanaan RB.

Hasil Analisa lingkungan strategis baik eksternal maupun internal dirangkum dalam tabel berikut ini:

Tabel 1.2: Rangkuman Analisis SWOT

KEKUATAN KELEMAHAN

 Kompetensi ASN Balai POM di Pangkalpinang yang memadai dalam mendukung pelaksanaan tugas

 Integritas Pelayanan Publik diakui secara Nasional

 Pedoman Pengawasan yang jelas

 Komitmen Pimpinan dan seluruh ASN

Balai POM di Pangkalpinang

menerapkan Reformasi Birokrasi

 Adanya informasi dan edukasi pada masyarakat

 Tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas dalam peraturan perundang-undangan

 Sistem pengawasan yang komprehensif mencakup pre-market danpost market

 Payung hukum pengawasan Obat dan Makanan belum memadai

 Beberapa ASN masih memerlukan peningkatan kompetensi

 Jumlah dan sebaran ASN yang belum memadai dibandingkan dengan cakupan tugas pengawasan dan beban kerja

 Beberapa regulasi dan standar belum lengkap

 Kekuatan laboratorium yang belum memadai

 Dukungan sistem IT dalam pengawasan masih kurang

 Unit Pelaksana Teknis terbatas hanya di provinsi

PELUANG TANTANGAN

 Adanya Program Nasional (JKN dan SKN)

 Perkembangan Teknologi Informasi sebagai sarana KIE yang sangat cepat

 Terjalinnya kerjasama dengan instansi terkait

 Agenda Sustainable Development Goals (SDGs)

 Pertumbuhan signifikan penjualan obat

 Pasar pengobatan tradisional makin besar

 Nilai impor Obat dan Makanan tinggi

 Penjualan Obat dan Makanan ilegal secara online

 Demografi dan Perubahan Komposisi Penduduk

 Globalisasi, Perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional

 Produk Obat dan Makanan sangat bervariasi

 Masih banyaknya jumlah pelanggaran di bidang Obat dan Makanan

 Lemahnya penegakkan hukum

 Implementasi Program Fortifikasi Pangan

 Desentralisasi bidang kesehatan belum optimal

 Belum optimalnya tindak lanjut hasil pengawasan Obat dan Makanan oleh pemangku kepentingan di daerah

(24)

18

Berdasarkan hasil Analisa SWOT tersebut di atas, baik dari sisi keseimbangan pengaruh lingkungan internal antara kekuatan dan kelemahan, serta pengaruh lingkungan eksternal antara peluang dan ancaman, Balai POM di Pangkalpinang merupakan UPT Badan POM akan mewujudkan visi, misi, tujuan organisasi Badan POM periode 2015-2019.

Balai POM di Pangkalpinang melaksanakan peran dan kewenangan yang optimal dari Badan POM sebagai lembaga yang mengawasi Obat dan Makanan sesuai dengan bisnis proses Badan POM untuk periode 2015-2019 sebagaimana pada Gambar di bawah ini:

Gambar 1.4: Peta Bisnis Proses Utama BPOM sesuai Peran dan Kewenangan

(25)

19

1.3. LINGKUNGAN STRATEGIS BALAI POM DI PANGKALPINANG 1.3.1 Lingkungan Eksternal

a. Data Umum Wilayah Kerja

 Luas Wilayah Kerja

Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki luas 81.724,54 km2, dimana sebagian besar merupakan wilayah perairan mencapai 79,90%. Wilayah ini di sebelah utara berbatasan dengan Laut Natuna, sebelah selatan dengan Laut Jawa, sebelah barat dengan Selat Bangka, dan sebelah Timur Laut karimata.  Jumlah Kabupaten/Kota

Propinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki 6 kabupaten dan 1 kota, yaitu: Kab. Bangka, Kab. Bangka Tengah, Kab. Bangka Barat, Kab. Bangka Selatan, Kab. Belitung, Kab. Belitung Timur dan kota Pangkalpinang dengan jumlah kecamatan sebanyak 47 dan jumlah desa/kelurahan sebanyak 381.

 Pola Transportasi Balai POM Pangkalpinang di Wilayah Kerja

Pola transportasi Balai POM Pangkalpinang adalah 20% menggunakan transportasi laut dan 80% transportasi darat.

 Lama Waktu Perjalanan ke Wilayah Kerja

Untuk menjangkau wilayah Pulau Bangka perjalanan dapat ditempuh menggunakan transportasi darat dengan waktu 1 – 3 jam. Sedangkan untuk wilayah Pulau Belitung perjalanan dapat ditempuh menggunakan transportasi laut dengan waktu 4 - 5 jam.

 Waktu yang Diperlukan di satu Wilayah Kerja

Waktu yang diperlukan petugas Balai POM Pangkalpinang di satu wilayah kerja berkisar antara 2 - 4 hari.

b. Data Kependudukan

Penduduk Propinsi Kepulauan Bangka Belitung berjumlah 1.315.123 jiwa (BPS, 2014), dimana mayoritas penduduknya adalah suku bangsa Melayu. Bangka Belitung yang memiliki Bahasa daerah bahasa Melayu Bangka Belitung.

Dilihat dari penyebaran penduduk berdasarkan wilayah, jumlah penduduk di Kota Pangkalpinang sebanyak 187.908 jiwa, Kabupaten Bangka sebanyak 298.013jiwa, Kabupaten Bangka Barat sebanyak 188.271jiwa, Kabupaten Bangka Tengah

(26)

20

sebanyak 173.346jiwa, Kabupaten Bangka Selatan sebanyak 185.514jiwa, Kabupaten Belitung sebanyak 167.602jiwa dan Kabupaten Belitung Timur sebanyak 114.469 jiwa. Kepadatan penduduk di seluruh kota/ kabupaten di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung hampir merata. ( BPS 2014 )

c. Data Demografi

Laju pertumbuhan penduduk

Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2014 adalah2,22%. ( BPS, 2014 )

Laju pertumbuhan ekonomi

Laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menurut pengeluaran ( persen ) tahun 2010 sampai 2013 adalah : 5,99% (2010), 6,50% (2011), 5,73% (2012) dan 5,29 (2013) ( BPS,2014 )

Angka melek huruf

Rata-rata penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang ada sebagian besar sudah dapat membaca dan menulis. Angka Melek huruf penduduk adalah : 96,44% di Provinsi Kep. Bangka Belitung, 98,30% di Kota Pangkalpinang, 96,80% di Kab. Bangka, 96.81% di Kab. Bangka Tengah, 94.08% di Kab. Bangka Barat, 94,60% di Kab. Bangka Selatan, 97.65% di Kab. Belitung dan 97.63% di Kab. Belitung Timur ( BPS,2014 )

1.3.2 Lingkungan Internal

Sesuai dengan struktur organisasi di Balai POM di Pangkalpinang, maka kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Balai POM di Pangkalpinang meliputi kegiatan perkantoran dan administrasi, pemeriksaan dan penyidikan, layanan masyarakat baik sertifikasi, informasi dan pengaduan konsumen serta pengujian laboratorium yang berlokasi di Komplek Perkantoran Pemprov. Kep.Bangka Belitung Jl. Pulau Bangka Air Itam Pangkalpinang.

Balai POM di Pangkalpinang dalam melaksanakan kegiatan tersebut ditunjang oleh sarana dan prasarana sebagai berikut :

(27)

21

a. Luas Tanah

BPOM di Pangkalpinang menempati bangunan dengan luas tanah 2700m2. Pada Tahun 2014 membeli tanah seluas 2094 m2 yang terletak di belakang kantor Balai POM di Pangkalpinang sehingga total Luas tanah saat ini adalah 4794 m2.

b. Luas Bangunan

Luas Bangunan Balai POM di Pangkalpinang 2075 m2 terdiri dari luas kantor 780 m2 dan luas laboratorium 1295 m2, terdiri dari:

Gedung depan berupa:

 Bangunan Ruang Tata Usaha, Ruang Kepala BPOM Pangkalpinang, ruang penerimaan sampel pihak ketiga, dan Ruang Pemeriksaan, Penyidikan, Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen.

 Bangunan laboratorium pengujian pangan dan mikrobiologi

Gedung belakang berupa ruang Laboratorium Pengujian Terapetik, Narkotika, Kosmetik, Produk Komplemen (Teranokoko)

Bangunan Garasi mobil berukuran 40m2 yang terletak di samping gedung depan

Rumah Genset berukuran 15m2 yang terletak di samping gedung belakang. Tempat parkir motor yang terletak di samping gedung.

Rumah insenerator berukuran 7,5m2 yang terletak di samping gedung

c. Penerangan

Penerangan di BPOM Pangkalpinang menggunakan PLN dengan Daya listrik yang tersedia 197.000 watt terbagi menjadi dua yaitu 33.000 watt untuk kantor dan 164.000 watt untuk laboratorium

d. Sarana Komunikasi

Sarana komunikasi yang dimiliki oleh BPOM di Pangkalpinang adalah telepon sebanyak 3 line dengan nomor saluran telepon : ULPK (Unit Layanan Pengaduan Konsumen) Telp. (0717) 434705, Telp. kantor (0717) 439278, Fax. (0717) 434874, internet jaringan Speedy dan memiliki e-mail bpompp@gmail.com dan bpompp@yahoo.com

(28)

22

e. Data sarana produksi dan sarana distribusi di Kepulauan Bangka Belitung Balai Pengawas Obat dan Makanan di Pangkalpinang melakukan pengawasan terhadap Sarana Produksi dan Distribusi di wilayah provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Adapun jumlah Sarana Produksi dan Distribusi seperti pada tabel berikut :

Tabel 1.3 Data Sarana Produksi dan Distribusi Balai POM di Pangkalpinang

Obat Produksi IF 0 Distribusi PBF 10 IFK 8 Fasilitas Kesehatan RS 14 Puskesmas 56 Apotek 138 Toko Obat 63 Klinik 18 OT Sarana Produksi IOT 0 IKOT 1 UMOT 0 Sarana Distribusi 18

Kosmetik Sarana Produksi 0

Sarana Distribusi 63

Pangan Sarana Produksi

MD 15

IRTP 670

(29)

23

BAB II

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS

Balai POM di Pangkalpinangmerupakan salah satu UPT dari Badan POM sehingga Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis sesuai denganBadan POM.Tugas dan fungsinya sebagai lembaga Pengawasan Obat dan Makanan dituntut untuk dapat menjamin keamanan, mutu, manfaat/khasiat Obat dan Makanan tersebutsesuai persyaratan yang telah ditetapkan.Untuk itu, visi, misi dan tujuan serta sasaran Balai POM di Pangkalpinangdapat dilihat pada Peta strategis Balai POM di Pangkalpinang Gambar 2.1.

(30)

24

2.1 VISI

“Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa”

Penjelasan Visi:

Proses penjaminan pengawasan Obat dan Makanan harus melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan serta dilaksanakan secara akuntabel serta diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih baik. Sejalan dengan itu, maka pengertian kata Aman dan Daya Saing adalah sebagai berikut:

Aman : Kemungkinan risiko yang timbul pada penggunaan Obat dan Makanan telah melalui analisa dan kajian, sehingga risiko yang mungkin masih timbul adalah seminimal mungkin/dapat ditoleransi/tidak membahayakan saat digunakan pada manusia. Dapat juga diartikan bahwa khasiat/manfaatObat dan Makanan meyakinkan, keamanan memadai, dan mutunya terjamin.

Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang telah memenuhi standar, baik standar nasional maupun internasional, sehingga produk lokal unggul dalam menghadapi pesaing di masa depan.

2.2 MISI

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, telah ditetapkan MisiBalai POM di Pangkalpinangsebagai berikut:

1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan pengawasan komprehensif mencakup standardisasi, penilaian produk sebelum beredar, pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian produk serta penegakan hukum. Menyadari kompleksnya tugas yang diemban Balai POM di Pangkalpinang, maka perlu disusun suatu strategi yang mampu mengawalnya.Di satu sisi tantangan dalam pengawasan Obat dan Makanan semakin tinggi, sementara sumber daya yang dimiliki terbatas, maka perlu adanya prioritas dalam penyelenggaraan tugas.Untuk itu pengawasan Obat dan Makanan seharusnya didesain berdasarkan analisis risiko, untuk

(31)

25

mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki secara proporsional untuk mencapai tujuan sasaran strategis ini.

2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.

Sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM), yaitu pelaku usaha mempunyai peran yang sangat strategis dalam menjamin produk Obat dan Makanan aman.Pelaku usaha harus bertanggung jawab memenuhi standar dan persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku terkait dengan produksi dan distribusi Obat dan Makanan sehingga Obat dan Makanan yang diproduksi dan diedarkan aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu.

Sebagai lembaga pengawas, Balai POM di Pangkalpinang harus mampu membina dan mendorong pelaku usaha untuk dapat memberikan produk yang aman, bermanfaat/berkhasiat, dan bermutu. Dengan pembinaan secara berkelanjutan, ke depan diharapkan pelaku usaha mempunyai kemandirian dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan.

Industri makanan, obat tradisional, kosmetik, suplemen kesehatan harus mampu bersaing baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri.Kemajuan industri Obat dan Makanan secara tidak langsung juga dipengaruhi dari sistem serta dukungan regulatory yang mampu diberikan oleh BPOM.Sehingga Balai POM di Pangkalpinang berkomitmen untuk mendukung peningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan keamanan, manfaat, dan mutu Obat dan Makanan.

Masyarakat sebagai konsumen juga mempunyai peran yang sangat strategis dalam pengawasan Obat dan Makanan.Sebagai salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan, masyarakat diharapkan dapat memilih dan menggunakan Obat dan Makanan yang memenuhi standar, dan diberi kemudahan akses informasi dan komunikasi terkait Obat dan Makanan.sehingga dapat berperan aktif dalam meningkatkan pengawasan Obat dan Makanan. Untuk itu, Balai POM di Pangkalpinang melakukan berbagai upayayang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mendukung pengawasan melalui kegiatan Pemberdayaan, Komunikasi, Informasi, dan Edukasi kepada masyarakat, serta kemitraan dengan pemangku kepentingan lainnya.

(32)

26

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Balai POM di Pangkalpinang tidak dapat berjalan sendiri, sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan pemangku kepentingan lainnya.Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait dengan bidang kesehatan, peran daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan serta kebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pencapaian tujuan nasional di bidang kesehatan.Pengawasan Obat dan Makanan bersifat unik karena tersentralisasi, yaitu dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Pusat dan diselenggarakan oleh Balai POM di Pangkalpinang.Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan tugas pengawasan, karena kebijakan yang diambil harus bersinergi dengan kebijakan dari Pemerintah Daerah, sehingga pengawasan dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM

Untuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber daya yang memadai dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang kuat.Hal ini membutuhkan sumber daya yang merupakan modal penggerak organisasi.Sumber daya dalam hal ini terutama terkait dengan sumber daya manusia dan sarana-prasarana penunjang kinerja.Ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah dan kualitasnya, maka Balai POM di Pangkalpinang harus mampu mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan.Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen organisasi.

Untuk itu, diperlukan penguatan kelembagaan/organisasi.Kelembagaan tersebut meliputi struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi.

Misi Balai POM di Pangkalpinang merupakan langkah utama yang disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi Balai POM di Pangkalpinang.Pengawasan pre- dan post-marketyang berstandar internasional diterapkan dalam rangka memperkuat Balai POM di Pangkalpinang menghadapi tantangan globalisasi. Dengan penjaminan mutu produk Obat dan Makanan yang konsisten, yaitu memenuhi standar aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu, diharapkan Balai POM di Pangkalpinang mampu melindungi masyarakat dengan optimal.

(33)

27

Dari segi organisasi, perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan tetap mempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip organisasi pembelajar (learning organization).Untuk mendukung itu, maka Balai POM di Pangkalpinang perlu untuk memperkuat koordinasi internal dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia serta saling bertukar informasi (knowledge sharing).

2.3 BUDAYA ORGANISASI

Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus dihayati dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan tugasnya. Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh-kembang dalam organisasi menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi dalam berkarsa dan berkarya, adalah:

1. Profesional

Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan komitmen yang tinggi.

2. Integritas

konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan

3. Kredibilitas

Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional. 4. Kerjasama Tim

Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik. 5. Inovatif

Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini.

6. Responsif/Cepat Tanggap

Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.

2.4 TUJUAN

Dalam rangka pencapaian visi dan misi pengawasan Obat dan Makanan, maka tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya jaminan Obat dan Makanan aman, berhasiat/bermanfaat dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat

(34)

28

2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar Lokal dan Global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi.

Ukuran keberhasilan atau indikator kinerja untuk tujuan tersebut di atas, diusulkan sebagai berikut:

1. Meningkatnya jaminan Obat dan Makanan aman, berhasiat/bermanfaat, dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan indikator Tingkat kepuasan masyarakat atas jaminan pengawasan BPOM;

2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi, dengan indikator:

a. Tingkat kepatuhan pelaku usaha Obat dan Makanan dalam memenuhi ketentuan;

b. Tingkat kepuasan pelaku usaha terhadap pemberian bimbingan dan pembinaan pengawasan Obat dan Makanan.

2.5 SASARAN STRATEGI

Sasaran strategis ini disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin dicapai Balai POM di Pangkalpinang, dengan mempertimbangkan tantangan masa depan dan sumber daya sertainfrastruktur yang dimiliki Balai POM di Pangkalpinang. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2015-2019) ke depan diharapkan Balai POM di Pangkalpinang akan dapat mencapai sasaran strategis sebagai berikut:

1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

Sistem pengawasan Obat dan Makanan yang diselenggarakan oleh Balai POM di Pangkalpinang merupakan suatu proses yang komprehensif, mencakup pengawasan pre-market dan post-market. Sistem ini terdiri dari: pertama, Mendukung pengawasan (pre-market evaluation) yang merupakan evaluasi sarana produksi dalam rangka sertifikasi. Kedua, pengawasan produk setelah beredar (post-market control) untuk melihat konsistensi mutu produk dilakukan pemeriksaan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan. Ketiga, pengawasan label/penandaan dan iklan untuk melihat informasi produk dan keamanan produk dengan melakukan sampling produk Obat dan Makanan yang beredar berdasarkan kajian risiko. Keempat, produk yang disampling, diuji melalui laboratorium untuk mengetahui Obat dan Makanan tersebut telah

(35)

29

memenuhi persyaratan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu. Kelima, penegakan hukum di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Penegakan hukum didasarkan pada bukti hasil pengujian, pemeriksaan, maupun investigasi awal.

Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka dibuat indikator sebagai berikut:

1. Persentase obat yang memenuhi syarat, dengan target 94% pada akhir 2019,

2. Persentase obat tradisional yang memenuhi syarat, dengan target 74% pada akhir 2019,

3. Persentase kosmetik yang memenuhi syarat, dengan target 91% pada akhir 2019,

4. Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat, dengan target 83% pada akhir 2019,

5. Persentase makanan yang memenuhi syarat, dengan target 86,5% pada akhir 2019.

2. Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu program yang terkait dengan banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah. Untuk itu perlu dijalin suatu kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang baik.

Pengawasan oleh pelaku usaha sebaiknya dilakukan dari hulu ke hilir, dimulai dari pemeriksaan bahan baku, proses produksi, distribusi hingga produk tersebut dikonsumsi oleh masyarakat. Pelaku usaha mempunyai peran dalam memberikan jaminan produk Obat dan Makanan yang memenuhi syarat (aman, khasiat/bermanfaat dan bermutu) melalui proses produksi yang sesuai dengan ketentuan. Dalam hal ini dari sisi pemerintah, Balai POM di Pangkalpinang bertugas dalam melaksanakan kebijakan dan regulasi terkait Obat dan Makanan yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha.

Selain itu, terkait dengan subsistem pengawasan Obat dan Makanan oleh masyarakat sebagai konsumen, Obat dan Makanan yang diproduksi dan diedarkan di pasaran (masyarakat) masih berpotensi untuk tidak memenuhi syarat, sehingga

(36)

30

masyarakat harus lebih cerdas dalam memilih dan menggunakan produk Obat dan Makanan yang aman, bermanfaat, dan bermutu. Upaya peningkatan kesadaran masyarakat dilakukan Balai POM di Pangkalpinang melalui Komunikasi, layanan Informasi, dan Edukasi (KIE). Kerjasama dan kemitraan dapat dilakukan dengan saling mendukung serta berbagi sumber daya antara lain : dana, program atau SDM yang tersedia di masing-masing lembaga.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka dibuat indikatornya sebagai berikut:

1. Tingkat kepuasan masyarakat meningkat dengan target 84% pada akhir 2019, 2. Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan

pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan dengan target 7 kabupaten/kota pada akhir 2019.

3. Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan BPOM

Kualitas tatakelola pemerintahan adalah prasyarat tercapainya tujuan dan sasaran strategis Balai POM di Pangkalpinang. Penerapan tata kelola pemerintahan yang baik secara konsisten ditandai dengan berkembangnya aspek keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, supremasi hukum, keadilan, dan partisipasi masyarakat.

Sumber daya meliputi 5 M (man, material, money, method, and machine) merupakan modal penggerak organisasi. Ketersediaan sumber daya yang terbatas baik jumlah dan kualitasnya, menuntut kemampuan Balai POM di Pangkalpinang untuk mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin dan secara akuntabel agar dapat mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen organisasi.

Untuk melaksanakan tugas Balai POM di Pangkalpinang, diperlukan penguatan kelembagaan/organisasi. Penataan dan penguatan organisasi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi secara proporsional menjadi tepat fungsi dan tepat ukuran sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi Balai POM di Pangkalpinang.

(37)

31

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka dibuat indikatornya adalah:

1. Nilai SAKIP Balai POM di Pangkalpinangyang dilakukan oleh APIP Badan POM, dengan target A pada tahun 2019.

Adapun ringkasan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Balai POM di Pangkalpinang periode 2015-2019 sesuai dengan penjelasan di atas dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut :

Tabel.2.1 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Balai POMdi Pangkalpinang periode 2015-2019

VISI MISI TUJUAN SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR KINERJA Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

1. Persentase obat yang memenuhi syarat; 2. Persentase obat

Tradisional yang memenuhi syarat; 3. Persentase Kosmetik

yang memenuhi syarat; 4. Persentase Suplemen

Kesehatan yang memenuhi syarat; 5. Persentase makanan

yang memenuhi syarat. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.

Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi Meningkatnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha dan kemitraan dengan pemangku kepentingan serta partisipasi masyarakat melaluikerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi 1. Tingkat kepuasan masyarakat, 2. Jumlah Kabupaten/Kota yang memberikan komitmen untuk pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan memberikan alokasi anggaran pelaksanaan regulasi Obat dan Makanan. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan BPOM

1. Nilai SAKIP Balai POM di Pangkalpinang yang dilakukan oleh APIP Badan POM.

(38)

32

Dari indikator kinerja tersebut di atas, ditetapkan Indikator Kinerja Utama Balai POM di Pangkalpinang adalah :

1. Persentase obat yang memenuhi syarat, dengan target 94% pada akhir 2019, 2. Persentase obat tradisional yang memenuhi syarat, dengan target 74% pada

akhir 2019,

3. Persentase kosmetik yang memenuhi syarat, dengan target 91% pada akhir 2019,

4. Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat, dengan target 83% pada akhir 2019,

5. Persentase makanan yang memenuhi syarat, dengan target 86,5% pada akhir 2019.

(39)

33

BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

3.1ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BADAN POM

Untuk mendukung tujuan pembangunan subbidang kesehatan dan gizi masyarakat dan mencapai tujuan dan sasaran strategis BPOM periode 2015-2019.

Arah Kebijakan yang akan dilaksanakan:

1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat .

Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko dimulai dari perencanaan yang diarahkan berdasar pada aspek teknis, ekonomi, sosial dan spasial. Aspek-aspek tersebut dilakukan dengan pendekatan analisis risiko yaitu dengan memprioritaskan pengawasan kepada hal-hal yang berdampak risiko lebih besar agar pengawasan yang dilakukan lebih optimal.

Keberadaan BB/Balai POM hampir di seluruh wilayah Indonesia memungkinkan BPOM meningkatkan pemerataan pembangunan terutama di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Perencanaan berbasis spasial sudah menjadi hal yang perlu diperhatikan karena secara logis risiko terhadap Obat dan Makanan yang beredar di masyarakat berbeda pada setiap wilayah di daerah. Kebijakan ini harus dijabarkan juga oleh BB/Balai POM di daerah dalam perencanaan pengawasan Obat dan Makanan di catchment area-nya.

Selain itu, penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan juga didorong untuk meningkatkan perlindungan kepada kelompok rentan meliputi balita, anak usi sekolah, dan penduduk miskin. Pada pengawas Obat, hal ini dilakukan antara lain melalui pengawasan keamanan, khasiat, dan mutu vaksin serta Obat program JKN. Pada pengawasan makanan, kelompok rentan ini bahkan telah diidentifikasi mencakup bayi, orang sakit, ibu hamil, orang dengan immunocompromised, dan manula. Pengawasan ini dilakukan antara lain melalui pengawasan pangan berisiko tinggi (seperti susu formula dan produk kaleng), pengawasan Pangan Jajanan Anak Sekolah, dan pengawasan pangan fortifikasi.

(40)

34

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan daya saing produk Obat dan Makanan.

Sejalan dengan Revolusi Mental, diharapkan BPOM dapat meningkatkan kemandirian ekonomi utamanya daya saing Obat dan Makanan. Pendekatan dalam kebijakan ini meliputi antara lain penerapan Risk Management Program secara mandiri dan terus menerus oleh produsen Obat dan Makanan. Ketersediaan tenaga pengawas merupakan tanggung jawab produsen. Namun BPOM perlu memfasilitasi pemenuhan kualitas sumber daya pengawas tersebut melalui pembinaan dan bimbingan, pelatihan maupun media informasi, serta verifikasi kemandirian tersebut.

3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Obat dan Makanan.

Menyadari keterbatasan BPOM, baik dari sisi kelembagaan maupun sumber daya yang tersedia (SDM maupun pembiayaan), maka kerjasama kemitraan dan partisipasi masyarakat adalah elemen kunci yang harus dipastikan oleh BPOM dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan. Disisi lain, tanggung jawab pengawasan Obat dan Makanan (walau mandat konstitusionalnya ada di BPOM) ini mestinya tidak hanya melekat dan menjadi monopoli BPOM, tapi pemerintah daerah dan masyarakat juga dituntut untuk ikut andil dan terlibat aktif dalam pelaksanaan pengawasan tersebut. Dalam hal ini BPOM mestinya jeli dan proaktif dalam mendorong kerjasama dan kemitraan dengan melibatkan pemerintah, pelaku usaha (khususnya Obat dan Makanan), asosiasi pihak universitas/akademisi, media dan organisasi masyarakat sipil terkait lainnya, dalam upaya memastikan bahwa Obat dan Makanan yang beredar di masyarakat itu aman untuk dikonsumsi.

Bentuk draft dan model kerjasama/ kemitraan itu juga harus dirancang dengan fleksibel, tapi tetap mengikat dan dipatuhi oleh semua pihak yang terlibat dalam kerjasama, serta berkelanjutan dengan terpantau.

Kebijakan ini juga dapat difokuskan pada memaksimalkan Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik sebagai upaya strategis dalam pengawasan Obat dan Makanan. Dalam hal ini, yang harus dipastikan bahwa materi KIE itu harus distandarkan,

(41)

35

memiliki muatan informatif dan jelas menguraikan pesan yang dikampanyekan, serta mampu menjangkau khayalak yang ingin disapa oleh BPOM tersebut (misalnya memanfaatkan berbagai media sosial).

4) Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan Obat dan Makanan melalui penataan struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien.

Kebijakan ini mengarahkan pada pengelolaan sumber daya internal secara efektif dan efisien, dengan fokus pada 8 (delapan) area reformasi birokrasi untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. Pengelolaan persediaan, penataan aset, penguatan kapasitas laboratorium, penguatan sistem informasi teknologi untuk mendukung pelayanan publik, pengembangan SIPT sebagai aplikasi knowledge base dalam mendukung risk based control, penguatan sistem perencanaan dan penganggaran, serta implementasi keuangan berbasis akrual perlu menjadi penekanaan/ agenda prioritas.

Dalam upaya meraih WTP, selain memelihara komitmen dan integritas pimpinan, para pengelola keuangan, dan pelaksana kegiatan, perlu juga dilakukan strategi dan upaya penguatan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), penguatan perencanaan dan penganggaran, peningkatan kualitas keuangan (LK), peningkatan kualitas proses pengadaan Barang dan Jasa, pembenahan penatausahaan BMN (aset tetap dan persediaan), penguatan monitoring dan evaluasi, peningkatan kualitas pengawasan dan reviu LK, serta percepatan penyelesaian tindak lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).

Terkait perencanaan dan penganggaran, sesuai tuntutan suprasistem, BPOM perlu mengubah data elektronisasi menjadi data bentuk peta (spasial) dapat diakses secara online dan real time yaitu berupa data-data kondisi (misalnya peta penyebaran sarana produksi & sarana distribusi Obat dan Makanan), peta capaian hasil kinerja pengawasan (misalnya peta hasil pengujian laboratorium, penyelesaian kasus, dan sebagainya). Selain itu data-data perlu diolah dan dilakukan analisi kesenjangan kinerja pengawasan antar wilayah sehingga dapat menjadi input dalam pelaksanaan program pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko. Selain memberi arah penguatan ke dalam institusi BPOM, kebijakan

(42)

36

ini perlu disertai dengan strategi dan upaya peningkatan kerjasama dan komunikasi ke pihak eksternal yang strategis.

Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal: Eksternal:

1) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan Makanan; 2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi dan Edukasi

kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan; Internal:

3) Penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;

4) Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Lembaga hingga kinerja individu/pegawai;

5) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta diarahkan untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;

6) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di BPOM di tingkat pusat dan daerah secara lebih proporsional dan akuntabel;

7) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun utama dalam mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan.

Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan dengan lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok masyarakat sipil). Mengingat begitu kompleksnya tantangan dari lingkungan strategis baik internal maupun eskternal seperti yang diuraikan pada Bab I tersebut di atas, maka dengan sendirinya menuntut penyesuaian-penyesuaian dalam mekanisme internal organisasi dan kelembagaan BPOM sendiri. Untuk konteks kerjasama misalnya, secara kelembagaan selama ini BPOM belum ada satu Deputi/Biro/Bagian Khusus yang menangani terkait dengan kerjasama ini. Bahwa ada Biro Kerjasama Luar Negeri, tetapi fokus tugas dan fungsi Biro ini tidak terkait dengan model kerjasama yang akan dikembangkan oleh BPOM ke depan. Oleh sebab itu, perlu segera melakukan pembenhan di level organisasi dan kelembagaan dengan membentuk satu Deputi/Biro/Bagian khusus yang bertanggungjawab atas program kerjasama dan kemitraan ini.

Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan internal organisasi dan kelembagaan serta sumber daya pegawai BPOM sendiri. Poin penting

Gambar

Gambar 1.1 STRUKTUR ORGANISASI BALAI POM DI PANGKALPINANG
Gambar 1.2 Profil pegawai Balai POM di Pangkalpinang
Tabel 1.1 Analisa Beban Kerja Balai POM di Pangkalpinang
Gambar 1.3b Profil Obat Tradisional yang Memenuhi Syarat Tahun 2010-2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Satuan Kerja Kejaksaan Negeri Ende mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa untuk Pelaksanaan Kegiatan Tahun Anggaran 2013, yang dilaksanakan

Rujukan Surat penetapan pemenang Pelelangan Sederhana nomor : B/9.16/V/2015/Ro Sarpras tanggal 21 Mei 2015 tentang Penetapan pemenang paket pekerjaan Pengadaan Kapor Polri bahan

[r]

Pokja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Bima pada saat Klarifikasi dan Pembuktian Kualifikasi penyedia jasa diharuskan untuk membawa

Hal ini disebabkan karena penerapan strategi pemecahan masalah sistematis sangat membantu peserta didik dalam proses pembelajaran karena penerapan ini lebih banyak

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (Stad) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII D

I hereby certify that this paper entitled “ Person Deixis in Bukan Empat Mata and Show Imah Talk Shows ” is my original work. I am fully aware that I

[r]