• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu disajikan dalam tabel berikut : Peneliti/Tahun Variabel Hasil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu disajikan dalam tabel berikut : Peneliti/Tahun Variabel Hasil"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tinjauan penelitian terdahulu dimaksudkan agar memberikan kemudahan bagi peneliti untuk mendapatkan rujukan beserta pembanding yang sesuai untuk memperkuat penulisan tinjauan pustaka, beberapa penelitian terdahulu disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

Peneliti/Tahun Variabel Hasil

Shamsuddin & Rahman (2014) 1. Kecerdasan Emosional (X) 2. Kinerja (Y) 3. Gender (Z)

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan kinerja 2. Tidak adanya pengaruh

gender dalam memoderasi hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja Hidayati, Setiawan, & Solimun (2013) 1. Kinerja (Y1) 2. Kepuasan Kerja (Y2) 3. Kecerdasan Emosional (X1) 4. Kecerdasan Spiritual (X1)

1. Tidak terdapat pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap kepuasan kerja 2. Adanya pengaruh

positifkecerdasan emosional terhadap kinerja

3. Adanya pengaruh positif pada hubungan kecerdasan spiritual dengan kepuasan kerja

4. Adanya pengaruh positif pada hubungan antara kecerdasan spiritual dengan kinerja karyawan

5. Adanya pengaruh positif pada hubungan antara kepuasan kerja dengan kinerja karyawan

(2)

Peneliti/Tahun Variabel Hasil Shooshtarian,

Ameli, & Lari (2013) 1. Kecerdasan Emosional (Y) 2. Kepuasan Kerja (X1) 3. Komitmen (X2) 4. Kinerja (X3) 1. Terdapat hubungan

signifikan antara kecerdasan emosional dengan kinerja dan kepuasan kerja 2. Tidak adanya pengaruh

signifikan antara kecerdasan emosional dengan komitmen Salman, Khan,

Draz, Javaid Iqbal, & Aslam (2016) 1. Self Efficacy 2. Kinerja 3. Komitmen Kerja 4. Kepuasan Kerja 5. Ketidakhadiran

Terdapat korelasi yang sangat kuat antara variabel self efficacy dengan employee’s performance (kepuasan kerja, komitmen kerja dan ketidakhadiran)

Nurjati, Syahroni, & Kartono (2019)

1. Kinerja (Y) 2. Person Job Fit

(X1) 3. Efikasi Diri

(X2)

1. Person job fit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja

2. Efikasi diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan Nurbaya & Basyir (2019) 1. Kinerja (Y) 2. Efikasi Diri (X1) 3. Budaya Organisasi (X2) 4. Kepuasan Kerja (X3)

1. Efikasi diri memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan

2. Budaya organisasi tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja karyawan

3. Kepuasan kerja memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan

Wastuti (2018) 1. Efikasi Diri (X)

2. Kinerja Karyawan (Y)

1. Adanya pengaruh signifikan antara efikasi diri terhadap kinerja karyawan

2. Adanya pengaruh positif antara efikasi diri terhadap kinerja karyawan

(3)

B. Landasan Teori 1. Kinerja

Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan atau dibebankan kepadanya (Mangkunegara, 2011). Kinerja pada dasarnya merupakan apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan dalam mengemban pekerjaannya, lebih lanjut kinerja sering dianggap sebagai tolak ukur keberhasilan suatu perusahaan (Mathis & Jackson, 2012). Kinerja merupakan kesuksesan seseorang dalam melaksanakan suatu tugas, hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing (Edy, 2016). Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi (Moeheriono, 2012).

Menurut Harsuko (2011) kinerja merupakan sejauh mana seseorang telah memainkan baginya dalam melaksanakan strategi organisasi, baik dalam mencapai sasaran khusus yang berhubungan dengan peran perorangan dan atau dengan memperlihatkan kompetensi yang dinyatakan relevan bagi organisasi. Kinerja adalah suatu

(4)

konsep multidimensi mencakup tiga aspek yaitu sikap (attitude), kemampuan (ability) dan prestasi (accomplishment).

a. Dimensi Kinerja Karyawan

Menurut Mathis & Jackson (2006) dalam (Noviawati, 2016) beberapa dimensi tersebut meliputi :

1) Kuantitas

Ukuran dari jumlah yang ditugaskan oleh perusahaan kepada karyawan yang dilihat dari hasil akhir (kemampuan mencapai ukuran target)

2) Kualitas

Kemampuan dan keterampilan yang di dapatkan karyawan dalam menjalankan suatu pekerjaan dengan harapan memberikan hasil yang baik dan nyaris sempurna

3) Ketepatan Waktu

Ukuran waktu yang dibutuhkan selama proses pekerjaan dari awal hingga menghasilkan suatu output dengan harapan waktu yang digunakan efektif dan tidak melampaui batas maksimal

4) Kehadiran

Tolak ukur yang digunakan oleh perusahaan dalam mengetahui tingkat partisipasi atau keikutsertaan

(5)

karyawan dalam melaksanakan tugasnya disebuah perusahaan

5) Kemampuan Bekerjasama

Kemampuan karyawan dalam menjalankan tugasnya bersama-sama dengan karyawan lain untuk mencapai hasil yang baik.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja

Menurut Simanjuntak (2011) beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja adalah sebagai berikut :

1) Kompensasi Individu

Kompensasi individu merupakan kemampuan dan keterampilan individu dalam melakukan atau menyelesaikan pekerjaan

2) Dukungan Organisasi

Hal-hal yang terkait dengan bentuk dari pengorganisasian, penyediaan sarana dan prasarana kerja, kenyamanan lingkungan kerja, serta kondisi kerja individu

3) Psikologis

Terkait dengan persepsi, sikap dan motivasi individu dalam melaksanakan pekerjaan

(6)

2. Kecerdasan Emosional

Semua emosi pada dasarnya, adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur oleh evolusi (Goleman, 2015). Goleman dalam (Purwanto, 2015) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kapasitas dalam mengenali perasaan-perasaan diri sendiri dan orang lain, dalam memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi-emosi dengan baik dalam diri kita sendiri maupun dalam hubungan-hubungan kita. Kecerdasan Emosional (Emotional Intelligence) merupakan kemampuan seseorang untuk (1) menilai emosi dalam diri dan orang lain, (2) memahami makna emosi-emosi, dan (3) mengatur emosi seseorang secara teratur (Robbins, 2015:70). Kecerdasan emosional merupakan suatu skill untuk memantau dan pengenadalian perasaan diri dan orang lain atau kita gunakan perasaan itu untuk memandu sikap dan perilaku, kemudian kecerdasan emosi sangat dibutuhkan untuk meraih kesuksesan dalam bekerja dan mendapatkan kinerja yang baik dalam pekerjaan (Goleman, 2015)

a. Dimensi Kecerdasan Emosional

Menurut Goleman dalam (Ali, Hidayati., & Y, 2017) kecerdasan emosional dapat diukur secara umum dengan dimensi :

(7)

1) Kesadaran Diri

Tolak ukur atas kemampuan dan kepercayaan diri yang dimiliki seseorang agar dapat memahami apa sedang dirasakan dan keputusan apa yang akan dibuat

2) Pengaturan Diri

Usaha untuk menangani emosi yang ada dalam diri sendiri hingga nantinya akan berdampak positif dan menguntungkan bagi pekerjaan yang akan dijalani 3) Motivasi

Dorongan yang datang dalam diri seseorang untuk bertindak dengan tujuan untuk memperoleh sesuatu, baik berasal dari internal maupun eksternal.

4) Empati

Kemampuan seseorang untuk mengenali, mempersepsikan dan merasakan perasaan yang sedang dialami oleh orang lain dengan harapan agar orang tersebut mampu memposisikan dirinya pada saat tersebut

5) Keterampilan Sosial

Kemampuan menangani emosi dengan baik saat berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain, dengan cepat dapat membaca situasi kala itu dan dapat menanganinya dengan lancar sehingga orang dengan

(8)

keteranpilan sosial yang tinggi cenderung dapat menjadi pioner dalam mengurangi tingkat perselisihan dalam suatu kelompok.

b. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosional

Menurut Goleman (2015) terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional, sebagai berikut :

1) Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan sekolah pertama bagi individu dalam mempelajari emosinya karena keluarga adalah subyek pertama yang akan diamati seorang anak, bagaimana cara keluarga berinteraksi dengan anak dan kemudian menyalurkan emosi mereka pada anak. Hal-hal tersebut yang nantinya akan berpengaruh pada individu di kemudian hari.

2) Lingkungan Sosial

Hal ini terkait dengan penyesuaian individu dalam lingkungan masyarakat dan pendidikan, penyesuaian yang dimaksud berupa kemampuan dalam mengelola emosi dalam diri sendiri maupun menangani emosi orang lain. Kecerdasan emosional dapat berkembang seiring dengan perkembangan fisik dan mental pribadi seseorang.

(9)

3. Self Efficacy

Menurut Bandura (2010) Self Efficacy merupakan suatu keyakinan seseorang/individu akan kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. Self efficacy merupakan keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif. Self efficacy juga dapat diartikan sebagai bagaimana seseorang meyakinkan diri sendiri agar dapat berhasil (Kreitner & Kinicki 2010). Dalam situasi sulit, orang dalam efikasi diri yang rendah lebih cenderung untuk mengurangi upaya mereka atau menyerahkan sekaligus, sementara itu orang dengan self efficacy yang tinggi akan berusaha dengan lebih keras untuk menguasai tantangan Robbins (2015) mengatakan bahwa. Seseorang dengan efikasi tinggi akan cenderung mampu dan yakin bahwa mereka dapat mengatasi berbagai kesulitan yang akan datang karena itu merupakan sebuah tantangan bagi mereka sehingga apabila tejadi suatu kegagalan di masa depan tidak akan berdampak pada kinerjanya (Wastuti, 2018). Dalam situasi sulit sekalipun orang yang memiliki self efficacy tinggi tidak akan mudah menyerah begitu saja, berbanding terbalik orang dengan self efficacy rendah cenderung mudah menyerah karena mereka berpikir bahwa mereka memang tidak mampu dalam tugas atau pekerjaan yang dibebankan (Noviawati, 2016)

(10)

a. Dimensi Self Efficacy

Menurut Bandura (1997) dalam (Wastuti, 2018) self efficacy dapat diukur secara umum dengan dimensi :

1) Dimensi Tingkat (Level)

Taraf kesulitan tugas individu dalam melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan. Setiap individu memiliki self efficacy yang berbeda satu sama lain, individu akan cenderung memprioritaskan pekerjaan yang dirasa lebih mudah dan sudah dikuasainya lalu memilih untuk menghindari atau menunda pekerjaan yang dirasa di luar batas kemampuannya dengan harapan hasil dari pekerjaan tidak merugikan organisasi atau perusahaan 2) Kekuatan (Strength)

Keyakinan individu dalam kemampuan menguasai tugas atau pekerjaannya. Pengalaman sangat dibutuhkan dalam hal ini, individu yang memiliki keyakinan kuat akan kemampuannya dalam melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan tidak akan memperdulikan rintangan dan kesulitan yang akan datang, mereka yakin bahwa usaha tidak akan menghianati hasil.

3) Generalisasi (Generality)

Keyakinan individu dalam kemampuan melaksanakan tugas atau pekerjaan dalam berbagai situasi, dari

(11)

aktivitas yang biasa individu lakukan hingga aktivitas yang sama sekali tidak pernah individu lakukan. Dari situasi yang sedang baik maupun situasi sulit sekalipun. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Self Efficacy

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi self efficacy seseorang adalah sebagai berikut :

1) Budaya

Budaya mempengaruhi self efficacy melalui nilai, kepercayaan dalam proses pengaturan diri guna menjadi sumber penilaian self efficacy dan konsekuesi dari keyakinan akan self efficacy

2) Sifat Dari Tugas yang Dihadapi

Sifat tugas yang dimaksud adalah tingkat kesulitan yang akan dihadapi. Dalam hal ini, apabila seseorang mampu untuk menyelesaikan tugas dengan berbagai macam tingkat kesulitan dengan baik, maka self efficacy nya cenderung tinggi

3) Insentif Eksternal

Insentif dalam hal ini adalah reward yang diterima oleh seseorang. Apabila semakin tinggi reward yang diperoleh seseorang maka tingkat self efficacy yang dimiliki juga cenderung tinggi

(12)

4) Status atau peran individu dalam lingkungan

Individu atau seseorang memiliki derajat tinggi dalam lingkungannya secara otomatis akan meningkatkan control yang lebih besar sehingga dapat memiliki self efficacy yang tinggi

5) Informasi tentang kemampuan diri

Apabila orang lain menyampaikan informasi pada seseorang bahwa ia memiliki kemampuan yang tinggi, hal tersebut dapat menambah keyakinan diri seseorang sehingga ia akan mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya sebaik mungkin.

C. Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja Karyawan Kecerdasan emosional menurut Goleman (2015) adalah suatu skill untuk memantau dan pengenadalian perasaan diri dan orang lain untuk memandu sikap dan perilaku dalam rangka meraih kesuksesan dalam bekerja dan mendapatkan kinerja yang baik dalam pekerjaan.dan secara efektif. Dengan memiliki kecerdasan emosional, seseorang dapat memiliki kecemerlangan dalam menggunakan perasaannya untuk merespon keadaan yang ada dalam dirinya sendiri maupun lingkungan pekerjaannya. Seseorang yang mampu untuk menempatkan perasaannya dengan baik

(13)

cenderung dapat meningkatkan kinerja karena mereka dapat bersikap tenang dalam memikirkan sesuatu tanpa terbawa emosi.

Sejalan dengan hasil penelitian dari Shamsuddin & Rahman (2014) dan Kristianingsih & Darmastuti (2015) dimana kecerdasan emosional berpengaruh positif dengan kinerja karyawan, ini dikarenakan seorang karyawan dengan kecerdasan emosional yang tinggi akan cenderung mampu mengetahui bagaimana dan kapan dia akan berekspresi dan menempatkan perasaannya. Sehingga kemampuan tersebut dapat dia jadikan sebagai tameng dalam menjalankan aktivitas kerjanya.

2. Hubungan Self Efficacy dengan Kinerja Karyawan

Noviawati (2016) kesuksesan dari suatu perusahaan itu tergantung dari bagaimana karyawan nya mampu menciptakan kinerja yang optimal. Dan untuk mendapatkan kinerja yang optimal, karyawan memerlukan suatu keyakinan dalam dirinya untuk mampu menyelesaikan tugas dan memecahkan masalah yang ada dalam lingkungan kerja nya. Keyakinan tersebut sesuai dengan konsep motivasi dari teori Self Efficacy menurut Bandura (2010) yang merupakan suatu keyakinan dalam diri akan kemampuan nya dalam mengatur dan melaksanakan tindakan yang dipilih dalam menyelesaikan tugas ataupun masalah. Saat menghadapi permasalahan-permasalahan yang harus dihadapi, seseorang yang memiliki self efficacy tinggi cenderung tetap tenang dan mencari

(14)

solusi permasalahan karena mereka memiliki keyakinan tersendiri untuk menyelesaikan tantangan (Salman et al., 2016). Keyakinan akan kemampuan pada dirinya akan menambah tingkat motivasi dan kegigihan mereka dalam bekerja (Ardi, Astuti, & Sulistyo, 2017) sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik, dengan demikian dapat dikatakan bahwa self efficacy saling berhubungan dengan kinerja karyawan

3. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja Karyawan yang dimoderasi oleh Self Efficacy

Kinerja menurut Mangkunegara (2011) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan atau dibebankan kepadanya. Mengingat pentingnya kinerja karyawan dalam sebuah perusahaan sangatlah penting, maka dibutuhkan pemahaman mengenai faktor apa saja yang dapat meningkatkan kinerja seseorang, salah satunya yaitu kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional dimiliki oleh seseorang yang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati nya sendiri maupun orang lain saat berada dalam suatu lingkungan termasuk pergaulan sosial (Kristianingsih & Darmastuti, 2015). Dengan demikian, Ali et al., (2017) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa seseorang yang memiliki kemampuan untuk mengatur emosinya dengan baik

(15)

akan cenderung memiliki kinerja yang baik karena mereka akan pandai mengelola sikap dan perilaku dengan lingkungan nya.

Self Efficacy menurut Bandura (2010) yang merupakan suatu keyakinan dalam diri akan kemampuan nya dalam mengatur dan melaksanakan tindakan yang dipilih dalam menyelesaikan tugas ataupun masalah. Saat menghadapi permasalahan-permasalahan yang harus dihadapi,

Self efficacy yang tinggi dalam diri seseorang akan mampu untuk memperkuat hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan karena apabila seseorang memiliki keyakinan diri sebagai langkah motivasi atas kemampuannya, mereka akan mampu memiliki suasana hati yang baik karena tetap tenang dalam menghadapi segala situasi (Arifuddin, 2018)

D. Kerangka Pikir

Kinerja menurut Mangkunegara (2011) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan atau dibebankan kepadanya. Karyawan yang mampu menjaga kinerja nya dengan baik akan sangat berperan penting dalam keberhasilan mencapai tujuan suatu perusahaan (Noviawati, 2016). Kinerja karyawan tidak hanya dilihat dari kemampuan fisik seorang karyawan, namun juga dilihat dari kecerdasan emosional yang ada dalam dirinya. Kecerdasan emosional menurut Goleman (2015) adalah suatu skill untuk memantau dan pengenadalian

(16)

perasaan diri dan orang lain untuk memandu sikap dan perilaku dalam rangka meraih kesuksesan dalam bekerja dan mendapatkan kinerja yang baik dalam pekerjaan. Bilamana seorang karyawan dapat mengendalikan kecerdasan emosional dalam dirinya akan sangat mudah dalam meningkatkan kinerja nya, selain dari kecerdasan emosional seorang karyawan juga harus mempunyai self efficacy yang tinggi dalam dirinya agar dapat menguatkan kecerdasan emosional dalam dirinya sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja (Arifuddin, 2018)

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat di peroleh kerangka pikir yang akan menggambarkan alur beserta konsep dalam penelitian yang disajikan dalam gambar berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Keterangan :

Pengaruh Variabel Dependen Pengaruh Variabel Moderasi Kecerdasan

Emosional

Kinerja Karyawan

(17)

E. Hipotesis

Berdasarkan gambaran pada kerangka pikir, maka penulis menggunakan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Menurut hasil penelitian Ali et al. (2017) dan Shamsuddin & Rahman (2014) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat ditarik hipotesis : H1. Kecerdasan emosional berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan

2. Menurut hasil penelitian Nurbaya & Basyir (2019) dan Wastuti (2018) mengemukakan bahwa self efficacy berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat ditarik hipotesis :

H2. Self Efficacy berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan

3. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Arifuddin (2018) mengemukakan bahwa self efficacy mampu untuk memoderasi dengan menguatkan hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat ditarik hipotesis :

H3. Self Efficacy mampu memoderasi hubungan antara kecerdasan emosional terhadap kinerja

Gambar

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Pikir  Keterangan :

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji perilaku wisatawan dalam penanganan sampah dan total Coliform pada air danau Ranu Kumbolo..

Metode plot pada transek yang diletakkan secara acak menghasilkan estimasi kepadatan kelompok kotoran rusa dengan presisi baik (CVs <16%), akan tetapi tidak begitu baik

Karakteristik individu yang memiliki Self-efficacy yang tinggi adalah ketika individu tersebut merasa yakin bahwa mereka mampu menangani sesecara efektif peristiwa dan situasi

Hasil pengujian apoptosis dengan metode pengecatan akridin-orange pada perlakuan dengan isolat 5 fraksi etil asetat ekstrak petroleum eter daun mahkota dewa (Phaleria..

Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau di luar

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

Dalam penulisan tugas akhir ini kasus yang akan dibahas oleh penulis tentang mengidentifikasi karakteristik dari material EVA Rubber sebagai bahan pembuatan

Hasil akhir dari tugas akhir ini adalah sebuah desain kendali logika yang dapat di implementasikan pada robot mobil wall follower yang dibuat dengan memanfaatkan