• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan belajar seseorang salah satunya dipengaruhi oleh faktor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan belajar seseorang salah satunya dipengaruhi oleh faktor"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan belajar seseorang salah satunya dipengaruhi oleh faktor internal yaitu motivasi. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku (Hamzah B. Uno, 2011: 1). Motivasi belajar memegang peranan penting dalam aktivitas belajar siswa karena dengan adanya motivasi yang tinggi dapat menggiatkan aktivitas belajar siswa. Siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi sangat sedikit yang tertinggal belajarnya dan sangat sedikit putus kesalahan dalam belajarnya.  Motivasi belajar yang tinggi juga tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses meskipun dihadang oleh berbagai kesulitan.

Apabila seseorang tidak memiliki motivasi belajar, maka ia tidak akan memiliki kemauan untuk berhasil, tidak ada keinginan untuk maju dalam belajarnya, dan sulit untuk memecahkan masalah yang ada dalam belajar. Pada masa sekarang ini khususnya dalam bidang pendidikan, banyak dipermasalahkan tentang krisis motivasi belajar, sehingga banyak dipertanyakan apakah siswa masih memiliki motivasi belajar mengingat kebanyakan siswa terbiasa dengan belajar musiman yaitu belajar hanya ketika menjelang ujian. Selain itu siswa cenderung tidak memiliki perhatian maupun antusiasme dalam belajar dan kebanyakan siswa tidak benar-benar memahami apa makna dan tujuan dalam belajar itu sendiri.

(2)

Hal itulah yang terjadi pada siswa kelas V di SD Negeri 2 Sokanegara.  Peneliti mencoba mengobservasi beberapa kali pembelajaran di dalam kelas, hampir sebagian besar siswa tidak memiliki semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Saat guru sedang menerangkan materi, kebanyakan siswa malah mengobrol sendiri, ada yang mencoret-coret buku tulisnya yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan materi yang sedang diajarkan oleh gurunya. Selain itu terdapat salah satu siswa yang mengalamun sambil melihat atap dinding kelas.

Guru sendiri terlihat tidak terlalu memperdulikan sikap dari siswanya itu. Sesekali saja guru hanya mengingatkan agar siswa tidak ramai sendiri lalu langsung melanjutkan kembali pelajaran. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perhatian dan antusias siswa dalam proses belajar mengajar masih rendah. Tidak hanya itu, berdasarkan buku catatan pribadi siswa selama satu semester ganjil tahun ajaran 2011/2012 di saat guru mengecek pekerjaan rumah yang diberikan guru kepada siswanya, terdapat 17,5 % dari jumlah siswa, belum menyelesaikan pekerjaan rumahnya dengan berbagai alasan yang berbeda-beda.

Pada kasus yang berbeda, di saat guru mencoba melakukan sebuah kompetisi dengan membagi kelas menjadi beberapa kelompok, siswa terlihat malas-malasan mengikuti instruksi yang diberikan oleh guru sampai guru kelas harus turun tangan agar siswa mau membentuk kelompok. Keaktifan siswa dalam pembelajaran pun masih terlihat lemah dilihat pada saat diskusi kelompok berjalan. Berdasarkan data dari catatan guru di buku kegiatan kerja kelompok (pengembangan guru) mengenai keaktifan siswa dalam 4 bulan terakhir di semester ganjil, terdapat 32,5%

(3)

dari jumlah siswa terlihat tidak aktif dan tidak serius dalam kegiatan diskusi. Selain itu, berdasarkan dari data kehadiran siswa selama satu semester ganjil tahun ajaran 2011/2012, terdapat 7,5 % siswa yang jarang masuk sekolah tanpa alasan. Berdasarkan data dari catatan pribadi siswa selama satu semester ganjil pula tahun ajaran 2011/2012 terdapat 22,5% dari jumlah siswa yang datang terlambat ke sekolah. Fenomena di atas menandakan bahwa siswa kelas V di SD Sokanegara II memiliki motivasi belajar yang rendah. Keadaan seperti ini perlu segera diambil jalan keluarnya mengingat motivasi memegang peranan yang penting dalam aktivitas belajar siswa. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan mengenai bagaimana menumbuhkan motivasi belajar pada anak dan hal ini akan melibatkan pihak-pihak yang berhubungan dengan anak.

Menurut Hamzah B. Uno (2011: 23) untuk menumbuhkan motivasi belajar anak, ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu faktor dari dalam individu dan faktor dari luar individu. Kedua faktor tersebut sangat berperan dalam pembentukan motivasi belajar siswa. Hal tersebut menandakan bahwa dalam motivasi belajar tidak sepenuhnya berasal dalam diri anak namun juga dapat dirangsang dari luar. Usaha rangsangan dari luar salah satunya yaitu dengan melibatkan orang yang paling dekat dengan diri anak, salah satunya adalah dengan guru. Di dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, peran guru sangatlah vital. Apalagi bagi siswa SD dengan segala kemampuan yang dimilikinya masih sangat membutuhkan motivasi guru untuk membimbing mereka dalam menciptakan situasi belajar yang menimbulkan kompetisi yang sehat di antara siswa.

(4)

Dari keadaan tersebut, peneliti membandingkan dengan keadaan yang terjadi di SD tempat peneliti mengobservasi pada saat kegiatan belajar mengajar. Situasi belajar yang diciptakan guru terkesan belum mengarah terhadap pemberian motivasi karena jarang sekali terjadi interaksi yang mendalam di mana guru hanya memberikan tugas dan buku bacaan materi kepada siswa, tidak ada penekanan lebih yang dianggap sudah mampu menciptakan situasi belajar yang menimbulkan kompetisi yang sehat.

Guru terkesan bahwa mereka hanya menyampaikan materi dan mengadakan proses belajar tanpa menimbulkan motivasi belajar itu sendiri terhadap apa yang mereka ajarkan. Hal ini bisa terlihat pada saat kegiatan belajar mengajar, guru terlihat menghabiskan waktu mereka di dalam kelas semata-mata hanya untuk menuangkan bahan pelajaran kepada pelajar. Mereka tidak memperhatikan apakah bahan yang mereka ajarkan itu bermanfaat dan mempengaruhi tingkah laku atau perkembangan pelajar ke arah yang positif. Fenomena ini mengindikasikan kurangnya kesadaran guru akan pengaruh dirinya terhadap pemberian motivasi belajar anak. Guru terkesan kurang memotivasi siswa, padahal guru juga memegang peranan penting dalam membentuk sistem interaksi yang intim dan berlangsung lama baik di dalam kelas, misalnya pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung maupun di luar kelas pada saat istirahat ataupun pulang sekolah yang dapat menumbuhkan motivasi si anak. Hal tersebut dapat dilakukan melalui komunikasi yang baik antara guru dengan siswa.  

Salah satu jenis komunikasi yang frekuensinya terjadi cukup tinggi adalah komunikasi interpersonal (Suranto A. W, 2011: 3). Komunikasi yang biasanya sering

(5)

terjadi antara guru dengan siswa juga termasuk dalam komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal adalah pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan efek dan umpan balik langsung (De Vito, 1997: 231) yang dalam penelitian ini adalah antara guru dengan siswa. Komunikasi ini dapat merangsang siswa untuk selalu terbuka dalam mengungkapkan permasalahan-permasalahan yang timbul dalam aktivitas belajarnya kepada guru karena komunikasi ini berlangsung secara tatap muka dan masing-masing pribadi, yang dalam hal ini adalah antara guru dengan anak terlibat interaksi secara mendalam.

Berdasarkan hasil observasi peneliti di SD, komunikasi yang terjadi belum mencerminkan apa yang seharusnya ada dalam komunikasi interpersonal. Peneliti pun melakukan wawancara dengan kepala sekolah yang mengatakan bahwa sebaik-baiknya guru tidak terlepas dari kemungkinan terdapat masalah komunikasi antara guru-siswa, khususnya guru kelas V yang pernah beberapa kali bermasalah dengan siswa karena sikapnya yang terlalu keras dengan siswanya. Ketika beberapa siswa mendapatkan nilai ulangan yang jelek, guru langsung memarahi siswanya sehingga terdapat beberapa wali murid yang mengadu dengan kepala sekolah akan hal tersebut (wawancara dengan Dra. Sri Ismeiningsih, selaku kepala SD Sokanegara II Purwokerto tanggal 28 Januari 2012). Fenomena tersebut mengindikasikan bahwa komunikasi interpersonal yang dilakukan guru dengan siswa kurang baik. Untuk itu guru perlu mengembangkan komunikasi efektif dalam proses belajar mengajar

(6)

mengingat proses pendidikan tidak akan dapat dilepaskan dari konteks komunikasi interpersonal antara siswa dan guru.

Selain itu pada saat proses belajar mengajar, guru hanya sebatas menyampaikan materi yang ada, namun kurang memberikan umpan balik terhadap siswanya. Apalagi waktu kegiatan belajar mengajar tersebut, guru hanya menyampaikan materi dengan membacakannya saja dari buku materi, tidak ada penekanan dan interaksi yang lebih agar siswa lebih semangat untuk mengikuti pelajaran, tidak meminta pendapat siswa dan juga jarang mengaktifkan siswanya ketika mengajar. Akibatnya guru tidak bisa tahu efek langsung yang terjadi saat mengajar. Dari fenomena tersebut mengindikasikan bahwa komunikasi yang dilakukan guru-siswa terkesan satu arah.

Guru sangat dipercaya untuk menjadi orang tua ke dua setelah orang tua. Guru juga dianggap sebagai tokoh yang mampu membantu proses perkembangan anak. Apalagi bagi siswa yang orang tuanya sibuk bekerja dan kurang mendapatkan motivasi belajar dari orang tuanya di rumah, guru merupakan tokoh yang dianggap mampu menggantikan pemberian motivasi yang lebih terhadap siswanya. Dari pandangan tersebut bisa dilihat bahwa ternyata komunikasi yang baik antara guru-siswa memegang peranan penting dalam pengaruhnya terhadap motivasi belajar siswa.

Komunikasi interpersonal antara guru dengan siswa dapat dilakukan baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Komunikasi yang terjadi di luar kelas bisa terjadi ketika guru sedang melakukan bimbingan dan dorongan kepada siswanya yang

(7)

sedang mengalami kesulitan dalam belajar misal pada saat waktu istirahat ataupun waktu sepulang sekolah. Komunikasi ini nantinya dapat menimbulkan suatu persepsi dalam diri siswa. Persepsi siswa pada komunikasi interpersonal dengan guru dilakukan oleh siswa dengan objek persepsinya adalah guru dengan kemampuan komunikasinya dengan siswa. Persepsi siswa pada komunikasi interpersonal guru-siswa terhadap motivasi belajar dapat diartikan sebagai penerimaan, pengorganisasian, dan penginterpretasian siswa terhadap komunikasi interpersonal yang dilakukan gurunya dalam memotivasi belajar siswanya, baik pada saat di dalam kelas maupun di luar kelas. Melalui persepsi tersebut, jika siswa merasa gurunya kurang dalam melakukan komunikasi interpersonal, maka akan berdampak pada tinggi rendahnya motivasi belajar siswa itu sendiri di mana motivasi memegang peranan yang sangat penting mengingat ketiadaan motivasi akan menyebabkan

kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses belajar. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan membahas hubungan

komunikasi interpersonal yang dilakukan guru dengan siswa saat ini dengan motivasi belajar mengingat bahwa komunikasi interpersonal yang dilakukan guru-siswa dan motivasi belajar sangatlah penting untuk diteliti. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk membahas suatu permasalahan tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan, penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

(8)

1. Siswa tidak memiliki semangat dalam pembelajaran di kelas.

2. Perhatian dan antusias siswa dalam proses belajar mengajar masih rendah.

3. Masih banyak siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan guru.

4. Siswa memiliki motivasi belajar yang rendah.

5. Guru hanya melakukan komunikasi satu arah dengan siswa. 6. Guru kurang melakukan komunikasi interpersonal dengan siswa.

7. Guru kurang memberikan feedback atau umpan balik terhadap siswanya dalam berkomunikasi.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan keterbatasan peneliti, maka peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini pada motivasi belajar siswa yang rendah dan kurangnya komunikasi interpersonal yang dilakukan guru dengan siswa yang diukur hanya berdasarkan dari persepsi siswa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang ada di atas, maka didapat suatu rumusan yang akan memberi arah penelitian. Rumusan yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana hubungan persepsi siswa tentang komunikasi interpersonal guru-siswa dengan motivasi belajar siswa ?

(9)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat persepsi siswa tentang komunikasi interpersonal guru-siswa dengan motivasi belajar siswa khususnya siswa kelas V SD Sokanegara II Purwokerto Tahun Ajaran 2011/2012.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat memberikan landasan ilmiah dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan sebagai kajian bersama mengenai komunikasi interpersonal guru - siswa sehingga dapat dijadikan sumber informasi yang bermanfaat bagi dunia pendidikan.

2. Manfaat Praktis

Sedangkan manfaat praktis yang dapat diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: a. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi guru agar lebih memberikan perhatian terhadap komunikasi interpersonal yang dilakukan dengan siswanya dalam hubungannya dengan motivasi belajar. Jadi diharapkan guru tidak hanya memperhatikan siswa dari prestasi akademik saja, namun juga harus memperhatikan motivasi belajar siswa.

(10)

Manfaat bagi peneliti sendiri adalah sebagai gambaran bagi peneliti tentang hal-hal yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa, termasuk pengaruh dari komunikasi interpersonal guru-siswa. Selain itu, penelitian ini sebagai cakrawala ilmu pengetahuan penulis dalam berkarya dalam khasanah ilmu pengetahuan, dan dapat menambah pengalaman yang dapat berguna di masa mendatang.

                             

Referensi

Dokumen terkait

NaHCO 3 proses pembuatannya sama dengan proses pembuatan natrium karbonat (Na 2 CO 3 ) yaitu melalui proses solvay.Natrium bikarbonat merupakan garam yang dapat digunakan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Debit Maximum ( Q Max ) sehingga dari perhitungan data – data curah hujan dari beberapa stasiun, akan di dapat kebutuhan air

The students were reportedly enjoy studying in the Monolingual class and support the use of English–only in their English classes for enhancing learning. In spite of their

Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, Dan Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.. Fakultas

Sampai dengan tahun 2030 Indonesia harus menyediakan anggaran sebesar US$ 45-50 milyar untuk pembiayaan pembangunan dan pengembangan kapasitas pelabuhan.Diperkirakan sekitar

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Partial Least Square (PLS) dalam mengolah data kuesioner yang diukur dengan skala likert, untuk

yang lain pakai action atau gaya yang ngomong Cuma Clarissa kalau..

Langkah-langkah Service-Learning, meliputi (1) mengelompokkan siswa secara heterogen, (2) siswa mencari permasalahan dengan cara observasi langsung di lapangan, (3)