• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN POLITEKNIK DI ERA DISRUPSI TEKNOLOGI DAN REVOLUSI INDUSTRI 4:0

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDIDIKAN POLITEKNIK DI ERA DISRUPSI TEKNOLOGI DAN REVOLUSI INDUSTRI 4:0"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

RADIANT Journal of Applied, Social and Education Studies Volume 1, No. 2, Desember 2020, hal. 56 - 73

56

PENDIDIKAN POLITEKNIK DI ERA DISRUPSI TEKNOLOGI

DAN REVOLUSI INDUSTRI 4:0

TOYIPUR, S.Pd,M.Pd

PTP Polimedia, Jl Srengseng Swah Jagakarsa - Jakarta

Tpimron64@gmail.com

ABSTRAK

Sistem pembelajaran di Politeknik mayoritas menggunakan sistem Blended Learning (campuran) tatap muka, praktek kerja dan online dengan komposisi pembelajaran ; 40% teori dan 60% praktik dengan mekanisme keterkaitan dan kecocokan (Link and match) Industry. Untuk mencapai keterkaitan dan kecocokan (Link and match) Industri

diperlukan kebijakan komprehensif antar kementerian untuk menetapkan jabatan fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (PTP) sebagai pelaksana terintegrasi program pembelajaran di perguruan tinggi khususnya Politeknik baik aneka sumber belajar, metode, bahan ajar, media atau lingkungan belajar sehingga outcome pembelajaran dapat meningkatkan produksi barang maupun jasa secara cepat, efektif dan efesian melalui pembelajaran yang bermakna, menyenangkan.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah ”deskriptif kuantitatif” karena bersifat menjabarkan, menguraikan, dan menafsirkan kondisi, peristiwa, proses yang sedang terjadi dalam konteks permasalahan Penelitian ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jelas. Mendeskripsikan variabel yang berkenan dengan masalah dan unit yang diteliti. Metode pembelajaran sistem daring dan konvensional atau blended learning memungkinkan outcome SDM mempunyai kemampuan mengatasi disrupsi teknologi, pada sisi lain harapan Presiden dan Menristekdikti bahwa kemampuan menghadapi revolusi industri 4.0 dalam persaingan era disrupsi teknologi dan globalisasi tidak hanya melalui kemampuan khusus yang diperoleh karena menyelesaikan pendidikan magister S2, magister S3 pendidikan tinggi yang katanya menghasilkan kemampuan responsive keterlibatan industri 4.0 tetapi melalui perbaikan budaya pembelajaran. Indikator 0.033% SDM yang berkarier sebagai Pengembang Teknologi Pembelajaran di perguruan tinggi menunjukkan rendahkan perhatian perguruan tinggi dalam pengembangan program pembelajaran baik pengelolaan aneka sumber belajar, metode, media, bahan ajar dan lingkungan belajar sesuai kebutuhaan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan, hal ini disebabkan oleh ego profesi, ego sektoral

Keywords: Pendidikan Politeknik, Disrupsi Teknologi, Revolusi Industri 4:0

(2)

57

EDUCATION POLITECHNIC IN THE DISTRUPSION OF

TECHNOLOGY AND INDUSTRIAL REVOLUTION 4:0

ABSTRACT

The learning system in the majority of Polytechnics uses Blended Learning systems including face to face, practice work and online with learning composition; 40% theory and 60% practice with industry link and match mechanisms. For industry link and match, a comprehensive policy between ministries is needed to determine the functional position of the Learning Technology Developer (PTP) as an integrated executor of the learning program in tertiary institutions especially the Polytechnic both various learning resources, methods, teaching materials, media or learning environments so that learning outcomes can increase the production of goods and services quickly, effectively and efficiently through meaningful, enjoyable learning. The method used in this research is "descriptive quantitative" because it describes, describes, and interprets the conditions, events, processes that are happening in the context of the problem. This research is intended to explore and clarify a phenomenon or social reality. Online and conventional system learning methods or blended learning enable human Resources outcomes have the ability to overcome technological disruption, on the other the hopes of the President and Menristekdikti that the ability to deal with the industrial revolution 4.0 in the era of technological disruption and globalization competition is not only through special abilities obtained because of completing master's education, master's degree in tertiary education which is said to produce response ability of industry 4.0 involvement but through improve of learning culture. Indicator 0.033% of HR career as Developers of Learning Technology in tertiary institutions shows low regard for tertiary institutions in developing learning programs in the development of learning programs both the management of various learning resources, methods, media, teaching materials and learning environments according to the need for meaningful and enjoyable learning, this is caused by professional ego, sectoral ego

Keywords: Educational of Polytechnic, Technology Disruption, Industry 4: 0

A. PENDAHULUAN

Sistem pembelajaran di Politeknik kebanyakan menggunakan sistem Blended Learning (campuran) tatap muka, praktik/bengkel dan online dengan komposisi pembelajaran ; 40% teori dan 60% praktik pada penekanan keterkaitan dan kecocokan (Link and match). Pada era globalisasi yang penuh persaingan kompetitif, menuntut Politeknik adanya profesionalisme sumber daya manusia di segala aspek organisasi atau lembaga baik keberadaan dosen, fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (PTP) dan tenaga kependidikan profesional

Memasuki kerjasama ekonomi Negara-negara Asia Tenggara melalui Kawasan Perdagangan Bebas Asean (Asean Free Trade Area/AFTA)

(3)

58

tahun 2020 Pendidikan Politeknik perlu menerapkan kebijakan pengembangan mahasiswa sebagai Sumber Daya Manusia yang mumpuni dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4:0. Diperlukan juga integrasi pembelajaran yang mampu menerapkan produksi barang mapun jasa secara cepat, efektif dan efesian melalui media pembelajaran dengan sistem daring dan konvensional sehingga SDM yang mengedepan pembelajaran dengan misi keterkaitan dan kecocokan (Link and match) terhadap industry, kewirausahaan atau pelaku usaha ekonomi mikro dapat memperluas akses pasar, dampak tantangan berkurangnya lapangan kerja akibat disrupsi teknologi

canggih dapat diatasi.

Dalam pendidikan media berfungsi sebagai sarana fisik penyampaian materi atau pembawa pesan. Berbagai jenis media yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran seperti : papan tulis, overhead projector, flip chart, video, film strip, LCD-projector, obyek tiga dimensi, buku teks atau modul, program komputer, dan sebagainya.

Perkembangan media social mempengaruhi penggunaan blog sehingga kebanyakan masyarakat Indonesia sekarang ini cenderung menggunakan facebook saat bersosial media. Programmed learning atau pembelajaran terprogram merupakan suatu metode sistematik untuk mengajarkan keterampilan yang mencakup penyajian pertanyaan atau fakta misalnya dengan mengunakan pembelajaran bentuk workshop/luring atau online/daring dapat sebagai salah satu alternatif dalam mendesain model-model atau metode-metode strategi pembelajaran yang merupakan salah satu elemen dari unsur utama dalam mendesain pembelajaran.

Pembelajaran melalui media blog, dimana blog merupakan bentuk aplikasi web yang menyerupai tulisan-tulisan (dimuat dalam bentuk posting) dan biasanya dapat diakses oleh semua pengguna internet, sesuai dengan topik dan tujuan dari pembaca dan pengguna blog

Perdagangan bebas ASEAN akan menimbulkan persaingan ketat baik barang jadi atau komoditas maupun jasa secara cepat dan efektif. Ini berarti pendidikan Politeknik harus mampu meningkatkan daya saing bermutu, mempersiapkan SDM yang berkualitas dengan memiliki keahlian dan keterampilan sesuai dengan kebutuhan industri atau dunia usaha, terutama bagi dosen/guru, fungsional PTP dan mahasiswanya bila tidak mau menjadi korban Asean Free Trade Area/AFTA.

A.1 Ancaman Disrupsi Teknologi

Menurut definisi World Economic Forum, revolusi industri 4.0 adalah disrupsi teknologi internet ke dalam proses produksi agar proses pengolahan barang maupun jasa bisa lebih efisien, cepat, dan massal. Hal ini ditandai dengan penggunaan teknologi robotik, rekayasa intelektual, Internet of Things (IoT), nano-teknologi, hingga sistem yang disebut sistem komputasi awan (cloud computing).

Pada revolusi industri pertama (1), produksi barang secara massal tercatat menggunakan mesin uap dan air sebagai bagian dari

(4)

59 mekanisasi produk, sedangkan pada revolusi industri kedua (2), mekanisasi produksi ditekankan pada penggunaan alat-alat elektronik. Memasuki abad 20, revolusi industri memasuki tahapan ketiga (3) berupa penggunaan teknologi dan otomatisasi di dalam mekanisasi produksi, perbedaannya dengan industry 4:0 adalah penggunaan internet dan kecepatan produksi

Dalam laporan berjudul The Future of Jobs yang dirilis World Economic Forum (WEF) 2016 lalu, ditekankan bahwa industri mulai beralih menggunakan rekayasa intelektual, mesin belajar (machine learning), transportasi otomatis, dan robotik sangat pintar sudah mulai mendominasi proses produksi hingga 2020 mendatang

Survei beberapa industry yang dilakukan oleh WEF bahkan menunjukkan penggunaan teknologi cloud dan mobile internet menjadi fokus model bisnis mereka di masa depan, selanjutnya disusul pengembangan teknologi pemrosesan data dan penggunaan big data ke dalam proses produksi, di mana pelaku industri akan mulai beradaptasi hingga 2025

Persoalan revolusi industri 4.0 bukan sekadar perubahan pola produksi semata, terdapat bahaya laten yang mengintai dan membuat hal ini menjadi topik yang harus disikapi serius oleh Politeknik, Sekolah Tinggi, Intitut, Universitas, akademik, akademi komunitas dan Pemerintah, dimana ancaman itu muncul dalam bentuk hilangnya beberapa lapangan pekerjaan di masa depan.

WEF memprediksi akan ada 4,75 juta pekerja administrasi di 18 negara terancam dirumahkan karena disrupsi teknologi hingga 2020 mendatang. Tak ketinggalan, pekerja di bidang manufaktur sebanyak 1,6 juta orang juga berpotensi kehilangan pekerjaannya, permintaan tenaga kerja yang membutuhkan ahli dan keterampilan tinggi akan semakin meningkat misalnya ahli matematika, ahli komputer, ahli pemasaran, ahli tanaman, ahli obat, ahli menu, ahli bioenergy, ahli limbah, ahli media pembelajaran dan lain-lain. Ini lantaran pekerjaan yang punya tingkat keterampilan rendah sudah digantikan oleh otomatisasi

Indonesia dipandang rentan terpapar hilangnya beberapa lapangan pekerjaan alias terjadi bencana pengangguran besar-besaran, hal tersebut karena profil ketenaga-kerjaan Indonesia didominasi tenaga kerja berpendidikan rendah yang tidak mempunyai ketrampilan khusus. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2017 lalu mencatat jumlah penduduk bekerja sebanyak 88,43 juta, atau (40,69%) diantaranya hanyalah lulusan Sekolah Dasar (SD), sebanyak 22,4 juta orang atau (18,09%) penduduk bekerja merupakan lulusan SMP.

Pendidikan formal Indonesia berupa sistem bertingkat saling terkait terdiri dari SD, DI, SMP, MTS, SMA, MA, SMK, MK, dan tertinggi adalah pendidikan tinggi.

Perubahan mendasar dalam penilaian yang diterapkan telah mempermudah kenaikan kelas dan kelulusan yang makin memungkinkan anak usia sekolah melanjutkan pendidikannya,

(5)

60

Peningkatan akses pada semua tingkat pendidikan mempunyai korelasi yang berdampak pada mutu lulusan perguruan tinggi kususnya Politeknik karena akan dapat berkontribusi pada invensi dan inovasi dari proses pembelajaran dengan system blended learning yang menekankan keterkaitan dan kecocokan (Link and match) terhadap industry.

Hal diatas menunjukkan keterkaitan antar tingkat pendidikan yang mendasari analisa yang disajikan. Makalah ini bertujuan membahas pendidikan Politeknik, karena keterkaitan antar tingkat maka keadaannya tidak terlepas dari perkembangan dan kecenderungan yang terjadi pada tingkat pendidikan lebih rendah yaitu SMK, MK dan SMA atau MA, sensus Penduduk tahun 1971 (Tabel 1).

A.2 Tantangan Disrupsi

Siswa baru 60% anak usia SD bersekolah; 44% penduduk usia SMP (13-15), 21% penduduk usia SMA (16-18), dan hanya 8% penduduk usia pendidikan tinggi (19-24), mengikuti pendidikan pada program diploma dan/atau sarjana. Hampir ½ abad kemudian, data Susenas terakhir tahun 2017 menunjukkan bahwa sudah hampir semua anak usia SD, 99%, sekolah; untuk anak usia SMP sudah mencapai 95%; anak usia SMA 71%, namun angka untuk usia Perguruan Tinggi masih tumbuh agak lambat baru mencapai 25%

Sampai saat ini mahasiswa S1 masih sangat mendominasi komposisi penghuni kampus pendidikan tinggi.

Mahasiswa S1 merupakan 81% dari total mahasiswa terdaftar, tetapi sedikit menurun karena berkaitan dengan popularisasi pendidikan keterampilan, termasuk pendidikan Politeknik Diploma I, II, III, IV, Profesi, Magister Terapan yang perannya meningkat dari 13% antara total mahasiswa tetapi telah menjadi 15% dari siswa baru, hanya saja peminat untuk masuk ke Politeknik mahasiswa baru relatif menurun mungkin disebabkan program, bahan ajar, media, metode dan lingkungan belajarnya yang belum mampu memberikan kontribusi besar terhadap minat, bakat akibat disrupsi teknologi

Di samping itu tenaga perguruan tinggi Politeknik yang dikatakan SDM terbaik yakni dosen melalui penelitian dan pembelajaran belum mampu menjawab tantangan yang diharapkan dan memenuhi harapan Presiden dan Menristekdikti agar bangsa Indonesia dapat menjadi pemain dalam Revolusi Industri 4.0 untuk menghasilkan invensi dan inovasi karena terbelenggu pada ego profesi atau ego sektoral.

Dalam birokrasi pemerintahan terdapat relaif lebih banyak insentif bagi PNS untuk meningkatan pendidikannya untuk mengantisipasi berdampak disrupsi teknologi.

Tingkat pendidikan menentukan peran fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (PTP) untuk program pendidikan, media dan metode pembelajaran, kemungkinan akses pada kedudukan struktural dengan berbagai kesempatan dan kegiatan sehingga mampu memberikan peran yang lebih baik dalam pengelolaan program, bahan ajar, media, lingkungan belajar dan metode pembelajaran yang dapat

(6)

61 diharapkan menghasilkan perubahan yang dapat menjadi invensi dan inovasi di lingkaran perguruan tinggi.

Program pendidikan Politeknik hendaknya dalam penerapannya perlu memperhatikan aspek sains dan teknologi, serta memperhatikan aspek masyarakat dan lingkungan, untuk itu materi pembelajarannya dapat diajarkan dengan pendekatan sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat (SETS) atau merupakan bentuk kegiatan pembelajaran yang mengaitkan secara timbale balik unsur-unsur sains,lingkungan, teknologi dan masyarakat (Binadja, 2005).

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka peneliti ingin mengetahui permasalah-permasalah sebagai berikut:

a) apakah pelaksanaan program pembelajaran dengan berbasis TI sudah sesuai minat, bakat yang menyenangkan telah memenuhi kebutuhan mahasiswa?

b) apakah sarana prasarana pembelajaran, lingkungan belajar, metode bahan ajar dan media pembelajaran berbasis TI sesuai kebutuhan?

c) apakah sarana prasarana, bahan ajar, media dan lingkungan belajar pembelajaran berbasis TI sudah dikelola oleh fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran?

Program pembelajaran Politeknik dilakukan dengan system blended learning yang mungkin dapat dikembangkan dengan model pengembangan adalah ADDIE, hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa model ini sebagai berikut:

1) memberikan kesempatan untuk melakukan revisi (evaluasi) secara terus menerus dalam setiap tahap yang dilalui sehingga dapat menghasilkan suatu, media, bahan ajar dan lingkungan belajar yang lebih baik,

2) model ini sangat sederhana namun implementasinya sistematik, „

3) model ini berpijak pada landasan teoritis desain pembelajaran yang terdiri atas 5 (lima) langkah, yaitu: (a) analyze (b) design (perancangan), (c) development (pengembangan), (d) implementation (implementasi), dan (d) evaluation (evaluasi) : (Branch, 2009).

Aneka sumber media massa untuk kebijakan public harus memperhatikan:

(1) pertumbuhan media online untuk berbagai usia harus diperbaiki dengan berbagai langkah-langkah penyesuaian yang berguna mengantisipasi dan menangani masalah kejahatan dunia maya, data privasi misal perlindungan data pribadi, kejahatan pinjol;perjudian dan asusila online

(2) Perkembangan media online harus sejalan dengan tujuan pembangunan

George W. Samuel1 , Elvia R. Shauki2 “Analisa dan Evaluasi Disrupsi Teknologi” mengatakan bahwa Perkembangan teknologi informasi menyebabkan timbulnya gangguan teknologi dalam rantai pasokan yang berakibat pada ketidakpastian kondisi pasar dan memicu munculnya biaya tambahan sehingga pelaku usaha mengalami kesulitan dalam menentukan penetapan harga, terjadi penurunan jumlah volume

(7)

62

penjualan, menyebabkan banyak perusahaan mengalami kerugian serta tidak mampu mempertahankan keberlanjutan usahanya yang mengakibatkan meledaknya pengangguran, Jurnal Aset (Akuntansi Riset), 12 (1), 2020, 73-93

Dr. Anak Agung Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si “Disrupsi Teknologi Digital” mengatakan bahwa Fenomena disrupsi yang mencuat akhir-akhir ini telah menimbulkan perubahan fundamental dalam kehidupan sehari-hari, Disrupsi adalah sebuah lompatan perubahan dari sistem lama ke cara-cara baru. Disrupsi juga mengubah teknologi lama yang lebih banyak menggunakan fisik ke teknologi digital dan menghasilkan sesuatu yang benar-benar baru, lebih bermanfaat, serta lebih efisien dan cepat dengan media seperti: Facebook, WhatsApp, Email, atau Instragram dengan modal yang tidak terlalu banyak, dan bisa dilakukan dimana saja, kapan saja” fenomena distrupsi teknologi menimbulkan pengangguran masal dimana-mana termasuk dunia pendidikan dasar-menengah, pendidikan tinggi Politeknik yang menerapkan pembelajaran tatapmuka 40%, pembelajaan praktek 60%,Seminar Nasional Envisi 2020 : Industri Kreatif

B. Metode Penelitian

Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan pada tujuan penelitian, maka tujuan operasional yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sapras pembelajaran berbasis TI, bahan ajar, media dan lingkungan belajar Politeknik sudahkah sesuai kebutuhan dan dikelola oleh fungsional tertentu yaitu Pengembang Teknologi Pembelajaran atau PTP.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah ”deskriptif kuantitatif” karena bersifat menjabarkan, menguraikan, dan menafsirkan kondisi, peristiwa, proses yang sedang terjadi dalam konteks permasalahan.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jelas. Mendeskripsikan variabel yang berkenan dengan masalah dan unit yang diteliti.

Metode deskriptif kuantitatif ini dimaksudkan tidak untuk mencari teori, bukan untuk menguji teori yang dititik beratkan pada wawancara dan suasana alamiah (naturalistic setting). Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai pengamat, membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasi

Model ADDE adalah model yang disusun secara terprogram dengan urutan-urutan kegiatan yang sistematis dalam upaya pemecahan masalah belajar yang berkaitan dengan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik pebelajar, model ADDE berpijak pada landasan teoritis desain pembelajaran yang terdiri atas 5 (lima) langkah, yaitu: a) analyze, b) design (perancangan), c) development (pengembangan), d) implementation (implementasi), dan d) evaluation (evaluasi)

(8)

63 Data dan informasi yang diperlukan guna membuat deskripsi dan analisa didapatkan dari berbagai sumber yang digunakan sebagai sampel penelitian.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah dokumentasi, pengembangan instrumen ditempuh melalui beberapa tahapan, sebagai berikut:

1) mengkaji teori yang berkaitan dengan semua variabel yang diteliti, 2) menyusun indikator-indikator dari setiap variabel,

3) penyusunan butir pertanyaan dan penetapan skala pengukuran, 4) analisis butir dan pengujian validitas instrumen penelitian.

Instrumen untuk mengukur capaian pembelajaran yang diawali dari sarana dan prasarana (sapras), sarana Teknologi Informatik (TI), program pembelajaran, metode, bahan ajar, media dan lingkungan belajar yang belum dikelola oleh fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (PTP) sebagai profesi pengembang teknologi pembelajaran terdiri atas konsep instrumen final yang langsung digunakan untuk mengukur variabel budaya Pembelajaran Politeknik era Disrupsi Teknologi Industri 4:0

Proses kalibrasi dilakukan dengan menganalisis data hasil instrumen untuk menguji kesahihan butir instrumen menggunakan koefisien korelasi antara skor butir dan skor total instrumen. Statistik yang digunakan adalah koefisien korelasi product moment (r).

Kriteria yang digunakan untuk ujicoba kesahihan butir adalah rtabel =0,05. artinya jika rhitung lebih kecil dari rtabel maka butir dianggap tidak sahih dan selanjutnya digugurkan atau tidak digunakan.

Reliabilitas instrumen dihitung dengan menggunakan rumus koefisien Alpha Cronbach

Teknik Pengumpulan Data yang dilakukan adalah dokumentasi, teknik ini dipergunkan untuk memperoleh data dan informasi yang saling mendukung, dan saling melengkapi tentang Pendidikan Politeknik dalam rangka menghindari dampak Disrupsi Teknologi dari akibat Revolusi Industri 4:0

C. HASIL PEMBAHASAN

Pembahasan deskripsi data hasil penelitian yang telah dikelompokkan sesuai instrument penelitian, berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, deskripsi data hasil penelitian disajikan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai sebaran data.

Data yang disajikan berupa data yang telah diolah dari data mentah dengan teknik statistik deskriptif, data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, total skor, harga skor rata-rata, simpangan baku, modus, median, skor maksimal dan, skor minimal

Skor empiris variabel budaya belajar bervariasi antara skor minimal 53 sampai skor maksimal 81 dengan rentang skor sebesar 28. Hasil perhitungan statistik deskriptif diperoleh skor rata-rata 71,3; simpangan baku 7,33; median 71,5; dan modus 88

a. Analisis data apakah pelaksanaan program pembelajaran sudah sesuai minat, bakat yang menyenangkan dengan berbasis TI telah memenuhi kebutuhan mahasiswa?

(9)

64

Berdasarkan tabel 1, penyebaran skor budaya belajar menunjukkan bahwa sekitar 33% memperoleh skor di bawah skor kelompok rata (71,3), atau sekitar 63% memperoleh skor di atas kelompok rata-rata (71,3). Skor rata-rata-rata-rata 71,3% mengindikasikan bahwa budaya belajar Politeknik sejauh ini belum menunjukkan korelasi atau hubungan antara minat, bakat dengan proses program pembelajaran berbasis Teknologi Informatika (TI)

Pada tabel 3, dapat dilihat pada indikator minat dan bakat, skor total yang diperoleh dari 6 butir pernyataan dengan skor maksimal adalah 585, sehingga persentase yang diperoleh adalah 82,57% dengan rata-rata 4,17 dengan nilai tertinggi adalah 5 artinya bahwa tujuan program pembelajaran Politeknik dalam kompetensi lulusan yang dianut dan diterapkan dalam pembelajaran Politeknik adalah bagus. Pada indikator kedua budaya belajar pada indikator minat dan bakat para mahasiswa dapat dilihat bahwa skor total yang diperoleh dari 4 butir pernyataan dengan skor maksimal diperoleh 307, sehingga persentase yang diperoleh adalah 75,75% dengan rata-rata 3,84 artinya bahwa bakat dan minat yang dicapai oleh para mahasiswa sesuai Capaian Pembelajaran dikategorikan cukup bagus.

Penyebaran skor indikator terbesar ada pada indikator ketiga yaitu indikator menyenangkan dengan jumlah rata-rata skor 3,24 atau dibawah skor indikator 1 dan 2 dapat diartikan bahwa program pembelajaran Politeknik berbasis TI belum dilakukan dengan metode yang menyenangkan.

b. Analisis data apakah sarana prasarana pembelajaran berbasis TI, lingkungan belajar, metode bahan ajar dan media pembelajaran sesuai kebutuhan?

Sebelum menjawab pernyataan tersebut sebaiknya kita melihat dulu bahwa kebijakan pemerintah mulai tahun 1980 s/d 2019 adalah periode yang menghubungkan pendidikan Politeknik atau vokasional untuk diserap langsung oleh industri (link and match) sudah cukup bagus, ditambah lagi kebijakan fiskal bagi perusahaan yang mengedepankan riset dan pengembangan serta pendidikan Politeknik atau vokasional melalui kebijakan pengurangan Penghasilan Kena Pajak (tax allowance) di atas 100 persen. Pendidikan Politeknik atau vokasi mulai diperkenalkan dengan kurikulum yang mendukung revolusi industri yang telah terjadi seperti kemampuan analisis dan memecahkan masalah (problem solving) melalui pengembangan media, bahan ajar, metode pembelajaran dan lingkungan belajar yang menjadi ranah profesi fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (PTP).

Direktur Eksekutif Center on Reform of Economics (CORE) Mohammad Faisal menuturkan industri manufaktur memang diuntungkan dengan penggunaan penggunaan teknologi dan internet. Tetapi sesuai falsafah industry bahwa teorinya, industri manufaktur harus menjadi penyerap tenaga kerja terbanyak di sebuah negara,

(10)

65

hanya karena disrupsi teknologi dan revolusi industri 4:0 berakibat

menciptakan bom waktu pengangguran massal.

Mengembangkan Riset dan Pengembangan (R&D), jika permasalahan mendasar tidak terpenuhi, misalnya ongkos logistik dan harga energi yang murah, dan merupakan komponen penting dari revolusi industri sebelum-sebelumnya maka terjadilah disrupsi teknologi.

"Prinsip dari industri adalah meminimalisasi biaya, penggunaan robot dan internet bertujuan efisien dan kualitas produk akan lebih bagus, tetapi mengakibatkan ongkos produksi menjadi mahal dan logistic

cost yang tinggi sehingga membuat daya saing tidak akan optimal, hal

tersebut mengakibatkan R&D bagi revolusi industri 4.0 menjadi tidak

akan berjalan.

Dalam sejarah perkembangan Indonesia melalui Pendidikan Politeknik harus mampu berkiprah dalam pasar global yang sedang mengalami disrupsi teknologi akibat revolusi industri 4.0, bila kesenjangan ego profesi masih terjadi di perguruan tinggi dimana masalah pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat hanya merupakan tanggungjawab dosen, pada sisi lain program pembelejaran yang meliputi desain metode, media, bahan ajar, strategi pembelajaran dan lingkungan belajar hendaknya menjadi tupoksi fungsional PTP

Menristekdikti, Mohamad Nasir, menggaungkan pentingnya mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul, hal ini disebabkan telah terjadi pergeseran pentingnya sumber daya alam ke invensi dan inovasi yang dihasilkan suatu bangsa dalam pembangunan sosial ekonominya, tetapi hal ego profesi di lingkungan perguruan tinggi masih sangat terlihat atau terjadi.

Tersedianya SDM yang bermutu dalam arti kaya dalam modal manusia yang bermutu, karena telah berhasil menyelesaikan pasca sarjana terapan Politeknik sesuai persyaratan, telah menghasilkan inovatif sehingga menemukan temuan kebijakan baru. Gejala kesenjangan tersebut ditunjukkan oleh perbandingan angka partisipasi kasar (APK) dan murni (APM). APK diukur sebagai rasio antara semua siswa bersekolah pada tingkat pendidikan tertentu terlepas dari umurnya, dibagi oleh penduduk dalam kelompok umur ideal suatu tingkat, sedangkan APM merupakan rasio antara siswa yang mengikuti pendidikan pada tingkat sesuai kelompok umurnya dibagi penduduk kelompok umur sesuai.

ASEAN yang makin terintegrasi secara global mengejar revolusi industry 4.0 meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakatnya, kekuatan modal manusia menjadi makin penting. Hal ini ditunjukkan oleh perkembangan APK pendidikan tinggi (investasi dalam SDM meningkatkan akses pendidikan tinggi. Singapore memang tak ada taranya investasi dalam SDM karena merupakan satu dari tujuh negara paling siap memasuki Revolusi Industri 4.03, Indonesia dapat dikatakan berada dalam kelompok menengah pada tingkat 30%, disusul Brunei dan Vietnam, diatas

(11)

66

Cambodia, Laos dan Myanmar yang masih di bawah 20%, disamping Thailand, Malaysia dan Filipina

APK pendidikan tinggi meliputi mahasiswa yang sedang mengikuti pendidikan pada lembaga pendidikan magister S3, sebagian besar mahasiswa Indonesia (dalam arti peserta pada lembaga pendidikan tinggi) mengikuti pendidikan tinggi sebagai mahasiswa S1 dan Politeknik yang menekankan tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan keahlian, serta peraturan tentang persyaratan mengajar di tingkat pendidikan tinggi

Mendukung harapan kemampuan menghadapi revolusi industri 4.0 dalam persaingan era disrupsi teknologi dan globalisasi tidak hanya melalui kemampuan khusus yang diperoleh karena menyelesaikan pendidikan magister S3 pendidikan tinggi dalam menghasilkan kemampuan responsive keterlibatan industri 4.0 tetapi unsur sangat penting adalah menentukan kebijakan integral komperhensif pemberdayaan Pengembang Teknologi Pembelajaran dalam satu visi, misi pengembangan progam, bahan ajar, media, metode pembelajaran dan lingkungan belajar di perguruang tinggi pada Politeknik sehingga pengelolaan terintegrasi berbagai ketrampilan, keahlian, kelompok kepentingan mampu merealisasikan Industri 4.0

c. Analisis data apakah sarana prasarana pembelajaran berbasis TI, bahan ajar, media dan lingkungan belajar sudah dikelola oleh fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran?

Definisi yang menjelaskan bahwa tenaga perguruan tinggi Politeknik mempunyai SDM terbaik yakni dosen melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dalam mengembangkan pembelajaran ternyata belum mampu menjawab tantangan yang diharapkan atau memenuhi harapan Presiden dan Menristekdikti agar bangsa Indonesia dapat menjadi pemain Revolusi Industri 4.0 yang mampu menyelamatkan pengangguran akibat disrupsi teknologi hanya karena terbelenggu pada ego profesi atau ego sektoral.

Indikator 11 PTP atau 0.033% yang berkarier sebagai Pengembang Teknologi Pembelajaran di perguruan tinggi hal ini menunjukan bahwa PTP akan sangat sulit dapat melakukan perubahan budaya pembelajaran

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi setidaknya dapat membuka jabatan PTP di lingkungan perguruan tinggi (job description) untuk mengoptimalkan peran pengembang teknologi pembelajaran sebagai profesi yang mengelola aneka sumber belajar, media, bahan ajar, dan lingkungan belajar setiap perguruan tinggi di Indonesia.

Ada banyak informasi dari dunia kerja atau industri tentang beberapa gejala yang berkaitan dengan sistem Pendidikan Politeknik terkait program pembelajaran, bahwa “tujuan utama” pendidikan Politeknik yaitu pengelolaan program pembelajaran, bahan ajar, media, metode pembelajaran dan lingkungan belajar adalah sebagai salah satu unsur penting atau komponen utama yang mempengaruhi kualitas pendidikan dalam membentuk SDM menjadi calon tenaga kerja yang

(12)

67 mempunyai „knowledge‟, sikap dan mental set yang baik (outcome) dari proses pembelajaran. Hal yang menyulitkan pengembangan program pembelajaran sebagai berikut:

a) Sistem rekrutmen dan seleksi dosen dan fungsional tertentu yang hanya menggunakan metode dan tools seleksi yang belum mampu menjaring keterampilan atau kompetensi dalam pembelajaran, penelitian serta pengabdian pada masyarakat.

b) Pengembangan kemampuan dosen dan fungsional tertentu, sarana prasaran, media, bahan ajar dan lingkungan bidang pembelajaran masih bersifat parsial

c) Budaya rangkap jabatan, tumpang tindih tugas, wewenang dan tanggung-jawab di setiap lini jabatan organisasi belum menujukkan lembaga pendidikan tinggi yang profesional, efektif dan efisien

d) Pengembangan pusat sumber belajar baik metode, bahan ajar, media pembelajaran dan lingkungan belajar belum menjadi domain atau tupoksi Pengembang Teknologi Pembelajaran (PTP)

Pada implementasi rencana kinerja tahunan atau RKT mencakup sasaran meningkatkan keunggulan dan mutu lulusan melalui mengembangan metode, bahan ajar dan media pembelajaran sesuai kebutuhan stakeholder, adanya standar metode dan media pembelajaran berbasis kelas dan tekologi infomasi, tersedianya Kurikulum, Kompetensi Lulusan,

Capaian Pembelajaran, Rencana Pembelajaran Semester, dan RPP

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomer: PER/2/M.PAN/3/2009, diberbarui dengan nomer: 28 tahun 2017 tentang Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomer 49 tahun 2018 tentang petunjuk teknik jabatan fungsional PTP” mengatakan bahwa jabatan fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran dibentuk untuk mendukung penggunaan teknologi pembelajaran dalam pendidikan khususnya dalam mengambangan konten/media/model/ aplikasi berbasis teknologi dan mengintegrasian teknolgi kmodel teknologi pembelajarane dalam kegiatan pembelajaran untuk semua tingkatan/jenjang pendidikan. Tugas pokok fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran adalah melaksanakan analisis dan pengkajian system/model teknologi pembelajaran, , Preduksi media pembelajaran, Penerapan system/model dan pemanfaatan media pembelajaran, Pengendalian system/model pembelajaran, Evaluasi penerapan system/model dan pemanfaatan media pembelajaran berbagai tingkatan/jenjang pendidikan termasuk pendidikan perguruan tinggi

Akibat ego profesi mengakibatkan pendidikan pada pandemi covid-19 mengalami kemunduran karena fungsi PTP dalam 1). pembuatan rancangan sistem/model pembelajaran 2). Pembuatan standar layanan pembelajaran 3). Pembuatan pedoman pengelolaan sistem/model pembelajaran 4). Pembuatan petunjuk pelaksanaan pembelajaran

(13)

68

D. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan

Budaya belajar Politeknik sejauh ini belum menunjukkan korelasi atau hubungan antara minat, bakat dengan proses program pembelajaran berbasis Teknologi Informatika (TI),

Pendidikan Politeknik atau vokasi mulai diperkenalkan dengan kurikulum yang mendukung revolusi industri yang telah terjadi seperti kemampuan analisis dan memecahkan masalah (problem

solving) melalui pengembangan media, bahan ajar, metode

pembelajaran dan lingkungan belajar yang menjadi ranah profesi fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (PTP).

Pengembangan sumber daya manusia tenaga perguruan tinggi Politeknik mempunyai SDM terbaik yakni dosen melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dalam mengembangkan pembelajaran ternyata belum mampu menjawab tantangan yang diharapkan atau memenuhi harapan Presiden dan Menristekdikti agar bangsa Indonesia dapat menjadi pemain Revolusi Industri 4.0 yang mampu menyelamatkan pengangguran akibat disrupsi teknologi hanya karena terbelenggu pada ego profesi atau ego sektoral, hal ini disebabkan:

1) sistem pembelajaran Politeknik dalam usaha meningkatkan keunggulan dan mutu lulusan Politeknik sesuai visi, misi dengan pembelajaran luring atau system blended learning yang menekankan keterkaitan dan kecocokan (Link and match) Industri diperlukan peran jabatan fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (PTP) di seluruh perguruan tinggi sebagai pengelolaan aneka sumber belajar, metode, bahan ajar, media pembelajaran dan lingkungan belajar

2) indikator budaya pembelajaran, minat, bakat dan pembelajaran yang menyenangkan diperlukan kebijakan komprehensif Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menetapkan bahwa jabatan PTP sangat diperlukan di semua jenjang pendidikan khususnya pendidikan Perguruan Tinggi.

3) standar sistem penjaminan mutu internal pendidikan meliputi kompetensi lulusan, isi pembelajaran, proses pembelajaran, penilaian pembelajaran, dosen dan tenaga kependidikan, sapras pembelajaran, pembiayaan dan lain-lain di Politeknik diperlukan untuk upaya menjawab Revolusi Industri 4:0 dan tantangan mengatasi pengangguran massal akibat dampak dari disrupsi teknologi

4) jumlah perguruan tinggi (Politeknik, Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Akademik, Akademik Komunitas) di Indonesia kurang lebih 3310, sedangkan SDM yang berkarier sebagai PTP (Pengembang Teknologi Pendidikan) di perguruan tinggi hanya 11 atau 0.033% dari jumlah perguruan tinggi, hal ini akan sangat sulit bagi PTP mendorong perubahan budaya pembelajaran di perguruan tinggi.

5) untuk meniadakan ego profesi dan ego sektoral di perguruan tinggi dalam pengembangan program pembelajaran dan yang berkaitan dengan pengelolaan aneka sumber belajar, metode, bahan ajar, media dan lingkungan belajar sesuai minat, bakat dan pembelajaran yang menyenangkan diperlukan keputusan kebijakan urgen antar kementerian sebagai ranah Pengembang Teknologi Pembelajaran

(14)

69 b. Saran

Dalam usaha mengatasi disrupsi teknologi maka Outcome pendidikan Politeknik tidak terlepas ketersediaan Kurikulum, Kompetensi Lulusan, Capaian Pembelajaran, Rencana Pembelajaran Semester, dan Rencana Program Pembelajaran, Desain metode, bahan ajar, media pembelajaran dan lingkungan belajar maka yang perlu dilakukan sbb;

1. Memperdayaan tupoksi Pengembang Teknologi Pembelajaran di seluruh pendidikan tinggi khusunya di Politeknik

2. Menghilangkan sekat-sekat ego sektoral dan ego profesi tertentu dalam visi, misi pengembangan SDM perguruan tinggi.

Daftar Pustaka

Biro Pusat Statistik. Maret 1975. Sensus Penduduk 1971. BPS https://www.bps.go.id/statictable/2019/07/17/1525/indikator-pendidikan-1994-2017.html; https://www.ristekdikti.go.id/menristekdikti-persaingan-global-di-era-revolusiindustri-4-0-semakin-ketat/#BVIIGRcjYfsATego.99 https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190220125959-92-371114/bahaya-laten-revolusi-industri-40-itu-bernama-disrupsi-sdm https://www.researchgate.net/publication/323083344

Binara Achmad. (2005). Pemikiran dalam SETS (Science, Environment, Techmologi, and Society). Semarang:Program Pasca Sarjana Unesa

Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, Volume 2, Nomor 2, Mei 2019 Ki Hahar Dewantara, Pendidikan dan kebudayaan (Yogyakarta, MLP Taman

Siswa), p.439

Karman. "Internet Technology Disruption and the Print Media Exictence - Disruptif Teknologi Internet Dan Eksistensi Media Cetak." Jurnal

Penelitian Komunikasi dan Opini Publik, vol. 21, no. 2, 18 Dec. 2017

Sutikno, M.S, Pendidikan Sekarang dan Masa Depan,p. 5 (http://pendidikan.net), 17 Juli 2019

Suryadi, Ace. “Link and Match Kebutuhan Mendasar Pengembangan SDM”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan (Jakarta, Depdiknas, th, IV No.013),p.13

(15)

70

Riwayat Hidup Penulis

Toyipur Imron, S.Pd, M.Pd

Lahir di Butuh – Kabupaten Purworejo, 09 November 1964 Staf Universitas Indonesia, Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (PTP) Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) dan Polimedia Jakarta, Studi S1 jurusan Akuntansi Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan Purnama Jakarta tahun 1998, Magister S2 Teknologi Pendidikan (TP) Universitas Negeri Jakarta, lulus tahun 2012

Tabel 1

ANGKA PERTISIPASI SEKOLAH INDONESIA 1971 DAN 2017 Umur 1971 2017 6 – 12 59,9 99.1 13- 15 44,3 95.0 16 – 18 21,4 71.2 19 – 24 7.7 24.7 Tabel 2

Distribusi Frekuensi Skor Budaya Belajar

No Kelas Interval Kelas Tengah Nilai Frekuensi

Absolut Kumulatif Relatif

1 51,5 – 59,5 55,5 1 1 0.05

2 59,5 – 65,5 61,5 1 2 0.05

3 65,5 – 72,5 69,5 5 5 0.25

4 69,5 – 79,5 75,5 10 15 0.5

(16)

71 Tabel 3

Sekor Per-indikator Variabel Budaya Belajar

No. Indikator No Skala Jm Sk (n=20) % Sk Rt 1 2 3 4 5 T S KS C S SS 1 Nilai-nilai 1 0 2 1 10 7 82 82 4.1 Tujuan 8 0 1 0 12 7 85 85 4.2 5 Belajar 10 0 0 1 15 4 83 83 4.1 5 11 0 0 3 14 3 80 80 4 3 0 0 2 12 6 84 84 4.2 9 0 0 1 13 6 85 85 4.2 5 6 0 0 2 10 8 86 86 4.3 585 83,57 4,1 7 2 Minat dan 22 0 0 5 13 1 72 72 3.6 Bakat 23 0 1 3 12 4 79 79 3.9 5 24 0 0 3 12 5 82 82 4.1 26 0 1 6 11 2 74 74 3.7 307 76,75 3,8 4 3 Menyenangka n 13 0 0 1 14 5 84 84 4.2 14 0 0 1 13 6 85 85 4.2 5 16 0 0 0 12 8 88 88 4.4 17 0 0 0 14 6 90 90 4.5 18 0 0 0 15 5 85 85 4.2 5 20 0 1 1 12 6 78 78 3.9 21 0 1 1 12 6 83 83 4.1 5 593 84,71- 4,2 4

(17)

72

Tabel 4:

Jumlah dan Komposisi Mahasiswa, Indonesia 2017

Tingkat Jumlah Komposisi

Pendidikan Terdaftar Baru Terdaftar Baru D1-4/Diploma 886,692 213 213,881 12.8 14.9 S1 5,571,690 1,073,304 80.5 74.7 S2 326,205 89,252 4.7 6.2 S3 33,800 7,268 0.5 0.5 Profesi 90,958 51,442 1.3 3.6 Spesialis 11,712 2,255 0.2 0.2 Total 6,921,057 1,437,402 100.0 100.0 Sumber: https://ristekdikti.go.id/epustaka/buku-statistik-pendidikan-tinggi- 2017/ Tabel 5: Karier Fungsional PTP

Di Perguruan Tinggi Indonesia Tahun 2019 No Jenis Perguruan Tinggi Jumlah PTP

1 Politeknik 250 1 2 Universitas 600 10 3 Institut 100 0 4 Sekolah Tinggi 1500 0 5 Akademi 900 0 6 Akademi KOmunitas 50 0 Jumlah 3310 11 Sumber : diolah

(18)

73 Tabel 6:

Kriteria penilaian Capaian Kinerja terhadap Tujuan Strategis

Rata-2 Rata-2 Hasil Capaian

PILAR Pencapaia n Kinerja Pencapaia n Kinerja jumlah Sasara n < 75% jumlah Sasara n > 75% Kriteri a Pemerataan dan Perluasan Akses Pendidikan 95% 19,4% 0 2 Berhas il  Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing 75% 15.4% 7 20 Kritis  Peningkatan tata kelola, akunta-bilitas dan pencitraan public 87% 17.8% 7 34 Tidak berhas il  Peran PTP dalam Pengelolaan Sumber Belajar, Bahan Ajar dan Media Pembelajaran 0% 0% Tidak berhas il Rata-rata 85% 17.5% 14 54

Referensi

Dokumen terkait

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Yevi Dirar Arjuno, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Pengaruh Corporate Governance dan Pengungkapan CSR (Corporate Sosial

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan pascakualifikasi secara

The Use of 20-Squares: Add One More Word and Word Clap Games to Teach Vocabulary (A Quasi Experimental Research of the Seventh Graders of SMPN 5 Magelang in the Academic Year of

Latar belakang itulah yang akhirnya mendorong kami, Fakultas Ekonomi UP45 (Universitas Proklamasi 45), untuk menamai jurnal ini dengan nama Maksipreneur , alias Manajemen , Koperasi

unlearning juga tidak diperlukan; pada proses perbaikan, peningkatan dan pertumbuhan, penting bagi individu dan organisasi untuk mengenali kebiasaan, pengetahuan dan /atau

Apabila Anda pernah menonton Corpse Bride garapan Tim Burton, Anda akan tahu bahwa yang diperdebatkan bukan lagi pernikahan sejenis, beda etnis, atau beda agama, tetapi

Kesejahteraan hewan adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) ROA berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan sedangkan ROE tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dan (2) proporsi