33 3.1 Metode Penelitian yang Digunakan
Menurut Sugiyono (2016:2) pengertian metodologi penelitian yaitu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sedangkan menurut Sunyoto (2013:19) yang dimaksud dengan metodologi penelitian adalah suatu urutan dari proses analisis data yang akan disajikan secara sistematik. Dengan urutan proses analisis data dapat diketahui secara cepat dan mudah dipahami. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Metodologi penelitian adalah suatu urutan dari proses analisis yang dapat disajikan secara sistematik dari tujuan dan kegunaan tertentu.
Dalam Penelitian ini Penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif dan penelitian deskriptif analisis verifikatif. Menurut Sugiyono (2014:13) metode penelitian kuantitatif yaitu Penelitian yang berdasar pada filsafat positivism yang dapat diteliti dengan populasi dan sample yang telah tersedia dimana tujuannya yaitu untuk menguji hipotesis menggunakan analisis data yang bersifat kuantitatif. Adapun metode yang digunakannya yaitu metode desktiptif dan analisis verifikatif. Menurut Sugiyono (2015:53) metode deskriptif yaitu suatu penulisan yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya tentang objek yang diteliti. Adapun pengertian Menurut Sugiyono (2013:6) mendefinisikan metode verifikatif yaitu suatu metode penelitian yang memiliki suatu bukti dalam menguji hipotesis hasil dari penelitian deskriptif dengan
perhitungan statistika sehingga didapat hasil pembuktiannya yang menunjukan hipotesis ditolak atau diterima. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif merupakan objek sebenarnya dari yang diteliti, dan pengertian dari metode verifikatif yaitu menguji hipotesis hasil peneritian dari deskriptif dengan suatu perhitungan statistic yang dapat menunjukan hipotesis diterima atau ditolak. Dalam penelitian ini, metode deskriptif dan verifikattif digunakan untuk mengetahui bagaimana penagihan pajak, Penerapan Peraturan Pemerintah no 46 tahun 2013, dan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas untuk Tahun 2014-2018.
3.1.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi suatu perhatian dalam penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban maupun solusi dari permasalahan yang terjadi. Adapun Sugiyono (2017:41) menjelaskan pengertian dari objek penelitian dimana pengertiannya yaitu sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu mengenai suatu hal objektif yang valid dan reliable pada variabelnya. Berdasarkan penjelasan di atas, yang menjadi objek penelitian ini adalah Penagihan pajak, Penerapan PP no 46 tahun 2013 dan Penerimaan Pajak.
3.1.2 Unit Analisis
Menurut Hamidi (2005:75-76) unit analisis yaitu penelitian yang diteliti yang dapat berupa individu, kelompok, benda atau suatu latar peristiwa sosial seperti
aktivitas individu atau kelompok sebagai subjek penelitiannya. Unit Analisis dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas.
3.2 Operasionalisasi Variabel
Menurut Sugiyono (2010:58) operasionalisasi variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi variabel adalah suatu hal yang ditetapkan oleh peneliti untuk medapatkan informasi yang nantinya akan ditarik suatu kesimpulan. .Maka terdapat tiga variabel yang akan diukur, yaitu:
1) Variabel bebas atau Independent Variable (Variabel X₁ dan X2)
Menurut Sugiyono (2014:59) yang dimaksud variabel independen adalah Variabel yang biasa disebut variabel bebas, variable bebas merupakan variabel yang perubahannya terjadi karena variable dependen. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa variabel independen ialah variable bebas yang perubahannya karena variabel independen. Dalam penelitian ini menjadi variable Independen adalah Penagihan pajak (X1) PP No 46 tahun 2013 (X2).
Penagihan Pajak adalah Serangkaian tindakan yang dilakukan oleh petugas pajak
kegiatan penagihan pajak, diantaranya: Pelaksanaan Surat Teguran, Pelaksanaan Surat Paksa, Pelaksanaan SPMP, Pelaksanaan Lelang, Pemblokiran Rekening, Pencegahan WP keluar negeri dan Penyenderaan
(Surat Edaran DJP Nomor SE-29/PJ/2012)
Teguran
2. Pelaksanaan Surat Paksa 3. Pelaksanaan SPMP 4. Pelaksanaan Lelang 5. Pemblokiran Rekening 6. Pencegahan WP keluar negeri 7. Penyenderaan (Surat Edaran DJP Nomor SE-29/PJ/2012)
2 PP No 46 tahun
2013 (X2)
PP no 46 tahun 2013 membahas mengenai tarif final pajak UMKM dengan tarif sebesar 1%.
Pph final UMKM =
omzet/bulan x tarif PPh Final (1%)
Rasio
3 Penerimaan Pajak
(Y)
Penerimaan pajak adalah Penerimaan Negara yang terdiri dari Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak, Bea Materai, Bea Perolehan tanah dan bangunan, Penerimaan Negara yang berasal dari Migas.
(Siti Kurnia Rahayu (2010:45)
Realisasi penerimaan pajak : 1. Pajak Penghasilan 2. Pajak Pertambahan
nilai barang dan jasa dan pajak
3. Bea Materai 4. Bea Perolehan tanah
dan bangunan 5. Penerimaan Negara
yang berasal dari Migas
(Siti Kurnia Rahayu, 2010:27)
bertujuan untuk penanggung pajak untuk melunasi utang pajak dengan cara menegur dan memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan dan menjual barang yang telah disita. Indikator dari penagihan pajak ialah surat teguran dan surat paksa. Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 adalah peraturan yang dimulai pada tanggal 1 Juli 2013 mengenai PPh bruto dibawah Rp 4.800.000.000,00 dikenakan tarif sebesar 1% tahun pajak. Indicator dari PP no 46 tahun 2013 ialah mengkalikan antara omzet/bulan dengan tarif PPh finalnya sebesar 1%.
2) Variabel terikat atau dependent Variable (Variabel Y)
Menurut Sugiyono (2017:59) menyatakan bahwa, Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi suatu dari akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini menjadi variabel dependen adalah penerimaan pajak (Y). Penerimaan pajak yaitu Sumber Penerimaan yang dapat diperoleh secara terus menerus dan dapat dikembangkan secara optimal sesuai kebutuhan pemerintah serta kondisi masyarakat. Indikatornya ialah realisasi penerimaan pajak dibagi dengan penerimaan pajak yang pada akhirnya dikalikan dengan seratus persen.
3.2.1 Skala Pengukuran
Peneliti menggunakan skala pengukuran guna menghasilkan data kuantitatif yang akurat dan tepat. Menurut Sugiyono (2017:92) skala pengukuran yaitu kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya
interval yang ada dalam alat ukur sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa Penelitian ini ialah acuan untuk menentukan Panjang pendeknya pada suatu interval untuk menghasilkan data kuantitatif. Penelitian ini menggunakan skala rasio. Menurut Riduwan dan Kuncoro (2014:19) skala rasio yaitu skala pengukuran yang mempunyai nilai nol mutlak dan mempunyai jarak yang sama dimana angka nol disini memiliki suatu makna, sehingga angka nol dalam skala ini diperlukan sebagai dasar dalam perhitungan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa skala rasio yaitu skala pengukuran yang mempunyai nilai nol mutlak dan mempunyai jarak yang sama dimana angka nol disini memiliki suatu makna. Dalam hal ini data yang digunakan Realisasi Penerimaan Pajak yang bersumber dari KPP Pratama Bandung Cicadas.
3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Sumber Data
Menurut Sugiyono (2017:137) bila dilihat dari sumber datanya, pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber sekunder. Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada (Uma Sukaran, 2011).
Penelitian ini menggunakan data sekunder karena data yang dikumpulkan telah diolah oleh pihak ketiga atau pihak lain. Sumber sekunder yang digunakan adalah
Penerimaan pajak dari UMKM dan penagihan pajak bersumber dari penerimaan pajak dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas.
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Riduwan (2010:51) Teknik Pengumpulan Data adalah suatu cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Sedangkan menurut Djaman Satori dan Aan Komariah (2011:103) Teknik Pengumpulan Data adalah pengumpulan data dalam penelitian ilmiah yang memiliki prosedur sistematis untuk memperoleh data yang diperlukan. Dari pengertian tersebut maka Teknik Pengumpulan Data sangat erat hubungannya dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah:
1) Studi Pustaka (Library Research)
Teknik pengumpulan data dari berbagai bahan pustaka yang relevan. Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan adalah sumber informasi yang telah ditemukan oleh para ahli yang kompeten dibidangnya sehingga relevan dengan pembahasan yang sedang diteliti.
2)
Riset Internet (Online Research)Pengumpulan data berasal dari situs-situs terkait untuk memperoleh tambahan literatur, jurnal dan data lainnya yang berkaitan dengan penelitian.
3.4 Populasi, Penarikan Sampel, dan Tempat serta Waktu Penelitian
3.4.1 Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang memiliki karakteristik tertentu yang telah ditetapkan untuk dipelajari yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah Penerimaan Pajak pada KPP Pratama Bandung Cicadas dari tahun 2014 sampai Tahun 2018, berjumlah 5 tahun yang di kalikan 12 untuk mendapatkan jumlah penerimaan perbulan menjadi 60 total sampel. 3.4.2 Penarikan Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sampel adalah bagian yang memiliki karakteristik dari populasi yang telah di teliti. Dalam mengambil sampel sebuah penelitian, dibutuhkan adanya suatu teknik yang harus digunakan oleh setiap peneliti. Adapun penentuan jumlah sampel yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah dengan metode sensus berdasarkan pada ketentuan yang dikemukakan oleh Sugiyono (2002:61-63) yang mengatakan bahwa: “Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Istilah lain dari sampel jenuh adalah sensus.” Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sampel jenuh. Metode sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan menjadi sampel.
3.4.3.1 Tempat Penelitian
Untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti maka peneliti mengadakan penelitan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas yang beralamat di Jl Soekarno-Hatta No.781, Cisaranten Kulon, Arcamanik, Bandung City, West Java 40292.
3.4.3.2 Waktu Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis membuat rencana jadwal penelitian yang dimulai dengan tahap persiapan sampai ke tahap akhir yaitu pelaporan hasil
penelitian.
Tabel 3.2 Waktu Penelitian
No Deskripsi Kegiatan Tahun 2019
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agu
1
Pra Survei :
a. Persiapan Judul
b. Persiapan Teori
c. Pengajuan Judul
d. Mencari Tempat Penelitian
2 Usulan Penelitian a. Penulisan UP b. Bimbingan UP c. Sidang UP d. Revisi UP 3 Pengumpulan Data 4 Pengolahan Data 5 Penyusunan Skripsi a. Bimbingan Skripsi b. Sidang Skripsi c. Revisi Skripsi
d. Pengumpulan Draf Skripsi
Metode Pengujian pengaruh Penagihan Pajak dan Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 terhadap Penerimaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas dapat diteliti dengan beberapa metode.
3.5.1 Uji Asumsi Klasik
Untuk menguji kelayakan model regresi yang digunakan, maka harus terlebih
dahulu memenuhi uji asumsi klasik dimana terdapat empat jenis pengujian pada uji asumsi klasik ini, diantaranya:
3.5.1.1 Uji Normalitas
Menurut Danang Sunyoto (2016:92) menjelaskan uji normalitas sebagai
berikut:
"Selain uji asumsi klasik multikolinieritas dan heteroskedastisitas, uji asumsi klasik yang lain adalah uji normalitas, di mana akan menguji data variabel bebas (X) dan data variabel terikat (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan. Berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Persamaan regresi dikatakan baik jika mempunyai data variabel bebas dan data variabel terikat berdistribusi mendekati normal atau normal sama sekali".
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakan distribusi variabel terkait untuk setiap variabel bebas tertentu berdistribusi normal atau tidak dalam model regresi linear, asumsi ini ditunjukkan oleh nilai eror yang berdistribusi normal. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah distribusi variabel terikat untuk setiap nilai variabel bebas tertentu berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal, sehingga layak
dilakukan pengujian secara statistik. Pengujian normalitas data menggunakan Test of
Normality Kolmogorov-Smirnov dan juga digunakan grafik, yaitu normal probability plot.
Menurut Singgih Santosa (2012:393) dasar pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significanted), yaitu:
1) Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah normal. 2) Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah tidak n. 3.5.1.2 Uji Heteroskedastisitas
Menurut Danang Sunyoto (2016:90) menjelaskan uji heteroskedastisidas sebagai berikut:
"Dalam persamaan regresi beranda perlu juga diuji mengenai sama atau tidak varian dari residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varian yang sama disebut terjadi Homoskedastisitas dan jika variansnya tidak sama atau berbeda disebut terjadi Heteroskedastisitas. Persamaan regresi yang baik jika tidak terjadi heteroskedastisitas".
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari satu observasi ke observasi yang lain, apabila kesalahan atau residual dari metode yang diamati tidak memiliki varian yang konstan dari suatu observasi ke observasi lainnya artinya setiap observasi mempunyai realibilitas yang berbeda akibat perubahan kondisi yang melatarbelakangi tidak terangkum dalam spesifikasi model. Untuk menguji ada tidaknya Heteroskedastisitas digunakan grafik plot. Jika ada pola tertentu. Seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyepit), maka mengindikasikan telah terjadi Heteroskedastisitas. Dan bila tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas. Menurut Imam Ghozali (2013: 139) ada beberapa cara untuk mendeteksi heterokedastisitas, yaitu :
"Dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara ZPRED dan SRESID dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah distudentized. Homoskedastisitas terjadi jika pada
scatterplot titik-titik hasil pengolahan data antara ZPRED dan SRESID
menyebar dibawah maupun di atas titik origin (angka 0) pada sumbu Y dan tidak mempunyai pola yang teratur".
3.5.1.3 Uji Multikolinieritas
Menurut Danang Sunyoto (2016:87) menjelaskan uji multikolinearitas sebagai berikut:
“Uji asumsi klasik jenis ini diterapkan untuk analisis regresi berganda yang terdiri atas dua atau lebih variabel bebas atau independen variabel (X1,2,3,...,n) di mana akan di ukur keeratan hubungan
antarvariabel bebas tersebut melalui besaran koefisien korelasi (r)".
Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada sebuah model regresi ditentukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika terbukti ada multikolinearitas, sebaiknya salah satu dari variabel independen yang ada dikeluarkan dari model, lalu pembuatan model regresi diulang kembali (Singgih Santoso. 2012, 234). Untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolinearitas dapat dilihat dari besaran variance inflation factor (VIF) dan
Tolerance. Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah
mempunyai angka tolerance mendekati 1. Batas VIF adalah 10, jika nilai VIF dibawah 10, maka tidak terjadi Multikolinearitas.
Menurut Imam Ghozali (2013:105) menyatakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:
1) Jika R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi,
tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
2) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini mengindikasikan adanya multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.
3) Multikolinearitas juga dapat dilihat dari: a) tolerance value dan lawanya b) Variance Inflation Faktor (VIF).
Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1/tolerance). Pengujian multikolinearitas dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Tolerance value <0,1 atau VIF > 10 : terjadi multikolinearitas. b) Tolerance value> 0,10 atau VIF < 10 : tidak terjadi
multikolinearitas. 3.5.1.4 Uji Autokolerasi
Menurut Imam Ghozali (2013:110) uji autokorelasi adalah sebagai berikut: “Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk data cross section, akan diuji apakah terdapat hubungan yang kuat di antara data pertama dan kedua, data kedua dengan ke tiga dan seterusnya. Jika ya, telah terjadi autokorelasi. Hal ini akan menyebabkan informasi yang diberikan menjadi menyesatkan”. Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Pada prosedur pendeteksian masalah autokorelasi dapat digunakan besaran Durbin Watson. Singgih Santoso (2012:241) menguraikan patokan atau standar untuk autokorelasi sebagai berikut:
1) Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
2) Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. 3) Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, dari data residual terlebih dahulu dihitung nilai statistic Durbin-Watson (D-W):
𝐷 − 𝑤 =∑(𝑒𝑡− 𝑒𝑡− 1) 𝑒𝑡2
Keterangan:
dU : Batas bawah DW DW : Durbin Watson 4-dU : Batas atas DW
3.6 Metode Analisis Data
3.6.1 Metode Analisis Deskriptif
Menurut Sugiyono (2015:53) metode deskriptif yaitu suatu penulisan yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya tentang objek yang diteliti. Dengan menggunakan pengujian statistik berbantuan software statistical product and service
solution (SPSS) versi 21 maka diketahui rata-rata, nilai tengah-tengah, nilai sering
muncul, nilai minimum dan maksimum. 3.6.2 Metode Analisis Verifikatif
Menurut Sugiyono (2013:6) mendefinisikan metode verifikatif yaitu suatu metode penelitian yang memiliki suatu bukti dalam menguji hipotesis hasil dari penelitian deskriptif dengan perhitungan statistika sehingga didapat hasil pembuktiannya yang menunjukan hipotesis ditolak atau diterima. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif merupakan objek sebenarnya dari yang diteliti, dan pengertian dari metode verifikatif yaitu menguji hipotesis hasil peneritian dari deskriptif dengan suatu perhitungan statistik yang dapat menunjukan hipotesis diterima atau ditolak.
Menurut Umi Narimawati (2008:5) mendefinisikan analisis regresi linier berganda adalah suatu analisis asosiasi yang digunakan secara bersamaan untuk meneliti pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel tergantung dengan skala interval. Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan analisis regresi linier berganda adalah analisis asosiasi yang digunakan secara bersamaan untuk meneliti dua atau lebih terhadap variabel bebas. Analisis regresi linear berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi. (dinaik turunkan nilainya. Jadi analisis regresi berganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal 2 (Sugiyono 2017:275).
Penelitian ini, penulis menggunakan persamaan regresi linear berganda karena variabel bebas dalam penelitian lebih dari satu. Adapun persamaan regresi linear berganda menurut Sugiyono (2017:275) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y = α+b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4+ e Keterangan :
Y = Variabel efektivitas penerimaan pajak α = Konstanta
b1,b2, b3, = Koefisien regresi variabel independen
X1 = Variabel penagihan pajak
X2 = Variabel PP No 46 tahun 2013
e = Standar error
Dalam penelitian ini, variabel terikat (dependen variabel) adalah efektivitas penerimaan pajak, dan variabel bebas (independen variabel) yaitu penagihan pajak dan PP no 46 tahun 2013.
3.6.4 Analisis Korelasi
Analisis korelasi menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih, arahnya dinyatakan dalam bentuk hubungan positif atau negatif, sedangkan kuat atau lemahnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel – variabel independen yaitu pemeriksaan pajak, penagihan pajak secara parsial dengan variabel dependen yaitu efektivitas penerimaan pajak. Maka dari itu penulis menggunakan rumusan korelasi pearson product moment.
rumusan korelasinya adalah sebagai berikut:
rxy = nΣxiyi-(ΣXi)( Σyi)
√ √∑{nX2i-(∑Xi)2}-{n∑y2i-(∑yi)2
(Sugiyono 2017:228) Keterangan :
rxy = Koefisien kolerasi pearson
Xi = Variabel Independen (Pemeriksaan Pajak dan penagihan pajak)
Yi = Variabel Dependen (Efektivitas Penerimaan Pajak)
n = banyak sampel yang diteliti
Koefisien kolerasi r menunjukan derajat kolerasi antara variabel independent (X) dan variabel dependent (Y). Nilai koefisien harus terdapat dalam batas-batas -1 hingga +1 (-1 < r ≤ + 1), yang mengahsilkan beberapa kemungkinan,
yaitu:
diuji, yang berarti setiap kenaikan dan penurunan nilai- nilai X akan diikuti dengan kenaikan dan penurunan Y.
- Tanda negative menunjukan adanya korelasi negative antara variabel- variabel yang diuji, yang berarti setiap kenaikan nilai-nilai X akan diikuti dengan penurunan Y dan sebaliknya. Jika r=0 atau mendekati 0, maka menunjukan korelasi yang lemah atau tidak ada korelasi sama sekali antara variabel-variabel yang diteliti.
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan besar atau kecil.
maka dapat berpedoman pada ketentuan berikut: Tabel 3.3
Kategori koefisien korelasi
Interval Korelasi Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat Sumber: Sugiyono (2014:242) 3.6.5 Uji Hipotesis
Menurut Sugiyono (2015:159) hipotesis adalah sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan seberapa besar pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya, yaitu Penagihan Pajak (X1), Pengaruh PP No. 46 tahun 2013 (X2), dan Penerimaan
Langkah-langkah pengujian hipotesis yaitu sebagai berikut:
3.6.5.1 Pengujian Secara Parsial (Uji Statistik T)
Dalam penelitian ini, Uji-T digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh signifikan secara parsial dari masing-masing variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y) sebagai berikut:
a) Rumus uji t yang digunakan adalah:
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔=
𝑟√𝑛 − 2 √1 − 𝑟2
Keterangan:
t = nilai uji t hitung r = koefisien korelasi n = jumlah sampel b) Hipotesis
H1: β1 = 0 : Penagihan pajak berpengaruh tidak signifikan terhadap
Penerimaan Pajak.
H2: β1 ≠ 0 : Penagihan pajak berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan
Pajak.
H1: β2 = 0 : PP No. 46 tahun 2013 berpengaruh tidak signifikan terhadap
Penerimaan Pajak.
H2: β2 ≠ 0 : PP No. 46 Tahun 2013 berpengaruh signifikan terhadap
c) Kriteria pengujian
H1 ditolak apabila thitung < dari ttabel (α = 0,05)
3.6.5.2 Menentukan Kriteria Penerimaan Hipotesis
Agar hasil perhitungan koefisien korelasi dapat diketahui signifikan atau tidak signifikan maka hasil perhitungan dari statistik uji t (thitung) tersebut selanjutnya
dibandingkan dengan ttabel. Nilai t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan
nilai ttabel dengan tingkat kepercayaan dengan taraf nyata α = 0,05 uji dua pihak dari
hipotesis yang telah ditetapkan tersebut akan diuji berdasarkan daerah penerimaan dan daerah penolakan yang ditetapkan sebagai berikut :
a) Jika nilai thitung < ttabel maka H1 diterima, H2 ditolak.
b) Jika nilai thitung > ttabel maka H1 ditolak, H2 diterima.
3.6.5.3 Menggambarkan Daerah Penerimaan dan Penolakan
Untuk menggambar daerah penerimaan atau penolakan maka digunakan kriteria sebagai berikut:
1) Hasil thitung dibandingkan dengan ttabel dengan kriteria:
a) Jika thitung ≥ ttabel maka H1 ada di daerah penolakan, berarti H2 diterima
artinya antara variabel X dan variabel Y ada pengaruhnya.
artinya antara variabel X dan variabel Y tidak ada pengaruhnya. c) thitung; dicari dengan rumus perhitungan thitung, dan
d) ttabel; dicari di dalam tabel distribusi tstudent dengan ketentuan sebagain
berikut, α = 0,05 dan dk = (n-k-1) atau misal 30-2-1=27.
Gambar 3.1