• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Keunggulan Komparatif, Daya Saing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Keunggulan Komparatif, Daya Saing"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

Kajian Keunggulan Komparatif dan Daya Saing Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Pasca Otonomi.

Golfinger Kalensang J. Tatuh W. Rotinsulu RINGKASAN

Pembangunan ekonomi daerah sangat bergantung pada pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumber daya daerah terutama produk unggulan daerah. Potensi sumber daya daerah harus memiliki keunggulan agar dapat mendorong pembangunan ekonomi terlebih dapat bersaing dalam perekonomian antar daerah bahkan negara lain. Ukuran bagi suatu daerah agar dapat melakukan interaksi ekonomi serta dapat mengembangkan perekonomian daerah ialah pada keunggulan komparatif. Keunggulan komparatif seringkali melekat pada produk unggulan daerah yang juga merupakan sektor basis yaitu sektor yang memiliki kontribusi paling signifikan pada peningkatan perekonomian daerah terutama bagi pendapatan masyarakat dan juga sebagai dasar membangun daya saing daerah.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Data sekunder diambil dari Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara dan Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Variabel penelitian yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dan Provinsi Sulawesi Utara Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan dari tahun 2007 – 2010 dengan tujuan untuk mengetahui posisi atau tingkat perkembangan perekonomian Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro melalui pengkajian, keunggulan komparatif, daya saing dan hubungan keterkaitan antar wilayah. Data dianalisis secara kualitatif yaitu deskripsi kualitatif dan secara kuantitatif yaitu location quotient (LQ), shift share.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keunggulan komparatif potensi sumber daya Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro terletak pada tiga sektor yaitu sektor pertanian, sektor pengangkutan & komunikasi dan sektor jasa dimana ketiga sektor tersebut juga merupakan sektor basis pada perekonomian Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Daya saing sektoral perekonomian Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro mengalami perkembangan namun secara agregat masih lemah sebagaimana ditunjukan oleh nilai differential shift aggerat masih negatif dan perekonomian Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro terkonsentrasi atau berspesialisasi pada sektor yang memiliki pertumbuhan yang lebih cepat pada perekonomian Sulawesi Utara.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perekonomian Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro mengalami perkembangan atau peningkatan pasca berotonomi. Untuk itu disarankan agar perencanaan pembangunan daerah hendaknya menitiberatkan pada sektor-sektor basis atau sektor yang memiliki keunggulan komparatif serta mengembangkan sektor yang memiliki daya saing yang tinggi. Selain itu, peran Pemerintah Daerah lebih ditingkatkan dalam penyediaan jasa publik bagi masyarakat yang dapat memberikan multiplier efek yang luas bagi pengembangan ekonomi daerah.

(2)

The Studies of Comparative Advantage and Regional Competitieveness in Siau Tagulandang Biaro Archipelago District Post-Autonomous.

Golfinger Kalensang J. Tatuh W. Rotinsulu

SUMMARY

Regional economic development depends heavily on the management and the utilization of local potential resources, especially regional advance products. Those regional potential resources should have an adge on inter regional or even global competition in order to encourage economic development. Comparative advantage is the measurement reference for the regional economics interaction and development ability. Comparative advantage is often following to the advance regional products which is also as a base sector i.e sectors that have contributed most significantly to the improvement of regional economy, especially for income communities as well as the basic regional competitiveness progression.

The research method used is descriptive method. Secondary data was taken from the Statistics Central Bureau of North Sulawesi and the Regional Officer Task Unit in Siau Tagulandang Biaro Archipelago District. Research variables used were the Gross Regional Domestic Product of Siau Tagulandang Biaro Archipelago District and North Sulawesi based on The current Prices and The constant Prices from the year 2007 to 2010 with the aims to determine the economics position or the economic development level of the Siau Tagulandang Biaro Archipelago District through the studies of comparative advantage, the regional competitiveness and the regional inter relationship. Data were analyzed qualitatively with qualitative description and quantitatively with the location quotient (LQ), shift share.

This research aims showed that Comparative advantage of potential resources in Siau Tagulandang Biaro Archipelago District is located in the three sector which are agriculture, transportation and communications sector along with service sector in which the three sector is also as base sector in Siau Tagulandang Biaro Archipelago District. The sectoral economic competitiveness in Siau Tagulandang Biaro Archipelago District is developed but still weak aggregately as shown by negative shift differential, and the economy of Siau Tagulandang Biaro Archipelago District is focused or specialized on those sectors that have faster growth in the North Sulawesi economic.

Of the result of this study can be concluded that the district’s economy Tagulandang Biaro Siau Archipelago had been developed or enchancing post autonomous. For this was suggested that regional planning should be oriented on the basic of sectors or sectors that have comparative advantage and develop a sector that has high competitiveness. In addition, further enhaced the role of local government in the provision of public services for people who can provide a broad impact multiplier effect for local economic development.

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumber daya merupakan titik sentral pembangunan suatu wilayah atau daerah. Dimana tingkat perkembangan pembangunan suatu daerah hanya dapat dicapai apabila sumber daya daerah dapat dimanfaatkan serta dikelola secara maksimal dan sesuai dengan sasaran berdasarkan konsep pembangunan tepat yang disertai dengan kesungguhan seluruh elemen daerah terutama komitmen pemerintah daerah dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat di daerah bersangkutan.

Daya saing daerah merupakan kemampuan daerah menghasilkan barang dan jasa yang memiliki nilai yang tinggi atau kemampuan daderah menghasilkan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi. Dengan kata lain bahwa daya saing merupakan kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan bagi masyarakat di daerah bersangkutan. Untuk itu, daya saing daerah sangat bergantung pada kondisi (usaha) daerah yang kondusif dan keunggulan komparatif potensi sumber daya daerah.

Daerah Kepulauan Siau Tagulandang Biaro sebagaimana Undang – undang Nomor 15 Tahun 2007 ditetapkan sebagai daerah Kabupaten Otonom yang merupakan salah satu Daerah Kepulauan di Provinsi Sulawesi Utara. Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro telah menjadi daerah otonom selama 4 (empat) tahun dan menjadi penting untuk dilihat tingkat perkembangan atau kemajuan pembangunan yang tergambar pada tingkat perekonomian daerahnya sebagaimana yang menjadi tujuan pemekaran daerah, selain pendekatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, tapi juga peningkatan perekonomian daerah yang bersangkutan.

Tolosang, (2010) dalam penelitiannya terhadap potensi dan daya saing ekonomi Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dalam periode 2004 – 2008 menyatakan ada 4 (empat) sektor basis atau unggulan dalam perekonomian wilayah kabupaten Siau Tagulandang Biaro yaitu sektor pertanian, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor angkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa.

(4)

Selanjutnya ditemukan bahwa daya saing perekonomian Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro sangat rendah terhadap perekonomian Provinsi Sulawesi Utara. Dan sektor – sektor perekonomian di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro memiliki daya saing tinggi hanya 2 (dua) sektor yaitu sektor penggalian, sektor bangunan serta dinyatakan bahwa potensi lokal Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro cenderung rendah dan kurang menguntungkan.

Selain itu, hasil analisis shift share juga dinyatakan bahwa nilai komponen propotional shift (Ps) perekonomian Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro lebih berspesialisasi atau terkosentrasi pada sektor – sektor yang memiliki pertumbuhan lebih lambat pada perekonomian Provinsi Sulawesi Utara yaitu sektor pertanian, sektor penggalian, sektor industri pengolahan dan sektor jasa. Untuk itu selanjutnya selang waktu berotonominya daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro perlu diuji atau dilihat kembali apakah posisi perekonomian terlebih khusus keunggulan komparatif dan daya saing sektor ekonomi Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro setelah dimekarkan menjadi daerah otonom mengalami perkembangan atau masih tetap pada posisi yang sama atau sebaliknya mengalami kemunduran?

Permasalahan lain dalam pembangunan adalah seringkali ukuran keberhasilan pembangunan daerah hanya dilihat dari penggunaan atau penyerapan dana daerah terhadap pelaksanaan program kerja pemerintah daerah tanpa melihat kualitas dari outputnya sehingga program pembangunan tersebut tidak memberikan dampak yang berarti bagi peningkatan pembangunan, terlebih khusus peningkatan ekonomi daerah. Dan proses penentuan program pembangunan seringkali hanya dipandang sebagai rutinitas kerja pemerintahan daerah setiap tahun sehingga program yang dilahirkan seringkali bukan berdasarkan apa yang dibutuhkan sesuai potensi daerah tapi berdasarkan dari apa yang diinginkan.

(5)

B. Perumusan Masalah

Hasil penelitian Tolosang tersebut sebagaimana tersebut pada latar belakang di atas, masih belum mengungkapkan efek dari pemekaran daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yang baru berotonomi pada tahun 2007. Jika hasil penelitian tersebut dijadikan sebagai dasar perencanaan akan mengakibatkan alokasi potensi sumber daya daerah yang tidak optimal. Karena itu, penelitian pasca pemekaran diperlukan sebagai koreksi. Untuk itu, permasalahan yang akan dikaji adalah :

1. Bagaimana sektor basis dan keunggulan komparatif Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro?

2. Bagaimana daya saing sektoral dan aggregat perekonomian Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dalam kurun waktu berotonomi.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian :

1. Untuk mengidentifikasi perkembangan basis ekonomi dan keunggulan komparatif daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Dimana hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa sektor basis dan keunggulan komparatif terletak pada sektor pertanian, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor angkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa. Sedangkan daya saing terletak pada sektor pertambangan & galian dan sektor bangunan.

2. Untuk menganalisis daya saing sektoral dan aggregat serta perkembangan perekonomian Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro terhadap perekonomian Provinsi Sulawesi Utara dalam kurun waktu berotonomi.

b. Manfaat Penelitian :

1. Sebagai bahan masukan dan kajian bagi seluruh stakeholder Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dalam pengambilan kebijakan pembangunan daerah ke depan.

2. Sebagai bahan referensi bagi penelitian dibidang perencanaan dan pembangunan wilayah selanjutnya.

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep-Konsep

1. Pembangunan dan Pertumbuhan Wilayah

Menurut Adisasmita (2005), pembangunan wilayah (regional) merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan (kewiraswastaan), kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas. Semua faktor di atas adalah penting tetapi masih dianggap terpisah-pisah satu sama lain dan belum menyatu sebagai komponen yang membentuk basis untuk penyusunan teori pembangunan wilayah (regional) secara komprehensif.

2. Teori Lokasi dan Pusat Pertumbuhan

Menurut Reksohadiprodjo (1988), Lokasi merupakan tinjauan lahan dari aspek ruang (space) yang tidak bisa berpindah. Dengan tidak bisa berpindahnya aspek ruang dalam konsep lokasi, maka terdapat perhitungan untung rugi bagi suatu lokasi. Pentingnya lokasi pada dasarnya dapat ditinjau dari 3 hal yaitu a) lokasi ekonomi, b) penggunaan lahan, c) status hukum.

3. Konsep Keunggulan Komparatif dan Daya Saing

Konsep daya saing berpijak dari konsep keunggulan komparatif yang pertama kali dikenal dengan model Ricardian. Hukum keunggulan komparatif (The Low of Comparative Advantage) dari Ricardo menyatakan bahwa sekalipun suatu Negara tidak memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi dua jenis komoditas jika dibandingkan negara lain, namun perdagangan yang saling menguntungkan masih bisa berlangsung, selama rasio harga antar negara masih berbeda jika dibandingkan tidak ada perdagangan, Simatupang dan Sudaryanto (1993),

(7)

4. Konsep Kuosien Lokasi (Location Quotient)

Lokasi kuosien atau disingkat LQ adalah suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor tersebut secara nasional. Atau dengan kata lain, kuosien lokasi merupakan suatu alat analisis yang dapat digunakan dengan mudah, cepat dan tepat yang dapat digunakan berulang kali dengan menggunakan berbagai perubah acuan dan periode waktu. Kuosien merupakan rasio antara PDRB sektor tertentu terhadap total nilai PDRB di suatu daerah dibandingkan dengan sektor yang sama ditingkat perekonomian yang lebih (Tarigan, 2005).

5. Teori Shift Share

Analisis shift share merupakan teknik yang sangat berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja perekonomian daerah dengan membandingkan perekonomian di tingkat nasional(Arsyad, 1997).

(8)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai Kajian Keunggulan Komparatif dan Daya Saing Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dilakukan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dilakukan mulai bulan Mei – Oktober 2011.

B. Variabel Penelitian

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik atau dari Badan Perencanaan Pembanguan Daerah serta instansi terkait di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

Untuk mengkaji keunggulan komparatif serta perspektifnya dalam membangun daya saing daerah, maka variable yang diteliti dalam penelitian ini meliputi :

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sulawesi Utara 2007 - 2010; 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro Tahun 2007 - 2010;

C. Definsi Operasional Variabel

Dalam pelaksanaan penelitian ini menggunakan variabel – variabel sebagaimana telah disebutkan diatas dengan definisi sebagai berikut :

Produk Domestik Bruto yang dipakai dalam penelitian ini adalah berdasarkan harga konstan dan produk domestik regional yang digunakan dalam penelitian ini,memakai pendekatan pendapatan, maka definisi operasional dari variable sebagai berikut : 1. Produk Domestik Bruto (PDRB) Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan

pendekatan pendapatan adalah merupakan balas jasa yang diterima oleh faktor – faktor produksi yang ikut serta dalam produksi di Provinsi Sulawesi Utara dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).

2. Produksi Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro berdasarkan pendekatan pendapatan adalah merupakan balas jasa yang diterima oleh faktor – faktor produksi yang ikut serta dalam produksi Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (satu tahun).

(9)

D. Metode Pengumpulan Data

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sulalwesi Utara dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Sangihe periode 2007 – 2010 (sejak Sitaro otonom).

E. Metode Analisis Data

Dalam rangka mengkaji peningkatan keunggulan komparatif dalam kerangka untuk membangun daya saing daerah, maka digunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengkaji dan mendiskripsi suatu fenomena ekonomi atau variable yang berhubungan dengan potensi sumber daya ekonomi disetiap sektor penelitian. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan untuk melihat pengaruh variabel – variabel ekonomi.

Metode analisis dalam penelitian menggunakan metode Analisis Deskriptif Kualitatif, Location Quotient, Analisis Shift Share.

(10)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pembahasan

1. Basis Ekonomi dan Keunggulan Komparatif Kabupaten Kepulauan SITARO

Dari hasil analisis dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ) terhadap sektor ekonomi Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dari tahun 2007 – 2010, terdapat tiga sektor dan delapan sub sektor yang memiliki nilai LQ > 1 dalam 4 (empat) tahun terakhir sebagaimana ditunjukan pada tabel di atas. Artinya bahwa peranan sektor dan sub sektor di atas lebih menonjol atau dominan daripada peranan sektor yang sama pada perekonomian Provinsi Sulawesi Utara.

Sektor ekonomi yang menjadi sektor basis Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro adalah sektor pertanian dengan besaran nilai LQ rata – rata 1,625 per tahun, sektor pengangkutan dan komunikasi dengan besaran nilai LQ rata – rata per tahun 1,188, dan sektor jasa dengan nilai LQ rata – rata 1,225 per tahun. Sedangkan sub sektor basis yang ada di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro adalah sub sektor perkebunan dengan besaran LQ rata – rata 1,92 per tahun, sub sektor perikanan memiliki nilai LQ rata – rata 3,14 per tahun, sub sektor listrik memiliki nilai LQ rata – rata 1,23 pertahun, sub sektor perdagangan besar dan eceran memiliki nilai LQ rata – rata 1,088 per tahun, sub sektor pengangkutan memiliki nilai LQ rata – rata 1,318 per tahun, sub sektor jasa pemerintahan memiliki nilai LQ rata – rata 1,405 per tahun, dan sub sektor jasa sosial (kemasyarakatan) memiliki nilai LQ sebesar 1,25 per tahun.

Dari ketiga sektor basis di atas, sektor pertanian memiliki peranan yang lebih besar sebagaimana ditunjukan pada besaran nilai kuosien lokasi di atas. Sektor pertanian memiliki dua sub sektor basis dari lima sub sektor yaitu perkebunan dan perikanan. Sub sektor perikanan memberikan kontribusi lebih besar bagi peranan sektor pertanian dalam perekonomian daerah dibanding sub sektor perkebunan. Hal ini mengandung arti bahwa potensi ekonomi terbesar Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro terletak pada sektor pertanian.

(11)

Peranan sektor terbesar kedua setelah pertanian adalah sektor jasa yang terdiri dari dua sub sektor basis yaitu jasa pemerintahan dan jasa sosial (kemasyarakatan) dengan nilai LQ sebagaimana ditunjukan pada tabel. Sumbangan sub sektor lebih besar pada peranan sektor jasa ialah sub sektor jasa pemerintahan. Hal ini menunjukan bahwa peranan sektor jasa di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro masih di dominasi oleh jasa pemerintahan.

Artinya bahwa peran pemerintah sangat penting dalam penyediaan jasa dalam bentuk pelayanan publik bagi kepentingan masyarakat dan peningkatan pembangunan daerah sebagai dampak dari pemekaran daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro menjadi daerah otonomi baru yang bertujuan untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat sekaligus untuk efisiensi dan efektivitas pemerintahan daerah sangat penting. Sedangkan jasa sosial (kemasyarakatan) lebih besar disumbang oleh peranan pengusaha atau masyarakat lokal dalam menyediakan jasa publik lainnya.

Pada penelitian terdahulu, Tolosang (2004 – 2008), sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor basis namun pada perkiraan ini, peranan sektor listrik, gas dan air bersih menurun serta bukan menjadi sektor basis, sedangkan sub sektor listrik masih tetap menjadi sub sektor basis. Hal tersebut disebabkan oleh kebutuhan air bersih di daerah sangat tinggi baik untuk kebutuhan rumah tangga, perkantoran maupun untuk kegiatan bisnis dan kegiatan masyarakat lainnya, sedangkan disisi lain ketersediaan baik sarana-prasarana maupun sumber air bersih sangat rendah, selain itu kinerja/pelayanan kelistrikan di daerah cukup rendah. Sehingga kondisi tersebut mengakibatkan pergeseran atau penurunan pada peranan sektor listrik, gas dan air bersih.

Dengan adanya tiga sektor yang menjadi sektor basis sekaligus memiliki keunggulan komparatif, diantaranya satu sektor primer dan dua sektor tersier. Hal ini menunjukan bahwa perekonomian Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro berada pada transisi atau sedang mengalami transformasi, namun sektor pertanian yang menjadi primadona perlu dikembangkan agar lebih mendorong dua sektor basis lainnya berkembang bahkan sektor non basis.

(12)

2. Daya Saing Sektoral Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

Dari hasil analisis shift – share terhadap perekonomian Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, menunjukan bahwa nilai national share (Ns) positif (+) dengan nilai total sebesar 2.146.000,49. Hal ini menunjukan bahwa sektor – sektor perekonomian di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro memiliki peran atau kontribusi yang sama dengan sektor – sektor perekonomian di Provinsi Sulawesi Utara.

Nilai propotional shift (Ps) secara sektoral menunjukan bahwa di sektor pertanian, sektor penggalian, sektor industri, sektor bangunan, sektor keuangan/jasa, dan sektor jasa memiliki nilai negatif (-). Hal ini menunjukan bahwa sektor – sektor tersebut memiliki pertumbuhan sektoral yang lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan sektor yang sama di Provinsi Sulawesi Utara. Sedangkan sektor – sektor perekonomian di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yang memiliki nilai positif (+) adalah sektor listrik, gas, air, sektor perdagangan, hotel, restoran, sektor pengangkutan & komunikasi. Hal ini menunjukan bahwa sektor – sektor tersebut memiliki pertumbuhan sektoral yang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan sektor – sektor yang sama di Provinsi Sulawesi Utara.

Secara agregrat nilai komponen propotional shift adalah positif yaitu sebesar 11.656,35. Hal ini menunjukan bahwa secara agregat aktivitas perekonomian di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro cenderung lebih berpesialisasi atau terkosentrasi pada sektor – sektor yang memiliki pertumbuhan lebih cepat pada perekonomian di Provinsi Sulawesi Utara.

Differential shift (Ds) merupakan komponen yang diakibatkan oleh faktor – faktor atau unsur – unsur lokasional atau regional dalam daerah itu sendiri. Sektor – sektor perekonomian yang mempunyai nilai diferential shift positif sebanyak 3 (tiga) sektor, sedangkan sektor – sektor perekonomian yang memiliki nilai differential shift negatif sebanyak 6 (enam) sektor. Tiga sektor perekonomian yang memiliki nilai

differential shift positif adalah sektor penggalian dengan nilai 22.741,94, sektor

bangunan dengan nilai 154.198,36 dan sektor jasa dengan nilai 22.397,85.

Nilai positif tersebut menunjukan bahwa tiga sektor perekonomian di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yaitu sektor penggalian, sektor bangunan dan sektor jasa memiliki daya saing yang tinggi dibandingkan dengan

(13)

sektor yang sama pada perekonomian Provinsi Sulawesi Utara. Enam sektor perekonomian di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yang memiliki nilai differential negatif adalah sektor petanian dengan nilai (-157.313,09) sektor industri dengan nilai (-14.147,76), sektor listrik, gas, air dengan nilai (-9.964.85), sektor perdagangan, hotel, restoran dengan nilai (-52.198,92), sektor pengangkutan & komunikasi dengan nilai (-141.226,21), sektor keuangan/jasa dengan nilai (-5.735.13).

Pada penelitian terdahulu, Tolosang periode waktu 2004 – 2008, perekonomian Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro berspesialisasi atau terkonsentrasi pada sektor – sektor yang memiliki pertumbuhan lebih lambat pada perekonomian Provinsi Sulawesi Utara. Dan sektor – sektor ekonomi di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yang memiliki daya saing sektoral yang tinggi hanya 2 (dua) yaitu sektor penggalian dan sektor listrik.

Berdasarkan hasil analisis shift share di atas, didapati bahwa daya saing sektoral perekonomian Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro secara aggregat masih rendah termasuk sektor pertanian yang menjadi leading sektor di daerah. Namun demikian perekonomian Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro mengalami perkembangan atau pertumbuhan lebih cepat dari Provinsi Sulawesi Utara bahkan mengalami pergeseran atau transformasi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Ini artinya perekonomian Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang mengalami perkembangan atau peningkatan yang cukup signifikan pada 2 tahun terakhir ini. Dan perkembangan atau peningkatan perekonomian Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro selain dorongan perkembangan pada perekonomian Sulawesi Utara tapi lebih mendasar adalah karena dorongan peran Pemerintah Daerah pasca dimekarkannya Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro menjadi daerah otonom.

(14)

.BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Keunggulan komparatif potensi sumber daya sebagai sektor basis Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro terletak pada 3 (tiga) sektor yaitu : sektor pertanian, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa. Sub sektor yang dapat memberikan keunggulan komparatif dan sebagai sub sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro adalah sub sektor perkebunan, sub sektor perikanan, sub sektor listrik, sub sektor perdagangan besar dan eceran, sub sektor pengangkutan, sub sektor jasa pemerintahan, sub sektor jasa sosial/kemasyarakatan.

2. Daya saing sektoral Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro mengalami peningkatan. Penelitian sebelumnya menyatakan hanya sektor pertambangan dan bangunan yang memiliki daya saing yang tinggi namun pada penelitian ini ditemukan selain sektor – sektor tersebut, sektor jasa – jasa juga memiliki daya saing yang tinggi sehingga baik jumlah sektor maupun proporsi atau ratio daya saing sektor meningkat. Namun secara agregat daya saing perekonomian Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro masih rendah. Hal ini ditunjukan oleh nilai komponen differential shift agregat masih negatif. Dan setelah membandingkan hasil penelitian tahun 2004 – 2008 dengan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa perekonomian Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro secara agregat terkonsetrasi pada sektor – sektor yang pertumbuhannya lebih cepat pada level perekonomian Provinsi Sulawesi Utara yaitu sektor pengangkutan & komunikasi, sektor perdagangan dan sektor listrik, gas & air bersih. Hal ini dibuktikan nilai komponen proportional shift agregat positif. Dengan demikian kondisi perekonomian Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro baik dan mengalami perkembangan setiap tahun sebagai akibat peningkatan potensi internal perekonomian daerah, terutama peran pemerintah pasca berotonomi.

(15)

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran dalam rangka pengembangan perekonomian terlebih khusus untuk meningkatkan keunggulan komparatif daerah dalam kerangka membangun daya saing daerah, yaitu sebagai berikut :

1. Pemerintah dalam perencanaan pembangunan daerah hendaknya menitikberatkan pada pengembangan sektor – sektor basis atau sektor – sektor yang memiliki keunggulan komparatif serta mengembangkan sektor – sektor yang memiliki daya saing yang tinggi.

2. Peran pemerintah lebih ditingkatkan dalam menyediakan jasa publik bagi masyarakat seperti infrastruktur jalan, jembatan dan jasa pelayanan publik lainnya yang dapat mendorong atau memberikan multiplier efek yang luas bagi pengembangan sektor ekonomi lainnya sehingga memberikan peningkatan perekonomian masyarakat terutama perluasan lapangan kerja bagi masyarakat.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad Lincolin, 1997. Ekonomi Pembangunan. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta.

Arsyad Lincolin, 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE. Yogyakarta.

Irawan dan Suparmoko, 1981. Ekonomi Pembangunan. BPFE – UGM. Yogyakarta.

Krest Tolosang, 2010. Analisis Potensi dan Daya Saing Sektor - Sektor Ekonomi Kabupaten di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi.

Rahardjo Adisasmita, 2004. Teori Lokasi dan Pengembangan Wilayah. Lembaga Penerbit Universitas Hasanuddin. Makasar.

Rahardjo Adisasmita, 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta.

Robinson Tarigan, 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara. Jakarta.

Robinson Tarigan, 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara. Jakarta.

Sudaryanto, T dan P. Simatupang. 1993. Arah Pengembangan Agribisnis : Suatu Catatan Kerangka Analisis dalam Prosiding Perspektif Pengembangan Agribisnis di Indonesia. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut PP 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3, pengertian limbah B3 adalah sisa limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan /

Penelitian ini akan melakukan perhitungan untuk mengetahui tingkat kepentingan semua atribut data dalam dataset heregistrasi mahasiswa STMIK Widya Pratama..

Diharapkan dengan adanya metode Material Requirement Planning (MRP) perencanaan dan persediaan bahan baku produksi berjalan dengan baik dan keberhasilan dalam pemenuhan

Mentu, Ezra Paula dkk, 2016, Penyajian Laporan Keuangan Daerah Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Pada Dinas

Keterampilan spike individu pada pertandingan melawan Jakarta Pertamina Energi adalah sebagai berikut : Yoga Sujiwa jumlah total aktifitas spike 0 kali (0 % dari

Dokumen-dokumen, majalah-majalah dan sebagainya Perihal variabel yang dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah, jumlah wanita Indonesia keturunan Arab yang bekerja

Buku Bernyanyilah Bagi Tuhan (BBT) yang berisi kumpulan nyanyian liturgi kaum muda kiranya sangat diterima oleh kaum muda. Hadirnya nyanyian-nyanyian liturgi dalam buku

Melalui Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui bagaimana persepsi pasien tentang layanan farmasi di instalasi farmasi rumah sakit dan apakah persepsi pasien