• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BERAT BADAN AWAL TERHADAP PENCAPAIAN HASIL PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI PETERNAKAN RAKYAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH BERAT BADAN AWAL TERHADAP PENCAPAIAN HASIL PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI PETERNAKAN RAKYAT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BERAT BADAN AWAL TERHADAP PENCAPAIAN HASIL

PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI PETERNAKAN RAKYAT

(The Effect of Starting Body Weight on Fattening Response of Ongole Cross Bred Cattle Under Village Condition)

DIDI BUDI WIJONO, ARYOGI danAINUR RASYID

Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian, Grati

ABSTRACT

The efficiency of fattening depends on the capacity of finishing weight gained. This study aimed to get information of the starting body weight role in contributing optimum response of beef cattle fattening. This assessment was carried out for 5 months (June-October 1999), using 86 cattle owned by farmers. Parameters recorded were monthly body weight, age, and scoring on body condition. The starting body weighs were classified into 5 groups: (I): 400-<450 kg, (II): 350-<400 kg, (III): 300-<250 kg, (IV) 250-<300 kg, (V) 200-< 250 kg. Randomized block design was used in this study and differences were analyzed using t-test. Result showed that there were fluctuative body weight trend, but generally the weight gains were recorded constant until 4 months period (122 days), except on group II noted until 4 months period (153 days). Variation of body weight was less than 12%. Average body weight gain for each group were 0.23; 0.38; 0.30; 0.44; 0.31 kg/head/day respectively. Significant differences (P<0.05) were noted on body weight gain among groups, except between group III and IV. It was concluded that starting body weight has an effect on the optimum response of beef cattle fattening. Recommended starting body weight for Ongole cross-bred cattle for fattening range 250-300 kg.

Key words: PO cattle, starting body weight, gain, body condition score, fattening

ABSTRAK

Usaha penggemukan sapi potong sangat tergantung kepada kemampuan pencapaian berat badan akhir yang optimal, sebagai penentu keberhasilan dalam penggemukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi peranan berat badan awal sebagai pedoman dalam pencapaian berat badan akhir yang memadai. Materi yang digunakan 86 ekor sapi potong Peranakan Ongole (PO) jantan milik peternak penggemukan sapi potong; parameter yang diamati adalah pertambahan berat badan (per bulan), umur, dan skor kondisi badan ternak (awal-akhir). Lama pengamatan 5 bulan (Juni-Oktober 1999). Rancangan yang digunakan acak kelompok dan data disajikan secara diskriptif dan dilanjutkan uji beda rata-rata. Data dikelompokkan berdasarkan berat badan awal yaitu kelompok (I) berkisar antara 400–<450 kg, (II) 350-<400 kg, (III) 300-<350 kg, (IV) 250-<300 kg dan (V) 200-<250 kg. Hasil penelitian menunjukkan terbentuknya trend yang berfluktuatif meningkat, dan pada kelompok berat awal yang tinggi menunjukkan garis trend yang tetap tinggi sampai pengamatan 4 bulan (122 hari), sedangkan pada kelompok berat badan awal (II) memberikan kenaikan berat badan yang cukup tinggi sampai pengamatan 5 bulan (153 hari). Koefisien keragaman berat badan per periode pengamatan menunjukkan koefisien keragaman yang rendah <12%. Pertambahan berat badan harian dari masing-masing kelompok menunjukkan perbedaan yang cukup berarti (P<0,05) yaitu 0,23; 0,38; 0,30; 0,44; 0,31 kg/ekor/hari, skor kondisi badan awal <5 dan dan akhir >7; dengan demikian perbedaan pada berat badan awal berpengaruh terhadap pertambahan berat badan harian. Pada kelompok sapi potong yang memiliki berat badan awal di bawah 300 kg memiliki kemampuan pertambahan berat badan yang tinggi juga persentase pertambahan berat badan selama 5 bulan, tertinggi terjadi pada berat badan awal kelompok IV (>250 kg). Disimpulkan bahwa berat awal berpengaruh terhadap efisiensi dalam proses penggemukan. Pada sapi PO respon paling baik dijumpai pada berat awal 250-300 kg.

(2)

Penggemukan sapi potong merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan pertambahan berat badan yang optimal dalam waktu yang singkat dengan memperhatikan efisiensi pemeliharaan dan permintaan pasar. MCNITT et al. (1983) melaporkan bahwa pemeliharaan sapi potong dengan tujuan mendapatkan produksi daging yang cukup memadai didapatkan dari ternak yang memiliki kondisi badan yang jelek dengan otot daging yang rendah, sehingga mampu memberikan efisiensi pertumbuhan yang cepat dan efisien dalam penggunaan pakan selama penggemukan.

Untuk mendapatkan keuntungan yang cukup memadai perlu diperhatikan beberapa faktor antara lain adalah jenis dan umur bibit (bakalan), kondisi badan, pakan dan tatalaksana pemeliharaan. Disamping itu harga bibit mempengaruhi keuntungan yang akan didapat. Pada umumnya pengadaan bibit dipilih ternak yang memiliki kondisi badan kurus dan dalam keadaan sehat yang ditentukan secara klinis tidak terlihat adanya kelainan. Faktor yang berhubungan dengan pengadaan bakalan sapi potong yaitu harga pembelian bibit memegang peranan yang penting dan akan berpengaruh terhadap biaya pemeliharaan, karena semakin mahal harga bibit akan meningkatkan biaya modal dan akan mengurangi keuntungan.

Disamping faktor-faktor tersebut umur ternak yang perlu dipertimbangkan adalah ternak yang telah mencapai umur dewasa sehingga pertumbuhan sudah terhenti dan akan terbentuk pembesaran badan pada saat digemukkan. Pada sapi dewasa diprediksikan setelah berumur >1,5-2 tahun (perecupan gigi I1-I2). BARKER et al. (1983) menyatakan bahwa pertumbuhan komposisi badan termasuk pembentukan tulang dan otot terjadi sampai dengan umur 2 tahun dan selebihnya merupakan pertumbuhan atau perimbangan pembentukan badan yang lebih didominasi oleh pembentukan atau penimbunan lemak. Demikian pula yang dinyatakan SOEPARNO (1985) bahwa konsumsi zat-zat nutrisi ransum yang telah mencukupi kebutuhan hidup pokok, akan meningkatkan kemampuan pembentukan daging.

Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan pengaruh berat badan awal terhadap hasil penggemukan sehingga dapat digunakan sebagai prediksi pendekatan dalam upaya mendapatkan berat badan awal bibit/sapi bakalan yang memiliki efisiensi penggemukan yang cukup tinggi.

MATERI DAN METODE

Penelitian dilakukan terhadap sapi potong rakyat Peranakan Ongole (PO) yang digemukkan di Kabupaten Tuban dan Magetan selama 5 bulan yaitu bulan Juni–Oktober 1999 dengan pemberian pakan tergantung kepada kondisi sosial ekonomi peternak. Materi yang digunakan sebanyak 86 ekor sapi Peranakan Onggole (PO) jantan milik peternak Menurut NICHOLSON dan BUTTERWORTH, 1986). Pengamatan terhadap variable pertambahan berat badan dilakukan setiap bulan dan skor kondisi badan diamati pada awal dan akhir penelitian.

Rancanganyang digunakan acak lengkap dengan pengelompokan data berdasarkan berat badan awal (class interval) masing-masing adalah untuk kelompok (I) berkisar antara 400 –<450 kg, (II) 350-<400 kg, (III) 300-<350 kg, (IV) 250-<300 kg, dan (V) 200-<250 kg.

Analisis data dengan uji beda rata-rata dan disajikan secara diskriptif; dilanjutkan dengan uji korelasi berat badan awal terhadap pertambahan berat badan.

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN Pola pemberian pakan

Pola pemberian pakan peternak cukup bervariasi dan tergantung pada musim. Selama pengamatan jenis pakan yang diberikan berupa rumput lapangan/gajah, dan limbah pertanian jerami padi, jerami jagung, kacang-kacangan, ketela/ubi ,tanaman ubi dan pemberiannya bervariasi, dedak kadang-kadang diberikan dan hanya sebagai perangsang minum. Jenis pakan yang diberikan (Tabel 1) disusun berdasarkan ranking terbanyak atau sering diberikan selama penelitian dilakukan pada masing-masing lokasi dan tidak menunjukkan keragaman pakan yang jauh berbeda.

Tabel 1. Variasi jenis pakan yang umum digunakan di lokasi penelitian

Uraian Magetan Tuban

Rumput lapangan ; ; Rumput gajah ; : Jerami padi ; ; Jerami jagung ; ; Ketela/ubi ; : Dedak ; ; Kacang-2 an ; ;

Pertambahan berat badan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah faktor makanan yang akan mempengaruhi perkembangan kondisi badan. Pada saat terjadi kekurangan pakan pada ternak potong akan menyebabkan penurunan berat badan, khususnya disebabkan oleh kehilangan lemak badan; dan dengan perbaikan pakan mempengaruhi perkembangan atau perbaikan kondisi badannya akan lebih cepat pulih kembali.

Faktor genotip tidak banyak pengaruhnya terhadap penggemukan akan tetapi hanya pada kecepatan pembentukan lemak tubuh khususnya pada sapi-sapi Eropah. Demikian pula faktor hormonal dan perlakuan kastrasi dapat mempercepat penggemukan ternak akan tetapi penggunaan hormon tidak disukai akibat adanya retensi hormon dalam daging (MCNITT, et al. 1983).

Berat badan dan pertambahan berat badan

Performan penggemukan yang diamati mencakup berat badan awal, berat badan setelah penggemukan selama 91 hari (3 bulan), 122 hari (4 bulan) dan 153 hari (5 bulan); selanjutnya dilakukan penghitungan pertambahan berat badan harian (PBBH).

Hasil pengamatan terhadap berat badan berdasarkan kelompok berat badan awal I (n=4), II (n=6), III (n=20), IV (n=26) dan V (n=30) menunjukkan adanya fluktuasi berat badan sejak awal pengamatan sampai dengan hari ke 153 (5 bulan). Pada kelompok berat badan awal >400 kg dan >350 kg selama pemeliharaan 122 hari (4 bulan) sampai 153 hari (5 bulan), menunjukkan situasi perubahan berat badan yang relatif tetap yaitu masing-masing dari 480,2 dan 438,5 kg menjadi 480,7 dan 439,7 kg (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa pertambahan berat badan pada kelompok tersebut cukup rendah dibandingkan dengan kelompok berat badan lain yang memiliki berat badan lebih rendah dari 300 kg. Dengan demikian pada kelompok berat badan awal >350 kg memiliki

(4)

efisiensi pertumbuhan yaitu pertambahan berat badan harian yang optimal sampai dengan pemeliharaan 4 bulan.

Tabel 2. Rata-rata dan standar deviasi berat badan berdasarkan kelompok berat badan dan lama penggemukan

Kelompok berat badan Kelompok

Berat badan I II III IV V

Berat badan(kg)

Awal 446,0±18,5 381±4,0 317,9±12,9 278,8±15,5 228,7±14,8 91 hr (3 bl) 483,1±14,5 433,3±15,5 338,6±28,9 306,4±30,9 254,6±24,6 122 hr (4 bl) 480,2±11,5 438,5±24,1 359,4±25,5 335,2±22,8 273,3±33,5 153 hr (5 bl) 480,7±11,0 439,7±23,6 364,7±28,1 345,2±24,4 285,0±37,6

Pertambahan berat badan harian (PBBH) pada kelompok berat badan >400 kg menunjukkan peningkatan berat badan yang optimal pada lama pemeliharaan 3 bulan dan menurun statis setelah lebih dari 4 bulan; PBBHnya masing-masing sebesar 0,41; 0,23 dan 0,28 kg/ekor/hari (Tabel 3).

Tabel 3. Rata-rata dan standard deviasi berat badan awal dan pertambahan berat badan hari ke 91, 122 dan 153

Pertambahan berat badan harian (kg/ekor/hari) Kelompok berat badan Berat badan awal

(kg) 91 hari 122 hari 153 hari

I 446±18,43 0,41±0,16a 0,28±0,10a 0,23±0,08a

II 381±4,0 0,57±0,21b 0,47±0,21b 0,39±0,16b

III 317±12,9 0,23±0,25c 0,34±0,17c 0,30±0,18c

IV 278±15,0 0,28±0,30c 0,46±0,19b 0,44±0,17d

V 228±14,8 0,20±0,52c 0,38±0,22c 0,38±0,20b

Keterangan: *) Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata (P<0,05)

MOORE (1994) melaporkan bahwa angka pertambahan berat badan harian yang dicapai sapi-sapi lokal di Indonesia berkisar antara 0,5-0,8 kg/ekor/hari dan sebagian besar peternakan rakyat lebih rendah. Juga dari hasil pengamatan HARYANTO et al. (1999) yang melaporkan PBBH

berkisar antara 0,57-0,69 kg/ekor/hari dengan menggunakan campuran pakan hijauan dan jerami padi fermentasi.

PBBH yang cukup rendah juga terjadi pada kelompok berat badan >300 kg, tampaknya terjadi stagnasi pertumbuhan, dimana perubahan PBBHnya tidak cukup berarti yaitu dari 0,23 menjadi 0,34 dan 0,30 kg/ekor/hari; bahkan terjadi penurunan pada pemeliharaan sampai 5 bulan, mirip dengan kelompok berat badan >400 kg yaitu 0,41 menjadi 0,28 dan 0,23 kg/ekor/hari.

Pada kelompok berat badan >350 kg memiliki PBBH yang tertinggi dan dapat mencapai 0,57 kg/ekor/hari selama pemeliharaan 2 bulan dan tetap PBBHnya pada keadaan cukup tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya dan bertahan sampai pemeliharaan 5 bulan.

Pada kelompok IV (>250 kg) menunjukkan pertambahan berat badan hariannya mulai tampak meningkat yang cukup berarti setelah pemeliharaan 4 bulan dan tetap tinggi sampai dengan 5 bulan dibandingkan dengan kelompok lainnya.

(5)

Dengan demikian tampak bahwa penggemukan yang cukup efisien berdasarkan berat badan awal terjadi pada kelompok berat badan >350 kg dan pada kelompok >250 kg sampai dengan pemeliharaan 5 bulan; sedangkan pada kelompok berat badan yang lebih tinggi yaitu >400 kg lebih efisien digunakan untuk pemeliharaan jangka pendek sampai dengan 3 bulan, karena memiliki kondisi pertambahan berat badan yang cukup tinggi.

Korelasi

Koefisien keragaman untuk semua kelompok berat badan menunjukkan variasi keragaman yang sempit masing-masing rata-rata berada <12% (0,7–12,5%).

Secara genetik perubahan berat badan sebagian besar dipengaruhi perlakuan pakan h²=0,5-1 (WARWICKet al., 1983). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan perbaikan pakan akan mampu

meningkatkan PBBH yang lebih baik. Dari beberapa hasil penelitian dengan perbaikan pakan untuk penggemukan sapi potong pertambahan berat badannya mampu dicapai sampai >0,8 kg/ekor/hari yang berarti akan mampu pencapaian berat badan secara maksimal.

Selisih berat badan

Hasil pengamatan terhadap perubahan atau selisih berat badan awal dengan berat badan selama pemeliharaan 91, 122 dan 153 hari, menunjukkan bahwa pada kelompok berat badan dengan berat badan awal >200 kg sampai dengan kelompok berat badan >400 kg masing-masing menunjukkan selisih berat badan yang semakin menurun sampai dengan pemeliharaan selama 153 hari (5 bulan); sedangkan pada 3 bulan pertama peningkatan tertinggi terjadi pada kelompok berat badan >350 kg dan terendah kelompok berat badan >200 kg dan >350 kg (Tabel 4).

Tabel 4. Rata-rata selisih berat badan awal dengan berat badan selama penggemukan berdasarkan kelompok

berat badan

Selisih berat badan (kg) Kelompok berat badan

91 hari 122 hari 153 hari

I 37,1±14,3b (8,4±3,4) 34,6±6,8d (7,8±3,0) 34,8±6,4d (7,7±3,0) II 45,4±14,3a (11,9±3,8) 48,0±5,3a (12,6±20,3) 50,1±21,6a (13,3±5,7) III 20,7±23,1c (17,2±15,6) 41,4±21,2c (25,5±20,4) 45,4±26,9c (25,8±22,1) IV 27,6±24,5d (9,8±8,5) 56,3±20,3b (20,4±7,5) 67,4±24,3b (24,4±9,3) V 24,6±17,87d (10,7±6,8) 44,5±25,5 b (19,3±10,6) 55,9±29,5e (24,2±112,3)

Keterangan: *) Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata (P<0,05) ( ) persentase kenaikan berat badan.

(6)

pertambahan berat badan hariannya pada kelompok berat badan awal >400 kg (P<0,05). Hal ini menunjukkan pertambahan berat badan harian lebih efisien pada kelompok berat badan awal (>350) kg untuk semua tingkat lama pemeliharaan yaitu 3, 4, 5 bulan mempunyai PBBH dan selisih berat badan tertinggi.

Perhitungan berdasarkan pada persentase pertambahan berat badan harian atau selisih berat badan dengan berat badan awal pada waktu pemeliharaan yang berbeda menunjukkan variasi yang signifikan (P<0,05). Pertambahan berat badan tertinggi terjadi pada kelompok IV, V, II yaitu >50 kg selama pengamatan 5 bulan. Sedangkan persentase pertambahan berat badan yang tertinggi terjadi pada kelompok berat badan awal dibawah 300, dan cukup rendah pada kelompok diatas 350 (Tabel 4). Besarnya persentase petambahan berat badan harian meningkat secara nyata sejalan dengan lamanya pemeliharaan dan semakin tinggi pula persentase pertambahan berat badan hariannya, kecuali pada kelompok berat badan awal >400 (kelompok I) semakin menurun atau relatif statis.

Dengan demikian tampak bahwa penggemukan sampai 5 bulan menunjukkan efisiensi yang optimal dalam peningkatan berat badannya adalah pada kelompok berat badan awal dibawah 300 kg.

Korelasi

Keeratan hubungan antara berat badan awal terhadap pertambahan berat badan harian pada masing-masing kelompok berat badan cukup tinggi yaitu antara 0,65–0,99; dan sangat menonjol terjadi pada kelompok yang memiliki berat badan awal dibawah 350 kg dan pertambahan berat badan harian terendah terjadi pada kelompok berat badan awal diatas 400 kg (Tabel 5).

Tabel 5. Koefisien korelasi berat badan awal dengan PBBH lama penggemukan 91, 122, dan 153 hari

>400 >350 >300 >250 >200 >400 1 >350 0,92 1 >300 0,69 0,88 1 >250 0,65 0,86 0,99 1 >200 0,76 0.91 0,98 0,96 1

Kondisi badan ternak pada awal pangamatan berada pada kondisi badan jelek dengan skor kondisi badan <5 dan pada akhir pengamatan terjadi perbaikan kondisi badan menjadi skor kondisi badan >7.

KESIMPULAN

Berat badan awal dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk target berat badan akhir yang ingin dicapai dan lama penggemukannya. Kelompok berat badan awal 250 kg (kelompok IV) memiliki efisiensi penggemukan yang tertinggi baik dari segi PBBH maupun persentase tingkat pertambahan berat badannya. Korelasi berat badan awal terhadap PBBH cukup tinggi pada kelompok berat badan dibawah 300 kg.

(7)

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh berat awal terhadap nilai ekonomis, dan efisiensi lama pemeliharaan penggemukan sapi potong.

DAFTAR PUSTAKA

BARKER, J.S.T., D.J. BRETT D.F DE FREDRICK and L.J. LAMBOURNE. 1983. A course manual in tropical beef cattle production. A.A.U.C.S. Australia. Hal. 45-50.

HARYANTO, B., K. DIWYANTO, T.D. SOEJONO. A. PRIYATI, D. PRIYANTO, E. HANDIWIRAWAN, E. MASBULAN, E. MARTINDAH, T. KOSTAMAN, SUHARTO, A.D. PAMUJI 1999. Laporan Penelitian Optimasi I.P. Padi 300 berbasis usaha pemeliharaan sapi melalui pemanfaatan jerami padi sebagai sumber bahan organik. Puslitbangnak.

MCNITT, J.T. 1983. Livestock husbandry techniques. Granada. London. MOORE, C.P. 1984. Production rate in tropical beef cattle. W.A.R.

NICHOLSON, M.J. dan M.N. BUTTERWORTH. 1986. A quide to scoring of zebu cattle. International Livestock Centre for Africa.

UMIYASI, U., ARYOGI, M. ALI YUSRAN, D. B. WIJONO dan D. E. WAHYONO. 2000. Pengkajian Teknologi Penggemukan Sapi Potong. Laporan Hasil Penelitian/Pengkajian BPTP Karangploso. Malang. Inpress. WARWICK, W.J., J.M. ASTUTI dan W. HARDJOSUBROTO. 1983. Pemuliaan Ternak. Gajah Mada University

Gambar

Tabel 1. Variasi jenis pakan yang umum digunakan di lokasi penelitian
Tabel 2. Rata-rata dan standar deviasi berat badan berdasarkan kelompok berat badan dan lama penggemukan  Kelompok berat badan
Tabel 4. Rata-rata selisih berat badan awal dengan berat badan selama penggemukan berdasarkan kelompok  berat badan
Tabel 5. Koefisien korelasi berat badan awal dengan PBBH lama penggemukan 91, 122, dan 153 hari

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam Java untuk mendeklarasikan suatu class sebagai subclass dilakukan dengan cara menambahkan kata kunci extends setelah deklarasi nama class, kemudian

Entitas luar (external entity) atau masukan (input) atau keluaran (output) atau orang yang memakai/berinteraksi dengan perangkat lunak ynag dimodelkan atau sistem lain

Untuk mengetahui rangka mesin tersebut masih dalam keadaan aman atau tidak dan kesesuaian tegangan maksimum dengan desain rangka, maka pada tugas akhir ini

Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena

Berdasarkan tabel 3 maka model pertama menunjukkan bahwa modal manusia (pendidikan dan kesehatan) secara statistik berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dengan

Data Pegawai PT. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan prima yaitu dengan memotivasi pegawai dengan cara pemberian remunerasi atau imbalan balas

Hasil penelitian dengan menggunakan instrumen tes mengenai tingkat pengetahuan tata cara wudhu memberikan output yakni tingkat pengetahuan tata cara wudhu Jamaah Masjid

Pelaksanaan asuhan keperawatan spiritual masih belum cukup baik dilaksanakan oleh perawat, sehingga diperlukan kepemimpinan transformasional yang dapat merubah pola pikir perawat